• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA PEREMPUAN YANG MENGALAMI OVERWEIGHT SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA PEREMPUAN YANG MENGALAMI OVERWEIGHT SKRIPSI"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Bidang Peminatan Psikologi Perkembangan

Oleh:

LAILY NOVITASARI 135120301111080

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

(2)

ii

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian laporan Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Citra Tubuh dengan Harga Diri Pada Remaja Perempuan yang Mengalami Overweight di Kecamatan Pandaan”. Skripsi ini merupakan rangkaian tugas akhir dari proses yang ditempuh peneliti selama menempuh Pendidikan S1 di Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya, dan merupakan awal dari proses yang baru.

Skripsi ini diselesaikan dengan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Prof Dr. Unti Ludigdo, Ak, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang.

2. Ibu Siti Kholifah, S.Sos., M.Si., Ph.D selaku Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang.

3. Ibu Cleoputri Al Yusainy, Ph.D, selaku Kepala Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang.

4. Ibu Yuliezar Perwira Dara, S.Psi, M.Psi, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta masukan kepada peneliti dalam melaksanakan dan juga menyelesaikan Skripsi.

5. Ibu Unita Werdi Rahajeng, S.Psi., M.Psi dan Ibu Dian Putri Permatasari, S.Psi., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-masukan kepada peneliti dalam melaksanakan dsn menyelesaikan ujian serta revisi Skripsi.

(3)

iii

7. Kakak tercinta Hilda Nur Fauzia yang senantiasa mendukung serta memberikan semangat untuk peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

8. Teman yang udah seperti keluarga Corry dan Windy yang senantiasa mendengarkan keluh kesah aku selama proses pengerjaan skripsi dan yang selalu mendukung ku dalam keadaan apapun.

9. Teman-teman seperjuangan Ainun, Yayah, Maul, Mia, Neny, Della, Rahma, Nova, dan Nia yang selalu mendukung dan menemani dari semester awal sampai semester akhir ini.

10. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian Skripsi yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Atas semua bantuan tersebut, peneliti tidak dapat membalasnya dan hanya dapat memanjatkan do’a Kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga semua pihak yang telah membantu peneliti diberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya.

Peneliti menyadari bahwa penelitian Skripsi ini banyak kekurangan. Akhir kata peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 26 Oktober 2017

Laily Novitasari

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

Laily Novitasari 135120301111080

Menyatakan dengan kesungguhan bahwa skripsi berjudul HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA PEREMPUAN YANG MENGALAMI OVERWEIGHT DI KECAMATAN PANDAAN adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.

Malang, 26 Oktober 2017 Yang membuat

pernyataan,

Laily Novitasari 135120301111080

(7)

vii

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 6

1.4 Manfaat Peneltian ... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Penelitian Terdahulu ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1 Harga Diri (Self-Esteem) ... 12

(8)

viii

2.1.3 Aspek-Aspek Harga Diri ... 14

2.2 Citra Tubuh (Body Image) ... 14

2.2.1 Definisi Citra Tubuh ... 14

2.2.2 Faktor-Faktor Citra Tubuh ... 16

2.2.3 Dimensi Citra Tubuh ... 17

2.3 Remaja ... 18

2.3.1 Definisi Remaja ... 18

2.3.2 Perkembangan Fisik Remaja ... 19

2.3.4 Remaja Permpuan yang Overweight ... 19

2.4 Keterkaitan Antara Citra Tubuh dan Harga Diri Pada Remaja Perempuan yang Mengalami Overweight di Kecamatan Pandaan ... 20

2.5 Kerangka Pemikiran ... 22

2.6 Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Desain Penelitian ... 24

3.2 Identifikasi Variabel Penelitian ... 24

3.3 Definisi Operasional ... 25

3.3.1 Citra Tubuh (Body Image) ... 25

3.3.2 Harga Diri (Self-Esteem)... 26

3.3.3 Remaja Overweight ... 27

3.4 Populasi, Sample, dan Teknik Sampling ... 27

3.4.1 Populasi ... 27

(9)

ix

3.5 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 29

3.6 Instrumen Penelitian ... 32

3.6.1 Skala Citra Tubuh (Body Image) ... 33

3.6.2 Skala Harga Diri (Self-Esteem) ... 35

3.7 Reliabilitas ... 37

3.8 Metode Analisis Data ... 38

3.8.1 Uji Asumsi ... 39

3.8.1.1 Uji Normalitas ... 39

3.8.1.2 Uji Liniertas ... 39

3.9 Uji Hipotesis ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 HASIL PENELITIAN ... 41

4.1.1 Deskripsi Subjek ... 41

4.1.2 Deskripsi Data ... 41

4.1.3 Uji Asumsi ... 44

4.1.3.1 Uji Normalitas ... 44

4.1.3.2 Uji Linieritas ... 45

4.1.4 Uji Hipotesis ... 45

4.2 PEMBAHASAN ... 46

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 50

(10)

x

5.2 Saran ... 52

5.2.1 Saran Teoritis ... 52

5.2.2 Saran Praktis ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 57

(11)

xi

Tabel 2. Blue Print Skala Harga Diri (Fortunela, 2014) Setelah Uji Coba ... 37

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Skala ... 38

Tabel 4. Deskripsi Subjek berdasarkan Usia dan BMI ... 41

Tabel 5. Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 42

Tabel 6. Norma Kategori Subjek ... 43

Tabel 7. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skala Variabel X dan Y ... 43

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas ... 44

Tabel 9. Hasil Uji Linieritas ... 45

Tabel 10. Hasil Uji Hipotesis ... 45

(12)

xii

(13)

xiii

Lampiran 2. Data SPSS Skala Citra Tubuh dan Skala Harga Diri... 67 Lampiran 3. Skala Citra Tubuh dan Skala Harga Diri ... 72

(14)

xiv Laily Novitasari novitasarilaily@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja perempuan yang mengalami overweight. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif korelasional dengan pendekatan non-probability sampling. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja perempuan berusia 12-18 tahun yang mengalami overweight sejumlah 100 orang subjek.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Instrument penelitian yang digunakan adalah 2 skala adaptasi yaitu skala citra tubuh (Insani,2016) dan skala harga diri (Fortunela, 2014). Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis Pearson Product Moment dengan bantuan program IBM SPSS 21,0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja yang overweight dengan nilai signifikan sebesar 0,043 (p < 0,05) dan nilai korelasi sebesar 0,203. Artinya semakin tinggi citra tubuh seseorang maka harga diri akan semakin tinggi, dan sebaliknya.

Kata Kunci: Citra Tubuh, Harga Diri, Overweight

(15)

xv

Laily Novitasari novitasarilaily@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to find determine the relationship between body image with self-esteem in adolescent women who experience overweight. The method used is correlational quantitative research method with non-probability sampling approach.

Subjects in this study were young women aged 12-18 years who overweight a number of 100 subjects. The sampling technique used is purposive sampling. The research instrument used is 2 scale of adaptation that is body image scale (Insani, 2016) and self-esteem scale (Fortunela, 2014). Data analysis in this study using Pearson Product Moment analysis with the help of IBM SPSS 21.0 for Windows program. The results showed a positive relationship between body image with self- esteem in adolescent overweight with significant value of 0.043 (p <0.05) and correlation value of 0.203. It means that the higher the person's body image will be higher self-esteem, and instead.

