• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PENYUSUNAN RISK REGISTER PELATIHAN MANAJEMEN RISIKO INVESTASI INFRASTRUKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODUL PENYUSUNAN RISK REGISTER PELATIHAN MANAJEMEN RISIKO INVESTASI INFRASTRUKTUR"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

MODUL PENYUSUNAN RISK REGISTER

PELATIHAN MANAJEMEN RISIKO INVESTASI INFRASTRUKTUR

2017

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

(2)

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya validasi dan penyempurnaan Modul Penyusunan Risk Register sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan Manajemen Risiko Investasi Infrastruktur. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang PUPR.

Modul Perubahan Mindset disusun dalam 5 (lima) bab yang terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami Penyusunan Risk Register kaitannya dengan Manajemen Risiko Investasi Infrastruktur.

Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun dan Tim Validasi, sehingga modul ini dapat disajikan dengan baik.

Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang PUPR.

Bandung, September 2017 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. K. M. Arsyad, M.Sc

(3)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Deskripsi singkat ... 1

1.3 Tujuan Pembelajaran ... 1

1.3.1 Hasil Belajar ... 1

1.3.2 Indikator Hasil Belajar ... 1

1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ... 2

BAB II PERHITUNGAN TINGKAT RISIKO DAN TABEL RISIKO ... 3

2.1 Analisa Resiko ... 3

2.1.1 Probabilitas ... 3

2.1.2 Dampak ... 4

2.1.3 Tingkat Resiko ... 4

2.2 Tabel Resiko / Risk Register ... 5

2.3 Latihan ... 5

2.4 Rangkuman ... 6

2.5 Evaluasi ... 6

BAB III RISK REGISTER KPBU BIDANG PUPR ... 7

3.1 Umum ... 7

3.2 Risk Register KPBU Sektor Jalan Tol dan Non-Tol ... 13

3.3 Risk Register KPBU BOT Sektor Air Minum ... 24

3.4 Risk Register KPBU BOT Sektor Perumahan Rakyat ... 33

3.5 Risk Register KPBU BOT Sektor Persampahan ... 43

3.6 Risk Register Kpbu BOT Sektor Air Limbah ... 52

3.7 Risk Register KPBU BOT Sektor Perkotaan ... 61

3.8 Latihan ... 70

3.9 Rangkuman ... 70

3.10 Evaluasi ... 71

(4)

4.1 Umum ... 72

4.2 Risk Register Survei ... 72

4.3 Risk Register Investigasi ... 75

4.4 Risk Register Desain ... 78

4.5 Risk Register Land Acquistion/Pembebasan Tanah ... 80

4.6 Risk Register Pelaksanaan Konstruksi ... 83

4.7 Risk Register Operasi dan Pemeliharaan ... 87

4.8 Latihan ... 90

4.9 Rangkuman ... 90

4.10 Evaluasi ... 90

BAB V PENUTUP ... 91

5.1 Simpulan ... 91

5.2 Tindak Lanjut ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

GLOSARIUM ... 94

KUNCI JAWABAN ... 99

(5)

Tabel 2.1. Penilaian Probabilitas ... 3

Tabel 2.2. Tingkat Keparahan/Severity dari Suatu Risiko ... 4

Tabel 2.3. Risk Register ... 5

Tabel 3.1. Risk Register KPBU Sektor Jalan Told dan Non Tol ... 15

Tabel 3.2. Risk Register KPBU BOT Sektor Air Minum ... 25

Tabel 3.3. Risk Register KPBU BOT Sektor Perumahan Rakyat ... 34

Tabel 3.4. Risk Register KPBU BOT Sektor Persampahan ... 44

Tabel 3.5. Risk Register KPBU BOT Sektor Air Limbah ... 53

Tabel 3.7. Risk Register KPBU BOT Sektor Perkotaan ... 62

Tabel 4.1. Risk Register Survei ... 73

Tabel 4.2. Risk Register Investigasi ... 76

Tabel 4.3. Risk Register Desain ... 79

Tabel 4.4. Risk Register Land Acquisition ... 81

Tabel 4.5. Risk Register Pelaksanaan Konstruksi ... 84

Tabel 4.6. Risk Register Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan ... 88

(6)

Gambar 2.1. Peta Risiko ... 4

(7)

Deskripsi

Modul Penyusunan Risk Register ini terdiri dari tiga kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan belajar pertama membahas Perhitungan Tingkat Risiko dan Tabel Risiko. Kegiatan belajar kedua membahas Risk Register KPBU Bidang PUPR.

Kemudian kegiatan belajar ketiga membahas Risk Register Pelaksanaan Konstruksi.

Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan. Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami Penyusunan Risk Register. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi dalam modul ini.

Persyaratan

Dalam mempelajari modul pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik yang merupakan materi substansi dari Manajemen Risiko Investasi Infrastruktur. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu kebijakan manajemen risiko investasi infrastruktur, dasar – dasar manajemen risiko, peran pemerintah dan swasta dalam pembiayaan infrastruktur di indonesia.

Metode

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator, adanya kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi.

Alat Bantu/Media

Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat

Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/proyektor, Laptop, white board

dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan

ajar.

(8)

Setelah mengikuti semua kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini,

peserta diharapkan mampu memahami Perhitungan Tingkat Risiko dan Tabel

Risiko, Risk Register KPBU Bidang PUPR serta Risk Register Pelaksanaan

Konstruksi.

(9)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proyek Konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung risiko. Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang rnungkin terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin.

Namun tetap mengandung ketidakpastian, bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana.

Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan batasan biaya proyek. Untuk rnengantisipasi hal ini, rnaka perlu dilakukan manajemen risiko secara komprehensif dan terpadu. Mengingat kompleksnya peluang-peluang timbulnya risiko dalam melakukan investasi infrastruktur, maka diperlukan tenaga- tenaga ahli yang mampu melakukan analisa manajemen risiko untuk investasi infrastruktur.

1.2 Deskripsi singkat

Mata pendidikan dan pelatihan ini membekali peserta dengan penyusunan risk register yang disajikan dengan cara ceramah, tanya jawab dan latihan.

1.3 Tujuan Pembelajaran

1.3.1 Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan mampu memahami Penyusunan Risk Register kaitannya dengan Manajemen Risiko Investasi Infrastruktur.

1.3.2 Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat:

a) Memahami Perhitungan Tingkat Risiko dan Tabel Risiko;

b) Memahami Risk Register KPBU Bidang PUPR;

c) Memahami Risk Register Pelaksanaan Konstruksi

(10)

a) Materi Pokok 1 : Perhitungan Tingkat Risiko dan Tabel Risiko 1) Analisa Risiko

2) Tabel Risiko/ Risk Register 3) Latihan

4) Rangkuman 5) Evaluasi

b) Materi Pokok 2 : Risk Register KPBU Bidang PUPR 1) Risk Register KPBU Sektor Jalan Tol dan Non-Tol 2) Risk Register KPBU BOT Sektor Air Minum

3) Risk Register KPBU BOT Sektor Air Minum

4) Risk Register KPBU BOT Sektor Perumahan Rakyat 5) Risk Register KPBU BOT Sektor Persampahan 6) Risk Register Kpbu BOT Sektor Air Limbah 7) Risk Register KPBU BOT Sektor Perkotaan 8) Latihan

9) Rangkuman 10) Evaluasi

c) Materi Pokok 3 : Risk Register Pelaksanaan Konstruksi 1) Risk Register Survei

2) Risk Register Investigasi 3) Risk Register Desain

4) Risk Register Land Acquistion/Pembebasan Tanah 5) Risk Register Pelaksanaan Konstruksi

6) Risk Register Operasi dan Pemeliharaan 7) Latihan

8) Rangkuman

9) Evaluasi

(11)

PERHITUNGAN TINGKAT RISIKO DAN TABEL RISIKO

2.1 Analisa Resiko

Masing-masing potensi risiko mempunyai tingkat risiko / exposure yang besarnya ditentukan oleh tingkat probabilitas terjadinya risiko dan tingkat dampak yang ditimbulkan. Selanjutnya di dalam website staff UI dijelaskan bahwa analisis risiko dapat diartikan sebagai suatu sistematika yang menggunakan informasi-informasi tingkat probabilitas dan tingkat dampak risiko yang ditimbulkan untuk menentukan seberapa sering kejadian tertentu dapat terjadi dan berapa besar konsekuensi tersebut.

