SKRIPSI
PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, PARTISIPASI ANGGARAN, SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH,
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH, KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
KOTA MEDAN
OLEH
AYUNI SITOMPUL 180522094
PROGRAM STUDI STRATA-1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
Telah Diuji Pada Tanggal 13 Juli 2020
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua Penguji : Rina Br. Bukit, SE., M.Si., Ak., CA., Ph.D Penguji : Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak., CA Pembanding : Risanty, SE., M.Si., Ak.
ABSTRAK
PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, PARTISIPASI ANGGARAN, SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH,
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH, KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
KOTA MEDAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis apakah kejelasan sasaran anggaran, partisipasi anggaran, sistem pengendalian intern pemerintah, penerapan standar akuntansi pemerintah, komitmen organisasi terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah mempengaruhi kemungkinan pemerintah meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Populasi dalam penelitian ini adalah OPD Kota Medan. Metode yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan pengujian hipotesis. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kejelasan sasaran anggaran, partisipasi anggaran, sistem pengendalian intern pemerintah, penerapan standar akuntansi pemerintah, komitmen organisasi sedangkan variabel dependen adalah akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Menggunakan sampling jenuh yang diperoleh 30 OPD Medan. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Hasil penelitian ini membuktikan secara simultan kejelasan sasaran anggaran, partisipasi anggaran, sistem pengendalian intern pemerintah, penerapan standar akuntansi pemerintah, komitmen organisasi secara signifikan mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus OPD Kota Medan). Kejelasan sasaran anggaran, Partisipasi anggaran, secara parsial tidak mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan variabel sistem pengendalian intern pemerintah, penerapan standar akuntansi pemerintah, komitmen organisasi secara parsial mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja instansi pemerintah (Studi kasus OPD kota Medan ).
Kata Kunci: Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Komitmen Organisasi, Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
ABSTRACT
EFFECT OF CLARITY OF BUDGET GOALS, BUDGET PARTICIPATION, GOVERNMENT INTERNAL CONTROL SYSTEMS, APPLICATION OF
GOVERNMENT ACCOUNTING STANDARDS, ORGANIZATIONAL COMMITMENT TO PERFORMANCE ACCOUNTABILITY
OF MEDAN CITY GOVERNMENT AGENCIES
This study aims to discuss and analyze budget targets, budgetary participation, government internal control systems, application of government accounting standards, organizational commitment to accountability, increased efficiency, increased government accountability, increased government accountability. The population in this study is OPD Medan City. The method used is descriptive statistical analysis, data quality test, classic assumption test, and hypothesis testing. The independent variables in this study are budget targets, budget participation, government internal control systems, application of government accounting standards, organizational commitment while the dependent variable is accountability for government development.
Using a saturated sample obtained by 30 OPD. The type of data used is primary data. The results of this study prove simultaneously the clarity of budget targets, budget participation, government internal control systems, the adoption of government accounting standards, organizational commitment significantly influence the Performance Accountability of Government Agencies (Case Study of OPD Medan City). The target budget, budgetary participation, organizational does not affect the Performance of Government Agency Performance and government internal control system variables, the application of government accounting standards, organizational commitment partially affects the Performance Accountability of government agencies (Case study of Medan City OPD).
Keywords: Effect of Clarity of Budget Purposes, Budget Participation, Government Internal Control Systems, Application of Government Accounting Standards, Organizational Commitment, Accountability of Medan City Government Agencies.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan atas berkat dari Tuhan Yang Maha Esa karena dengan kuasanya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Komitmen Organisasi Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Medan (Studi Kasus pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Medan)”
Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya skripsi ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah ilmu dan sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dorongan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Ramli, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Rina Br. Bukit, SE., M.Si., Ak., CA selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan waktu, masukan, dan dorongan bagi penulis.
5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., CA dan Ibu Risanty, SE., M.Si., Ak. selaku Dosen Penguji dan Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan masukan bagi penulis.
6. Kedua orang tua penulis, yang selalu memberikan kasih sayang dan selalu memberikan support dan motivasi serta selalu mendoakan penulis, serta keluarga penulis yang selalu memberikan semangat serta doa, dan Kakak Geofani, Devina, Sundari yang selalu menyemangati, dan saling membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kepada teman-teman stambuk 2018 (Neverland’s Kingdom), yang selalu membuat penulis semangat dan termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis telah mengerjakan skripsi ini dengan maksimal namun penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun kepada para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juli 2020
Yang Membuat Pernyataan,
Ayuni Sitompul NIM. 180522094
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN……….. i
ABSTRAK……….. ii
ABSTRACT……… iii
KATA PENGANTAR……… iv
DAFTAR ISI……… vi
DAFTAR TABEL………... ix
DAFTAR GAMBAR……….. xi
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
1.1 Latar Belakang………. 1
1.2 Rumusan Masalah……… 10
1.3 Tujuan Penelitian………. 10
1.4 Manfaat Penelitian……… 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 13
2.1 Tinjauan Pustaka……… 13
2.1.1 Teori Stewardship………. 13
2.1.2 Good Governance………. 14
2.1.3 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah….... 15
2.1.4 Kejelasan Sasaran Anggaran………..….... 17
2.1.5 Partisipasi Anggaran………..………... 18
2.1.6 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah …..….. 18
2.1.7 Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah……. 20
2.1.8 Komitmen Organisasi……….. 21
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu……….. 24
2.3 Kerangka Konseptual……… 28
2.3.1 Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap AKIP….. 28
2.3.2 Partisipasi Anggaran terhadap AKIP………….. 29
2.3.3 SPIP terhadap AKIP……… 30
2.3.4 Penerapan SAP terhadap AKIP……… 31
2.3.5 Komitmen Organisasi terhadap AKIP…………. 32
2.3.6 Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran,SPIP,Penerapan SAP Komitmen Organisasi terhadap AKIP………… 33
2.4 Hipotesis Penelitian……… 34
BAB III METODE PENELITIAN………. 36
3.1 Jenis Penelitian………. 36
3.2 Batasan Operasional………. 36
3.3 Populasi dan Sampel………. 36
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel………. 39
3.4.1 Variabel Dependen……….. 39
3.4.2 Variabel Independen……… 39
3.5 Instrumen Penelitian……….. 44
3.6 Metode Pengumpulan Data……… 44
3.7 Jenis dan Sumber Data……….. 45
3.8 Teknik Analisis Data………. 45
3.8.1 Uji Kualitas Data………. 45
3.8.1.1 Uji Validitas………. 45
3.8.1.2 Uji Reabilitas……… 46
3.8.2 Analisis Statistik Deksriptif………. 46
3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik………. 47
3.8.3.1 Uji Normalitas……….. 47
3.8.3.2 Uji Multikolinieritas………. 47
3.8.3.3 Uji Heteroskedastisitas……… 48
3.8.4 Analisis Regresi Linier Berganda……… 49
3.8.5 Pengujian Hipotesis………. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 52
4.1 Hasil Penelitian……….. 52
4.1.1 Analisis Deskriptif Responden……….. 52
4.1.2.1 Deskriptif Karakteristik Responden… 52 4.1.2.2 Analisis Statistik Deskpriptif……….. 54
4.1.3 Uji Kualitas Data……….. 56
4.1.3.1 Uji Validitas………... 56
4.1.3.2 Uji Reliabilitas……… 59
4.1.4 Uji Asumsi Klasik……… 61
4.1.4.1 Uji Normalitas……… 61
4.1.4.2 Uji Multikolinieritas……… 63
4.1.4.3 Uji Heteroskedastisitas……….. 64
4.1.5 Analisis Regresi Linier Berganda……… 65
4.1.6 Pengujian Hipotesis……….. 67
4.1.6.1 Uji Parsial (Uji t)……… 67
4.1.6.2 Uji F (Uji Simultan)……… 69
4.1.6.3 Uji Koefisien Determinasi………….. 70
4.2 Pembahasan……… 71
4.2.1 Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap AKIP………. 71 4.2.2 Pengaruh Partisipasi Anggaran
Terhadap AKIP………. 74
4.2.3 Pengaruh SPIP terhadap AKIP………. 76
4.2.4 Pengaruh Penerapan SAP terhadap AKIP……. 78
4.2.5 Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap AKIP.. 79
4.2.6 Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran,SPIP,Penerapan SAP Komitmen Organisasi terhadap AKIP…………. 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 84
5.1 Kesimpulan………. 84
5.2 Keterbatasan Penelitian……….. 85
5.3 Saran……… 85
DAFTAR PUSTAKA………. 86
LAMPIRAN……… 91
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Hasil Evaluasi LAKIP ……… 6
1.2 Research Gap……….. 7
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu…………. 24
3.1 Daftar OPD Pemko Medan………... 39
3.2 Definisi Operasional Variabel………. 43
4.1 Data Hasil Kusioner………. 54
4.2 Data Karakteristik Responden………. 55
4.3 Hasil Uji Statistik Deskpriptif………. 56
4.4 Corrected Item Total Correlation Kejelasan Sasaran Anggaran……….. 59
4.5 Corrected Item Total Correlation Partisipasi Anggaran………. 59
4.6 Corrected Item Total Correlation SPIP……… 59
4.7 Corrected Item Total Correlation Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah………. 60
4.8 Corrected Item Total Correlation Komitmen Organisasi……… 60
4.9 Corrected Item Total Correlation Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah……… 60
4.10 Nilai Reliability Terhadap Variabel Kejelasan Sasaran Anggaran……….. ... 61
4.11 Nilai Reliability Terhadap Variabel Partisipasi Anggaran………... 62
4.12 Nilai Reliability Terhadap Variabel Sistem Pengendalian Intern Pemerintah….. 62
4.13 Nilai Reliability Terhadap Variabel Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah…. 62 4.14 Nilai Reliability Terhadap Variabel Komitmen Organisasi………... 62
4.15 Nilai Reliability Terhadap Variabel Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah….. 63
4.16 Kolmogorov-Smirnov Test……….. 65
4.17 Uji Multikolinieritas………. 66
4.18 Analisis Regresi Linier Berganda………….. 69
4.19 Uji Parsial (Uji t)……… 72 4.20 Uji F (Uji Simultan)………... 74
4.21 Goodness of Fit (R2)……….. 75
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual……….. 29
4.1 Pengujian Normalitas……….. 65
4.2 Pengujian Heteroskedastisitas………. 68
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tata kelola penyelenggaraan pemerintah yang baik dalam suatu Negara merupakan suatu kebutuhan yang tak terelakkan. Pemerintah wajib menerapkan kaidah-kaidah yang baik dalam menjalankan roda pemerintahan, termasuk di dalamnya kaidah-kaidah dalam bidang pengelolaan keuangan Negara yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, pemerintahan Republik Indonesia melakukan reformasi di bidang pengelolaan keuangan Negara/Daerah.
Pelimpahan kewenangan keuangan daerah, tentunya membutuhkan manajemen dalam tata kelola (governance) keuangan daerah. Menurut UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Tercantum dalam UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengharuskan pemerintah memenuhi Akuntabilitas dengan memperhatikan beberapa hal, antara lain anggaran, sistem pengendalian intern pemerintah, penerapan standar akuntansi pemerintah, komitmen organisasi.
Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Umar, 2004).
Sebagai asas umum, akuntabilitas penyelenggaraan negara menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara.
Pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas, tidak bisa lepas dari anggaran pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2004) yang mengatakan wujud dari penganggaran otonomi daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil, dan merata untuk mencapai akuntabilitas publik. Untuk melaksanakan hak dan kewajibannya serta untuk melaksanakan tugas yang dibebankan oleh rakyat, pemerintah harus mempunyai suatu rencana yang matang untuk mencapai suatu tujuan yang dicita- citakan. Rencana-rencana tersebut disusun secara matang yang nantinya akan dipakai sebagai pedoman dalam setiap langkah pelaksanaan tugas Negara/Daerah.
Rencana-rencana pemerintah untuk melaksanakan keuangan Negara/Daerah perlu dibuat dan rencana tersebut dituangkan dalam bentuk anggaran.
Anggaran merupakan alat terpenting bagi pemerintah untuk mengerahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran pemerintah adalah jenis rencana yang menggambarkan rangkaian tindakan atau kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka rupiah untuk suatu jangka waktu tertentu. Anggaran pemerintah merupakan pedoman bagi segala tindakan yang akan dilaksanakan dan di dalam anggaran disajikan rencana-rencana penerimaan dan pengeluaran dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasinya secara sistematis. Jumlah penerimaan
dan pengeluaran yang diharapkan dapat dicapai dalam tahun anggaran tertentu, pada hakikatnya menggambarkan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh aparat-aparat pemerintah bersama-sama rakyat. Salah satu karakteristik anggaran adalah kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran. Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut (Halim, 2002).
Partisipasi anggaran adalah proses yang menggambarkan individu- individu yang terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran. Partisipasi penyusunan anggaran merupakan pendekatan yang secara umum dapat meningkatkan kinerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efektivitas organisasi (Nor, 2007). Penyusunan anggaran secara partisipatif diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajer, yaitu ketika suatu tujuan dirancang dan secara partisipasi disetujui maka karyawan akan menginternalisasikan tujuan yang ditetapkan dan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya, karena mereka ikut terlibat dalam penyusunan anggaran.
Adanya sasaran anggaran yang jelas dan partisipasi anggaran akan memudahkan individu untuk menyusun target-target anggaran. Selanjutnya target anggaran disusun sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai organisasi.
Dengan demikian, kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran akan mempermudah aparat pemerintah daerah. Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik harus
mampu menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, konsisten, dan dapat dipercaya.
Setiap organisasi termasuk pemerintah memerlukan suatu alat pengendalian untuk menjamin bahwa aktivitas organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dijelaskan bahwa SPIP adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah diterapkan untuk mencapai tujuan dan meminimalkan hal-hal yang terjadi di luar neraca, meningkatkan efisiensi, mencegah timbulnya kerugian atas aktiva, meningkatkan kehandalan data dalam laporan keuangan dan mendorong dipatuhinya hukum dan aturan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu sistem pengendalian intern memiliki kedudukan yang sangat penting.
Dalam pemerintahan, pelaporan keuangan untuk pihak-pihak yang terkait dikenal dengan istilah Standar Akuntansi Pemerintah. Karena keterkaitan antara bidang akuntansi dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Faktor yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah penerapan standar akuntansi pemerintah. SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah yang terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Permerintah Daerah (LKPD). Laporan keuangan pokok menurut Standar Akuntansi
Pemerintah adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
Salah satu Faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial adalah komitmen organisasi. Komitmen organisasi yang kuat akan mendorong para manajer bawahan berusaha keras mencapai tujuan organisasi. Kecukupan anggaran tidak hanya secara langsung meningkatkan prestasi kerja, tetapi juga secara tidak langsung (moderasi) melalui komitmen organisasi. Komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan organisasi menjadi lebih baik. Komitmen organisasi yang rendah akan membuat individu lebih mementingkan kepentingan pribadinya.
Selain itu, komitmen organisasi dapat merupakan alat bantu psikologis dalam menjalankan organisasinya untuk pencapaian kinerja yang diharapkan. Komitmen organisasi dapat tumbuh karena individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan menerima nilai yang ada serta tekad dari dalam diri untuk mengabdi pada organisasi.
Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan perangkat penting dalam reformasi birokrasi di lingkungan pemerintahan. Penyusunan SAKIP yang nantinya berwujud Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) akan dievaluasi dan dinilai, menentukan memuaskan atau tidaknya kinerja suatu instansi pemerintah. Kinerja pemerintah seringkali dinodai oleh praktek-praktek penyimpangan dan tindakan kurang efisien yang dilakukan oleh aparat pemerintah sehingga dengan adanya hal tersebut menyebabkan menurunnya kualitas dari pertanggungjawaban pemerintah
sebagai pengelola anggaran. Dari informasi yang penulis peroleh, diketahui bahwa terdapat laporan akuntabilitas instansi pemerintah yang masih mendapatkan nilai cukup. Seperti yang di jelaskan oleh tabel berikut :
Tabel 1.1
Hasil Evaluasi LAKIP Sumatera Utara
Tahun Nilai Kategori Keterangan
2016 54,87 CC Cukup
2017 55,33 CC Cukup
2018 56,12 CC Cukup
(Sumber:kemempanrb.go.id)
Nilai tertinggi dari evaluasi LAKIP adalah AA (memuaskan), dengan skor 85-100. Sedangkan A (sangat baik) skornya 75-85. Sedangkan CC (cukup baik) dengan skor 50-65, nilai C (agak kurang) dengan skor 30-50, dan nilai D (kurang) atau dengan skor 0-30. Dari data diatas mendapat nilai CC yaitu cukup. Dengan hasil ini adanya penilaian yang menunjukkan adanya kegiatan atau program yang tidak memiliki manfaat secara langsung bagi masyarakat.
