• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD INPRES 581TAPONG KECAMATAN TELLU LIMPOE KABUPATEN BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD INPRES 581TAPONG KECAMATAN TELLU LIMPOE KABUPATEN BONE"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

i

TELLU LIMPOE KABUPATEN BONE

SKRIPSI

Oleh MARDIANA 4513103134

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2017

(2)

ii

TELLU LIMPOE KABUPATEN BONE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh MARDIANA 4513103134

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2017

(3)

ii

(4)

iii

Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone’’ beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri, bukan hasil plagiat.saya siap menanggung resiko/sanksi apabila ternyata ditemukan adanya perbuatan tercels yang melanggar etika keilmuan dalam karya saya, termasuk adanya klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Makassar,2 Agustus 2017 Yang membuat pernyataan

MARDIANA

(5)

iv

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)”

(Q.S. Al-Insyirah. Ayat 6-7)

“Ketika kau harus lelah dan kecewa, saat itu kau harus ikhlas dan terus belajar,karena saat itu kau sedang menimba ilmu di universitas kehidupan”.

Kuperuntukkan karyaku ini untuk Ayahanda dan Ibundaku, saudara-saudariku,

orang-orang yang mencintaiku dan Almamaterku

(6)

v

(TTW) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi pada Siswa Kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone. Skripsi, (Dibimbing oleh Dr.Muhammad Bakri,M.Pd. dan Drs. Lutfin Ahmad,M.Hum).

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan menulis narasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaen Bone.

Peneliti ini bertujuan mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Think Talk Write dalam meningkatkan kemanpuan menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaen Bone. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Fokus penelitian adalah penerapan model pembelajaran Think Talk Write dan kemanpuan menulis narasi.

Subjek penelitian adalah satu guru dan 29 siswa, terdiri dari 10 siswa laki- laki dan 19 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes. analisis data dengan analisis kualitatif dan kuantitatf.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Talk Write dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Peningkatan itu dapat dilihat dari siklus I aktivitas mengajar guru berada pada kategori baik dan aktivitas belajar siswa berada pada kategori cukup, sedangkan siklus II aktivitas mengajar guru berada pada kategori baik dan aktivitas belajar siswa berada pada kategori baik. Hasil belajar pada siklus I belum mencapai ketuntasan secara klasikal dan siklus II sudah tercapai ketuntasan secara klasikal yaitu jumlah siswa yang memperoleh nilai keatas sebanyak 24 orang atau 83%.sedangkan jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 sebanyak 5 orang atau 17%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Think Talk Write dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaen Bone.

Kata kunci: think talk write

(7)

vi

Improve Writing Ability Narrative in Class V SD Instruction 5/81 Tapong Tellu Limpoe District of Bone County. Thesis, (Supervised byDr.Muhammad Bakri, M.Pd, andDrs. Lutfin Ahmad, M. Hum),

The problem in this research is the lack of writing skills in the subjects narrative Indonesian students of class V SD Instruction 5/81 Tapong District of Tellu Limpoe Kabupaen Bone. The aim of this researcherdescribe the application of the learning model Think Talk Write in improving kemanpuan write narratives on subjects Indonesian students of class V SD Instruction 5/81 Tapong District of Tellu Limpoe Kabupaen Bone, This research approach is qualitative descriptive approach with classroom action research consisted of two cycles of the stages of planning, implementation, observation, and reflection. The focus of research is the application of learning models kemanpuan Think Talk Write and narrative writing. Subjects were one teacher and 29 students, consisting of 10 male students and 19 female students. Data collection techniques used were observation and tests. data analysis with qualitative analysis and kuantitatf.

The results showed that the application of the learning model Think Talk Write to increasing the activity of teachers and students in learning.

The improvement can be seen from the first cycle of activity is in the category of teachers to teach well and students' learning activities that are in the category enough, while the second cycle teachers' teaching activities are in both categories and students' learning activities that are in either category. The results of study in the first cycle not achieve mastery in the classical and the second cycle has been reached in the classical completeness that the number of students who received grades above as many as 24 people or 83% .sedangkan number of students who scored below 70 as much as 5 or 17%. It can be concluded that through the application of learning model Think Talk Write can increase the ability to write narratives on subjects Indonesian students of class V SD Instruction 5/81 Tapong District of Tellu Limpoe Kabupaen Bone.

Keywords: talk think write

(8)

vii

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa yang telah menganugerahkan berkat dan karunia-Nya. Sehingga skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Inpres 581 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaen Bone dapat terselesaikan dengan baik. Walaupun demikian, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang paling istimewa kepada kedua orang tua Ibunda Narniati dan Ayahanda Ali T, yang telah merawat, mendidik dan senantiasa mendoakan penulis sampai saat ini.

Kepada Dr.Muhammad Bakri,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. Lutfin Ahmad,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah sabar, tulus, tekun, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama penyusunan skripsi.

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Muhammad Saleh Pallu M.Eg., selaku Rektor Universitas Bosowa.

2. Dr. Mas’ud Muhammadiah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar.

3. St. Muriati S.Pd, M.Pd., selaku ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar, yang dengan penuh perhatian memberikan bimbingan dan memfasilitasi penulis selama proses perkuliahan

(9)

viii

dan layanan akademik, administrasi, dan kemahasiswaan sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi berjalan lancar.

5. Saharuddin, S.Pd., selaku Kepala SD Inpres 5/81 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di SD Inpres 5/81 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone.

6. Mulkeda, S.Pd., selaku Guru Kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas V SD Inpres 581 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone, atas segala perhatian dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian.

8. Mustafa tercinta serta keluarga besarku yang senantiasa memberi saya dorongan dan motivasi selama ini.

9. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2013 yang sama-sama sedang menyelesaikan studi.

Namun harapan penulis, skripsi ini dapat memberikan manfaat demi terciptanya pembelajaran yang bermakna di dalam kelas.