2.1.1 Probabilitas

Probabilitas merupakan kemungkinan terjadinya potensi risiko, yang besarannya dapat diperhitungkan berdasarkan catatan kejadian sebelumnya/statistik atau expert judgement atau knowledge base.

Penilaian probabilitas dilakukan dengan menggunakan table sebagai berikut : Tabel 2.1. Penilaian Probabilitas

Tingkat Uraian

1 Kecil kemungkinan,

hampir tidak terjadi

2 Mungkin ,

jarang terjadi

3 Mungkin

cukup sering terjadi

4 Sangat mungkin

lebih sering terjadi

5 Pasti

Hampir Selalu terjadi

Indikator Hasil Belajar:

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu memahami perhitungan tingkat risiko dan tabel risiko

(12)

Tingkat keparahan/severity suatu dampak dari suatu risiko yang dilakukan dengan sistem scoring sebagai berikut :

Tabel 2.2. Tingkat Keparahan/Severity dari Suatu Risiko

2.1.3 Tingkat Resiko

Nilai tingkat risiko merupakan hasil perkalian antara probabilitas dengan dampak. Tingkat risiko = probabilitas x keparahan dampak.

Hasil perhitungan tingkat risiko masing-masing potensi kejadian risiko/risk event disusun sehingga menjadi peta risiko sebagai berikut :

Gambar 2.1. Peta Risiko

Tingkat Uraian

1 Sangat Rendah

2 Rendah

3 Sedang

4 Tinggi/ Signifikan

5 Sangat Tinggi/ Bencana

(13)

Penilaian risiko dilakukan dengan menggunakan tabel risiko/ risk register yang merupakan suatu dokumen yang berisi informasi tentang identifikasi potensi risiko, analisis risiko dan evaluasi risiko. Semua ini disajikan dalam suatu tabel sehingga penilaian risiko mudah dilakukan.

Bentuk tabeL risiko/risk register sebagai berikut : Tabel 2.3. Risk Register

No Potensi Kejadian Risiko

Penyebab Risiko

Faktor Positif Yang ada Saat

ini

Prob/

Freq

Dampak Exp Penanganan Risiko

Risiko apa yang dikhawatirkan akan terjadi di masa yang akan datang? (misal: 5 tahun mendatang) Bagaimana

deskripsi risikonya?

Bagaimana kejadiannya?

Apa yang menjadi penyebab terjadinya risiko?

Faktor apa yang mendoron g

terjadinya risiko?

Faktor positif apa yang ada saat ini? Apa saja yang diperkirakan dapat

meringankan/

mengurangi dampak risiko yang mungkin terjadi?

(5 tahun ke depan )

Langkah yang dilakukan dalam penanganan risiko?

1

2

3

4

5

2.3 Latihan

1. Jelaskan dengan singkat pengertian dari analisa risiko!

2. Jelaskan tingkat keparahan dampak dari suatu risiko yang dilakukan dengan sistem scoring!

3. Sebutkan faktor apa yang mendorong terjadinya risiko?

(14)

Analisis risiko dapat diartikan sebagai suatu sistematika yang menggunakan informasi-informasi tingkat probabilitas dan tingkat dampak risiko yang ditimbulkan untuk menentukan seberapa sering kejadian tertentu dapat terjadi dan berapa besar konsekuensi tersebut.

Tingkat keparahan/severity suatu dampak dari suatu risiko yang dilakukan dengan sistem scoring sebagai berikut :

Tingkat Keparahan/Severity dari Suatu Risiko

Probabilitas merupakan kemungkinan terjadinya potensi risiko, yang besarannya dapat diperhitungkan berdasarkan catatan kejadian sebelumnya/statistik atau expert judgement atau knowledge base.

2.5 Evaluasi

(15)

RISK REGISTER KPBU BIDANG PUPR

3.1 Umum

Latihan menyusun Risk Register KPBU Bidang PUPR ini meliputi Risk Register 6 sektor yaitu Sektor Jalan Tol dan Non-Tol, BOT Sektor Air Minum, BOT Sektor Perumahan Rakyat, BOT Sektor Persampahan, BOT Sektor Air Limbah dan BOT Sektor Perkotaan (Pasar). Setiap sektor tersebut mempunyai potensi-potensi risiko dimana potensi – potensi risiko yang melekat pada masing-masing sektor tersebut telah disusun oleh PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT. PII)/ Indonesia Infrastructure Guarantee Fund, dalam buku Acuan Alokasi Risiko, tahun 2016, menjadi 11 kategori.

Kategori risiko tersebut adalah : a) Risiko Lokasi.

b) Risiko Desain, Konstruksi dan Uji Operasi.

c) Risiko Sponsor.

d) Risiko Finansial.

e) Risiko Operasi.

f) Risiko Pendapatan.

g) Risiko Konektifitas Jaringan.

h) Risiko Interface.

i) Risiko Politik.

j) Risiko Force Majeure.

Indikator Hasil Belajar:

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu memahami risk register KPBU bidang PUPR

(16)

Kategori risiko ini dapat dilihat pada Tabel Matriks Riko masing-masing sektor, buku Acuan Alokasi Risiko, PT. PII, 2016. Selain berisi Kategori Risiko, Tabel Matriks Risiko ini juga memuat Peristiwa Risiko pada masing-masing Kategori Risiko, Deskripsi (Pra-Konstruksi/ Konstruksi/Operasi), Publik, BU, Bersama, Strategi Mitigasi Sesuai Best Practice, dan Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko. Muatan di dalam Tabel Matriks Risiko ini akan menjadi bahan utama dalam menyusun Risk Register.

Pada masing-masing Kategori Risiko selanjutnya diberikan Peristiwa Risiko yang masuk ke dalam kategorinya sebagai berikut :

a) Risiko Lokasi adalah kelompok risiko dimana lahan proyek tidak tersedia atau tidak dapat digunakan sesuai jadwal yang sudah ditentukan dan dalam biaya yang diperkirakan, atau bahwa lokasi dapat menimbulkan suatu beban atau kewajiban bagi pihak tertentu. Dengan demikian, risiko- risiko yang termasuk kategori ini adalah:

1) Risiko pembebasan lahan : risiko-risiko yang terkait proses pembebasan lahan yang dibutuhkan proyek, yang dapat melibatkan potensi tambahan biaya dan keterlambatan;

2) Risiko ketidaksesuaian lokasi lahan : risiko bahwa lokasi lahan yang diusulkan tidak dapat digunakan untuk proyek, dimana penyebabnya dapat meliputi kontaminasi, penemuan artefak, keterlambatan/penolakan perolehan persetujuan perencanaan, status lahan, dan lainnya;

3) Risiko lingkungan : risiko kerugian terkait kerusakan lingkungan yang terjadi (1) akibat kegiatan konstruksi dan operasi selama masa proyek, atau (2) dari kegiatan sebelum pengalihan lahan proyek dari PJPK kepada BU atau pihak sub-kontraktor.

4) Risiko terkait lokasi yang tak terduga: risiko kesulitan pemanfaatan

lokasi dikarenakan suatu kondisi tanah yang tidak dapat terdeteksi

lebih awal termasuk kondisi geologis atau hal lain terkait dengan

kondisi di bawah tanah pada lokasi tersebut.

(17)

atau uji operasi suatu fasilitas proyek atau elemen dari prosesnya, dilakukan dengan cara yang menyebabkan dampak negatif terhadap biaya dan pelayanan proyek. Dengan demikian, risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah:

1) Risiko perencanaan: risiko bahwa penggunaan lokasi proyek yang diusulkan dalam perjanjian KPBU dan, khususnya, konstruksi fasilitas yang dibangun tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku terkait perencanaan, tata guna lahan atau bahwa perizinan terlambat (atau tidak dapat) diperoleh atau, kalaupun diperoleh, hanya dapat dilaksanakan dengan biaya yang lebih besar dari yang diperkirakan;

2) Risiko desain: risiko dimana desain dari BU tidak dapat memenuhi spesifikasi output yang ditentukan;

3) Risiko penyelesaian: risiko dimana penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan suatu proyek dapat (1) terlambat sehingga penyediaan layanan infrastruktur tidak dapat dimulai sesuai Commercial Operation Date (COD) yang sudah ditetapkan, atau (2) terlambat, kecuali biaya lebih besar harus dikeluarkan untuk mempertahankan COD yang sudah terjadwal, atau (3) terlambat karena perubahan/variasi yang terjadi;

4) Risiko kenaikan biaya: risiko dimana pada tahap desain dan konstruksi, biaya realiasi proyek melebihi proyeksi biaya proyek;

5) Risiko uji operasi: risiko dimana uji operasi terlambat atau hasilnya tidak memenuhi spesifikasi PJPK atau pihak otoritas lainnya.

c) Risiko Sponsor adalah risiko dimana BU tidak dapat memenuhi kewajiban kontraktualnya kepada PJPK akibat tindakan pihak investor swasta sebagai sponsor proyek, kegagalan BU memenuhi persyaratan lender, ataupun kegagalan lender menyediakan pinjaman.

d) Risiko Finansial adalah risiko-risiko terkait aspek kelayakan finansial

proyek. Risiko-risiko tersebut dapat berupa:

(18)

(debt dan equity) tidak akan atau tidak dapat melanjutkan komitmen untuk menyediakan pendanaan proyek;

2) Risiko parameter finansial: risiko yang disebabkan berubahnya parameter finansial (misalnya tingkat inflasi, nilai tukar, kondisi pasar) sebelum kontraktor sepenuhnya berkomitmen untuk proyek ini, berpotensi memberikan dampak buruk terhadap biaya proyek;

3) Risiko struktur finansial: risiko bahwa struktur keuangan tidak cukup baik untuk memberikan hasil yang optimal sesuai porsi hutang dan ekuitas selama periode proyek dan karenanya dapat mengganggu keberlanjutan kelayakan proyek;

4) Risiko asuransi: (i) bahwa risiko-risiko yang sebelumnya dapat diasuransikan (insurable) pada tanggal penandatanganan sesuai dengan asuransi proyek yang telah disepakati tetapi kemudian menjadi uninsurable atau (ii) tetap insurable tetapi dengan kenaikan premi asuransi yang signifikan.

e) Risiko Operasional adalah risiko dimana proses penyediaan layanan infrastruktur sesuai kontrak - atau suatu elemen dari proses tersebut (termasuk input yang digunakan atau sebagai bagian dari proses itu) - akan terpengaruh dengan cara yang menghalangi BU dalam menyediakan layanan kontrak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dan/atau sesuai proyeksi biaya. Dengan demikian, risiko termasuk dalam kategori ini adalah:

1) Risiko pemeliharaan: risiko dimana (i) realisasi biaya pemeliharaan aset proyek lebih tinggi/berubah dari biaya pemeliharaan yang diproyeksikan, atau (ii) terdapat dampak negatif akibat pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik;

2) Risiko cacat tersembunyi (latent defect): risiko kehilangan atau

kerusakan yang timbul akibat cacat tersembunyi pada fasilitas yang

termasuk sebagai aset proyek;

(19)

menghasilkan spesifikasi output yang diperlukan, atau (ii) perkembangan teknologi membuat teknologi yang digunakan menjadi usang (risiko keusangan teknologi);

4) Risiko utilitas: risiko dimana (i) utilitas (misalnya air, listrik atau gas) yang diperlukan untuk operasi proyek tidak tersedia, atau (ii) keterlambatan proyek karena keterlambatan akibat pemindahan atau relokasi utilitas yang terletak di lokasi proyek;

5) Risiko sumber daya atau input: risiko kegagalan atau kekurangan dalam penyediaan input atau sumber daya (misalnya, batubara atau bahan bakar lainnya) yang diperlukan untuk operasi proyek, termasuk dalam hal kualitas pasokan yang tersedia;

6) Risiko hubungan industri: risiko setiap bentuk aksi industri - termasuk demonstrasi, larangan bekerja, pemblokiran, tindakan perlambatan dan pemogokan - yang terjadi dengan cara yang, secara langsung atau tidak langsung, berdampak negatif terhadap uji operasi, penyediaan layanan atau kelayakan proyek.

f) Risiko Pendapatan (Revenue) adalah risiko bahwa pendapatan proyek tidak dapat memenuhi proyeksi tingkat kelayakan finansial, karena perubahan yang tak terduga baik permintaan layanan atau tarif yang disepakati atau kombinasi keduanya. Dalam hal risiko dimana pendapatan BU yang diperoleh dari pembayaran layanan oleh PJPK (contoh, skema BOT/Konsesi Sebagian, skema Performance Based Availability Scheme atau skema Availability Payment), risiko non-payment tersebut dapat termasuk ke dalam kategori risiko politik (risiko sub sovereign atau parastatal). Dengan demikian, risiko termasuk dalam kategori ini adalah:

1) Risiko permintaan: risiko bahwa realisasi permintaan penyediaan

layanan secara tak terduga lebih rendah dari proyeksi, karena: 1)

faktor pemicu (tindakan, keputusan/kebijakan, regulasi) dari pihak

Pemerintah, atau 2) kesalahan yang dilakukan pihak swasta baik

dalam estimasi volume permintaan dan yang terkait penurunan

kualitas layanan; dan

(20)

karena: 1) penyesuaian tarif secara periodik tidak dilakukan sesuai rencana atau tingkat tarif disesuaikan lebih rendah dari proyeksi, atau 2) kesalahan estimasi tarif atau tidak terpenuhinya standar yang disyaratkan untuk permintaan penyesuaian tarif.

g) Risiko Konektivitas Jaringan adalah risiko terjadinya dampak negatif terhadap ketersediaan layanan dan kelayakan finansial proyek akibat perubahan dari kondisi jaringan saat ini atau rencana masa depan. Risiko yang termasuk dalam kategori ini adalah:

h) Risiko konektivitas dengan jaringan eksisting: risiko bahwa akses ke jaringan eksisting tidak (akan) dibangun sesuai rencana;

i) Risiko pengembangan jaringan: risiko bahwa jaringan tambahan yang dibutuhkan tidak (jadi) dibangun sesuai rencana;

j) Risiko fasilitas pesaing/kompetitor: risiko bahwa dibangunnya fasilitas/infrastruktur yang menyaingi output penyediaan layanan sesuai kontrak.

k) Risiko Interface adalah risiko dimana metode implementasi proyek oleh para pihak terkait atau standar penyediaan layanan akan menghalangi atau mengganggu penyediaan fasilitas dan layanan infrastruktur yang dilakukan sektor publik atau sebaliknya. Risiko ini termasuk ketika kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah tidak sesuai/tidak cocok dengan spesifikasi yang diperlukan oleh BU untuk menghasilkan spesifikasi keluaran sesuai kontrak KPBU, atau sebaliknya.

l) Risiko Politik adalah risiko yang dipicu tindakan/tiadanya tindakan PJPK yang tidak dapat diprediksi sebelumnya yang merugikan secara material dan mempengaruhi pengembalian ekuitas dan pinjaman. Risiko yang termasuk kategori ini adalah:

1) Risiko mata uang yang tidak dapat dikonversi atau ditransfer: risiko

bahwa pendapatan/profit dari proyek tidak bisa dikonversi ke mata

uang asing dan/atau direpatriasi ke negara asal investor;

(21)

(termasuk nasionalisasi) oleh pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat memicu pengakhiran kontrak proyek.

