• Tidak ada hasil yang ditemukan

LPI DAN PSSI DALAM TEKS BERITA KOMPAS DAN JAWA POS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LPI DAN PSSI DALAM TEKS BERITA KOMPAS DAN JAWA POS"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

LPI DAN PSSI DALAM TEKS BERITA KOMPAS DAN JAWA POS

[Studi Analisis Isi Kuantitatif Tentang Dukungan Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos terhadap LPI (Liga Primer Indonesia) dan PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia)

Periode 1 Desember 2010- 31 Januari 2011]

Oleh:

Putri Arini Fachriati D1208608

Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Universitas Sebelas Maret

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user BAB I

PENDAHULAN A. Latar Belakang

Masih terasa hangat dan semangatnya masyarakat pecinta sepak bola di tanah air yang begitu semaraknya mendukung tim nasional Indonesia, terutama sejak menunjukan prestasi lumayan berkilau dan mencapai final pada turnamen Piala AFF 2010. Sementara disisi lain, beberapa pihak terus menyoroti kinerja Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) yang dianggap hanya bisa menghabiskan uang rakyat, ditambah ketidakmampuan memberikan prestasi membanggakan.

Selama dua periode kepemimpinan Nurdin Halid yang akan berakhir tahun 2011 ini, Timnas Indonesia mengalami kemerosotan prestasi.

Perubahan keadaan sempat muncul ketika banyak pihak, termasuk suporter sepak bola, berharap Kongres Sepak Bola Nasional (KSN) di Malang, Maret 2010, akan menjadi momentum kebangkitan sepak bola Indonesia, sekaligus mereformasi PSSI sebagai induk organisasi yang menaunginya.

Buruknya prestasi Timnas, membuat pecinta sepak bola menginginkan sang ketua umum mundur dari jabatanya, sekaligus sebagai bentuk pertanggung jawaban atas kinerja PSSI yang jauh dari harapan. Bahkan sejumlah pihak sangat menyayangkan salah satu rekomendasi tentang pembentukan Dewan Sepak Bola telah dicabut.

Sementara itu karena ketidakpuasan kinerja PSSI dalam Liga Super Indonesia akhirnya muncul deklarasi berdirinya Liga Primer Indonesia. Deklarasi ini diadakan pada tanggal 24 Oktober 2010 di Kota Semarang. Kompetisi ini

(5)

commit to user 2

digagas oleh Gerakan Reformasi Sepak Bola Nasional Indonesia (GRSNI) dan pengusaha Arifin Panigoro dan sudah mulai bergulir sejak awal Januari 2010 dan melibatkan 19 klub dari Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Papua. Beberapa klub lain diantaranya berasal dari Liga Super Indonesia (LSI) yang diakui PSSI, kini masih dalam proses verifikasi yang akan menggenapi jumlah 20 klub di LPI.

PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) adalah wadah pertandingan – pertandingan di Indonesia yang diselenggarakan oleh pihak perkumpulan atau klub sepak bola, pengurus cabang, pengurus daerah yang dituangkan dalam kalender kegiatan tahunan PSSI sesuai dengan program yang disusun oleh PSSI. Pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak ketiga yang mendapat izin dari PSSI. Pertandingan dalam rangka Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan Pekan Olah Raga Nasional (PON). Pertandingan–

pertandingan lainnya yang mengikutsertakan peserta dari luar negeri atau atas undangan dari luar negeri dengan ijin PSSI.

Kepengurusan PSSI sampai di tingkat daerah-daerah di seluruh Indonesia. Lebih dari itu PSSI tahun 1953 memantapkan posisinya sebagai organisasi yang berbadan hukum dengan mendaftarkan ke Departement Kehakiman dan mendapat pengesahan melalui SKep Menkeh R.I No. J.A.5/11/6, tanggal 2 Februari 1953, tambahan berita Negara R.I tanggal 3 Maret 1953, no 18.

Berarti PSSI adalah satu – satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam berita Negara sejak 8 tahun setelah Indonesia merdeka.

Sedangkan Liga Primer Indonesia adalah kompetisi sepak bola antar klub profesional di Indonesia yang diselenggarakan sejak 2011. LPI diselenggarakan

(6)

commit to user 3

oleh PT Liga Primer Indonesia yang dimotori oleh pengusaha Arifin Panigoro.

LPI tidak berafiliasi dengan PSSI, sehingga menjadi ajang tandingan terhadap Liga Super Indonesia yang diselenggarakan oleh PSSI.

LPI menggunakan format kompetisi penuh. Setiap tim akan menghadapi tim lawan yang sama sebanyak 2 kali dalam 1 musim melalui pertandingan kandang dan tandang. Pemenang akan ditentukan dari jumlah poin paling banyak selama 36 pertandingan.

Karena tidak direstui PSSI, LPI menghadapi berbagai kontroversi terkait rencana penyelenggaraannya, diantaranya dasar hukum, ancaman PSSI terhadap klub, pemain, pelatih, dan perangkat pertandingan, serta perizinan Polri. PSSI menganggap penyelenggaran LPI ilegal karena tidak memiliki izin dari asosiasi sepakbola tersebut. Akan tetapi pihak LPI menyatakan bahwa penyelenggaraan LPI tidak melanggar hukum karena sesuai dengan rekomendasi Kongres Sepak Bola Nasional yang dilaksanakan di Malang pada Maret 2010.Konsorsium LPI juga menyatakan sudah beberapa kali mencoba berkoordinasi dan meminta izin kepada PSSI, namun PSSI bersikap menutup diri terhadap penyelenggaraan LPI.

PSSI memaparkan secara panjang lebar alasan mengapa LPI melawan hukum, namun tidak pernah menjelaskan alasan mengapa mereka tidak merestui LPI, kecuali menyebut LPI sebagai "kompetisi ecek-ecek", "tarkam", dan "banci."LPI akhirnya mendapatkan izin dari pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng.

Selain itu PSSI juga mengancam menghukum semua pemain dan klub serta perangkat pertandingan yang mengikuti LPI ini. Beberapa ancaman yang dilontarkan PSSI adalah klub Liga Super Indonesia yang terlibat LPI akan

(7)

commit to user 4

didegradasi ke divisi satu. dan diminta mengembalikan aset-aset PSSI, pemain yang terlibat dalam LPI juga diancam tidak dapat memperkuat Timnas. Tidak cukup dengan klub dan pemain, pelatih klub-klub LPI diancam dicabut lisensinya.

Selain itu, PSSI juga mengancam wasit yang terlibat dalam penyelenggaraan LPI dengan sanksi FIFA dan pencabutan lisensi.1 Meski PSSI mengeluarkan ancaman tersebut, Badan Tim Nasional tetap memanggil beberapa pemain dari klub-klub anggota LPI untuk seleksi timnas U-23 yang disiapkan untuk Sea Games 2011 dan kualifikasi Olimpiade 2012.2

Konflik dalam dunia sepak bola Indonesia ini akhirnya mendapat perhatian dari banyak pihak. Salah satu media yang memberitakan konflik antara LPI dengan PSSI adalah surat kabar. Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan-laporan yang terjadi di masyarakat, dengan cirri-ciri terbit secara periodik, umum, isinya termassa, aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja sumbernya yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak pembaca.3

Meskipun kini sudah ada media massa modern yaitu media elektronik, baik itu televisi, radio, bahkan internet, namun peran surat kabar tidak tergantikan oleh munculnya media elektronik tersebut. Hal ini terjadi karena surat kabar memiliki keunggulan; dapat dipelajari secara berulang-ulang untuk memperoleh pengertian yang lebih baik dari isi media tersebut, dapat didokumentasikan/

disimpan dan sewaktu-waktu dapat dibaca kembali, dan tidak terikat oleh waktu.4

1 PSSI Cabut Lisensi 8 Pelatih Klub Liga Primer, Vivanews, 4 Januari 2011. Diakses pada 7 Januari 2011.

2 PSSI Panggil 84 Pemain U-23, Ada Kim & Irfan", Vivanews, 4 Januari 2011.

3 Onong U, Effendy, Komunikasi dan Modernisasi, Alumni, Bandung, 1981.

4 Riyono Pratikno, Lingkaran-lingkaran Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1982. Hal:253

(8)

commit to user 5

Isi materi muatan surat kabar terdiri dari berbagai hal yang dapat dikategorikan dalam berbagai bentuk yaitu: berita, berita mengandung opini, komik/kartun, fiksi, iklan, foto-foto berita, gambar/ilustrasi.