Keyword : Body Image, Self-Esteem, Overweight

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional yang dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Santrock, 2007). Pada masa remaja individu akan mengalami banyak perubahan, baik perubahan psikis maupun perubahan fisik. Perubahan fisik yang dialami oleh remaja seringkali membuat remaja menjadi lebih memperhatikan dirinya serta melakukan penilaian tentang penampilan fisiknya (Solistiawati &

Novendawati, 2015).

Citra Tubuh merupakan persepsi individu yang meliputi persepsi terhadap penampilannya, perasaan serta pemikiran tentang tubuhnya, bagaimana perasaan individu terhadap tubuhnya, serta bagaimana fungsi dan kemampuan tubuhnya, (Fallon & Ackard dalam Cash Pruzinsky, 2002). Penampilan fisik merupakan hal yang tidak lepas dalam kehidupan individu di masyarakat.

Penampilan fisik yang menarik adalah salah satu aspek yang dilihat dalam kesan pertama individu. Dengan begitu individu mampu mempresentasikan dirinya kepada orang lain melalui penampilan fisik mereka. Mereka berusaha tampil sempurna dan berusaha memperbaiki penampilan mereka agar terlihat menarik dalam pergaulan serta mencari pasangan bagi mereka yang terlalu memperhatikan penampilan fisiknya. Selain itu, Thomson (Solistiawati &

(17)

Novendawati, 2015) mengatakan bahwa citra tubuh (body image) merupakan gambaran dari seberapa jauh individu merasa puas serta menerima akan bagian-bagian tubuh serta penampilan fisiknya secara keseluruhan. Santrock (Indika, 2010) berpendapat bahwa perhatian terhadap citra tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12-18 tahun, baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki. Citra tubuh antara remaja laki-laki dan remaja perempuan masing-masing sangatlah berbeda, hal tersebut diakibatkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja.

Perhatian terhadap citra tubuh menuntun individu pada usaha-usaha untuk mengontrol berat badan mereka (Davison & Birch; Schreiber; Vereecken &

Maes dalam Papalia & Feldman, 2014). Karena peningkatan lemak tubuh pada remaja perempuan selama masa pubertas, banyak dari mereka merasa tidak bahagia dengan penampilannya (Susman & Rogol dalam Papalia & Feldman, 2014). Hal ini membuat kebanyakan remaja perempuan akan merasa kurang puas dengan bentuk tubuhnya adalah mereka yang mengalami kelebihan berat badan atau biasa disebut dengan overweight. Menurut Pudjiadi (Cyberhealth, 2010) menjelaskan bahwa overweight dapat diartikan sebagai kelebihan berat badan, dan hal ini merupakan keadaan berlebihnya berat badan seseorang diatas normal, dan tidak jauh melampaui berat badan normal.

Badan Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization) menetapkan suatu pengukuran atau klasifikasi berat badan dengan menggunakan metode yang paling banyak digunakan yaitu Body Mass Index (BMI), yang didapat dengan cara membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat dari tinggi badan (dalam meter). Berat Normal ditunjukkan dengan angka BMI antara 20-

(18)

25 kg/m2. Overweight ditunjukkan dengan angka BMI antara 25-30 kg/m2.

Obese ditunjukkan dengan angka BMI antara 30,1-40,0 kg/m2, (British Heart Foundation dalam Grogan, 2008).

Riset Kesehatan Dasar (2013) memperlihatkan bahwaprevalensi gemuk atau overweight pada remaja usia 13-15 tahun di Indonesia sebanyak 10,8%

yang terdiri 8,3% gemuk atau overweight dan 2,5% obesitas, sedangkan pada remaja usia 16 – 18 tahun sebanyak 7,3% yang terdiri dari 5,7% gemuk atau overweight dan 1,6% obesitas. Artinya, jumlah remaja yang overweight di Indonesia pada usia 13-18 tahun lebih besar dibandingkan jumlah remaja yang mengalami obesitas.

Berdasarkan hasil preliminary study yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 5 orang remaja perempuan yang mengalami overweight dari beberapa SMA, diperoleh hasil bahwa mereka memiliki perasaan yang kurang percaya diri dengan bentuk tubuh yang mereka miliki, remaja tersebut telah masuk dalam kategori bentuk tubuh yang sudah mencapai batas kelebihan berat badan (overweight), dikarenakan mereka memiliki pola makan yang tidak teratur, seperti makan dengan porsi yang banyak sekaligus dan lebih sering makan cemilan dibandingkan makan teratur 3x sehari. Oleh karena itu, mereka memiliki niatan untuk menurunkan berat badannya, dengan cara diet dan olahraga dengan teratur, akan tetapi mereka menganggap bahwa usaha mereka tidak ada yang berhasil. Bahkan mereka menganggap bahwa bentuk tubuhnya tidak menarik dan mereka merasa kurang puas dengan bentuk tubuh yang mereka miliki.

(19)

Remaja dengan bentuk tubuh yang Overweight memiliki kecenderungan menjadi korban bullying oleh teman sebayanya. Hal ini berdasarkan pernyataan dari subjek preliminary study yang sering mendapatkan komentar buruk serta ejekan dari beberapa teman-temannya di sekolah bahkan ada subjek yang mendapatkan ejekan dari saudaranya sendiri. Komentar buruk terkait bentuk tubuh yang sering diterima oleh subjek mampu menimbulkan perasaan kecewa terhadap diri individu yang bersangkutan dan memunculkan sikap kurang puas terhadap bentuk tubuhnya dan mereka juga merasa kurang percaya diri terhadap bentuk tubuhnya sehingga membentuk harga diri individu menjadi rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Joiner, Katz,

& Lew (Baron & Byrne, 2004) menyatakan bahwa peristiwa yang negatif salah satunya adalah komentar buruk dari lingkungan sekitar memiliki efek yang negatif terhadap harga diri seseorang bahkan harga diri akan mengalami penurunan. Menurut Cash & Pruzinky (Nurvita & Handayani, 2015) juga menyatakan bahwa individu yang memiliki harga diri yang positif mampu mengembangkan evaluasi yang positif terhadap tubuhnya, dan sebaliknya.

BrooksGunn & Paikoff (Solistiawati & Novendawati, 2015) menyatakan bahwa remaja perempuan lebih banyak merasakan ketidakpuasan dengan bentuk tubuhnya tersebut dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal ini dikarenakan pada remaja perempuan kadar lemak dalam tubuh lebih banyak bertambah, sedangkan pada remaja laki-laki lebih banyak bertambah pada massa ototnya (Philips & Seiffge-Krenke dalam Santrock, 2007).

Ketidakpuasan akan bentuk tubuhnya tersebut mampu menjadi salah satu penyebab munculnya harga diri yang rendah selama masa remaja (Hurlock,

(20)

1980). Menurut Rosenberg (Nurvita & Handayani, 2015) harga diri (Self Esteem) merupakan sikap seseorang berdasarkan persepsi tentang bagaimana ia mampu menghargai serta menilai dirinya sendiri secara keseluruhan yang berupa sikap positif maupun sikap negatif terhadap diri individu itu sendiri.

Berdasarkan bagaimana individu menilai dirinya sendiri secara keseluruhan dan salah satunya adalah mengenai penampilan individu tersebut menarik atau tidak, hal ini dapat dikaitkan dengan bagaimana ia memperhatikan penampilan fisiknya. Penampilan fisik sendiri secara khusus memiliki konstribusi yang kuat terhadap harga diri pada remaja (Harter dalam Santrock, 2007). Selain itu, Santrock (2007) juga mengemukakan bahwa bahwa harga diri cenderung akan menurun di usia remaja khususnya pada remaja perempuan. Selain itu, Harter (Santrock, 2007) memaparkan bahwa salah satu hal yang dapat menyebabkan menurunnya harga diri pada remaja perempuan adalah karena remaja perempuan cenderung memiliki citra tubuh yang negatif.

Berdasarkan paparan di atas serta hasil dari preliminary study yang telah dilakukan, peneliti sangat tertarik untuk meneliti hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja yang memiliki berat badan overweight. Remaja perempuan dikatakan overweight apabila angka BMI (Body Mass Index) antara 25,1-30,0 kg/m2. Selain itu, peneliti ingin meneliti remaja perempuan yang overweight dikarenakan menurut data Riset Kesehatan Dasar (2013) remaja usia 13-18 tahun yang mengalami overweight di Indonesia memiliki prevalensi yang tinggi dibandingkan dengan remaja yang obesitas dengan nilai sebesar 15,6% sedangkan berdasarkan hasil dari preliminary study terhadap 5 orang remaja perempuan yang mengalami overweight menyatakan bahwa mereka

(21)

kurang puas dengan bentuk tubuh mereka, serta mereka seringkali merasa kurang percaya diri dengan bentuk tubuh mereka yang mereka anggap sudah mencapai batas kelebihan berat badan dan mereka mengaku bahwa mereka sering mendapatkan komentar buruk dari teman sebayanya mengenai bentuk tubuh yang mereka miliki, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat bagaimana hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja yang mengalami overweight.

Pada penelitian ini remaja perempuan dipilih karena remaja perempuan seringkali merasakan ketidakpuasan dengan bentuk tubuhnya dibandingkan dengan remaja laki-laki (BrookGunn & Paikoff dalam Solistiawati &

Novendawati, 2015), sehingga peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja perempuan yang mengalami overweight. Selain itu peneliti ingin melihat bagaimana persepsi mereka dalam menilai serta menghargai bentuk tubuh dengan berat badan yang overweight, serta bagaimana mereka mampu menampilkan citra tubuh yang terlihat menarik di mata orang lain.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja perempuan yang mengalami overweight?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja perempuan yang mengalami overweight.

(22)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi pada pengembangan ilmu di bidang Psikologi terutama mengenai hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja perempuan yang mengalami overweight.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi subjek penelitian khususnya mengenai citra tubuh dan harga diri pada remaja perempuan yang mengalami overweight.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi referensi bagi masyarakat umum, peneliti, maupun peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang citra tubuh dan harga diri pada remaja perempuan yang mengalami overweight.

1.5 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan acuan dalam penelitian, penulis memaparkan beberapa hasil dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya:

a. Ayu Solistiawati & Novendawati (2015). Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Harga Diri Remaja Akhir Putri (Studi Pada Mahasiswi Reguler Universitas Esa Unggul). Jurnal Psikologi Volume 13 Nomor 01. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

(23)

citra tubuh dengan harga diri, gambaran harga diri dilihat dari citra tubuh, mengetahui dimensi dominan harga diri, dan untuk mengetahui gambaran dimensi dominan harga diri dilihat dari citra tubuh. Dengan responden sebanyak 120 responden mahasiswi regular UEU. Teknik sampling menggunakan proposional random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur citra tubuh (33 valid) dan harga diri (31 valid) dalam bentuk skala likert. Hasil yang didapatkan adalah nilai sig 0.000 (p<0.05) ada korelasi sebesar 0.390, artinya terdapat hubungan positif dan signifikan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja akhir putri reguler UEU. Remaja akhir putri lebih banyak memiliki citra tubuh positif dan harga diri tinggi dan dimensi dominan adalah dimensi kognisi.

Temuan dari penelitian ini adalah remaja putri yang memiliki dimensi kognisi memiliki harga diri tinggi dan citra tubuh positif.

b. Victoria Nurvita & Muryantinah Mulyo Handayani (2015).

Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Body Image Pada Remaja Putri Awal yang Mengalami Obesitas. Jurnal Psikologi Volume 04 Nomor 01. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self-esteem dengan body image pada remaja awal yang mengalami obesitas. Subjek pada penelitian ini berjumlah 41 remaja putri awal yang berusia 12-15 tahun yang mengalami obesitas. Alat ukur menggunakan skala body image yang disusun oleh penulis sendiri, sedangkan untuk skala self-esteem merupakan hasil translasi dari skala self-esteem yang disusun oleh Rosenberg (1965). Hasil yang didapatkan

(24)

menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,00 yang berarti 𝐻0 ditolak, artinya terdapat hubungan antara variabel self-esteem dan variable body image. Besar koefisien korelasi antar dua variabel adalah 0,855 yang menunjukkan hubungan yang positif antara dua variabel self-esteem dengan variabel body image. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi self-esteem, maka body image yang dimiliki akan semakin positif pula.

c. Febian Dwiduonova Wiranatha & Supriyadi. (2015). Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja Pelajar Puteri di Kota Denpasar. Jurnal Psikologi Volume 02 Nomor 01.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada-tidaknya hubungan antara citra tubuh dengan kepercayaan diri pada remaja putri. Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel adalah cluster sampling, dengan responden merupakan remaja pelajar puteri dari lima Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Denpasar sebanyak 492 siswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang searah tetapi lemah antara citra tubuh dengan kepercayaan diri pada remaja pelajar puteri di Kota Denpasar (r = 0,350; p < 0,05).

d. Abamara Nnaemeka & Agu Solomon A. (2014). Relationship Between Body Image dan Self-Esteem Among Female Undergraduate Students of Behavioral Sciences. Journal of Humanities and Social Science Volume 19 Issue 01 Ver. XII. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada

(25)

mahasiswa perempuan dari Behavioral Sciences. Dengan responden sebanyak 400 Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial di Agbani Campus, Enugu State University of Science and Technology. Desain yang digunakan adalah desain penelitian korelasional. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa citra tubuh dikonfirmasi memiliki hubungan secara signifikan dengan harga diri yang didukung oleh hipotesis dengan adanya nilai hubungan yang signifikan antara harga diri yang tinggi dan citra tubuh (- .277, P <0,01); harga diri yang tinggi dan citra tubuh yang tinggi (-.267, P

<0,01); harga diri yang tinggi dan citra tubuh yang rendah (-.997, P <0,01);

harga diri rendah dan citra tubuh (-.319, P <0,01); dan harga diri yang rendah dan citra tubuh yang tinggi (-.327, P <0,01).

e. Cristina Pop (2016). Self-Esteem and Body Image Perception in a sample of University Students. Eurasian Journal of Educational Research Issue 64. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memverifikasi apakah tingkat harga diri dan ukuran penerimaan tubuh yang merupakan variabel subjektif, secara signifikan berkorelasi dengan BMI yang sebagai variabel obyektif. Selanjutnya, penelitian ini juga bertujuan untuk memperkirakan kisaran harga diri dalam kelompok penelitian yang ditentukan oleh persepsi diri mengenai tubuh serta apa peranan BMI pada hal ini. Teknik sampling menggunakan ramdom sampling dengan responden 160 mahasiswi Bucharest Economic Studies Academypada rentang usia 19-21 tahun. BMI nilai rata - 20,93 kg / cm2 (SD = 3.30) adalah setara dengan sosok fitnah, sesuai dengan tinggi rata-rata 1,65 m

(26)

(SD = 0,06) dan berat rata-rata ~ 57 kg (56,99 kg; SD = 9.70). Sebuah prevalensi ketidakpuasan tubuh dilaporkan, dengan 79% dari perempuan melaporkan menjadi tidak menyenangkan dengan penampilan fisik mereka. Harga diri dan ketidakpuasan tubuh berada di korelasi negatif yang signifikan yaitu, r (158) = - 0,36, p <0,0005. Selain itu, peneliti menemukan konsisten, korelasi signifikan secara statistik antara BMI dan tubuh ketidakpuasan (r (158) = 0,56, p <0,0005). Bagian penting (31%) dari ketidakpuasan tubuh ditentukan oleh BMI dan kemudian berat badan serta lemak yang menumpuk.

(27)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Harga Diri (Self-Esteem)

2.1.1 Definisi Harga Diri

Baron & Byrne (2004) mendefinisikan harga diri merupakan evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu atau sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentangan dimensi positif dan dimensi negatif. Evaluasi diri positif ini sebagian berdasarkan opini orang lain dan sebagian lagi berdasarkan dari pengalaman spesifik, sedangkan evaluasi diri yang negatif seringkali dihubungkan dengan keterampilan sosial yang tidak memadai (Olmstead dalam Baron &

Byrne, 2004), kesepian (McWhirter dalam Baron & Byrne, 2004), depresi (Jet Cvetanovski & Allen dalam Baron & Byrne, 2004), serta unjuk kerja lebih buruk yang menyertai pengalaman kegagalan (Taforodi & Vu dalam Baron & Byrne, 2004).

Maslow (Feist, 2012) menyatakan bahwa harga diri merupakan perasaan pribadi seseorang yang menganggap bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan percaya diri. Harga diri seringkali menggambarkan sebuah keinginan untuk memperoleh kekuatan, pencapaian atau keberhasilan, kecukupan, penguasaan dan kemampuan, kepercayaan diri dihadapan dunia, serta kemandirian dan kebebasan. Selain itu, Feist (2004) menyatakan bahwa harga diri

(28)

didasari oleh kemampuan nyata dan bukan hanya didasari oleh opini dari orang lain.

Harga diri sendiri berkaitan dengan cara seseorang memandang dirinya dalam kehidupan sehari-hari, individu yang mampu menilai dirinya positif cenderung akan bahagia, sehat berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sedangkan individu yang menilai dirinya negatif secara relatif akan merasa cemas, tidak sehat, tertekan dan pesimis mengenai masa depannya dan akan cenderung gagal, (Brem & Kassin dalam Damayanti & Purnamasari, 2011).

Bardasarkan pemaparan teori diatas, maka harga diri (self- esteem) dapat disimpulkan sebagai evaluasi diri atau penilaian terhadap dirinya sendiri yang memiliki rentang dimensi positif-negatif, dimana dalam dimensi positif individu mampu menyesuaikan diri, merasa berhasil dan merasa percaya diri, sedangkan dalam dimensi negatif individu akan mengalami kesepian, depresi, dan cenderung akan mengalami kegagalan.

2.1.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Harga Diri

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga diri menurut Harter (Damayanti & Purnamasari, 2011) yaitu dukungan emosional, persetujuan sosial dalam bentuk persetujuan dari orang lain, dan berfikir positif. Selain itu, menurut Ghufron & Risnawita (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu faktor internal: jenis

(29)

kelamin, inteligensi, kondisi fisik individu sedangkan faktor eksternal:

lingkungan sosial, sekolah, dan keluarga.

2.1.3 Aspek-Aspek Harga Diri

Harga diri terdiri atas dua aspek harga diri yang dikemukakan oleh Maslow, yaitu self respect dan respect from others (Fortunela, 2014).

a. Self respect atau menghargai diri sendiri merupakan suatu kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Kemampuan untuk menghargai diri sendiri akan membuat individu merasa dirinya lebih berharga dan mampu menguasai tugas serta tantangan hidup.

b. Respect from others atau mendapat penghargaan dari orang lain dapat di tunjukan melalui penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima, dan apresiasi.

2.2 Citra Tubuh (Body Image)

2.2.1 Definisi Citra Tubuh

Citra Tubuh merupakan keadaan mental tubuh individu yang mencakup persepsi terhadap penampilannya, perasaan serta pemikiran tentang tubuhnya, bagaimana perasaan individu terhadap tubuhnya, serta bagaimana fungsi dan kemampuan tubuhnya, (Fallon & Ackard dalam Cash Pruzinsky, 2002). Body image atau citra tubuh merupakan gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang

(30)

(Papalia, Olds, & Feldman, 2008). Conway (Insani, 2016) menyatakan bahwa citra tubuh adalah bagaimana seseorang berpikir serta merasakan tentang kondisi fisik yang mereka miliki. Seiring dengan berjalannya waktu, pengertian body image semakin berkembang. Menurut Honigman dan Castle (Rini, 2013), body image adalah bagaimana penilaian seseorang tentang bentuk tubuhnya, dapat juga berarti pemikiran seseorang tentang bagaimana penilaian dari orang lain terhadap bentuk tubuhnya.

Potter & Perry (Insani, 2016) berpendapat bahwa citra tubuh seseorang dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang tubuhnya baik secara internal maupun eksternal. Dimana citra tubuh akan selalu berubah-ubah kerena terus berkembang selama proses kehidupan melalui interaksi individu dengan orang lain dan lingkungannya, (Insani, 2016).

Berdasarkan beberapa pemaparan definisi tentang citra tubuh, maka dapat disimpulkan bahwa citra tubuh merupakan evaluasi maupun gambaran individu mengenai penampilan fisik yang dipengaruhi oleh persepsi baik secara internal maupun eksternal yang akan selalu berubah-ubah selama proses kehidupan melalui interaksi individu dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.

(31)

2.2.2 Faktor-Faktor Citra Tubuh

Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh, yaitu:

1. Jenis Kelamin

Chase (Indika, 2010) menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan factor yang sangat penting dalam perkembangan citra tubuh individu.

Pria ingin memiliki tubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri di depan teman-temannya, sedangkan wanita ingin memiliki tubuh yang kurus yang mereka gunakan unutk menarik perhatian lawan jenis.

2. Usia

Pada tahap perkembangan remaja, citra tubuh menjadi sangat penting, menurut Papalia & Olds (Indika, 2010). Hal ini dapat berdampak pada usaha yang berlebihan yang dilakukan oleh remaja unutk mengontrol berat badan mereka, dan umumnya terjadi pada remaja perempuan dibandingkan dengan remaja laki-laki.

3. Media Massa

Tiggemann (Indika, 2010) mengatakan bahwa media yang muncul dimana-mana mampu memberikn gambaran tentang tubuh ideal mengenai figure seorang perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang.

(32)

4. Keluarga

Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang paling berpengaruh bagi anaknya dalam proses sosialisasi, sehingga gambaran tubuh anak mampu terpengaruhi melalui modeling, feedback, dan instruksi (Indika, 2010).

5. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal cenderung membuat seseorang membandingkan diri mereka dengan orang lain dan feedback yang diterima mampu mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan mereka terhadap penampilan fisiknya. Menurut Dunn & Gokee (Indika, 2010) menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya.