Makassar, 2 Agustus 2017

Mardiana

(10)

ix

Halaman PERNYATAAN

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Kajian pustaka ... 6

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write ... 6

2. Tiga Tahap dalam Model Pembelajaran Think Talk Write 9 3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Think Talk Write 12 4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think Talk Write ... 14

5. Peran Guru dalam Model Pembelajaran Think Talk Write 15 6. Ciri-Ciri Narasi ... 21

7. Unsur-Unsur Narasi ... 21

8. Prinsip-Prinsip Narasi ... 22

9. Langkah-Langkah Menulis Narasi ... 23

10. Jenis-Jenis Narasi ... 24

B. Kerangka Pikir ... 26

C. Hipotesis Tindakan... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Lokasi Penelitian ... 28

(11)

x

E. Definisi Operasional ... 33

F. Subjek Penelitian ... 33

G. Instrumen Penelitian ... 34

H. Teknik Pengumpulan Data ... 34

I. Teknik Analisis Data... 35

J. Indikator Keberhasilan ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

1. Paparan Data Siklus I ... 38

2. Paparan Data Siklus II ... 51

B. Pembahasan ... 64

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 73 RIWAYAT HIDUP

(12)

xi

1. Aspek Penelitian ... 34 2. Kriteria Standar ... 37 3. Data Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD Inpres

581 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone ... 48 4. Data Keterampiilan Menulis Narasi Siswa Kelas V SD

Inpres 5/81 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten

Bone siklus I ... 49 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kemampuan

Menulis Siswa Kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kecamatan

Tellu Limpoe Kabupaten Bone Siklus II ... 59 6. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Kemampuan Menulis

Siswa kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kecamatan Tellu

Limpoe Kabupaten Bone Siklus II ... 61 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor pada Siklus I dan

II ... 62

(13)

xii

2.1 Desain Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Think Talk Write ... 13 2.2 Skema Kerangka Pikir ... 27 3.1 Prosedur Penelitian ... 32

(14)

xiii 1

2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1

Materi Ajar

77 80

3 Lembar Kerja Siswa 82

4 Lembar Kerja Kelompok 84

5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I 85

6 Hasil Observasi Siswa Siklus I Pertemuan I 88

7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II

90

8 Materi Ajar 93

9 Lembar Kerja Siswa 95

10 Lembar Kerja Kelompok 97

11 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II 98 12 Hasil Observasi Siswa Siklus I Pertemuan II 101

13 Lembar Observasi Guru Siklus I 103

14 Soal Evaluasi 105

15 Kunci Jawaban Tes Evaluasi 106

16 Pedoman Penskoran Tes Evaluasi Katerampilan Menulis Karangan Narasi Siswa

107

17 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I

109

18 Materi Ajar 112

19 Lembar Kerja Siswa 114

20 Lembar Kerja Kelompok 116

(15)

xiv

23 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II

122

24 Materi Ajar 125

25 Lembar Kerja Siswa 126

26 Lembar Kerja Kelompok 127

27 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II 128 28 Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan II 131

29 Lembar Observasi Guru Siklus II 133

30 Soal Evaluasi 135

31 Hasil Tes Evaluasi Keterampilan Menulis Karangan 142 32 Akumulasi Data Hasil Siklus I dan Siklus II 144

33 Rekapitulasi Observasi Guru 145

34 Data Aktivitas Siswa Siklus 146

(16)

1 A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan salah satu identitas bangsa Indonesia sehingga mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki posisi yang models dalam kurikulum sekolah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi (BSNP, 2006).

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tetulis. Dengan demikian, sudah sewajarnya jika guru bahasa Indonesia senantiasa membelajarkan kepada anak didiknya untuk terampil berbahasa, baik lisan maupun tertulis dengan harapan siswa memiliki kompetensi berbahasa yang baik sebagai usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran di sekolah.

Proses pembelajaran menulis berdasarkan tingkatan kelas, dimana pada kelas awal seperti kelas I dan kelas II kegiatan pembelajaran menulisnya masih berorientasi pada menulis permulaan yaitu pengenalan huruf, sedangkan pada kelas-kelas tinggi seperti kelas IV dan V kegiatan menulisnya sudah berorientasi pada menulis lanjut seperti menulis karangan narasi dan menulis karangan paragraf deskriptif.

(17)

2

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan menulis karangan khususnya karangan narasi sangat penting bagi siswa SD dan guru wajib merancang pembelajaran yang mewadahi ketercapaian terhadap tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada sekolah SD Inpres 5/81 Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone bahwa sebagian besar siswa kurang menyukai pelajaran mengarang bahasa Indonesia, selain itu tidak semua siswa mampu menuangkan ide, pikiran, perasaan, kedalam bentuk simbol-simbol. Siswa tidak mampu menentukan tema serta menggunakan tanda baca dan huruf kapital dalam menulis narasi dengan baik dan benar. Bahkan ada siswa yang sama sekali tidak menyelesaikan tugas karangan narasi dengan baik. Hal ini mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa dalam mengembangkan karangan narasi.

Strategi pembelajaran yang selama ini digunakan dalam proses pembelajaran menuli narasi di kelas menggunakan teknik ceramah dan penugasan, artinya saat pembelajaran menulis narasi berlangsung, guru menjelaskan pengertian mengenai narasi dan langsung memberikan tugas kepada siswa untuk menyusun dengan judul tertentu dan dalam jumlah halaman tertentu. Hal ini menyebabkan pada saat menulis narasi, siswa tidak begitu memperhatikan pengunaan ejaan, kesesuaian judul

(18)

3

dengan isi, pengembangan topik, keterpaduan antar kalimat, keterpaduan antar paragraf, serta penggunaan tanda baca yang tepat.

Untuk mengatasi persoalan menulis narasi, guru haruslah melakukan pendekatan/model pembelajaran yang lebih bervariasi agar pembelajaran tidak monoton serta siswa dapat lebih aktif. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan ialah model pembelajaran kooperative tipe Think Talk Write.

Model Think Talk Write adalah model yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar.

Model yang diperkenalkan pertama oleh Huinker dan Laughlin (1996:82) ini didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial.