Dari sekian banyak jenis isi materi muatan surat kabar tersebut, yang paling banyak porsinya adalah berita. Hal ini sesuai dengan salah satu fungi pers yaitu fungsi pengawasan lingkungan (surveillance of environment). Dalam menjalani fungsi ini, surat kabar menyajikan informasi-informasi terbaru tentang berbagai kejadian yang terjadi di mana informasi tersebut dibutuhkan oleh khalayak.

Fenomena pemberitaan LPI dan PSSI untuk mendapatkan dukungan publik dan klub untuk bergabung berkompetisi sebenarnya berjalan lancar dan sehat buat perkembangan sepakbola Indonesia yang profesional, berkualitas, dan bebas dari intrik-intrik kotor di luar lapangan. Persoalannya, persaingan itu justru terkesan mengarah ke jalur perseturuan antara PSSI pimpinan Nurdin Halid dan LPI beserta klub-klub dan para pendukung mereka yang tidak bisa dianggap remeh.5 Dan hal ini menjadi persoalan yang menarik untuk di beritakan media.

Namun masing-masing surat kabar tentunya memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menilai dan menginformasikan suatu berita. Tergantung dari dari kebijakan redaksional masing-masing surat kabar. Sebagaimana pernah diungkapkan oleh Jakob Oetama bahwa pada dasarnya kebijakan media massa itu

5 Basyari, Nurcholish MA. LPI-PSSI Bertarung, Garuda Mati di Tengah, Inilah.com, 26 Januari 2010

(9)

commit to user 6

dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu kepentingan pembaca dan sikap dasar surat kabar yang bersangkutan.6

Untuk itulah maka penting untuk mengetahui bagaimana isi pemberitaan tentang LPI dan PSSI pada pers nasional. Dalam hal ini pers nasional yang akan digunakan sebagai objek penelitian adalah kolom berita pada surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos. Hal ini dengan pertimbangan surat kabar tersebut adalah harian nasional yang memiliki pangsa pasar yang besar. Alasan pemilihan kedua media cetak tersebut adalah media yang mewakili tingkat lokal, dan nasional.

Masa edar media cetak tersebut yaitu harian.

Walaupun harian nasional, Kompas dan Jawa Pos juga menyuguhkan segala peristiwa yang terjadi di daerah, melalui rubrik tambahan yang bersifat lokal. Selain itu Kompas dan Jawa Pos menjadi salah satu harian dengan oplah terbesar di Indonesia. Kompas dan Jawa Pos memiliki pembaca yang tersebar di seluruh Indonesia.

Redaksi Kompas dan Jawa Pos melihat permasalahan antara LPI dan PSSI sebagai sesuatu yang layak diangkat menjadi berita untuk memenuhi kebutuhan publik akan informasi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis terdorong untuk meneliti perbedaan berita-berita tentang LPI dan PSSI yang diterbitkan oleh surat kabar harian Kompas Jawa Pos dengan menggunakan metode content analysis atau analisis isi. Penulis membahas tentang “Studi Analisis Isi Kuantitatif Tentang Dukungan Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos terhadap LPI (Liga Primer

6 Oetama, Jakob. Pers Indonesia, Berkomunikasi Dalam Masyarakat Tidak Tulus, Penerbit buku Kompas, Jakarta, 2001. Hal:295

(10)

commit to user 7

Indonesia) dan PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) Periode 1 Desember 2010- 31 Januari 2011]”

Penulis membatasi pemberitaan pada periode 1 Desmber 2010- Januari 2011 karena pada periode tersebut hampir semua media massa nasional memberitakan tentang LPI dan PSSI. Selain itu juga mendekati hari pembukaan Liga Primer Indonesia yang diadakan pada tanggal 8 Januari 2011.

Penulis juga berharap, skripsi ini dapat memberikan pandangan dan penjelasan yang obyektif tentang masalah diatas. Skripsi ini dapat memberikan wacana tentang perbandingan pemberitaan tentang LPI dan PSSI menurut Harian Kompas dan Jawa Pos sehingga pembaca dapat bertidak bijaksana dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan pokok penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ü Apakah ada perbedaan diantara dua surat kabar Kompas dan Jawa Pos dalam memihak dua wadah persepakbolaan di Indonesia, diantara PSSI sebagai badan yang paling besar dalam melingkupi klub-klub sepak bola Indonesia, dan LPI sebagai wadah baru persepakbolaan Indonesia yang melingkupi klub-klub sepakbola di tanah air?

(11)

commit to user 8

C. Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pemberitaan tentang LPI dan PSSI menurut Harian Kompas dan Jawa Pos.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Manfaat teoritis

Menambah perbendaharaan penelitian di Ilmu Komunikasi khususnya analisis isi.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis yang akan diperoleh adalah sebagai berikut :

a. Memberi masukan kepada media yang bersangkutan tentang pemberitaan tentang LPI

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan referensi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan dan bisa mendapatkan dasar teoritis yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian lebih lanjut tentang isi pesan media massa.

(12)

commit to user 9

E. Landasan Teori

Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi massa. Menurut DeFleur dan Dennis dalam bukunya “Understanding Mass Communication”

(1985), bahwa komunikasi massa adalah:

“suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara”.(Sendjaya, 1993; dalam Sofiah 2001:32)7

Definisi ini memberikan gambaran tentang bagaimana sumber informasi (media massa) mengemas dan menyajikan isi pesan. Dengan cara dan gaya tertentu menciptakan makna terhadap suatu peristiwa, sehingga mempengaruhi khalayak.

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir seiring dengan perkembangan teknologi, berupa peralatan mekanis untuk melipatgandakan pesan. Melalui bantuan media massa, pesan-pesan komunikasi dapat tersampaikan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak luas. gerder berpendapat bahwa komunikasi massa adalah proses produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.8

7 Nor Astrid Aprillia, Trend Mode dalam Majalah Remaja: Analisa Isi Trend Mode Majalah Gadis Edisi 1-2 Terbit pada Bulan Januari-April 2004, Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Yogyakarta, 2005. Hal:25

8 Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1996.

Hal:188

(13)

commit to user 10

Media massa elektronik dan cetak sebagai saluran penyampaian pesan komunikasi biasa disebut sebagai pers. Semantara dalam arti sempit pers sering identik dengan media massa cetak atau penerbitan. Pers atau media massa sering disebut sebagai lembaga sosial. Dalam UU no. 40 tahun 1999 tentang pers, istilah ini juga digunakan.

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.9

Media pers lebih dikenal dengan media persuratkabaran atau Koran, majalah dan bentuk-bentuk media cetak lainnya. Media pers lebih tepat disebut media cetak, sebab pesan dikomunikasikan melalui bentuk tulisan atau cetakan dan komunikan menerima dengan membacanya.

Surat kabar merupakan salah satu bentuk media cetak. Surat kabar yaitu kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas plano, terbit secara teratur, bisa setiap hari atau seminggu sekali.10

Telah disepakati di awal bahwa pers merupakan sarana yang menyiarkan produk jurnalistik. Fungsi pers berarti fungsi jurnalistik. Pada jaman modern ini, jurnalistik tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsinya, bukan lagi menyiarkan informasi, melainkan

9 Yustisia, Seri Pustaka. Hukum Jurnalistik, Pustaka Widyatama, Yogyakarta, 2005, hal.8

10 Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers, PT. Remaja Rosdakaraya, Bandung, 2004. Hal:11

(14)

commit to user 11

juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi khalayak melakukan kegiatan tertentu. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:11

a. Fungsi Menyiarkan informasi

Menyiarkan informasi adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini: mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran oaring lain, apa yang dilakukan orang lain, dan lain sebagainya.

b. Fungsi Mendidik

Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar, memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implicit dalam bentuk cerita, dapat juga eksplisit dalam bentuk berita, dapat juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.

c. Fungsi Menghibur

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat dalam surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan dapat berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, teka-teki silang dan banyak lainnya. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan, semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikran setelah para pembaca disajikan berita dan artikel yang berat-berat.

d. Fungsi Mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi, menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar secara implisit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.

