PENGARUH RENTABILITAS, LEVERAGE PADA SAHAM BONUS DI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2000-2014.
SKRIPSI
Oleh:
IDA BAGUS OKA SURYA WIBAWA
NIM : 1115351084
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2015
RENTABILITAS, LEVERAGE PADA SAHAM BONUS DI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2000-2014
SKRIPSI
Oleh :
IDA BAGUS OKA SURYA WIBAWA NIM : 1115351084
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal: 6 Januari 2016
Tim Penguji Tanda tangan
1. Ketua : Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si., Ak ………..
2. Sekretaris : Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak ………..
3. Anggota : Dr. I Gst. Agung Suaryana, SE., M.Si., Ak ………..
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing
Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE.,M.Si., Ak Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di
dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
rujukan.
Apabila ternyata di dalam naskah ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Denpasar, 7 Januari 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas karuniaNya skripsi yang berjudul “Pengaruh
Rentabilitas, Leverage Pada Saham Bonus Di Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2000-2014” dapat diselesaikan sesuai dengan yang telah direncanakan. Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan berhasil
terselesaikan tanpa dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak yang telah
meluangkan waktunya dalam penyusunan laporan ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Bapak Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa SE., M.S selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE., M.Si., Ak., dan Bapak Dr. Dewa
Nyoman Badera, SE.,M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Bapak Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Ibu Ni Gusti Putu Wirawati, SE., M.Si., selaku Koordinator Jurusan Akuntansi.
6. Ibu Eka Ardhani Sisdyani, SE., Ak., Mcom selaku Dosen Pembimbing
Akademik atas waktu, bimbingan dan masukannya serta motivasinya selama
7. Bapak Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak, selaku Dosen Pembimbing
Skripsi atas waktu, bimbingan dan masukannya serta motivasinya selama
penyelesaian skripsi ini.
8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan
dukungan moril maupun materi yang tidak henti-hentinya.
9. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman seperjuangan yang selama ini selalu
bersedia berbagi suka duka, memotivasi, membantu dan memberi
masukan/saran.
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis disebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan dukungan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Denpasar, 5 Januari 2016
Judul : Pengaruh Rentabilitas, Leverage Pada Saham Bonus Di Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2000-2014
Nama : IB Oka Surya Wibawa NIM : 1115351084
ABSTRAK
Pasar modal merupakan lembaga perantara antara investor dengan emiten untuk mentransaksikan sekuritas. Informasi akuntansi atau laporan keuangan perusahaan dapat digunakan oleh investor sebagai faktor fundamental yaitu untuk menilai harga saham perusahaan. Salah satu aktivitas emiten yang berpotensi menghasilkan informasi adalah corporate action dimana salah satu kebijakan yang umum dilakukan adalah dengan saham bonus. Saham Bonus merupakan pembagian saham perusahaan kepada pemegang saham yang berhak. Pemegang saham yang berhak mendapatkan saham bonus adalah pemegang saham yang hingga akhir masa cum date masih memegang saham perusahaan. Saham bonus merupakan saham baru yang dibagikan secara cuma-cuma kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi kepemilikan yang berasal dari kapitalisasi agio saham, dimana agio ini didapat dari selisih harga nominal saham dengan harga penawaran saham pada saat IPO atau pada saat right issue.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rentabilitas (ROA), leverage (DER) pada saham bonus di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2014. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 45 perusahaan berdasarkan metode purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rentabilitas tidak berpengaruh terhadap saham bonus yang menunjukkan keputusan perusahaan untuk mengambil kebijakan saham bonus tidak bergantung pada besar kecilnya rentabilitas, (2) leverage berpengaruh positif terhadap saham bonus yang menunjukkan bahwa semakin besar resiko yang dimiliki perusahaan, semakin besar perusahaan dapat memprediksi keuntungan.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
1.5 Sistematika Penulisan ... 9
2.1.1 Teori Keagenan ... 11
2.1.2 Pengertian Pasar Modal ... 12
2.1.3 Faktor Keberhasilan Pasar Modal ... 15
2.1.4 Saham Bonus ... 16
2.1.5 Rentabilitas ... 18
2.1.6 Leverage ... 24
2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian ... 29
2.2.1 Pengaruh Rentabilitas Terhadap Saham Bonus ... 29
2.2.2 Pengaruh Leverage TerhadapSaham Bonus ... 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 31
3.2 Lokasi Penelitian ... 32
3.3 Objek Penelitian ... 32
3.4 Identifikasi Variabel ... 32
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 33
3.6 Jenis Data ... 35
3.6.1 Menurut Sifat Data ... 35
3.6.2 Menurut Sumber Data ... 35
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 36
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 37
3.9 Teknik Analisis Data ... 37
3.9.2 Regresi Linier Berganda ... 39
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL 4.1 Tinjauan Umum Penelitian... 42
4.2 Statistik Deskriptif ... 43
4.3 Uji Asumsi Klasik... 44
4.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 48
4.5 Uji Kelayakan Model ... 49
4.6 Uji Hipotesis ... 51
4.7 Pembahasan Dan Hasil Penelitian ... 52
4.7.1 Pengaruh Rentabilitas Pada Saham Bonus ... 52
4.7.2 Pengaruh Leverage Pada Saham Bonus ... 53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 54
5.2 Saran ... 55
DAFTAR RUJUKAN ... 56
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1 Penentuan Sampel Penelitian ... 42
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 43
4.3 Hasil Uji Normalitas ... 45
4.4 Hasil Uji Multikoliniaritas ... 46
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 47
4.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 48
4.7 Hasil Uji Kelayakan Model ... 49
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1. Daftar Nama, Kode, dan Tahun Perusahaan Sampel ... 60
2. Tabulasi Data Sampel Perusahaan ... 62
3. Uji Statistik Deskriptif ... 64
4. Uji Asumsi Klasik ... 65
5. Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 68
6. Uji Analisis Koefisien Determinasi ... 69
[image:13.595.114.510.142.337.2]1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan lembaga perantara antara investor dengan emiten
untuk mentransaksikan sekuritas (Tandelilin, 2010:13). Transaksi sekuritas terjadi
disebabkan oleh adanya informasi yang masuk ke pasar dan investor bereaksi atas
informasi tersebut, kondisi pasar dengan harga sekuritas yang ditransaksikan telah
menunjukkan semua informasi dan pasar bereaksi dengan cepat dan tepat atas
informasi tersebut disebut dengan pasar modal efisien. Konsep pasar efisien
menjelaskan bahwa ketika ada informasi yang masuk ke pasar maka harga sekuritas
akan mengalami proses penyesuaian menuju harga keseimbangan yang baru.
