• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGGULANGAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK DI KOTA MAKASSAR. SYARIFUDIN Nomor Stambuk :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN DINAS SOSIAL DALAM PENANGGULANGAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK DI KOTA MAKASSAR. SYARIFUDIN Nomor Stambuk :"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PEREMPUAN DAN ANAK DI KOTA MAKASSAR

SYARIFUDIN

Nomor Stambuk : 105 64 0104610

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

PEREMPUAN DAN ANAK DI KOTA MAKASSAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh SYARIFUDIN

Nomor Stambuk : 105 64 01046 10

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(3)

PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Peran Dinas Sosial dalam Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak di Kota Makassar.

Nama Mahasiswa : Syarifudin Nomor Stambuk : 10564 01046 10 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Alimudin Said, M.Pd Rudi Hardi, S. Sos, M.Si

Mengetahui:

Dekan, Ketua Jurusan,

Fisip Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si A. Luhur Prianto, S.IP. M.Si

(4)

PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/Undangan menguji ujian skripsi dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor. 687/FSP/A.I-VIII/V/35/2014 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu Pemerintahan Di Makassar pada hari Selasa tanggal Enam Mei Tahun Dua Ribu Empat Belas.

TIM PENILAI

Ketua, Sekretaris,

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Drs. H. Muhammad Idris, M.Si

Penguji:

1. Drs. Alimudin Said, M.Pd (Ketua) (………. ) 2. DR. Jaelan Usman, M.Si (... ) 3. DR. Hj. Ihyani Malik, M.Si (... ) 4. Adnan Ma’ruf, S.Sos, M.Si (………. )

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Mahasiswa : Syarifudin Nomor Stambuk : 10564 01046 10 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis / dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 25 Februari 2014 Yang Menyatakan,

Syarifudin

(6)

ABSTRAK

SYARIFUDIN. Peran Dinas Sosial dalam Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak di Kota Makassar (dibimbing oleh Alimudin Said dan Rudi Hardi).

Penelitian bertujuan untuk mengetahui Peran Dinas Sosial Dalam Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak yang meliputi Pelayanan, Pemberdayaan, Pembinaan bagi korban tindakan perdagangan perempuan dan anak serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Peran Dinas Sosial dalam Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak.

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan studi lapangan (observasi,wawancara dan dokumentasi). Teknik analisa data menggunakan deskripsi kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Peran Dinas Sosial dalam penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di Kota Makassar adalah dengan membentuk pusat pelayanan terpadu untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak saksi dan korban atas pelayanan yang diperlukan dan selain dari pelayanan Dinas Sosial sudah melakukan pemberdayaan dan pembinaan meskipun belum berjalan maksimal. (2) Faktor pendukung dan penghambat dalam menjalankan tugas Dinas Sosial sebagai lembaga yang mengurus masalah kesejahteraan sosial khususnya menangani korban perdagangan perempuan dan anak mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaannya di Kota Makassar adalah faktor pendukungnya yaitu antara lain adanya dukungan yang diberikan kepada pemerintah daerah (Dinas Sosial) melalui lembaga-lembaga non pemerintah seperti LSM yang beraktualitas sampai kepada lapisan masyarakat yang paling bawah. Sedangkan faktor penghambatnya adalah Faktor yang dapat menghambat upaya dari pemerintah daerah (Dinas Sosial di dalam melakukan upaya penanggulangan perdagangan perempuan dan anak meliputi : (a) Dana operasional tidak mencukupi sementara pegawai Dinas Sosial dituntut aktif memperjuangkan kepentingan masyarakat dan menjalankan berbagai tugasnya.

(b) Kurangnya partisipasi masyarakat terhadap program pemerintah daerah (Dinas Sosial) mengenai upaya Dinas Sosial dalam penanggulangan perdagangan perempuan dan anak dikarenakan pengetahuan masyarakat masih sangat kurang

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melipahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Dinas Sosial Dalam Penggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak Di Kota Makassar.”. Skripsi merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanyan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya dapat dirampungkan sekalipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Oleh kerena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat :

 Bapak Drs. Alimudin Said, M.Pd selaku pembibing I dan Rudi Hardi, S. Sos, M.Si selaku Pembibing II yang tak kenal lelah membimbing dan mendorong saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

 Bapak DR. H. Muhlis Madani, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

 Bapak A. Luhur, S.Ip, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan.

 Seluruh civitas akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, mulai dari pegawai tata usaha hingga para dosen yang telah mengajar dan membimbing kami.

(8)

 Seluruh pihak pemerintah Dinas Sosial Kota Makassar dan masyarakat yang telah bersedia bekerja sama dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Kedua orang tua saya tercinta Junaidin dan Aminah yang telah mengorbankan jiwa dan raganya dan tidak pernah lelah membesarkan saya serta menjadi motivator terbesar dalam hidup saya.

 Sahabat-sahabat saya, teman-teman angkatan 2010 dan teman-teman Organda FKMP yang telah menjadi keluarga ke-2 untuk saya, you all is the best.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar,25 Pebuari 2014 Penulis,

Syarifudin

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ... i

Halaman Persetujuan... ii

Penerimaan Tim ... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUN PUSTAKA A. Konsep Peran Dinas Sosial... 7

B. Konsep Perdagangan Perempuan dan Anak ... 10

C. Konsep Dinas Sosial dalam Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak... 27

D. Kerangka Pikir... 30

E. Fokus Penelitian………... ... 30

F. Deskripsi Fokus Penelitian. ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 34

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 34

C. Sumber Data ... 35

D. Informan Penelitian ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 37

(10)

G. Pengabsahan Data... 38 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 40 B. Gambaran Umum Perkembangan Perdagangan Perempuan

dan Anak di Kota Makassar ... 55 C. Perdagangan Perempuan dan Anak di Kota Makassar ... 57 D. Peran Dinas Sosial dalam Penanggulangan Perdagangan

Perempuan dan Anak di Kota Makassar ... 58 E. Faktor Pendukung dan Penghambat Penananggulangan

Perdagangan Perempuan dan Anak... 63 BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan... 69 B. Saran-Saran... 70 DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Table 4.1 Keadaan Pegawai Pada Kantor Dinas Sosial Kota Makassar

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54 Table 4.2 Keadaan Pegawai Pada Kantor Dinas Sosial Kota Makassar

Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 54 Table 4.3 Gambaran Umum Jumlah Perkembangan Korban Perdagangan

Perempuan dan Anak... 46

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perdagangan orang merupakan bentuk perbudakan secara moderen,terjadi baik dalam tingkat nasional dan internasional. Dengan berkembangnya tehnologi informasi dan transformasi maka modus kejahatan perdagangan manusia semakin canggih. Perdagangan orang bukan kejahatan biasa (extra ordinary),terorganisir (organized), dan lintas negara (transnational), sehingga dapat dikategorikan sebagai transnasional organized crime.

Perdagangan orang juga merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari pelanggaran harkat dan martabat manusia. Berdasarkan bukti empiris, perempuan dan anak adalah kelompok yang paling banyak menjadi korban tindak pidana perdagangan orang. Korban diperdagangkan mencakup bentuk ekploitasi seperti kerja paksa atau pelayanan paksa, perbudakan, atau praktik serupa perbudakan itu. Pelaku tindak pidana perdagangan orang melakukan perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian, atau penerimaan orang untuk tujuan menjebak, menjerumuskan, atau memanfaatkan orang tersebut dalam praktik eksploitasi dengan segala bentuknya dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas korban.

Bentuk-bentuk eksploitasi meliputi kerja paksa atau pelayanan paksa, perbudakan, dan praktik-praktik serupa perbudakan, kerja paksa atau pelayanan

1

(13)

paksa adalah kondisi kerja yang timbul melalui cara, rencana, atau pola yang dimaksudkan agar seseorang yakin bahwa jika ia tidak melakukan pekerjaan tertentu, maka ia atau orang yang menjadi tanggungannya akan menderita baiksecara fisik maupun psikis. Tindak pidana perdagangan orang, khususnya perempuan dan anak, telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan baik terorganisasi maupun tidak terorganisasi. Tindak pidana perdagangan orang bahkan melibatkan tidak hanya perorangan tetapi juga korporasi dan penyelenggara negara yang menyalahgunakan wewenang dan kekuasaannya.