3) Risiko perubahan regulasi dan perundangan, yang bersifat diskriminatif dan spesifik sehingga secara langsung dapat mengurangi tingkat kelayakan finansial proyek (dapat dipicu oleh tindakan PJPK atau Pemerintah di luar PJPK);

4) Risiko sub-sovereign atau parastatal: risiko bahwa PJPK tidak mampu/bersedia melaksanakan kewajiban finansial atau kewajiban material lainnya dalam kontrak dipicu hal yang terkait status sebagai entitas pemerintah, termasuk perubahan status hukum atau organisasi PJPK mengacu pada regulasi terkait;

5) Risiko perizinan: risiko dimana perizinan yang diperlukan dari suatu otoritas pemerintah lainnya tidak dapat diperoleh atau, jika diperoleh, diperlukan biaya yang lebih besar dari proyeksi;

6) Risiko perubahan tarif pajak: risiko perubahan tarif pajak yang berlaku (tarif pajak penghasilan, PPN) atau pajak baru yang dapat menurunkan pengembalian ekuitas yang diharapkan.

m) Risiko Kahar (Force Majeure) adalah risiko terjadinya kejadian kahar yang sepenuhnya di luar kendali kedua belah pihak (misalnya bencana alam atau akibat manusia) dan akan mengakibatkan penundaan atau Default oleh BU dalam pelaksanaan kewajiban kontraknya.

n) Risiko Kepemilikan Aset adalah risiko terjadinya peristiwa seperti kejadian kehilangan (misalnya hilangnya kontrak, force majeure), perubahan teknologi, dan lainnya, yang menyebabkan nilai ekonomi aset menurun, baik selama atau pada akhir masa kontrak.

3.2 Risk Register KPBU Sektor Jalan Tol dan Non-Tol

Risk Register merupakan tabel untuk membantu menyusun Penilaian Risiko

sehingga penilaian risiko lebih mudah, karena dalam Risk Register memuat

(22)

Paparan Risiko dan Penanganan Risiko yang merupakan unsur-unsur dalam menilai risiko. Isi Matriks Risiko dari PT. PII harus disusun kembali sehingga sesuai untuk diisikan dalam Risk Register.

Hasil penilaian risiko KPBU Sektor Jalan Tol dan Non-Tol sebagai berikut :

(23)

Tabel 3.1. Risk Register KPBU Sektor Jalan Told dan Non Tol

No Potensi Kejadian Risiko

Penyebab Risiko Faktor Positif Yang ada Saat ini Prob/

Freq

Dampak Exp Penanganan Risiko

Risiko apa yang dikhawatirkan akan terjadi di masa yang akan datang? (misal:

5 tahun mendatang) Bagaimana deskripsi risikonya?

Bagaimana kejadiannya?

Apa yang menjadi

penyebab terjadinya risiko?

Faktor apa yang mendorong terjadinya risiko?

Faktor positif apa yang ada saat ini? Apa saja yang diperkirakan dapat meringankan/ mengurangi dampak risiko yang mungkin terjadi?

Langkah yang dilakukan

dalam penanganan risiko?

1 RISIKO LOKASI Keterlambatan dan

kenaikan biaya pembebasan lahan

Proses pembebasan lahan yang berkepanjangan

PMK 38/2006 :

- Perpanjangan masa konsesi.

- Pemerintah menanggung kelebihan harga tanah dengan persentase yang disepakati dengan BU

- Memberikan kompensasi dalam bentuk lain yang disetujui Menteri Keuangan

Sudah ada peraturan tentang pembebasan tanah. :

- Untuk luas kurang dari 5 ha, proses LA dapat tanpa membentuk TIM 9, cukup tim penilai harga.

- Pemerintah menyediakan

lahan proyek sebelum proses pengadaan BU - Uang pembebasan tanah

dititipkan di pengadilan

(24)

Lahan tidak dapat dibebaskan

Proses pembebasan lahan sulit

PMK 38/2006 :

- Perpres 71 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

- (Uang pembebasan tanah bisa ditetapkan di pengadilan).

- Perpres 40 tahun 2014 tentang Perubahan atas Perpres 71/2014.

- (luas kurang dari 5 ha oleh instansi dengan pemegang hak atas tanah).

- Status hukum lahan (termasuk RTRW) dan prosedur yang jelas dalam pembebasan lahan proyek.

- Uang pembebasan tanah dititipkan di pengadilan

Lahan tidak dapat digunakan setelah dibebaskan.

Kesulitan akses ke lahan dikarenakan gangguan sosial

- Ada bagian Humas yang dapat melakukan pendekatan sosial terus menerus sampai berhasil.

- Strategi komunikasi proyek termasuk,

pemetaan isu sosial dan tokoh kunci yang terkait.

- Preventif: Pemerintah dan BU melakukan sosialisasi proyek sejak dini.

- Korektif: Pemerintah terlibat dalam proses mediasi.

2 RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI

(25)

Keterlambatan dan kenaikan biaya .

Spesifikasi output tidak jelas.

- Sudah banyak standar dan manual .

- Klarifikasi saat proses tender

- Kapasitas desain yang baik

Gagal menjaga keselamatan dalam lokasi

Tingkat kecelakaan selama pekerjaan konstruksi berlangsung tinggi.

Sudah ada peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja:

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja N0.1/Men/1980 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Konstruksi Bangunan.

4. Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja

No.Kep.174/MEN/1986-104/

KPTS /1986 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat kegiatan konstruksi.

5. PP 50/2012 ttg Penerapan SMK3

6. Permen PU No. :

- Patuh dalam

implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik

(26)

05/PRT/M/2014 ttg. Ped.

SMK3 Konstruksi Bid. PU

Kenaikan biaya konstruksi

Perubahan volume pekerjaan

Sudah ada standar dokumen kontrak yang mengatur perubahan volume.

- Perpres No. 70 - 2012 ttg

Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemrintah

- Permen PU No. 07-2011 ttg.

Standard dan Pedoman

Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi

- Kesepakatan prosedur persetujuan perubahan volume dan ambang batas perubahan - Kesepakatan tersebut

diatur dalam kontrak.

3 RISIKO SPONSOR Default BU yang mengarah ke terminasi atau step- in oleh financier

Sponsor tidak kredibel - Konsorsium didukung

sponsor yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek (atau anggota konsorsium)

Sponsor tidak kredibel - Proses PQ untuk

memperoleh sponsor yang kredibel

Default lender proyek

Default pihak institusi keuangan/ perbankan (atau sindikasi) karena

- Pemilihan lender yang

kredibel

·Kinerja BU memenuhi

(27)

perubahan kebijakan/trust terhadap BU atau akibat isu internal lender .

kontrak

- Pemenuhan persyaratan lender

4 RISIKO FINANSIAL Kegagalan

mencapai financial close

- Tidak tercapainya financial close karena ketidakpastian kondisi pasar atau struktur modal proyek yang tidak optimal - Bisa juga karena

conditions precedence tidak terpenuhi

- Koordinasi dan

konsorsium yang baik dengan lender yang kredibel dan potensial

Risiko nilai tukar mata uang

- Fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim

Instrumen lindung nilai;

Pembiayaan dalam Rupiah

Risiko tingkat inflasi dan suku bunga

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi terhadap asumsi dalam life-cycle cost dan suku bunga

Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim

Faktor indeksasi tarif dan lindung nilai tingkat suku bunga

5 RISIKO OPERASI Ketidaktersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

(28)

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb

(Bisa oleh staf operator, subkontraktor atau penyuplai).