Informasi yang relevan sangat diperlukan dalam kegiatan perdagangan di pasar
modal, setiap pihak di pasar modal membutuhkan informasi untuk mengambil
keputusan, baik untuk menahan, melepas atau melakukan investasi baru sehingga
mendapatkan hasil yang menguntungkan.
Crabb (2003) menyatakan bahwa informasi akuntansi atau laporan keuangan
perusahaan dapat digunakan oleh investor sebagai faktor fundamental yaitu untuk
menilai harga saham perusahaan. Persoalan yang timbul adalah sejauh mana
informasi perusahaan publik tersebut mempengaruhi harga saham dipasar modal
dan faktor atau variabel apa saja yang menjadikan indikator, sehingga perusahaan
dapat lebih mudah mengendalikannya, hal ini akan membantu perusahaan yaitu
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan nilai saham yang
2
Salah satu aktivitas emiten yang berpotensi menghasilkan informasi adalah
corporate action. Corporate action adalah kebijakan suatu perusahaan yang
memiliki tujuan untuk menunjukkan kinerja jangka panjang maupun jangka pendek
atau untuk perbaikan kinerja (Darmadji dan Fakhrudin, 2006:177). Salah satu
kebijakan yang umum dilakukan adalah dengan saham bonus. Saham Bonus
merupakan pembagian saham perusahaan kepada pemegang saham yang berhak.
Pemegang saham yang berhak mendapatkan saham bonus adalah pemegang saham
yang hingga akhir masa cum date (tanggal hari terakhir perdagangan saham yang
masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen
saham) masih memegang saham perusahaan.
Saham Bonus diberikan dari agio dalam laporan keuangan, dimana agio ini
didapat dari selisih harga nominal saham dengan harga penawaran saham pada saat
IPO atau pada saat right issue. Right issue merupakan hak yang diperoleh para
pemegang saham yang namanya telah terdaftar dalam daftar pemegang saham suatu
perseroan terbatas untuk menerima penawaran terlebih dahulu apabila perusahaan
sedang menjalani proses emisi atau pengeluaran saham-saham dari saham portopel
atau saham simpanan. Hak tersebut diberikan dalam jangka waktu 14 hari terhitung
sejak tanggal penawaran dilakukan dan jumlah yang berhak diambil seimbang
dengan jumlah saham yang mereka miliki secara proporsional). Pengumuman
saham bonus merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan perusahaan sebagai
bentuk informasi yang dipublikasikan ke publik mengenai prospek masa depan
3
Teori keagenan menjelaskan bahwa hubungan antara manajer dan pemegang
saham tersebut terdapat konflik yang dinamakan konflik keagenan. Konflik
keagenan ini terjadi karena adanya perbedaan kepentingan. Pihak pemilik atau
prinsipal ingin mendapatkan kesejahteraan dari modal yang ditanamkan dan saat
yang bersamaan manajemen ingin menyejahterakan dirinya sendiri. Perbedaan
kepentingan dan tujuan antara agent dan principal menandakan bahwa
masing-masing pihak berupaya mendapatkan keuntungan guna meningkatkan kemakmuran
dan kesejahteraan. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), teori agensi
membahas hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi
memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh
kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
principal dan agent.
Penelitian ini menggunakan saham bonus karena memiliki sifat seperti
deviden saham namun deviden saham bukan merupakan saham bonus dan yang
menarik adalah motivasi atau dasar pemberian saham bunus kepada para pemegang
saham disampingkarena riset atas fenomena ini belum ditemukan. Oleh sebab itu
saham bonus ditempatkan sebagai variabel dependen dan rentabilitas serta
leverange sebagai variabel independen. Peneliti ingin menguji apakah ada pengaruh
rentabilitas, leverage pada saham bonus, karena saham bonus merupakan suatu
kebijakan yang diambil oleh emiten perusahaan guna untuk peningkatan jumlah
saham yang beredar dan berakibat pada meningkatnya faktor penawaran saham.