Jaringan pelaku tindak pidana perdagangan orang memiliki jangkauan operasi tidak hanya antar wilayah dalam negeri tetapi juga antaranegara.Tindak eksploitasi untuk waktu yang pendek sering tidak disadari oleh korban, namun dalam waktu yang panjang, korban baru merasakan bahwa dirinya telah dieksploitasi. Tindakan eksploitasi adalah tindakan berupa penindasan, pemerasan dan pemanfaatan fisik, seksual, tenaga, dan atau kemampuan seseorang oleh pihak lain yang dilakukan dengan cara sewenang-wenang atau penipuan untuk mendapatkan keutungan baik materiil maupun nonmateriil. Salah satu unsur terpenting dalam tindak pidana perdagangan orang adalah tindakan eksploitasi yang dimaksudkan sebagai tujuan dari rangkaian perbuatan awal berupa perekrutan, pengiriman, penyerahterimaan orang dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, penipuan, penculikan, penyekapan, penyalahgunaan kekuasaan, pemanfaatan posisi kerentanan, atau penjeratan utang.

Dinas Sosial adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang kesejahteraan sosial. Dinas Sosial juga adalah organ yang berwenang memproses

(14)

pelayanan, pemberdayaan dan pembinaan untuk kesejahteraan sosial dan berkewajiban melakukan pelayanan rehabilitasi kesejahteraan sosial, pemberdayaan bagi korban perdagangan orang dan melakukan pembinaan korban eksploitasi seksual, eksploitasi anak serta penyakit sosial lainnya.

Makassar sebagai salah satu kota besar di Indonesia tak lepas dari masalah sosial kemasyarakatan. Sebagai kota tujuan para urbanisasi, kesenjangan sosial serta menjamurnya perdagangan orang menjadi masalah yang sulit terpecahkan.

Dinas Sosial yang berada di garda terdepan untuk menuntaskan masalah ini, terkesan mandul. Selain karena minimnya konsep penentasan secara berkelanjutan, alasan klasik seperti keterbatasan anggaran menjadi dalih yang kerap terlontar.

Peran Dinas Sosial sangat penting dalam mencegah dan menaggulangi tindak pidana perdagangan orang, berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Undang-Undang ini mengatur perlindungan saksi dan korban sebagai aspek penting dalam penegakan hukum, yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan dasar kepada korban dan saksi. Mengingat besarnya bahaya tindak pidana perdagangan orang baik terhadap korban maupun generasi penerus bangsa Indonesia kedepan, maka upaya pemberantasan tindak pidana perdagangan orang secara insentif, efektif, dan komprehensif terhadap semua kalangan masyarakat luas merupakan hal yang sangat penting. Melalui pemahaman dan kesadaran masyarakat luas diharapkan implementasi dan segala upaya pencegahan serta pemberantasan tindak pidana perdagangan orang mendapat dukungan sehingga pemberantasan

(15)

tindak pidana perdagangan orang berjalan dengan lancar tanpa banyak kendala dalam pelaksaannya.

Memahami pentingnya pemberdayaan dan perlindungan terhadap Perempuan dan Anak di wilayah Kota Makassar, maka penulis tertarik untuk memilih judul : “Peran Dinas Sosial dalam Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak di Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan masalah pertanyaan sebagai berikut;

1. Bagaimana Peran Dinas Sosial Dalam Penanggulangan Perdagangan Perempuan Dan Anak Di Kota Makassar?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi Dinas Sosial dalam penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah di rumuskan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peranDinas Sosialdalam penanggulangan perdagangan perempuan dananak di kota makassar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Peran Dinas Sosial dalam Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak di Kota Makassar.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah :

(16)

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan penanggulangan perdagangan perempuan dan anak.

2. Dari segi praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi masyarakat tentang peran Dinas Sosialdalam Penanggulangan perdagangan perempuan dan anak. Terkhusus bagi pemerintah, khususnya Pemerintah kota Makassar, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam perumusan kebijakan dalam rangka penanggulangan perdagangan perempuan dan anak.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Peran Dinas Sosial

1. Peran

Peran yang berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama. Peran atau role juga diartikan sebagai suatu kelakuan yang diharapkan dari oknum dalam antar hubungan sosial tertentu yang berhubungan dengan status sosial tertentu. Melihat pengertian ini, jika dikaitkan dengan pengertian peran dalam Dinas Sosial adalah tugas dan wewenang Dinas Sosial sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu supaya Dinas Sosial dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan maka harus menjalankan peranannya. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan olehSoekanto (2002 : 243) Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan tertentu (status) apabila seseorang melaksanakan hak-hak tertentu serta kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia dikatakan menjalankan peranannya.

Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soekanto, sebagai berikut:Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

Sering kurang dipahami bahwa dalam arti yang sesungguhnya, setiap pejabat pimpinan dalam suatu organisasi merupakan manajer sumber daya

7

(18)

manusia. Artinya, para manajer ikut dan harus terlibat dalam mengambil berbagai dan langkah kegiatan manajemen sumber daya manusia, mulai dari perencanaan ketenagakerjaan hingga pensiunan pegawai.

Akan tetapi biasanya dalam suatu organisasi dibentuk suatu kerja yang melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya manusia dan satuan kerja tersebutlah yang secara fungsional bertanggung jawab dalam melakukan berbagai kegiatan dan mengambil berbagai langkah dalam manajemen sumber daya manusia. Terdapat dua alasan kuat mengapa satuan kerja fungsional demikian perlu dibentuk. Pertama, meskipun bahwa setiap manajer yang bersangkutan deserahi tugas dan tanggung jawab melaksanakan kegiatan-kegiatan lain, baik yan g sifatnya tugas pokok maupun tugas penunjang, sehingga perhatian utamanya ditujukan kepada tanggung jawab fungsional itu, kedua, dewasa ini manajemen sumber daya manusia mutlak perlu ditangani secara professional oleh tenaga- tenaga spesial karena hanya dengan demikianlah manajemen sumber daya manusia yang sangat kompleks itu dapat ditangani dengan baik.( Sondang, 2001 :31).

Dari beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan perilaku, tugas yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa. Oleh karena itu, dalam konteks pembahasan ini maka peranan dimaksudkan sebagai keterlibatan atau keikutsertaan secara aktif dalam suatu pencapaian yang dilakukan oleh individu atau kelompok terhadap Penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di kota makassar dalam rangka terwujudnya sebagai kota yang aman dan damai.

(19)

2. Dinas Sosial

Dinas Sosial adalah pelaksana Pemerintah Daerah di bidang kesejahteraan sosial. Dinas Sosial dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang beradadi bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Daerah.

Organisasi dan Tata kerja Dinas Sosial. Guna peningkatan dan pengembangan pelaksanaan tugas dalam rangka perwujudan menuju ke arah Otonomi nyata dan bertanggung jawab maka perlu disusun Organisasi dan Tata kerja Dinas Sosial di suatu Daerah, berdasarkan pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah pasal 49 ayat (2) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 363 Tahun 1977 tentang Pedoman Pembentukan Susunan 0rganisasi dan Tata kerja Dinas Daerah.

Dinas Sosial mempunyai tugas pokok :

a. Melaksanakan urusan rumah tangga Daerah dalam bidang kesejahteraan sosial.

b. Melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan oleh Kepala Daerah.

c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diserahkan oleh Kepala Daerah.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Sosial mempunyai fungsi :

a. perumusan kebijaksanaan tehnis, pemberian bimbingan dan pembinaan, pemberian perizinan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(20)

c. pengamanan dan pengendalian tehnis atas pelaksanaan tugas pokoknya berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, Dinas Sosial mempunyai Seksi Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial Anak dan Keluarga mempunyai peran sebagai berikut:

1. Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

Pelayanan dan rehabilitasi sosial adalah Melakukan penanganan psikososial bagi korban perdagangan orang seperti komersial seksual, eksploitasi anak. Peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial(PMKS).

