• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Rentabilitas, Leverage Pada Saham Bonus Di Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2000-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Rentabilitas, Leverage Pada Saham Bonus Di Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2000-2014."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RENTABILITAS, LEVERAGE PADA SAHAM BONUS DI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2000-2014.

SKRIPSI

Oleh:

IDA BAGUS OKA SURYA WIBAWA

NIM : 1115351084

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

(2)

RENTABILITAS, LEVERAGE PADA SAHAM BONUS DI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2000-2014

SKRIPSI

Oleh :

IDA BAGUS OKA SURYA WIBAWA NIM : 1115351084

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana

(3)

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal: 6 Januari 2016

Tim Penguji Tanda tangan

1. Ketua : Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si., Ak ………..

2. Sekretaris : Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak ………..

3. Anggota : Dr. I Gst. Agung Suaryana, SE., M.Si., Ak ………..

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE.,M.Si., Ak Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di

dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh

orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

rujukan.

Apabila ternyata di dalam naskah ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur

plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Denpasar, 7 Januari 2016

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas karuniaNya skripsi yang berjudul “Pengaruh

Rentabilitas, Leverage Pada Saham Bonus Di Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2000-2014” dapat diselesaikan sesuai dengan yang telah direncanakan. Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan berhasil

terselesaikan tanpa dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak yang telah

meluangkan waktunya dalam penyusunan laporan ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Bapak Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa SE., M.S selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE., M.Si., Ak., dan Bapak Dr. Dewa

Nyoman Badera, SE.,M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Ibu Ni Gusti Putu Wirawati, SE., M.Si., selaku Koordinator Jurusan Akuntansi.

6. Ibu Eka Ardhani Sisdyani, SE., Ak., Mcom selaku Dosen Pembimbing

Akademik atas waktu, bimbingan dan masukannya serta motivasinya selama

(6)

7. Bapak Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak, selaku Dosen Pembimbing

Skripsi atas waktu, bimbingan dan masukannya serta motivasinya selama

penyelesaian skripsi ini.

8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan

dukungan moril maupun materi yang tidak henti-hentinya.

9. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman seperjuangan yang selama ini selalu

bersedia berbagi suka duka, memotivasi, membantu dan memberi

masukan/saran.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis disebutkan satu persatu yang telah

banyak memberikan memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan dukungan

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan dan

kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan

laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 5 Januari 2016

(7)

Judul : Pengaruh Rentabilitas, Leverage Pada Saham Bonus Di Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2000-2014

Nama : IB Oka Surya Wibawa NIM : 1115351084

ABSTRAK

Pasar modal merupakan lembaga perantara antara investor dengan emiten untuk mentransaksikan sekuritas. Informasi akuntansi atau laporan keuangan perusahaan dapat digunakan oleh investor sebagai faktor fundamental yaitu untuk menilai harga saham perusahaan. Salah satu aktivitas emiten yang berpotensi menghasilkan informasi adalah corporate action dimana salah satu kebijakan yang umum dilakukan adalah dengan saham bonus. Saham Bonus merupakan pembagian saham perusahaan kepada pemegang saham yang berhak. Pemegang saham yang berhak mendapatkan saham bonus adalah pemegang saham yang hingga akhir masa cum date masih memegang saham perusahaan. Saham bonus merupakan saham baru yang dibagikan secara cuma-cuma kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi kepemilikan yang berasal dari kapitalisasi agio saham, dimana agio ini didapat dari selisih harga nominal saham dengan harga penawaran saham pada saat IPO atau pada saat right issue.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rentabilitas (ROA), leverage (DER) pada saham bonus di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2014. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 45 perusahaan berdasarkan metode purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rentabilitas tidak berpengaruh terhadap saham bonus yang menunjukkan keputusan perusahaan untuk mengambil kebijakan saham bonus tidak bergantung pada besar kecilnya rentabilitas, (2) leverage berpengaruh positif terhadap saham bonus yang menunjukkan bahwa semakin besar resiko yang dimiliki perusahaan, semakin besar perusahaan dapat memprediksi keuntungan.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

(9)

2.1.1 Teori Keagenan ... 11

2.1.2 Pengertian Pasar Modal ... 12

2.1.3 Faktor Keberhasilan Pasar Modal ... 15

2.1.4 Saham Bonus ... 16

2.1.5 Rentabilitas ... 18

2.1.6 Leverage ... 24

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian ... 29

2.2.1 Pengaruh Rentabilitas Terhadap Saham Bonus ... 29

2.2.2 Pengaruh Leverage TerhadapSaham Bonus ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 31

3.2 Lokasi Penelitian ... 32

3.3 Objek Penelitian ... 32

3.4 Identifikasi Variabel ... 32

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 33

3.6 Jenis Data ... 35

3.6.1 Menurut Sifat Data ... 35

3.6.2 Menurut Sumber Data ... 35

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 36

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.9 Teknik Analisis Data ... 37

(10)

3.9.2 Regresi Linier Berganda ... 39

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL 4.1 Tinjauan Umum Penelitian... 42

4.2 Statistik Deskriptif ... 43

4.3 Uji Asumsi Klasik... 44

4.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 48

4.5 Uji Kelayakan Model ... 49

4.6 Uji Hipotesis ... 51

4.7 Pembahasan Dan Hasil Penelitian ... 52

4.7.1 Pengaruh Rentabilitas Pada Saham Bonus ... 52

4.7.2 Pengaruh Leverage Pada Saham Bonus ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

DAFTAR RUJUKAN ... 56

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Penentuan Sampel Penelitian ... 42