2.2.3 Dimensi Citra Tubuh

Penelitian sebelumnya mengenai citra tubuh pada umumnya menggunakan skala MBSRQ-AS (Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-Appearance Scales) yang dikemukakan oleh Cash. Cash (Insani, 2016) mengemukakan adanya 4 dimensi citra tubuh, yaitu:

a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan.

(33)

b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), yaitu perhatian individu terhadap penmpilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.

c. Overweight Preocupation (Kecemasan menjadi gemuk), yaitu mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.

d. Self-Classified Weight (Pengkategorian ukuran tubuh), yaitu mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.

2.3 Remaja

2.3.1 Definisi Remaja

Santrock (2007) mendefinisikan bahwa masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa demasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio- emosional. Masa remaja sendiri dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun, Santrock (2007).

Masa remaja awal (early adolescence) terjadi kira-kira sama dengan sekolah menengah pertama, biasanya pada masa ini terfokus kebanyakan pada perubahan pubertas. Masa remaja akhir (late adolescence) ditandai dengan menikmati identitas yang terbentuk pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Minat dalam karir, pacaran, dan eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol di

(34)

masa remaja akhir dibandingkan di masa remaja awal. Selain itu, individu mulai melakukan koping terhadap tantangan sebagai seorang dewasa, mampu berpikir abstrak dan mampu untuk membuat keputusan di dalam kehidupannya, (Santrock, 2007).

2.3.2 Perkembangan Fisik Remaja

Masa remaja merupakan masa yang dimulai dengan terjadinya pubertas, yaitu suatu periode di mana kematangan fisik berlangsung secara pesat, yang melibatkan perubahan hormonal dan perubahan fisik, yang berlangsung di masa remaja awal, (Santrock, 2007). Pubertas diiringi dengan berbagai perubahan yang berlangsung di dalam sistem endokrin, berat tubuh, dan lemak tubuh, (Dorn dalam Santrock, 2007).

Santrock (2012) menjelaskan bahwa perubahan fisik pada perempuan di tandai dengan menarche (menstruasi pertama pada perempuan), tumbuh rambut di beberapa bagian tubuh, dan payudara yang membesar, sedangkan laki-laki di tandai dengan mimpi basah, tumbuhnya rambut di beberapa bagian tubuh, serta perubahan pada bagian suara yang lebih jelas. Sementara itu, untuk pertambahan berat badan yang terjadi pada masa-masa pubertas, dimana remaja perempuan cenderung lebih berat dibandingkan dengan remaja laki-laki, (Santrock, 2012).

2.3.3 Remaja Perempuan yang Overweight

Remaja perempuan seringkali merasa kurang menghargai bentuk tubuh mereka yang mengalami overweight atau biasa disebut dengan

(35)

kelebihan berat badan. Menurut seorang dokter gizi Dr. Cindiawaty Pudjiadi, Sp.GK MARS, MS (Cyberhealth, 2010) menjelaskan bahwa overweight sendiri dapat diartikan sebagai kelebihan berat badan, dan hal ini merupakan keadaan berlebihnya berat badan seseorang diatas normal, dan tidak jauh melampaui berat badan normal.

Badan Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization) menetapkan suatu pengukuran atau klasifikasi berat badan dengan menggunakan metode yang paling banyak digunakan yaitu Body Mass Index (BMI), yang didapat dengan cara membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat dari tinggi badan (dalam meter). Berat Normal ditunjukkan dengan angka BMI antara 20-25 kg/m2.

Overweight ditunjukkan dengan angka BMI antara 25-30 kg/m2.

Obese ditunjukkan dengan angka BMI antara 30,1-40,0 kg/m2, (British Heart Foundation dalam Grogan, 2008). Jadi remaja perempuan akan dikatakan overweight apabila angka BMI (Body Mass Index) berada diantara 25-30 kg/m2.

2.4 Keterkaitan Antara Citra Tubuh dengan Harga Diri Pada Remaja Perempuan yang Mengalami Overweight

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai oleh perubahan biologis, kognitif, serta sosio- emosional (Santrock, 2007). Pada masa remaja individu akan mengalami banyak perubahan, salah satunya adalah perubahan fisik. Perubahan fisik yang dialami oleh remaja seringkali membuat remaja menjadi lebih memperhatikan

(36)

dirinya serta melakukan penilaian tentang penampilan fisiknya (Solistiawati &

Novendawati, 2015). BrooksGunn & Paikoff (Solistiawati & Novendawati, 2015) menyatakan bahwa remaja perempuan lebih banyak merasakan ketidakpuasan dengan bentuk tubuhnya dibandingkan dengan remaja laki-laki.

Hal tersebut dikarenakan pada remaja perempuan kadar lemak dalam tubuh lebih banyak bertambah, sedangkan pada remaja laki-laki lebih banyak bertambah pada massa ototnya (Philips dalam Solistiawati & Novendawati, 2015). Sehingga beberapa remaja perempuan yang kurang puas dengan bentuk tubuh yang mereka miliki salah satunya adalah mereka yang memiliki bentuk tubuh yang overweight.

Overweight biasa disebut dengan kelebihan berat badan, dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal (Dr. Cindiawaty Pudjiadi, Sp.GK MARS, MS dalam Cyberhealth, 2010) Angka BMI (Body Mass Index) overweight menunjukkan antara 25-30 kg/m2. Misal remaja perempuan dengan nilai BMI antara 25-30 kg/m2 sudah bisa dikatakan dalam kategori bentuk tubuh yang overweight. Sehingga, sebagian besar remaja akan melakukan berbagai usaha agar memperoleh citra tubuh yang ideal sesuai dengan yang mereka inginkan agar terlihat menarik, seperti berpakaian yang sesuai dengan tubuh, menggunakan kosmetik, dan berolahraga, namun terkadang usaha- usaha yang mereka lakukan masih belum memuaskan mereka (Insani, 2016).

Santrock (Indika, 2010) berpendapat bahwa perhatian terhadap citra tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12-18 tahun. Faktor yang mampu mempengaruhi citra tubuh seseorang adalah faktor pengalaman- pengalaman interpersonal, serta faktor kepribadian. Faktor kepribadian sendiri

(37)

yaitu harga diri, dimana hal tersebut sangat terkait dengan perkembangan citra tubuh (Nurvita & Handayani, 2015).

Citra tubuh memiliki keterkaitan yang erat dengan harga diri. Menurut Rosenberg (Nurvita & Handayani, 2015) harga diri merupakan sikap seseorang berdasarkan persepsi tentang bagaimana ia mampu menghargai serta menilai dirinya sendiri secara keseluruhan yang berupa sikap positif maupun sikap negatif terhadap diri individu itu sendiri. Selain itu, Harter (Santrock, 2007) memaparkan bahwa salah satu hal yang dapat menyebabkan menurunnya harga diri pada remaja pemepuan adalah karena remaja perempuan cenderung memiliki citra tubuh yang negatif.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa, citra tubuh memiliki keterkaitan dengan harga diri pada remaja perempuan yang mengalami overweight, dimana citra tubuh yang negatif dapat menyebabkan rendahnya harga diri pada remaja yang overweight.

2.5 Kerangka Pemikiran

Gambar 1.

Kerangka Pemikiran

Citra Tubuh (Body Image) Remaja Overweight

Harga Diri

(Self-Esteem)

(38)

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

a. Ha : Terdapat Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Harga Diri Pada Remaja Perempuan yang Mengalami Overweight

b. Ho : Tidak terdapat Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Harga Diri Pada Remaja Perempuan yang Mengalami Overweight

(39)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Siregar (Milasari, 2016) menyatakan bahwa penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian, dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi dari masing-masing variabel. Pada penelitian ini mencoba untuk melihat hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja perempuan yang mengalami overweight.

3.2 Identifikasi Variabel Penelitian

Azwar (2015) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini meliputi:

1. Variabel Bebas (Independent) : Citra Tubuh (Body Image).

2. Variabel Terikat (Dependent) : Harga Diri (Self-Esteem).

(40)

3.3 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang masing-masing akan dijelaskan melalui definisi operasional sebagai berikut:

3.3.1 Citra Tubuh (Body Image)

Citra Tubuh merupakan keadaan mental individu terhadap tubuhnya yang mencakup persepsi terhadap penampilannya, perasaan serta pemikiran tentang tubuhnya, bagaimana perasaan individu terhadap tubuhnya, serta bagaimana fungsi dan kemampuan tubuh yang dimiliki.

Cash (Insani, 2016) mengemukakan empat dimensi body image, antara lain:

a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan)

Mengukur evaluasi seseorang terhadap penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tdak, serta memuaskan atau tidak memuaskan.

b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan)

Mengukur perhatian seseorang terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.

c. Overweight Preoccupation (Kecemasan akan Kegemukan)

Mengukur kecemasan seseorang terhadap kegemukan, kewaspadaan terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.

(41)

d. Self-Classified Weight (Pengkategorian Ukuran Tubuh)

Mengukur bagaimana seseorang mempersepsikan dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.

3.3.2 Harga Diri (Self-Esteem)

Harga diri (self-esteem) merupakan evaluasi diri atau penilaian terhadap dirinya sendiri yang memiliki rentang dimensi positif-negatif, dimana dalam dimensi positif individu mampu menyesuaikan diri, merasa berhasil dan merasa percaya diri, sedangkan dalam dimensi negatif individu akan mengalami kesepian, depresi, dan cenderung akan mengalami kegagalan. Harga diri terdiri atas dua aspek harga diri yang dikemukakan oleh Maslow, yaitu self respect dan respect from others (Fortunela, 2014).

a. Self respect atau menghargai diri sendiri merupakan suatu kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Kemampuan untuk menghargai diri sendiri akan membuat individu merasa dirinya lebih berharga dan mampu menguasai tugas serta tantangan hidup.

b. Respect from others atau mendapat penghargaan dari orang lain dapat ditunjukkan melalui penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima, dan apresiasi.

(42)

3.3.3 Remaja perempuan yang mengalami Overweight

Santrock (2007) mendefinisikan bahwa masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa demasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Masa remaja sendiri dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18- 22 tahun. Overweight biasa disebut dengan kelebihan berat badan, dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal (Dr.

Cindiawaty Pudjiadi, Sp.GK MARS, MS dalam Cyberhealth, 2010).

Angka BMI (Body Mass Index) kategori overweight menunjukkan antara 25-30 kg/m2. Sehingga, sebagian besar remaja akan melakukan berbagai usaha agar memperoleh bentuk tubuh yang ideal sesuai dengan yang mereka inginkan agar terlihat menarik.

3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

3.4.1 Populasi

Azwar (2015), menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah remaja perempuan yang mengalami overweight dan tidak diketahui berapa jumlahnya.

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi, sehingga ia harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya, Azwar (2016).

(43)

Sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah individu yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Remaja Perempuan

b. Dengan berat badan yang overweight, angka BMI 25,1-30,0 kg/m2 c. Usia 12-18 tahun, menurut Santrock (Indika, 2010)

d. 100 orang subjek

Peneliti memiliki beberapa alasan untuk mendapatkan kriteria sampel tersebut, yang pertama pada usia 12-18 tahun dikarenakan menurut Santrock (2007) individu dengan rentang usia tersebut seringkali sangat memperhatikan penampilan mereka. Kedua, pemilihan remaja perempuan yang overweight adalah karena belum ada penelitian yang menggunakan subjek remaja perempuan yang overweight dalam judul yang sama, selain itu peneliti juga ingin melihat apakah remaja perempuan dengan kriteria seperti itu memiliki harga diri yang tinggi atau rendah pada citra tubuh mereka. Peneliti mengambil 100 orang subjek remaja perempuan yang mengalami overweight. Berdasarkan pendapat Roscoe (Apsari, Mayangsari & Erlyani, 2016) ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 orang.

Sehingga 100 subjek sudah termasuk layak dalam suatu penelitian.

3.4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian, Hasan (Milasari, 2016). Teknik

(44)

sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah nonprobability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, Azwar (2016). Selanjutnya, jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu sampel yang bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi atas dasar adanya karakteristik spesifik yang telah ditentukan.

3.5 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, berikut tahap-tahap dalam penelitian:

1. Tahap mendesain penelitian

Tahap ini dilakukan untuk menemukan desain penelitian, agar peneliti dapat data yang akurat. Pada tahap ini terdapat beberapa langkah yaitu menentukan desain penelitian, menentukan subjek penelitian, menentukan teknik pengumpulan data, serta menentukan teknik menganalisis data sesuai dengan hasil yang sudah didapat di lapangan. Pemilihan ini sesuai dengan tujuan penelitian, subjek, dan data penelitian yang diperlukan.

2. Tahap pengumpulan data

Pada tahap ini dibagi menjadi beberapa langkah, yaitu:

a. Langkah pertama adalah melakukan persiapan penelitian sebagai berikut:

(45)

1) Preliminary Study

Peneliti melakukan preliminary studi terlebih dahulu dengan menyiapkan guideline wawancara terhadap 5 remaja perempuan yang mengalami overweight. studi pustaka ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana citra tubuh dan harga diri pada remaja perempuan yang mengalami overweight. Guideline wawancara yang digunakan merujuk pada aspek citra tubuh menurut teori Cash (Insani, 2016) dan 2 aspek harga diri menurut teori Maslow (Fortunela, 2014).

2) Pembuatan alat ukur

Peneliti menggunakan 2 skala, yaitu skala citra tubuh dan skala harga diri. Skala-skala yang digunakan merupakan skala adaptasi dari penelitian sebelumnya. Skala citra tubuh diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Insani (2016) merujuk pada teori Cash (dalam Grogan, 2008), sedangkan untuk skala harga diri diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Fortunela (2014) merujuk pada teori Maslow (dalam Alwisol, 2011). Skala adaptasi tersebut dibuat oleh peneliti sebelumnya berdasarkan teori citra tubuh yang dikemukakan oleh Cash (Insani, 2016) dan teori harga diri yang dikemukakan oleh Maslow (Alwisol, 2011). Peneliti menggunakan skala adaptasi dikarenakan skala-skala tersebut memiliki angka reliabilitas yang tinggi yaitu skala citra tubuh sebesar 0,848 dan skala harga diri sebesar 0,823. Sehingga indikator dalam skala tersebut sudah mewakili setiap dimensi citra tubuh dan

(46)

harga diri. Selain itu skala tersebut juga memiliki daya diskriminasi aitem rata-rata diatas 0,30 melalui program IBM SPSS for Windows.

b. Langkah kedua adalah pelaksanaan penelitian, sebagai berikut:

1) Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan dengan memberikan skala citra tubuh dan skala harga diri pada remaja perempuan yang mengalami overweight yang dilakukan di beberapa tempat les, TPQ, dll. Peneliti melakukan pengukuran berat dan tinggi badan subjek dengan menggunakana alat penimbang berat badan dan juga alat pengukur tinggi badan, untuk mendapatkan angka berat dan tinggi badan yang akurat dan valid.

2) Pengolahan data

Setelah pengambilan data selesai dilaksanakan, maka peneliti akan mendapatkan skala yang sudah di isi oleh subjek yang nantinya setiap jawaban akan diskor berdasarkan skala citra tubuh dan skala harga diri. Data yang digunakan merupakan data yang telah diperoleh dari seluruh sampel penelitian yang berjumlah 100 orang remaja perempuan yang mengalami overweight. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dengan bentuan program IBM SPSS versi 21 for windows.

3. Tahap analisa data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka peneliti selanjutnya akan melakukan pengolahan terhadap data penelitian yang telah diperoleh. Peneliti menentukan teknik analisa data yang sesuai dengan

(47)

penelitian yang sudah dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisa data dengan menggunakan metode korelasi Product Moment Pearson.

4. Tahap pembahasan hasil

Setelah dilakukannya uji hipotesis, peneliti kemudian melakukan interpretasi dan membuat kesimpulan berdasarkan pada hasil uji hipotesis yang telah dilakukan. Peneliti melakukan pembahasan mengenai hasil penelitian dengan teori, selain itu juga membahas temuan-temuan baru yang mungkin muncul tak terduga selama penelitian untuk bisa dijadikan evaluasi dan saran kepada penelitian sebelumnya maupun selanjutnya.

3.6 Instrumen Penelitian

Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti. Alat ukur yang digunakan harusnya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil serta diukur. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala. Skala merupakan suatu metode pengumpulan data yang merupakan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis, Hadi (Andea, 2010).

Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua skala yaitu, skala citra tubuh dan skala harga diri.

(48)

3.6.1 Skala Citra Tubuh (Body Image)

Skala citra tubuh yang digunakan peneliti merupakan skala adaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Insani (2016), dengan angka reliabilitas sebesar 0,848 untuk skala likert. Skala citra tubuh dari Insani (2016) dipilih dikarenakan skala tersebut memiliki angka reliabilitas yang tinggi dan aitem-aitem dalam skala tersebut telah mewakili dimensi pada citra tubuh yang diteliti. Skala citra tubuh ini menggunakan teori berdasarkan empat dimensi yang dikemukakan oleh Cash (Insani, 2016) antara lain:

a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan)

Mengukur evaluasi seseorang terhadap penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tdak, serta memuaskan atau tidak memuaskan.

b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan)

Mengukur perhatian seseorang terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.

c. Overweight Preoccupation (Kecemasan akan Kegemukan)

Mengukur kecemasan seseorang terhadap kegemukan, kewaspadaan terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.

(49)

d. Self-Classified Weight (Pengkategorian Ukuran Tubuh)

Mengukur bagaimana seseorang mempersepsikan dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.

Skala citra tubuh disusun berdasakan Skala Likert. Skala ini terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable dengan 4 pilihan jawaban. Jawaban untuk pernyataan terdiri atas Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Nilai pada setiap pilihan jawaban berada antara rentang 1-4. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan favorable yaitu STS=1, TS=2, S=3, SS=4. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan unfavorable yaitu STS=4, TS=3, S=2, SS=1.

Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk blue print pada tabel berikut ini:

Tabel 1.

Blue Print Skala Citra Tubuh (Insani, 2016) Setelah Uji Coba Dimensi Body

Image Indikator Perilaku Nomor Aitem

Jumlah

F UF

Appearance Evaluation

a. Evaluasi terhadap penampilan diri.

b. Evaluasi terhadap keseluruhan tubuh.

c. Kepuasan individu terhadap

penampilan diri dan keseluruhan tubuh.

2, 10, 25 3

(16,7%)

Appearance Orientation

a. Perhatian individu terhadap

penampilan diri.

b. Usaha yang

dilakukan individu

7, 15, 19, 21, 27,

28

6 33,3%)

(50)

dalam

memperbaiki dan meningkatkan penampilan.

Overweight Preoccupation

a. Kecemasan individu terhadap kegemukan.

b. Kewaspadaan individu terhadap berat badan.

c. Kecenderungan individu untuk melakukan diet.

d. Membatasi pola makan.

3, 8, 11, 22, 30,

31, 35

26 8

(44,4%)

Self-Classified Weight

a. Persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya.

24 1

(5,6%)

TOTAL 17

(94,4%)

1 (5,6%)

18 (100%)

3.6.2 Skala Harga Diri (Self-Esteem)

Skala harga diri yang digunakan peneliti merupakan skala adaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Fortunela (2014), dengan nilai reliabilitas sebesar 0,823. Skala dari Fortunela (2014) dipilih dikarenakan skala tersebut memiliki angka reliabilitas yang tinggi dan aitem-aitem pada skala tersebut telah mewakili dimensi pada harga diri yang diteliti.

Skala harga diri ini menggunakan teori berdasarkan dua aspek harga diri menurut Maslow (Fortunela, 2014) yitu, self respect dan respect from others. Menurut Fortunela (2014) aspek-aspek harga diri menurut Maslow dianggap tepat untuk digunakan karena mampu mengungkapkan bagaimana penilaian individu terhadap dirinya sendiri dan bagaimana individu merespon penilaian orang lain terhadap dirinya.

(51)

Dua aspek harga diri yang dikemukakan oleh Maslow, yaitu self respect dan respect from others (Fortunela, 2014).

a. Self respect atau menghargai diri sendiri merupakan suatu kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Kemampuan untuk menghargai diri sendiri akan membuat individu merasa dirinya lebih berharga dan mampu menguasai tugas serta tantangan hidup.

b. Respect from others atau mendapat penghargaan dari orang lain dapat di tunjukan melalui penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima, dan apresiasi.

Skala ini terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable dengan 4 pilihan jawaban. Jawaban untuk pernyataan terdiri atas Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS).

Nilai pada setiap pilihan jawaban berada antara rentang 1-4. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan favorable yaitu STS=1, TS=2, S=3, SS=4. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan unfavorable yaitu STS=4, TS=3, S=2, SS=1.

Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk blue print pada tabel berikut ini:

(52)

Tabel 2.

Blue Print Skala Harga Diri (Foertunela, 2014) Setelah Uji Coba

No. Aspek Indikator Perilaku

Nomor Aitem Jumlah

Aitem

Fav Unfav

1. Self Respect

Percaya diri dalam bertindak

1 7,

8

3 (9,7%) Memberikan

penghargaan terhadap kinerja yang telah dilakukan

2,3, 4 9, 10, 11 6

(19,35%)

Tidak

bergantung pada orang lain

5, 6

12 3

(9,7%) 2. Respect

From Others

Dihargai oleh orang lain

13, 14

22, 23, 24, 25 6 (19,35%)

Dipercaya oleh orang lain

15,16, 17

26, 27

5 (16,13%) Diterima oleh

orang lain

18,19,20 , 21

28, 29, 30, 31

8 (25,80%)

TOTAL 15

(48.3%)

16 (51.6%)

31 (100%)

3.7 Reliabilitas

Reliabilitas menurut Azwar (2015), merupakan penerjemahan dari kata reliability, yaitu suatu pengukuran yang mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable (reliable). Walaupun istilah reliabiltas mempunyai berbagai nama lain seperti, konsistensi, keterpercayaan, kestabilan, dan sebagainya, namun gagasan pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya.

(53)

Penelitian ini menggunakan pendekatan internal consistency (Cronbach’s Alpha Coefficient) melalui program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 21,00 for Windows, dimana pendekatan tersebut hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi di dalam tes itu sendiri, Azwar (Andea, 2010).

Tabel 3.

Hasil Uji Reliabilitas Skala

No. Skala Jumlah

Aitem Valid

Koefisien Reliabilitas Cronbach’s Alpha

1. Skala Citra Tubuh (Body Image) 18 0,848

2. Skala Harga Diri (Self-Esteem) 31 0,823

Berdasarkan tabel diatas, angka reliabilitas pada skala citra tubuh yang diadaptasi dari skala penelitian Insani (2016) yang memiliki 18 item skala likert menunjukkan angka reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,848. Sedangkan untuk skala harga diri yang diadaptasi dari skala penelitian Fortunela (2014) yang memiliki 31 aitem menunjukkan angka reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,823.

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah menggunakan analisis statistic. Alasan yang mendasari adalah dikarenakan statistik dapat menunjukkan kesimpulan (generalisasi) penelitian. Pertimbangan lainnya adalah dikarenakan statistic bekerja dengan angka, statistic bersifat objektif, dan bersifat universal, Hadi (Andea, 2010).

(54)

Teknik analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesa penelitian adalah dengan menggunakan teknik Pearson Product Moment dikarenakan peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan antara citra tubuh dengan harga diri. Sebelum dilakukakannya anlaisis, terlebih dahulu untuk melakukan uji asumsi. Asumsi yang harus dipenuhi dalam penelitian ini adalah:

3.9.1 Uji Asumsi Dasar

3.9.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian dari masing-masing variabel telah terdistribusi secara normal, Kerlinger (Andea, 2010). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorof Smirnov melalui program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 21,00 for Windows.

3.9.2 Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel citra tubuh dan harga diri memiliki hubungan yang linier. Penelitian ini menggunakan uji linieritas dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 21,00 for Windows dengan menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Kedua variabel dikatakan linier apabila nilai signifikansi > 0,05.

(55)

3.10 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Pearson Product Moment dikarenakan peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan antara citra tubuh dengan harga diri. Menurut Sugiyono (2012) analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel melalui koefisien korelasi. Pembuatan keputusan mengacu pada prinsip bahwa Ha diterima apabila taraf signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05) yang berarti signifikan.

(56)

41

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 Deskripsi Subjek

Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 100 remaja perempuan yang mengalami overweight berusia 12-18 tahun. Deskripsi yang dijelaskan pada penelitian ini meliputi usia subjek dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai subjek penelitian. Deskripsi subjek dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.

Deskripsi Subjek berdasarkan Usia dan BMI

Min Max Rata-rata

Usia 12 18 16,23

BMI (Body Mass Index) 24,5 29,8 27,071

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek berada pada rata-rata usia 16,23 tahu dengan angka BMI (Body Mass Index) berada pada angka rata-rata 27,071 kg/m2.

4.1.2 Deskripsi Data

Berdasarkan data penelitian yang telah diolah menggunakan bantuan SPSS 21,0 for Windows, maka diperoleh deskripsi data untuk masing-masing variabel yang disajikan pada tabel di bawah ini:

(57)

Tabel 5.

Deskripsi Data Variabel Penelitian

Variabel Statistik Hipotetik Empirik

Citra Tubuh Skor Minimum Skor Maksimum

Mean Standar Deviasi

18 72 45 9

29 70 51,30 5,764 Harga Diri Skor Minimum

Skor Maksimum Mean Standar Deviasi

31 124 77,5 15,5

78 121 91,37 6,935

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa variabel citra tubuh memiliki nilai minimum hipotetik sebesar 18 dan nilai minimum empirik sebesar 29. Nilai maksimum hipotetik sebesar 72 dan nilai maksimum empirik sebesar 70. Nilai mean hipotetik menunjukkan nilai sebesar 45 dan mean empirik sebesar 51,30. Standar deviasi hipotetik memperoleh nilai sebesar 9 dan standar deviasi empirik memperoleh nilai sebesar 5,764.

Variabel citra tubuh memiliki nilai minimum hipotetik sebesar 31 dan nilai minimum empirik sebesar 78. Nilai maksimum hipotetik sebesar 124 dan nilai maksimum empirik sebesar 121. Nilai mean hipotetik menunjukkan nilai sebesar 77,5 dan mean empirik sebesar 91,37. Standar deviasi hipotetik memperoleh nilai sebesar 15,5 dan standar deviasi empirik memperoleh nilai sebesar 6,935.

Setelah memperoleh skor hipotetik dan skor empirik dari masing- masing variabel penelitian, peneliti selanjutnya melakukan kategorisasi subjek berdasarkan norma tiga jenjang yang menagacu pada norma Azwar (2015) sebagai berikut:

(58)

Tabel 6.

Norma Kategori Subjek

Kategori Daerah Keputusan

Rendah Sedang Tinggi

X < (µ-SD) (µ-SD) ≤ X < (µ+SD)

(µ+SD) ≤ X Keterangan :

µ : Mean Hipotetik SD : Standar Deviasi X : Skor Subjek

Berdasarkan norma kategori tersebut, dapat diketahui gambaran citra tubuh dan harga diri pada remaja perempuan yang mengalami overweight sebagai berikut:

Tabel 7.

Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skala Variabel X dan Y Variabel Daerah

Keputusan

Kategori Jumlah Subjek

Presentase Citra Tubuh X < 36

36 ≤ X < 54 54 ≤ X

Rendah Sedang Tinggi

1 74 25

1%

74%

25%

Harga Diri X < 62 62 ≤ X < 93

93 ≤ X

Rendah Sedang

Tinggi

0 68 32

0%

68%

32%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada gambaran skor citra tubuh citra tubuh subjek penelitian berada dalam kategori rendah yaitu subjek yang memiliki citra tubuh yang rendah sebanyak 1 remaja perempuan dengan nilai presentase sebesar 1%, subjek dalam kategori sedang yaitu sebanyak 74 remaja perempuan dengan nilai presentase sebesar 74%, dan subjek dalam kategori tinggi yaitu subjek yang

Referensi

Dokumen terkait

Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih. sebelum masa

Apabila email notifikasi gangguan tidak diterima oleh admin jaringan atau oleh Operasional Local Network, biasanya ada masalah pada mail server dan harus berkordinasi dengan

Bahasa C merupakan bahasa pemrograman yang bersifat portable, yaitu suatu program yang dibuat dengan bahasa C pada suatu komputer akan dapat dijalankan pada komputer lain

Berdasarkan penelusur an penulis terhadap beberapa dokumen hasil keputusan NU, ilh } a &gt; q tidak sekedar menyamakan kasus baru dengan kasus lama yang sudah di bahas

penjelasan tentang gerakan ganda hermeneutika Rahman; bagaimana kaitannya dengan pemahaman al-Qur’an sebagai satu kesatuan, membedakan antara hukum umum dan hukum khusus atau

Teman-ternan Jurusan Teknik Induslri yang teJah memberikan dorongan dan bantuan, sena semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/ menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik

Partai politik yang dibentuk akan menyiapkan kader yang faham dengan Islam serta mau berjuang demi Islam, kader-kader ini dibentuk dengan pendidikan pengajian rutin mingguan