Kebijakan SDM dan

hubungan industrial yang baik

6 RISIKO PENDAPATAN Perubahan proyeksi volume permintaan.

Mengakibatkan penurunan pendapatan dan defisit bagi BU

Survei lalu lintas tidak handal.

Bila dipicu aksi Pemerintah,

jaminan permintaan minimum dapat dipertimbangkan

- Survei lalu lintas yang handal;

- Pinjaman lunak di awal operasi

Kesalahan estimasi dari model

sebelumnya

- Kesalahan input parameter dan perancangan model sehingga hasil estimasi menyimpang.

- Konsultan permodelan kurang pengalaman di bidang jalan tol.

Bila dipicu aksi Pemerintah, jaminan pendapatan minimal dapat dipertimbangkan

·Survei lalu lintas yang handal;

·Konsultan pemodelan yang berpengalaman di jalan tol

Kebocoran memungut pembayaran tarif

Akibat kegagalan / tidak optimalnya sistem pemungutan tarif

Sistem pemungutan dan

kinerja operasi yang baik

7 RISIKO KONEKTIFITAS JARINGAN Risiko konektivitas

jaringan jalan dan transportasi

Ingkar janji otoritas membangun dan

memelihara jaringan yang diperlukan

Pemahaman kontrak yang

baik oleh sektor publik

(29)

Risiko pengelolaan jaringan jalan non-tol

Keterbatasan pemerintah dalam mengatur lalu lintas di jalan non-tol yang mempengaruhi kinerja layanan jalan tol.

Pengaturan lalu lintas

dengan mempertimbangkan pola pergerakan kendaraan melalui tol dan non-tol

Risiko fasilitas pesaing/kompetitor

Ingkar janji otoritas untuk tidak membangun rute moda pesaing

Regulasi yang mendukung dapat berbentuk Perda

Pemahaman kontrak yang

baik oleh sektor publik

8 RISIKO INTERFACE Risiko ketimpangan waktu dan kualitas pekerjaan

Ada ketimpangan waktu dan kualitas pekerjaan dukungan pemerintah dan yang dikerjakan BU

- Koordinasi dan integrasi

jadwal pelaksanaan proyek

- Pekerjaan perbaikan oleh pihak yang kualitas pekerjaannya lebih rendah Risiko perbedaan

standar/metode layanan

Rework yang substantial terkait perbedaan standar / metode layanan yang digunakan

Kesepakatan standar/

metode yang akan

diterapkan para pihak sedini mungkin

Risiko relasi Miskomunikasi di dalam internal dan eksternal organisasi, termasuk mengakibatkan

keterlambatan/ kesalahan proses karena kurang pengalaman di proyek KPBU/Project Financing

Sistem komunikasi dan

koordinasi dirancang, disepakati, dan

disosialisasikan dengan baik ke semua pihak terkait.

9 RISIKO POLITIK Mata uang asing tidak dapat dikonversi

Tidak tersedianya dan/atau tidak bisa dikonversinya mata uang asing ke/dari

- Pembiayaan domestik

- Akun pembiayaan luar negeri

(30)

Rupiah - Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak dapat direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer ke negara asal investor

- Pembiayaan domestik

- Akun pembiayaan luar negeri

- Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Nasionalisasi/pengambilalih an tanpa kompensasi (yang memadai)

- Mediasi,negosiasi

- Asuransi Risiko Politik - Penjaminan pemerintah

10 RISIKO FORCE MAJEURE

Bencana alam Terjadinya bencana alam sehingga tidak dapat beroperasi secara normal

Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure politis Peristiwa perang, kerusuhan, gangguan keamanan masyarakat

Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim Akibat perubahan iklim atau faktor lain

Asuransi, bila dimungkinkan

11 RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset

turun

Kebakaran, ledakan, dsb - Asuransi

Transfer aset setelah kontrak KPBU berakhir

Proses transfer aset terkendala karena ada perbedaan mekanisme pengalihan atau penilaian.

- Pembuatan kontrak yang

mengatur perihal transfer aset dengan jelas.

- Penilaian dilakukan oleh penilai independen yang

(31)

disepakati bersama

Mata uang asing tidak dapat direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer ke negara asal investor

- Pembiayaan domestik

- Akun pembiayaan luar negeri

- Penjaminan dari bank sentral

(32)

Risk Register merupakan tabel untuk membantu menyusun Penilaian Risiko sehingga penilaian risiko lebih mudah, karena dalam Risk Register memuat Potensi Kejadian Risiko, Penyebab Risiko, Faktor Positif yang ada, Tingkat Paparan Risiko dan Penanganan Risiko yang merupakan unsur-unsur dalam menilai risiko. Isi Matriks Risiko dari PT. PII harus disusun kembali sehingga sesuai untuk diisikan dalam Risk Register.

Hasil penilaian risiko KPBU BOT Sektor Air Minum sebagai berikut :

(33)

Tabel 3.2. Risk Register KPBU BOT Sektor Air Minum

No Potensi Kejadian Risiko

Penyebab Risiko Faktor Positif Yang ada Saat ini Prob/

Freq

Dampak Exp Penanganan Risiko

Risiko apa yang dikhawatirkan akan terjadi di masa yang akan datang? (misal:

5 tahun mendatang) Bagaimana deskripsi risikonya?

Bagaimana kejadiannya?

Apa yang menjadi

penyebab terjadinya risiko?

Faktor apa yang mendorong terjadinya risiko?

Faktor positif apa yang ada saat ini? Apa saja yang diperkirakan dapat meringankan/ mengurangi dampak risiko yang mungkin terjadi?

Langkah yang dilakukan dalam penanganan risiko?

1 RISIKO LOKASI Keterlambatan dan kenaikan biaya pembebasan lahan

Proses pembebasan lahan yang berkepanjangan

PMK 38/2006 :

- Perpanjangan masa konsesi.

- Pemerintah menanggung kelebihan harga tanah dengan persentase yang disepakati dengan BU

- Memberikan kompensasi dalam bentuk lain yang disetujui Menteri Keuangan

Sudah ada peraturan tentang pembebasan tanah. :

- Untuk luas kurang dari 5 ha, proses LA dapat tanpa membentuk TIM 9, cukup tim

- Pemerintah menyediakan lahan proyek sebelum proses pengadaan BU - Uang pembebasan tanah

dititipkan di pengadilan

(34)

penilai harga.

Lahan tidak dapat dibebaskan

Proses pembebasan lahan sulit

- Perpres 71 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

- (Uang pembebasan tanah bisa ditetapkan di pengadilan).

- Perpres 40 tahun 2014 tentang Perubahan atas Perpres 71/2014.

- (luas kurang dari 5 ha oleh instansi dengan pemegang hak atas tanah).

Status hukum lahan dan prosedur yang jelas dalam pembebasan lahan proyek.

Lahan tidak dapat digunakan setelah dibebaskan.

Kesulitan akses ke lahan dikarenakan gangguan sosial

- Ada bagian Humas yang dapat melakukan pendekatan sosial terus menerus sampai berhasil.

- Strategi komunikasi proyek termasuk,

pemetaan isu sosial dan tokoh kunci yang terkait.

2 RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI

Keterlambatan dan kenaikan biaya .

Spesifikasi output tidak jelas.

Sudah banyak standar dan manual - Klarifikasi saat proses tender

- Kapasitas desain yang baik

(35)

Gagal menjaga keselamatan dalam lokasi

Tingkat kecelakaan selama pekerjaan konstruksi berlangsung tinggi.

Sudah ada peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja:

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja N0.1/Men/1980 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Konstruksi Bangunan.

4. Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja

No.Kep.174/MEN/1986-104/

KPTS /1986 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat kegiatan konstruksi.

5. PP 50/2012 ttg Penerapan SMK3

6. Permen PU No. :

05/PRT/M/2014 ttg. Ped.

SMK3 Konstruksi Bid. PU

- Patuh dalam

implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik

(36)

Kenaikan biaya konstruksi

Perubahan volume pekerjaan

Sudah ada standar dokumen kontrak yang mengatur perubahan volume.

