• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESILIENSI ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH BINA ANAK PERTIWI PASAR MINGGU DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RESILIENSI ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH BINA ANAK PERTIWI PASAR MINGGU DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

PANDEMI COVID-19

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh Nurul Luthfiyah NIM.11170541000058

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1443 H/2021

(2)

i

LEMBARPERSETUJUAN PEMBIMBING RESILIESNI ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH

BINA ANAK PERTIWI PASAR MINGGU DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memeperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh Nurul Luthfiyah NIM 11170541000058

Dosen Pembimbing

Ismet Firdaus, M.Si NIP.197512272007101001

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1443 H/2021

(3)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “RESILIENSI ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH BINA ANAK PERTIWI PASAR MINGGU DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID- 19” disusun oleh Nurul Luthfiyah, NIM 11170541000058 telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 23 Desember 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat gelar sarjana sosial (S.Sos) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 23 Desember 2021 Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Ahmad Zaky, M.Si. Nunung Khoiriyah, M.A.

NIP.197711272007101001 NIP.197307252007012018 Anggota,

Penguji I Penguji II

Nadya Kharima, M.Kessos. Suhendra, M.Si.

NIP.198606232020122006 NIP.199104252019031013 Dosen Pembimbing,

Ismet Firdaus, M.Si.

NIP.197512272007101001

(5)

iv ABSTRAK

Nurul Luthfiyah, RESILIENSI ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH BINA ANAK PERTIWI PASAR MINGGU DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19

Anak jalanan korban eksploitasi meningkat signifikan dimasa pandemi COVID-19 berdasarkan Data Kesejahteraan Sosial (DTKS) tahun 2020. Anak jalanan secara psikis merupkan anak yang belum memiliki mental emosional yang kuat namun sekaligus harus berjuang dengan dunia jalan yang keras dan kondisi pandemi yang kian memperumit hidupnya sehingga mudah bagi anak terkena stres dan depresi jika anak tidak memiliki ketahanan diri yang baik. Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini, anak membutuhkan kemampuan yang tangguh (resiliensi) agar anak jalanan dapat bertahan dalam situasi sulit dimasa pandemi. Dalam hal ini, rumah singgah berperan penting dalam memberikan perubahan pada perkembangan fisik, mental, spiritual, sosial, dan kepribadian anak. Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi dipilih sebagai lokasi penelitian ini.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan gambaran resiliensi anak jalanan di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi dalam menghadapi pandemi COVID-19 dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian descriptive research.

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Subjek penelitian ini berjumlah 3 orang yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

Hasil analisis penelitian menemukan, Dua dari tiga anak jalanan dikatakan resilien karena memiliki kemampuan resiliensi yang baik jika dihadapkan pada kesulitan akibat pandemi COVID-19 yang bersumber dari I Have, I Am dan I Can. Satu anak kurang dapat dikatakan resilien karena memiliki trauma mental yang disebabkan oleh perceraian orangtua (brokenhome) yang mempengaruhi perkembangan psikologis. Terdapat kesejajaran dari ketiganya pada hal keyakinan dan harapan mampu melewati kesulitan-kesulitan tersebut.

Kata kunci: Resiliensi, Anak Jalanan, Rumah Singgah, Covid-19

(6)

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu WaTa’ala atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul Resiliensi Anak Jalanan Di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 sebagai syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat sebagai teladan dalam mencari dan menuntut ilmu yang merupakan kewajiban bagi seorang muslim.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak luput dari hambatan. Namun berkat tuntunan, masukan dan kerjasama dari berbagai pihak dan atas izin Allah SWT skripsi ini dapat diselesaikan penulis dengan baik. Pada kesempatan kali ini, pertama-tama penulis akan mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua, yaitu Ayahanda Bahrul Ulum dan Ibu Rahmawati yang telah berjuang keras untuk menyekolahkan penulis sampai dengan perguruan tinggi, telah memberikan begitu besar cinta dan

(7)

vi

kasing sayang, doa yang tidak pernah putus dilangitkan untuk penulis, motivasi serta dukungan baik moril maupun materil.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, diantaranya adalah:

1. Ibu Prof. Dr. Hj Amany Burhanudin Lubis, Lc., MA., selaku ketua Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Suparto M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Cecep Sastrawijaya, MA., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., BSW, MSW., selaku Wakil Dekan Akademik, Dosen Pembimbing Akademik serta Dosen di Jurusan Kesejahteraan Sosial.

4. Bapak Ahmad Zaky, M.Si., selaku ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial dan Ibu Nunung Khoiriyah, MA., selaku Sekretaris Jurusan Kesejateraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Ismet Firdaus, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan arahan serta sabar sehingga penulis tidak merasa tertekan selama pengerjaan skripsi hingga selesai.

6. Ibu Nadya Kharima, M.Kessos., Ibu Ellies Sukmawati, S.T., M.Si., Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si., Ibu Nurkhayati Nurbus, S.E., M.Si., dan Bapak Ismet Firdaus, M.Si., selaku Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial

(8)

vii

yang telah banyak membuka pikiran penulis mengenai ilmu kesejahteraan sosial dan profesi pekerja sosial yang sebelumnya awam bagi peneliti.

7. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang turut memberikan pengetahuan baru diluar ilmu kesejahteraan sosial baik agama maupun bahasa kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

8. Bapak Ali Santoso, SH., selaku Ketua Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan memberikan informasi baru kepada penulis mengenai hukum dan kehidupan anak jalanan.

9. Para staff dan ketiga anak binaan yang telah bersedia untuk diwawancarai sehingga memudahkan penulis menemukan data.

10. Kaka kandung penulis yaitu Alvian Salafin yang selalu memberikan dukungan motivasi sehingga penulis bersemangat untuk menyelesaikan skripsi.

11. Terimakasih kepada Mustaqim yang senantiasa menjadi support system dan memberikan warna baru dalam kehidupan penulis.

12. Saudari Mutia, yang senantiasa tidak pernah bosan menjadi pendengar yang baik atas keluh kesah penulis selama mengerjakan skripsi.

13. Terimakasih kepada teman dekat penulis, yakni Silvia, Nur Eliza, Farida Nur’aini, Elza Nur Kholifah dan Amira

(9)

viii

Nadia yang telah menjadi bagian kesenangan dan kesedihan penulis dari awal perkuliahan sampai dengan akhir.

14. Terimakasih kepada Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) terkhusus Departemen Kewirausahaan masa bakti 2018 atas solidaritas dan kekeluargaan yang terbangun selama penulis menjadi bagian dalam kepengurusan.

15. Teman-teman seperjuangan Kesejahteraan Sosial angkatan 2017, terkhusus kelas B atas kerjasama dan memori yang pernah tercipta selama duduk dibangku perkuliahan.

16. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis sejak awal perkuliahan sampai selesainya skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikian Skripsi ini dibuat, Mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan karya ilmiah ini, karena sesungguhnya kesempurnaan adalah milik Allah SWT.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak khususnya penulis sebagai bahan pembelajaran dikemudian hari.

Jakarta, 02 Desember 2021

Penulis, Nurul Luthfiyah

(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 8

F. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 8

G. Metodologi Penelitian... 16

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 16

2. Teknik Pengumpulan Data ... 16

3. Sumber Data ... 21

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

5. Teknik Pemilihan Informan ... 22

6. Teknik Analisis Data ... 23

7. Teknik Keabsahan Data ... 24

(11)

x

8. Pedoman Penulisan Skripsi ... 25

H. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II KAJIAN TEORI ... 28

A. Landasan Teori ... 28

1. Resiliensi ... 28

2. Anak Jalanan ... 38

3. Rumah singgah ... 47

4. COVID-19 (Coronavirus Disease-19) ... 54

B. Kerangka Berpikir ... 59

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 61

A. Profil Lembaga ... 61

1. Sejarah Berdirinya Lembaga ... 61

2. Visi, Misi dan Tujuan Lembaga ... 66

3. Struktur Organisasi Lembaga... 68

4. Sasaran Anak Binaan ... 71

5. Denah Lokasi Lembaga ... 72

B. Model dan Bentuk Layanan Penddikan ... 73

1. Model-Model Layanan ... 73

2. Bentuk Layanan Pendidikan ... 74

C. Program Kegiatan ... 75

D. Jadwal Kegiatan ... 79

E. Rekrutmen Anak Binaan ... 80

F. Fasilitas Sarana dan Prasarana Lembaga ... 82

G. Mitra Kerja ... 83

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN... 85

A. Gambaran Latar Belakang Informan di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi... 86

(12)

xi

B. Gambaran Keadaan Informan di Rumah Singgah Bina

Anak Pertiwi sebelum pandemi COVID-19 ... 88

C. Gambaran Resiliensi Informan Dimasa Pandemi COVID-19 di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi... 90

1. Faktor Pembentuk Resiliensi ... 90

BAB V ANALISIS DATA TEMUAN ... 108

BAB VI PENUTUP ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 133

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Pedoman Wawancara ... 18 Tabel 1. 2 Tabel Informan Penelitian ... 23 Tabel 3. 1 Struktur Organisasi Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi Periode 2013-2021...68 Tabel 3. 2 Jumlah Anak Binaan di Rumah Singgah Pada Tahun 2021... 72 Tabel 3. 3 Jadwal Kegiatan di Masa Pandemi COVID-19...80 Tabel 3. 4 Fasilitas Sarana dan Prasarana di Rumah Singgah ... 82 Tabel 5. 1 Analisis Keadaan Informan Sebelum Pandemi COVID-19...108 Tabel 5. 2Analisis Perbandingan Informan Di Masa Pandemi COVID-19...122

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Denah lokasi Rumah Singgah ... 72

(15)

1 A. Latar Belakang

Salah satu negara berkembang di Asia yaitu Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 256 juta lebih populasi manusia dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, dimana sebanyak 27,7 juta jiwa penduduk memilih bekerja dijalan seperti mengamen, mengemis, dan memulung termasuk anak-anak (Anggraini 2019, 1).

Anak yang memiliki banyak waktu di jalan hampir dengan setiap hari hanya untuk melakukan kegiatan ekonomi atau kegiatan lainnya disebut anak jalanan (Anggara 2018, 50). Pada umumnya sebagian besar anak jalanan muncul karena faktor ekonomi keluarga (kemiskinan) dimana banyak keluarga yang tidak menjalankan peran sebagaimana posisinya, keluarga yang tidak utuh (brokenhome) membuat anak tidak diperhatikan dan minimnya kasih sayang yang diberikan kedua orang tua, dan eksploitasi (Wibowo, Arsyad, dan Yusuf 2020, 118).

Berdasarkan Data Kesejahteraan Sosial (DTKS) pada tahun 2020 terdapat sebanyak 8.320 anak jalanan korban eksploitasi meningkat tinggi dimasa pandemi COVID-19 (Kemensos 2020). Hal ini belum sesuai dalam

(16)

UU Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 3 tentang Perlindungan Anak yang berisi “Perlindungan anak bertujuan menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipiasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabak kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskrimiasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera” (Anggraini 2019, 3).

Dari isi pasal di atas dapat dimaknai bahwa kehadiran anak di jalanan merupakan gambaran dari hak- hak anak yang tidak dapat dipenuhi dalam kehidupan sebagai anak yang aman, tentram dan sejahtera.

Dimasa pandemi yang seharusnya orang tua menjaga dan menjamin tumbuh kembang anak secara baik di dalam rumah yang aman, tetapi dengan sengaja malah memaksa anak bekerja di jalan yang dapat membuat anak rentan terpapar COVID-19. Kondisi anak yang berada di jalan penuh akan resiko, tidak hanya rentan terpapar COVID-19 tetapi juga rentan akan kejahatan.

Masalah anak jalanan yang utama adalah pendidikan, dimana orang tua yang kurang mampu secara ekonomi tidak memiliki cukup uang untuk membiayai sekolah anak-anaknya sehingga anak tidak memiliki masa depan, selain itu mereka bahkan memiliki masalah dengan lingkungan, di mana anak-anak ini berada di lingkungan sebagian besar pengamen, pengemis dan pemulung yang

(17)

membuatnya ikut melakukan hal tersebut dan rentan melakukan hal-hal menyimpang seperti merokok, narkoba atau alkohol (Diwandana 2017, 3).

Melihat kondisi tersebut, maka sudah sepantasnya fenomena anak jalanan perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan dari banyak pihak karena mereka perlu

“dimanusiakan” dan dianggap bagian tak terpisahkan daripada anak bangsa lainnya sebagai generasi perubahan hidup bangsa dikemudian hari.

Anak jalanan atau disebut anak marginal secara psikis belum sepenuhnya memiliki mental emosional yang kuat, tetapi dalam satu waktu mereka harus berjuang dengan kerasnya dunia jalanan dan kondisi pandemi COVID-19 yang semakin mempersulit kehidupannya untuk bertahan hidup di jalanan. Ketidakberdayaan anak- anak dalam kondisi lingkungan seperti ini dapat menyebabkan stres dan depresi yang luar biasa (Sari, Aryansah, dan Sari 2020, 19). Selama kondisi tersebut, anak-anak dapat melakukan perbuatan negatif seperti kejahatan yang terpaksa mereka lakukan di jalan untuk bertahan hidup selama pandemi COVID-19 yang dapat membahayakan dirinya maupun orang lain.

Hal ini sejalan dengan kalam Allah yang terdapat didalam Al-Quran suratAl-Baqarah ayat 155, sebagaimana Allah berfirman:

(18)

ِل ََٰوْمَ ْلْٱ َنِ م ٍصْقَن َو ِعوُجْلٱ َو ِف ْوَخْلٱ َنِ م ٍء ْىَشِب مُكَّن َوُلْبَنَل َو ِ شَب َو ۗ ِت ََٰرَمَّثلٱ َو ِسُفنَ ْلْٱ َو َني ِرِب ََّٰصلٱ ِر

Artinya: “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah:155).

Menurut Tafsir Al-Muyassar, “Sesungguhnya Kami akan menguji kalian dengan bencana yang bermacam-macam, yaitu dengan sedikit rasa takut pada musuh, kelaparan karena ketidakcukupan makanan, kekurangan banda karena kehilangan atau kesulitan, hilangnya nyawa karena bencana yang merenggut nyawa atau meninggal di jalan jihad fi sabilillah dan kekurangan buah yang tumbuh di bumi. Sampaikan kabar gembira bagi orang-orang sabar dan memiliki kerendahan hati di dunia dan di akhirat”(Kementrian Agama 2018).

Dari penafsiran tersebut dapat diartikan bahwa tidak ada seorangpun diantara manusia yang hidup di dunia tanpa ujian yang Allah berikan dan hanyalah orang- orang sabar yang dapat bertahan dan bangkit kembali atas ujian yang diberikan Allah sehingga mendapat kebahagiaan sebagai balasan atas keberhasialannya menghadapi masalah.

Oleh sebab itu, dibutuhkan kemampuan tangguh agar anak jalanan dapat bertahan dalam situasi sulit di

(19)

masa pandemi, yaitu dengan ketahanan (resiliensi).

Resiliensi merupakan benteng pertahanan diri yang dimiliki individu agar dapat menyesuaikan diri terhadap masa-masa sulit yang sedang dihadapi, sehingga pada akhirnya individu dapat melewati kondisi tersebut dengan diri yang lebih baik (Mufidah 2017, 70).

Resiliensi mengarah pada psikologis yang stabil meskipun terpapar stress yang berlebih karena dapat mengelolanya untuk mengatasi tekanan psikologis (Chen dan Bonanno 2020, S51). Dari definisi resiliensi diatas, maka resiliensi memiliki makna bangkit dari pengalaman yang sulit seperti sebelum terjadinya masalah.

Dalam hal ini, Rumah singgah memegang peranan penting untuk memberikan transisi yang cukup signifikan kepada anak jalanan karena didirikan sebagai tempat untuk mengembangkan fisik, mental, spiritual, sosial, moral dan kepribadian anak-anak jalanan (Sakwa 2020). Rumah singgah juga menjadi wadah untuk membimbing anak jalanan dengan berbagai pengetahuan dan pelatihan.

Dengan adanya pelatihan, maka mereka mampu bersosialisai, berinteraksi dan bekerja dengan kemampuannya agar nantinya mereka dapat bertahan dari masa-masa sulit.

Salah satu rumah singgah yang melakukan pembinaan dan pelayanan kepada anak jalanan adalah Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi yang merupakan satu

(20)

diantara Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Rumah singgah ini memiliki tugas sebagai tempat perlindungan dan pelayanan kepada anak jalanan agar dapat tumbuh dan berkembang dengan tujuan yang ingin dicapai adalah mengembalikan anak jalanan ke kehidupan yang layak sekalipun dimasa sulit seperti saat ini.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti terdorong untuk meneliti tentang “Resiliensi Anak Jalanan di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu Dalam Menghadapi Pandemi COVID- 19”.

B. Identifikasi Masalah

Terdapat identifikasi masalah pada penelitian ini yang diantaranya:

1. Mayoritas anak binaan memiliki kepribadian yang tertutup, hal ini menjadi kendala bagi anak dalam berkomunikasi dan pemecahan masalah sehingga akan mengurangi resiliensi anak terhadap kemampuan interpersonal

2. Tidak mudah memberikan batasan dan aturan kepada anak binaan karena mereka sudah terbiasa dengan pola hidup tanpa aturan dan hukum di masyarakat

3. Tidak adanya tenaga pengasuh dapat mempengaruhi kontrol diri anak binaan

(21)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam merumuskan batasan masalah penelitian yang akan diteliti agar pembahasan lebih terarah sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Dengan pemaparan latar belakang masalah, maka fokus masalah pada penelitian ini hanya pada resiliensi anak jalanan di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu dalam menghadapi pandemi COVID-19.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana gambaran resiliensi pada anak jalanan yang berada di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu dalam menghadapi pandemi COVID-19?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini berdasarkan temuan rumusan masalah adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan gambaran resiliensi pada anak jalanan yang berada di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu dalam menghadapi pandemi COVID-19.

(22)

2. Manfaat Penelitian 2.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini merupakan penelitian baru karena penelitian ini membahas tentang pandemi COVID-19 yang baru terjadi dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pemahaman/ilmu dalam Studi Kesejahteraan Sosial dan acuan bagi peneliti berikutnya khususnya mahasiswa/i Kesejahteraan Sosial mengenai resiliensi pada anak jalanan di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu dalam menghadapi pandemi COVID-19.

2.2 Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini memberikan hasil penelitian berupa bahan masukan untuk Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu dalam meningkatkan resiliensi pada anak jalanan ketika menghadapi pandemi COVID-19 serta acuan untuk penelitian selanjutnya.

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Berikut ini adalah hasil pantauan yang dilakukan peneliti terhadap beberapa jurnal dan skripsi untuk menghindari kesamaan terhadap beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Penelusuran jurnal ilmiah sebagai referensi dibatasi peneliti hanya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terhitung dari 2017-2021 antara lain:

(23)

1. Nama: Alaiya Choiril Mufidah

Judul: Hubungan Antara Dukungan Sosial Terhadap Resiliensi Pada Mahasiswa Bidikmisi dengan Media Efikiasi Diri Tahun: 2017

Jurnal penelitian ini membahas mengenai adakah hubungan antara dukungan sosial terhadap resiliensi melalui mediasi efikasi diri menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam artikel ini menunjukan bahwa dukungan sosial melalui media efikasi memiliki kaitan sehingga dihasilkan resiliensi yang tinggi. Pada artikel menjelaskan definisi resiliensi sebagai kemampuan individu untuk tidak putus asa dalam keadaan sulit dan beberapa definisi resiliensi dari para ahli lainnya yang dapat peneliti gunakan sebagai bahan referensi untuk kajian teoritis.

2. Nama: Aliefia Rizky Diwandana

Judul: Pengaruh Harga Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Resiliensi Anak Jalanan di Griya Baca Kota Malang

Tahun: 2017

Karya ilmiah ini membahas mengenai 4 bahasan yaitu pengaruh harga diri, dukungan sosial, pengaruh harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi anak jalan dan tingkat harga diri, dan dukungan sosial dan resiliensi anak jalanan dengan

(24)

pendekatan kuantitatif korelasional. Hasil penelitian tersebut didapatkan yaitu pembahasan (1) 11,8%, (2) 21,62%, (3) 37,5% dan (4) tingkat harga diri 63%, dukungan sosial 67% dan resiliensi anak jalanan 57%.

Yang artinya resiliensi anak jalanan kawasan Griya Baca Kota Malang dipengaruhi oleh harga diri dan dukungan sosial.

3. Nama: Onny Fransinata Anggara

Judul: Resiliensi Anak Jalanan Terhadap Penggunaan Narkoba

Tahun: 2018

Jurnal penelitian ini membahas tentang sumber resiliensi terhadap 4 anak jalanan dengan kriteria 2 anak mantan pecandu narkoba dan 2 anak yang belum pernah menggunakan narkoba. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa sumber resiliensi berasal dari interaksi antar individu dengan lingkungan sekitarnya.

4. Nama: Meilita Anggraini

Judul: Resiliensi Pada Relawan Anak Jalanan Tahun: 2019

Skripsi penelitian ini membahas mengenai gambaran pada relawan mantan anak jalanan dan faktor yang mempengaruhi resiliensi pada relawan mantan anak jalanan. Hasil dari penelitian ini didapatkan dua orang yang merupakan subjek penelitian sudah resilien

(25)

dan faktor yang mempengaruhi resiliensinya adalah faktor intrinsik (kemampuan bersosialisasi, memiliki empati, dorongan untuk mandiri) dan eksternal (dukungan keluarga, teman dan masyarakat).

5. Nama: Imroatul Azizah Arifin

Judul: Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putera 03 Ceger Jakarta Timur

Tahun: 2019

Skripsi penelitian jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini membahas mengenai resiliensi anak terlantar di panti asuhan.

Skripsi ini menunjukan terdapat beberapa anak yang memiliki ketahan diri (resiliensi) yang didapat dari program kegiatan panti yakni pancak silat, mengaji dan pembinaan kamar.

6. Nama: Syska Purnama Sari, dkk

Judul: Resiliensi Mahasiswa dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 dan Implikasinya terhadap Proses Pembelajaran.

Tahun: 2020

Jurnal penelitian ini membahas tentang gambaran resiliensi mahasiswa dalam menghadapi pandemi Covid-19 di Kota Palembang. Pada umumnya resiliensi mahasiswa di Kota Palembang berada pada kategori sedang, hal ini dikarenakan permasalahan yang

(26)

dihadapi mahasiswa selama pembelajaran dari rumah yang membuat mereka tidak dapat menganalisa masalah dengan baik, sehingga menyebabkan kecemasan dan stres yang berdampak pada proses belajar. Metode belajar Project Base Learning (PBL) digunakan Dosen untuk tujuan membuat mahasiswa berpikir kritis agar dapat berlatih menganalisis masalah sehingga mahasiswa dapat resilien.

7. Nama: Dwi Tiara Anugerah Putri dan Devi Rusli Judul: Pengaruh Dukungan Teman Sebaya

Terhadap Resiliensi Remaja Pesantren Modern Nurul Ikhlas

Tahun: 2020

Jurnal penelitian ini membahas tentang pengaruh dukungan teman sebaya terhadap resiliensi remaja Pesantren Nurul Ikhlas rentan usia 13-14 tahun.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa 10,5% dukungan teman sebaya berdampak pada resiliensi sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini menunjukkan dukungan teman sebaya adalah salah satu diantara faktor lain yang dapat mempengaruhi resiliensi. Ini sesuai dengan teori Sarafino dan Smith (2011) dalam jurnal yang menyatakan bahwa dukungan sosial dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya adalah dukungan dari teman sebaya.