Beberapa penelitian telah dilaksanakan sebelumnya terkait dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write dan salah satunya adalah hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Yuni Istiana tahun 2013 yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di Kelas V SDN Jamusan Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung”, menunjukkan bahwa penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada saat kondisi awal terdapat 10 siswa yang tuntas dalam KKM dan yang belum tuntas

(19)

4

terdapat 13 siswa. Ada siklus I terdapat 15 siswa yang tuntas dalam KKM, dan yang belum tuntas terdapat 8 siswa, sedangkan pada siklus II terdapat 21 siswa yang tuntas dalam KKM, dan yang belum tuntas dalam belajar terdapat 2 siswa. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia kelas V.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul:

“Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write dalam Meningkatkan Kemanpuan Menulis Siswa Kelas V SD Inpres 5/81 Tapong kecamatan tellu limpoe kabupaten Bone”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas,maka rumusan masalah yang diperoleh adalah apakah penerapan model pembelajaran Think Talk Write dalam meningkatkan kemanpuan menulis narasi siswa kelas V SD Inpres 581 Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai di dalam penulisan ini, yaitu dalam mengetahui penerapan model pembelajaran Think Talk Write dalam meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone.

(20)

5

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Bagi akademis, menjadi bahan masukan dan informasi dalam upaya penyempurnaan, pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan.

b. Bagi peneliti, menambah khazanah pengetahuan dan wawasan dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang bertema kependidikan.

sebagai langkah awal untuk mengadakan penelitian selanjutnya dengan memperkenalkan satu alternatif dalam peningkatan keterampilan menulis narasi dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, dapat membantu para siswa dalam peningkatan menulis narasi mereka.

b. Bagi guru/pendidik, sebagai bahan masukan bagi guru dalam pengelolaan pendidikan di sekolah dasar sehubungan dengan upaya peningkatan keterampilan menulis narasi.

c. Bagi sekolah, sebagai lembaga pendidikan agar dapat menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif.

(21)

6 A. Pembahasan Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write dibahas tentang; (1) Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write; (2) tahap dalam model pembelajaran Think Talk Write; (3) langkah- langkah model pembelajaran Think Talk Write; (4) kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Think Talk Write; (5) peran guru dalam model pembelajaran Think Talk Write; (6) hakikat bahasa Indonesia; (7) keterampilan menulis; (8) kemampuan menulis narasi.

a. Pengertiaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write

“Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru” (Suprijono, 2015:73). Model Pembelajaran Kooperatif adalah sebuah model pembelajaran yang dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan (Piaget dan Vigotsky dalam Rusman, 2011:30).

Pandangan konstruktivisme Piaget menekankan pada kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapi dan pengalaman yang dimiliki orang tersebut. Konstruktivisme Vigotsky menekankan pada interaksi sosial dan melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosialnya (Rusman, 2011). Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model

(22)

7

pembelajaran mendorong siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin dalam Isjoni, 2012).

Berdasarkan pendapat di atas. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan suatu model pembelajaran yang menfasilitasi siswa untuk bekerja sama. Dalam pembelajaran yang kolaboratif ini didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap.

Menghormati sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di hadapkan kepada mereka.

Pembelajaran Think Talk Write adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan meteri tersebut kepada anggota dalam kelompoknya (Zulkarnaini, 2011). Pada dasarnya Think Talk Write dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur Think Talk Write dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis (Yamin dan Ansari, 2012)

Pembelajaran Think Talk Write ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi dan alternatif solusi), hasil

(23)

8

bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan kemudian membuat laporan hasil presentasi (Suyatno, 2009). Model pembelajaran Think Talk Write beranggotakan 3-5 secara heterogen dalam kemampuan dengan melibatkan siswa berpikir atau berdiskusi dengan dirinya sendiri setelah membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis (Martunis dalam Zukarnaini, 2011).

Think Talk Write merupakan pembelajaran yang dimulai dengan berfikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, dan melaporkan. (Suyatno, 2009: 66)

Model pembelajaran Think Talk Write yang diperkenalkan oleh Huinker dan Lughin dengan alasan bahwa strategi Think Talk Write ini membangun secara tepat untuk berpikir, merefleksikan, dan untuk mengorganisasikan ide-ide serta mengetes ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis.

Huinker dan Laughin dalam Yamin, 2012.Menyatakan bahwa model pembelajaran Think Talk Write membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum siswa diharapkan untuk menulis. Alur model pembelajaran Think Talk Write dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog reflektif

(24)

9

dengan dirinya sendiri, selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya, sebelum siswa menulis.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model Think Talk Write adalah model pembelajaran yang ditempuh melalui proses berfikir, berbicara, kemudian menulis kedalam bahasanya sendiri. Model ini merupakan model yang dapat melatih kemampuan berfikir dan menulis siswa.

2. Tiga Tahap dalam Model Pembelajaran Think Talk Write a. Think (Berpikir)

Huinker dan Laughlin dalam Yamin (2012:8).Menyatakan bahwa berpikir dan berbicara/berdiskusi merupakan langkah penting dalam proses membawa pemahaman ke dalam tulisan siswa.

Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban atau metode penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide- ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri.

“Aktivitas berpikir dapat dilihat dari proses membaca suatu teks berisi cerita kemudian membuat catatan tentang apa yang telah dibaca Yamin (2012: 85)”.Dalam membuat atau menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan kedalam bahasa mereka sendiri.

(25)

10

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses berpikir ada tahap ini akan terlihat ketika siswa membaca masalah kemudian menuliskan kembali apa yang diketahui dan tidak diketahui mengenai suatu masalah. Selain itu, proses berpikir akan terjadi ketika siswa berusaha untuk menyelesaikan masalah dalam LKS secara individu.

b. Talk (Berbicara)

Pada tahap talk siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan, menyusun, dan menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Huinker dan Laughlin dalam Yamin ( 2012).Menyatakan bahwa siswa yang diberikan kesempatan untuk berdiskusi dapat: a) mengkoneksikan bahasa yang mereka tahu dari pengalaman dan latar belakang mereka sendiri dengan bahasa sendiri, b) menganalisis dan mensintesis ide-ide, c) memelihara kolaborasi dan membantu membangun komunitas pembelajaran di kelas.

Berdiskusi dapat meningkatkan eksplorasi kata dan menguji ide.

Berdiskusi juga dapat meningkatkan pemahaman” Huinker dan Laughlin dalam Yamin (2012:88). Ketika siswa diberikan kesempatan yang banyak untuk berdiskusi, pemahaman akan terbangun dalam tulisan siswa, dan selanjutnya menulis dapat memberikan kontribusi dalam membangun pemahaman. Intinya, pada tahap ini siswa dapat mendiskusikan pengetahuan mereka dan menguji ide-ide baru mereka, sehingga mereka

(26)

11

mengetahui apa yang sebenarnya mereka tahu dan apa yang sebenarnya mereka butuhkan untuk dipelajari.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berkomunikasi (talk) dapat mempercepat kemampuan siswa mengungkapkan dalam tulisan selanjutnya. Berkomunikasi atau berdiskusi baik antar siswa maupun dengan guru dapat meningkatkan pemahaman.

Hal ini bisa terjadi ketika siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau berdisukusi sekaligus mengkonstruksi berbagai ide untuk di kemukakan melalui kegiatan berdiskusi (talk).

c. Write (Menulis)

Huinker dan Laughlin dalam Yamin (2012:95).Menyatakan bahwa menulis dapat membantu siswa untuk mengekspresikan pengetahuan dan gagasan yang tersimpan agar lebih terlihat dan merefleksikan pengetahuan dan gagasan mereka.

Huinker dan Laughlin dalam Yamin (2012).Menyatakan bahwa manfaat tulisan siswa untuk guru adalah a) komunikasi langsung secara tertulis dari seluruh anggota kelas, b) informasi tentang kesalahan- kesalahan, miskonsepsi, kebiasaan berpikir, dan keyakinan dari para siswa, c) variansi konsep siswa dari ide yang sama, dan d) bukti yang nyata dari pencapaian atau prestasi siswa.

Aktivitas menulis siswa pada tahap ini meliputi: a) menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan, b) mengorganisasikan

(27)

12

semua pekerjaan langkah demi langkah baik penyelesaiannya ada yang menggunakan tulisan, hasil dari pertukaran pikiran antar siswa, c) mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada perkerjaan yang ketinggalan, d) meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya .

3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Think Talk Write

Langkah-langkah model pembelajaran Think Talk Write adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi teks bacaan berupa lembaran aktivitas siswa yang memuat situasi masalah bersifat open-ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.

b. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk di bawa ke forum diskusi (think).

c. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman kelompok untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.

d. Siswa megkontruksikan sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write) (Huda, 2014).

(28)

13

Bagan dari langkah-langkah model pembelajaran Think Talk Write di atas adalah sebagai berikut:

Siswa

Bagan 2.1: Desain Pembelajaran dengan Model Pembelajaran TTW (Huda, 2014)

Siswa Guru

Situasi Masalah Open

- Ended

Think

Talk

Write

Membaca Teks

&

Membuat Catatan Secara Individual

Interaksi dalam group:

Untuk

Membahas isi Catatan

Kontruksi Pengetahuan Hasil

Dari Think & Talk Secara Individual

Siswa

Kemampuan Pemahaman &

Komunikasi Belajar Bermakna Melalui

Model Pembelajaran TTW

Aktivitas Siswa

Aktivitas Siswa

Aktivitas Siswa

(29)

14

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran tersebut, peneliti menyimpulkan langkah-langkah model pembelajaran Think Talk Write untuk meningkatkan kemanpuan menulis karangan narasi siswa sebagai berikut.(a)Guru menyampaikan materi pokok pembelajaran; (b) Guru membacakan cerita narasi melalui media big book; (c) Guru membagikan LKS; (d) Siswa mencatat hal penting dari cerita yang didengar (think); (e) Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang; (f) Siswa berinteraksi dan berdiskusi mengenai isi cerita yang didengar (talk); (g) Siswa menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan narasi (write);

(h) Perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think Talk Write Adapun kelebihan model pembelajaran Think Talk Write adalah sebagai berikut: (a) Siswa menjadi lebih kritis; (b) Semua siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran; (c) Siswa lebih paham terhadap materi yang dipelajari (Fitri, 2011).

Kelemahan model pembelajaran Think Talk Write adalah sebagai berikut: (a) Siswa akan cukup merasa terbebani dengan tugas yang banyak; (b) Waktu untuk satu materi cukup banyak (Fitri, 2011).

(30)

15

5. Peran Guru dalam Model Pembelajaran Think Talk Write

Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan Think Talk Write adalah sebagai berikut: (a) Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan menantang setiap siswa untuk berpikir; (b) Mendengarkan secara hati-hati ide siswa; (c) Memfasilitasi siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan; (d) Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi; (e) Memutuskan kapan member informasi, mengklarifikasi persoalan-persoalan menggunakan model membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan; (f) Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi (Silver dan Smith dalam Yamin dan Ansari, 2012).

1. Menulis

Pengertian Menulis

“Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya” (Dalman. 2015:

3).

“1) Menulis itu berpikir; 2) menulis merupakan proses; 3) menulis merupakan interaksi global dan khusus; dan 4) tidak hanya satu cara dalam menulis” (Murray dalam Kristiantari, 2011: 99).

(31)

16

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 2008).

Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa menulis adalah proses interaksi global dan khusus untuk melahirkan pikiran atau perasaan yang diturunkan atau dilukiskan melalui lambang- lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

2. Tujuan Menulis

Tujuan menulis: (1)Membantu siswa dalam ekspresi tulis;

(2)Mendorong siswa megekspresikan diri secara bebas dalam tulisan;

(3)Mengajar siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis; (4)Mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis melalui menuliskan sejumlah maksud penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas. (Tarigan, 2008)

Sedangkan tujuan menulis yang lain yaitu: (1) Menginformasikan segala sesuatu baik itu fakta, data maupun peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman; (2) Membujuk, melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat menentukan sikap;

(3) Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melaui tulisan,

(32)

17

melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambahMenghibur, fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya (Syarif, 2009).

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah membantu untuk mendorong dan mengajarkan para siswa dalam mengembangkan ekspresi bahasa tulis secara bertahap dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas sehingga dapat meginformasikan segala sesuatu baik fakta, data maupun peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang sifatnya membujuk, mendidik ataupun menghibur yang terdapat maupun yang terjadi di muka bumi.

3. Manfaat Menulis

“Tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung”

(Tarigan, 2008: 23). Menulis bermanfaat dalam memudahkan para pelajar berpikir, menolong kita berpikir secara kritis, memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi dan menyusun urutan bagi pengalaman serta dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan manfaat menulis adalah memudahkan kita untuk berpikir kritis, memperdalam daya

(33)

18

tanggap atau persepsi kita, membantu menjelaskan isi pikiran-pikiran kita serta dapat menggali pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat memperluas wawasan menjelaskan permasalahan dan memberikan informasi untuk menghasilkan sebuah tulisan.

4. Tahap-Tahap Menulis

Menulis sebagai sebuah proses melibatkan serangkaian kegiatan yang terbagi atas beberapa tahap. Tahap menulis terdiri dari 5 tahap yaitu: 1) tahap pramenulis; 2) tahap pengedrafan; 3) tahap perbaikan; 4) tahap penyuntingan; dan 5) tahap publikasi (Tompkins dalam Kristiantari, 2011: 104).

Selain itu terdapat pula pendapat yang mengatakan bahwa terdapat tiga tahap dalam proses menulis yaitu: 1) tahap prapenulisan; 2) tahap penulisan; dan 3) tahap pascamenulis (Suparno dan Yunus, 2007:14) 1) Tahap Pramenulis

Tahap ini adalah tahap persiapan dalam menulis. Tahap ini merupakan fase mencari, menemukan dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh. Tahap pramenulis meliputi: a) memilih topik; b) mengumpulkan dan mengorganisasikan ide;

c) mengidentifikasi pembaca yang akan membaca tulisannya; d) mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis; dan e) memilih bentuk tulisan berdasarkan pembaca dan tujuan menulis.

(34)

19

2) Tahap Penulisan

Dalam tahap ini kita mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan ke dalam tulisan. Pada tahap ini kita menuliskan pokok-pokok id eke dalam draf kasar (Suparno dan Yunus, 2008).

3) Tahap Pasca tulis

Pada tahap ini merupakan tahap penyuntingan atau perbaikan sebelum dipublikasikan.

a. Jenis Jenis Karangan

Karangan memiliki berbagai macam, jenis karangan dibedakan sebagai berikut:

1) deskripsi

menggambarkan suatu objek dengan tujuan agar pembaca dapat merasakan sendiri objek yang digambarkan, karangan ini merupakan cerita tentang keadaan suatu objek.

2) eksposisi

adalah penjelasan tentang suatu topic yang bertujuan untuk memaparkan,memberi keterangan,atau memberi informasi yang jelas kepada pembaca dengan gaya penulisan yang akurat dan padat.

(35)

20

3) Argumentasi

adalah salah satu jenis pengembangan paragraph dalam penulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca.

4) Persuasi

adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi emosi pembaca untuk berbuat sesuatu.

5) narasi

menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu, karangan ini berupa tahapan-tahapan suatu peristiwa.

5. Pengertian Narasi

Narasi adalah tulisan yang menceritakan sebuah kejadian. Narasi kebanyakan dalam bentuk fiksi seperti novel, cerpen, dongeng, dan sebagainya. Narasi tidak selamanya bersifat fiktif, ada juga narasi yang bersifat faktual (ini lebih dikenal dengan recount) seperti rangkaian sejarah, hasil wawancara naratif, transkrip interogasi, dan sebagainya (Zainurrahman, 2011). Selain itu, terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa, “narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi” (Keraf, 2010: 36).

(36)

21

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karangan narasi adalah karangan yang menggambarkan dengan jelas serangkaian peristiwa atau kejadian dalam bentuk fisik maupun nonfisik agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.

6. Ciri-Ciri Narasi

1. Isi narasi berupa sebuah cerita, atau peristiwa tertentu

2. Cerita atau peristiwa yang disampaikan memiliki urutan waktu yang jelas dari tahap awal hingga akhir

3. Menampilkan suatu peristiwa atau konflik di dalam cerita

4. Memiliki unsur-unsur berupa latar, setting, tema, karakter, dan lain- lain.

7. Unsur-Unsur Narasi

Adapun unsur-unsur narasi adalah sebagai berikut; (1) tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi; (2) Alur/plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas; (3) Latar (setting) berfungsi untuk memberi konteks cerita

;(4) Judul hal pertama yang paling mudah dikenal oleh pembaca karena sampai saat ini,semua karya tidak ada yang memiliki judul;

(5) Sudut pandang (point of view) ; (6) Gaya dan Nada adalah cara pengungkapan yang khas bagi seorang pengarang,nada berhubungan dengan pilihan nada untuk mengekspresikan suatu

(37)

22

sikap; (7) Tema merupakan makna cerita yang pada dasarnya sejenis komentar terhadap subjek atau pokok masalah.

8. Prinsip-Prinsip Narasi

Dalam menulis sebuah karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi (Suparno dan Yunus, 2008). Prinsip- prinsip tersebut yaitu:

1) Alur (plot), alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain. Alur merupakan rangkaian pola tindak tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis (Keraf, 2008).

2) Penokohan, ciri khas karangan narasi adalah mengisahkan tokoh cerita yang bergerak dalam suatu rangkaian perbuatan atau mengisahkan tokoh cerita bergerak dalam suatu peristiwa dan kejadian (Suparno dan Yunus, 2008).

3) Latar, latar ialah tempat dan waktu terjadi perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh (Suparno dan Yunus, 2008). Latar dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: a) latar waktu, berhubungan dengan penempatan waktu; b) latar tempat, berkaitan dengan tempat terjadinya peristiwa dalam cerita; dan

(38)

23

c) latar sosial, berkaitan dengan kehidupan masyarakat dalam cerita (Kristiantari, 2011).

4) Sudut pandang (point of view), sudut pandang dalam narasi menyatakan bagaimana fungsi seorang narrator dalam sebuah narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian atau sebagai pengamat terhadap objek dari seluruh aksi dalam narasi (Keraf, 2008). Dalam menampilkan cerita narasi, narrator akan menempatkan dirinya pada posisi yang berbeda-beda. Beberapa posisi penulis yaitu: a) penulis sebagai pelaku utama; b) pelaku sebagai pelaku tapi bukan pelaku utama; c) penulis serba hadir; dan d) penulis sebagai peninjau (Kristiantari, 2011).

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip karangan narasi terbagi menjadi empat yaitu;

1) alur (plot), 2) penokohan, 3) Latar, 4) sudut pandang (point of view).

9. Langkah-Langkah Menulis Narasi Langkah-langkah menulis narasi yaitu:

1) Menentukan tema dan amanat 2) Menetap sasaran pembaca

3) Merancang peristiwa-peristiwa dalam bentuk skema alur

(39)

24

4) Membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir cerita.

5) Merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir cerita.

6) Menyusun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang (Dalman: 2015).

10. Jenis-Jenis Narasi

Narasi ekspositoris (narasi faktual)

Narasi ekspositori adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang (Dalman, 2015).

Narasi sugestif (narasi artistik)

narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat (Dalman, 2015).

perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif yaitu sebagai berikut:

No Narasi Ekspositoris No Narasi Sugestif 1. Memperluas pengetahuan

pembaca

1. Menyampaikan makna atau amanat yang tersirat

2. Menyampaikan informasi tentang suatu kejadian

2. Menimbulkan daya khayal 3. Bahasanya cenderung 3. Bahasanya cenderung figuratif,

(40)

25

informatif, menggunakan kata- kata denotative

sugestif, dan konotatif 4. Didasarkan pada penalaran 4. Penalaran hanya berfungsi

sebagai alat untuk

menyampaikan makna, kalau perlu penalaran dapat dilanggar, misalnya dalam dongeng.

Adapun contoh narasi ekspositoris dan narasi sugestif adalah Sebagai berikut:

(a). Narasi Ekspositori Contoh narasi ekspositoris

Saat ini Ali sedang menghadapi ulangan matematika. Ia merasa sangat kesulitan. Dalam hati ia menyesal, karena semalam tidak belajar.

Tak satu pun soal dapat terjawab. Ia lalu berpikir untuk bertanya pada teman yang duduk di sampingnya. Namun, ia ragu. Ia takut kalau perbuatannya diketahui oleh pengawas.

(b). Narasi Sugestif Contoh narasi sugestif

Saat ini Ali sedang duduk menatap soal matematika yang ada di depannya. Ia terpaku karena tak bisa mengerjakan soal-soal itu. Dalam hati ia menyesal, karena semalam ia menghabiskan waktu dengan bermain game. Tak satu pun soal yang dapat terpecahkan, meskipun seluruh kekuatan otaknya sudah dikerahkan. Terlintas dalam pikirannya untuk bertanya pada teman yang duduk di sampingnya. Namun, ketakutan merayapi perasaannya, mengingat mata pengawas selalu berkeliaran di seluruh penjuru ruang kelas

.

Berdasarkan pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa karangan narasi terbagi menjadi dua yaitu narasi ekspositori (narasi faktual) dan narasi sugestif (narasi artistik)

(41)

26

a. Aspek-Aspek Penilaian Menulis Narasi

Penilaian akan mendapatkan hasil yang baik jika aspek-aspek yang dinilai dalam tulisan disajikan secara lebih rinci. Kegiatan menulis melibatkan aspek penggunaan tanda ejaan, penggunaan diksi dan kosakata, penataan dan keterkaitan kalimat,ciri narasi (Slamet dalam kristiantari, 2011). Unsur-unsur mengarang yang dinilai adalah content (isi, gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan).

B. Kerangka Pikir

Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD terdapat empat kemanpuan menulis yang harus dikuasai dan diajarkan kepada siswa.

Empat kemanpuan tersebut yaitu kemanpuan menulis, kemanpuan membaca, kemanpuan berbicara, dan kemanpuan menyimak. Menulis dianggap sebagai sebuah proses ataupun suatu hasil.

Menulis adalah suatu proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan kedalam bentuk tulisan. Pembelajaran menulis menuntut kerja keras guru untuk menciptakan suatu pembelajaran di kelas menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan sehingga akan membuat siswa merasa senang dan merasa dipaksa untuk menciptakan sebuah karangan atau tulisan dan sebaliknya siswa akan merasa senang ketika diajak guru untuk menciptakan sebuah karangan atau tulisan.

(42)

27

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka pikir seperti yang terlampir dalam bentuk gambar sebagai berikut

BAGANG KERANGKA PIKIR

Bagan 2.2 Skema Karangka Pikir (Huda,2014) Kurikulum 2006

Menyimak

Keterampilan berbahasa indonesia

Berbicara Membaca Menulis

Narasi Eksposisi Argumentasi Deskipsi

Analisis

Temuan

(43)

28

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Jika model pembelajaran Think Talk Write dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, maka kemanpuan menulis siswa kelas V SD Inpres 581 Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone Dapat Meningkat.

(44)

29 A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V Sd Inpres 581 Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone dengan jumlah siswa 29 orang. 10 siswa laki- laki dan 19 siswa perempuan. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Lokasi penelitian ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

1. Sarana dan prasarana sekolah cukup memadai untuk dilaksanakan penelitian

2. Adanya masalah yang dialami siswa kelas v b SD Inpres 581 Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone dalam mata pelajaran bahasa Indonesia 3. Guru-guru dan kepala sekolah di SD Inpres 581 Tapong Kec.Tellu

Limpoe Kab.Bone dapat menjadi pihak yang siap bekerjasama dalam terlaksananya penelitian.

B. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau class room action research yang bersifat deskriptif dan bertujuan untuk mengungkapkan hasil penelitian sesuai dengan fakta dan data yang diperoleh dilapangan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan, secara

(45)

garis besar pelaksanaan tindakan ini dibagi dalam dua siklus dan setiap siklus meliputi empat tahap yaitu: 1) perencanaan tindakan; 2) pelaksanaan tindakan; 3) observasi dan evaluasi; dan 4) refleksi (Arikunto, 2008).

C. Desain Penelitian

Berdasarkan gambar bagan 3.1, dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan

“Perencanaan adalah tahapan pertama dalam penelitian tindakan kelas. Perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan itu dilaksanakan” (Arikunto, 2008: 17).

Tahap perencanaan meliputi:

a. Mengkaji silabus pembelajaran kelas V kemudian memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran menulis narasi.

b. Menelaah materi pembelajaran menulis narasi serta menelaah indikator bersama guru wali kelas V.

c. Menyusun RPP sesuai indikator sesuai indikator dan skenario pembelajaran menulis narasi menggunakan model pembelajaran Think Talk Write.

d. Menyiapkan alat evaluasi untuk penilaian.

(46)

e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa (Arikunto, 2008)

2. Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan yaitu tahap melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas V. Adapun kegiatan yang di lakukan adalah guru melaksanakan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write dengan delapan tahap yaitu:

1. Guru menyampaikan materi pokok pembelajaran

2. Guru membacakan cerita narasi melalui media big book 3. Guru membagikan LKS.

4. Siswa mencatat hal penting dari cerita yang didengar (think).

5. Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang.

