• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah bagian penting dalam suatu negara, apabila pendidikan bermasalah maka akan bermasalah pula negara tersebut.

Sebagaimana Tirtarahardja dan La Sulo menyatakan bahwa “pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan”.

Dengan demikian kualitas pendidikan menjadi salah satu tolak ukur kemajuan dan pembangunan bangsa. (Tirtarahardja & S. L. La Sulo, 2008)

Pendidikan agama adalah salah satu bentuk jaminan negara untuk memehuhi kebutuhan agama peserta didik dalam upaya pembangunan bangsa.

Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjamin pemenuhan pendidikan agama kepada peserta didik. Demikian pula Peraturan Menteri Agama No. 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama Pada Sekolah, pendidikan agama di sekolah merupakan hal yang diatur dan dijamin oleh negara. Dua peraturan tersebut membuat pendidikan agama dalam sistem pendidikan Indonesia menjadi lebih kokoh, sistematis, dan teratur. (UU Nomor 20 Tahun 2003;

Kementerian Agama Republik Indonesia)

Kendati demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa salah satu pendidikan agama yakni pendidikan agama Islam atau mata pelajaran agama Islam yang menjadi salah satu bentuk jaminan negara untuk memenuhi kebutuhan agama Islam peserta didik di sekolah, atau madrasah baik negeri maupun swasta, sejak dulu hingga sekarang banyak mendapati problematika.

Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan Sinaga pada tahun 2017 menunjukkan bahwa pendidikan agama Islam memiliki problematika yang banyak dan beragam, salah satu di antaranya adalah pada kurikulum pembelajaran sebagaimana tabel berikut:

(2)

Tabel 1 Problematika Kurikulum Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

No Aspek Problematika

1 Al-Qur’an1. Kemampuan siswa secara personal2. Waktu 2 Al-Hadits 1. Kurikulum (Bersifat hafalan) 3 Aqidah 1. Doktrin (Bersifat kognitif)

4 Akhlak 1. Sosok ideal lama (Bersifat kognitif) 5 Fiqih 1. Bersifat kognitif dan kekurangan sarana 6 SKI 1. Bersifat hafalan

Sumber: (Sinaga, 2017)

Berdasarkan uraian dan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang berjalan beriringan dengan beragam problematika yang dihadapi.

Masa pandemi Covid-19 adalah masa perubahan proses pelaksanaan pembelajaran yang pada awalnya langsung, atau luring (luar jaringan) menjadi daring (dalam jaringan). Hal ini berdasarkan Surat Edaran KEMENDIKBUD Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 (Corona Virus Disease 19), yang menganjurkan seluruh satuan pendidikan untuk melaksanakan proses belajar dari rumah melalui PJJ (pembelajaran jarak jauh) atau yang disebut daring.

(Mendikbud, 2020)

Kebijakan tersebut melahirkan problematika yang cukup signifikan dalam tubuh pendidikan, mulai dari tingkat dasar, menengah, bahkan hingga Pendidikan Tinggi. Hal ini terlihat dari ketidaksiapan pendidikan dalam menjawab tantangan yang lahir sebab pandemi Covid-19. Oleh karena itu pembelajaran pendidikan agama Islam dengan beragam problematika yang telah ada sebelumnya, ketika berhadapan dengan pandemi Covid-19 tentu akan menemukan banyak problematika yang lebih rumit lagi.

Mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan Umaroh pada tahun 2021, problematika pembelajaran daring di masa pandemi Covid 19 secara garis besar meliputi perencanaan pembelajaran daring atau RPP yang masih kurang dan belum dirubah atau disesuaikan dengan keadaan masa pandemi Covid-19, lalu perbedaan tingkat pemahaman peserta didik terhadap media yang digunakan, keterbatasan kuota internet, pendekatan pembelajaran dan

(3)

kompetensi guru, keterbatasan guru dalam mengontrol berlangsungnya pembelajaran daring, dan kurangnya motivasi dalam belajar. (Umaroh, 2021)

Berbanding lurus dengan beberapa problematika yang dipaparkan di atas, JPPK (Jurnal Pusat Penelitian Kebijakan) Kemendikbud Tahun 2020 mendapatkan sedikitnya tiga masalah penting yang terjadi pada pelaksanaan PJJ. Pertama, intensitas belajar mengajar menurun. Kedua, kesenjangan pembelajaran yang meningkat. Ketiga, berbagai hambatan pembelajaran, baik dari aspek fisik maupun psikis yang kian bermunculan. (Direktorat Sekolah Dasar, 2021)