(27)

8. Nama: Shuquan Chen dan George A. Bonanno Judul: Psychological Adjustment During the Global

Outbreak of COVID-19:A Resilience Perspective

Tahun: 2020

Jurnal penelitian American Psychological Association ini membahas disfungsi psikologis dan resiliensi selama wabah COVID-19. Menurut artikel, resiliensi sebagai salah satu dari berbagai kemungkinan hasil untuk tantangan hidup. Dalam menangani COVID-19, seseorang harus mengatasi stress yang sedang berlangsung dan mengelola untuk mengurangi tekanan psikologis. Pandemi telah berdampak pada kondisi psikologis, oleh karena itu tugas psikologis utama bagi semua orang selama pandemi adalah meminimalkan stres, salah satunya dengan fleksibilitas.

Fleksibilitas merupakan strategi tetap yang menjadi pertimbangan penting dalam menjaga resiliensi.

9. Nama: Sakwa

Judul: Resiliensi Anak Jalanan yang bersekolah di Rumah Singgah Diponegoro Surabaya Tahun: 2020

Jurnal penelitian ini menjelaskan tentang penyebab resiliensi anak jalanan menurun dan faktor- faktor yang membuat anak tergolong resiliensi atau tidak. Hasil dari artikel ini adalah tidak semua anak

(28)

jalanan memiliki resiliensi yang baik seperti salah satu subjek yang tidak resilien karena perbedaan latar belakang keluarga, riwayat anak jalanan, dan sosialisasinya di sekolah.

10. Nama: Rifanti Dwi Astuti

Judul: Resiliensi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Jakarta Selatan dalam Menghadapi Stigma dan Diskriminasi Tahun: 2020

Skripsi ini merupakan penelitian dengan dengan pembahasan mengenai proses resiliensi yang dialami orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam menghadapi diskriminasi dan stigma negatif di masyarakat dengan metode kualitatif sebagai pendekatannya. Penelitian ini menyatakan bahwa ketiga ODHA memiliki resiliensi yang baik yang prosesnya tidak terlepas dari ketiga sumber pembentuk resiliensi sebagai keberhasilan dalam peningkatan resiliensi.

11. Nama: Nur Suci Ariyanti Wibowo, dkk

Judul: Resiliensi Anak Jalanan di Kecamatan Mandonga Kota Kendari

Tahun: 2020

Jurnal ini membahas mengenai gambaran resiliensi anak jalanan yang ada di perempatan lampu merah Hotel Attaya dan sekitar Mall Mandonga Kota

(29)

Kendari. Hasil dari artikel jurnal ini menyatakan bahwa terbentuknya resiliensi anak jalanan di Kecamatan Mandonga dipengaruhi oleh ke tujuh aspek resiliensi yakni regulasi emosi, kontrol impuls, optimis, analisis penyebab masalah, empati, efikasi diri dan reaching out dengan penganalisaan data menggunakan deskripsi kualitatif.

12. Nama: Muhammad Asrun, dan Annisaa Miranty Nurendra

Judul: Meningkatkan Resiliensi Masyarakat yang Terkena Pemutus Hubungan Kerja (PHK) di Masa Pandemi Menurut Prespektif Psikologi Islam

Tahun: 2021

Jurnal penelitian ini membahas tentang cara meningkatkan resiliensi pada korban Pemutus Hubungan Kerja dalam psikologi Islam sebagai sudut pandang. Disaat hidup semakin sulit karena pandemi yang tidak tau kapan berakhirnya. Resiliensi merujuk pada adaptasi positif terhadap kesulitan. Sesuai dengan yang sudah ditelaah, teknik yang dilakukan psikologi islam untuk meningkatkan resiliensi adalah bacaan surat Al-Fatihah sebagai terapi, rasa sabar, shalat dan tidak lupa untuk terus bersyukur.

(30)

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif (descriptive research).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui fakta tentang apa yang diamati oleh informan penelitian, misalnya kepribadian, tanggapan, kepercayaan, pemikiran seseorang baik individual atau kelompok (Astuti 2020, 18).

Metode ini dipilih peneliti karena ketika menganalisis data pada BAB IV peneliti akan menjabarkan bukan dengan angka melainkan dengan uraian tentang fenomena yang ada dilapangan dengan jelas dan akurat.

Sehingga dalam penelitian ini, peneliti perlu melakukan pengamatan yang lebih mendalam mengenai resiliensi pada anak jalanan yang tinggal di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan hasil yang diperoleh berbentuk deskripsi tulisan dan kata-kata dari sumber yang dapat dipercaya yaitu informan dalam penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan data-data yang ada dilokasi penelitian sesuai kebutuhan. Untuk mendapatkan data

(31)

yang diperlukan dalam penelitian ini, ada tiga cara yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

2.1 Wawancara

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini lebih menekankan pada teknik wawancara terstruktur, dimana sebelum melakukan wawancara peneliti mempersiapkan daftar pertanyaan dengan memperhatikan unsur 5W+1H yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya sebagai pedoman saat melakukan wawancara langsung kepada informan. Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan beragam informasi yang peneliti butuhkan seperti reseliensi pada anak jalanan yang tinggal di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi dalam menghadapi pandemi COVID-19 didapat dari ketiga informan anak yang menjadi subjek dalam penelitian ini, satuan bakti (sakti) pekerja sosial dan pengajar.

Peneliti melakukan wawancara secara luring dengan ketua, satuan bakti (sakti) pekerja sosial, pengajar dan 3 anak binaan yang ada di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19. Jawaban-jawaban yang didapat dari informan kemudian dicatat dan direkam dengan menggunakan handphone sehingga memudahkan peneliti ketika pembuatan data. Berikut adalah pedoman wawancara dalam penelitian ini:

(32)

Tabel 1. 1 Pedoman Data Wawancara Informan Topik

Pertanyaan

Deskripsi Alasan Wawancara Ketua Rumah

Singgah Bina Anak Pertiwi

Gambaran Umum Lembaga

- Mengenai Profil lembaga

- Model Pelayanan yang diberikan lembaga kepada anak binaan

- Program Kegiatan yang dilaksanakan lembaga untuk menunjang potensi yang dimiliki anak binaan

- Denah lembaga - Mitra kerja yang mendukung setiap aktivitas lembaga

Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan data mengenai gambaran umum lembaga yang nantinya akan dibahas pada BAB III sebagai lokasi penelitian.

Satuan Bakti Pekerja Sosial Rumah

Singgah

Latar Belakang

Anak Binaan

Mengetahui

bagaimana latar belakang dari anak binaan dan resiliensi

Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan data mengenai latar belakang anak binaan

(33)

sebelum dan sesudah terjadinya pandemi COVID- 19. Wawancara kepada sakti pekerja sosial juga dilakukan sebagai informasi

tambahan guna mengcrosscheck informasi yang diberikan oleh anak binaan.

Pengajar di Rumah Singgah

Latar Belakang

Anak Binaan

-Mengetahui

bagaimana latar belakang dari anak binaan dan resiliensi -Mengetahui batasan dan aturan pada anak binaan di Rumah Singgah

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha

mencocokan kembali jawaban pekerja sosial dan pengajar

mengenai latar belakang anak binaan sebelum dan sesudah terjadinya

(34)

pandemi COVID- 19 serta batasan dan aturan yang diberikan kepada anak binaan Anak binaan

Rumah Singgah

Faktor Pembentuk

Resiliensi

Mengetahui apa saja faktor-faktor yang ada pada diri anak untuk membangun resiliensi dalam menghadapi pandemi COVID-19

Dalam penenlitian ini, peneliti membutuhkan informasi dari ke 3 anak binaan karena merupakan sampel inti dalam penelitian yang nantinya akan dibahas pada BAB IV untuk menjawab

rumusan masalah

2.2 Studi Dokumentasi

Dalam penelitian kualitatif, studi dokumentasi adalah metode yang biasa digunakan untuk memperoleh data berupa buku, dokumen, arsip ataupun gambar dalam bentuk laporan yang didapat dari Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu.