4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 43

4.3 Hasil Uji Normalitas ... 45

4.4 Hasil Uji Multikoliniaritas ... 46

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 47

4.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 48

4.7 Hasil Uji Kelayakan Model ... 49

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Daftar Nama, Kode, dan Tahun Perusahaan Sampel ... 60

2. Tabulasi Data Sampel Perusahaan ... 62

3. Uji Statistik Deskriptif ... 64

4. Uji Asumsi Klasik ... 65

5. Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 68

6. Uji Analisis Koefisien Determinasi ... 69

[image:13.595.114.510.142.337.2]
(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan lembaga perantara antara investor dengan emiten

untuk mentransaksikan sekuritas (Tandelilin, 2010:13). Transaksi sekuritas terjadi

disebabkan oleh adanya informasi yang masuk ke pasar dan investor bereaksi atas

informasi tersebut, kondisi pasar dengan harga sekuritas yang ditransaksikan telah

menunjukkan semua informasi dan pasar bereaksi dengan cepat dan tepat atas

informasi tersebut disebut dengan pasar modal efisien. Konsep pasar efisien

menjelaskan bahwa ketika ada informasi yang masuk ke pasar maka harga sekuritas

akan mengalami proses penyesuaian menuju harga keseimbangan yang baru.

Informasi yang relevan sangat diperlukan dalam kegiatan perdagangan di pasar

modal, setiap pihak di pasar modal membutuhkan informasi untuk mengambil

keputusan, baik untuk menahan, melepas atau melakukan investasi baru sehingga

mendapatkan hasil yang menguntungkan.

Crabb (2003) menyatakan bahwa informasi akuntansi atau laporan keuangan

perusahaan dapat digunakan oleh investor sebagai faktor fundamental yaitu untuk

menilai harga saham perusahaan. Persoalan yang timbul adalah sejauh mana

informasi perusahaan publik tersebut mempengaruhi harga saham dipasar modal

dan faktor atau variabel apa saja yang menjadikan indikator, sehingga perusahaan

dapat lebih mudah mengendalikannya, hal ini akan membantu perusahaan yaitu

meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan nilai saham yang

(15)

2

Salah satu aktivitas emiten yang berpotensi menghasilkan informasi adalah

corporate action. Corporate action adalah kebijakan suatu perusahaan yang

memiliki tujuan untuk menunjukkan kinerja jangka panjang maupun jangka pendek

atau untuk perbaikan kinerja (Darmadji dan Fakhrudin, 2006:177). Salah satu

kebijakan yang umum dilakukan adalah dengan saham bonus. Saham Bonus

merupakan pembagian saham perusahaan kepada pemegang saham yang berhak.

Pemegang saham yang berhak mendapatkan saham bonus adalah pemegang saham

yang hingga akhir masa cum date (tanggal hari terakhir perdagangan saham yang

masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen

saham) masih memegang saham perusahaan.

Saham Bonus diberikan dari agio dalam laporan keuangan, dimana agio ini

didapat dari selisih harga nominal saham dengan harga penawaran saham pada saat

IPO atau pada saat right issue. Right issue merupakan hak yang diperoleh para

pemegang saham yang namanya telah terdaftar dalam daftar pemegang saham suatu

perseroan terbatas untuk menerima penawaran terlebih dahulu apabila perusahaan

sedang menjalani proses emisi atau pengeluaran saham-saham dari saham portopel

atau saham simpanan. Hak tersebut diberikan dalam jangka waktu 14 hari terhitung

sejak tanggal penawaran dilakukan dan jumlah yang berhak diambil seimbang

dengan jumlah saham yang mereka miliki secara proporsional). Pengumuman

saham bonus merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan perusahaan sebagai

bentuk informasi yang dipublikasikan ke publik mengenai prospek masa depan

(16)

3

Teori keagenan menjelaskan bahwa hubungan antara manajer dan pemegang

saham tersebut terdapat konflik yang dinamakan konflik keagenan. Konflik

keagenan ini terjadi karena adanya perbedaan kepentingan. Pihak pemilik atau

prinsipal ingin mendapatkan kesejahteraan dari modal yang ditanamkan dan saat

yang bersamaan manajemen ingin menyejahterakan dirinya sendiri. Perbedaan

kepentingan dan tujuan antara agent dan principal menandakan bahwa

masing-masing pihak berupaya mendapatkan keuntungan guna meningkatkan kemakmuran

dan kesejahteraan. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), teori agensi

membahas hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi

memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh

kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara

principal dan agent.

Penelitian ini menggunakan saham bonus karena memiliki sifat seperti

deviden saham namun deviden saham bukan merupakan saham bonus dan yang

menarik adalah motivasi atau dasar pemberian saham bunus kepada para pemegang

saham disampingkarena riset atas fenomena ini belum ditemukan. Oleh sebab itu

saham bonus ditempatkan sebagai variabel dependen dan rentabilitas serta

leverange sebagai variabel independen. Peneliti ingin menguji apakah ada pengaruh

rentabilitas, leverage pada saham bonus, karena saham bonus merupakan suatu

kebijakan yang diambil oleh emiten perusahaan guna untuk peningkatan jumlah

saham yang beredar dan berakibat pada meningkatnya faktor penawaran saham.

Pemilihan rentabilitas dan leverage ini didasarkan pada pertimbangan kondisi

(17)

4

diputuskan, diumumkan dan dibagikan melalui rapat umum pemegang saham

(RUPS).