Tujuan akhir dari akuntabilitas setiap instansi pemerintah adalah kesejahteraan masyarakat. Menteri Syafruddin menekankan, kuncinya adalah budaya kerja, perbaikan mindset dan culture set, serta fokus untuk selalu melayani. Tentu, untuk mengoptimalkan nilai SAKIP, Kementerian PANRB tidak lepas tangan terhadap instansi pemerintah. Kedeputian bidang Reformasi Birokrasi, Akuntablilitas Aparatur, dan Pengawasan akan memberikan pembinaan serta asistensi secara melekat, sehingga perbaikan dapat dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Berharap dalam tahun 2019 lebih baik, seluruh kinerja sudah dapat di-refocusing pada prioritas pembangunan daerah.
Penelitian mengenai kejelasan sasaran anggaran, partisipasi anggaran, sistem pengendalian intern pemerintah, penerapan standar akuntansi pemerintah, komitmen organisasi telah banyak dilakukan, tetapi masih terdapat ketidakkonsistenan pada hasil penelitian yang telah dilakukan. Perbedaan hasil penelitian dapat dilihat dalam Tabel Research Gap dibawah ini:
Tabel 1.2 Research Gap No. Variabel
Dependen
Variabel Independen
Peneliti Hasil
Penelitian
1.
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kejelasan sasaran anggaran
Arifin (2012)
Berpengaruh
Herawaty (2011)
Tidak berpengaruh
2. Partisipasi anggaran Wulandari (2013) Berpengaruh
Sahputri (2017) Tidak berpengaruh
3. Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah
Ratmono (2016) Berpengaruh Karmila (2014) Tidak berpengaruh
4. Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah
Nugraeni (2011) Berpengaruh Harsanti (2008) Tidak berpengaruh
5. Komitmen organisasi Febri (2017) Berpengaruh
Tunti (2008) Tidak berpengaruh Sumber: Review Penelitian Terdahulu
Perbedaan penelitian pada variabel kejelasan sasaran anggaran terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menurut penelitian Arifin (2012), Nuraini (2011), yang menemukan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif secara signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, berbeda dengan hasil penelitian dari Darwanis dan Sephi (2013), Herawaty (2011)
yang menemukan bahwa kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Pada variabel partisipasi anggaran terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah menurut penelitian Wulandari (2013), yang menemukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif secara signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, berbeda dengan hasil penelitian dari Sahputri (2017) yang menemukan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Pada variabel Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah menurut penelitian Ratmono (2016), yang menemukan bahwa Sistem pengendalian intern Pemerintah berpengaruh positif secara signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, berbeda dengan hasil penelitian dari Karmila dkk (2014) yang menemukan bahwa Sistem Pengendalian Intern Pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Pada variabel Penerapan Standar akuntansi pemerintah terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah menurut penelitian Nugraeni (2011) yang menemukan bahwa Penerapan Standar akuntansi pemerintah berpengaruh positif secara signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, berbeda dengan hasil penelitian dari Harsanti (2008) yang menemukan bahwa Penerapan Standar akuntansi pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Demikian pula pada variabel komitmen organisasi terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah menurut penelitian Luh (2017), Randal dan Sumarno (2005) yang menemukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, berbeda dengan hasil penelitian dari Tunti (2008) yang menemukan bahwa komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Fenomena ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu membuat penelitian mengenai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah masih dianggap sebuah masalah yang menarik untuk diteliti. Berangkat dari permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, terkhusus pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Medan.
Berdasarkan beberapa kajian penelitian terdahulu tersebut, yang mana dari beberapa penelitian tersebut ditemukan adanya gap/perbedaan hasil penelitian, maka peneliti mengambil judul ”Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Komitmen Organisasi Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Medan (Studi Kasus pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Medan)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Kejelasan Sasaran Anggaran berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah?
2. Apakah Partisipasi Anggaran berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah?
3. Apakah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah?
4. Apakah Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah?
5. Apakah Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah?
6. Apakah Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Komitmen Organisasi berpengaruh simultan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah.
2. Untuk mengetahui apakah partisipasi anggaran berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah.
3. Untuk mengetahui apakah sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah.
4. Untuk mengetahui apakah penerapan standar akuntansi Pemerintah berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah.
5. Untuk mengetahui apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah.
6. Untuk mengetahui apakah Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Komitmen Organisasi berpengaruh simultan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan adanya manfaat yang dapat diambil bagi semua pihak yang berkepentingan. Dan hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini juga dapat memberikan manfaat untuk:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menambah pemahaman dan pengetahuan sehingga dapat menjadi bahan pemikiran dalam pengembangan ilmu akademik dan dapat dijadikan referensi atau bukti tambahan untuk peneliti-peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang topik yang sama, dan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca, menyediakan informasi terkait kejelasan sasaran anggaran, partisipasi anggaran, sistem pengendalian intern pemerintah, penerapan
standar akuntansi pemerintah, komitmen organisasi dalam hubungannya dengan akuntabilitas kinerja manajerial pemerintah khususnya pada organisasi sektor publik. Dapat digunakan bagi penulis, bagi instansi-instansi atau pihak lain.
b. Bagi Pemerintah Daerah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kontribusi sebagai bahan masukan dan gambaran tentang kejelasan sasaran anggaran, partisipasi penyusunan anggaran, pengendalian akuntansi, sistem pelaporan, komitmen organisasi pada akuntabilitas kinerja manajerial pemerintah daerah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Stewardship
Menurut Wilson (2010) mengenai teori Stewardship menyatakan bahwa, “Teori stewardship dapat diterapkan pada penelitian akuntansi organisasi sektor publik seperti organisasi pemerintahan dan non-profit lainnya”. Teori stewardship sering disebut sebagai teori pengelolaan (penatalayanan). Sejak awal perkembangannya, akuntansi organisasi sektor publik telah dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi hubungan antara stewards dengan principals.
Menurut Donaldson dan Davis (1991), stewardship theory merupakan teori yang menggambarkan situasi dimana para manajemen tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi. Teori tersebut mengasumsikan bahwa adanya hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Kesuksesan organisasi menggambarkan maksimalisasi utilitas kelompok principals dan manajemen. Maksimalisasi utilitas kelompok ini pada akhirnya akan memaksimalkan kepentingan individu yang ada dalam kelompok organisasi tersebut.
2.1.2 Good Governance
Pemerintahan dikatakan baik ketika telah mengatur sumber daya untuk merespon masalah-masalah dan ketika pemerintah secara efisien memberikan layanan yang berkualitas untuk masyarakatnya. Good governance dapat diartikan sebagai pelayanan publik yang efisien,
sistem pengendalian yang dapat diandalkan, pemerintahan yang bertanggungjawab (akuntabel) pada publiknya. Zeyn (2011).
Good governance harus dilaksanakan oleh para penyelenggara
negara di setiap lembaga negara, baik di ranah legislatif dan pengawasan, eksekutif maupun yudikatif, bahkan juga di lembaga- lembaga non struktural. Untuk menciptakan sistem birokrasi yang baik, pemerintah telah mengambil langkah-langkah agar good governance diterapkan di lingkungan pegawai negeri sipil, khususnya bagi mereka yang menyelenggarakan fungsi pelayanan publik. Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.
Setiap lembaga negara harus memastikan bahwa asas good governance diterapkan dalam setiap aspek pelaksanaan fungsinya. Asas good governance dalam sektor publik adalah demokrasi, transparansi, akuntabilitas, budaya hukum serta kewajaran dan kesetaraan.
2.1.3 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Menurut Halim (2004) Akuntabilitas berasal dari bahasa Inggris accountability yang berarti keadaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas menggambarkan suatu keadaan atau kondisi yang dapat dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik. Dalam rangka pertanggungjawaban publik, pemerintah daerah harus melakukan optimalisasi anggaran yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif (value for money) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Setiap instansi pemerintah berkewajiban untuk menyiapkan, menyusun dan menyampaikan laporan kinerja secara tertulis, periodik dan melembaga. Pelaporan kinerja ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja instansi pemerintah dalam suatu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Instansi pemerintah yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkan dan menjelaskan keberhasilan dan
kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya. Pelaporan kinerja oleh instansi pemerintah ini kemudian dituangkan dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Akuntabilitas dilihat sebagai suatu tingkatan dengan lima tahap yang berbeda yang diawali dari tahap yang lebih banyak membutuhkan ukuran- ukuran obyektif (Legal compliance) ke tahap yang membutuhkan lebih banyak ukuran-ukuran subyektif. Tahap-tahap tersebut adalah:
1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum (Probity and legality accountability).
Akuntabilitas ini terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan dan terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik. Hal ini menyangkut pertanggungjawaban penggunaan dana sesuai dengan anggaran yang telah disetujui dan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku (compliance).
2. Akuntabilitas Proses (Process accountability).
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Dalam hal ini digunakan proses, prosedur, atau ukuran- ukuran dalam melaksanakan kegiatan yang ditentukan (planning, allocating and managing).
3. Akuntabilitas Pelaksanaan (Performance accountability).
Pada level ini dilihat apakah kegiatan yang dilakukan sudah efisien (efficient and economy).
4. Akuntabilitas Program (Program accountability).
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Di sini akan disoroti penetapan dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan tersebut (outcomes and effectiveness).
5. Akuntabilitas Kebijakan (Policy accountability).
Akuntabilitas ini terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan - kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas. Dalam tahap ini dilakukan pemilihan berbagai kebijakan yang akan diterapkan atau tidak (value).
2.1.4 Kejelasan Sasaran Anggaran
Kata “anggaran” merupakan terjemahan dari kata “budget” dalam bahasa Inggris. Anggaran adalah rencana kegiatan keuangan yang berisi perkiraan belanja yang diusulkan dalam suatu periode dan sumber pendapatan yang diusulkan untuk membiayai belanja tersebut.
(Iskandar, 2002).
Menurut Nuraini (2012) menjelaskan bahwa, “Kejelasan sasaran anggaran mencerminkan sejauhmana sasaran anggaran dinyatakan secara spesifik, jelas dan dapat dipahami oleh mereka yang yang bertanggungjawab untuk mencapainya”. Oleh karena itu, peran
kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja.
Salah satu penyebab tidak efektif dan efisiennya anggaran dikarenakan ketidakjelasan sasaran anggaran yang mengakibatkan aparat pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam penyusunan target-target anggaran.
2.1.5 Partisipasi Anggaran
Menurut Mulyadi (2001;513) Partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan operating manajer dalam merumuskan besama dengan komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan dimasa yang akan datang.
Partisipasi anggaran sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya atau penyusunan anggaran yang memungkinkan bawahan untuk bekerja sama menentukan rencana.
Partisipasi suatu tingkat manajer atau manajer publik mulai dari proses penyusunan anggaran akan membawa pengaruh positif dalam pencapaian tujuan suatu perusahaan atau pemerintahaan. Menurut Mulyadi (2001) tingkat partisipasi operating manager dalam penyusunan anggaran akan mendorong moral kerja yang tinggi dan inisiatif para manajer. Moral kerja yang tinggi merupakan kepuasaan seseorang terhadap pekerjaan, atasan dan rekan sekerjanya. Moral kerja ditentukan oleh seberapa besar seseorang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari organisasi.
2.1.6 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Pengendalian merupakan suatu proses manajemen suatu organisasi membuat keyakinan yang beralasan bahwa sumber daya digunakan secara
efektif dan efisien untuk mencapai misi dan rencana organisasi, pelaporan keuangan andal, dan kebijakan, hukum, dan peraturan yang relevan diikuti.
Pemanfaatan sumber daya secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menjelaskan bahwa:
Sistem pengendalian intern itu sendiri adalah proses yang terintegral pada tindakan dan kegiatan untuk memberikan pemahaman yang memadai tentang tercapainya tujuan dari suatu organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, pelaporan keuangan yang andal, pengamatan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan pegawai.
Unsur SPIP mengacu pada konsep Sistem Pengendalian Intern yang dikemukakan oleh The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission (COSO), yaitu meliputi:
1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko
3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan pengendalian intern
SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap empat hal, yaitu :
1. Tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan Negara.
2. Keandalan pelaporan keuangan.
3. Pengamanan aset Negara.
4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa jika dilaksanakan dengan baik dan benar, SPIP akan memberi jaminan dimana seluruh penyelenggara negara, mulai dari pimpinan hingga pegawai di instansi pemerintah, akan melaksanakan tugasnya dengan jujur dan taat pada peraturan. Akibatnya, tidak akan terjadi penyelewengan yang dapat menimbulkan kerugian negara.
Ini dapat dibuktikan, misalnya, melalui laporan keuangan pemerintah yang andal dan mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian.
2.1.7 Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah yang terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Permerintah Daerah (LKPD). Laporan keuangan pokok menurut Standar Akuntansi Pemerintah adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
1. SAP Berbasis Kas
Basis Akuntansi yang digunakan dengan laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti pendapatan diakui pada saat kas di terima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada
saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
2. SAP berbasis Akrual
SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. Basis Akrual untuk neraca berarti aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memerhatikan saat kas atau setara kas di terima atau di bayar.
SAP berbasis akrual di terapkan dalam lingkungan pemerintah yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan (PP No.71 Tahun 2010).
2.1.8 Komitmen Organisasi
Menurut Griffin (2002: 15) komitmen organisasi sikap yang mencerminkan sejauh mana seorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya. Seorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi.
Sebaliknya, seorang individu yang memiliki komitmen rendah lebih cenderung untuk melihat dirinya sebagai orang luar untuk mengekspresikan
ketidakpuasan yang lebih besar menyangkut kondisi kerja, dan tidak ingin melihat dirinya sendiri menjadi anggota jangka panjang dari organisasi.
Komitmen organisasi dapat tumbuh manakala harapan kerja dapat terpenuhi oleh organisasi dengan baik.
Komitmen organisasi sebagai: The relative strength of individual’s identification with andinvolvement in a particular organization. Definisi
tersebut menunjukkan bahwa komitmen organisasi memiliki arti lebih dari sekedar loyalitas yang pasif, tetapi melibatkan hubungan aktif dan keinginan karyawan untuk memberikan kontribusi yang berarti pada organisasinya.
Menurut Meyer dan Allens (2008; 157), terdapat 3 komponen model dari komitmen organisasional:
1. Affective commitment
Pengertian affective commitment difokuskan pada penggabungan emosional yang positif sebagai suatu bagian dimana karyawan secara psikologis terikat dengan organisasi berdasarkan pada seberapa nyaman perasannya dalam organisasi tersebut. Affective commitment merupakan proses perilaku dimana orang berfikir mengenai hubungan dengan organisasi dalam hal kesesuaian nilai dan tujuan. Derajat dimana tujuan dan nilai- nilai individual akan secara langsung mempengaruhi keinginan individu untuk tetap bertahan dalam organisasi.
2. Continuance commitment.
Pengertian continuance commitment didasarkan pada ketertarikan dalam hubungan dengan anggota- anggota dalam organisasi, sebagai bagian dimana
karyawan secara psikologis terikat dengan organisasi berdasarkan biaya yang dikeluarkan ( ekonomi, sosial dan hubungan status) jika ia meninggalkan organisasi. Biaya yang dimaksud dimanifestasikan dalam dua hal yang berbeda. Pertama, masa kerja individu dalam organisasi yang mereka rasakan akan menumbuhkan loyalitas terutama dengan andanya program pension, senioritas, spesialisasi skill, afiliasi, dan ikatan keluarga yang akan merugikan mereka jika berpindah organisasi. Kedua, individu bisa merasakan mereka berfikir untuk tetap tinggal dalam organisasi karena tidak punya alternative pekerjaan yang menjanjikan.
3. Normative commitment.
Adanya keinginan karyawan untuk tetap bersama organisasi berdasarkan kewajiban atas tugas (sense of duty) yang diberikan kepadanya. Hal ini bisa berasal dari budaya individual, etika kerja yang menyebabkan mereka merasa wajib untuk tetap bertahan dalam organisasi. Dengan demikian rasa kesetiaan atas tugas yang mendasari komitmen normatif karyawan dipengaruhi individu untuk tetap tinggal dalam organisasi.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Nama
Peneliti (Tahun)
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Herawaty (2011)
Independen: kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, dan sistem pelaporan
Dependen:
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah Kota Jambi.
Hasil Penelitian
memperlihatkan secara simultan pengaruh kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Di Kota Jambi mempunyai pengaruh positif signifikan. Secara parsial yang memiliki pengaruh negatif yaitu variabel X1
(Kejelasan sasaran anggaran) dan X2 (Pengendalian akuntansi). Variabel yang mempunyai pengaruh positif yaitu variabel sistem pelaporan X3.
2. Arifin (2012)
Independen:
Pengaruh partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan
Dependen:
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah dengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemeritah. Tetapi Hasil penelitian pada partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan tidak berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi
3. Nugraeni (2015)
Independen:
pengaruh standar akuntansi pemerintah terhadap
kualitas laporan keuangan dan implikasinya
Dependen:
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Penelitian ini menunjukkan bahwa Standar akuntansi pemerintah tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja secara langsung, sedang kualitas laporan keuangan secara langsung berpengaruh Terhadap akuntabilitas kinerja.
Standar akuntansi pemerintah secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Standar akuntansi pemerintah dapat mempengaruhi akuntabilitas kinerja melalui kualitas laporan keuangan.
5. Wahid (2016)
Independen:
Pengaruh kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, kompetensi aparatur pemerintah daerah, sistem pelaporan, dan ketaatan pada peraturan perundangan.
Dependen:
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Hasil menunjukkan bahwa variabel kejelasan sasaran anggaran, kompetensi aparatur pemerintah daerah, sistem pelaporan, dan ketaatan pada peraturan perundangan memiliki pengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sedangkan variabel pengendalian akuntansi tidak memiliki
pengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Sumber: Review Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian dengan topik yang sama telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Herawaty (2011), meneliti dengan judul pengaruh kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah Kota Jambi. Hasil Penelitian memperlihatkan secara simultan pengaruh kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Di Kota Jambi mempunyai pengaruh positif signifikan. Secara parsial yang memiliki pengaruh
negatif yaitu variabel (Kejelasan sasaran anggaran) dan (Pengendalian akuntansi).
Variabel yang mempunyai pengaruh positif yaitu variabel sistem pelaporan.
Besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yaitu sebesar 66,4%. Berarti sebanyak 33,6% ada variabel lain yang mempengaruhi variabel dependen.
Penelitian yang berkaitan dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah telah banyak dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan Arifin (2012) penelitian berjudul Pengaruh partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah dengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemeritah. Dalam penggunaan pengendalian akuntansi yang semakin banyak akan menyebabkan peningkatan kinerja manajer dalam mendorong keputusan dan pengendalian aktifitas keuangan oleh para manajer secara lebih baik dan akan menunjang dalam sistem pelaporannya. Tetapi hasil penelitian pada partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi tidak ada pengaruh. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa para pejabat struktural di Kabupaten Pekalongan memiliki kepentingan profesi yang dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasi, kejelasan sasaran anggaran dan komitmen organisasi tidak mampu bertindak sebagai moderating
yang mempengaruhi kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, dan tidak menggambarkan bahwa semakin baik pengendalian akuntansi yang diterapkan oleh suatu organisasi maka semakin besar kemungkinan perencanaan dan tujuan organisasi.
Nugraeni (2015), Penelitian berjudul pengaruh standar akuntansi pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan dan implikasinya terhadap akuntabilitas kinerja. Penelitian ini menunjukkan bahwa Standar akuntansi pemerintah tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja secara langsung, sedangkualitas laporan keuangan secara langsung berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja.
Standar akuntansi pemerintah secara langsung berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Standar akuntansi pemerintah dapat mempengaruhi akuntabilitas kinerja melalui kualitas laporan keuangan.
Wahid (2016) penelitian berjudul pengaruh kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, kompetensi aparatur pemerintah daerah, sistem pelaporan, dan ketaatan pada peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hasil menunjukkan bahwa variabel kejelasan sasaran anggaran, kompetensi aparatur pemerintah daerah, sistem pelaporan, dan ketaatan pada peraturan perundangan memiliki pengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sedangkan variabel pengendalian akuntansi tidak memiliki pengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dibangun untuk memperlihatkan hubungan pengaruh setiap variabel dalam satu penelitian. Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan review penelitian terdahulu, kerangka konseptual penelitian ini digambarkan pada Gambar berikut
Ha1
Ha2
Ha3 Ha6
Ha4
Ha5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual di atas menjelaskan hubungan masing-masing variabel independen dan dependen. Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut:
2.3.1 Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Anggaran daerah harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan daerah harus bisa menggambarkan sasaran kinerja secara jelas. Pelaksanaan anggaran yang belum efektif juga dapat
Kejelasan Sasaran Anggaran (X1)
Partisipasi Anggaran (X2)
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (X3)
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (X4)
Komitmen Organisasi (X5)
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Medan
(Y)
disebabkan oleh unsur lain dalam anggaran. Suatu anggaran dapat berjalan secara efektif apabila penyusunan dan penerapan anggaran telah memenuhi lima indikator dalam Budgetary Goal Characteristics yang terdiri dari partisipasi anggaran (budgetary participation), kejelasan sasaran anggaran (budget goal clarity), evaluasi anggaran (budgetary evaluation), umpan balik anggaran
(budgetary feedback), dan kesulitan sasaran anggaran (budget goal difficulty).
Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut.
Oleh sebab itu, sasaran anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakan kegiatan anggaran.
Ketidakjelasan sasaran anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja, implikasinya pada penurunan kinerja yang berarti juga penurunan akuntabilitas kinerja organisasi. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Penelitian Mei Anjarwati (2012) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara Kejelasan Sasaran Anggaran dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
2.3.2 Partisipasi Anggaran terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Partisipasi anggaran adalah salah satu cara untuk menciptakan pengendalian manajemen yang baik sehingga diharapkan dapat tercapainya tujuan institusi terkait. Dengan menyusun anggaran secara partisipatif, diharapkan kinerja unit kerja organisasi akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan/standar yang dirancang secara partisipatif disetujui oleh pimpinan, maka pegawai akan bersungguh-sungguh dalam tujuan/standar yang telah ditetapkan dan pegawai juga memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya sehingga dapat meningkatkan kinerja pemerintah. Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan akuntabilitas para manajer akan meningkat.
Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka manajer akan menginternalisasikan tujuan atau standar yang ditetapkan, dan para stakeholder juga memiliki rasa tanggungjawab pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut serta terlibat dalam penyusunannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013) menyimpulkan bahwa Partisipasi Anggaran berpengaruh signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
2.3.3 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Sistem pengendalian intern pemerintah merupakan bagian dari manajemen risiko yang harus dilaksanakan oleh setiap lembaga/organisasi untuk mencapai tujuan. Penerapan pengendalian intern yang memadai akan memberikan keyakinan yang berkualitas atas keandalan dari laporan keuangan serta akan
meningkatkan kepercayaan stakeholders. Halim (2004) menyatakan bahwa untuk mendukung akuntabilitas dibutuhkan adanya sistem pengendalian intern dan sistem pengendalian ekstern yang baik serta dapat dipertanggungjawabkan.
dengan terwujudnya sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah maka good governance pemerintah daerah yang baik akan tercapai yang ditandai
dengan tercapainya visi dan misi serta tujuan instansi pemerintah. Peneliti menduga bahwa semakin tinggi penerapan sistem pengendalian intern maka akan membuat akuntabilitas publik semakin baik. Penerapan pengendalian yang memadai akan memberikan keyakinan atas kualitas laporan keuangan yang telah dibuat, sehingga instansi akan mampu memberikan informasi dan akan mengkomunikasikan kepada publik sebagai bentuk pertanggungjawaban. Adanya pengendalian intern dapat diketahui apakah suatu instansi telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien serta sesuai dengan rencana dan kebijakan yang berlaku. Sehingga dengan adanya pengendalian intern dapat mendorong terwujudnya akuntabilitas. Penelitian Ramon (2014) menyimpulkan bahwa Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
2.3.4 Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap Akuntabilitas yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan dapat disimpulkan sebagai alat untuk memfasilitasi pelaporan yang semakin transparan dan akuntabel dapat disimpulkan bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan sebagai alat untuk memfasilitasi
pelaporan semakin transparan dan akuntabel. Dengan demikian informasi keuangan pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya transparansi serta akuntabilitas. Keterkaitan antara sistem akuntansi pemerintah daerah dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah karena dengan adanya suatu rangkaian prosedur yang tersistematis dalam rangka mempertanggungjawabkan APBD nya maka akan sangat berpengaruh dalam mewujudkan tingkat pencapaian kinerja/pertanggungjawaban kinerja atas kegiatan yang telah tersusun didalam perencanaan strategis suatu instansi. Penelitian yang dilakukan oleh Nugraeni (2011), yang menemukan bahwa penerapan sistem akuntansi pemerintah daerah berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
2.3.5 Komitmen Organisasi terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Komitmen organisasi merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan yang didetapkan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi.
Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula.
Oleh sebab itu individu yang memiliki komitmen yang kuat dalam organisasi maka semakin besar juga usaha mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaanya yang akan berimbas pada kinerja yang baik, yang akan berguna bagi organisasinya. Artinya individu dengan komitmen organisasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang baik demi tercapainya tujuan organisasi. Hasil penelitian ini mendukung Penelitian yang dilakukan oleh Kouzes dalam Rommy
(2011), menunjukkan bahwa kredibilitas yang tinggi mampu menghasilkan suatu komitmen, dan hanya dengan komitmen yang tinggi, suatu instansi pemerintahan mampu menghasilkan kinerja yang baik. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Febri (2017) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi publik. Jadi antara komitmen organisasi dengan kinerja terdapat pengaruh yang positif dimana kinerja yang baik pastinya dilatar belakangi oleh komitmen yang kuat. Komitmen organisasi yang buruk tidak menghasilkan kinerja yang tinggi. Jadi, semakin tinggi derajat komitmen organisasi semakin tinggi pula kinerja yang dicapainya
2.3.6 Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Komitmen Organisasi terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan akuntabilitas para manajer akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka manajer akan menginternalisasikan tujuan atau standar yang ditetapkan, dan para stakeholder juga memiliki rasa tanggungjawab pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut serta terlibat dalam penyusunannya. Penerapan pengendalian yang memadai akan memberikan keyakinan atas kualitas laporan
keuangan yang telah dibuat, sehingga instansi akan mampu memberikan informasi dan akan mengkomunikasikan kepada publik sebagai bentuk pertanggungjawaban. Adanya pengendalian intern dapat diketahui apakah suatu instansi telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien serta sesuai dengan rencana dan kebijakan yang berlaku.
Sehingga dengan adanya pengendalian intern dapat mendorong terwujudnya akuntabilitas. Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan sebagai alat untuk memfasilitasi pelaporan semakin transparan dan akuntabel. Dengan demikian informasi keuangan pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya transparansi serta akuntabilitas.
Komitmen organisasi merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan yang didetapkan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi.
Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula.
Oleh sebab itu individu yang memiliki komitmen yang kuat dalam organisasi maka semakin besar juga usaha mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaanya yang akan berimbas pada kinerja yang baik, yang akan berguna bagi organisasinya.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang, perumusan masalah, kajian teori, dan kerangka konseptual di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Ha1 : Kejelasan Sasaran Anggaran berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Medan.
Ha2 : Partisipasi Anggaran berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Medan.
Ha3 : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Medan.
Ha4 : Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Medan.
Ha5 : Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Medan.
Ha6 : Kejelasan Sasaran Anggaran, Partisipasi Anggaran, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah, Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.