(35)

2.3 Observasi

Observasi adalah sebuah metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang dilakukan dengan pengamatan langsung ke lapangan, tetapi tidak semua objek harus diamati oleh peneliti seperti tempat, perilaku, kegiatan, peristiwa, waktu, dan perasaan yang hanya terkait dan berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian saja. Teknik observasi non partisipan dipilih dalam peneltian ini karena peneliti hanya sebagai pengamat objek yang akan diteliti tanpa terlibat secara langsung. Peneliti melakukan observasi pada situasi dan kondisi Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, keadaan sarana dan prasarana, dan kedekatan pengurus kepada anak binaan di Rumah Singgah.

3. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu cara yang perlu untuk dilakukan sehingga tidak dapat dipisahkan dari penelitian karena sebagai gambaran dari mana data diperoleh atau didapatkan. Sumber data dalam penelitian terdiri dari dua bagian yaitu:

3.1 Data Primer

Data primer didapatkan secara langsung dari lokasi penelitian atau objek penelitian yaitu dengan observasi lapangan melalui wawancara langsung dengan responden, seperti Ketua Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Satuan

(36)

Bakti Pekerja Sosial, Pengajar dan 3 anak yang ada di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi.

3.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang dibutuhkan terkait penelitian seperti artikel website resmi dan dokumen tertulis Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi

4. Tempat dan Waktu Penelitian 4.1 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Lembaga Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi yang letaknya di Jalan Bacang No.46, Rt.009/Rw.001 Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kodepos 12540.

4.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Juni 2021 sampai dengan Oktober 2021 selama kurang lebih 4 bulan. Penelitian ini akan dilakukan secara luring dengan mematuhi protokol kesehatan COVID-19.

5. Teknik Pemilihan Informan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling sebagai teknik pemilihan informan..

Menurut Sugiyono (2013) Purposive Sampling adalah teknik pengambilan informan dengan menentukan kriteria atau ciri-ciri tertentu untuk mendapat sampel releven sesuai dengan tujuan penelitian (Putri dan Rusli 2020, 5).

Dalam penelitian ini, maka peneliti memilih informan

(37)

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan seperti 3 orang anak jalanan yang tinggal di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Satuan Bakti Pekerja Sosial, Pengajar dan Ketua Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi.

Adapun kriteria sampel penelitian pada 3 anak tersebut, diantaranya:

1. Anak berusia 16-17 tahun 2. Laki-laki

3. Telah mengikuti pembinaan dan pelayanan di Rumah Singgah minimal 3-4 Tahun

4. Bersedia menjadi informan dalam penelitian Tabel 1. 2 Tabel Informan Penelitian

No. Informan Keterangan Jumlah

1. Ketua Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi Pasar

Minggu

Informan kunci

(Key Informan) 1

2. Satuan Bakti Pekerja Sosial Informan Tambahan 1

3. Pengajar Informan Tambahan 1

4. Anak Binaan yang tinggal di Rumah Singgah Bina

Anak Pertiwi Pasar Minggu

Informan kunci (Key informan)

3

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah menyusun data temuan secara sistematis melalui proses pengolahan data. Pada

(38)

teknik analisis data, data yang diperoleh berasal dari wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan tujuan agar peneliti maupun orang lain mudah memahami data yang ada (Sugiyono 2010, 335).

Menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (Sugiyono 2010, 338–345) diperlukan langkah- langkah dalam melakukan analisis data, berikut langkah- langkah analisis data dalam penelitian ini:

1. Data Reduction (Reduksi data), yaitu perangkuman data dengan memilih point-point yang menjadi titik fokus pada data penting.

2. Data Display (Penyajian Data), yaitu pengolahan data secara singkat agar mudah untuk dipahami pembaca dalam bentuk tabel, bagan maupun diagram.

3. Conclusion (Kesimpulan), yaitu penarikan kesimpulan awal yang bersifat sementara dan masih dapat berubah sewaktu-waktu jika tidak menemukan fakta pada data pendukung.

7. Teknik Keabsahan Data

Triangulasi adalah cara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini sebagai keabsahan data. Gunawan (2013) menyatakan bahwa triangulasi merupakan sebuah proses pembanding dan pengecekan balik kepercayaan informasi yang bermanfaat sebagai alat bantu penganalisaan dilapangan (Arifin 2019, 13).

(39)

Dari beberapa macam jenis triangulasi, peneliti menggunakan triangulasi metode yang dianggap tepat dalam pengumpulan data dalam penelitian ini. Triangulasi Metode merupakan teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data dengan metode lain seperti wawancara dan observasi untuk mengecek kebenaran, selain itu peneliti juga menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.

Triangulasi metode digunakan apabila informasi dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.

(Arifin 2019, 14).

8. Pedoman Penulisan Skripsi

Pedoman penulisan karya ilmiah dalam penelitian ini mengikuti aturan penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang telah di putuskan oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017 dalam penulisan bodynote dan referensi daftar pustaka menggunakan format Chicago Style 1: Bidang Ilmu Sosial (author-date system).

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi ke dalam VI BAB mengikuti pedoman penulisan yang di putuskan oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017 dengan aturan sistematika penulisan dalam penelitian kualitatif dengan rinciannya sebagai berikut:

(40)

BAB I PENDAHULUAN

Bab satu berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian sampai pada sistematika penulisan. Pada bab ini peneliti akan memberikan kerangka dari penelitian yang dilakukan.

BAB II KAJIAN TEORI

Bab dua berisi tentang pemaparan kasus yang menjadi fokus penelitian berlandasan teoritis dari berbagai ahli teori sebagai landasan penguat dalam penelitian. Peneliti akan membahas definisi Resiliensi, Anak jalanan, Rumah Singgah dan COVID-19 serta kerangka berikir dalam penetian ini.

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab tiga berisi gambaran umum dari lembaga Rumah Singgah Bina Anak pertiwi seperti Sejarah Berdirinya Rumah singgah, Visi dan Misi, Struktur Kepengurusan, Program kegiatan yang masih berjalan dimasa pandemi COVID-19 dan semua hal yang

(41)

berkaitan dengan lembaga sebagai lokasi penelitian.

BAB IV DATA DAN TEMUAN

PENELITIAN

Pada bab empat, data dan temuan penelitian di Rumah Singgah Bina Anak pertiwi akan diuraikan secara terperinci oleh peneliti.

BAB V ANALISIS DATA TEMUAN

Pada bab lima, peneliti akan melakukan pembahasan dengan menganalisis data temuan sesuai dengan fokus rumusan masalah yaitu gambaran reseliensi pada anak jalanan yang berada di Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi dalam menghadapi pandemi COVID-19.

BAB VI PENUTUP

Pada bab enam, penelitian ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang diberikan oleh peneliti yang diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak yang terlibat dalam penelitian yaitu informan anak, lembaga dan peneliti berikutnya.

(42)

28 A. Landasan Teori

1. Resiliensi

a. Definisi Resiliensi

Pada 1950-an, resiliensi pertama kali dikenalkan oleh Block sebagai sebuah ide yang diberi nama Ego Resilience. Ego Resilience didefinisikan sebagai kemampuan beradaptasi dengan mudah ketika menghadapi tekanan internal dan eksternal. Dikutip dalam kamus Oxford, resiliensi berasal dari kata bahasa Inggris ‘resilience’ artinya ‘daya lentur (elastis)’.

Maksud dari daya lentur yaitu kapasitas untuk sembuh dengan cepat dari keterpurukan (Suryadi 2020, 2).

Dalam bahasa latin, istilah resiliensi berasal dari kata ‘resilire’ yang berarti ‘melambung kembali’.

Dapat diartikan bahwa resiliensi adalah sebuah potensi ketika dihadapakan pada tekanan tetapi tetap dalam kondisi baik seperti keadaan awal sebelum terjadi tekanan. Sedangkan resiliensi menurut istilah psikologi adalah sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk pulih dengan cepat dari masalah yang menjadi kesulitan sehingga mengalami perubahan yang lebih baik (Munawaroh dan Mashudi 2018, 10).

(43)

Adapun definisi resiliensi menurut para ahli adalah sebagai berikut:

Grotberg (1995) mengartikan resiliensi sebagai kemampuan yang dimiliki individu, kelompok atau masyarakat untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan mengatasi dampak buruk dari kesulitan yang menyengsarakan (Munawaroh dan Mashudi 2018, 11).

Siebert (2005) menyatakan resiliensi adalah sebagai kemampuan seseorang dalam menghadapi perubahan hidup dengan menjaga kesehatannya dalam kondisi stress agar dapat bangkit dari keterpurukan dengan menyesuaikan cara hidupnya dengan kondisi yang ada tanpa menggunakan kekerasan (Anggara 2018, 52).

Masten dan Gewirtz (2006) menyatakan bahwa resiliensi adalah pulih dari traumatis, dapat mengatasi kegagalan dalam hidup, dan dapat menahan stress sehingga dapat kembali mengerjakan aktivitas seperti sebelum terjadi masalah (Anggara 2018, 53).

Menurut Zautra, Hall dan Murray (2010), resiliensi adalah kapasitas dalam diri individu untuk dapat bertahan dari tekanan yang dialami tanpa ada perubahan mendasar atau prinsin-prinsip dalam kehidupan sosial pada kehidupannya (Munawaroh dan Mashudi 2018, 13).

(44)

Dari berbagai pengertian resiliensi yang telah dinyatakan oleh beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa resiliensi adalah kemampuan adaptasi dan flesibilitas (kelenturan) yang dimiliki individu saat dihadapkan pada tekanan situasi sulit ataupun mengancam dan mampu kembali pada kondisi semula setelah megalami kesulitan.

b. Kemampuan Dasar Resiliensi

Menurut Reivich dan Shatte (2002) terdapat tujuh kemampuan dasar resiliensi yang terdiri dari aspek-aspek pembangun resiliensi dalam individu, Namun tidak semua individu memiliki aspek menyeluruh tersebut dengan baik. Berikut diantaranya (Nisa 2017, 44):

1. Emotion Regulation

Individu yang memiliki regulasi emosi baik akan tetap tenang meski pada kondisi yang menekan.

Reivich dan Shatte mengungkapkan bahwa individu dapat melakukan regulasi emosi jika dalam kondisi tenang dan fokus. Individu yang mampu megelola cara ini, maka dapat meredam emosi yang ada dalam dirinya sehingga dapat mengurangi stres.

2. Impulse Control

Dorongan dapat dikendalikan apabila individu memiliki kemampuan dalam mengatur kemauan, desakan dan tekanan yang ada dalam diri individu

(45)

yang muncul secara tiba-tiba. Pengendalian dorongan yang rendah menyebabkan perubahan emosi yang cepat sehingga mempengaruhi pikiran dan perilaku individu yang nantinya individu dapat melakukan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan.

3. Optimism

Salah satu ciri individu yang tangguh (resilien) adalah memiliki sikap optimis. Sikap optimis dapat dimiliki individu ketika mereka mampu melihat ke depan kearah yang lebih baik dengan percaya diri dan keyakinan kuat bahwa dalam dirinya memiliki potensi untuk mengatasi kesulitan yang terjadi kapan saja dan di mana saja.

4. Causal Analysis

Analisis penyebab masalah adalah kemampuan individu ketika melihat permasalahan yang dihadapi secara cermat sehingga menemukan penyebabnya masalah.

5. Empathy

Individu yang memiliki rasa empati tinggi cenderung akan mudah merasakan perasaan seseorang ketika dalam kondisi yang tidak baik sehingga individu yang seperti ini cenderung memiliki hubungan sosial yang positif terhadap lingkungan sekitarnya. Sedangkan individu yang

(46)

tidak memiliki rasa empati sama dengan individu yang tdak memiliki ketahan diri dimana menggeneralisasikan segala emosi dari diri orang lain.

6. Self Efficacy

Individu yang memiliki daya efikasi diri cenderung tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah karena memiliki keyakinan bahwa mereka mampu menghadapi masalah yang dialami secara efektif sehingga berhasil megatasi permasalahan yang ada.

7. Reaching Out

Adalah kemampuan individu dalam menemukan hikmah ataupun pembelajaran positif dari keterpurukan dan kesulitan yang telah terjadi dalam hidupnya. Individu yang resilien akan menganggap masalah bukan sebagai ancaman melainkan tantangan.

c. Faktor-Faktor Resiliensi

Menurut Grotberg (1999) terdapat tiga sumber pembentuk resiliensi yang disebut dengan Three Sources Of Resilience, yaitu I have, I am, dan I can.

Berikut adalah penjabaran dari ketiga aspek tersebut, antara lain (Sakwa 2020):

(47)

1. I Have

I have merupakan faktor resiliensi yang bersumber dari dukungan eksternal atau diluar dari diri individu. Dukungan eksternal dibutuhkan karena dapat membantu individu dalam mengembangkan resiliensi yang ada pada dirinya.

Sumber I have terbagi kedalam beberapa bagian pembentukan resiliensi, seperti:

a) Hubungan kepercayaan (trusting relationship), sumber ini didapat dari orang-orang terdekat yang dipercaya individu, yaitu orangtua, teman dekat atau orang-orang disekitarnya. Hubungan kepercayaan sering kali terbentuk ketika individu sudah merasa nyaman. Salah satu bentuk dukungannya seperti seseorang yang bisa individu ajak bercerita tentang masalah yang mereka hadapi dan mendorong individu agar dapat menyelesaikannya. Hal ini dapat membuat individu mandiri.

b) Rolemodel, dukungan eksternal lain juga bisa dapat berupa rolemodel yang positif yang dapat membantu individu dalam melakukan hal yang baik benar untuk dicontoh.

c) Rules (aturan), seseorang yang memberi batasan terhadap tingkah laku individu sehingga

(48)

individu mengetahui batasan yang dilakukannya boleh dan tidak boleh.

2. I Am

I am sebagai faktor resiliensi yang bersumber dalam diri individu yang berasal dari perasaan (emosi), perilaku dan keyakinan dalam diri. Ada beberapa kemampuan atau kekuatan dalam diri individu, seperti:

a) Perasaan dicintai dan disukai, yaitu individu memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya bahwa banyak orang yang mencintainya.

b) Empati, yaitu Individu mampu berempati dan menolong orang lain baik dengan tindakan maupun perkataan untuk menyelesaikan masalah.

c) Kebanggaan pada diri sendiri, yaitu Individu merasa bangga terhadap dirinya atas apa yang sudah mereka raih untuk mencapai keingginananya untuk dapat bangkit dari kesulitan.

d) Pribadi yang bertanggung jawab dan menerima konsekuen, yaitu Individu dapat melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, jika melakukan kesalahan maka individu berusaha memperbaiki

(49)

kesalahan dengan rasa tanggung jawab serta siap menerima konsekuensi yang diberikan.

e) Percaya diri dan harapan, yaitu Individu memiliki pandangan positif mengenai masalah yang terjadi dan mempercayai bahwa setiap masalah memiliki solusi. Serta memiliki harapan bahwa semua yang terjadi dapat dilalui dengan baik.

3. I Can

I can adalah kemampuan resiliensi yang berkaitan dengan hubungan antar diri (interpersonal) dan keterampilan sosial, terdiri dari:

a) Komunikasi, yaitu Individu dapat mengkomunikasi seluruh pikiran baik positif maupu negatif dan perasaan (senang, sedih, marah) kepada orang lain.

b) Memecahkan Masalah, yaitu Seseorang mampu melihat masalah dari seluruh sisi, mengerti permasalahan, mengetahui sebab dari masalah yang dihadapi dan individu mampu bertahan dari masalah sampai masalah tersebut dapat teratasi dengan baik.

c) Mengelola Perasaan dan Impul-Impuls, yaitu Setiap individu mampu merasakan hal yang tersimpan di dalam hati yang nantinya akan diungkapkan melalui tindakan maupun

(50)

perkataan. Individu yang dapat mengelola perasaannya dengan baik mampu untuk mengatur pikiran negatifnya agar tindakan dan perkataannya baik untuk dirinya dan orang lain.

d) Mengelola dan mengukur dan temperamen pada diri sendiri ataupun orang lain. Temperamen adalah sifat mengenai perasaan (emosi), setiap individu memiliki kekuatan untuk memahami temperamennya sendiri, seperti mengendalikan aktivitas, menekan respon yang tidak sesuai, dan kepekaan terhadap sesuatu yang menyenangkan atau merugikan.

Oleh karena itu, hal ini diperlukan untuk membantunya mengendalikan perilaku ketika masalah terjadi, menekan respon yang muncul dalam dirinya ketika mulai terjadi stress akibat dari masalah yang dihadapi dan bagaimana cara individu dapat menangani berbagai situasi yang terjadi pada dirinya maupun orang lain.

e) Menjalin hubungan yang saling mempercayai.

Individu dapat menjalin hubungan dengan orangtua, rekan sebaya, pengasuh maupun orang dewasa lainnya untuk menceritakan mengenai perasaannya, mencari tahu cara untuk keluar dari permasalahan dengan cara

(51)

mendiskusikannya pada orang yang dipercaya dan mampu mengatasi masalah.

d. Manfaat Resiliensi

Menurut Reivich dan Shatte (2002) bahwa individu yang memiliki resiliensi akan memperoleh empat manfaat dasar, diantaranya adalah Overcoming, Steering trought, Bouncing back, dan Reaching Out, berikut penjelasannya (Suryadi 2020, 5):

Overcoming dapat diartikan sebagai keadaan dimana individu mampu mengatasi dan menghindari kesulitan yang berakhir pada hal yang tidak diinginkan.

Hal ini dilakukan dengan mengubah cara pandang individu terhadap suatu permasalahan ke arah yang lebih positif dengan meningkatkan kemampuan diri untuk tetap bahagia dan produktif dibawah tekanan hidup.

Steering trought dapat diartikan sebagai individu yang berada dalam posisi untuk mengatur dirinya sendiri dalam menangani masalah tanpa merasa terbebani karena adanya keyakinan dalam diri bahwa mampu memecahkan masalah yang ada.

Bouncing back dapat diartikan sebagai individu yang mampu mengendalikan diri dalam mengatasi kesulitan sehingga mampu kembali menjalani kehidupan dengan normal. Individu dikatakan resilien apabila tidak menyerah (bouncing out) dengan cara

(52)

melakukan tindakan melalui kualitas hubungan individu dengan orang lain dengan penuh keyakinan bahwa dapat mengendalikan hasil dari kehidupan mereka.

Reaching Out dapat diartikan sebagai proses individu dalam menemukan tujuan hidup yang lebih baik sehingga diperoleh suatu pembelajaran dan pengalaman baru dalam hidup yang lebih bermakna.

2. Anak Jalanan

a. Definisi Anak Jalanan

Menurut Bambang Sugestiyadi (1993), pertama kali anak jalanan diperkenalkan di Amerika Serikat (AS) dengan istilah “Meninos de Ruas” dalam bukunya yang berarti anak sudah tidak memiliki keluarga dan memilih hidup di jalan. Di negara lain, istilah bagi anak jalanan dengan berbagai variasi, seperti di Kolombia yang menyebut anak jalanan sebagai “Gamin”

(melarat), di Rio de Jenairo menyebut “Marginais”

(kriminal atau marginal), di Honduras menyebut

“Resistoleros” (perampok kecil), di Vietnam menyebut

“Bui Doi” (anak dekil), di Rwanda menyebut

“Saligoman” (anak menjijikan), di Kamerun menyebut

“Poussing” (anak ayam), dan di Zaire dan Kongo menyebutnya “Balados” yang berarti (pengembara) (Astri 2014, 146).

(53)

Melihat penyebutan istilah anak jalanan diberbagai negara, ini mencerminkan secara tidak langsung posisi anak jalanan dalam aspek kehidupan masyarakat yang terpinggirkan.

Berikut adalah beberapa definisi anak jalanan, antara lain:

UNICEF mendefinisikan anak jalanan “Street children are those who have left their homes, schools and immediate communities before they are sixteen years old, and have drifted into a nomadic street life”

(anak jalanan adalah anak yang berumur dibawah 16 tahun yang telah meninggalkan rumah (keluarga), bangku sekolah, komunitas dan terbawa dalam kehidupan jalanan yang berpindah-pindah) (UNICEF 2020).

Departemen Sosial (2001), anak jalanan merupakan anak yang dua puluh empat jam penuh waktunya dihabiskan di jalanan demi mencari nafkah guna membiayai kehidupannya sehari-hari (Jamaludin 2017, 286).

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan anak jalanan sebagai anak yang seluruh waktunya dihabisi untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti bekerja, bermain serta melakukan aktivitas dijalan lainnya (Wibowo 2018).

(54)

Dari definisi tersebut, pada dasarnya pengertian anak jalanan adalah sama. Anak jalanan adalah seorang atau kelompok anak berumur dibawah 16 tahun yang menghabiskan sebagian atau dua puluh empat jam penuh ditempat keramaian seperti jalan, pertokoan, terminal, stasiun, maupun pasar, baik untuk mencari nafkah atau sekedar berseliweran di jalanan.

b. Kategori Anak Jalanan

Kategori anak jalanan berdasarkan hubungan dengan keluarganya menurut Tata Sudrajat (2004) dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (Astri 2014, 147):

1. Children the street, adalah kategori yang diperuntukan bagi anak-anak yang tinggal atau bertahan hidup di jalan, tidak bersekolah dan tidak memiliki orangtua dan biasanya sudah putus hubungan dengan keluarganya. Kelompok anak ini biasanya tinggal di terminal, emperan toko, kolong jembatan, stasiun atau pasar.

2. Children on the street, adalah anak-anak yang bekerja di jalan untuk memenuhi perekonomian keluarga dan masih mempertahankan hubungan dengan keluarganya dengan pulang kerumah secara periodik ataupun tidak rutin.

3. Vulnerable to be street children, adalah anak-anak yang masih atau telah putus sekolah. Kelompok anak ini tergolong rentan menjadi anak jalanan.

(55)

Sedangkan menurut Yayasan Kesejahteraan Indonesia (1999), terdapat empat kelompok anak jalanan, yaitu (Fatonah 2009, 7):

1. Anak yang tidak lagi berhubungan dengan orang tua Dimana hubungan antara anak dan orangtua telah terputus dan biasanya anak-anak ini bertahan di jalan dengan menggunakan fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya selama 24 jam penuh. Kelompok anak yang berada di jalan sedikit banyak disebabkan oleh faktor psikis dalam keluarga seperti tidak diperhatikan, penganiayaan (kekerasan), dan perceraian orang tua yang menyebabkan anak menjadi korban. Umumnya mereka tidak ingin kembali pulang kerumah karena merasa nyaman di jalan dan mendapat teman yang sefrekuensi sehingga membentuk ikatan pada diri mereka.

2. Anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua

Mereka adalah anak-anak yang bekerja di jalan dan sering diidentikan sebagai pekerja migran perkotaan yang pulang ke rumah dengan tidak pasti ke keluarga mereka. Mereka bekerja dari dini hari hingga petang dengan melakukan pekerjaan sebagai pengamen, kuli, berdagang asongan, dan menyemir sepatu dengan tinggal di lingkungan

(56)

jauh dari kata layak serta kumuh bersama anak- anak lainnya yang juga melakukan hal yang sama.

3. Anak yang berhubungan teratur dengan orang tua Anak-anak yang masih hidup bersama dengan orang tua sebelum atau sesudah mereka dijalan. Yang mendorong anak-anak ini berada dijalan adalah mengikuti teman, hidup bebas, membantu orang tua yang kesulitan ekonomi atau bahkan di eksploitasi oleh orang tuanya sendiri.

Dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh anak- anak di jalan yang paling umum ditemui adalah ketika mereka menjual cetakan koran.

4. Anak jalanan yang berusia diatas 16 tahun

Anak ini sedang dalam perjalanan mencari pekerjaan setelah lulus SD dan SMP. Anak ini adalah kaum urban yang mengikuti orang tua atau saudara mereka ke kota dengan harapan dapat meningkatkan taraf hidup. Namun, kehidupan di kota sangat keras sehingga menyebabkan mereka hanya dapat bekerja sebagai kuli panggul, pengamen, pengemis, pedangang asongan dan pekerjaan lain yang tidak memerlukan keahlian khusus.

c. Karakteristik Anak Jalanan

Anak jalanan mudah untuk dikenali ketika pertama kali melihat mereka baik secara fisik maupun

(57)

psikis. Adapun menurut Dinas Sosial (2017) karakterisitik anak jalanan pada ciri fisik dan psikis, diantaranya (Khoirin, Purnawan, dan Anggraini 2021, 143):

Pada anak jalanan ciri fisik yang terlihat, yaitu warna kulit hitam kusam, rambut merah kepirangan karena sering terpapar sinar matahari secara terus menerus di jalanan, berbadan kurus dan berpakaian lusuh serta kotor.

Sedangkan ciri psikis pada anak jalanan yang dapa dikenali, yakni mobilitas tinggi, penuh waspada, mudah tersulut emosi, berpikir pendek, berani dalam mengambil resiko atas tindakan yang membahayakan diri, kreatif, mandiri dan berwatak keras.

Seseorang dapat dikatan sebagai anak jalanan apabila memiliki indikasi sebagai berikut (Khoirin, Purnawan, dan Anggraini 2021, 144):

1) Usia dibawah <18 tahun.

2) Orientasi hubungan dengan keluarga hanya sekedarnya saja, yaitu komunikasi tidak berjalan baik karena tidak adanya komunikasi atau peretemuan dengan keluarga, masih memiliki kontak sosial yang teratur, dan masih ada komunikasi dengan keluarga meskipun tidak sering.

(58)

3) Orientasi waktu hanya memiliki masa kini tidak ada masa mendatang, karena mereka tidak memikirkan masa depan hanya memikirkan pada saat ini bisa makan atau tidak.

4) Orientasi tempat tinggal tidak menetap (berpindah- pindah) karena biasanya mereka menempati rumah bedeng yang berdiri diatas tanah yang bukan milik sendiri.

5) Orientasi berkumpul adalah tempat-tempat kumuh, kotor dan banyak orang berlalu lalang seperti di terminal, stasiun, pasar, perempatan lampu merah dan tempat ramai lainnya.

6) Orientasi aktivitas pekerjaan hanya pada kemudahan mendapatkan uang tanpa adanya keahlian khusus yang mendukung seperti pengamen, pengemis, pemulung, dan berjualan koran untuk melanjutkan hidup.

d. Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan Salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya anak jalanan di Negara Indonesia adalah masalah kemiskinan (ekonomi). Faktor ini pertama kali muncul karena krisis ekonomi di tahun 1998. Dampak krisis ekonomi berkaitan erta dengan jumlah anak jalanan yang mengalami peningkatan di kota-kota besar hingga saat ini. Abu Huraerah (2006) menyebutkan

(59)

beberapa penyebab yang mendukung maraknya aktivitas anak jalanan, yaitu (Astri 2014, 148):

a) Anak didorong oleh orang tua untuk mencari uang di jalan untuk membantu perekonomian keluarga demi menyambung hidup

b) Kasus penganiayaan anak dan pola asuh orang tua yang tidak sesuai membuat anak melampiaskan diri ke jalan

c) Anak putus sekolah karena orang tua tidak memiliki cukup uang untuk membayar uang sekolah

d) Peningkatan biaya kontrak rumah sehingga membuat orangtua terpaksa membawa anak hidup di jalan

e) Para oknum-oknum tidak bertanggung jawab di jalan dengan mudah melakukan eksploitasi anak

Selain faktor internal dan eksternal yang telah dipaparkan oleh Abu Huraerah menjadi faktor kuat pendorong anak turun ke jalan, Surjana dalam Adriyani Mustika (2012) juga mengungkapkan tiga faktor lain yang menyebabkan anak turun ke jalan, yaitu (Astri 2014, 149):

1. Tingkat Makro (basic causes), adalah aspek yang berkaitan antara anak dan orangtua (keluarga).

Pada tingkat ini sebab anak lari dari keluarga adalah ketidakmampuan orang tua menyediakan

(60)

kebutuhan dasar, kurangnya kasih sayang orang, perlakuan orangtua yang salah pada pola asuh sehingga anak mendapatkan kekerasan di rumah (child abuse) seperti memukul, menampar, menganiaya. Jika sudah melewati batas toleransi anak, anak melampiaskan diri keluar dari rumah dan memilih hidup di jalan sebagai pemberontakan dalam dirinya.

2. Tingkat Mezzo (underlying causes), adalah aspek yang berkaitan dengan lingkungan ataupun masyarakat. Teridentifikasi didapat sebab-sebab yaitu stigma negatif yang diberikan masyarakat bahwa anak jalanan sebagai calon kriminal dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada anak jalanan, padahal apapun yang terjadi anak jalanan tetaplah seorang anak yang memiliki kebutuhan dasar yang tidak boleh terabaikan. Kebutuhan dasar anak jalanan yang belum terpenuhi hingga sekarang adalah kebutuhan lingkungan yang sehat, kebutuhan memperoleh pendidikan, kebutuhan mengembangkan kemampuan sosial, mental dan spiritual, dan kebutuhan untuk memperoleh hak sipil guna memperoleh hak-hak nya sebagai anak.

3. Tingkat Mikro (immediate causes), adalah aspek yang berkaitan dengan aspek infromal yaitu ekonomi. aspek ini di pertimbangan karena anak

(61)

yang berada di jalan mempunyai latar belakang bermacam-macam sebelum menjadi anak jalanan sehingga sering disebut sebagai anak seribu masalah.

3. Rumah singgah

a. Definisi Rumah Singgah

Departeman Sosial Republik Indonesia (1997) menjalin mitra kerja dengan UNDP (United Nation United Programe) dalam proyek INS/94/007 pembangunan Rumah Singgah yang pada saat itu belum banyak disorot oleh banyak pihak. Namun setelah adanya isu anak jalanan yang meningkat pesat akibat dari krisis ekonomi pada tahun 1998, proyek ini menarik perhatian banyak pihak khususnya Pemerintah yang kemudian mendorongnya untuk membuat tempat penampungan khusus bagi anak jalanan melalui Rumah Singgah. Rumah singgah merupakan salah satu upaya pelayanan kesejateraan sosial terhadap anak jalanan yang dilandasi oleh UUD 1945 pasal 34 “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”

(Putra, Hasanah, dan Nuriyah 2017, 58)

Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), secara terminologi Rumah singgah terdiri dari dua kata yakni “rumah dan singgah”. Rumah artinya bangunan tempat tinggal dan singgah yakni berhenti sebentar di

Gambar

Tabel 1. 1 Pedoman Wawancara ......................................... 18  Tabel 1. 2 Tabel Informan Penelitian .................................
Gambar 3. 1 Denah lokasi Rumah Singgah ......................... 72
Tabel 3. 1 Struktur Organisasi Rumah Singgah Bina  Anak Pertiwi Periode 2013-2021
Gambar 3. 1 Denah lokasi Rumah Singgah Jenis Kelamin Usia Children the  street Children on the street  Vulnerable to be street children  Jumlah Lk 4-18 tahun 11 anak 47 Anak 32 anak 90 Anak Pr
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang perilaku anak jalanan dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) perilaku seksual anak jalanan di RSB Diponegoro, dan 2) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual anak jalanan di RSB

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU MEREKA ” BELUM

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU MEREKA ” BELUM

Tujuan dari landasan konseptual perencanaan dan perancangan Rumah Singgah Anak Jalanan dengan pendekatan Bioklimatik di Daerah Yogyakarta tercantum dalam rumusan

Penelitian ini berjudul Fenomena Komunikasi Anak Jalanan di Pasar 45 Kota Manado, dengan tujuan untuk mengetahui fenomena komunikasi anak jalanan di Pasar 45 Kota Manado

Permasalahan anak jalanan merupakan masalah yang sudah menjadi permasalahan di setiap kota, terutama kota-kota besar seperti Surabaya. Permasalahan yang hadir sebenarnya

Rata-rata gambaran resiliensi mahasiswa di kota Palembang berada pada pada kategori sedang artinya mahasiswa masih gelisah dalam menghadapi masalah-masalah selama melakukan proses