Penyusunan kebijakan pelayanan dan rehabilitasi social bagi PMKS. Penanganan masalah-masalah strategis yang menyangkut tanggap cepat darurat dan kejadian luar biasas.

2. Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah Peningkatan Kemampuan (Capacity Building) petugas dan pendamping sosial pemberdayaan fakir miskin. Pelatihan ketrampilan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosal dan Fasilitasi manajemen usaha bagi keluarga miskin. Pengadaan sarana dan Prasarana pendukung usaha.

Meningkatkan profesionalisme pelayanan dan rehabilitasi sosial guna pemenuhan hak dasar bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial.

(21)

3. Pembinaan

Pembinaan adalah sMelaksanakan pembinaan dan pengembangan usaha- usaha rehabilitasi dan pelayanan sosial kepada bayi terlantar, anak yatim piatu, anak terlantar dan remaja yang mengalami kemerosotan fungsi sosialnya.

B. KonsepPerdagangan Perempuan dan Anak

Perdagangan perempuan dan anak adalah persoalan kemanusiaan yang amat mendasar. Dalam protokol untuk mencegah perdagangan manusia khususnya perempuan dan anak, konvensi PBB mengenai kejahatan transnasional mendefinisikan: rekrutmen, transportasi, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk- bentuk tekanan lain, penculikan, pemalsuan, penipuan atau pencurangan atau penyalahgunaan kekuasan atau posisi rentan, ataupun penerimaan/pemberian bayaran, atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang tersebut untuk dieksploitasi, yang secara minimal termasuk eksploitasi melalui prostitusi atau bentuk –bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik yang menyerupainya, adopsi ilegal atau pengambilan organ-organ tubuh”.

Pengertian Perdagangan Anak menurut Gugus Tugas Penghapusan Perdagangan Anak Indonesia dapat diuraikan bahwa Perdagangan anak adalahsegala tindakan pelaku (trafiker) yang mengandung salah satu atau lebih tindakan perekrutan, pengangkutan antar daerah dan antar negara, pemindahtanganan, pemberangkatan, penerimaan dan penampungan sementara

(22)

atau di tempat tujuan – orang (manusia) – dengan cara ancaman, penggunaan kekerasan verbal dan fisik, penculikan, penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan posisi kerentanan (misalnya ketika seseorang tidak memiliki pilihan lain, terisolasi, ketergantungan obat, jebakan hutang, dan lain-lain), memberikan atau menerima pembayaran atau keuntungan, di mana orang (manusia) digunakan untuk tujuan pelacuran dan eksploitasi seksual (termasuk phaedopili), buruh migran legal maupun ilegal, adopsi anak, pekerjaan jermal, pengantin pesanan, pembantu rumah tangga, mengemis, industri pornografi, pengedaran obat terlarang, dan penjualan organ tubuh, serta bentuk-bentuk eksploitasi lainnya.

Perdagangan orang khususnya anak dan perempuan merupakan kejahatan terhadap kemerdekaan yang melanggar hak asasi manusia, menghancurkan kehormatan manusia serta harapan korban untuk dapat hidup layak. Pada beberapa kasus, terindikasi modus operandi melalui jeratan hutang (debt bondage),dan kejahatan ini melibatkan organisasi kejahatan transnasional. Dan yang menjadi korban Perdagangan orang yang terbanyak adalah perempuan dan anak. Para korban mengalami kekerasan fisik, psikis, dan seksual, sehinggaberakibat terganggunya kesejahteraan mereka. Untuk mencegah itu maka dibutuhkan perlindungan terhadap anak.

Terdapat beberapa definisi yang digunakan dalam melihat perlindungan anak: Menurut Gosita, (1989) adalah: “Suatu usaha yang mengadakan kondisi dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya”Dapat disimpulkan bahwa perlindungan anak merupakan suatu kondisi untuk menciptakan kesejahteraan anak, yaitu terpenuhinya kebutuhan anak.

(23)

Menurut Soeaidy dan Zulkahir (2001), mengatakan: “Segala upaya yang ditujukan untuk mencegah, merehabilitasi, dan memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah, eksploitasi, dan penelantaran agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara wajar, baik fisik, mental, maupun sosial”Dari pengertian ini, perlindungan anak ditekankan pada tujuannya untuk melindungi anak dari perlakuan yang salah, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.

Menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, menyatakan: “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang; dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”Pada intinya hakekat perlindungan adalah memberikan rasa aman kepada seseorang dari kemungkinan terjadinya tindakan melawan hukum. Perlindungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan, yang juga merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh hukum. Dalam kaitannya dengan anak, karena kedudukannya yang lemah dan tidak mampu bertindak seperti orang dewasa, kedudukan anak memiliki risiko penganiayaan, kekerasan juga diskriminasiyang jauh lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Karena itulah lembaga pemerintah dan swasta harus membuat sebuah sistem yang dapat mengakomodasi segala kepentingan anak yang dimulai dari pemberian hak dan kewajiban yang dijamin oleh hukum, sampai dengan jaminan penyelesaian setiap pelanggaran terhadap

(24)

haknya tersebut. Tujuannya agar setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik fisik, mental, maupun sosial.

Melindungi anak adalah melindungi dan membangun manusia seutuhnya.

Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya.

Mengabaikan masalah perlindungan anak tidak akan memantapkan pembangunan nasional, sehingga akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang dapat mengganggu ketertiban, keamanan, dan pembangunan nasional. Menurut Zaini (2002) mengabaikan dan tidak memantapkan perlindungan anak adalah sesuatu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, kurang perhatian, dan tidak diselenggarakannya perlindungan anak akan membawa akibat yang sangat merugikan diri kita sendiri di masa depan.

Adapun Bentuk-bentuk dan Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Perempuan dan Anak(Farhana, 2012 :32-50) antara lain:

1. Bentuk-bentuk perdagangan perempuan dan anak

Bentuk-bentuk perdagangan perempuan dan anak yang terjadi di suatu negara dengan negara lain memiliki karakteristik yang berbeda, tetapi secara umum bentuk-bentuknya meliputi pekerja migran, kerja paksa,perbudakan dalam rumah tangga,adopsi anak antar negara secara ilegal, penjeratan, pengantin pesanan melalui e-mail ( mail-order bride), . . Kerja paksa meliputi pengikatan kerja, kewajiban bekerja bagi anak-anak, dan kerja paksa.

a. Pekerja Migran

Pekerja migran adalah orang yang bermigrasi dari wilayah kelahirannya ke tempat lain dan kemudian bekerja di tempat yang baru tersebut dalam jangka

(25)

waktu relatif menetap. Migrasi yang dilakukan banyak orang dilihat sebagai fenomena demografis. Keputusan berpindah tempat tinggal dari satu wilayah ke wilayah lain adalah merupakan konsekuensi dari perbedaan dalam nilai kefaedahan antara daerah asal dan daerah tujuan. Perpindahan terjadi jika ada faktor pendorong dari tempat asal dan faktor penarik dari tempat tujuan. Faktor pendorong dari daerah asal seperti tekanan ekonomi di mana tidak terpenuhi kebutuhan, lapangan kerja kurang, sedangkan faktor penarik, yaitu adanya pekerja yang sukses berhasil memenuhi kebutuhan keluarga di daerah asal, walaupun ada juga pekerja yang gagal, tetapi daerah tujuan tetap merupakan penarik bagi banyak orang.

Pekerja migran mencakup dua tipe, yaitu pekerja migran internal dan pekerja migran intenasional. Pekerja migran internal berkaitan dengan urbanisasi, sedangkan pekerja migran internasional tidak dapat dipisahkan dari globalisasi.

Pekerja migran internal (dalam negeri) adalah orang yang bermigrasi dari tempat asalnya untuk bekerja di tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah indonesia. Karena perpindahan penduduk umumnya dari desa ke kota (rural-to- urban migration), maka pekerja migran internal seringkali diidentikan dengan “ orang desa yang bekerja di kota.” Pekerja migran internasional (luar negeri) adalah mereka yang meninggalkan tanah airnya untuk mengisi pekerjaan di negara lain. Di Indonesia, pengertian ini menunjuk pada orang indonesia yang bekerja di luar negeri atau yang dikenal dengan istilah Tenaga Kerja Indonesia(TKI). Karena persoalan TKI ini seringkali menyentuh pada buruh wanita yang menjadi pekerja kasar di luar negeri, yang biasanya disebut dengan

(26)

Tenaga Kerja Wanita (TKW atau Nakerwan), sedangkan pekerja laki-laki di luar negeri disebut dengan TKI. Baik pekerja migran internal maupun pekerja migran internasioanl berpeluang terjadinya perdagangan manusia.

1. Pekerja Migran Internal

Pertumbuhan penduduk yang besar, persebaran penduduk yang tidak merata antar daerah, dan rendahnya daya serap industri di perkotaan, menyebabkan urbanisasi. Fenomena ini menunjuk pada keadaan di mana pertumbuhan kota berjalan cepat namun tanpa diimbangi dengan kesempatan kerja yang memadai, khususnya di sektor industri dan jasa. Akibatnya, para migran yang ingin memperbaiki nasib meninggalkan desanya tanpa bakal keahlian yang memadai tidak mampu terserap oleh sektor industri dan jasa diperkotaan.

Mereka kemudian bekerja di sektor informal perkotaan yang umumnya ditandai oleh produktivitas rendah, upah rendah,kondisi kerja buruk, dan tanpa jaminan sosial.

Kebijakan pemerintah tentang penempatan tenaga kerja dalam negeri adalah Kepmenkertrans RI Kep-203/MEN/1999 tentang Penempatan Tenaga Kerja di Dalam Negeri, mengatur mengenai mekanisme Antar Kerja Lokal (AKL) dan Antar Kerja Antar Daerah (AKAD). Pengaturan tersebut ditujukan untuk menjamin perlindungan bagi tenaga kerja yang ditempatkan melalui penetapan prosedur dan mekanisme penempatan tenaga kerja serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan tersebut, sehingga tidak terjadi perdagangan orang.

(27)

2. Pekerja Migran Internasional

Menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), ada kira-kira delapan puluh satu juta buruh migran di seluruh dunia dan dari semua ini, dua puluh juta bekerja di Asia. Perempuan merupakan setengah dari jumlah seluruh dari migran di dunia untuk beberapa dasawarsa.

Kebanyakan terjadi eksploitasi adalah menjadi pembantu rumah tangga.

Hal ini terjadi karena tenaga kerja untuk sektor rumah tangga di luar negeri, permintaan terbesar jatuh pada pilihan pekerja migran perempuan Indonesia untuk menjadi pekerja rumah tangga, karena tidak memerlukan banyak keterampilan.

Profesi pekerja rumah tangga tidak diatur oleh pemerintah dan berada di luar jangkauan Undang-Undang Ketenagakerjaan nasional setempat karena dianggap masuk dalam sektor informal, sehingga berpeluang untuk terjadi perdagangan orang. Sehubungan dengan sifat pekerjaan sebagai pekerja rumah tangga yang bekerja di rumah pribadi, sehingga tertutup dari sorotan masyarakat umum atau akses untuk memperoleh bantuan.

b. Pekerja Anak

Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak sebagai titik awal perhatian pemerintah Indonesia terhadap masalah anak. Terbitnya undang-undang tersebut diikuti dengan berbagai program Tahun 1990 Pemeritanh Indonesia meratifikasi Konvensi Hak Anak oleh PBB pada tahun 1989. Hal ini dinilai sebagai tanda adanya perhatian terhadap masalah buruh anak.

(28)

Batasan usia minimun anak diperbolehkan bekerja dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang pengesahan Konvensi ILO Nomor 138 mengenai usia minimun untuk diperbolehkan bekerja, kemudian ditindaklanjuti dengan Undang-Undang No 1 Tahun 200 tentang pengesahan Konvensi ILO Nomor 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan segera Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak.

Dalam implementasinya diharuskan dan tidak membedakan siapa pun negara yang bersedia meratifikasi konvensi ILO Nomor 182, baik negara maju maupun negara berkembang harus mengambil tindakan segera upaya penghapusan bentuk pekerjaan terburuk yang dilakukan anak dengan batas usia 18 tahun ke bawah. Tindak lanjut dari konvensi tersebut adalah disahkannya Keputusan Presiden RI Nomor 59 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak. Pengertian pekerjaan terburuk untuk anak menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tersebut di Indonesia secara umum meliputi anak-anak dieksploitasi secara fisik maupun ekenomi yang antara lain dalam bentuk berikut.

a. Anak-anak dilacurkan.

b. Anak-anak yang dipertambangan.

c. Anak-anak yang bekerja sebagai penyelam mutiara.

d. Anak-anak yang bekerja disektor konstruksi.

e. Anak-anak yang bekerja di jermal.

f. Anak-anak yang bekerja sebagai pemulung sampah.

(29)

g. Anak-anak yang dilibatkan dalam produksi dan kegiatan yang menggunakan bahan-bahan peledak.

h. Anak-anak yang bekerja di jalan .

i. Anak-anak bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

j. Anak-anak yang bekerja di industri rumah tangga.

k. Anak-anak yang bekerja di perkebunan.

l. Anak-anak yang bekerja pada penebangan, pengolahan, dan pengangkutan kayu.

m. Anak-anak yang bekerja pada industri dan jenis kegiatan yang menggunakan bahan kimia yang berbahaya.

c. Perbudakan Dalam Rumah Tangga

Umumnya para korban dijanjikan oleh pelaku pekerjaan yang mudah dan prospektif dengan gaji yang tinggi, tetapi mereka tidak dipekerjakan sebagaimana yang dijanjikan itu. Malahan, sebagian dari mereka dipaksa menjadi budak di rumah seseorang. Orang itu bettiak untuk melakukan apa saja terhadap mereka, seperti kekerasan seksual, pemukulan, penyekapan, atau menyuruh bekerja tanpa gaji dan dengan jam kerja yang melewati batas.

Pebudakan dalam rumah tangga pada dasarnya merupakan imbas lanjutan dari kerja paksa dan korbannya pun tidak hanya perempuan dan anak-anak, tetapi juga laki-laki. Umumnya mereka berasal dari negara-negara berkembang (developing countries), seperti negara-negara di Afrika, Thailand, Kamboja, dan Indonesia. Dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, mereka dengan mudah terpengaruh oleh bujuk rayu pelaku dan dijadikan objek perbudakan dalam

(30)

rumah tangga. Seperti yang terjadi pada kerja paksa, modus operandi pelaku untuk membuat korban tidak memiliki kekuatan untuk melawari adalah dengan mengirim mereka ke negara di mana bahasa yang digunakan tidak sama dengan bahasa itu korban.

Terjadi pada orang-orang Indonesia yang menjadi korban perdagangan orang . Sebagian dari mereka dijadikan sebagai objek perbudakan dalam rumah tangga. Mereka dipaksa bekerja melebihi batas waktu yang ditentukan, tanpa istrahat, dan dengan jatah makan yang jauh dari cukup. Mereka juga tidak mendapatkan gaji setelah selesai bekerja, mereka dilarang keluar ke tempat- tempat umum dan terlibat dalam berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan.

Bahkan, tidak jarang dari mereka yang disekap dalam suatu ruangan tertutup dengan kondisi yang sangat jauh dari layak. Waktu untuk istrahat pun dibatasi.

Demikian juga dengan kondisi fisik dan kesehatan mereka yang dibiarkan oleh para majikan. Yang lebih mengenaskan, pada saat sakit pun mereka dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan pada saat sehat.

d. Penjeratan Utang

Penjeratan utang dalam bentuk apa pun secara nyata bertentangan dengan hukum internasioanl. Penjeratan utang diartikan sebagai : “pledging the personal services or labor a person indefinitely as security for debt, when the length and nature of the services is not clearly devined”.Jadi, penjeratan berkaitan dengan pelayanan dan kerja oleh korban kepada pelaku yang tidak ditentukan jenis dan lamanya kerja.

(31)

Sedangkan di dalam pasal 1 angka 15 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, penjeratan utang adalah :

“Perbuatan menempatkan orang dalam status atau keadaan menjaminkan

atau terpaksa menjaminkan dirinya atau keluarganya atau orng-orang yang menjadi tanggung jawabnya, atau jasa pribadinya sebagai bentuk pelunasan utang.”

Utang ini terdiri atas sejumlah uang yang harus dibayar kepada keluarga korban dan pelaku, ongkos transpor, uang “tutup ulut” yang diberikan kepada pejabat atau aparat penegak hukum, dan biaya hidup korban yang ditanggung pelaku. Yang lebih parah lagi adalah jumlah uang yang harus dibayar kepada keluarga dan pelaku itu ternyata diduakalilipatkan dan disertai bunga untuk masing-masingnya.

Untuk mencegah korban melarikan diri sebelum mereka melunasi utangnya, pelaku biasanya menempatkan mereka di apartemen yang dijaga oleh satu orang penjaga atau lebih, pabrik, rumah pelaku, atau rumah pelacuran.

Apabila korban mencoba melarikan diri, cara yang dilakukan pelaku adalah dengan mendeportasi mereka ke suatu negara yang tidak kenal oleh korban.

Negara yang dituju adalah negara yang jauh dari negara asal korban dan menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa ibu korban. Kesulitan bahasa inilah yang menyebabkan korban tidak memiliki kemampuan untuk melarikan diri. Pelaku juga tidak jarang menyekap atau menahan korban di suatu tempat yang tidak diketahui oleh mereka.

(32)

e. Pengantin Pesanan

Pengantin pesanan (mail-order brides) juga merupakan salah satu bentuk perdagangan orang. Mail-order brides merupakan suatu terminologi yang merujuk pada pembelian barang atau pelayanan melalui fasiptas e-mail. Pembeli memesan produk (perempuan) yang diinginkan kepada kepada penjual melalui beberapa metode, seperti melalui telepon atau website. Kemudian, produk yang dipesan itu dikrimkan kepada pembeli sesuai dengan alamat yang diberikan. Akan tetapi, pada umumnya, produk yang dipesan tersebut diambil sendiri oleh pembeli.

Pesanan pengantin sering kali dianggap sebagai produk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti internet. Kehadiran internet yang merupakan imbas dari perkembangan teknologi informasi memberikan andil terhadap eksistensi pesanan pengantin. Pesanan pengantin telah muncul dan berkembang sedemikian rupa sejak beberapa dekade yang lalu dan hingga saat ini menjadi pilihan utama kebanyakan orang-orang Barat yang ingin mendapatkan pengantin yang berasal dari luar negeri. Tentu saja keterlibatan ma-kelar (broker) perkawinan internasioanal sebagai pihak ketiga semakin memudahkan intesitas pengantin pesanan.

Kebanyakan perempuan yang menjadi objek pengantin pesanan berasal dari Filipina, bekas negara Uni Soviet, atau negara-negara di Amerika Latin.

Mereka umumnya berasala dari negara-negara miskin, masih muda, dan tidak berpendidikan. Sedangkan laki-laki yang memesan perempuan tersebut utamanya berasal dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Mereka umumnya berpendidikan,

(33)

kaya, dan berumur antara 30 sampai 40 tahun. Tidak jarang mereka berprofesi sebagai dosen perguruan tinggi atau pengecara.

Modus operandi untuk mendapatkan pengantin pesanan bervariasi, tetapi secara umum dilakukan dengan pertama kali mendaftar pada situs-situs website yang menyediakan layanan saja pengantin pesanan. Situs tersebut ada yang gratis (free) dan ada juga yang mesyaratkan pembayaran sejumlah uang. Pembayaran sejumlah uang tersebut yang bertujuan untuk mendapatkan inforasi tentang pengantin pesanan dapat dilakukan selama satu kali, satu bulan, atau setiap kali mengunjungi situs website. Laki-laki umumnya mencari pengantin pesanan berdasarkan foto, profil, umur, berat, tinggi, pekerjaan, status perkawianan, jumlah anak, informasi lain. Kebanyakan dari mereka mencari perempuan yang memiliki nilai jual yang tinggi didasarkan pada penampilan perempuan yang bersangkutan.

Ketika Laki-laki tersebut tertarik kepada pengantin yang prospektif, yang dilakukan pertama kali adalah dengan membayar ongkos informasi yang diinginkan, kemudian menghubungi si perempuan, baik melalui e-mail, telepon, maupun surat. Setelah itu, keduanya melakukan korespondensi. Jika laki-laki tersebut ternyata tertarik untuk menikahinya, dia membuatkan visa si perempuan sebagai syarat untuk bisa dibawa ke negara asal laki-laki tersebut.

(34)

2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan perempuan dan Anak

a. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi menjadi penyebab terjadinya perdagangan perempuan dan anak yang dilatarbelakangi kemiskinan dan lapangan kerja yang tidak ada atau tidak memadai dengan besarnya jumlah penduduk, sehingga kedua hal inilah yang menyebabkan seseorang untuk melakukan sesuatu, yaitu mencari pekerjaan meskipun harus keluar dari daerah asalnya dengan resiko yang tidak sedikit.

Kemiskinan yang begitu berat dan langkanya kesempatan kerjamendorong jutaan penduduk indonesia untuk melakukan migrasi di dalam dan ke luar negeri guna menemukan cara agar dapat menghidupi diri mereka dan keluarga mereka sendiri. Karena daerah tempat mereka tinggal umumnya daerah miskin, sehingga mereka bermigrasi ke daerah yang kelihatannya menjanjikan kehidupan atau lapangan pekerjaan yang lebih baik. Selain itu juga, sejak kebijakan pemerintah dalam pembangunan ekonomi menggariskan untuk lebih mengutamakan ekonomi berbasis industri dari pada ekonomi berbasis agraris, struktur produksi juga mengalami perubahan. Produksi pertanian terus berkurang, proses penyempitan lahan pertanian berjalan sangat cepat, dan kebutuhan tenaga kerja di pedesaan semakin berkurang. Sementara di sisi lain, produksi di bidang industri terus meningkat seiring pembangunan berbagai pabrik di kota. Ini juga menjadi penarik terjadinya migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan. Kenyataan menunjukan bahwa kebutuhan tenaga di sektor industri yang terus bertambah tersebut sulit

(35)

diisi oleh sebagian penduduk indonesia dari pedesaan, karena rendahnya pendidikan dan kurang mendapat peluang ekonomi.

b. Faktor Ekologis

Penduduk Indonesia amat besar jumlahnya dan secara georafis, Indonesia terdiri atas 17.000 pulau dan 34 provinsi. Letak indonesia amat strategis sebagai negara asal maupun transit dalam perdagangan orang, karena memiliki banyak pelabuhan udara dan pelabuhan kapal laut serta letaknya berbatasan dengan negara lain, terutama di perbatasan darat seperti Kalimantan Barat dan Sabah, Australia di bagian selatan, Timor Leste di bagian timur, dan Irian Jaya dengan Papua Nugini.

Karakteristik kelompok masyarakat yang rentan menjadi korban perdagangan orang, baik laki-laki maupun perempuan bahkan anak-anak adalah keluarga miskin dari pedesaan atau kawasan kumuh perkotaan yang memaksakan diri ke luar daerah samapai ke luar negeri untuk bekerja walaupun dengan bekal kemampuan yang sangat terbatas dan informasi terbatas.

c. Faktor Ketidakadaan Kesetaraan Gender

Nilai sosial budaya patriarki yang masih kuat ini menempatkan laki-laki dan perempuan pada kedudukan dan peran yang berbeda dan tidak setara. Hal ini ditandai dengan adanya pembakuan peran, yaitu sebagai istri, sebagai ibu, pengelola rumah tangga, dan pendidikan anak-anak di rumah, serta pencari nafkah tambahan dan jenis pekerjaannya pun serupa dengan tugas di dalam rumah tangga, misalnya menjadi pembantu rumah tangga dan mengasuh anak. Selain peran perempuan tersebut, perempuan juga mempunyai beban ganda, subordinasi,

(36)

marjinalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan, yang kesemuanya itu berawal dari diskriminasi terhadap perempuan yang menyebabkan mereka tidak atau kurang memiliki akses, kesempatan dan kontrol atas pembangunan, serta tidak atau kurang memperoleh manfaat pembangunan yang adil dan setara dengan laki- laki. Oleh sebab itu, disinyalir bahwa fakor sosial budaya yang merupakan penyebab terjadinya kesenjangan gender, antara lain dalam hal berikut:

1. Lemahnya pemberdayaan ekonomi perempuan dibandingkan dengan laki- laki, yang ditandai dengan masih rendahnya peluang perempuan untuk bekerja dan berusaha, serta rendahnya akses sumber daya ekonomi seperti teknologi,informasi, pasar, kredit, dan modal kerja.

2. Kurangnya pengetahuan pada perempuan dibanding dengan laki-laki.

3. Ketidaktahuan perempuan dan anak-anak tentang apa yang sebenarnya terjadi di era globalisasi.

4. Perempuan kurang mempunyai hak untuk mengambil keputusan dalam keluarga atau masyarakat dibanding dengan laki-laki.

Dilihat penjelasan di atas, sehingga banyak perempuan yang menjadi korban, hal ini karena dalam masyarakat terjadi perkawinan usia muda yang dijadikan cara untuk keluar dari kemiskinan. Dalam keluarga anak perempuan seringkali menjadi beban ekonomi keluarga, sehingga dikawinkan pada usia muda. Mengawinkan anak dalam usia muda telah mendorong anak memasuki eksploitasi seksual komersial, karena pertama, tingkat kegagalan pernikahan semacam ini sangat tinggi, sehingga terjadi perceraian dan rentan terhadap perdagangan orang. Setelah bercerai harus menghidupi diri sendiri walaupun

(37)

mereka masih anak-anak. Pendidikan rendah karena setelah menikah mereka berhenti sekolah dan rendahnya keterampilan mengakibatkan tidak banyak pilihan yang tersedia dan dari segi mental, ekonomi atau sosial tidak siap untuk hidup mandiri, sehingga cenderung memasuki dunia pelacuran sebagai salah satu cara yang paling potensial untuk mempertahankan hidup. Kedua, pernikahan dini seringkali mengakibtkan ketidaksiapan anak menjadi orang tua, sehingga anak dilahirkan rentan untuk tudak mendapat perlindungan dan seringkali berakhir pula dengan masuknya anak ke dalam dunia eksploitasi sesksual komersial. Ketiga, adanya ketidaksetaraan relasi antara laki-laki dan perempuan yang membuat perempuan terpojok dan terjebak pada persoalan perdagangan orang. Ini terjadi pada perempuan yang mengalami perkosaan dan biasanya sikap atau respon masyarakat umumnya tidak berpihak pada mereka. Perlakuan masyarakat itu yang mendorong perempuan memasuki dunia eksploitasi seksual komersial.

Sebenarnya, keberadaan perempuan di dunia eksploitasi sesksual komersial lebih banyak bukan karena kemauan sendiri, tetapi kondisi lingkungan sosial budaya di mana perempuan itu berasal sangat kuat mempengaruhi mereka terjun ke dunia eksploitasi sosial terutama untuk dikirim di kota-kota besar.

d. Faktor Penagakan Hukum

Inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan nilai- nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.

(38)

C. Konsep Dinas Sosial dalam Penanggulangan Perdagangan Perdagangan Perempuan dan Anak.

Penanggulangan dalam bahasa sehari-hari ialah tindakan yang dilakukan untuk mencegah sebuah kejadian. Biasanya kata ini diikuti oleh kata yang akan dicegah tersebut.Tindak Pidana Perdagansgan Orang (PTPPO) khusus perempuan dan anak merupakan trans-nationalorganize crime, merupakan tindak kejahatan berat terhadap hak asasi manusia, sangat kompleks dan bersifat multidimensi yang memerlukan upaya pencegahan dan penanganan menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan serta terkoordinasi dengan baik antara pemerintah pusat, daerah, organisasi keagamaan, LSM, perguruan tinggi, media massa, dan seluruh komponen masyarakat meliputi upaya-upaya pencegahan,penyebarluasan informasi,penertiban administrasi kependudukan,pendidikan dan pelatihan dan partisipasi anak, rehabilitasi kesehatan, sosial, pemulangan dan reintegrasi, pengembangan norma hukum, penegakan hukum, koordinasi dan kerja sama.

Keberhasilannya sangat tergantung dari besarnya komitmen berbagai pihak baik nasional maupun internasioal. Untuk itu komitmen pemerintah sangat tinggi terhadap permasalahan ini. Segala perangkat yang dibutuhkan untuk merealisasikan komitmen tersebut terus menerus diupayakan, dilengkapi dan disempurnakan, baik dari sisi peraturan perundangannya sampai kepada penganggaran yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional PTPPO dan ESA 2009-2014.

(39)

Dengan adanya Rencana Aksi Nasional PTPPO dan ESA, maka secara teknis dapat segera diimplementasikan oleh Gugus Tugas dan Sub-Gugus Tugas pokok dan fungsi masing-masing.

Terkait penanganan TPPO tersebut, diharapkan masyarakat berperan dalam :

1) Peningkatan kewaspadaan terhadap rayuan dan bujuk rayu para calo tenaga kerja

2) Mengajukan permohonan pembuatan akte/KK maupun KTP dengan identitas asli dan sesuai prosedur yang berlaku

3) Apabila mengetahui dugaan TPPO segera menghubungi kepolisian terdekat

4) Tidak mudah tergiur janji manis para calo/sponsor

5) Mengikuti prosedur yang benar dan melengkapi persyaratan calon TKI.

Penyelenggaraan upaya penanggulangan perdagangan orang di Indonesia pada tiga tahun terakhir sudah semakin baik.Hasil kajian tengah periode (Mid Term Review) terhadap strategi dan rencana aksi nasional PTPPO dan ESA tahun 2009-2014 dari tiga aspek yang di lihat (cakupan, efektifitas, dan kesinambungan program), menunjukkan telah terjadi sejumlah perkembangan.Hal ini tidak lepas dari peningkatan mutu manajemen penyelenggaraan, mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengawasan dan evaluasi.Akan tetapi masih di jumpai berbagai kelemahan yang perlu di atasi untuk mencegah agar kelemahan-kelemahan itu yang pada beberapa hal yang dapat menjadi hambatan,

(40)

tidak terulang lagi. Beberapa kelemahan dalam penyelenggaraan rencana aksi tahun 2009-2014 yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut:

1) Kepemimpinan pada beberapa sektor dan beberapa daerah yang berdampak tidak terbitnya kebijakan dan minimnya program yang di selenggarakan.

2) Manajemen yang masih perlu peningkatan, seperti penggunaan anggaran yang kurang transparan dan kurang mengarah pada pencapaian sasaran.

3) Manajemen logistik, terutama berkaitan dengan ARV dan metadon, sehingga sering terjadi kekurangan ARV dan metadon di beberapa tempat layanan pengobatan.

4) Koordinasi dan kemitraan di daerah yang belum sepenuhnya berjalan.

5) Sistem monitoring dan evaluasi yang perlu ditingkatkan terutama di daerah dan sektor.

Percepatan dan perluasan pelaksanaan upaya penanggulangan pada periode lima tahun mendatang mengharuskan semua pemangku kepentingan di pusat dan di daerah miningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan rencana aksi masing-masing. Dalam lima tahun ke depan kelemahan-kelemahan tersebut harus dapat diatasi. Strategi dan rencana aksi nasional merupakan acuan utama bagi penyelenggaraan upaya penanggulangan perdagangan orang baik di tingkat pusat maupun di daerah.

Para pemangku kepentingan perlu menjabarkan lebih lanjut dokumen ini menjadi rencana aksi sektor dan rencana aksi daerah masing-masing dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi lembaga dan situasi epidemi dan

(41)

penanggulangan di daerah. Penyelenggaraan dilakukan melalui mekanisme kepemimpinan yang tangguh, koordinasi kemitraan, peran aktif, kelompok- kelompok masyarakat dan mobilisasi sumber daya,dengan menganut prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good govermance).

D. Kerangka Pikir

Peran Dinas Sosialdalam penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di Kota Makassar dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat terbuka.lancar,tepat dan terjangkau.Pelayanan proses penanggulangan perdagangan perempuan dan anak adalah salah satu faktor yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya peran Dinas Sosial. Oleh karena itu unsur- unsur dan fungsi-fungsi yang harus diperhatikan :

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir

s

s

E. Fokus Penelitian

Menurut Moeleong (1991:55) fokus dasarnya adalah masalah yang bersumber dari pengalaman penelitian atau melalui pengetahuan yang bersumber

Peran Dinas Sosial Dalam Penanggulangan Perdagangan

Perempuan dan Anak Peran Dinas Sosial:

1. Pelayanan 2. Pemberdayaan 3. Pembinaan Faktor Penghambat:

Kurangnya Dana Operasional Dalam Upaya

penanggulangan Perdagangan Perempuan

dan Anak Rendahnya Partisipasi Masyarakat Yang Terlibat

Dalam Program Penanggulangn Perdagangan Perempunan

dan Anak

Faktor Pendukung:

Adanya Dukungan dari Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Penanggulangan Perdagangan Perempuan

dan Anak Oleh Dinas Sosial

Efektivitas Peran Dinas Sosial Dalam Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak

(42)

dari pengalaman peneliti. Melalui pengetahuan yang diperoleh melalui kepustakaan ilmiah atau dokumen berupa peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku. Penentuan fokus penelitian memiliki dua tujuan yaitu :

1. Penentuan fokus membatasi studi yang berarti bahwa dengan adanya fokus penentuan tempat menjadi layak.

2. Penentuan fokus secara efektif menetapkan kriteria inklusi-inklusi untuk menyaring informasi yang masuk. Mungkin data cukup menarik, tetapi jika di pandang tidak relevan maka data tersebut tidak di pakai.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah :

1. Peran Dinas Sosial dalam Penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di Kota Makassar difokuskan pada : Rehabilitasi, Pemberdayaan dan Pembinaan bagi masyarakat atau korban yang di perdagangkan.

2. Hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas Sosial dalam Penanggulangan PerdaganganPerempuan dan Anak di Kota Makassar difokuskan pada :

a. Faktor-faktor penghambat Dinas Sosial dalam menjalankan tugas.

b. Bentuk dan jenis perdagangan perempuan dan anak.

3. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Sosial mengatasi hambatan dalam rangka Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak difokuskan pada :

a. Kinerja Pegawai Dinas Sosial.

b. Kegiatan operasi Pegawai Dinas Sosial.

(43)

F. Deskripsi Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan dari penelitian yang dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit untuk memudahkan peneliti sebelum melakukan observasi. Fokus penelitian merupakan garis besar dari pengamatan penelitian, sehingga observasi dan analisa hasil penelitian lebih terarah.

Adapun definisi fokus penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan yang dimaksud adalah melakukan penanganan sesuai dengan kebutuhan korban yang mengalami gangguan mental sosial dan melakukan disebabkan perdagangan orang.

2. Pemberdayaan yang dimaksud adalah peningkatan kemampuan dalam meningkatkan keterampilan bagi korban, sehingga korban bisa hidup mandiri dan jauh dari tindakan perdagangan orang.

3. Pembinaan yang dimaksud adalah Melaksanakan pembinaan dan pengembangan usaha-usaha rehabilitasi dan pelayanan sosial kepada Korban yang mengalami kemerosotan fungsi sosial.

4. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi upaya Dinas Sosial dalam penanggulangan perdagangan perempuan dan anak diantaranya adalah faktor pendukung dan faktor penghambat.

5. Evektifitas Peran Dinas Sosial yang di maksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana upaya yang di lakukan oleh Pegawai Dinas Sosial dalam penanggulangan perdagangan perempuan dan anak bisa berjalan

(44)

sebagaimana mestinya sehingga output atau hasil yang dicapai bisa efektif dan sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Dinas Sosial Kota Makassar, waktu penelitian dilakukan selama 60 (enam puluh) hari kalender mulai 02 Januari 2013 sampai 02 Maret 2014. Pertimbangan penulis untuk memilih lokasi tersebut karena kota makassar adalah salah satu kota yang cukup berkembang di Indonesia, serta merupakan kota yang metropolitan dikawasan indonesia timur, dilihat dari cepatnya pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang segnifikan, sehingga di kota makassar merupakan kota yang rawan dan sering ada yang melakukan perdagangan perempuan dan anak, untuk itu membuat peneliti tertarik melakukan penelitian di kota Makassar sebagai proses untuk merampungkan data- data penelitian tentang peran Dinas Sosial dalam penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di kota Makassar.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Dengan menggunakan studi khusus untuk memberikan gambaran tentang peran Dinas Sosial dalam penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di Kota Makassar.Menurut Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi (Narbuko,C dan Achmadi 2005:42).penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan permasalan yang ada sekarang berdasrkan data-data yang bersifat komperatif dan korelatif.

(46)

Pengertian diatas maka peneliti beranggapan bahwa penggunaan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini dianggap merupakan hal yang paling tepat untuk menggambarkan permasalahan secara mendalam yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

C. Sumber Data

Sumber Data dalam penelitian ini terdiri dari 2 (Dua) sumber data peneltian yaitu:

1. Data Primer yaitu Data yang di peroleh dengan melalui, Orservasi, wawancara, Dokumentasi dari informan peneliti yang ada kaitannya dengan obyek yang di teliti.

2. Data skunder yaitu data yang di peroleh melalui, Dokumentasi, catatan, laporan - laporan maupun arsip-arsip, resmi yang berhubungan dengan fokus penelitian.

D. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu (1) informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2) informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Hendarso dalam Suyanto, 2005: 171-172).

33

(47)

Peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling dalam menentukan informannya. Purposive sampling merupakan penentuan informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman, atau wilayah tetapi didasarkan pada adanya tujuan dan pertimbangan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian.

Imforman dalam penelitian ini adalah orang yang di anggap lebih mengetahui tentang peran Dinas Sosial dalam penanggulangan perdagangan perempuan dan anak. Adapun informan terdiri dari :

1. Kepala Dinas Sosial = 1orang

2. Staf Dinas Sosial = 5 orang

3. Anggota Lembaga Swadaya Masyarakat = 2 orang

4. Korban Eksploitasi Seksual = 1 orang

5. Orang Tua Korban = 1 orang

Jumlah = 10 orang

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang di gunakan melalui observasi langsung atas pengamatan langsung terhadap obyek yang di teliti.Observasi ini digunakan sebagai metode kriterium artinya observasi digunakan sebagai alat penguji kebenaran dan kemantapan terhadap suatu data yang telah diperoleh saat wawancara. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap obyek penelitian dengan pengamatan lebih banyak menggunakan penglihatan.

(48)

2. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan melalui wawancara mendalam dengan imforman penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah di siapkan oleh peneliti. Data yang diambil dalam wawancara adalah data tentang peran Dinas Sosial dalam penanggulangan perdagangan perempuan dan anak, hambatan dan upaya Dinas Sosial dalam mengatasi hambatan-hambatan pada Penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di Kota Makassar.

3. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pencatatan, meringkas maupun menganalisis dari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan obyek yang diteliti sepeti dokumen-dokumen, buku-buku, surat kabar, majalah, atau dapat juga berupa gambar.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah tahap selanjutnya untuk mengolah data dimana data yang diperoleh, dikerja dan dimanfaatkan untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2012 : 91) terdapat 3 aktivitas dalam analisis data, yaitu :

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

(49)

lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data merupakan rakitan informasi dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya agar makna peristiwa lebih mudah dipahami

c. Penarikan Kesimpulan

Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dengan mencatat peraturan-peraturan, sebab- akibat, dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat dipertanggungjawabkan.

Gambar 3.1 Bagan III.Model Analisis Interaktif (Sugiyono)

Sumber:Menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2012 : 91) G. Pengabsahan Data

Setelah menganalisis data, peneliti harus memastikan apakah interpretasi dan temuanpenelitian akurat. Validasi temuan menurut Creswell (Sugiyono, 2012 : 42) berarti bahwa penelitimenentukan keakuratan dan kredibilitas temuan melalui beberapa strategi, antara lain member checking, triangulasi dan auditing.

Pengumpulan data

Reduksi data Sajian data

Penarikan kesimpulan

(50)

1. Member checking, adalah proses peneliti mengajukan pertanyaan pada satu atau lebih partisipan untuk tujuan seperti yang telah dijelaskan di atas.

Aktivitas ini jugadilakukan untuk mengambil temuan kembali pada partisipan dan menanyakan padamereka baik lisan maupun tertulis tentang keakuratan laporan penelitian. Pertanyaandapat meliputi berbagai aspek dalam penelitian tersebut, misalnya apakah deskripsidata telah lengkap, apakah interpretasi bersifat representatif dan dilakukan tanpak kecenderungan.

2. Triangulasi merupakan proses penyokongan bukti terhadap temuan, analisis dan interpretasi datayang telah dilakukan peneliti yang berasal dari: 1) individu (informan) yang berbeda(guru dan murid), 2) tipe atau sumber data (wawancara, pengamatan dan dokumen),serta 3) metode pengumpulan data (wawancara, pengamatan dan dokumen).

3. External Audit, yaitu untuk menghindari bias atas hasil temuan penelitian, peneliti perlu melakukan cek silang dengan seseorang di luar penelitian.

Seseorang tersebut dapat berupa pakar yang dapat memberikan penilaian imbang dalam bentuk pemeriksaan laporan penelitian yang akurat.

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian

1.Sejarah Singkat Dinas Sosial Kota Makassar

Dina Sosial Kota Makassar yang sebelumnya adalah Kantor Departemen Sosial Kota Makassar didirikan berdasarkan Keputusan Presiden No. 44 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen dan Keputusan Presiden No.

45 Tahun 1974 Tentang susunan Organisasi Departemen beserta lampiran- lampirannya sebagaimana beberapa kali dirubah, terakhir dengan Keputusan Presiden No. 49 Tahun 1983.

Khusus di Indonesia Timur didirikan Departemen sosial Daerah Sulawesi Selatan yang kemudian berubah menjadi Jabatan Sosial lalu dirubah lagi menjadi Kantor Departemen Sosial bedasarkan Keputusan Menteri Sosial RI No. 16 Tahun 1984 tentang Organisasi dan Tata kerja Kantor Departemen Sosial di Provinsi maupun di kabupaten/Kotamadya. Dan akhirnya menjadi Dinas Sosial Kota Makassar pada tanggal 10 April 2000 yang ditandai dengan Pengangkatan dan Pelantikan Kepala Dinas Sosial Kota Makassar berdasarkan Keputusan walikota Makassar Nomor : 821.22:24.2000 tanggal 8 maret 2000.

Dinas Sosial Kota Makassar terletak di Jl. A.R Hakim No. 50 Makassar, Kelurahan Ujung Pandang Baru, Kecamatan Tallo Kota Makassar berada pada tanah seluas 499 m dengan bangunan fisik gedung berlantai 2 dan berbatasan dengan :

(52)

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kantor Kecamatan Tallo 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Perumahan Rakyat 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Ujung Pandang Baru 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Perumahan Rakyat 2. Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Makassar

Bedasarkan tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial, maka Visi Dinas Sosial Kota Makassar adalah sebagai berikut :

“ Pengendalian permasalahan social berbasis masyarakat tahun 2014”

Maknanya adalah manusia membutuhkan kepercayaan diri yang dilandasi oleh nilai-nilai kultur lokal yang diarahkan kepada aspek tatanan kehidupan dan penghidupan untuk menciptakan kemandirian local sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan keterampilan kerja, ketentraman, kedamaian, dan keadilan social yang mengarah kepada peningkatan kesejahteraan social bagi dirinya sendiri, keluarga dan lingkungan sosial masyarakatnya, serta mendorong tingkat partisipasi sosial masyarakat dalam ikut melaksanakan proses pelayanan kesejahteraan sosial masyarak.

Misi Dinas Sosial diterapkan sebagai berikut:

1. Meningkatkan partisipasi sosial masyarakat melalui pendekatan kemitraan dan pemberdayaan sosial masyarakat dengan semangat kesetiakawanan sosial masyarakat.

2. Memperkuat ketahanan sosial dalam mewujudkan keadilan sosial melalui upaya memperkecil kesenjangan sosial dengan memberikan perhatian kepada warga masyarakat yang rentan dan tidak beruntung.

(53)

3. Mengembangkan sistem perlindungan sosial 4. Melakukan jaminan sosial

5. Pelayanan rehabilitasi sosial secara optimal 6. Mengembangkan pemberdayaan sosial Adapun tujuannya sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesejahtraan sosial yang bermartabat sehingga tercipta kemandirian lokal penyandang masalah kesejahtraan sosial {PMKS}

2. Meningkatkan pendayagunaan sumber daya dan potensi aparatur {structural dan fungsional} dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai untuk mampu memberikan pelayanan di bidang kesejahtraan sosial yang tepat,berkualitas dan memuaskan

3. Meningkatkan koordinasi dan partisipasi sosial masyarakat/stakeholders khususnya lembaga sosial masyarakat dan orsos serta pemerhati di bidang kesejahtraan sosial masyarakat.

3. Strukrur Organisasi

Berdasarkan peraturan daerah Kota Makassar nomor 03 tahun 2009 tentang struktur organisasi dan tata kerja Dinas Sosial Kota Makassars, maka jabatan structural pada dinas sosial kota Makassar sebagai berikut:

1. Kepala Dinas 2. Sekretaris

a. Sub Bagian Umum dan Pegawaian b. Sub Bagian Keuangan

Referensi

Dokumen terkait

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia (way of life), mengandung pengertian bahwa Pancasila merupakan pedoman dan pegangan atau petunjuk dalam kehidupan sehari- hari

(kini, perluasan masjid sehingga 400.000 orang masuk kedalam sebuah masjid adalah hal yang sangat sulit. Memang masjid Aqsa sudah diperluas. Jikalau lebih diperluas lagi

Informasi awal yang didapat dari penyidik harus diteruskan kepada dokter forensik, sehingga dokter forensik bisa memulai melakukan investigasi terhadap temuan

JUDUL : PENGARUH JUMLAH PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS TELUR DAN TINGKAT KELULUSAN HIDUP (SR) LARVA IKAN GURAMI (Osphronemus Gouramy) PADA BUDIDAYA

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode scramble untuk meningkatkan hasil belajar

Namun, sampel kontrol tepung millet 100% ini tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan.Semakin banyak penambahan tepung beras merah kadar abu sampel semakin

Pada gambar diatas dapat dilihat hubungan berat dan tingkat kematangan telur (gonad) yang diapatkan dari data Kepiting bakau betina di kawasan perairan Kedungmutih

Dari pengujian yang dilakukan, didapatkan data pengukuran hubungan antara sudut datang sinar matahari dengan tegangan yang dihasilkan oleh sel surya seperti Tabel