Menurut Mitchell V.Charnley, mempunyai definisi tersendiri mengenai berita, “News”, katanya, “is the timely report of facts or opinion that hold interest

11 Yustisia, Seri Pustaka. Op.Cit. hal.93-94

(15)

commit to user 12

or importance, or both, for a considerable number of people”12( Berita adalah laporan aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik atau penting, atau keduanya, bagi sejumlah besar orang)

Dikarenakan berita dikonsumsi oleh massa maka berita yang ditanyangkan haruslah memiliki nilai berita, maka berita mempunyai kriteria atau unsur-unsur nilai berita. Secara umum, kejadian yang dianggap memenuhi nilai berita adalah yang mempunyai beberapa unsur di bawah ini:13

a. Significance (penting), yaitu kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca.

b. Magnitude (besar), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak atau kejadian yang bila dijumlahkan dalam angka dapat menarik bagi pembaca.

c. Timeliness (waktu), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru terjadi, atau baru dikemukakan.

d. Proximity (kedekatan), yaitu kejadian yang dekat bagi pembaca.

Kedekatan ini bersifat geografis maupun emosional.

e. Prominence (tenar), yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca seperti orang, benda atau tempat.

f. Human Interest (manusiawi), yaitu kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian itu yang menyangkut orang biasa dalam situasi atau orang besar dalam situasi biasa.

Berikut ini adalah unsur-unsur yang terkandung dalam human interest14: Ketegangan (Suspense), Keanehan/Ketidaklaziman (Unusualness), Minat pribadi (Personal Interest), Konflik (Conflict), Simpati (Sympathy), Seks (Sex), Usia (age), Binatang (Animals), Humor (Humor).

12 Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik, Teori & Praktek, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, Hal.39

13 Siregardkk, Ashadi. Bagaimana Meliput Berita Untuk Media Massa, LP3Y, Yogyakarta, 1998, hal 27-28

14 Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Op.cit, hal: 64-65

(16)

commit to user 13

Dja’far Assegaf mengartikan berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termasa dan dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang kemudian dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa; karena penting atau akibatnya; karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.15

Hall, dalam Muhibbin menyatakan media massa yang pada dasarnya tidak mereproduksi, melainkan menentukan realitas melalui pemakaian kata-kata yang terpilih untuk keperluan itu. Media meruapakan agen konstruksi pesan yang mencerminkan bagaimana seseorang atau kelompok mempunyai konstruksi dan pemaknaan yang berbeda. Media adalah subyek yang mengkonstruksi realitas.

Media merupakan agen yang membuat tanda (signifiying agents) sehingga pesan yang disampaikan oleh media menjadi seolah-olah merupakan hal yang wajar.

Rakhmat, dalam Muhibbin menyatakan bahwa media massa itu menampilkan realitas, tetapi realitas itu diseleksi atau seleksi tangan kedua.

Sehingga khalayak tidak dapat mengelak, apakah realitas itu betul atau salah.

Asch, (Rakhmat; dalam Muhibbin, 2003:12) mengatakan bahwa:

Tidak akan ada teori sikap atau aksi sosial yang tidak disadarkan pada penyelidikan tentang dasar-dasar kognitifnya. Secara singkat ditentukan oleh sumber informasi. Diantara sumber informasi yang paling penting adalam kehidupan modern ialah media massa. Media massa tidak megubah sikap secara langsung.

Penelitian sebelumnya oleh Jane Johsnton dan Susan Forde dengan judul The Silent Partner: News Agencies and 21st Century News mendapati bahwa

15 Ibid, Hal.47

(17)

commit to user 14

news is usually not at all “surprising or new” but is, in fact, driven by consumers’

desires. (berita bisasanya tidak selalu ”mengejutkan atau baru” namun pada kenyataannya didorong oleh keinginan konsumen atau pembaca)16. Ini menunjukkan bahwa berita yang muncul di media sebenarnya dapat di prediksi terlebih dahulu, dan tidak selalu berasal dari peristiwa yang baru muncul.

Berdasarkan jenis dan wilayah sirkulasi, segmentasi dan pangsa pasar, pers dapat dikalsifikasikan ke dalam lima kelompok, antara lain17:

a. Pers Komunitas

Pers komunitas memiliki jangkauan wilayh sirkulasi yang sangat terbatas. Biasanya hanya mencakup satu atau beberapa desa dalam satu kecamatan. Kebijakan pemberitaan pers komunitas lebih banyak diarahkan untuk mengangkat berbagai poetnsi dan masalah actual di desa atau kecamatan setempat. Fungsi lebih banyak dikambangkan pada pers komunitas lebih banyak dikambangkan pada pers komunitas adalah penyebarluasan informasi dan edukasi.

b. Pers Lokal

Pers lokal hanya beredar di sebuah kota dan sekitarnya.

Kebijaksanaan redaksional pers lokal lebih bertumpu pada pengembangan deimansi kedakatan geografis dan kedekatan psikologis (proximity) dalam segala dimansi dan implikasinya.

c. Pers Regional

Pers regional berkedudukan di ibu kota provinsi. Wilayah sirkulasinya meliputi seluruh kota yang terdapat dalam provinsi tersebut. Dalam situasi normal, kebijakan redaksional pers regiaonal tidak jauh berbeda dengan pers lokal. Motivasi dan ambisi pers regional adalag tetap selamanya menjadi raja di wilayah suatu provinsi. Ini berarti, persregional masih tetap tidak akan beranjak dari teori proximity dengan cara membangun dan mengembangkan kedekatan geografis dan kedekatan sosiokultural dengan khalayak serta kultur daerahnya. Muncul fenomena menarik ketika grup-grup pers regional menerbitkan pers-pers

16 Johnston, Jane and Susan Forde, The Silent Partner : News Agencies and 21st Century News,International Journal of Communication.

http://ijoc.org/ojs/index.php/ijoc/article/view/928/519, diakses pada tanggal 4 April 2011

17 Sumadaria, Haris. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2006. Hal 41

(18)

commit to user 15

lokal yang ditnatukan antara lain menurut criteria zona wilayah.

Pers lokal sengaja diciptakan untuk pada akhirnya dijadikan sebagai penyangga atau bahkan menjadi bumber pers regional yang menjadi induknya.

d. Pers Nasional

Pers nasional lebih banyak berkedudukan di ibu kaota Negara.

Wilayah sirkulasinya meliputi seluruh provinsi. Kebijakan redaksional lebih banyak menekankan kepada masalah, isu, aspirasi, tuntutan dan kepentingan nasional secara keseluruhan tanpa memandang sekat-sekat.

e. Pers Internasional

Hadir di sejumlah Negara dengan menggunakan teknologi system cetak jarak jauh dengan pola pengembangan zona atau wilayah.

Wilayah sirkulasi pers internasional lebih banyak terpusat di ibu kota Negara dan beberapa kota besar Negara setempat yang masuk dalam satelit pengaruhnya, baik secara politis maupun secara industry dan bisnis.

Pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Kevin G. Barnhurst menunjukkan bahwa ”Although new technology was interactive, news workers, organizations, and the industry still presented content designed for an audience of receivers.”18 (Meskipun teknologi baru sudah interaktif, wartawan, organisasi dan industry media masih menyajikan konten berita yang dibutuhkan pembaca atau penerima). Ini berarti media surat kabar masih menyajikan isi berita atau informasi yang sekiranya dibutuhkan oleh pembaca. Walaupun sekarang ini isi berita yang disajikan tergantung pada minat pasar atau pembaca.

Menilai pandangan media terhadap konflik antara PSSI dengan LPI memang bukan persoalan mudah, karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Persaingan ini ikut di beritakan oleh Kompas

18 Barnhurst, Kevin. G, Technology and the Changing Idea of News:2001 U.S. Newspaper Content at the Maturity of Internet 1.0, International Journal of Communication 4 (2010)1082- 1099. http://ijoc.org diakses pada tanggal 14 April 2011

(19)

commit to user 16

dan Jawa Pos yang merupakan Koran nasional. Tentunya porsi pemberitaan konflik antara PSSI dengan LPI tidak sama di dalam suatu surat kabar khususnya Kompas dan Jawa Pos.

Upaya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan porsi dan isi penyajian berita mengenai PSSI dan LPI di surat kabar Kompas dan Jawa Pos adalah dengan teknik analisis isi media massa.

Terdapat berbagai macam definisi analisis isi menurut para ilmuwan.

Krippendorf mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya19. Sedangkan Holsti dan Stone dalam Krippendorf mengemukakan definisi analisis isi sebagai sebuah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifikasi secara sistematik dan obyektif karakteristik-karakteristik khusus dalam sebuah teks.20

Menurut Fred N. Kerlinger, Analisa isi adalah suatu metode untuk mengamati dan mengukur isi komunikasi. “Tidak seperti mengamati secara langsung perilaku orang, atau meminta orang untuk menjawab skala-skala, atau mewawancarai orang, sang peneliti mengambil komunikasi-komunikasi yang telah dihasilkan oleh orang dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang komunikasi-komunikasi itu .21

19 Krippendorf,Klaus, Analisis isi: Pengantar Teori dan Metodologi, Rajawali Pers, Jakarta, 1991, hal. 15

20 Ibid, hal. 19

21 Fluornoy, Don Michael. Analisa Isi Surat Kabar-Surat Kabar Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1989, hal.12

(20)

commit to user 17

Berelson dalam Pawito mendefinisikan analisis isi sebagai suatu tehnik penelitian untuk dapat mengemukakan gambaran yang bersifat obyektif, sistematis dan kuantitatif mengenai isi komunikasi yang bersifat manifest22. Selanjutnya Berelson menyebutkan karakter analisis isi berdasarkan pemahaman di atas, yaitu:

· Obyektif, berarti pendefinisian yang jelas mengenai kategori – kategori pesan sehingga peneliti lain apabila menerapkan metode ini dengan kategori sama akan memperoleh hasil yang sama.

· Sistematis, dalam arti prosedur – prosedur yang ada diterapkan untuk semua isi pesan dari awal sampai akhir. Kategori-kategori tersebut lalu dibuat sedemikian rupa sehingga semua pesan yang relevan dapat dianalisis. Dengan demikian rancangan penelitian yang telah dibuat dapat memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian.

· Kuantitatif, yaitu gambaran tentang isi komunikasi disajikan dengan dukungan data yang terkuantifikasi berupa angka-angka.

· Berkenaan dengan pesan-pesan yang bersifat eksplisit atau nampak (manifest), dilakukan dengan mencermati kata – kata, frasa, atau kalimat yang digunakan dalam pesan.

Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, baik surat kabar, radio, televisi maupun

22 Pawito, Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye Pemilihan, Jalasutra, Yogyakarta, 2009,hal.62

(21)

commit to user 18

bahan-bahan lain yang terdokumentasi (Rakhmat, 2007: 89). Holsti dalam Krippendorf (1991: 37-38) mengemukakan tiga tujuan pokok analisis isi dalam konteks komunikasi yakni:

· Mendeskripsikan karakter-karakter komunikasi dengan mengajukan pertanyaan apa, bagaimana, kepada siapa sesuatu dikatakan.

· Membuat inferensi-inferensi mengenai anteseden-anteseden komunikasi dengan dengan mengajukan pertanyaan kenapa sesuatu dikatakan.

· Membuat inferensi-inferensi mengenai akibat-akibat komunikasi dengan mengajukan pertanyaan akibat apa yang akan terjadi jika sesuatu dikatakan.

Metode analisis isi dapat digunakan untuk meramalkan berbagai kecenderungan (trends), pola (pattern), dan beberapa perbedaan (differences)23. Riffe, Daniel, Stephen Lacy, dan Frederick G. Fico dalam Lah (2007) menyebutkan kegunaan analisis isi adalah untuk "describe the communication, draw inferences about its meaning, or infer from the communication to its context" (mendeskripsikan komunikasi, menggambarkan inferensi-inferensi mengenai maknanya, atau mengambil kesimpulan komunikasi berdasarkan konteksnya). Manfaat lain juga dikemukakan oleh Wimmer dan Dominick dalam Suryanto (2005: 126-127) yakni24:

23 Krippendorf, Op.cit, hal 40-42

24 Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana, Jakarata, 2009, Hal. 232-233

(22)

commit to user 19

· Menggambarkan isi komunikasi (describing communication content). Hal ini berarti analisis isi dapat digunakan untuk mengungkapkan kecenderungan yang ada pada isi komunikasi, baik melalui media cetak atau elektronik.

· Membandingkan isi media dengan dunia nyata ( comparing media content to the real world)

· Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan ( testing hipothesis of messages charactheristic)

· Memperkirakan gambaran kelompok tertentu di masyarakat (assecing the image of particular groups in society)

· Mendukung studi efek media massa

Berbagai macam penelitian telah dilakukan menggunakan metode ini baik pada media cetak maupun elektronik. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kenneth A. Lachlan, Ron Tamborini, Rene Weber, David Westerman, Paul Skalski dan Jeff Davis (2009) mengenai tayangan kekerasan pada pertandingan gulat profesional di media televisi. Pada penelitian ini ingin diketahui watak pelaku dan motif dari kekerasan. Dari penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar rangkaian interaksi kekerasan bersifat pembalasan. Kekerasan yang terjadi di luar pertandingan rutin dilatarbelakangi oleh motif tanpa sanksi norma dan memperlihatkan pola utama dalam pembalasan kekerasan. Pola ini terjadi diantara watak pelaku kekerasan. Cara ini menjamin penyeleksian data lebih tepat sehingga pengambilan kesimpulan yang berat sebelah dapat dihindarkan.

(23)

commit to user 20 F. Kerangka Pemikiran

Konflik antara PSSI dan LPI Periode Desember 2010- Januari 2011

Proses produksi berita tentang PSSI dan LPI Periode Desember 2010- Januari 2011

Pesan dari katagori yang dihasilkan Kompas dan Jawa Pos Periode Desember 2010- Januari 2011

Perbedaan pemberitaan Kompas dan Jawa Pos

dalam penyajian berita LPI vs PSSI periode Desember 2010-Januari 2011

Surat Kabar Kompas

· Kebijakan redaksi

· Kepentingan Pembaca

Surat Kabar Jawa Pos

· Kebijakan redaksi

· Kepentingan Pembaca

Pemberitaan Kompas mengenai PSSI dan LPI

Pemberitaan Jawa Pos mengenai PSSI dan LPI

(24)

commit to user 21 G. Defnisi Konseptual

Konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang dirumuskan atas generalisasi-generalisasi dari sejumlah karakteristik-krakteristik, kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu.25 Dalam penelitian ini perlu dikemukakan definisi-definisi yang secara konsepsional menyangkut hal-hal berikut:

1. Surat Kabar

Surat kabar didefinisikan sebagai jenis penerbitan jurnalistik pers berwujud media massa tercetak berupa lembaran kertas atau sejenisnya menurut ukuran tertentu, bermuataun berita terbaru menurut keberkalaannya baik berupa tulisan ataupun gambar atau simbol lain pada tiap halaman yang terbagi dalam kolom-kolom.26 2. Berita

Berita (news) pada dasarnya merupakan hasil olahan wartawan terhadap unsur-unsur dalam fakat, atau hubungan antar fakta dengan fakta dari suatu peristiwa (event) yang kemudian direkonstruksikan secara abstrak dalam wujud transformasi verbal ataupun bentuk simbolisasi lainnya serta memenuhi syarat untuk

25 Singarimbun, Masri & Sofyan Effendy. Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989. Hal.33

26 Syamsudin, Munawar. Dasar-dasar Jurnalistik Media Cetak. FISIP UNS, Surakarta, 1996, hal.21

(25)

commit to user 22

dimuat alam surat kabar atau media cetak lain, artinya memang dibutuhkan oleh masyarakat.27

Dalam buku “Catatan-catatan Jurnalisme Dasar”, kategori berita (news) terbagi menjadi dalam 2 bentuk, antara lain:28

a. Hard News (Berita Lugas)

Berita yang padat berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan urutan dari yang paling penting, disebut berita lugas, hard news. Jadi pada awal berita berisikan sari atau inti dari kejadian yang ingin disampaikan dengan elaborasi detail kemudian. Gaya ini disebut “bottom line”

b. Soft News (Berita Halus)

Daniel R.Williamson, merumuskan bahwa reportase dalam bentuk berita halus, seperti feature, sebagai penulisan cerita yang kreatif, subyektif yang dirancang untuk menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca. Penekanan pada kata- kata kreatif, subyektif, informasi dan hiburan adalah untuk membedakan dengan berita yang disampaikan secara langsung pada berita lugas.

3. Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Liga Primer Indonesia (LPI)

Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah organisasi yang mewadahi pertandingan – pertandingan yang terdiri dari pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak perkumpulan atau klub sepakbola, pengurus cabang, pengurus daerah yang dituangkan dalam kalender kegiatan tahunan PSSI sesuai dengan program yang disusun oleh PSSI. Pertandingan

27 ibid, hal 26

28 Luwi Ishwara, Seri Jurnalistik Kompas: Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Penerbit buku Kompas, Jakarta, 2005.Hal: 58-59

(26)

commit to user 23

di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak ketiga yang mendapat izin dari PSSI. Pertandingan dalam rangka Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan pekan Olah Raga Nasional (PON).

Pertandingan – pertandingan lainnya yang mengikutsertakan peserta dari luar negeri atau atas undangan dari luar negeri dengan ijin PSSI.

Kepengurusan PSSI pun telah sampai ke pengurusan di tingkat daerah – daerah di seluruh Indonesia . Hal ini membuat Sepakbola semakin menjadi olahraga dari rakyat dan untuk rakyat.

Dalam perkembangannya PSSI telah menjadi anggota FIFA sejak tanggal 1 November 1952 pada saat congress FIFA di Helsinki. Setelah diterima menjadi anggota FIFA, selanjutnya PSSI diterima pula menjadi anggota AFC (Asian Football Confederation) tahun 1952, bahkan menjadi pelopor pula pembentukan AFF (Asean Football Federation) di zaman kepengurusan Kardono, sehingga Kardono sempat menjadi wakil presiden AFF untuk selanjutnya Ketua Kehormatan.

Lebih dari itu PSSI tahun 1953 memantapkan posisinya sebagai organisasi yang berbadan hukum dengan mendaftarkan ke Departement Kehakiman dan mendapat pengesahan melalui SKep Menkeh R.I No. J.A.5/11/6, tanggal 2 Februari 1953, tambahan berita Negara R.I tanggal 3 Maret 1953, no 18. Berarti PSSI adalah

(27)

commit to user 24

satu – satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam berita Negara sejak 8 tahun setelah Indonesia merdeka.

Kamus Webster mendeskripsikan kata league sebagai

‘perkumpulan bangsa bangsa atau entitas politik yang memiliki tujuan bersama, ‘perkumpulan dari perorangan atau grup yang memiliki tujuan dan hasrat yang sama’. Dalam olah raga, liga berarti perkumpulan klub-klub yang saling bertanding.

Jadi, liga sepak bola profesional dapat diartikan sebagai perkumpulan tim-tim sepak bola yang bertujuan mencari profit dari kompetisi yang mereka hadirkan. Karena eratnya hubungan antara liga dan kompetisi sepak bola dewasa ini, ada kecenderungan seolah-olah kata 'liga' adalah kompetisi itu sendiri. Kalimat ‘Si Anu menyaksikan Liga Inggris’ misalnya, yang dimaksud adalah menonton pertandingan yang dilakukan dua tim anggota Liga Inggris.

Liga Primer Indonesia, disingkat LPI (bahasa Inggris: Indonesia Premier League) adalah kompetisi sepak bola antar klub profesional di Indonesia yang diselenggarakan sejak 2011. LPI diselenggarakan oleh PT Liga Primer Indonesia yang dimotori oleh pengusaha Arifin Panigoro. LPI tidak

(28)

commit to user 25

berafiliasi dengan PSSI, sehingga menjadi ajang tandingan terhadap Liga Super Indonesia yang diselenggarakan oleh PSSI.29

Namun di adakannya LPI ini memunculkan pro dan kontra dari pihak-pihak tertentu misalnya saja PSSI mengancam menghukum berat semua klub, pemain, dan perangkat pertandingan yang terlibat di liga ini. Diantara ancaman yang dilontarkan PSSI, klub Liga Super Indonesia yang terlibat LPI akan didegradasi ke divisi satu dan diminta mengembalikan aset-aset PSSI. Empat klub LPI yang diancam menyatakan tidak takut dengan ancaman PSSI tersebut. Tidak cukup dengan klub dan pemain, pelatih klub-klub LPI diancam dicabut lisensinya. Selain itu, PSSI juga mengancam wasit yang terlibat dalam penyelenggaraan LPI dengan sanksi FIFA dan pencabutan lisensi.

Meski mendapat tekanan dari induk organisasi sepak bola. Namun hal ini tidak membuat pelaksanaan LPI dibatalkan dan masih berlangsung sampai saat ini.

LPI menggunakan format kompetisi penuh. Setiap tim akan menghadapi tim lawan yang sama sebanyak 2 kali dalam 1 musim melalui pertandingan kandang dan tandang. Pemenang akan ditentukan dari jumlah poin paling banyak selama 36 pertandingan.

LPI pertama kali disiarkan oleh Indosiar. Indosiar akan menyiarkan secara langsung 68 pertandingan pada setiap hari

29 https://ligaprimerinfo.wordpress.com/tag/lpi-adalah/ diakses tanggal 30 Januari 2011

(29)

commit to user 26

Sabtu dan Minggu sore. MetroTV juga sempat menyiarkan 1 pertandingan pada pekan pertama. Pada pertengahan Februari 2010, Trans TV menyusul diumumkan sebagai televisi pemegang hak siar kedua. Trans TV akan menyiarkan 68 pertandingan pada setiap hari Sabtu dan Minggu malam30.

H. Kategorisasi

Kategori dalam kamus bahasa Indonesia berarti golongan, jenis, atau pangkat (tingkatan), dan kategorisasi adalah penyusunan berdasarkan kategori, penggolongan atau pengklasifikasian. Dalam analisis isi yang digunakan sebagai metode dalam penelitian ini, “validitas metode dan hasil-hasilnya sangat tergantung dari kategori-kategorinya.”31 Seperti dikatakan oleh Bernard Barelson bahwa “ Analisa isi tidak bisa lebih baik dari pada kategori-kategorinya.”32 Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dilakukan penetapan kategori-kategori yang laik (patut, pantas, layak) bagi analisa isi teks berita bertemakan konflik antara LPI dengan PSSI pada harian Kompas dan Jawa Pos, yang memungkinkan pengkodingan secara akurat dan perbandingan hasil-hasilnya. Untuk menciptakan seperangkat kategori, menurut Stempel, ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan:

1. Kategori-kategorinya harus relevan dengan tujuan-tujuan studi 2. Kategori-kategorinya hendaklah fungsional

30 Setiawan, Kodrat. Indosiar Akan Siarkan 68 Pertandingan Liga Primer Indonesia, Tempointeraktif.com, 7 Januari 2011

31 Flournoy, Don Michael. Analisa Isi Surat Kabar- Surat Kabar Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta, 1989. Hlm:25

32 Ibid. hlm:25

(30)

commit to user 27

3. Sistem kategori-kategorinya harus dapat dikendalikan.33

Oleh R. Holsti mengatakan bahwa kategori-kategori seyogyanya mencerminkan maksud dan tujuan penelitian lengkap, terperinci, eksklusif secara timbale-balik, independen dan diambil dari penggolongan tunggal.34 Berangkat dari penjelasan ahli mengenai pengkategorisasian, dalam penelitian ini membentuk kategori berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan dua media di Tanah air, yaitu Kompas dan Jawa Pos dalam memihak dua wadah persepak bolaan di Indonesia PSSI dan LPI. Serta mengetahui perbedaan dukungan antara Kompas dan Jawa Pos kepada dua wadah persepakbolaan Indonesia yang sedang tidak sejalan yaitu PSSI dan LPI, adalah sebagai berikut:

Kategorisasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Kategori Sumber Berita

Sumber berita adalah asal dari mana sebuah informasi atau berita digali.

Kategori ini dibagi menjadi empat, yaitu:

a. Kategori Aparatur Negara yaitu alat kelengkapan Negara terutama meliputi bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian yang punya tanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari. Termasuk dalam kategori ini adalah individu pejabat pemerintahan tingkat pusat sampai daerah (kelurahan).

33 Fluornoy, Don Michael. Analisa Isi Surat Kabar- Surat kabar Indonesia. Gajah Mada University press, Yogyakarta, 1989. Hlm:71

34 Ibid. hlm:72

(31)

commit to user 28

b. Kategori Profesional yaitu bersangkutan dengan profesi;

memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankan. Yang tercakup dalam kategori ini adalah pengamat olah raga, atlet sepak bola, pelatih sepak bola, pengamat sosial, kritikus.

c. Kategori Pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yaitu kelompok orang memegang jabatan dalam organisasi PSSI

d. Kategori Pengurus LPI yaitu kelompok orang yang mendirikan atau ditunjuk untuk mempertimbangkan atau mengurus hal-hal yang ditugaskan dalam pelaksanaan pertandingan di LPI

B. Kategori Penempatan Halaman

Penempatan halaman adalah posisi halaman berita yang diterbitkan pada surat kabar yang dijadikan objek penelitian. Kategori ini dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Kategori Halaman muka adalah halaman yang posisinya berada paling depan pada surat kabar tersebut.

b. Kategori Halaman dalam adalah halaman selain halaman utama biasanya dalam rubrik yang mengulas masalah-masalah tertentu dalam bidang tertentu dalam hal ini bidang olah raga.

C. Kategori Pokok Permasalahan Berita

Pokok Permasalahan Berita Merupakan pokok permasalahan yang ditulis wartawan dalam sebuah berita. Kategori ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

(32)

commit to user 29 1. Kategori Dukungan terhadap LPI

Kategori dukungan terhadap LPI adalah kalimat di dalam teks berita yang menyatakan bahwa LPI adalah lembaga yang baik, atau tidak diberitakan secara negatif, dan merupakan kalimat yang memberikan sokongan, dorongan, dan dukungan terhadap LPI.

2. Kategori Penolakan terhadap LPI

Kategori penolakan terhadap LPI adalah kalimat di dalam teks berita yang menyatakan bahwa LPI adalah lembaga yang tidak baik dan harus dibubarkan, atau kalimat yang menyatakan LPI sebagai wadah persepakbolaan Indonesia yang tidak dapat diterima / ditolak.

3. Kategori Dukungan terhadap Pengurus PSSI

Kategori dukungan terhadap PSSI adalah kalimat di dalam teks berita yang menyatakan bahwa PSSI adalah lembaga yang baik, atau tidak diberitakan secara negatif, dan merupakan kalimat yang memberikan sokongan, dorongan, dan dukungan terhadap PSSI. Dalam hal ini adalah PSSI kepengurusan Nurdin Halid

4. Kategori Penolakan terhadap Pengurus PSSI

Kategori penolakan terhadap Pengurus PSSI adalah kalimat di dalam teks berita yang menyatakan bahwa PSSI di bawah pimpinan Nurdin Halid adalah lembaga yang tidak baik dan harus dibubarkan, atau kalimat yang menyatakan PSSI sebagai wadah persepakbolaan Indonesia yang tidak dapat diterima / ditolak.

(33)

commit to user 30

Di dalam kategorisasi pada kategori pokok permasalahan berita pada penelitian ini untuk lebih jelasnya diberikan batasan-batasannya seperti di dalam tabel berikut yang memberikan indikator pada setiap kategorisasi dalam kategori pokok permasalahan berita, yaitu sebagai berikut:

No Kategori Indikator

1. Dukungan Mengandung kata:

· Mendukung

· Memberi Ijin

· Menjanjikan

· Membela

· Memberi Kesempatan 2 Penolakan Mengandung kata:

· Mengancam

· Mengecewakan

· Diskriminasi

· Alergi

· Memberi sanksi

Dari keempat kategorisasi pada penelitian ini, kategorisasi ketiga, yaitu kategori pokok permasalahan berita menjadi alat untuk mendapatkan hasil penelitian, dengan mengoperasikaannya sesuai dengan kaidah-kaidah analisis isi

(34)

commit to user 31

kuantitatif. Sedangkan kategorisasi pertama, yaitu kategori sumber berita digunakan untuk mengetahui sumber-sumber mana yang cenderung memberikan dukungan atau penolakan terhadap objek studi dalam penelitian ini, sehingga pada kategorisasi pertama in bersifat mendukung hasil penelitian dari kategori yang menjadi pisau bedah untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. untuk kategori kedua, yaitu kategori penempatan halaman, digunakan untuk mengetahui sejauh amna media surat kabar Kompas dan Jawa Pos memberikan apresiasi terhadap pemberitaan mengenai persepakbolaan di Indonesia, dengan asumsi bahwa apabila teks berita bertemakan sepakbola di Indonesia diletakkan pada halaman pertama atau halaman muka, maka teks berita tersebut menjadi andalan atau berita yang penting dan mendapatkan perhatian pertama, dan apabila teks berita bertemakan sepak bola di Indonesia diletakkan pada halaman dalam, maka dapat di asumsikan bahwa teks berita tersebut adalah teks berita yang tidak mendapatkan perhatian pertama, namuan sebagai bagian dari isi surat kabar yang layak untuk dibaca.

I. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan teknik analisis isi media massa. Menurut Berelson “ Content analysis is a research technique for the obyektive, systematic and quantitative description of the manifest content of communication”,35 obyektivitas menurut suatu cara yang memungkinkan bila dilaksanakan oleh orang lain akan menghasilkan hasil yang sama. Sistematisasi

35 Bambang Setiawan, Content Analysis,UGM, Yogyakarta,1983, hal:1

(35)

commit to user 32

menghendakai penarapan yang taat azas (konsisten) dalam pembuatan kategori- kategori isi. Cara ini menjamin penyeleksian data lenigh tepat sehingga pengambilan kesimpulan yang berat sebelah dapat dihindarkan.

Pendekatan dasar untuk menerapkan teknik ini adalah: 1) Pemiihan satuan analisis ( kalimat, paragraph, atau seluruh artikelnya), 2) Konstruksi kategori (mengidentifikasikan lambang-lambang yan relevan), konstruksi kategosri digunkanan sebagai alat ukur untuk mengklasifikasikan isi komunikasi yang diamati, 3) Penarikan Sample, dalam penarikan sample mewakili populasi yang dimaksud (Stempel,1993) Reliabilitas koding (konsistensi klasifikasi), yaitu kesepakatan antara peneliti dan pelaku koding, untuk mengetahui hasil pengkodingan.36

Untuk mengetahui gambaran mengenai berita konflik antara PSSI dengan LPI pada surat kabar harian Jawa Pos, digunakan metode kuantitatif yaitu perhitungan yamg diukur dengan frekuensi dan volume berdasar kategori yang telah dibuat.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yakni penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa (Rakhmat, 2007:24).

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, dimana penelitian dengan format ini bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi,

36 Christina Rochayati, Citra wanita Indonesia dalam Iklan majalah Femina ( Tesis), Program Pasca Sarjana, Universitas Padjajaran, bandung, 2000. Hal 25

(36)

commit to user 33

atau berbagai variabel yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi yang ditunjukkan dengan angka – angka (Bungin, 2007: 311).

Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian yang ingin mengetahui bagamana isi pemberitaan Kompas dan Jawa Pos mengenai konflik antara PSSI dengan LPI . Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode analisis isi yang menurut Berelson dalam Pawito (2009: 62) yakni suatu tehnik penelitian untuk dapat mengemukakan gambaran yang bersifat obyektif, sistematis dan kuantitaif mengenai isi komunikasi yang bersifat manifest.

Salah satu tujuan pokok analisis isi menurut Holsti dalam Krippendorf (1991: 37) adalah untuk mendeskripsikan karakter-karakter komunikasi dengan mengajukan pertanyaan bagaimana. Analisis isi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan isi topik pemberitaan tentang PSSI vs LPI di Kompas dan Jawa Pos.

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dokumentasi untuk pencarian data primer, yaitu dengan cara menggali data berupa pemberitaan terkait konflik PSSI dan LPI di surat kabar Kompas dan Jawa Pos Periode Desember 2010- Januari 2011

4. Unit analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah unit referen dan fisik.

(37)

commit to user 34

Unit referens adalah kalimat yang muncul dalam berita tentang konflik antara PSSI dengan LPI. Yaitu “rangkaian kata atau kalimat yang menunjukkan sesuatu yang mempunyai arti sesuai kategori”37

Sedangkan unit fisik adalah centimeter berdasarkan satuan panjang, kolom, inchi dengan alat pengukur berupa penggaris.

5. Teknik Pengukuran a. Frekuensi Berita

Yaitu melakukan penghitungan kekerapan munculnya berita yang menyangkut topic konflik PSSI dan LPI yang dimuat surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos terbitan bulan Desember 2010 dan Januari 2011

b. Volume Berita

Besar ruang yang disediakan oleh Jawa Pos untuk mengangkat topik tentang konflik PSSI dan LPI. Setiap berita diukur berdasrkan centimeter persegi. Pengukuran akan dimulai dari judul sampai semua ruang pemberitaan yang disediakan untuk topik PSSI dan LPI. Teknik pengukurannya adalah sebagai berikut:

37 Rachmat Kriyantono, Teknik Riset Komunikasi Disertai Contoh Riset Media, public Relation, Advertising, Komunikasi Penalaran, Kencana Pradana media Group, Jakarta, 2007, hal: 233

(38)

commit to user 35

· Pengukuran dilakukan dengan sentimeter kolom, oleh karena persuratkabaran Indonesia menggunakan sentimeter kolom sebagai standar umum.

· Pecahan-pecahan dibawah 0,5 tidak dihitung, sedangkan pecahan di atas 0,5 dibulatkan ke atas.

· Penyajian data tentang PSSI dan LPI diukur dengan menghitung teks dan judul.

· Foto berita dengan keterangan di bawahnya sebagai ihwal tersendiri, tetapi kalau nerkatian dengan artikel di dekatnya, maka seluruh konteks digunakan untuk menetapkan kategorinya.

· Untuk pengukuran, garis potong digunakan sebagai bagian integral.

6. Analisisis Data

Penelitian ini ingin melihat perbedaan diantara dua media di tanah air yaitu surat kabar Kompas dan Jawa Pos dalam memihak dua wadah persepakbolaan di Indonesia, diantara PSSI sebagai badan yang paling besar dalam melingkupi klub- klub sepak bola Indonesia, dan LPI sebagai wadah persepakbolaan Indonesia yang melingkupi klub-klub sepak bola ditanah air, oleh karena itu analisis data yang digunakan dengan mengacu pada buku Klaus Krippendorff adalah dengan tabulasi frekuensi. Terlebih dahulu harus diketahui perbandingan jumlah antara dukungan dan penolakan yang terkandung dalam teks berita kedua surat kabar terhadap LPI

(39)

commit to user 36

dan PSSI. Perbandingan tersebut diketahui melalui pengkodingan dan memberikan nilai kepada setiap item kata dan kalimat yang terdapat pada unit analisis, apakah masuk dalam kategori mendukung atau kategori menolak, dan setiap item mendapat bobot yang sama, yaitu satu. Dalam penelitian ini usaha untuk melihat perbandingan antara kategori mendukung atau kategori menolak PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) dan LPI (Liga Primer Indonesia) yang diberitakan Kompas dan Jawa Pos, kemudian dipakai untuk melihat kecenderungan pemberitaan Kompas dan Jawa Pos terhadap perbedaan dukungan terhadap PSSI dan LPI apakah mendukung atau menolak.

7. Reliabilitas

Masalah reliabilitas berhubungan dengan sejauh mana pengukuran bisa diulangi dengan hasil yang sama. Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah reproduksibilitas atau biasa disebut intercoder realibility.

Reproduksibilitas adalah derajat sejauh mana sebuah proses dapat diciptakan kembali dalam berbagai keadaan yang berbeda-beda, di lokasi yang berbeda-beda dengan menggunakan pengkode yang berbeda (Krippendorf, 1991: 208). Untuk itu digunakan sebuah tes dengan rumus:

CR = 2 x M N1 + N2 CR : Coeficient Reliability

M : Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkode, N1 dan N2 N1 : Pengkode / Pengkoding 1

(40)

commit to user 37 N2 : Pengkode / Pengkoding 2

Rumus tersebut mendapat kritikan, seperti dalam buku Roger D Wimer &

Joseph R Dominick karena tidak menjelaskan perbedaan pengukuran diantara coders dengan tegas. Scott (1955) mengembangkan pi index untuk memperbaiki kelemahan dari rumus sebelumnya dengan rumus: 38

pi = % observed agreement - % expected agreement 1 - % expected agreement

38 Wimmer, Roger D and Dominick, Joseph R. 1997. Mass Media Research: An Introduction. USA, Wadsworth Publishing Company. Hlm: 128.

(41)

commit to user 38 BAB II

GAMBARAN UMUM

HARIAN UMUM KOMPAS DAN HARIAN UMUM JAWA POS

A. KOMPAS

1. Riwayat Singkat Surat Kabar Kompas

Kompas lahir pada hari Senin 28 Juni 1965 dengan berita utama berjudul “KTT AA Ditunda Empat Bulan”. Kompas lahir di tengah-tengah puncak kehangatan kondisi sosial politik Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya.

Kompas terbit lewat proses panjang, pada awal tahun 1965, lebih dari 30 koran anti komunis dituduh revolusioner, sebagai dampaknya, Koran-koran tersebut dilarang terbit. Dalam situasi demikian, Koran pro- komunis praktis tidak memiliki pesaing, kenyataan ini segera saja memunculkan ketimpangan pada penerbitan. Sementara pada saat bersamaan, massa komunis juga semakin meningkatkan tekanannya.

Mereka semakin garang dalam melancarkan taktik “desa mengepung kota”

dengan melaksanakan aksi penyerobotan tanah.

Dalam kondisi demikian, hubungan dua orang pejabat saling berkompeten dengan masalah ini yaitu Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Achmad Yani dengan Menteri Perkebunan Drs. Frans Seda, juga ikut bertambah akrab karena mereka mempunyai lawan yang sama.

(42)

commit to user 39

Letjen TNI Achmad Yani dengan masalah pengamanan pertanahan dan Drs. Frans Seda harus menghadapai rongrongan di wilayah perkebunan.

Bermula dari kedekatan inilah, Letjen TNI Achmad Yani menghubungi Drs. Frans Seda untuk mengungkapkan gagasan-gagasan dan keinginannya untuk melawan aksi-aksi massa komunis dengan cara memperkuat jajaran koran yang berani melawan aksi-aksi massa komunis tersebut. Hal tersebut dirasa penting sekali karena koran-koran yang mengambil kebijakan anti komunis akhirnya di bredel serentak, segera tanggap ia bertindak cepat membicarakan masalah ini dengan tokoh masyarakat I.J Kasimo (alm) dan dua rekannya yang kebetulan sedang mengelola majalah yaitu P.K Ojong dan Jakob Oetama. Dua orang terakhir inilah yang berperan besar dalam membantu kelahiran Kompas dan sekaligus membesarkannya.

Mereka merencanakan menggunakan nama Bentara Rakjat yang arti harfiahnya “pengawal rakyat” dilandasi harapan bahwa koran ini bisa tampil sebagai pengawal kepentingan rakyat banyak. Namun, atas usul Presiden Soekarno, nama itu diganti dengan Kompas yang berarti sebagai media pencari fakta dari segala penjuru.. Nama Bentara Rakjat tetap digunakan sebagai nama yayasan tempat koran itu bernaung.

Kelahiran Kompas memberikan reaksi pertentangan dan ejekan dari media massa pro komunis. Mereka menuduh Kompas sebagai corong Katolik, dengan mengartikan Kompas sebagai “Komando Pastor”.

Tuduhan itu sama sekali tidak memiliki dasar kuat. Memang benar bahwa

(43)

commit to user 40

Kompas berdiri dengan mayoritas orang-orang yang beragama Katolik sebagai pengasuhnya, serta bernaung di bawah yayasan Bentara Rakjat yang notabene dimiliki oleh orang-orang Katolik. Namun demikian sesuai dengan tujuan pendiriannya semula, keberadaan Kompas tidak lain adalah untuk menyelamatkan rakyat dari penyimpangan opini dan hasutan- hasutan massa komunis serta tegaknya orde baru.

Konferensi Asia-Afrika boleh saja ditunda selama empat bulan, tetapi kelahiran koran baru tersebut agaknya memang tidak bisa lagi ditunda-tunda. Belajar dari pengalaman selama mengasuh majalah Intisari, P.K Ojong dan Jakob Oetama dibantu lima belas wartawan muda usia yang masih hijau pengalaman namun memiliki semangat, mulai memadukan talenta untuk menghasilkan sebuah karya.

Kompas pertama kali terbit empat halaman, dengan halaman pojok kiri atas tertulis nama-nama pengurus redaksi Kompas saat itu. Tertulis pemimpin redaksi oleh Drs. Jakob Oetama, sedangkan staf redaksi antara lain, J. Adisubrata, Lie Hwat Nio, S.H Marcel Beding, Th. Susilastuti, Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Th. Ponis Purba, Tinon Prabawa, dan Eduard Liem.

Melihat penampilan wajah surat kabar Kompas terbitan pertama, disangsikan kompas tidak akan berumur panjang. Tatanan wajahnya tidak beraturan, gambarnya kurang terang dan sama sekali belum mempunyai tambahan aksesoris untuk mempercantik diri. Tetapi dibalik segala keterbatasan serta kekurangan itu, para pengelolanya justru terpacu untuk

(44)

commit to user 41

terus-menerus memperbaiki tulisan dan penyajian untuk membuka peluang dan merebut pasar. Berbekal keyakinan, kegigihan dan semangat pejuang pantang menyerah akhirnya mereka dapat membuktikan bahwa koran mereka mampu bertahan hingga hari ini.

Edisi perdana Kompas dicetak 4.800 eksemplar. Seiring dengan perbaikan mutu pemberitaan dengan meningkatkan kualitas cetak serta memperlancar arus distribusinya, hanya satu bulan Harian Kompas dicetak di PN Eka Grafika, yang kemudian dialihkan percetakannya di Percetakan Massa Merdeka di jalan A.M Sangadji. Terbukti dari angka 4.800 eksemplar, begitu mutu percetakannya membaik, Kompas langsung meningkatkan oplah hampir dua kali lipat, tirasnya menjadi 8.000 eksemplar.

Namun hanya sekitar tiga bulan setelah Kompas lahir, datang musibah. Tanggal 30 September 1965 tengah malam, gerombolan G 30 S/PKI melancarkan aksinya. Enam Jendral pucuk pimpinan TNI AD disergap dan dibunuh. Salah seorang korbannya Panglima Angkatan Darat Achmad Yani, tokoh yang ikut menjadi penganjur lahirnya Kompas.

Akibat peristiwa tersebut Kompas hampir semua koran di Jakarta tidak boleh terbit. Pelaksana Penguasa Perang Daerah (Pepelrada) mengumumkan hanya dua koran dan dua kantor berita diijinkan untuk terbit, yaitu; koran Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha serta LKBN Antara dan Pemberitaan Angkatan Bersenjata (PAB). Kompas sebenarnya boleh beredar, mengingat edisi pda 2 Oktober beritanya berpihak pada

(45)

commit to user 42

orde baru. Tetapi suasana menjelang tengah malam dan kekalutan sedang melanda Jakarta, sulit mencari alasan untuk terbit pada kondisi semacam ini.

Sesudah suasana lebih tenang, tanggal 6 Oktober Kompas dan koran lainnya boleh terbit kembali. Dalam kesempatan itu Pepelrada memang tetap melarang beberapa koran tertentu untuk tidak terbit seterusnya. Koran yang tidak boleh terbit tersebut dicetak di PT. Kinta, salah satu percetakan terbaik di Jakarta pada masa itu. Dengan terbukannya lowongan pada percetakan tersebut, Kompas segera pindah cetak ke Kinta. Setelah perpindahan Kompas ke percetakan baru, bukan saja wajahnya yang semakin cantik bahkan tirsanya pun meningkat menjadi 23.268 eksemplar. Tentu saja peningkatan oplah tidak hanya disebabkan makin baiknya mutu percetakan melainkan dipengaruhi pula oleh permintaan masyarakat yang ingin tahu situasi kota Jakarta dimana setelah semua percetakan ditutup, otomatis mereka tidak mengetahui tentang perkembangan situasi kota Jakarta saat itu.

Kompas menyadari selama sebuah koran belum mampu memiliki percetakan sendiri, berbagai macam kendala tetap menghalangi kemajuannya. Sehingga impian atas sebuah percetakan milik sendiri selalu menjadi obsesi mereka. Impian itu baru terwujud pada pertengahan tahun 1972 dengan lahirnya percetakan Gramedia. Secara berangsur-angsur dengan adanya percetakan milik sendiri, seluruh kegiatan redaksional Kompas mulai bisa disatukan di kompleks Palmerah Jakarta Pusat.

(46)

commit to user 43

Sekalipun kegiatan administrasinya berada di gedung Perintis Jakarta Barat.

Kompas sempat mengalami pelarangan selama dua minggu pada pertengahan tahun 1978 bersama lima koran lainnya sebagai sanksi akibat melanggar rambu-rambu pemerintah. Dengan lahirnya undang-undang pokok pers tahun 1982 dan diberlakunya Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) semua ikut mendewasakan Kompas. Sesuai ketentuan, penerbitannya segera dialihkan dari Yayasan Bentara Rakyat ke PT.

Kompas Media Nusantara.

2. Perkembangan Kompas

Kompas mengalami perkembangan yang pesat dan merupakan satu-satunya koran di Indonesia yang menjadi anggota Audit Bureau of Circulation (ABC), Sidney Australia. Suatu badan Internasional yang dibentuk bersama oleh para penerbit, pemasang iklan, dan biro-biro iklan.

Fungsi badan ini adalah mencatat dan menyiarkan angka-angka sirkulasi yang benar dari para anggotanya.

Angka-angka pada grafik yang dibuat memberitakan kesimpulan bahwa Kompas tersebar luas di seluruh pelosok Indonesia dan menjadi panutan untuk mendapatkan informasi bagi berbagai lapisan masyarakat dengan aneka ragam keperluan mereka.

Oplah Kompas semakin hari semakin berkembang pesat, hal tersebut karena semakin baiknya mutu percetakan yang dimiliki Kompas.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kekurangan perhatian dan tidak adanya kebijakan pembangunan kemaritiman yang komperhensif, mengakibatkan timbulnya berbagai masalah ekologi kelautan dan konflik sosial

Oleh karena itu, peneliti mengambil individu yang berada pada periode remaja akhir untuk menjadi informan penelitian untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai tema

Surabaya, diharapkan penelitian ini dapat membantu perusahaan menelaah gambaran persepsi karyawan dalam mempersepsikan kesehatan organisasi, sebagai dasar bagi

Namun sekalipun perbuatan penyalahguna narkotika bagi diri sendiri memenuhi unsur kualifikasi tindak tindak pidana yang diatur dalam pasal yang lain, sepanjang niat

Analisis Optimum Bitumen Content dan Suhu Pemadatan Pada Campuran Split Mastic Asphalt (SMA) dengan Limbah Plastik High Denstity Poly Ethylene (HDPE) Sebagai Pengganti

MODEL PEMBELAJARAN KLARIFIKASI NILAI MASYARAKAT PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA BAGI ORANG TUA DENGAN ANAK USIA 3-6

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini dengan judul “ Perencanaan Sistem Saluran Drainase Sungai Bendung Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan ” tepat