Prawanti dan Sumarni melalui seminar prosiding pada tahun 2020, menyatakan bahwa problematika pembelajaran daring tidak hanya dialami oleh siswa dan guru, namun problematika tersebut juga dialami oleh orang tua siswa, seperti kurangnya pemahaman peserta didik dan orang tua terhadap media pembelajaran daring, serta pembelajaran dan penilaian dirasa membosankan karena tidak dilakukan secara tatap muka. Problematika tersebut berimplikasi pada tidak efektifnya pembelajaran. (Prawanti &

Sumarni, 2020)

Demikian pula Rahmawati dalam penelitiannya menjelaskan bahwa, problematika pembelajaran daring PAI sedikitnya terbagi menjadi tiga, yakni:

Pertama, kurangnya penjelasan dari Guru PAI sendiri, karena kurangnya rasa ingin tahu siswa dan kurangnya penjelasan dari Guru PAI. Kedua, kesulitan jaringan internet dan harga kuota internet yang mahal. Ketiga, kesulitan siswa komunikasi secara daring dengan Guru PAI. (Rahmawati, 2021)

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa problematika merupakan konsekuensi logis dari perkembangan dan perubahan zaman atau situasi. Sebab hal tersebut tentunya selalu memunculkan tantangan-tantangan baru yang tidak diprediksi sebelumnya. Perubahan pelaksanaan pembelajaran yang mulanya luring menjadi daring adalah salah satu contoh tantangan baru yang disebabkan oleh perubahan situasi akibat pandemi Covid-19.

Dengan demikian pembelajaran daring adalah salah satu tantangan baru yang menjadi problematika pendidikan saat ini, dan menimbulkan

(4)

perdebatan serta membutuhkan penyelesaian masalah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sebab itu problematika tidak boleh didiamkan begitu saja, karena hal tersebut harus mendapat perhatian khusus, guna mencari pemecahan permasalahannya agar aturan, kurikulum, dan pelaksanaan pembelajaran daring dapat mengikuti dan menyesuaikan perkembangan zaman dan perubahan situasi yang ada.

SMA Muhammadiyah 1 Malang atau yang dikenal dengan SMAMSA adalah salah satu sekolah menengah atas milik yayasan Muhammadiyah di Malang yang mempunyai visi sekolah: Islami, Berkarakter, Unggul, Kreatif, dan Ramah Anak. Adapun indikator salah satu visinya, yakni Islami adalah terwujudnya pribadi yang berakidah, beribadah dan berakhlak Islami dan terwujudnya kultur Islami di lingkungan sekolah. (SMA Muhammadiyah 1 Malang, 2021)

SMAMSA juga merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pembelajaran daring sejak awal kebijakan tersebut ditetapkan oleh pemerintah.

Lebih tepatnya SMAMSA adalah salah satu sekolah yang menyambut baik perubahan situasi pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Salah satu bentuk sambutan baik yang dimaksud dapat dilihat dari kegiatan virtual webinar parenting yang digelar oleh SMAMSA pada Kamis, 4 Februari 2021 dengan tema “Support Ayah Ibu Semangatku”. (SMA Muhammadiyah 1 Malang, 2021)

Maya dalam situs resmi SMAMSA menyebutkan bahwa webinar tersebut ditujukan sebagai instrumen silaturahmi bagi pihak sekolah dengan wali murid karena sudah relatif lama tidak bertatap muka. Kegiatan ini ditekankan untuk menampung aspirasi orang tua sebagai wali murid dalam mendampingi anak-anaknya belajar daring. (SMA Muhammadiyah 1 Malang, 2021)

Terlepas dari segala upaya yang dilakukan pihak SMAMSA dalam rangka menyambut baik pembelajaran daring sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, tentu sekolah tersebut juga mengalami problematika yang tidak jauh berbeda dengan problem-problem yang telah dipaparkan di atas.

Terlebih visi Islami yang diharapkan tentu menjadi tantangan bagi pihak

(5)

SMAMSA. Oleh sebab itu pembelajaran pendidikan agama Islam sebagai salah satu upaya mewujudkan visi tersebut tidak akan luput dari permasalahan perubahan situasi ini. Pemahaman tersebut menjadi alasan untuk penelitian ini difokuskan pada “Problematika Pembelajaran Daring Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Muhammdiyah 1 Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Apa saja problematika pembelajaran daring PAI di SMA Muhammadiyah 1 Malang?