Pemilihan rentabilitas dan leverage ini didasarkan pada pertimbangan kondisi
4
diputuskan, diumumkan dan dibagikan melalui rapat umum pemegang saham
(RUPS).
Saham bonus merupakan saham baru yang dibagikan secara cuma-cuma
kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi kepemilikan yang berasal dari
kapitalisasi agio saham. Pengumuman saham bonus diharapkan memberikan
dampak positif kepada pasar. Perusahaan yang melakukan kebijakan saham bonus
akan memberikan informasi kepada investor tentang prospek keuntungan di masa
depan yang menyebabkan pasar bereaksi positif (Balachandran dan Tanner, 2001).
Barnes dan Ma, (2002), Adaoglu dan Lasfer, (2003) menemukan bahwa terdapat
reaksi pasar yang positif terhadap pengumuman saham bonus.
Balanchandran dan Tanner (2001), melakukan pengujian reaksi harga saham
terhadap pengumuman saham bonus, dan hasil penelitian tersebut menunjukan arah
yang positifantara reaksi harga terhadap pengumuman saham bonus. Gambaran
tersebut menunjukkan bahwa pengumuman saham bonus memberikan sinyal positif
terhadap prospek perusahaan di masa mendatang, pernyataan tersebut didukung
dengan kenyataan bahwa perusahaan yang mengeluarkan kebijakan saham bonus
merupakan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik.
Banyak hal yang menarik pada penerapan kebijakan saham bonus adalah
adanya kontradiksi antara teori dan praktek. Saham bonus secara teori menurut
beberapa penelitian menyatakan bahwa kebijakan saham bonus dikatakan hanya
sebagai “pemanis” saham agar terlihat bagus di depan investor, tetapi faktanya
kebijakan saham bonus tidak menambah nilai perusahaan. Emiten tidak menerima
5
tidak terdapat keuntungan signifikan yang diperoleh oleh pemegang saham yang
mendapatkan saham bonus karena tidak ada penambahan kekayaan yang
dimilikinya. Dengan demikian investor kemungkinan tidak akan bereaksi terhadap
pengumuman saham bonus di sekitar tanggal pengumuman tersebut. Saham bonus
dilihat dalam praktiknya, masih terdapat perusahaan yang melakukan kebijakan
tersebut.
Menurut Shirur (2008), kebijakan saham bonus dilakukan oleh perusahaan
ketika investor mulai menilai bahwa kinerja perusahaan tidak sesuai dengan
harapan. Hal tersebut tentu tidak baik bagi kelangsungan perusahaan. Oleh sebab
itu perusahaan melakukan kebijakan saham bonus agar likuiditas saham perusahaan
meningkat sehingga investor dapat lebih nyaman berinvestasi pada saham
perusahaan karena saham mudah diperjualbelikan. Saham bonus dalam
penerbitnannya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kinerja emiten atau
perusahaan publik yang dapat dilakukan tanpa merugikan kepentingan pemegang
saham (Adiati, 2006).
Menurut Sugiyarso (2005:111) rentabilitas menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu, penilaian terhadap
rentabilitas pada suatu perusahaan dapat dilakukan salah satunya dengan cara
menggunakan Return On Assets (ROA). ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak
yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian
dari asset yang dimiliki perusahaan. Return on Assets (ROA) menggambarkan
kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang
6
kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan
jumlah aset yang dimiliki. ROA dapat menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga
saham. Kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva
yang digunakan berdampak pada pemegang saham perusahaan. ROA yang semakin
bertambah menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para
pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari dividen yang diterima
semakin meningkat, atau semakin meningkatnya harga maupun return saham.
ROA yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk
operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan, sehingga
diperkirakan peluang untuk pembagian saham bonus juga semakin besar. ROA
yang baik akan dilirik oleh para pemegang saham yang mengarah pada pembagian
dividen. Pembagaian dividen menyebabkan penurunan likuiditas perusahaan. Oleh
sebab itu manajemen memandang bahwa saham bonus merupakan jalan atau
strategi yang baik.
Leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang
perusahaan terhadap modal maupun aktiva. Leverage merupakan pengukur
besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang (Sudarmadji dan Sularto, 2007).
Penggunaan hutang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan dapat
menghasilkan keuntungan juga kerugian yang merupakan risiko penggunaan
hutang. Hutang menyebabkan beban yang bersifat tetap yaitu bunga dan pokok
pinjaman yang harus dibayar, di lain pihak hutang merupakan sumber dana yang
dapat digunakan untuk mendanai aktivitas perusahaan sehingga dapat
7
digunakan sebagai elemen pengurang pajak penghasilan (Miller, M., and M.
Scholes, 1978). Peningkatan utang adalah sinyal yang baik untuk prospek
perusahaan dimasa mendatang (Titman and Wessels, 1988). Herry dan Hamin
(2005) menunjukkan bahwa leverage menyebabkan peningkatan nilai perusahaan
(value enchancing). Leverage menggambarkan sumber dana operasi yang
digunakan oleh perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang dihadapi
perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan maka
ketidakpastian untuk menghasilkan laba di masa depan juga akan makin meningkat.
Foster (1986:65-66) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara rasio
leverage dengan deviden dan return perusahaan. Howton et. al. (1998), mengutip
dari Opler dan Titman (1993) dan Johnson (1995); yang menyebutkan bahwa
perusahaan leveraged memiliki peluang investasi yang tidak menguntungkan.
Dengan membedakan perusahaan yang pembayaran dividennya tinggi dengan yang
rendah, Johnson mengatakan bahwa perusahaan yang pembayaran dividennya
rendah mempengaruhi harga saham secara positif pada pengumuman penawaran
hutang. Kebijakan hutang dinyatakan dalam rasio leverage, artinya hutang dapat
digunakan untuk memprediksi keuntungan yang kemungkinan bisa diperoleh bagi
investor jika berinvestasi pada suatu perusahaan, dan diduga dapat berpengaruh
terhadap pembagian saham bonus di perusahaan tersebut karena jika perusahaan
memperoleh return, mendapatkan keutungan dan pembayaran devidenya rendah,
maka kebijkan saham bonus di perusahaan tersebut dapat dilakukan.
Berdasarkan uarian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
8
“PENGARUH RENTABILITAS, DAN LEVERAGE PADA SAHAM
BONUS DI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2000-2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana pengaruh rentabilitas pada saham bonus?
2) Bagaimana pengaruh leverage pada saham bonus?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun tujuan penelitian dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh rentabilitas pada saham bonus.
2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh leverage pada saham bonus.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh melalui pelaksanaan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Keguanaan Teoritis
Penelitian ini merupakan aplikasi ilmu dan teori – teori yang diperoleh dari
bangku kuliah. Penelitian diharapkan mendukung teori keagenan, serta
9
yang dapat mempengaruhi kebijakan saham bonus yang dijalankan oleh
perusaan.Selain itu diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan khususnya mengenai pengaruh rentabilitas, dan leverage
pada saham bonus di perusahaan yang terdaftar di BEI.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu masukan atau pertimbangan bagi
perusahaan untuk pengambilan kebijakan saham bonus sehingga kebijakan
saham bonus tersebut dapat maksimal dilakukan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan secara
sistematis, sehingga antara sub bab dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan
yang sistematis. Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan diuraikan secara
ringkas meliputi 5 (lima) bab, sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan permasalahan yang ada dalam penelitian ini yang
meliputi latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, serta sistematika penyajian.
Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini memuat uraian sistematis tentang teori-teori yang digunakan
untuk membangun penelitian ini yakni teori regulasi, teori kepatuhan dan
10
sebelumnya yang akan digunakan untuk membangun rumusan hipotesis
sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan penelitian ini.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang objek penelitian, identifikasi dan definisi
operasional variabel, jenis, sumber dan metode pengumpulan data serta
teknik analisis yang digunakan dalam memecahkan masalah penelitian.
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan
tentang permasalahan yang diteliti melalui gambaran umum objek
penelitian, pengujian statistik, dan analisis terhadap hasil penelitian. Bab
ini juga menguraikan interpretasi dari hasil penelitian yang memberikan
jawaban atas permasalahan dari penelitian ini.
Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini menyajikan simpulan dari hasil pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya dan saran-saran yang ditujukan kepada peneliti
selanjutnya yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (agency teory) membahas kerjasama yang tercipta antara
pemilik perusahaan yang disebut dengan prinsipal (principals) dengan manajemen
perusahaan yang disebut dengan agen (agent). Hubungan yang tercipta tersebut
ternyata berportensi konflik, karena adanya perbedaan kepentingan dan manajemen
selalu memanfaatkan kesempatan yang ada untuk berperilaku oportunis.
Manajemen mampu melakukannya karena mereka yang mengendalikan perusahaan
dan memiliki informasi yang lebih banyak informasi tentang perusahaan dibanding
prinsipal. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Handayani dan
Rachadi (2009) teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent. Dalam teori keagenan yang dimaksud
dengan principal adalah pemegang saham, sedangkan agent adalah manejemen
yang mengelola perusahaan (Budiasih, 2009).Teori ini merupakan pendekatan yang
digunakan dalam pembahasan konsep saham bonus, manajemen laba maupun
perataan laba.
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak
12
hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang
menarik dan jam kerja yang fleksibel, sedangkan prinsipal diasumsikan hanya
tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di
perusahaan tersebut.
2.1.2 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pertemuan antara pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjual belikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun,
seperti saham dan obligasi sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas
disebut dengan bursa efek (stock exchange).
Definisi pasar modal menurut kamus besar pasar uang dan modal adalah pasar
konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang
memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Umumnya yang
termasuk pihak penawar adalah perusahaan asuransi, dan pensiun, bank-bank
tabungan, sedangkan yang termasuk peminat adalah pengusaha, pemerintah dan
masyarakat umum (Susilo: 2000).
Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa
surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Perusahaan
bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi
sehingga justru membuat cost of capital tidak lagi minimal. Keadaan ini tidak
berarti bahwa perusahaan akan selalu menerbitkan saham karena adanya pasar
13
perusahaan membayar bunga dan berpandangan bahwa saham merupakan dana
murah. Teori keuangan menjelaskan bahwa setiap sumber dana, baik hutang
maupun modal sendiri mempunyai biaya dana (cost of capital). Untuk modal
sendiri biaya tersebut bersifat implisit atau opportunity, sedangkan untuk hutang
bersifat eksplisit karena memang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan dalam
bentuk pembayaran bunga.
Ada beberapa daya tarik pasar modal sekaligus mempunyai fungsi antara lain:
1) Sebagai sumber penghimpun dana.
Sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan salah satunya adalah
pasar modal selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media
perantara keuangan secara konvensional. Terdapat beberapa keterbatasan
apabila perusahaan memanfaatkan bank sebagai sumber dana. Keterbatasan
tersebut adalah jumlah dana yang bisa ditarik dari perbankan terbatas, karena
pada industri perbankan dikenal dengan adanya legal lending limit atau batas
maksimal pemberian kredit (BMPK), sehingga bila perusahaan ingin
menggalang dana yang jumlahnya relaif besar akan terhambat dengan aturan
perbankan tersebut. Sebagai alternatif perusahaan bisa masuk ke pasar modal
untuk menggalang dana yang besarnya sesuai dengan yang diharapkan.
2) Sebagai sarana investasi.
Perusahaan yang menjual surat berharga (saham atau obligasi) ke pasar modal
pada umumnya adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang
baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku dijual belikan
14
akan menginvestasikan pada perbankan yang notabene mempunyai tingkat
keuntungan yang relatif kecil, dengan adanya surat berharga yang mudah
diperjual belikan, maka bagi investor merupakan alternatif instrumen investasi.
Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor bisa dengan mudah
memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, oleh karena
itu pasar modal sebagai salah satu alternatif instrumen penempatan dana bagi
investor selain di perbankan atau investasi langsung lainnya.
3) Pemerataan pendapatan.
Perusahaan tidak melakukan go public pada dasarnya, pemilik perusahaan
terbatas pada personal-personal pendiri perusahaan yang bersangkutan, dengan
go public-nya perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas
untuk ikut serta memiliki perusahaan tersebut, dengan demikian akan
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan
dari perusahaan berupa bagian keuntungan atau dividen, sehingga semula hanya
dinikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya bisa dinik mati oleh masyarakat
artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat.
4) Sebagai pendorong investasi.
Kewajiban pemerintah untuk memajukan pembangunan dan perekonomian
negaranya. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memajukan pembangunan
membutuhkan investasi besar. Pemerintah tidak akan mampu untuk melakukan
investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing. Untuk
mendorong agar pihak swasta dan asing mau melakukan investasi baik secara
15
investasi yang kondusif bagi mereka. Salah satu iklim investasi yang kondusif
adalah likuidnya pasar modal, semakin baik pasar modal, semakin banyak
perusahaan yang akan masuk ke pasar modal dan semakin banyak investor baik
nasional maupun asing yang bersedia menginvestasikan dananya ke Indonesia
melalui pembelian surat berharga di pasar modal.
2.1.3 Faktor-faktor Keberhasilan Pasar Modal
Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain
adalah (Husnan: 2001):
1) Supply sekuritas
Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas
di pasar modal. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah apabila terdapat jumlah
perusahaan yang cukup banyak di suatu negara yang memerlukan dana yang bisa
diinvestasikan dengan menguntungkan? Dan apakah mereka bersedia memenuhi
persyaratan full disclosure (mengungkapkan kondissi perusahaan) yang dituntut
oleh pasar modal.
2) Demand akan sekuritas
Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki
jumlah dana yang cukup besar untuk digunakan membeli sekuritas-sekuritas
yang ditawarkan.
3) Kondisi politik dan ekonomi
Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki
16 yang ditawarkan.
4) Masalah hukum dan peraturan
Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi-informasi
yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas.
Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar akan akan
menyesatkan mutlak diperlukan.
5) Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi pasar modal dan berbagai
lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien.
2.1.4 Saham Bonus
Saham bonus merupakan saham baru yang dibagikan secara cuma-cuma
kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi kepemilikan yang berasal dari
kapitalisasi agio saham. Shirur (2008), kebijakan saham bonus dilakukan oleh
perusahaan ketika investor mulai menilai bahwa kinerja perusahaan tidak sesuai
dengan harapan. Pada umumnya, emiten melakukan kebijakan membagi saham
bonus jika harga saham emiten di pasar dinilai terlalu tinggi dan disisi lain
perusahaan masih menyimpan agio saham yang cukup besar. Harga saham yang
tinggi menyebabkan saham tersebut kurang terjangkau investor sehingga likuiditas
rendah. Perusahaan dengan membagikan saham bonus diharapkan harga akan turun
karena mengalami penyesuaian dan likuiditas di pasar naik kembali. Saham bonus
itu bersumber dari kapitalisasi agio, untuk itu perusahaan melakukan kebijakan
17
lebih nyaman berinvestasi pada saham perusahaan ini karena saham mudah
diperjualbelikan.
Saham Bonus adalah penerbitan saham yang dibagikan kepada para
pemegang saham lama. Pembagian saham tersebut akan menyebabkan terjadinya
penurunan harga saham yang bersangkutan (Sunariyah; 1997). Keuntungan yang di
peroleh emiten dan investor pada kebijakan saham bonus adalah:
1) Dapat meningkatkan jumlah modal yang disetor secara relatif mudah tanpa
harus melalui prosedur yang lebih rumit seperti dalam right issue.
2) Dapat meningkatkan jumlah saham yang beredar sehingga dapat berpengaruh
terhadap likuiditas perdagangan saham dan harga saham.
3) Sedangkan keuntungan bagi investor adalah walaupun secara riil tidak
memberikan peningkatan dalam nilai investasinya, dalam jangka panjang
investor dapat memperoleh potensi keuntungan dari kenaikan harga saham
akibat lebih likuidnya perdagangan saham dengan harga yang relatif murah.
Pembagian saham bonus yang akan dilakukan oleh perusahaan didasarkan pada
beberapa persyaratan sebagai berikut.
1) Masih cukupnya jumlah modal dasar dan jumlah saham.
2) Memiliki saldo agio.
3) Disetujui oleh RUPS.
4) Harga teoritis setelah penerbitan saham bonus tidak boleh lebih rendah dari Rp
100 (Harga teoritis adalah perkiraan harga suatu saham pada saat pembukaan
18
5) Ketentuan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pembagian saham bonus
adalah peraturan BAPEPAM No IX.D.5. Peraturan Saham Bonus dari
BAPEPAM No IX.D.5:
a. Berlaku untuk emiten yg telah melakukan penawaran umum.
b. Pembagian saham bonus harus proporsional
c. Pelaksanaan pembagian saham bonus harus selesai dilakukan selambat –
lambatnya 45 hari.
d. Emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan kepada
BAPEPAM.
e. Saham bonus berasal dari kapitalisasi agio saham.
f. Saham bonus merupakan deviden saham, berasal dari kapitalisasi agio
saham dan atau unsur ekuitas lainya.
Tujuan Membagikan saham bonus adalah untuk meningkatkan likuiditas
saham di pasar, menambah jumlah saham yang beredar, harga saham dapat turun,
dapat terjangkaunya harga saham oleh investor.
2.1.5 Rentabilitas
Menurut Sugiyarso (2005:111) rentabilitas menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas adalah
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut, dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu, pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting
19
bahwa perusahaan telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui
dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang
menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lainnya ialah menghitung
rentabilitasnya (Riyanto, 2001:37), maka perusahaan tidak hanya berusaha untuk
memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi
rentabilitasnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas perusahaan (Riyanto, 2001:36)
sebagai berikut:
1) Volume penjualan
Salah satu indikator untuk mengetahui kemajuan suatu perusahaan adalah
penjualan. Dengan semakin bertambahnya penjualan maka akan menaikan
volume pendapatan yang diperoleh perusahaan sehingga biaya-biaya akan
tertutup juga. Hal ini mendorong perusahaan untuk mengefektifkan modal
untuk mengembangkan usahanya.
2) Efisiensi penggunaan biaya
Modal yang diperoleh perusahaan untuk mengembangkan usahanya harus
dipelihara dan dipertanggungjawabkan secara terbuka. Dengan kata lain
penggunaan modal harus digunakan untuk usaha yang tepat dengan
pengeluaran yang hemat sehingga keberhasilan usaha akan tercapai secara
20 3) Profit margin
Profit margin adalah laba yang diperbandingkan dengan penjualan. Profit
margin digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan berkaitan dengan penjualan perusahaan.
4) Struktur modal perusahaan
Struktur modal adalah pembiayaan pembelanjaan permanen perusahaan yang
terutama pada hutang jangka panjang, saham preferen dan modal saham biasa,
tetapi tidak termasuk hutang jangka pendek.
Menurut Riyanto (2001:36) rentabilitas pada umumnya dapat di bagi menjadi dua
macam sebagai berikut:
1) Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal
sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan
dinyatakan dalam persentase”. Sedangkan Munawir (2001:33) menyatakan
bahwa”rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan seluruh
modal yang digunakan (modal asing dan modal sendiri)”.
Perhitungan yang dilakukan rentabilitas ekonomi adalah laba yang dihitung
hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan yang biasa disebut laba usaha.
Dengan demikian maka laba yang diperoleh dari usaha diluar perusahaan seperti
deviden, tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
2) Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang
21
menghasilkan laba tersebut dilain pihak (Riyanto, 2000:44). Munawir (2001:33)
menyatakan bahwa “rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara laba
yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang
dimasukan oleh pemilik perusahaan tersebut”.
Rentabilitas ekonomi akan menghasilkan rasio dalam bentuk prosentase,
apabila rasio yang dihasilkan dari analisis tersebut menunjukkan prosentase yang
lebih besar dari standar yang ditentukan, maka usaha dari perusahaan tersebut
selama periode tersebut berjalan dengan baik, tetapi sebaliknya apabila angka rasio
yang dihasilkan lebih kecil dari standar yang telah ditentukan maka perusahaan
tersebut selama periode itu tidak dapat memanfaatkan modalnya dengan baik.
Pachta (2008:117) menjelaskan bahwa “setiap pemakaian modal sendiri
dalam operasional perusahaan maka keuntungan yang diperoleh akan lebih besar
dibanding dengan pemakaian modal asing atau modal luar operasional perusahaan
dikarenakan adanya beban bunga yang harus dibayarkan”, dalam perhitungan
rentabilitas modal sendiri besar kecilnya rentabilitas dipengaruhi oleh modal dan
deviden.
Rentabilitas dalam penelitian ini diproksi dengan Return on Assets (ROA).
Pemilihan Return on Assets (ROA) sebagai proksi rentabilitas didasarkan atas rasio
ini dipergunakan dalam pengukuran kemampuan menghasilkan laba selama periode
tertentu dan rasio ini bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan
laba pada masa mendatang. Menurut Hanafi dan Halim (2003:27), Return on
Assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan
22
laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Dengan mengetahui
ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan
aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.
Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan
keberhasilan perusahaan. Laba dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
mendapat pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk berubah. Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh
secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat
merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian
penganalisa di dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan. Munawir (2001:57)
menjelaskan bahwa profitabilitas atau rentabilitas digunakan untuk mengukur
efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan
antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu
keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa
perusahaan itu rentable. Bagi manajemen atau pihak-pihak yang lain, rentabilitas
yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar.
Menurut Mardiyanto (2009: 196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari
aktivitas investasi. Menurut Dendawijaya (2003: 120) rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut
23
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROA adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan
aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan
meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik
perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena
tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan
berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan
semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROA dapat
dikatakan baik apabila > 2%.
ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik
akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang
menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan
keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri.
Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi.
2.1.6 Leverage
Leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh
perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang dihadapi perusahaan,
semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan maka ketidak pastian untuk
menghasilkan laba di masa depan juga akan makin meningkat. Foster (1986:65-66)
24
perusahaan, artinya hutang dapat digunakan untuk memprediksi keuntungan yang
kemungkinan bisa diperoleh bagi investor jika berinvestasi pada suatu perusahaan.
Penggunaan sumber-sumber pembiayaan perusahaan, baik yang merupakan
sumber pembiayaan jangka pendek maupun sumber pembiayaan jangka panjang
akan menimbulkan suatu efek yang biasa disebut dengan leverage. Gibson (1990)
menyatakan bahwa “the use of debt, called leverage, can greatly affect the level and
degree of change is the common earning”, artinya penggunaan hutang, disebut
penggungkit, sangat dapat memengaruhi tingkat derajat dan tingkat perubahaan
pendapatan saham. Selain itu, Schall dan Harley (1992) mendefinisikan leverage
sebagai “the degree of firm borrowing”, artinya leverage sebagai tingkat pinjaman
perusahaan. Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan leverage adalah suatu tingkat
kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang
mempunyai beban tetap (hutang dan saham istimewa) dalam rangka mewujudkan
tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik perusahaan.
Permasalahan leverage akan selalu dihadapi oleh perusahaan, bila perusahaan
tersebut menanggung sejumlah beban atau biaya, baik biaya tetap operasi maupun
biaya finansial. Biaya tetap operasi merupakan beban atau biaya tetap yang harus
diperhitungkan sebagai akibat dari fungsi pelaksanaan investasi, sedangkan biaya
finansial merupakan beban atau biaya yang harus diperhitungkan sebagai akibat
dari pelaksanaan fungsi pendanaan. Jadi, beban atau biaya tetap sebenarnya
keputusan-25
keputusan keuangan. Besar kecilnya risiko tersebut perlu diketahui agar dapat
diantisipasi dengan meningkatkan volume kegiatan usaha.
Menurut Sawir (2004: 10) leverage keuangan adalah penggunaan sumber
dana yang menimbulkan beban tetap keuangan. Beban tetap keuangan yaitu bunga
yang harus dibayar tanpa memperdulikan tingkat laba perusahaan. Adapun rasio
pengelolaan utang dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Rasio utang adalah rasio total utang terhadap total aktiva. Rasio ini digunakan
untuk menghitung persentase total dana yang disediakan oleh kreditur.
2) Rasio kemampuan membayar bunga atau Time Interest Earned (TIE) adalah
rasio laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap beban bunga. Rasio ini
mengukur kemampuan untuk membayar beban bunga tahunan.
3) Rasio kemampuan membayarkan beban tetap adalah rasio yang lebih luas
cakupannya daripada rasio TIE karena mencakup kewajiban lease jangka
panjang tahunan perusahaan. Rasio ini hampir sama dengan rasio kemampuan
mambayar bunga.
Leverage keuangan menyiratkan dua hal penting yaitu;
1) Dengan menaikan dana melalui utang, pemilik dapat mampertahankan
pengendalian atas perusahaan dengan investasi terbatas.
2) Kreditur mensyaratkan adanya ekuitas atau dana yang disediakan oleh pemilik
sebagai margin pengaman. Jika pemilik hanya menyediakan sebagaian kecil dari
pembiayaan total maka risiko perusahaan dipikul terutama oleh krediturnya.
Leveragepada umumnya dapat di bagi menjadi dua macam yaitu:
26
Leverage operasi (operating leverage) timbul sebagai suatu akibat dari adanya
beban-beban tetap yang ditanggung dalam operasional perusahaan, beban-beban
tetap operasional tersebut misalnya biaya depresiasi atau penyusutan atas aktiva
tetap yang dimilikinya.Sartono (2001) menyebutkan leverage operasi timbul karena
perusahaan memiliki biaya operasi tetap. Leverage operasi adalah pengaruh biaya
tetap operasional terhadap kemampuan perusahaan untuk menutup biaya tersebut,
dengan kata lain pengaruh perubahan volume penjualan terhadap laba sebelum
bunga dan pajak (EBIT). Besar kecilnya leverage operasi dihitung dengan DOL
(Degree of operating leverage) (Sartono, 1997).
Analisis leverage operasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa peka laba
operasi terhadap perubahan hasil penjualan dan berapa penjualan minimal yang
harus diperoleh agar perusahaan tidak menderita kerugian.
2) Financial Leverage
Pengertian financial leverage (leverage keuangan) adalah pembiayaan
sebagian dari aset perusahan dengan surat berharga yang mempunyai tingkat bunga
yang tetap (terbatas) dengan mengharapkan peningkatan yang luar biasa pada
pendanaan bagi pemegang saham”. Dilihat dari pengertian di atas leverage
keuangan dimiliki perusahaan karena adanya penggunaan modal atau dana yang
memiliki beban tetap dalam pembiayaan perusahaan.
Risiko finansial adalah tambahan risiko yang dibebankan kepada para
pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk mendapatkan pendanaan
melalui utang. Pemegang saham akan menghadapi risiko bisnis yaitu ketidakpastian
27
menggunakan utang, maka hal ini akan mengonsentrasikan risiko bisnis pada
pemegang saham biasa. Konsentrasi risiko bisnis ini terjadi karena para pemegang
saham yang menerima pembayaran bunga secara tetap sama sekali tidak
menanggung risiko bisnis.
Leverage dalam penelitian ini diproksi dengan Debt Equity Ratio (DER).
Pemilihan Debt Equity Ratio (DER) sebagai proksi leverage didasarkan atas rasio
ini dipergunakan para investor untuk melihat seberapa besar hutang perusahaan jika
dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham.
Menurut Harahap (2007) debt to equity ratio adalah rasio yang menggunakan
hutang dan modal untuk mengukur besarnya rasio. Sedangkan Dwi Pratama (2009)
debt to equity ratio adalah rasio yang dipergunakan untuk mengukur tingkat
penggunaan utang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan.
Menurut Riyanto (2001:32), “rasio utang dimaksudkan sebagai kemampuan suatu
perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik hutang jangka pendek
maupun utang jangka panjang)”. Mogdiliani and Miller (1963) dalam Tarjo (2010)
menyatakan nilai perusahaan ditentukan oleh struktur modal dan salah satu struktur
modal perusahaan adalah diperoleh melalui hutang. Berdasarkan pernyataan di atas,
dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio digunakan oleh suatu perusahaan
bukan hanya untuk membiayai aktiva, modal serta menanggung beban tetap
melainkan juga untuk memperbesar penghasilan.
Debt To Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal
28
memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin
modal sendiri. Debt To Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi kinerja perusahaan
dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham. Semakin besar Debt To
Equity Ratio (DER) menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak
memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Suwandi (2003) menyatakan
bahwa penggunaan hutang oleh suatu perusahaan akan membuat risiko yang
ditanggung pemegang saham meningkat, jadi ketika terdapat penambahan jumlah
hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat kemampuan perusahaan
untuk melunasi seluruh utang yang ada, yang selanjutnya akan berdampak dengan
menurunnya nilai (return) saham perusahaan.
2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Rentabilitas Terhadap Saham Bonus
Menurut Esti (2013) rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam meningkatkan laba setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan. Penilaian faktor rentabilitas
mencakup penilaian laba terhadap total aset yaitu return on assets (ROA).
Komponen ROA menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total
aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan (Lisa, 2009). Penelitian Purwasih
(2010) menunjukkan hasil bahwa aspek rentabilitas yang diukur dengan ROA
berpengaruh positif terhadap harga saham serta didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Junaid (2011) dan Chan et al (2012) yang mengatakan bahwa ROA
29
dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dividen yang semakin
meningkat. ROA yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang
dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan,
sehinggapeluang untuk pembagian saham bonus menjadi semakin rendah.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H1: Rentabilitas berpengaruh negatif pada saham bonus.
2.2.2 Pengaruh Leverage Terhadap Saham Bonus
Leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang
perusahaan terhadap modal maupun aktiva.. Herry dan Hamin (2005) menunjukkan
bahwa leverage menyebabkan peningkatan nilai perusahaan (value enchancing.
Penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003) menemukan bahwa leverage
berpengaruh pada deviden dan return saham. Rozeff (1982) menyatakan bahwa
perusahaan yang leverage operasi atau keuangannya tinggi akan memberikan
dividen tunai yang rendah karena perusahaan yang berisiko akan membayar
dividennya rendah, dengan maksud untuk mengurangi ketergantungan akan
pendanaan secara eksternal. Debt To Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi
kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham.
Semakin besar Debt To Equity Ratio (DER) menandakan struktur permodalan
usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Suwandi
(2003) menyatakan bahwa penggunaan hutang oleh suatu perusahaan akan
30
penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat
kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada, yang selanjutnya
akan berdampak dengan menurunnya nilai (return) saham perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan membagikan
deviden rendah sehingga hal ini akan mempengaruhi kebijakan saham bonus.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai
berikut: