• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI

TETAP PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR

SKRIPSI

Oleh

SRI RESKYWATI.S NIM 10573 05460 15

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

(2)

ii

PENERAPAN PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI

TETAP PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR

SKRIPSI

Oleh

SRI RESKYWATI.S NIM 10573 05460 15

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis Pada Jurusan akuntansi

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

(3)

iii

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati Kupersembahkan karya sederhana ini Kepada ayah, ibu atas segala doa dan

Pengorbanan beliau, keluarga, dan sahabat-sahabat Yang senantiasa berdoa serta membantu dengan ikhlas Baik moril maupun materi untuk keberhasilan penulis

MOTTO

Kehidupan bukanlah jalan yang lurus dan mudah dilalui....

Namun ketika kita punya keyakinan, Pintu pasti akan dibukakan untuk kita Mungkin bukan pintu yang selalu kita inginkan Namun pintu yang akhirnya akan terbukti terbaik untuk kita.

(A.J. Cronin)

Tak selamanya rencana akan terwujud Ikhtiar, Sabar dan Ikhlas adalah kunci Positif thinking…

Menggapai harapan….

Karena Allah Maha Mengetahui

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Perhitungan Dan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Gaji Pegawai Tetap Pada Badan pengelolaan Keuangan daerah”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan kepada Orang Tua penulis bapak Syahrir dan Ibu Saenab yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas pengorbanan, dukungan dan do’a

restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu.

Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula

(8)

viii

penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasullong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si. AK. CA. CSP selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Hj. Ruliaty,MM, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak Andi Arman, SE.,M.Si.AK.Ca, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Angkatan 2015 terkhusus kepada kelas Akuntansi 15.H yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongannya dalam aktivitas studi penulis.

9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini

(9)

ix

Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Makassar, September 2019

Penulis

(10)

x

ABSTRAK

SRI RESKYWATI.S. 2019. “Penerapan Perhitungan Dan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Gaji Pegawai Tetap Pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar ”.Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh pembimbing Andi Arman dan Ruliaty.

Penelitian Ini Bertujuan Untuk mengetahui penerapan perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 atas gaji pegawai tetap pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar berdasarkan peraturan perpajakan Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kuantitatif, yaitu membandingkan perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan atas gaji pegawai tetap menurut instansi dengan Undang-Undang perpajakan No.36 tahun 2008 yang berlaku saat ini.

Hasil penelitian yang dilakukan menjelaskan bahwa perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah KabupatenTakalar telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Kata Kunci : Perhitungan Dan Pemotongan PPh Pasal 21

(11)

xi

ABSTRACT

SRI RESKYWATI.S. 2019. "Application of Calculation and Withholding Income Tax (PPh) Article 21 For Salaries of Permanent Employees at the Regional Financial Management Agency of Takalar District." Supervised by mentors AndiArman and Ruliaty.

This study aims to determine the application of the calculation and deduction of income tax article 21 on the salaries of permanent employees at the Regional Financial Management Agency of Takalar Regency based on tax regulations according to Law Number 36 Year 2008. The type of research used in this study is descriptive quantitative research, namely comparing the calculation and deduction of income tax on salaries of permanent employees according to the agency with the current taxation Law No.36 of 2008.

The results of the research conducted explained that the calculation and deduction of income tax article 21 at the Takalar District Regional Financial Management Agency was in accordance with Law Number 36 of 2008.

Keywords: Calculation and Withholding Income Tax Article 21

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pajak dan Jenis Pajak ... 5

B. Fungsi Pajak dan Azas Pengenaan Pajak ... 7

(13)

xiii

C. Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 10

D. Tata Cara Pemungutan Pajak ... 13

E. Unsur-unsur Perhitungan PPh Pasal 21... 18

F. Pemotongan PPh Pasal 21 ... 20

G. Subjek dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 23

H. Tinjauan Empiris ... 26

I. Kerangka Konsep ... 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data... 31

E. Metode Analisis ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 34

1. Sejarah Singkat Instansi ... 34

2. Visi dan Misi Organisasi ... 34

3. Struktur Organisasi Dan Job Descreption... 36

B. Hasil Penelitian 1. Pegawai ... 41

2. Sistem Pembayaran Gaji Yang Diterapkan ... 41

3. Penghasilan Pegawai Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar ... 41

4. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Menurut Undang-Undang ... 43

(14)

xiv

5. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten

Takalar ... 57

C. Pembahasan 1. Penjelasan Dari Hasil Perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21... 70

2. Perbandingan Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar Dengan Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Menurut Undang-Undang... 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN... 75

(15)

xv

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 2.1 Tabel 2.2

Tarif Pajak PPh Pasal 21

Daftar Gaji Pegawai Pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar Tahun 2018

17

43

Tabel 2.3 Perbandingan Hasil Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Tahun 2018 71

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Tabel 2.1 Tabel 2.2

Kerangka Konsep Struktur Organisasi

28 36

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 75

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber penerimaan terbesar bangsa Indonesia adalah berasal dari pajak. Pajak selalu mempengaruhi jalannya pembangunan karena pajak menjadi sumber dana yang dapat diandalkan oleh pemerintah. Jenis-jenis pajak dipotong dan dipungut di indonesia antara lain Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan nilai Barang Mewah (PPn BM), dan masih ada jenis-jenis pajak daerah serta retribusi daerah.

Salah satu cara pemerintah dalam meningkatkan penerimaan di sektor perpajakan yaitu dengan sosialisasi tentang peraturan perpajakan dan untuk mewujudkan suatu kemakmuran bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri, di mana pajak tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

Warga negara Indonesia yang memiliki penghasilan dan sesuai dengan undang-undang No. 36 tahun 2008 maka diwajibkan untuk membayar pajak atas penghasilan bruto yang diperolehnya.

Pajak sebagai salah satu sumber pemasukan utama pemerintah yang diperoleh dari potensi dalam negeri merupakan iuran yang disetorkan rakyat ke kas negara dengan tidak mendapat timbal balik, yang digunakan untuk membiayai pembangunan yang sedang berlangsung, tetapi belum tentu wajib pajak taat membayar dengan benar sesuai ketentuan yang berlaku. Ada beberapa kendala yang harus dihadapi baik petugas pajak maupun wajib pajak

(19)

sendiri. Peran serta masyarakat menjadi wajib pajak diharapkan dapat membantu meningkatkan penerimaan disektor pajak. Peran itu antara lain, dapat dilakukan dengan bertanya apabila belum memahami aturan yang berlaku, menghitung, membayar, dan melaporkan pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Saat ini pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan pendapatan negara yang berasal dari bidang perpajakan. Salah satu jenis pajak yang ditetapkan oleh pemerintah adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dipungut atas penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak baik orang pribadi ataupun badan. Jenis pajak penghasilan yang sangat berpotensi untuk terus bergali dan ditingkatkan penerimaannya adalah pajak atas penghasilan orang pribadi yang diatur dalam undang-undang perpajakan pada pasal 21.

Pajak penghasilan (PPh) pasal 21 di potong, disetor dan dilaporkan oleh pemotong pajak. Pemotong pajak yaitu pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.

Pajak Penghasilan pasal 21 yang telah dipotong dan disetorkan oleh pemberi kerja atas penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan dari satu pemberi kerja merupakan pelunasan pajak yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, bagi pegawai atau orang pribadi yang pajaknya telah dipotong dan disetor oleh pemberi kerja.

Pada tahun 2016 Menteri Keuangan mengeluarkan peraturan perundang- undangan Nomor : 101-PMK.010-2016 mengenai Penyesuaian Besaran Penghasilan Tidak kena Pajak yang semula Rp. 36 juta berubah menjadi Rp. 54 juta Pertahun (setara dengan Rp. 4,5 juta per bulan)

(20)

PTKP untuk Tahun 2017/2018 sampai saat ini perhitungan masih menggunakan peraturan dari menteri keuangan : PMK: 101/PMK.010/2016, atau besaran tarifnya masih menggunakan Tarif PTKP 2016.

Terdapat penelitian terhadap pajak penghasilan sebelumnya, masih terdapat instansi yang dalam penerapan pajaknya belum sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Hal demikian dapat dilihat dalam penelitian Magdalena Judika Siringoringo, dkk (2012), yang berjudul Analisis Pehitungan Pajak Penghasilan pasal 21 pada Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Toba Samosir. Menjelaskan bahwa perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 pada Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Toba Samosir belum sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku yaitu pasal 21 UU No.36 Tahun 2008. Hal ini dikarenakan tidak adanya biaya jabatan yaitu sebesar 5% sebagai pengurang penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan netto.

Jika suatu lembaga mengabaikan kewajibannya sebagai wajib pajak, maka akan memberikan kerugian bagi negara. Sebab pemasukan dana yang didapatkan oleh pemerintah akan berkurang. Kurangnya pendapatan yang didapatkan oleh negara akan menghambat kinerja dan pembangunan suatu negara.

Peneliti memilih Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar sebagai tempat penelitian karena penulis ingin mengetahui penerapan pajak penghasilan Pasal 21 yang diterapkan diinstansi tersebut.. Semua ini penulis lakukan untuk meninjau kinerja dan aktifitas yang dilakukan oleh sebuah Instansi.

Tujuannya untuk melihat ketaatan suatu Instansi dalam menjalankan

(21)

kewajibannya membayar pajak agar negara tidak mengalami kerugian dan kekurangan dalam menjalankan aktifitasnya.

Berdasarkan apa yang telah penulis uraikan diatas maka penulis tertarik dalam memilih judul yaitu “Penerapan Perhitungan Dan Pemotongan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 Atas Gaji pegawai Tetap Pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang diteliti dirumuskan sebagai berikut

Apakah penerapan perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku atas gaji pegawai tetap pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penerapan perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 terhadap peraturan perpajakan yang berlaku atas gaji pegawai tetap Pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan penulis dalam perpajakan khususnya PPh pasal 21.

2. Bagi pembaca, untuk memberikan pengetahuan masyarakat dibidang perpajakan, Khususnya mengenai perhitungan dan pemotongan PPh pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap.

(22)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pajak dan Jenis Pajak 1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut memberikan berbagai defenisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya defenisi tersebut mempunyai tujuan yang sama.

Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Mardiasmo (2016:3) yang menyatakan bahwa “ pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Selanjutnya menurut P.J.A Adriani (2013:2) mendefenisikan bahwa “ pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipajakkan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”

Berdasarkan beberapa defenisi pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak yaitu :

a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan-aturan pelaksanaan yang sifatnya dapat dipaksakan

(23)

b. Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.

c. Pajak dipungut oleh negara baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah yang bila pemasukannya masih terdapat masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

2. Jenis-jenis Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:7) jenis-jenis pajak di bagi atas tiga kelompok yaitu :

1. Menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai 2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

(24)

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

3. Menurut lembaga pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Bea Materi

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

 Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

 Pajak Kabupaten/Kota, Contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.

B. Fungsi Pajak dan Asas Pengenaan Pajak 1. Fungsi Pajak

Fungsi pajak menurut Menurut Mardiasmo (2016:4) a. Fungsi Anggaran (budgetair)

Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Mengatur (cregulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh

(25)

 Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

 Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

1. Asas Pengenaan Pajak

Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah :

a) Asas Domisili atau Asas Kependudukan

Berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan perpajakan, orang pribadi merupakan penduduk atau berdomisili di negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di negara itu. Dalam kaitan ini, tidak dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak itu berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut asas ini, dalam system pengenaan pajak terhadap penduduknya akan menggabungkan asas domisili dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di negara itu maupun penghasilan yang diperoleh di luar negeri.

b) Asas Sumber

Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatau penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumber-sumber yang berada di

(26)

negara itu. Dalam asas ini, tidak menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara itu.

Contoh : tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia maka dari penghasilan yang didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.

c) Asas Kebangsaan atau Asas Kewarganegaraan

Dalam asas ini yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan.

Berdasarkan asas ini tidaklah menjadi persoalan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal. Seperti halanya dalam asas domisili, system pengenaan pajak berdasarkan kewarganegaraan ini dilakukan dengan cara menggabungkan asas kewarganegaraan dengan konsep pengenaan pajak atas world-wide income.

Indonesia, dari ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994, dan perubahan terakhir Undang-undang nomor 36 tahun 2008 khususnya yang mengatur mengenai subjek dan objek pajak, dapat disimpulkan bahwa Indonesia menganut asas domisili dan asas sumber sekaligus dalam system perpajakannya. Indonesia juga menganut asas kewarganegaraan yang parsial, yaitu khusus dalam ketentuan yang mengatur mengenai pengecualian subjek pajak untuk orang pribadi.

(27)

C. Pajak Penghasilan Pasal 21 1. Pengertian Penghasilan

Defenisi penghasilan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:18) yang menyatakan bahwa :

“Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun

keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktifitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, deviden, royalty dan sewa”.

2. Pengertian pajak penghasilan

menurut Diana Sari (2014:25) yang menyatakan bahwa :

“Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) adalah Pajak Penghasilan yang

harus dipotong oleh setiap pemberi kerja terhadap imbalan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, penghargaan, maupun pembayaran lainnya, yang mereka bayar atau terutang kepada orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan yang dilakukan orang pribadi tersebut.”

Sedangkan menurut Rahmat Hidayat Lubis (2018:206) yang menyatakan bahwa :

“Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) adalah pajak yang dipotong oleh

pihak lain atas penghasilan berupa gaji, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang pribadi dalam negeri.

Pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh pasal 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, badan, bentuk usaha tetap, yayasan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan pekerjaan

(28)

atau jasa, seta dana pension, bahan-bahan lain yang membayar uang pension dan Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.

3. Undang-Undang PPh No.36 Tahun 2008 Pasal 21

Undang-undang No.36 Tahun 2008, yang disebut dengan Undang-undang pajak penghasilan pasal 21 dinyatakan bahwa :

1. Pemotong pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekeerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh :

a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.

d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagaimana imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas.

e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.

2. Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah kantor perwakilan Negara asing dan organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

(29)

3. Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.

4. Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

5. Tarif pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, kecuali ditetapkan lain dengan Peraturan Pemerintah. (5a) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

6. Ketentuan mengenai petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

D. Tata Cara Pemungutan Pajak

Menurut Siti Resmi (2017:8) dalam pemungutan pajak digunakan cara stelsel yaitu :

a. Stelsel Riil yaitu Pengenaan pajak didasarkan pada objek yang sengguhnya terjadi (untuk PPh, objeknya adalah penghasilan). Pemungutan pajaknya

(30)

baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak diketahui.

b. Stelsel Fiktif, yaitu pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggaran yang diatur oleh undang-undang.

c. Stelsel Campuran yaitu pengenaan pajak yang didasarkan pada kombinasi antara stelsel riil dan stelsel fiktif.

Sedangkan dalam sistem pemungutannya dapat dibagi menjadi :

a. Official Assessment System, yaitu Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku.

b. Self Assessment system, yaitu Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan paerpajakn yang berlaku.

c. With Holding System, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenagn kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk mentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

1. Wajib Pajak PPh Pasal 21

Wajib Pajak penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan ;

a) Pegawai

b) Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya

(31)

c) Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa, yaitu tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, pemain musik, pembawa acara, penari, pelukis, seniman, olaragawan, penasihat pengajar, pelatih, penceramah, moderator, pengarang, peneliti, penejermah, pengawas atau pengelolah proyek, petugas penjaja barang dagangan, petugas dinas luar asuransi dan lain-lain.

d) Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.

e) Mantan pegawai

f) Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suata kegiatan yaitu peserta perlombaan dalam segala bidang, peserta rapat, pertemuan, kunjungan kerja, peserta pendidikan dan pelatihan dan lain-lain.

Sedangkan yang tidak termasuk wajib pajak PPh pasal 21 adalah :

a) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

b) Pejabat perwakilan organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

(32)

2. Hak-hak Wajib pajak PPh Pasal 21 Hak-hak Wajib Pajak Pasal 21 adalah :

a) Wajib pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada Pemotong Pajak, Jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong dapat dikreditkan dari PPh Pasal 21 untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali PPh Pasal 21 yang bersifat final.

b) Wajib pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jendral Pajak, jika PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong Pajak tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengajuan surat keberatan ini dilakukan dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak yang dipotong menurut perhitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

Pengajuan surat keberatan ini dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan setelah tanggal pemotongan, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan.

c) Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Permohonan banding ini diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas, dan dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan yang diterima, dilampiri dengan surat salinan keputusan tersebut, apabila badan peradilan pajak belum terbentuk, maka permohonan banding dapat diajukan Kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak Putusan (BPSP) bukan merupakan Keputusan Tata Usaha Negara.

(33)

3. Kewajiban Wajib Pajak PPh Pasal 21

Kewajiban Wajib Pajak PPh Pasal 21 adalah :

a) Wajib pajak berkewajiban menyerahkan surat pernyataan kepada pemotongan pajak yang menyatakan jumlah tanggungan pada permulaan tahun takwin atau permulaan menjadi subjek pajak dalam negeri. Surat pernyataan tersebut dibuat untuk mendapatkan pengurangan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), surat pernyataan tersebut harus diserahkan pada saat seseorang mulai bekerja atau mulai pensiun.

b) Wajib pajak juga berkewajiban menyerahkan surat pernyataan kepada pemotong pajak dan ada perubahan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwin.

c) Wajib pajak berkewajiban memasukkan SPT tahunan, jika wajib mempunyai penghasilan lebih dari 1 pemberi kerja.

4. Tarif Pajak PPh Pasal 21

Pemungutan pajak tidak terlepas dari keadilan, keadilan dapat diciptakan keseimbangan sosial yang sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat.

Dalam penerapan tarif harus berdasarkan pada keadian, dalam perhitungan pajak yang terutang digunakan tarif pajak. Yang dimaksud tarif pajak adalah tarif untuk menghitung besarnya tarif pajak yang terutang (pajak yang harus dibayar).

Berdasarkan ketentuan pasal 17 ayat (1) Undang-Undang pajak penghasilan nomor 36 tahun 2008, besarnya tarif pajak dapat dinyatakan dalam persentase tarif pajak yang dikenakan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut :

(34)

Tabel 2.1: Tarif Pajak yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai Dengan Rp 50.000.000,- 5%

Rp 50.000.000,00 s/d Rp 250.000.000,- 15%

Rp 250.000.000,00 s/d Rp 500.000.000,- 25%

Diatas Rp 500.000.000,- 30%

5. Penghasilan Tidak kena Pajak

Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) adalah pengurangan terhadap penghasilan neto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam menghitung penghasilan kena pajak yang menjadi objek pajak penghasilan yang harus dibayar wajib pajak di Indonesia. PTKP terbaru selama setahun untuk perhitungan PPh Pasal 21 berdasarkan peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 dan PMK No.101/PMK.010/2016 adalah sebagai berikut :

a) Rp. 54.000.000,- untuk diri wajib pajak orang pribadi

b) Rp. 4.500.000,- tambahan untuk wajib pajak yang telah menikah

c) Rp.54.000.000,- untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) UU PPh.

d) Rp.4.500.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang

(35)

menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

E. Unsur-Unsur Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Unsur pokok dalam menghitung pajak penghasilan pasal 21 adalah : 1. Penghasilan Bruto

Penghasilan bruto adalah jumlah dari penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium, (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kehadiran, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayarkan pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

2. Penghasilan Netto

Besarnya penghasilan netto diperoleh dengan mengurangi penghasilan bruto dengan pengurangannya yang diperoleh seperti :

a. Biaya jabatan yang merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memlihara penghasilan sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah maksimal Rp 500.000 sebulan atau Rp 6.000.000 setahun.

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

(36)

c. Besarnya penghasilan netto penerima pensiun ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah maksimal Rp 200.000 sebulan atau Rp 2.400.000 setahun.

d. Zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama islam dan wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

3. Penghasilan Tidak Kena Pajak

Sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 101/PMK.010/2016 besaran PTKP untuk tahun 2016 adalalah :

a. Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar Rp 54.000.000,- b. Untuk tambahan Wajib Pajak yang kawin sebesar Rp 4.500.000,-

c. Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami adalah Rp 54.000.000,-

d. Tambahan untuk masing-masing anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan, maksimal 3 (tiga) orang adalah Rp 4.500.000,-

4. Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Penghasilan kena pajak (PKP) sebagai dasar penerapan tarif bagi Wajib Pajak dalam negeri dalam satu tahun pajak dihitung dengan cara mengurangkan dari penghasilan bruto dengan pengurangan dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

(37)

Perlakuan atas penghasilan kena pajak (PKP) adalah :

a. Jika wajib pajak pegawai tetap atau masih aktif bekerja, maka PKP nya adalah penghasilan neto dikurangi PTKP, sedangkan Penghasilan neto dihitung seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan :

1. Biaya Jabatan

2. Biaya pensiun termasuk iuran tabungan hari tua atau jaminan hari tua yang disamakan dengan dana pensiun.

3. Penghasilan Tidak Kena Pajak.

b. Bagi penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan adalah sebesar penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun dan PTKP.

c. Bagi pegawai tidak tetap, PKP dihitung sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP.

F. Pemotongan Pajak PPh Pasal 21

Yang bertindak sebagai pemotong pajak penghasilan pasal 21 atau disebut pemotong pajak (pihak yang ditunjuk pemerintah untuk turut bertanggung jawab atas pelunasan pajak) menurut ketentuan undang-undang adalah :

a) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi, badan atau cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan, atau unit tersebut.

b) Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Luar negeri, yang membayarkan gaji, upah,

(38)

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

c) Dan pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan- badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.

d) Badan termasuk bentuk usaha tetap yang membayar honorarium atau pembayaran lainnya sebagai imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri.

e) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.

1. Hak-Hak Pemotongan Pajak PPh Pasal 21 Hak-hak pemotong pajak PPh pasal 21 adalah :

a) Pemotong pajak berhak mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) PPh pasal 21.

Permohonan diajukan secara tertulis selambat-lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwin berikutnya dengan menggunakan formulir yang telah ditentukan oleh direktur jenderal Pajak disertai surat pernyataan mengenai penghitungan sementara PPh Pasal 21 yang terutang dan bukti pelunasan kekurangan

(39)

pembayaran PPh Pasal 21 yang terutang untuk tahun takwin yang bersangkutan.

b) Pemotong pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak dan permohonan banding kepada Badan Peradilan Pajak.

c) Pemotong pajak berhak atas kelebihan jumlah penyetoran PPh pasal 21 yang terjadi karena jumlah PPh Pasal 21 yang terutang dalam 1 (satu) takwin lebih kecil daripada jumlah PPh pasal 21 yang telah disetor. Jumlah kelebihan tersebut akan diperhitungkan dengan PPh pasal 21 yang terutang atas gaji untuk bulan pada waktu dilakukan penghitungan tahunan, dan jika masih ada sisa kelebihan, diperhitungkan untuk bulan-bulan lainnya dalam tahun berikutnya.

2. Kewajiban Pemotong Pajak PPh Pasal 21

Kewajiban pemotong pajak PPh pasal 21 adalah :

a) Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

b) Pemotong pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlakukan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya pada Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

c) Pemotong pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh pasal 21 yang terutang untuk setiap akhir bulan takwin.

d) Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran PPh pasal 21 meskipun nihil dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat, selambat- lambatnya pada tanggal 20 (dua puluh) bulan takwin berikutnya.

(40)

e) Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh pasal 21 baik diminta maupun tidak dapat saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun.

f) Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh pasal 21 kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan, dengan menggunakan formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun pajak berakhir.

g) Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwin maka Bukti Pemotongan tersebut diberikan oleh pemberi kerja yang bersangkutan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.

G. Subjek dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 1. Subjek pajak

Menurut Waluyo (2009:14) Penerimaan penghasilan yang dipotong pajak penghasilan pasal 21 yaitu :

a. Pegawai adalah setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tulis maupun tidak tulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah.

b. Penerimaan uang pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan

(41)

dimasa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua.

c. Penerima honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukan.

d. Penerima upah adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah borongan atau upah satuan.

e. Orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotong pajak.

2. Objek pajak penghasilan yang dipotong pasal 21 Objek pajak penghasilan yang dipotong pasal adalah :

a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan teratur, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

b) Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan yang biasanya dibayarkan sekali dalam setahun.

c) Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan.

d) Uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua atau tunjangan hari tua (THT), uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis.

(42)

e) Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lainnya sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib dalam negeri, termasuk tenaga ahli, pemain musik, pembawa acara, olahragawan, penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, moderator, pengarang, peneliti, pemberi jasa di bidang teknik, pengawas, pengelola proyek, peserta perlombaan, petugas penjaja barang dagangan, petugas dinas luar asuransi, peserta pendidikan, pelatihan, dan magang dan kegiatan sejenis lainnya.

Selanjutnya penghasilan yang dikecualikan dari pengenaan PPh pasal 21 yang tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah :

1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apa pun diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final atau yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus.

3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.

4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

(43)

5. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu.

H. Tinjauan Empiris

Peneliti sebelumnya, terdapat beberapa penelitian yang menemukan bahwa perusahaan dan Instansi yang ditelitinya tidak sesuai dengan undang- undang yang berlaku seperti pada penelitian :

Dotulong, dkk (2014). Yang berjudul Penerapan Akuntansi Untuk Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Dotulolong Lasut. Menjelaskan bahwa perhitungan pajak penghasilan pasal 21 karyawan yang bekerja pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Dotulolong Lasut, belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan perpajakan yang baru yaitu Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. Hal ini terjadi karena karyawan pada PT. Bank Mandiri (persero) Tbk Cabang Dotulolong Lasut di bagian perhitungan perpajakan kurang teliti dalam memperhatikan perhitungan PPh pasal 21 terhadap gaji karyawan sehingga terjadi selisih kurang bayar yang mengakibatkan kerugian pada kas negara.

Chris Waraney Rondonuwu, dkk (2017) yang berjudul analisis penerapan perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 pada Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado. Penulis Menjelaskan bahwa perusahaan juga masih mengikuti penerapan aturan PTKP yang lama yaitu PMK No.122/PMK.010/2015, bukan yang terbaru yaitu PMK No.101/PMK.010/2016. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penerapan perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 yang ditetapkan oleh perusahaan belum mengikuti peraturan pajak penghasilan pasal 21 yang terbaru, hal ini terjadi dikarenakan perusahaan kurang cermat dalam melakukan perhitungan menyebabkan

(44)

terjadinya pemotongan pajak peghasilan pasal 21 yang lebih besar dari yang seharusnya dipotong perusahaan.

Magdalena Judika Siringoringo, dkk (2012), yang berjudul Analisis Pehitungan Pajak Penghasilan pasal 21 Menurut UU No.36 Tahun 2008 pada Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Toba Samosir.

Menjelaskan bahwa perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 pada Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Toba Samosir belum sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku yaitu pasal 21 UU No.36 Tahun 2008. Hal ini dikarenakan tidak adanya biaya jabatan yaitu sebesar 5% sebagai pengurang penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan netto.

Penemuan yang menjelaskan tentang kesesuaian penerapan pajak pada perusahaan atau instansi dengan penerapan pajak menurut undang-undang seperti pada penelitian yang dilakukan oleh :

Rahmawati, dkk (2018), yang berjudul analisis perhitungan dan pemotongan PPh pasal 21 pada Karyawan Tetap PT.Mega Jasa Kelola Manado.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode pembahsan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan suatu keadaan atau data serta melukiskan dan menerapkan suatu keadaan sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada.

Berdasarkan data yang telah diolah bahwa PT.Mega Jasakelola Manado sudah melaksanakan perhitungan dan pemotongan pajak PPh pasal 21 sesuai dengan Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang pembayaran pajak melalui pemotongan pajak penghasilan.

Runtuwarow dan Elim (2016) yang berjudul Analisis Penerapan Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji Pegawai Negeri Sipil pada Dinas

(45)

Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara menjelaskan bahwa Perhitungan PPh Pasal 21 gaji pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara telah dilakukan dengan benar sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan No.36 Tahun 2008.

I. Kerangka Konsep

J.

K.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pencatatan Pajak

Penghasilan (PPh) Pasal 21

PPh Pasal 21 menurut Undang-Undang Perpajakan

No.36 Tahun 2008 PPh Pasal 21 yang

ditetapkan oleh Instansi

Perbandingan UU PPh 21 yang berlaku dengan UU PPh 21 yang berlaku pada

Instansi

Hasil

Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain (Pekerjaan, jasa, atau

kegiatan) Badan Pengelolaan

Keuangan Daerah Kabupaten Takalar

(46)

Keterangan :

Badan pengelolaan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu yang berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut, Dimana dalam menjalankan aktivitasnya maka instansi perlu melakukan pencatatan pajak penghasilan pasal 21 yang sesuai dengan undang-undang perpajakan. Hal ini bertujuan untuk meneliti pajak penghasilan pasal 21 yang sesuai dengan undang-undang perpajakan No.36 tahun 2008.

(47)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kuantitatif, yaitu membandingkan perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan atas gaji pegawai tetap menurut instansi dengan Undang-Undang perpajakan No.36 tahun 2008 yang berlaku saat ini.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian dalam penyusunan proposal ini adalah pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar. Waktu penelitian yang dibutuhkan pada bulan juni sampai juli 2019.

C. Populai dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Husaini Usman. 2006:181). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pegawai tetap pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah kabupaten Takalar yang berjumlah 95 orang pegawai tetap.

Sampel adalah hasil populasi yang ingin diteliti. Sampel dianggap sebagai populasi yang hasilnya mewakili seluruh gejala yang diamati. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara a cak dengan metode probability sampling atau sering disebut juga random sampling, yaitu

(48)

pengambilan sampel dimana setiap elemen penelitian mempunyai probabilitas (kemungkinan) sama untuk dipilih. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pegawai tetap pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar yang berjumlah 10 orang. Peneliti akan menggunakan daftar gaji pegawai tetap pada tahun 2018.

D. `Teknik Pengumpulan Data

Data adalah sekumpulan bukti atau fakta yang dikumpulkan dan disajikan untuk tujuan tertentu.

1. Jenis data

a) Data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka-angka dan bilangan misalnya data berupa daftar gaji pegawai yang terdaftar pada tempat penelitian.

b) Data kualitatif adalah data yang berisi mengenai kondisi tempat penelitian, misalnya profil tempat penelitian

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media

\perantara, seperti orang lain atau dokumen.

Cara yang digunakan dalam pegambilan data dalam penelitian ini ialah dengan mengambil daftar gaji pegawai dan wawancara yang berkaitan dengan penelitian.

Wawancara dilakukan untuk mengetahui perubahan status terbaru pegawai pada bagian keuangan dan kepegawaian. Melalui wawancara ini pula peneliti

(49)

dapat mengetahui hal-hal yang diperlukan oleh peneliti seperti sistem pemberian gaji pegawai dan lain sebagainya.

E. Teknik Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriktif yang bersifat kuantitatif.

Tahap-tahap yang dilakukan untuk menganalisis data yang ada adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian yaitu daftar gaji pegawai.

2. Perhitungan pajak penghasilan PPh pasal 21 terhadap gaji pegawai yang diterapkan

Contoh perhitungan pajak penghasilan PPh 21

Penghasilan Bruto

Gaji Pokok/Pensiun xxx

Tunjangan Suami / Istri (10% x gaji pokok) xxx

Tunjangan Anak (2% x gaji pokok) xxx +

xxx Jum. Gaji dan Tunjangan Keluarga

Tunjangan Perbaikan Penghasilan xxx

Tunjangan struktural/fungsional xxx

Tunjangan Beras xxx

Tunjangan khusus xxx

Tunjangan Lain-Lain xxx

Penghasilan Tetap dan Teratur Lainnya yang xxx +

(50)

Pembayarannya Terpisah Dari Pembayaran Gaji

Jumlah penghasilan Bruto xxx

Pengurangan :

- Biaya jabatan (5% x Penghasilab Bruto) xxx - Iuran Pensiun (4,75% x jumlah gaji +

Tunjangan Keluarga )

xxx +

Jumlah Pengurangan xxx -

Perhitungan PPh Pasal 21

Jumlah Neto xxx

Jumlah Neto Untuk Perhitungan PPh Pasal 21 (Disetahunkan)

xxx

Penghasilan Tidak Kena Pajak

- Untuk wajib Pajak Sendiri xxx

- Tambahan Karena Menikah xxx

- Tambahan tanggungan 1 anak xxx +

Total PTKP xxx

Penghasilan Kena Pajak (PKP) xxx

PPh Pasal 21 Setahun xxx

PPh 21 Terutang xxx

PPh Yang Telah Terpotong Dan Dilunasi xxx

(51)

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Badan Pengelolaan Keuangan Daerah 1. Sejarah Singkat Instansi

Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar adalah perangkat pemerintah Daerah dalam melaksanakan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan di bidang Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pem bentukan Dan Susunan Perangkat Daerah, serta Peraturan Bupati Takalar Nomor 63 Tahun 2016 tanggal 28 Desember 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar.

2. Visi Dan Misi Organisasi a. Visi

Terwujudnya Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah yang Efisien, Efektif Akuntabel dan Transparan.

b. Misi

a. Memaksimalkan Pengelolaan Keuangan Daerah yang akuntabel dan transparan.

b. Meningkatkan pelayanan dan pengendalian Pengelolaan Keuangan c. Meningkatkan kerja sama dengan pihak terkait demi kelancaran

penyelenggaraan otonomi daerah.

d. Memaksimalkan pendapatan Daerah melalui dana transper dan bantuan Keuangan

(52)

e. Memaksimalkan pengelolaan aset daerah.

f. Meningkatakan kualitas dan kuantitas pelayanan, pengelolaan pendapatan daerah dan akurasi data potensi objek dan subjek pendapatan daerah.

g. Meningkatkan pencapaian penerimaan pendapatan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah dan retribusi.

h. Meningkatkan kualitas dan kuantitas terhadap pelayanan pengelolaan pendapatan daerah.

(53)

3. Struktur Organisasi dan Job Descreption a. Struktur Organisasi

Gambar 2.2

KEPALA BADAN

H. Basri Sulaiman, SE.,MM SSE.,MM

KEPALA BADAN

Sekretaris

Gazali, ST,M.A.P

Rifany, S.IP.,M.Si

SubBagian Perencanaan

SubBagian Keuangan

SubBagian Umum &

kepegawaian

Selly Herliaty, S.Sos Muh. Hatta, SE

Bidang Anggaran

Bidang Aset

Ir. Islamuddin

Drs. M. Idris B.S, M.Si H. Maya Taufiq, S.Stp

Bidang Akuntansi

SubBidang Penyusunan

APBD

Zulkarnain, S.STP

SubBidang Akuntansi &

Penyusunan Laporan Keuangan

Kamaruddin, S.Sos Rusdi R,S.Pd.,MM SubBidang Perencanaan Kebutuhan &

Penatausahaan Aset

Kelompok Jabatan Fungsional

Bidang Perencanaan

Pendapatan Daerah

Syaiful Alam, ST

Bidang Pajak &

Retribusi daerah

Juharman, S.Sos.,M.Si

SubBidang Otorisasi DPA

SKPD &

Pembiayaan

Kaharuddin, SE

SubBidang Perbendaharaan

Indriani Apsari Dewi. R, TP.,MP

SubBidang Pemanfaatan &

Penghapusan Aset Rasmila,S.Sos

UPTB SubBidang

Perencanaan, Evaluasi dan

pelaporan

Saparuddin, S.Sos

SubBidang pajak Daerah

Abdi Irawan, AP

SubBidang

Hukum &

Pembinaan Teknis Pengelolaan

Pendapatan

Haeruddin D, S.Sos

SubBidang Retribusi daerah

Muhammad Yusuf S.Sos

(54)

b. Job Description

1. Kepala Dinas

Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati melaksanakan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan di bidang pengelolaan keuangan, pendapatan dan aset daerah dan fungsinya masing-masing.

2. Sekretaris Dinas

Sekretaris yang mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan koordinasi kegiatan, memberikan pelayanan teknis dan administrasi penyusunan perencanaan program, kegiatan, anggaran, pelaporan, umum, kepegawaian, hukum, dan keuangan dalam lingkungan Dinas.

a. SubBagian Perencanaan

SubBagian Perencanaan mempunyai tugas pokok membantu Sekretaris dalam mengumpulkan bahan dan melakukan penyusunan perencanaan program kegiatan, anggaran, penyajian data dan informasi, serta penyusunan laporan.

b. SubBagian Keuangan

SubBagian Keuangan mempunyai tugas pokok membantu Sekretaris dalam mengumpulkan bahan dan melakukan pengelolaan administrasi dan pelaporan keuangan.

c. SubBagian Umum dan Kepegawaian

Sub bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok membantu Sekretaris dalam mengumpulkan bahan dan melakukan urusan

(55)

ketatausahaan, administrasi pengadaan, pemeliharaan dan penghapusan barang, urusan rumah tangga serta mengelola administrasi kepegawaian.

3. Bidang Perencanaan Pendapatan Daerah

Bidang Perencanaan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan di Bidang Perencanaan Pendapatan Daerah.

a. SubBidang Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

Subbidang Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan.

b. SubBidang Hukum dan Pembinaan Teknis Pengelolaan Pendapatan Subbidang Hukum dan Pembinaan Teknis pengelolaan Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan di Bidang Hukum dan Pembinaan Teknis Pengelolaan Pendapatan.

4. Bidang Pajak dan Retribusi Daerah

Bidang Pajak dan Retribusi Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan di bidang pajak dan retribusi daerah.

a. SubBidang Pajak Daerah

Subbidang Pajak Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan, pembinaan, evaluasi dan monitoring di bidang pajak daerah.

b. SubBidang Retribusi Daerah

Subbidang Retribusi Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan di bidang retribusi daerah dan pendapatan lainnya.

(56)

5. Bidang Anggaran

Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok merencanakan operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas Bidang Anggaran.

a. SubBidang Penyusunan APBD

Subbidang Penyusunan APBD mempunyai tugas pokok merencanakan kegiatan, memberi petunjuk, memberi tugas, membimbing, memeriksa/

mengecek dan membuat laporan tugas di bidang penyusunan APBD.

b. SubBidang Otorisasi DPA SKPD dan Pembiayaan

Subbidang otoritas DPA SKPD dan Pembiayaan mempunyai tugas pokok merencanakan kegiatan, memberi petunjuk, memberi tugas, membimbing, memeriksa/ mengecek dan membuat laporan tugas di bidang penyusunan APBD

6. Bidang Akuntansi

Bidang Akuntansi mempunyai tugas pokok melakukan penelitian, pemeriksaan, perbaikan dan penolakan atas laporan pertanggung jawaban penggunaan dana APBD dari setiap SKPD.

a. SubBidang Akuntansi dan Penyusunan Laporan Keuangan

Subbidang Akuntansi dan Penyusunan Laporan Keuangan mempunyai tugas pokok melakukan pembinaan, perencanaan, monitoring dan evaluasi bina akuntansi pengelolaan keuangan SKPD dan Desa, serta memberi tugas, membimbing, memeriksa/mengecek dan membuat laporan tugas Subbidang Penyusunan Laporan Keuangan.

(57)

b. SubBidang Perbendaharaan

Subbidang Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melakukan pembinaan, perencanaan, monitoring dan evaluasi Perbendaharaan.

7. Bidang Aset

Bidang Aset mempunyai tugas pokok penyusunan pedoman dan petunjuk teknis perumusan program standarisasi, perencanaan, pengadaan, penghapusan, pelelangan, inventarisasi dan pengendalian/ pengawasan pengelolaan asset serta pembinaan administrasi barang dan pengelolaan investasi baik dalam bentuk uang maupun aktiva lainnya serta kerja sama dengan pihak lain dalam pemanfaatan dan pengelolaan aset.

a. SubBidang Perencanaan Kebutuhan dan Penatausahaan Aset

SubbidangPerencanaan Kebutuhan dan Penatausahaan Aset mempunyai tugas pokokmerencanakan kegiatan, memberi petunjuk, memberi tugas, membimbing, memeriksa/ mengecek dan membuat laporan tugas Subbidang Perencanaan Kebutuhan dan Penatausahaan Aset.

b. SubBidang Pemanfaatan dan penghapusan Aset

SubbidangPemanfaatan dan Penghapusan Aset mempunyai tugas pokok merencanakan kegiatan, memberi petunjuk, memberi tugas, membimbing, memeriksa/ mengecek dan membuat laporan tugas Subbidang Pemanfaatan dan Penghapusan Aset.

Referensi

Dokumen terkait

Bagian tengah cabang memiliki proporsi polip karang yang berkaitan dengan lo- kasi energi untuk pertumbuhan yang lebih reproduktif (100%) dengan kandungan rataan jumlah telur yang

Pembahasan untuk tiap metode akan difokuskan pada cara kerja pengurutan beserta contohnya, analisa algoritma untuk kondisi terburuk ( worst case ), rata-rata (

Ikan Sapu-sapu (Hypostomus plecostomus) yang terdapat di sungai Pabelan Kartasura tahun 2012 diambil 3 lokasi untuk sampling yaitu bagian batas awal sungai, area tengah

Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 dengan dasar pengenaan

Panel control adalah kumpulan tombol-tombol panel yang terdapat pada bagian depan mesin dan berfungsi untuk memberikan perintah- perintah khusus pada mesin, seperti

Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Abadi, dkk (2013) bahwa 68% subjek melaporkan motivasinya menggunakan media sosial adalah untuk mengembangkan hubungan

(Pb adalah Pekanbaru, Pad berarti Kota Padang dan Bkn berarti Kota Bangkinang). Namun pada tahun 2011 dibuatlah sebuah tugu bernama Tugu Zapin yang sekarang diakui

Masyarakat muslim Indonesia yang menunaikan ibadah haji mencapai 200 ribu orang lebih setiap tahun, dengan risiko kesehatan yang masih cukup tinggi. Pada sepuluh tahun terakhir