2. Bagaimana upaya guru PAI di SMA Muhammadiyah 1 Malang dalam menghadapi problematika pembelajaran daring?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis problematika-problematika pembelajaran daring PAI di SMA Muhammadiyah 1 Malang.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis upaya guru PAI di SMA Muhammadiyah 1 Malang dalam menghadapi problematika pembelajaran daring.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri dari dua jenis manfaat, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun masing-masing manfaatnya akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui dan memahami problematika yang dialami oleh warga sekolah (siswa atau guru) dalam menjalani pembelajaran daring PAI.

(6)

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perhatian khusus kepada semua sekolah terkhusus SMA Muhammadiyah 1 Malang dalam menjalankan pembelajaran daring PAI kedepannya.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat untuk sekolah

Penelitian ini dapat memberikan masukan beserta bahan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran daring PAI yang sesuai bagi siswa sekolah menengah atas, khususnya SMA Muhammadiyah 1 Malang.

b. Manfaat untuk Guru

Penelitian ini dapat memberikan informasi serta solusi untuk pembelajaran daring PAI bagi Guru SMA Muhammadiyah 1 Malang.

c. Manfaat untuk Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya dalam mengkaji secara ilmiah mengenai problematika pembelajaran daring PAI bagi siswa SMA Muhammadiyah 1 Malang.

E. Batasan Istilah

Guna menghindari kekeliruan terhadap istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis membatasi istilah-istilah yang digunakan sebagai berikut:

1. Problematika

Problematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, problematika berarti sesuatu yang masih menimbulkan perdebatan dan masalah yang harus dipecahkan. Adapun istilah problematika dalam penelitian ini adalah segala macam permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran PAI selama masa pandemi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007)

2. Pembelajaran Daring

Pembelajaran menurut Hartinah, didefinisikan sebagai sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri. Berdasarkan pengertian tersebut, istilah pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar seorang siswa yang dibimbing atau diajar oleh guru yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Malang. (Hartinah, 2011)

(7)

Sementara pembelajaran daring adalah berdasarkan SE KEMENDIKBUD No. 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, bahwa seluruh tingkat satuan pendidikan dianjurkan untuk melaksanakan proses belajar dari rumah melalui PJJ (pembelajaran jarak jauh) atau yang disebut daring (dalam jaringan). (Mendikbud, 2020)

Dengan demikian pembelajaran daring yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dijalankan dengan metode pembelajaran jarak jauh melalui media digital yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Malang selama masa pandemi Covid-19.

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam merupakan pembinaan dan pengasuhan siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.

Lalu menghayati tujuan ajarannya yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.” (Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, 2004)

Adapun pendidikan agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran daring pendidikan agama Islam yang berlangsung di SMA Muhammadiyah 1 Malang.

4. SMA Muhammadiyah 1 Kota Malang

Adapun SMA Muhammadiyah 1 Malang adalah salah satu sekolah menengah atas di Malang yang menerapkan pembelajaran daring sejak awal ditetapkannya kebijakan tersebut. Namun demikian, SMA Muhammadiyah 1 Kota Malang yang dimaksud dalam penelitian, dalam hal ini adalah kelas X, XI, XII, khususnya pada pembelajaran pendidikan agama Islam. (SMA Muhammadiyah 1 Malang, 2021)

Gambar

Tabel 1 Problematika Kurikulum Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu kompetensi dasar dalam Kurikulum yang harus dicapai muridnya berbunyi sebagai berikut: “Murid dapat menjelaskan hasil analisis tentang konsep interaksi antara

Ada  dua  bentuk  ketahanan  (resistant)  yang  sering  dilakukan  yaitu  ketahanan  secara  immunological  dan  ketahanan  secara  behavioural.    Model  SIR 

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : (1) terbatasnya alat-alat laboratorium,

Ketiga tesis di atas secara substantif memang meneliti tentang pemasaran pendidikan di sebuah lembaga, baik pada sekolah tingkat menengah maupun sekolah tinggi. Akan

Untuk memperoleh data tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa di SMA Al Islam Krian Sidoarjo, peneliti membuat 20 butir soal sebagai angket

lxv.. hukum terhadap pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Selain itu masyarakat juga lebih memehami korelasi antara PERPU Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua

Selain itu guru juga memaparkan beberapa alasan mengakibatkan siswa sulit dalam memahami pembelajaran diantaranya (1) beberapa penggunaan perangkat pembelajaran masih kurang

bahwa mempedoman i Ketentuan Pasal 8 ayat (6) Peraturan Pem eri ntah Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Um u m dan Tatacara Pemungutan Pajak Daerah dan Per a turan Gubernur