Saham bonus merupakan saham baru yang dibagikan secara cuma-cuma

kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi kepemilikan yang berasal dari

kapitalisasi agio saham. Pengumuman saham bonus diharapkan memberikan

dampak positif kepada pasar. Perusahaan yang melakukan kebijakan saham bonus

akan memberikan informasi kepada investor tentang prospek keuntungan di masa

depan yang menyebabkan pasar bereaksi positif (Balachandran dan Tanner, 2001).

Barnes dan Ma, (2002), Adaoglu dan Lasfer, (2003) menemukan bahwa terdapat

reaksi pasar yang positif terhadap pengumuman saham bonus.

Balanchandran dan Tanner (2001), melakukan pengujian reaksi harga saham

terhadap pengumuman saham bonus, dan hasil penelitian tersebut menunjukan arah

yang positifantara reaksi harga terhadap pengumuman saham bonus. Gambaran

tersebut menunjukkan bahwa pengumuman saham bonus memberikan sinyal positif

terhadap prospek perusahaan di masa mendatang, pernyataan tersebut didukung

dengan kenyataan bahwa perusahaan yang mengeluarkan kebijakan saham bonus

merupakan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik.

Banyak hal yang menarik pada penerapan kebijakan saham bonus adalah

adanya kontradiksi antara teori dan praktek. Saham bonus secara teori menurut

beberapa penelitian menyatakan bahwa kebijakan saham bonus dikatakan hanya

sebagai “pemanis” saham agar terlihat bagus di depan investor, tetapi faktanya

kebijakan saham bonus tidak menambah nilai perusahaan. Emiten tidak menerima

(18)

5

tidak terdapat keuntungan signifikan yang diperoleh oleh pemegang saham yang

mendapatkan saham bonus karena tidak ada penambahan kekayaan yang

dimilikinya. Dengan demikian investor kemungkinan tidak akan bereaksi terhadap

pengumuman saham bonus di sekitar tanggal pengumuman tersebut. Saham bonus

dilihat dalam praktiknya, masih terdapat perusahaan yang melakukan kebijakan

tersebut.

Menurut Shirur (2008), kebijakan saham bonus dilakukan oleh perusahaan

ketika investor mulai menilai bahwa kinerja perusahaan tidak sesuai dengan

harapan. Hal tersebut tentu tidak baik bagi kelangsungan perusahaan. Oleh sebab

itu perusahaan melakukan kebijakan saham bonus agar likuiditas saham perusahaan

meningkat sehingga investor dapat lebih nyaman berinvestasi pada saham

perusahaan karena saham mudah diperjualbelikan. Saham bonus dalam

penerbitnannya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kinerja emiten atau

perusahaan publik yang dapat dilakukan tanpa merugikan kepentingan pemegang

saham (Adiati, 2006).

Menurut Sugiyarso (2005:111) rentabilitas menunjukkan kemampuan suatu

perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu, penilaian terhadap

rentabilitas pada suatu perusahaan dapat dilakukan salah satunya dengan cara

menggunakan Return On Assets (ROA). ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak

yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian

dari asset yang dimiliki perusahaan. Return on Assets (ROA) menggambarkan

kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang

(19)

6

kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan

jumlah aset yang dimiliki. ROA dapat menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga

saham. Kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva

yang digunakan berdampak pada pemegang saham perusahaan. ROA yang semakin

bertambah menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para

pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari dividen yang diterima

semakin meningkat, atau semakin meningkatnya harga maupun return saham.

ROA yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk

operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan, sehingga

diperkirakan peluang untuk pembagian saham bonus juga semakin besar. ROA

yang baik akan dilirik oleh para pemegang saham yang mengarah pada pembagian

dividen. Pembagaian dividen menyebabkan penurunan likuiditas perusahaan. Oleh

sebab itu manajemen memandang bahwa saham bonus merupakan jalan atau

strategi yang baik.

Leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang

perusahaan terhadap modal maupun aktiva. Leverage merupakan pengukur

besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang (Sudarmadji dan Sularto, 2007).

Penggunaan hutang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan dapat

menghasilkan keuntungan juga kerugian yang merupakan risiko penggunaan

hutang. Hutang menyebabkan beban yang bersifat tetap yaitu bunga dan pokok

pinjaman yang harus dibayar, di lain pihak hutang merupakan sumber dana yang

dapat digunakan untuk mendanai aktivitas perusahaan sehingga dapat

(20)

7

digunakan sebagai elemen pengurang pajak penghasilan (Miller, M., and M.

Scholes, 1978). Peningkatan utang adalah sinyal yang baik untuk prospek

perusahaan dimasa mendatang (Titman and Wessels, 1988). Herry dan Hamin

(2005) menunjukkan bahwa leverage menyebabkan peningkatan nilai perusahaan

(value enchancing). Leverage menggambarkan sumber dana operasi yang

digunakan oleh perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang dihadapi

perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan maka

ketidakpastian untuk menghasilkan laba di masa depan juga akan makin meningkat.

Foster (1986:65-66) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara rasio

leverage dengan deviden dan return perusahaan. Howton et. al. (1998), mengutip

dari Opler dan Titman (1993) dan Johnson (1995); yang menyebutkan bahwa

perusahaan leveraged memiliki peluang investasi yang tidak menguntungkan.

Dengan membedakan perusahaan yang pembayaran dividennya tinggi dengan yang

rendah, Johnson mengatakan bahwa perusahaan yang pembayaran dividennya

rendah mempengaruhi harga saham secara positif pada pengumuman penawaran

hutang. Kebijakan hutang dinyatakan dalam rasio leverage, artinya hutang dapat

digunakan untuk memprediksi keuntungan yang kemungkinan bisa diperoleh bagi

investor jika berinvestasi pada suatu perusahaan, dan diduga dapat berpengaruh

terhadap pembagian saham bonus di perusahaan tersebut karena jika perusahaan

memperoleh return, mendapatkan keutungan dan pembayaran devidenya rendah,

maka kebijkan saham bonus di perusahaan tersebut dapat dilakukan.

Berdasarkan uarian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

(21)

8

“PENGARUH RENTABILITAS, DAN LEVERAGE PADA SAHAM

BONUS DI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2000-2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana pengaruh rentabilitas pada saham bonus?

2) Bagaimana pengaruh leverage pada saham bonus?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun tujuan penelitian dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh rentabilitas pada saham bonus.

2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh leverage pada saham bonus.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh melalui pelaksanaan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Keguanaan Teoritis

Penelitian ini merupakan aplikasi ilmu dan teori – teori yang diperoleh dari

bangku kuliah. Penelitian diharapkan mendukung teori keagenan, serta

(22)

9

yang dapat mempengaruhi kebijakan saham bonus yang dijalankan oleh

perusaan.Selain itu diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan khususnya mengenai pengaruh rentabilitas, dan leverage

pada saham bonus di perusahaan yang terdaftar di BEI.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu masukan atau pertimbangan bagi

perusahaan untuk pengambilan kebijakan saham bonus sehingga kebijakan

saham bonus tersebut dapat maksimal dilakukan.

1.5 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan secara

sistematis, sehingga antara sub bab dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan

yang sistematis. Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan diuraikan secara

ringkas meliputi 5 (lima) bab, sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan permasalahan yang ada dalam penelitian ini yang

meliputi latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, serta sistematika penyajian.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini memuat uraian sistematis tentang teori-teori yang digunakan

untuk membangun penelitian ini yakni teori regulasi, teori kepatuhan dan

(23)

10

sebelumnya yang akan digunakan untuk membangun rumusan hipotesis

sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang objek penelitian, identifikasi dan definisi

operasional variabel, jenis, sumber dan metode pengumpulan data serta

teknik analisis yang digunakan dalam memecahkan masalah penelitian.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan

tentang permasalahan yang diteliti melalui gambaran umum objek

penelitian, pengujian statistik, dan analisis terhadap hasil penelitian. Bab

ini juga menguraikan interpretasi dari hasil penelitian yang memberikan

jawaban atas permasalahan dari penelitian ini.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menyajikan simpulan dari hasil pembahasan yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya dan saran-saran yang ditujukan kepada peneliti

selanjutnya yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang

(24)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency teory) membahas kerjasama yang tercipta antara

pemilik perusahaan yang disebut dengan prinsipal (principals) dengan manajemen

perusahaan yang disebut dengan agen (agent). Hubungan yang tercipta tersebut

ternyata berportensi konflik, karena adanya perbedaan kepentingan dan manajemen

selalu memanfaatkan kesempatan yang ada untuk berperilaku oportunis.

Manajemen mampu melakukannya karena mereka yang mengendalikan perusahaan

dan memiliki informasi yang lebih banyak informasi tentang perusahaan dibanding

prinsipal. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Handayani dan

Rachadi (2009) teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata

termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik

kepentingan antara principal dan agent. Dalam teori keagenan yang dimaksud

dengan principal adalah pemegang saham, sedangkan agent adalah manejemen

yang mengelola perusahaan (Budiasih, 2009).Teori ini merupakan pendekatan yang

digunakan dalam pembahasan konsep saham bonus, manajemen laba maupun

perataan laba.

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk

kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak

(25)

12

hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang

menarik dan jam kerja yang fleksibel, sedangkan prinsipal diasumsikan hanya

tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di

perusahaan tersebut.

2.1.2 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal (capital market) merupakan pertemuan antara pihak yang

memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

memperjual belikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun,

seperti saham dan obligasi sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas

disebut dengan bursa efek (stock exchange).

Definisi pasar modal menurut kamus besar pasar uang dan modal adalah pasar

konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang

memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Umumnya yang

termasuk pihak penawar adalah perusahaan asuransi, dan pensiun, bank-bank

tabungan, sedangkan yang termasuk peminat adalah pengusaha, pemerintah dan

masyarakat umum (Susilo: 2000).

Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa

surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Perusahaan

bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi

sehingga justru membuat cost of capital tidak lagi minimal. Keadaan ini tidak

berarti bahwa perusahaan akan selalu menerbitkan saham karena adanya pasar

(26)

13

perusahaan membayar bunga dan berpandangan bahwa saham merupakan dana

murah. Teori keuangan menjelaskan bahwa setiap sumber dana, baik hutang

maupun modal sendiri mempunyai biaya dana (cost of capital). Untuk modal

sendiri biaya tersebut bersifat implisit atau opportunity, sedangkan untuk hutang

bersifat eksplisit karena memang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan dalam

bentuk pembayaran bunga.

Ada beberapa daya tarik pasar modal sekaligus mempunyai fungsi antara lain:

1) Sebagai sumber penghimpun dana.

Sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan salah satunya adalah

pasar modal selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media

perantara keuangan secara konvensional. Terdapat beberapa keterbatasan

apabila perusahaan memanfaatkan bank sebagai sumber dana. Keterbatasan

tersebut adalah jumlah dana yang bisa ditarik dari perbankan terbatas, karena

pada industri perbankan dikenal dengan adanya legal lending limit atau batas

maksimal pemberian kredit (BMPK), sehingga bila perusahaan ingin

menggalang dana yang jumlahnya relaif besar akan terhambat dengan aturan

perbankan tersebut. Sebagai alternatif perusahaan bisa masuk ke pasar modal

untuk menggalang dana yang besarnya sesuai dengan yang diharapkan.

2) Sebagai sarana investasi.

Perusahaan yang menjual surat berharga (saham atau obligasi) ke pasar modal

pada umumnya adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang

baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku dijual belikan

(27)

14

akan menginvestasikan pada perbankan yang notabene mempunyai tingkat

keuntungan yang relatif kecil, dengan adanya surat berharga yang mudah

diperjual belikan, maka bagi investor merupakan alternatif instrumen investasi.

Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor bisa dengan mudah

memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, oleh karena

itu pasar modal sebagai salah satu alternatif instrumen penempatan dana bagi

investor selain di perbankan atau investasi langsung lainnya.

3) Pemerataan pendapatan.

Perusahaan tidak melakukan go public pada dasarnya, pemilik perusahaan

terbatas pada personal-personal pendiri perusahaan yang bersangkutan, dengan

go public-nya perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas

untuk ikut serta memiliki perusahaan tersebut, dengan demikian akan

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan

dari perusahaan berupa bagian keuntungan atau dividen, sehingga semula hanya

dinikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya bisa dinik mati oleh masyarakat

artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat.

4) Sebagai pendorong investasi.

Kewajiban pemerintah untuk memajukan pembangunan dan perekonomian

negaranya. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memajukan pembangunan

membutuhkan investasi besar. Pemerintah tidak akan mampu untuk melakukan

investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing. Untuk

mendorong agar pihak swasta dan asing mau melakukan investasi baik secara

(28)

15

investasi yang kondusif bagi mereka. Salah satu iklim investasi yang kondusif

adalah likuidnya pasar modal, semakin baik pasar modal, semakin banyak

perusahaan yang akan masuk ke pasar modal dan semakin banyak investor baik

nasional maupun asing yang bersedia menginvestasikan dananya ke Indonesia

melalui pembelian surat berharga di pasar modal.

2.1.3 Faktor-faktor Keberhasilan Pasar Modal

Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain

adalah (Husnan: 2001):

1) Supply sekuritas

Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas

di pasar modal. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah apabila terdapat jumlah

perusahaan yang cukup banyak di suatu negara yang memerlukan dana yang bisa

diinvestasikan dengan menguntungkan? Dan apakah mereka bersedia memenuhi

persyaratan full disclosure (mengungkapkan kondissi perusahaan) yang dituntut

oleh pasar modal.

2) Demand akan sekuritas

Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki

jumlah dana yang cukup besar untuk digunakan membeli sekuritas-sekuritas

yang ditawarkan.

3) Kondisi politik dan ekonomi

Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki

(29)

16 yang ditawarkan.

4) Masalah hukum dan peraturan

Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi-informasi

yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas.

Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar akan akan

menyesatkan mutlak diperlukan.

5) Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi pasar modal dan berbagai

lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien.

2.1.4 Saham Bonus

Saham bonus merupakan saham baru yang dibagikan secara cuma-cuma

kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi kepemilikan yang berasal dari

kapitalisasi agio saham. Shirur (2008), kebijakan saham bonus dilakukan oleh

perusahaan ketika investor mulai menilai bahwa kinerja perusahaan tidak sesuai

dengan harapan. Pada umumnya, emiten melakukan kebijakan membagi saham

bonus jika harga saham emiten di pasar dinilai terlalu tinggi dan disisi lain

perusahaan masih menyimpan agio saham yang cukup besar. Harga saham yang

tinggi menyebabkan saham tersebut kurang terjangkau investor sehingga likuiditas

rendah. Perusahaan dengan membagikan saham bonus diharapkan harga akan turun

karena mengalami penyesuaian dan likuiditas di pasar naik kembali. Saham bonus

itu bersumber dari kapitalisasi agio, untuk itu perusahaan melakukan kebijakan

(30)

17

lebih nyaman berinvestasi pada saham perusahaan ini karena saham mudah

diperjualbelikan.

Saham Bonus adalah penerbitan saham yang dibagikan kepada para

pemegang saham lama. Pembagian saham tersebut akan menyebabkan terjadinya

penurunan harga saham yang bersangkutan (Sunariyah; 1997). Keuntungan yang di

peroleh emiten dan investor pada kebijakan saham bonus adalah:

1) Dapat meningkatkan jumlah modal yang disetor secara relatif mudah tanpa

harus melalui prosedur yang lebih rumit seperti dalam right issue.

2) Dapat meningkatkan jumlah saham yang beredar sehingga dapat berpengaruh

terhadap likuiditas perdagangan saham dan harga saham.

3) Sedangkan keuntungan bagi investor adalah walaupun secara riil tidak

memberikan peningkatan dalam nilai investasinya, dalam jangka panjang

investor dapat memperoleh potensi keuntungan dari kenaikan harga saham

akibat lebih likuidnya perdagangan saham dengan harga yang relatif murah.

Pembagian saham bonus yang akan dilakukan oleh perusahaan didasarkan pada

beberapa persyaratan sebagai berikut.

1) Masih cukupnya jumlah modal dasar dan jumlah saham.

2) Memiliki saldo agio.

3) Disetujui oleh RUPS.

4) Harga teoritis setelah penerbitan saham bonus tidak boleh lebih rendah dari Rp

100 (Harga teoritis adalah perkiraan harga suatu saham pada saat pembukaan

(31)

18

5) Ketentuan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pembagian saham bonus

adalah peraturan BAPEPAM No IX.D.5. Peraturan Saham Bonus dari

BAPEPAM No IX.D.5:

a. Berlaku untuk emiten yg telah melakukan penawaran umum.

b. Pembagian saham bonus harus proporsional

c. Pelaksanaan pembagian saham bonus harus selesai dilakukan selambat –

lambatnya 45 hari.

d. Emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan kepada

BAPEPAM.

e. Saham bonus berasal dari kapitalisasi agio saham.

f. Saham bonus merupakan deviden saham, berasal dari kapitalisasi agio

saham dan atau unsur ekuitas lainya.

Tujuan Membagikan saham bonus adalah untuk meningkatkan likuiditas

saham di pasar, menambah jumlah saham yang beredar, harga saham dapat turun,

dapat terjangkaunya harga saham oleh investor.

2.1.5 Rentabilitas

Menurut Sugiyarso (2005:111) rentabilitas menunjukkan kemampuan suatu

perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas adalah

perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba

tersebut, dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu, pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting

(32)

19

bahwa perusahaan telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui

dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang

menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lainnya ialah menghitung

rentabilitasnya (Riyanto, 2001:37), maka perusahaan tidak hanya berusaha untuk

memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi

rentabilitasnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas perusahaan (Riyanto, 2001:36)

sebagai berikut:

1) Volume penjualan

Salah satu indikator untuk mengetahui kemajuan suatu perusahaan adalah

penjualan. Dengan semakin bertambahnya penjualan maka akan menaikan

volume pendapatan yang diperoleh perusahaan sehingga biaya-biaya akan

tertutup juga. Hal ini mendorong perusahaan untuk mengefektifkan modal

untuk mengembangkan usahanya.

2) Efisiensi penggunaan biaya

Modal yang diperoleh perusahaan untuk mengembangkan usahanya harus

dipelihara dan dipertanggungjawabkan secara terbuka. Dengan kata lain

penggunaan modal harus digunakan untuk usaha yang tepat dengan

pengeluaran yang hemat sehingga keberhasilan usaha akan tercapai secara

(33)

20 3) Profit margin

Profit margin adalah laba yang diperbandingkan dengan penjualan. Profit

margin digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh

perusahaan berkaitan dengan penjualan perusahaan.

4) Struktur modal perusahaan

Struktur modal adalah pembiayaan pembelanjaan permanen perusahaan yang

terutama pada hutang jangka panjang, saham preferen dan modal saham biasa,

tetapi tidak termasuk hutang jangka pendek.

Menurut Riyanto (2001:36) rentabilitas pada umumnya dapat di bagi menjadi dua

macam sebagai berikut:

1) Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal

sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan

dinyatakan dalam persentase”. Sedangkan Munawir (2001:33) menyatakan

bahwa”rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan seluruh

modal yang digunakan (modal asing dan modal sendiri)”.

Perhitungan yang dilakukan rentabilitas ekonomi adalah laba yang dihitung

hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan yang biasa disebut laba usaha.

Dengan demikian maka laba yang diperoleh dari usaha diluar perusahaan seperti

deviden, tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.

2) Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang

(34)

21

menghasilkan laba tersebut dilain pihak (Riyanto, 2000:44). Munawir (2001:33)

menyatakan bahwa “rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara laba

yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang

dimasukan oleh pemilik perusahaan tersebut”.

Rentabilitas ekonomi akan menghasilkan rasio dalam bentuk prosentase,

apabila rasio yang dihasilkan dari analisis tersebut menunjukkan prosentase yang

lebih besar dari standar yang ditentukan, maka usaha dari perusahaan tersebut

selama periode tersebut berjalan dengan baik, tetapi sebaliknya apabila angka rasio

yang dihasilkan lebih kecil dari standar yang telah ditentukan maka perusahaan

tersebut selama periode itu tidak dapat memanfaatkan modalnya dengan baik.

Pachta (2008:117) menjelaskan bahwa “setiap pemakaian modal sendiri

dalam operasional perusahaan maka keuntungan yang diperoleh akan lebih besar

dibanding dengan pemakaian modal asing atau modal luar operasional perusahaan

dikarenakan adanya beban bunga yang harus dibayarkan”, dalam perhitungan

rentabilitas modal sendiri besar kecilnya rentabilitas dipengaruhi oleh modal dan

deviden.

Rentabilitas dalam penelitian ini diproksi dengan Return on Assets (ROA).

Pemilihan Return on Assets (ROA) sebagai proksi rentabilitas didasarkan atas rasio

ini dipergunakan dalam pengukuran kemampuan menghasilkan laba selama periode

tertentu dan rasio ini bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan

laba pada masa mendatang. Menurut Hanafi dan Halim (2003:27), Return on

Assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan

(35)

22

laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Dengan mengetahui

ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan

aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.

Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan

keberhasilan perusahaan. Laba dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk

mendapat pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan dan

kemampuan perusahaan untuk berubah. Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh

secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat

merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian

penganalisa di dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan. Munawir (2001:57)

menjelaskan bahwa profitabilitas atau rentabilitas digunakan untuk mengukur

efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan

antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu

keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa

perusahaan itu rentable. Bagi manajemen atau pihak-pihak yang lain, rentabilitas

yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar.

Menurut Mardiyanto (2009: 196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari

aktivitas investasi. Menurut Dendawijaya (2003: 120) rasio ini digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara

keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang

dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut

(36)

23

Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROA adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan

aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik

produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan

meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik

perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena

tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan

berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan

semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROA dapat

dikatakan baik apabila > 2%.

ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik

akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang

menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan

keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri.

Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi.

2.1.6 Leverage

Leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh

perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang dihadapi perusahaan,

semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan maka ketidak pastian untuk

menghasilkan laba di masa depan juga akan makin meningkat. Foster (1986:65-66)

(37)

24

perusahaan, artinya hutang dapat digunakan untuk memprediksi keuntungan yang

kemungkinan bisa diperoleh bagi investor jika berinvestasi pada suatu perusahaan.

Penggunaan sumber-sumber pembiayaan perusahaan, baik yang merupakan

sumber pembiayaan jangka pendek maupun sumber pembiayaan jangka panjang

akan menimbulkan suatu efek yang biasa disebut dengan leverage. Gibson (1990)

menyatakan bahwa “the use of debt, called leverage, can greatly affect the level and

degree of change is the common earning”, artinya penggunaan hutang, disebut

penggungkit, sangat dapat memengaruhi tingkat derajat dan tingkat perubahaan

pendapatan saham. Selain itu, Schall dan Harley (1992) mendefinisikan leverage

sebagai “the degree of firm borrowing”, artinya leverage sebagai tingkat pinjaman

perusahaan. Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan leverage adalah suatu tingkat

kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang

mempunyai beban tetap (hutang dan saham istimewa) dalam rangka mewujudkan

tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik perusahaan.

Permasalahan leverage akan selalu dihadapi oleh perusahaan, bila perusahaan

tersebut menanggung sejumlah beban atau biaya, baik biaya tetap operasi maupun

biaya finansial. Biaya tetap operasi merupakan beban atau biaya tetap yang harus

diperhitungkan sebagai akibat dari fungsi pelaksanaan investasi, sedangkan biaya

finansial merupakan beban atau biaya yang harus diperhitungkan sebagai akibat

dari pelaksanaan fungsi pendanaan. Jadi, beban atau biaya tetap sebenarnya

(38)

keputusan-25

keputusan keuangan. Besar kecilnya risiko tersebut perlu diketahui agar dapat

diantisipasi dengan meningkatkan volume kegiatan usaha.

Menurut Sawir (2004: 10) leverage keuangan adalah penggunaan sumber

dana yang menimbulkan beban tetap keuangan. Beban tetap keuangan yaitu bunga

yang harus dibayar tanpa memperdulikan tingkat laba perusahaan. Adapun rasio

pengelolaan utang dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Rasio utang adalah rasio total utang terhadap total aktiva. Rasio ini digunakan

untuk menghitung persentase total dana yang disediakan oleh kreditur.

2) Rasio kemampuan membayar bunga atau Time Interest Earned (TIE) adalah

rasio laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap beban bunga. Rasio ini

mengukur kemampuan untuk membayar beban bunga tahunan.

3) Rasio kemampuan membayarkan beban tetap adalah rasio yang lebih luas

cakupannya daripada rasio TIE karena mencakup kewajiban lease jangka

panjang tahunan perusahaan. Rasio ini hampir sama dengan rasio kemampuan

mambayar bunga.

Leverage keuangan menyiratkan dua hal penting yaitu;

1) Dengan menaikan dana melalui utang, pemilik dapat mampertahankan

pengendalian atas perusahaan dengan investasi terbatas.

2) Kreditur mensyaratkan adanya ekuitas atau dana yang disediakan oleh pemilik

sebagai margin pengaman. Jika pemilik hanya menyediakan sebagaian kecil dari

pembiayaan total maka risiko perusahaan dipikul terutama oleh krediturnya.

Leveragepada umumnya dapat di bagi menjadi dua macam yaitu:

(39)

26

Leverage operasi (operating leverage) timbul sebagai suatu akibat dari adanya

beban-beban tetap yang ditanggung dalam operasional perusahaan, beban-beban

tetap operasional tersebut misalnya biaya depresiasi atau penyusutan atas aktiva

tetap yang dimilikinya.Sartono (2001) menyebutkan leverage operasi timbul karena

perusahaan memiliki biaya operasi tetap. Leverage operasi adalah pengaruh biaya

tetap operasional terhadap kemampuan perusahaan untuk menutup biaya tersebut,

dengan kata lain pengaruh perubahan volume penjualan terhadap laba sebelum

bunga dan pajak (EBIT). Besar kecilnya leverage operasi dihitung dengan DOL

(Degree of operating leverage) (Sartono, 1997).

Analisis leverage operasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa peka laba

operasi terhadap perubahan hasil penjualan dan berapa penjualan minimal yang

harus diperoleh agar perusahaan tidak menderita kerugian.

2) Financial Leverage

Pengertian financial leverage (leverage keuangan) adalah pembiayaan

sebagian dari aset perusahan dengan surat berharga yang mempunyai tingkat bunga

yang tetap (terbatas) dengan mengharapkan peningkatan yang luar biasa pada

pendanaan bagi pemegang saham”. Dilihat dari pengertian di atas leverage

keuangan dimiliki perusahaan karena adanya penggunaan modal atau dana yang

memiliki beban tetap dalam pembiayaan perusahaan.

Risiko finansial adalah tambahan risiko yang dibebankan kepada para

pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk mendapatkan pendanaan

melalui utang. Pemegang saham akan menghadapi risiko bisnis yaitu ketidakpastian

(40)

27

menggunakan utang, maka hal ini akan mengonsentrasikan risiko bisnis pada

pemegang saham biasa. Konsentrasi risiko bisnis ini terjadi karena para pemegang

saham yang menerima pembayaran bunga secara tetap sama sekali tidak

menanggung risiko bisnis.

Leverage dalam penelitian ini diproksi dengan Debt Equity Ratio (DER).

Pemilihan Debt Equity Ratio (DER) sebagai proksi leverage didasarkan atas rasio

ini dipergunakan para investor untuk melihat seberapa besar hutang perusahaan jika

dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham.

Menurut Harahap (2007) debt to equity ratio adalah rasio yang menggunakan

hutang dan modal untuk mengukur besarnya rasio. Sedangkan Dwi Pratama (2009)

debt to equity ratio adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur tingkat

penggunaan utang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan.

Menurut Riyanto (2001:32), “rasio utang dimaksudkan sebagai kemampuan suatu

perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik hutang jangka pendek

maupun utang jangka panjang)”. Mogdiliani and Miller (1963) dalam Tarjo (2010)

menyatakan nilai perusahaan ditentukan oleh struktur modal dan salah satu struktur

modal perusahaan adalah diperoleh melalui hutang. Berdasarkan pernyataan di atas,

dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio digunakan oleh suatu perusahaan

bukan hanya untuk membiayai aktiva, modal serta menanggung beban tetap

melainkan juga untuk memperbesar penghasilan.

Debt To Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal

(41)

28

memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin

modal sendiri. Debt To Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi kinerja perusahaan

dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham. Semakin besar Debt To

Equity Ratio (DER) menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak

memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Suwandi (2003) menyatakan

bahwa penggunaan hutang oleh suatu perusahaan akan membuat risiko yang

ditanggung pemegang saham meningkat, jadi ketika terdapat penambahan jumlah

hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat kemampuan perusahaan

untuk melunasi seluruh utang yang ada, yang selanjutnya akan berdampak dengan

menurunnya nilai (return) saham perusahaan.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Rentabilitas Terhadap Saham Bonus

Menurut Esti (2013) rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam meningkatkan laba setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi

usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan. Penilaian faktor rentabilitas

mencakup penilaian laba terhadap total aset yaitu return on assets (ROA).

Komponen ROA menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total

aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan (Lisa, 2009). Penelitian Purwasih

(2010) menunjukkan hasil bahwa aspek rentabilitas yang diukur dengan ROA

berpengaruh positif terhadap harga saham serta didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Junaid (2011) dan Chan et al (2012) yang mengatakan bahwa ROA

(42)

29

dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dividen yang semakin

meningkat. ROA yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang

dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan,

sehinggapeluang untuk pembagian saham bonus menjadi semakin rendah.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

H1: Rentabilitas berpengaruh negatif pada saham bonus.

2.2.2 Pengaruh Leverage Terhadap Saham Bonus

Leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang

perusahaan terhadap modal maupun aktiva.. Herry dan Hamin (2005) menunjukkan

bahwa leverage menyebabkan peningkatan nilai perusahaan (value enchancing.

Penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003) menemukan bahwa leverage

berpengaruh pada deviden dan return saham. Rozeff (1982) menyatakan bahwa

perusahaan yang leverage operasi atau keuangannya tinggi akan memberikan

dividen tunai yang rendah karena perusahaan yang berisiko akan membayar

dividennya rendah, dengan maksud untuk mengurangi ketergantungan akan

pendanaan secara eksternal. Debt To Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi

kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham.

Semakin besar Debt To Equity Ratio (DER) menandakan struktur permodalan

usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Suwandi

(2003) menyatakan bahwa penggunaan hutang oleh suatu perusahaan akan

(43)

30

penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat

kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada, yang selanjutnya

akan berdampak dengan menurunnya nilai (return) saham perusahaan.

Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan membagikan

deviden rendah sehingga hal ini akan mempengaruhi kebijakan saham bonus.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

Gambar

Tabel Durbin-Watson (DW) α=5% ....................................................

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua yaitu Solvabilitas ( DER ) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, ini mengindikasikan bahwa

Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) likuiditas tidak berpengaruh positif terhadap return saham, (2) profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham, (3) leverage

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap harga saham, arus kas investasi tidak berpengaruh terhadap harga saham,

Hasil analisis jalur juga menunjukkan bahwa faktor ekstern berpengaruh tidak langsung terhadap pendapatan saham melalui keputusan intern keuangan perusahaan pada perusahaan

Arus kas pendanaan yang tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham menandakan bahwa dalam mengambil suatu keputusan investasi, investor juga mempertimbangkan hal-hal

Tujuan penelitian adalah menguji dan menganalisis pengaruh likuiditas, leverage, dan aktivitas terhadap rentabilitas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa

Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Food & Beverages .Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, pengaruh rasio rentabilitas, likuiditas, solvabilitas terhadap return saham pada Perusahaan Otomotive Yang