6. Siswa berinteraksi dan berdiskusi mengenai isi cerita yang didengar (talk).

7. Siswa menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan narasi (write).

8. Perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati kemanpuan guru, aktivitas siswa dan

(47)

kemanpuann siswa menulis narasi menggunakan model pembelajaran Think Talk Write. Pada tahap ini meliputi pengamatan yang dilaksanakan oleh peneliti selama kegiatan proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung pada siswa kelas V SD melalui penerapan model pembelajaran Think Talk Write yaitu dengan mengamati aktivitas guru dan siswa sesuai dengan lembar observasi kegiatan guru dan siswa (terlampir).

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengetahui kelebihan maupun kekurangan pembelajaran pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran menulis narasi melalui model pembelajaran Think Talk Write pada siklus I

b. Mencatat permasalahan yang ada dalam pembelajaran menulis narasi melalui model pembelajaran Think Talk Write pada siklus I

c. Merencanakan perbaikan pembelajaran menulis narasi melalui model pembelajaran Think Talk Write pada siklus pada siklus II sebagai tindak lanjut pembelajaran pada siklus I.

Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam siklus I dan membuat rencana untuk siklus II.

Desain penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.Siklus I dan siklus II merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran.

(48)

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian (Arikunto, 2008) D. Variabel Penelitian

Variabel peneliti terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

variabel bebas, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menulis narasi dan variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran think talk write.

Perencanaan

Siklus I Tindakan

Observasi Refleksi

Perencanaan

Tindakan Siklus II

Observasi Refleksi

Berhasil

(49)

E. Definisi Operasional Variabel

Pada perinsipnya yang dimaksud dengan defenisi operasional adalah defenisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang terdapat pada variabel penelitia sesuai dengan rumusan masalah dan pengumpulan data. Konsep yang dapat diamati ini penting, karena hal yang dapat diamati itu dapat membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.

F. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone, yang aktif dan terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 20 orang siswa dan peneliti sebagai observer dengan sasaran utama meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. Pemilihan guru wali kelas dan siswa kelas v b Sd Inpres 5/81 Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone, didasarkan atas pertimbangan:

a. Tingkat perkembangan kognitif perkembangan kognitif usia antara 10 sampai 11 tahun sudah dapat menulis narasi karena mereka telah belajar tentang menulis lanjut sejak kelas III.

b. Adanya masalah yang dialami siswa kelas V sekolah dasar dalam menulis karangan narasi.

c. Kesiapan wali kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone.

(50)

G. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk penelitian ini dilakukan dengan tes hasil belajar siswa. Tes ini dilakukan dengan maksud untuk mengukur penguasaan siswa kelas V SD Inpres 5/81 Tapong pada pokok materi yang dibahas.Tes hasil belajar yang digunakan atau tes yang berbentuk uraian.

Untuk skor hasil belajar diperoleh dari hasil pemeriksaan tulisan siswa terhadap tes yang diberikan yang tesnya berebentuk uraian (essay) maka skor untuk masing-masing soal bervariasi berdasarkan tingkat kesukarannya.

Tabel 3..1 Aspek Penilaian

No Aspek yang di nilai Bobot

1 Kesesuaian judul dengan isi 10

2 Keterkaitan kalimat 25

3 Diksi 20

4 Ejaan 20

5 Siri Narasi 25

Jumlah 100

H. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini yaitu:

1. Observasi

Observasi digunakan untuk mendapatkan data yang berfungsi sebagai sumber informasi untuk mengukur tingkat perkembangan guru

(51)

dan siswa kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone didasarkan atas indikator yang telah ditetapkan, sesuai dengan langkah- langkah model pembelajaran Think Talk Write.

Dalam penelitian ini, objek yang menjadi bahan observasi adalah guru dan siswa. Metode observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa, serta keterampilan menulis karangan narasi siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model Think Talk Write.

Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan diterapkannya model pembelajaran Think Talk Write.

2. Tes

Tes bertujuan untuk mengetahui kemanpuan menulis narasi siswa kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone setelah diterapkannya model pembelajaran Think Talk Write. Adapun indikator tes tertulis yang ditetapkan untuk kemanpuan menulis narasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kesesuaian tema dengan isi karangan b. Ketepatan ejaan dan tanda baca

c. Terdapat alur, latar, tokoh dan sudut pandang d. .Ketepatan diksi atau pilihan kata

e. Kerapian tulisan I. Teknik Analisis Data

(52)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilaksanakan sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Malhotra dalam Sangadji, 2010). Untuk nilai narasi siswa dalam ranah kognitif dan psikomotor siswa kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write, secara terpadu didasarkan pada tes hasil belajar siklus I dan siklus II (data kuantitatif) sedangkan untuk ranah afektif didasarkan pada data kualitatif hasil lembar observasi siswa, kemudian diolah melalui lembar hasil belajar ranah afektif.

Data yang diperoleh, diolah dan diarahkan dalam bentuk presentase (%) taraf keberhasilan untuk memudahkan pengkualifikasian berdasarkan tebel keberhasilan. Presentase (%) taraf keberhasilan diperoleh dari formula sebagai berikut:

%

 100

jumlah skor maksimal perolehan skor

jumlah pencapaian

Persentase

J. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari segi proses pembelajaran kemampuan menulis karangan narasi dengan penerapan model pembelajaran Think Talk write adalah Indikator hasil Hipotesis tindakan dalam penelitan ini adalah penerapan Think Talk Write dapat menjadi salah satu alternatif solusi yang tepat untuk meningkatkan pemahaman murid dalam

(53)

kemanpuan menulis narasi. Adapun kriteria yang digunakan untuk mengungkapkan pemahaman murid yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kategori Penilaian

Tabel 3.2 Kriteria standar (Arikunto, 2008)

Berdasarkan kategori indikator keberhasilan, maka peneliti memilih dan menetapkan standar minimal keberhasilan dalam penelitian dikatakan berhasil jika nilai narasi siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 70 ke atas dan ketuntasan secara klasikal ≥ 80%.

No Taraf

Keberhasilan Kualifikasi

1 95-100 Sangat Baik (SB)

2 85-94 Baik (B)

3 70-84 Cukup (C)

4 55-69 Kurang (K)

5 0-54 Sangat Kurang (SK)

(54)

39 A. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan berdasarkan prosedur PTK yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan tindakan berlangsung selama dua siklus pada semester genap tahun ajaran 2017-2018 dengan setting penelitian kelas V SD Inpres 5/81 Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone. Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 23 Maret sampai tanggal 23 April 2016. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas V bertindak sebagai simulator. Peneliti dibantu oleh seorang teman yang juga bertindak untuk mengobservasi siswa.

Hasil penelitian berupa data hasil kemampuan menulis narasi siswa yang diperoleh melalui tes akhir siklus I dan siklus II serta data observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru menggunakan lembar observasi model checklist. Pelaksanaan tindakan terdiri dari enam kali pertemuan untuk membahas materi ajar, dan untuk tes akhir siklus.

1. Paparan Data Siklus I

Kegiatan yang dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran Think Talk Write

(55)

siklus I terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Keempat tahap tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran pada siklus I ini mengambil mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis narasi. Adapun pokok bahasan tersebut diambil dari kurikulum KTSP 2006 kelas V dengan alokasi waktu 2x35 menit. Perencanaan ini disusun dan dikembangkan oleh peneliti serta di konsultasikan dengan guru kelas berupa (1) rencana pembelajaran, (2) lembar kerja siswa (LKS), (3) lembar observasi guru dan siswa, (4) tes evaluasi akhir siklus. Berdasarkan konsultasi dengan guru kelas maka diputuskan bahwa guru yang akan bertindak sebagai simulator sedangkan peneliti bertindak sebagai obsever. Pada siklus I ini direncanakan dua kali pertemuan. Adapun tujuan pembelajaran yang diharapkan pada siklus ini adalah siswa menulis narasi dengan memperhatikan penggunakan ejaan (huruf besar, tanda titik dan tanda koma) dan memperhatikan perwatakan tokoh utama.

b. Pelaksanakan Tindakan 1) Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan mengajar pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 28 Maret 2016. Mengawali pembelajaran pertemuan pertama ini, guru mengucapkan salam untuk membuka pembelajaran, setelah itu guru mengkondisikan siswa untuk siap dalam menerima pelajaran, setelah itu guru mengarahkan siswa

(56)

untuk berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas. Setelah berdoa, guru melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa. Selanjutnya guru melakukan apersepsi berupa tanya jawab tentang film “Upin & Ipin”, seperti (1) pernakah kalian menonton film Upin & Ipin? (2) bagaimana tokoh-tokoh dalam film tersebut? (3) dimana latar yang sering digunakan dalam film tersebut?. Selanjutnya guru menghubungkan jawaban siswa dengan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran. Setelah itu, guru memberikan motivasi kepada siswa agar aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti, dalam kegiatan inti ini langkah pertama yang dilakukan guru adalah menyampaikan materi pokok pembelajaran dengan menggunakan LCD. Kegiatan berikutnya, guru melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai penjelasan yang telah guru sampaikan. Selanjutnya siswa diberi lembar kerja yang berisi tentang permasalahan berupa penggunaan ejaan yang benar serta perwatakan tokoh dalam suatu narasi. Selain itu, siswa secara individu membuat catatan kecil tentang lembar kerja yang sudah mereka kerjakan (think).

Setelah siswa megerjakan lembar kerja dan membuat catatan kecil, siswa kemudian dibagi menjadi empat kelompok yang heterogen.

Selanjutnya siswa secara berkelompok berinteraksi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Setelah membahas isi catatan, siswa kemudian menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk narasi (write).

Selanjutnya perwakilan setiap kelompok mempresentasikan hasil

(57)

diskusinya. Langkah akhir dari kegiatan inti adalah peneliti memberikan evaluasi kepada siswa berupa pertanyaan yang terkait dengan hasil diskusi yang telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami tentang menulis narasi dengan memperhatikan penggunaan ejaan yang benar serta perwatakan tokoh dengan penerapan model pembelajaran Think Talk Write.

Tahap akhir dari pelaksanaan tindakan siklus I yaitu kegiatan penutup. Dalam kegiatan penutup ini, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari setelah itu siswa diberikan tindak lanjut berupa perbaikan/pengayaan kemudian guru menutup pembelajaran dengan memberi salam.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 Maret 2016. Pertemuan kedua ini hampir sama seperti kegiatan awal pembelajaran pertemuan pertama yaitu guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam untuk membuka pembelajaran, setelah itu guru mengkondisikan siswa untuk siap dalam menerima pelajaran, setelah itu guru mengarahkan siswa untuk berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas. Setelah berdoa, guru melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan memperlihatkan video Upin dan Ipin kemudian melakukan tanya jawab tentang perwatakan tokoh terkait dengan video tersebut. Selanjutnya guru menghubungkan jawaban siswa dengan materi

Referensi

Dokumen terkait

Optimalisasi nilai alpha untuk produk greentea adalah sebesar 0.3, untuk produk Choco Caramel sebesar 0.4, untuk produk Taro menggunakan nilai alpha 0.2, untuk produk

Pendidikan Islam termasuk masalah sosial, sehingga dalamkelembagaannya tidak terlepas dari lembaga-lembaga sosial yang ada.Lembaga tersebut juga institusi atau pranata, sedangkan

Tahap persiapan meliputi analisis materi larutan penyangga berdasarkan standar isi pada KTSP, studi model problem solving, studi motivasi belajar siswa, merumuskan masalah

Harus ditulis dengan tangan sendiri, menggunakan huruf kapital/balok dan tinta hitam 2. Jika ada yang salah hanya dicoret, yang dicoret tersebut tetap terbaca, yang

Hal ini berlaku mungkin disebabkan masa untuk kanak-kanak meluangkan masa di sudut bacaan kurang dan buku-buku tidak digunakan dengan berkesan dalam pembelajaran dan pengajaran

[r]

Dengan demikian, penjelasan tujuan dan sasaran pada hakekatnya merupakan penegasan kembali tentang visi dan misi RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun 2014-2019 secara

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membuat situs (website) dengan menggunakan program aplikasi Macromedia Flash MX, dengan tujuan membantu bagi para penggemar anime dan manga