- Perpres No. 70 - 2012 ttg

Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemrintah

- Permen PU No. 07-2011 ttg.

Standard dan Pedoman

Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi

- Kesepakatan prosedur persetujuan perubahan volume dan ambang batas perubahan - Kesepakatan tersebut

diatur dalam kontrak.

3 RISIKO SPONSOR Default BU yang mengarah ke terminasi atau step- in oleh financier

Sponsor tidak kredibel - Konsorsium didukung

sponsor yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek (atau anggota konsorsium)

Sponsor tidak kredibel - Proses PQ untuk

memperoleh sponsor yang kredibel

Default lender proyek

Default pihak institusi keuangan/ perbankan (atau sindikasi) karena

perubahan kebijakan/trust terhadap BU atau akibat isu internal lender .

- Pemilihan lender yang kredibel

·Kinerja BU memenuhi kontrak

- Pemenuhan persyaratan lender

(37)

4 RISIKO FINANSIAL Kegagalan

mencapai financial close

- Tidak tercapainya financial close karena ketidakpastian kondisi pasar atau struktur modal proyek yang tidak optimal - Bisa juga karena

conditions precedence tidak terpenuhi

- Koordinasi dan konsorsium yang baik dengan lender yang kredibel dan potensial

Risiko nilai tukar mata uang

- Fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim

Instrumen lindung nilai;

Pembiayaan dalam Rupiah

Risiko tingkat inflasi dan suku bunga

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi terhadap asumsi dalam life-cycle cost dan suku bunga

Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim

Faktor indeksasi tarif dan lindung nilai tingkat suku bunga

5 RISIKO OPERASI Ketidaktersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb

(Bisa oleh staf operator, subkontraktor atau penyuplai).

Kebijakan SDM dan hubungan industrial yang baik

6 RISIKO PENDAPATAN

(38)

Risiko tingkat serapan di awal periode

Output tidak terserap di awal periode operasional karena implementasi di bawah target perencanaan

Klausul ‘take or pay’ dalam perjanjian jual beli air

Penurunan pendapatan penjualan air dan defisit bagi PJPK

Penurunan volume permintaan output proyek

Program marketing yang baik; Program penurunan NRW;

Pengelolaan keuangan PDAM

Kegagalan

penetapan tarif awal

Tingkat kemampuan dan kemauan membayar konsumen di bawah tingkat kelayakan .

Dukungan kelayakan (VGF);

Regulasi terkait mekanisme tarif dan juga insentif

7 RISIKO KONEKTIFITAS JARINGAN Risiko konektivitas

jaringan distribusi dan fasilitas penghubung

Ingkar janji otoritas membangun dan

memelihara jaringan yang diperlukan

Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik

Risiko pengelolaan jaringan distribusi

Keterbatasan pemerintah dalam mengatur lalu lintas di jalan non-tol yang mempengaruhi kinerja layanan jalan tol.

Peningkatan kapasitas pengelolaan jaringan distribusi

Risiko fasilitas pesaing/kompetitor

- Ingkar janji otoritas untuk tidak membangun rute moda pesaing - Penegakan hukum

pemanfaatan air bawah tanah (ABT) tidak

- Regulasi yang mendukung dapat berbentuk Perda

- Koordinasi dengan TNI, Polisi, dan Jaksa dalam proses penegakan hukum dapat dilakukan.

- Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor public

- Regulasi pemanfaatan ABT tersedia

- Mekanisme penegakan

(39)

berjalan. hukum tersedia &

berjalan baik

- Tim penegakan hukum pemanfaatan ABT terbentuk dan berjalan baik

8 RISIKO INTERFACE Risiko ketimpangan waktu dan kualitas pekerjaan

Ada ketimpangan waktu dan kualitas pekerjaan dukungan pemerintah dan yang dikerjakan BU

- Koordinasi dan integrasi jadwal pelaksanaan proyek

- Pekerjaan perbaikan oleh pihak yang kualitas pekerjaannya lebih rendah Risiko perbedaan

standar/metode layanan

Rework yang substantial terkait perbedaan standar / metode layanan yang digunakan

Kesepakatan standar/

metode yang akan

diterapkan para pihak sedini mungkin

Risiko relasi Miskomunikasi di dalam internal dan eksternal organisasi, termasuk mengakibatkan

keterlambatan/ kesalahan proses karena kurang pengalaman di proyek KPBU/Project Financing

Sistem komunikasi dan koordinasi dirancang, disepakati, dan

disosialisasikan dengan baik ke semua pihak terkait.

9 RISIKO POLITIK Mata uang asing tidak dapat dikonversi

Tidak tersedianya dan/atau tidak bisa dikonversinya mata uang asing ke/dari Rupiah

- Pembiayaan domestik - Akun pembiayaan luar

negeri

- Penjaminan dari bank sentral

(40)

Mata uang asing tidak dapat direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer ke negara asal investor

- Pembiayaan domestik - Akun pembiayaan luar

negeri

- Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Nasionalisasi/pengambilalih an tanpa kompensasi (yang memadai)

- Mediasi,negosiasi - Asuransi Risiko Politik - Penjaminan pemerintah

10 RISIKO FORCE MAJEURE

Bencana alam Terjadinya bencana alam sehingga tidak dapat beroperasi secara normal

Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure politis Peristiwa perang, kerusuhan, gangguan keamanan masyarakat

Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim Akibat perubahan iklim atau faktor lain

Asuransi, bila dimungkinkan

11 RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset

turun

Kebakaran, ledakan, dsb - Asuransi

Transfer aset setelah kontrak KPBU berakhir

Proses transfer aset terkendala karena ada perbedaan mekanisme pengalihan atau penilaian.

- Pembuatan kontrak yang mengatur perihal transfer aset dengan jelas.

- Penilaian dilakukan oleh penilai independen yang disepakati bersama

(41)

Risk Register merupakan tabel untuk membantu menyusun Penilaian Risiko sehingga penilaian risiko lebih mudah, karena dalam Risk Register memuat Potensi Kejadian Risiko, Penyebab Risiko, Faktor Positif yang ada, Tingkat Paparan Risiko dan Penanganan Risiko yang merupakan unsur-unsur dalam menilai risiko. Isi Matriks Risiko dari PT. PII harus disusun kembali sehingga sesuai untuk diisikan dalam Risk Register.

Hasil penilaian risiko KPBU BOT Sektor Perumahan Rakyat sebagai berikut :

(42)

Tabel 3.3. Risk Register KPBU BOT Sektor Perumahan Rakyat

No Potensi Kejadian Risiko

Penyebab Risiko Faktor Positif Yang ada Saat ini Prob/

Freq

Dampak Exp Penanganan Risiko

Risiko apa yang dikhawatirkan akan terjadi di masa yang akan datang? (misal:

5 tahun mendatang) Bagaimana deskripsi

risikonya?

Bagaimana kejadiannya?

Apa yang menjadi penyebab terjadinya risiko?

Faktor apa yang mendorong terjadinya

risiko?

Faktor positif apa yang ada saat ini? Apa saja yang diperkirakan dapat meringankan/ mengurangi

dampak risiko yang mungkin terjadi?

Langkah yang dilakukan dalam penanganan risiko?

1 RISIKO LOKASI Keterlambatan dan

kenaikan biaya pembebasan lahan

Proses pembebasan lahan yang berkepanjangan

PMK 38/2006 :

- Perpanjangan masa konsesi.

- Pemerintah menanggung kelebihan harga tanah dengan persentase yang disepakati dengan BU

- Memberikan kompensasi dalam bentuk lain yang disetujui Menteri Keuangan

Sudah ada peraturan tentang pembebasan tanah. :

- Untuk luas kurang dari 5 ha, proses LA dapat tanpa membentuk TIM 9, cukup tim

- Pemerintah menyediakan

lahan proyek sebelum proses pengadaan BU - Uang pembebasan tanah

dititipkan di pengadilan

(43)

penilai harga.

Lahan tidak dapat dibebaskan

Proses pembebasan lahan sulit

- Perpres 71 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

- (Uang pembebasan tanah bisa ditetapkan di pengadilan).

- Perpres 40 tahun 2014 tentang Perubahan atas Perpres 71/2014.

- (luas kurang dari 5 ha oleh instansi dengan pemegang hak atas tanah).

- Status hukum lahan dan prosedur yang jelas dalam pembebasan lahan proyek.

- Uang pembebasan tanah dititipkan di pengadilan

Lahan tidak dapat digunakan setelah dibebaskan.

Kesulitan akses ke lahan dikarenakan gangguan sosial

- Ada bagian Humas yang dapat melakukan pendekatan sosial terus menerus sampai berhasil.

- Strategi komunikasi proyek termasuk,

pemetaan isu sosial dan tokoh kunci yang terkait.

- Preventif: Pemerintah dan BU melakukan sosialisasi proyek sejak dini.

- Korektif: Pemerintah terlibat dalam proses mediasi

(44)

2 RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI

Keterlambatan dan kenaikan biaya .

Spesifikasi output tidak jelas.

Sudah banyak standar dan manual - Klarifikasi saat proses tender

- Kapasitas desain yang baik

Gagal menjaga keselamatan dalam lokasi

Tingkat kecelakaan selama pekerjaan konstruksi berlangsung tinggi.

Sudah ada peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja:

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja N0.1/Men/1980 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Konstruksi Bangunan.

4. Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja

No.Kep.174/MEN/1986-104/

KPTS /1986 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan

- Patuh dalam

implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik

(45)

Kerja pada tempat kegiatan konstruksi.

5. PP 50/2012 ttg Penerapan SMK3

6. Permen PU No. :

05/PRT/M/2014 ttg. Ped.

SMK3 Konstruksi Bid. PU Kenaikan biaya

konstruksi

Perubahan volume pekerjaan

Sudah ada standar dokumen kontrak yang mengatur perubahan volume.

- Perpres No. 70 - 2012 ttg

Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemrintah

- Permen PU No. 07-2011 ttg.

Standard dan Pedoman

Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi

- Kesepakatan prosedur persetujuan perubahan volume dan ambang batas perubahan - Kesepakatan tersebut

diatur dalam kontrak.

3 RISIKO SPONSOR Default BU yang mengarah ke terminasi atau step- in oleh financier

Sponsor tidak kredibel - Konsorsium didukung

sponsor yang kredibel dan solid

(46)

Default sponsor proyek (atau anggota konsorsium)

Sponsor tidak kredibel - Proses PQ untuk

memperoleh sponsor yang kredibel

Default lender proyek

Default pihak institusi keuangan/ perbankan (atau sindikasi) karena

perubahan kebijakan/trust terhadap BU atau akibat isu internal lender .

- Pemilihan lender yang

kredibel

- Kinerja BU memenuhi kontrak

- Pemenuhan persyaratan lender

4 RISIKO FINANSIAL Kegagalan

mencapai financial close

- Tidak tercapainya financial close karena ketidakpastian kondisi pasar atau struktur modal proyek yang tidak optimal - Bisa juga karena

conditions precedence tidak terpenuhi

- Koordinasi dan

konsorsium yang baik dengan lender yang kredibel dan potensial

Risiko nilai tukar mata uang

- Fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim

Instrumen lindung nilai;

Pembiayaan dalam Rupiah

Risiko tingkat inflasi dan suku bunga

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi terhadap asumsi dalam life-cycle cost dan suku bunga

Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim

Faktor indeksasi tarif dan lindung nilai tingkat suku bunga

5 RISIKO OPERASI

(47)

Ketidaktersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb

(Bisa oleh staf operator, subkontraktor atau penyuplai).

Kebijakan SDM dan

hubungan industrial yang baik

6 RISIKO PENDAPATAN Penurunan

pendapatan dan defisit BU.

Perubahan proyeksi volume permintaan

- Survei pasar yang tepat

dilakukan oleh konsultan berpengalaman;

- Pinjaman lunak di awal operasi

Kesalahan estimasi dari model

sebelumnya

Kesalahan input parameter dan perancangan model sehingga hasil estimasi menyimpang.

Survei pasar yang tepat

dilakukan oleh konsultan berpengalaman;

Kebocoran memungut pembayaran tarif

Akibat kegagalan / tidak optimalnya system pemungutan tarif

Sistem pemungutan dan

kinerja operasi yang baik

7 RISIKO KONEKTIFITAS JARINGAN

(48)

Risiko konektivitas jaringan jalan dan transportasi

Ingkar janji otoritas membangun dan memelihara akses transportasi yang diperlukan

Pemahaman kontrak yang

baik oleh sektor publik

Risiko kelancaran system transportasi

Keterbatasan pemerintah dalam mengatur lalu lintas di sekitar lokasi yang mempengaruhi kinerja layanan

Pengaturan lalu lintas

dengan mempertimbangkan pola pergerakan kendaraan

Risiko fasilitas pesaing/ kompetitor

Ingkar janji otoritas untuk tidak membangun rute moda pesaing

Regulasi yang mendukung dapat berbentuk Perda

Pemahaman kontrak yang

baik oleh sektor publik

8 RISIKO INTERFACE Risiko ketimpangan waktu dan kualitas pekerjaan

Ada ketimpangan waktu dan kualitas pekerjaan dukungan pemerintah dan yang dikerjakan BU

- Koordinasi dan integrasi

jadwal pelaksanaan proyek

- Pekerjaan perbaikan oleh pihak yang kualitas pekerjaannya lebih rendah Risiko perbedaan

standar/metode layanan

Rework yang substantial terkait perbedaan standar / metode layanan yang digunakan

Kesepakatan standar/

metode yang akan

diterapkan para pihak sedini mungkin

Risiko relasi Miskomunikasi di dalam internal dan eksternal organisasi, termasuk mengakibatkan

keterlambatan/ kesalahan

Sistem komunikasi dan

koordinasi dirancang, disepakati, dan

disosialisasikan dengan baik ke semua pihak terkait.

(49)

proses karena kurang pengalaman di proyek KPBU/Project Financing 9 RISIKO POLITIK

Mata uang asing tidak dapat dikonversi

Tidak tersedianya dan/atau tidak bisa dikonversinya mata uang asing ke/dari Rupiah

- Pembiayaan domestik

- Akun pembiayaan luar negeri

- Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak dapat direpatriasi

Mata uang asing tidak bisa ditransfer ke negara asal investor

- Pembiayaan domestik

- Akun pembiayaan luar negeri

- Penjaminan dari bank sentral

Risiko ekspropriasi Nasionalisasi/pengambilalih an tanpa kompensasi (yang memadai)

- Mediasi,negosiasi

- Asuransi Risiko Politik - Penjaminan pemerintah

10 RISIKO FORCE MAJEURE

Bencana alam Terjadinya bencana alam sehingga tidak dapat beroperasi secara normal

Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure politis Peristiwa perang, kerusuhan, gangguan keamanan masyarakat

Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim Akibat perubahan iklim atau faktor lain

Asuransi, bila dimungkinkan

11 RISIKO KEPEMILIKAN ASET

(50)

Risiko nilai aset turun

Kebakaran, ledakan, dsb - Asuransi

Transfer aset setelah kontrak KPBU berakhir

Proses transfer aset terkendala karena ada perbedaan mekanisme pengalihan atau penilaian.

- Pembuatan kontrak yang

mengatur perihal transfer aset dengan jelas.

- Penilaian dilakukan oleh penilai independen yang disepakati bersama

(51)

Risk Register merupakan tabel untuk membantu menyusun Penilaian Risiko sehingga penilaian risiko lebih mudah, karena dalam Risk Register memuat Potensi Kejadian Risiko, Penyebab Risiko, Faktor Positif yang ada, Tingkat Paparan Risiko dan Penanganan Risiko yang merupakan unsur- unsur dalam menilai risiko. Isi Matriks Risiko dari PT. PII harus disusun kembali sehingga sesuai untuk diisikan dalam Risk Register.

Hasil penilaian risiko KPBU BOT Sektor Persampahan sebagai berikut :

(52)

Tabel 3.4. Risk Register KPBU BOT Sektor Persampahan

No Potensi Kejadian Risiko

Penyebab Risiko Faktor Positif Yang ada Saat ini Prob/

Freq

Dampak Exp Penanganan Risiko

Risiko apa yang dikhawatirkan akan terjadi di masa yang akan datang? (misal:

5 tahun mendatang) Bagaimana deskripsi risikonya?

Bagaimana kejadiannya?

Apa yang menjadi

penyebab terjadinya risiko?

Faktor apa yang mendorong terjadinya risiko?

Faktor positif apa yang ada saat ini? Apa saja yang diperkirakan dapat meringankan/ mengurangi dampak risiko yang mungkin terjadi?

Langkah yang dilakukan dalam penanganan risiko?

1 RISIKO LOKASI Keterlambatan dan kenaikan biaya pembebasan lahan

Proses pembebasan lahan yang berkepanjangan

PMK 38/2006 :

- Perpanjangan masa konsesi.

- Pemerintah menanggung kelebihan harga tanah dengan persentase yang disepakati dengan BU

- Memberikan kompensasi dalam bentuk lain yang disetujui Menteri Keuangan

Sudah ada peraturan tentang pembebasan tanah. : - Untuk luas kurang dari 5 ha,

proses LA dapat tanpa membentuk TIM 9, cukup tim penilai harga.

- Pemerintah menyediakan

lahan proyek sebelum proses pengadaan BU.

(Kebutuhan lahan untuk TPS dan TPA sudah diidentifikasi jelas.) - Uang pembebasan lahan

dititipkan di pengadilan.

(53)

Lahan tidak dapat dibebaskan

Proses pembebasan lahan sulit

- Perpres 71 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

- (Uang pembebasan tanah bisa ditetapkan di pengadilan).

- Perpres 40 tahun 2014 tentang Perubahan atas Perpres 71/2014.

- (luas kurang dari 5 ha oleh instansi dengan pemegang hak atas tanah).

Status hukum lahan

(termasuk RTRW) dan prosedur yang jelas dalam pembebasan lahan proyek.

Lahan tidak dapat digunakan setelah dibebaskan.

Kesulitan akses ke lahan dikarenakan gangguan sosial

- Ada bagian Humas yang dapat melakukan pendekatan sosial terus menerus sampai berhasil.

- Strategi komunikasi proyek termasuk,

pemetaan isu sosial dan tokoh kunci yang terkait.

- Preventif: Pemerintah dan BU melakukan sosialisasi proyek sejak dini.

- Korektif: Pemerintah terlibat dalam proses mediasi.

2 RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI

Keterlambatan dan kenaikan biaya

Spesifikasi output tidak jelas.

Sudah banyak standar dan manual - Klarifikasi saat proses tender;

. Kapasitas desain yang baik

(54)

- Spesifikasi output PJPK harus mengacu pada best practice

Gagal menjaga keselamatan dalam lokasi

Tingkat kecelakaan selama pekerjaan konstruksi berlangsung tinggi.

Sudah ada peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja:

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan .

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja N0.1/Men/1980 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Konstruksi Bangunan.

4. Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja

No.Kep.174/MEN/1986-104/

KPTS /1986 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat kegiatan konstruksi.

5. PP 50/2012 ttg Penerapan SMK3

6. Permen PU No. :

05/PRT/M/2014 ttg. Ped.

SMK3 Konstruksi Bid. PU

Implementasi prosedur

keselamatan kerja yang baik

Kenaikan biaya konstruksi

Perubahan volume pekerjaan

Sudah ada standar dokumen kontrak yang mengatur perubahan volume.

- Perpres No. 70 - 2012 ttg

Kesepakatan prosedure

persetujuan perubahan volume dan ambang batas perubahan.

(55)

Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemrintah

- Permen PU No. 07-2011 ttg.

Standard dan Pedoman

Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi

3 RISIKO SPONSOR Default BU, yang mengarah ke terminasi atau step- in oleh financer

Sponsor tidak kredibel Konsorsium didukung

sponsor yang kredibel dan solid

Default sponsor proyek

Sponsor tidak kredibel Proses PQ untuk

memperoleh sponsor yang kredibel

Default lender proyek

Default pihak institusi keuangan/ perbankan (atau sindikasi) karena

perubahan kebijakan/trust terhadap BU atau akibat isu internal lender .

- Pemilihan lender yang

kredibel

·Kinerja BU memenuhi kontrak

- Pemenuhan persyaratan lender

4 RISIKO FINANSIAL Kegagalan

mencapai financial close

- Tidak tercapainya financial close karena ketidakpastian kondisi pasar atau struktur modal proyek yang tidak optimal - Bisa juga karena

conditions precedence tidak terpenuhi.

Koordinasi dan konsorsium

yang baik dengan lender yang kredibel dan potensial

(56)

Risiko nilai tukar mata uang

Fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar

Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim

Instrumen lindung nilai;

Pembiayaan dalam Rupiah

Risiko tingkat inflasi dan suku bunga

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi terhadap asumsi dalam life-cycle cost dan suku bunga

Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim

Faktor indeksasi tarif dan lindung nilai tingkat suku bunga

5 RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas

Akibat fasilitas tidak bisa terbangun

Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi

Operator yang handal;

Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb (Bisa oleh staf operator, subkontraktor atau penyuplai).

Kebijakan SDM dan

hubungan industrial yang baik

6 RISIKO PENDAPATAN Risiko

ketidaksesuaian pasokan input di awal periode

Input yang dipasok di awal periode operasional tidak sesuai dengan studi kelayakan

Klausul ‘take or pay’ dalam

perjanjian kerjasama

Penurunan volume permintaan output proyek

Mengakibatkan penurunan pendapatan dan defisit bagi PJPK

Kebijakan yang konsisten

dan sejalan dengan sasaran proyek

Kegagalan

penetapan tarif awal

Akibat tingkat kemampuan dan kemauan membayar konsumen di bawah tingkat kelayakan

- Dukungan kelayakan

(VGF);

- Regulasi terkait

mekanisme tarif dan juga insentif

Referensi

Dokumen terkait

berbagai penyebab penyimpangan yang mungkin terjadi pada pelaksanaan proyek. Dalam penelitian ini akan ditentukan berbagai faktor risiko pada rangkaian kegiatan. konstruksi

Dalam melakukan berbagai usaha sebaiknya diperhatikan bagaimana cara mengelola risiko agar tidak terjadi atau meminimalisir kerugian yang tidak diinginkan. Dalam hal kegiatan

Dibutuhkan langkah identifikasi dan analisis risiko untuk menemukan potensi risiko yang timbul dari setiap masalah agar hambatan dan kerugian yang terjadi dapat

Risiko adalah kerugian yang mungkin terjadi pada suatu waktu atau kegiatan.. Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai proses mengenal, mengevaluasi, mengendalikan,

a) Dalam setiap proyek konstruksi sangat penting dilakukan manajemen risiko untuk menghindari kerugian atas biaya, mutu dan jadwal proyek. b) Manajemen

Manajemen Risiko adalah berkaitan dengan kegiatan keamanan, yang tujuan- nya adalah menjaga harta benda dan personil perusahaan terhadap kerugian akibat kejahatan dan semua

mengetahui dengan jelas mengenai risiko -risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada proyek konstruksi khususnya proyek perluasan hotel mercure Pontianak. Cara yang

Dengan mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, proyek konstruksi dapat berkontribusi positif terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan