SKRIPSI
Diajukan oleh :
Kussuwantoro
0613010184/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia
Yang Diajukan
KUSSUWANTORO 0613010184/FE/EA
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
DRS. EC. MUSLIMIN, MSI Tanggal : …….……….……
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula
memungkinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, Dan Debt to Total Asset (DTA) terhadap Cash Devidend Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam
penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang
dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan
dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun
sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan
bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini
sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak. Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
5. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak Drs. Ec. Muslimin, MSi selaku Dosen Pembimbing yang dengan
kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang
sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada
penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Jawa Timur.
8. Teman-teman Ambarowo yang selalu menemani hari-hari penulis dari
awal masuk UPN sampai selesainya.
9. Teman-teman kos yang selalu mengganggu dan membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan
skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi
perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, November 2010
DAFTAR TABEL………. vi
DAFTAR GAMBAR……… vii
DAFTAR LAMPIRAN………. viii
ABSTRAK……….. ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah……….... 8
1.3 Tujuan Penelitian ..………..………..………. 8
1.4 Manfaat Penelitian ………. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ……… 10
2.2 Landasan Teori ………..………..….. 13
2.2.1. Dividen ….……….……….………… 13
2.2.1.1 Pengertian Dividen ………...…...…… 13
2.2.1.2 Bentuk-bentuk Pembayaran Dividen ……. 14
2.2.1.3 Kebijakan Dividen ………... 17
2.2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen ………... 18
2.2.1.5 Teori Kebijaka Dividen ………... 23
2.2.2 Analisis Rasio ……….. 26
2.2.2.1 Pengertian Analisis Rasio ……….. 26
2.2.2.2 Pembagian Analisis Rasio ……….. 28
2.2.2.3 Return On Investment (ROI) ……….. 29
2.2.2.4 Earning Per Share (EPS)………. 31
Cash Dividend ……… 35
2.5 Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Cash Dividend ………. 36
2.6 Pengaruh Debt to Total Asset (DTA) Terhadap Cash Dividend ……… 37
2.7 Pengaruh Retur On Invesment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, dan Debt to Total Asset (DTA) Terhadap Cash Dividend ………. 38
2.8 Kerangka Pikir ………..………..… 38
2.9 Hipotesis ………. 40
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan pengukuran Variabel... 41
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 44
3.2.1 Populasi ………...… 44
3.2.2 Sampel ………....……. 44
3.3 Teknik Pengumpulan Data …...…………...…… 46
3.3.1 Jenis Data ……… 46
3.3.2 Sumber Data ………... 46
3.3.3 Pengumpulan Data ……….. 46
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis………. 47
3.4.1 Uji Normalitas ……… 47
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ……….. 47
3.4.3 Teknik Analisis ……….. 50
3.4.4 Uji Hipotesis ……….. 51
4.4.1. Uji Multikolinearitas.……….……… 75
4.4.2. Uji Heteroskedastisitas ……… 76
4.4.3. Uji Autokorelasi ……….….………. 77
4.5. Analisis dan Pengujian Hipotesis ……… 78
4.5.1 Persamaan Regresi….……….. 79
4.5.2 Koefisien Determinasi (R Square) ……….. 81
4.5.3 Hasil Pengujian Hipotesis ……….……….. 82
4.5.3.1. Uji Kecocokan Model ..………...……….….. 82
4.5.3.2. Uji Parsial …...……….…...……….….. 83
4.6. Pembahasan…………...………..……….. 85
4.6.1. Implikasi ………. 85
4.10.Perbedaan Hasil Penelitian Terdahulu……….. 90
4.11.Keterbatasan Penelitian……… 92
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……….…….……….…… 93
5.2. Saran……….…….……… 94
2.1. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu …………. 12
3.1. keputusan autokorelasi ……….. 50
4.2.1. Rekapitulasi Data : “Return On Invesment (ROI) (X1)” Periode 2005 – 2008 ……….………..…………... 63
4.2.2. Rekapitulasi Data : “Earning Per Share (EPS) (X2)” Periode 2005 – 2008 ……….. 65
4.2.3. Rekapitulasi Data : “Current Ratio (X3)” Periode 2005 – 2008 ………. 66
4.2.4. Rekapitulasi Data : “Debt to Total Asset (DTA) (X4)” Periode 2005 – 2008 ……….. 68
4.2.5. Rekapitulasi Data : “Cash Dividend (Y)” Periode 2005 – 2008 ………... 70
4.3.1. Hasil Uji Normalitas ….……….……….... 71
4.3.2. Hasil Uji Outlier Ke-1 ………... 72
4.3.3. Hasil Uji Outlier Ke-2 ……… 73
4.3.4. Hasil Uji Outlier Ke-3 ……… 74
4.3.5. Hasil Uji Normalitas ……….. 75
4.4.1. Hasil Uji Multikolinearitas ……….………... 76
4.4.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas ……….……….... 77
4.4.3. Hasil Uji Autokorelasi ………..……….….... 78
4.5.1. Coefficients Regresi ………..………..…….….… 79
4.5.2.Koefisien Determinasi……….…...…. 81
4.5.1.1. Uji Kecocokan Model (Uji F) .………..……….…… 82
4.5.1.2. Hasil Uji Parsial (Uji t) ……….………..………...……. 83
Lampiran 3. Current Ratio
Lampiran 4. Debt to Total Asset (DTA)
Lampiran 5. Uji Normalitas (sebelum uji outlier) Lampiran 6. Uji Outlier Ke-1
Lampiran 7. Observasi Hasil Uji Outlier Ke-1 Lampiran 8. Uji Normalitas (Setelah Outlier Ke-1) Lampiran 9. Uji Outlier Ke-2
Lampiran 10. Observasi Hasil Uji Outlier Ke-2 Lampiran 11. Uji Normalitas (Setelah Outlier Ke-2) Lampiran 12. Uji Outlier Ke-3
Lampiran 13. Observasi Hasil Uji Outlier Ke-3 Lampiran 14. Uji Normalitas (Setelah Outlier Ke-3) Lampiran 15A. Uji Asumsi Klasik
Kussuwantoro
ABSTRAK
Pasar modal merupakan pertemuan pihak yang memerlukan dana (borrower) dengan pihak yang bisa menyediakan dana atau yang mempunyai kelebihan dana (lender). Keputusan investasi jika diambil adalah go public dengan menjual sebagian saham perusahaan berarti perusahaan tersebut harus memiliki reputasi, performance
atau prestasi yang baik sehingga saham yang diterbitkan laku terjual dan perusahaan bisa memperoleh dana yang tidak terikat dengan bunga daripada harus meminjam, konsekuensinya yaitu perusahaan harus membagi kepemilikan sahamnya kepada pihak ekstern, dalam hal ini masyarakat. Bagi seorang investor, ada dua kemungkinan yang diharapkan dari dana yang ditanamkannya dalam bentuk saham. Yang pertama adalah capital gain, yaitu selisih keuntungan harga jual yang terjadi akibat perbedaan harga saham pada saat membeli dengan saat menjual dan yang kedua adalah dividen, yaitu hasil pembagian dari laba perusahaan yang sahamnya dimiliki. Jumlah dividen yang diterima pemegang saham (stock holder) sangat bergantung pada keuntungan dan kebijakan dividen perusahaan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang Go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 dengan cara mendownload dari situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Teknik penarikan sampel menggunakan
purposive sampling. Teknik analisis menggunakan linear berganda.
Berdasarkan hasil uji F dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel
Return on investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, dan Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh signifikan terhadap Cash Dividend pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Sedangkan pada uji t secara parsial variabel Return on investment (ROI), dan
Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh signifikan terhadap Cash Dividend. Earning Per Share (EPS), dan Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Cash Dividend pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Ditengah perkembangan ekonomi dan persaingan di dunia usaha, peranan
pasar modal makin lama makin penting. Pasar modal merupakan pertemuan pihak
yang memerlukan dana (borrower) dengan pihak yang bisa menyediakan dana
atau yang mempunyai kelebihan dana (lender). Kehadiran pasar modal
memperbanyak pilihan sumber dana bagi perusahaan. Manfaat lebih lanjut dari
adanya pasar modal adalah meningkatkan kemampuan perusahan untuk
menentukan struktur pasar modal yang optimal. Sementara itu, bagi para investor,
pasar modal merupakan wahana yang dapat dimanfaatkan untuk
menginvestasikan dananya sebagai sumber pendapatan. (Husnan, 1998: 4)
Suatu perusahaan pada fungsi keuangan menduduki posisi yang paling
penting yang akan berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Pada saat
pertama kali perusahaan didirikan, sudah terlihat fungsi keuangan berperan, yaitu
mencari dana, mendapatkan dan mengalokasikan dana agar dana tersebut efisien
dalam penggunaannya.
Perusahaan memerlukan dana untuk membiayai kegiatan investasi dan
kelangsungan hidupnya. Dana itu diperoleh melalui sumber-sumber pembiayaan
baik yang berasal dari dalam (internal), maupun yang berasal dari luar perusahaan
(eksternal). Sumber pembiayaan internal dapat berupa pemanfaatan laba ditahan
yang sifatnya relatif terbatas, sumber pembiayaan eksternal perusahaan bisa
berupa pinjaman (debt) kepada pihak lain atau menjual sahamnya kepada
masyarakat (go public) di pasar modal.
Keputusan investasi jika diambil adalah go public dengan menjual sebagian
saham perusahaan berarti perusahaan tersebut harus memiliki reputasi,
performance atau prestasi yang baik sehingga saham yang diterbitkan laku terjual
dan perusahaan bisa memperoleh dana yang tidak terikat dengan bunga daripada
harus meminjam, konsekuensinya yaitu perusahaan harus membagi kepemilikan
sahamnya kepada pihak ekstern, dalam hal ini masyarakat. Bagi seorang investor,
ada dua kemungkinan yang diharapkan dari dana yang ditanamkannya dalam
bentuk saham. Yang pertama adalah capital gain, yaitu selisih keuntungan harga
jual yang terjadi akibat perbedaan harga saham pada saat membeli dengan saat
menjual dan yang kedua adalah dividen, yaitu hasil pembagian dari laba
perusahaan yang sahamnya dimiliki. Jumlah dividen yang diterima pemegang
saham (stock holder) sangat bergantung pada keuntungan dan kebijakan dividen
perusahaan, sehingga sebagian calon investor (calon pemegang saham
perusahaan) diduga akan sangat memperhatikan kebijakan dividen perusahaan,
yang kemudian akan mempengaruhi harga saham perusahaan dan akan
mempengaruhi juga nilai perusahaan tersebut di pasar (stock exchange market).
(sumber : www.repository.usu.ac.id tanggal 14-08-2010)
Pada umumnya para investor mengharapkan dua bentuk pengembalian dari
keuntungan yang diperoleh dari selisih harga saham pada saat dibeli dengan harga
pasar saham pada saat dia menjual, dan yang kedua dalam bentuk dividen. Sesuai
dengan pendapat sutrisno (2003 : 351) investor dalam menanamkan dananya
untuk mendapatkan dividen dan capital gain.
Para investor sekarang ini lebih banyak menginginkan pendapatan deviden
dalam bentuk tunai (cash deviden), karena dapat mengurangi resiko Dalam
berinvestasi. Namun di satu sisi pembagian cash deviden mengidentivikasikan
bahwa perusahaan sedang mengekspresikan kepercayaan diri terhadap pemegang
saham. Dan disisi lain perusahaan tidak membagikan cash deviden karena
perusahaan mengalami kepentingan kas atau perusahaan memperbesar laba
ditahan untuk melakukan re-investasi atau perusahaan mengalami kerugian.
Penggunaan laba ditahan jelas mempengaruhi kebijakan pembagian deviden
perusahaan. Pihak manajemen harus memutuskan berapa bagian pendapatan yang
akan di investasikan kembali dan berapa bagian pendapatan perusahaan yang
harus dibagikkan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash devidend.
Sesuai dengan pendapat Sutrisno (2003 : 303) apabila perusahaan memutuskan
untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi
jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern
yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan, begitu pula sebaliknya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan dividen menurut
Parthington (1989) dalam Sunarto dan Kartika (2003: 68) yaitu profitabilitas,
pembiayaan. Selanjutnya menurut Sunarto dan Kartika (2003), menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi Cash Dividend, yaitu Return On Investment
(ROI), Cash Ratio, Current Ratio, dan Debt to Total Asset (DTA), dan Sri
Sudarsih (2002) berpendapat bahwa Cash Potition (CP), Profitability (PR),
Growth Potensial (GP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Firm Size (SIZE)
merupakan faktor dalam penetuan dividen, sedangkan dalam penelitian ini yang
digunakan sebagai alat ukur dalam penentuan Cash Dividend adalah Return On
Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio (CR), dan Debt to
Total Asset (DTA).
Dipilihnya perusahaan manufaktur sebagai sampel dalam penelitian ini
dikarenakan industri manufaktur merupakan sektor ekonomi yang paling banyak
menyerap dana dari masyarakat, memegang peranan penting dalam pertumbuhan
ekonomi, dan dianggap sebagai sektor pemimpin (leading sector) bagi sektor
lainnya. (sumber, WWW.jurnalskripsitesis.wordpress.com tanggal 14-08-2010).
Selain itu perusahaan manufaktur juga dikenal sebagai perusahaan ytang paling
rutin membagikan dividen kepada para pemegang saham meskipun mengalami
perubahan berfluktuasi setiap tahunnya.
Dilansir dari Reuters, Rabu (2/6/2010) WASHINGTON - Manufaktur
Amerika Serikat (AS) dinilai telah memberikan kontribusi besar terhadap
pemulihan ekonomi AS dari resesi terburuk dan terlama sejak 1930-an.
Berikut ini merupakan data tingkat cash dividend perusahaan manufaktur
yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.
Tabel.1 Data Tingkat Pertumbuhan Cash Dividend
No Nama Perusahaan Tahun EAT Cash Dividend 7 PT. Multi bintang Indonesia Tbk.
2008 222,307,000,000 15,000.00 10 PT. United Tractors Tbk.
2008 2,660,742,000,000 320.00
Berdasarkan tabel.1. Dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan laba yang
selalu diimbangi dengan tingkat pertumbuhan Cash Dividend, yang artinya
apabila laba meningkat maka jumlah Cash Dividend yang dibagikan juga
meningkat,tetapi ada beberapa perusahaan yang tingkat pertumbuhan labanya
meningkat, akan tetapi Cash Dividend yang dibagikan menurun, misalnya untuk
PT. Tunas Ridean Tbk. pada tahun 2007 besarnya nilai laba yaitu sebesar
Rp.189.816.000.000atau naik sebesar Rp.167.605.000.000 dari tahun 2006, akan
tetapi jumlah cash dividend yang dibagikan pada tahun 2007 sebesar Rp.5,3 per
lembar saham atau turun Rp. 28,7 per lembar saham.
Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan
demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan
analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat
keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. (Sartono,
2001: 122).dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel Return On
Invesment (ROI), dan Earning Per Share (EPS) untuk mengukur tingkat
profitabilitas perusahaan.
Menurut Sartono (2001:293) Likuiditas perusahaan merupakan
pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi
perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas
perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan
profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai
investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena dana yang
diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang
permanen. Dalam hal ini peneliti menggunakan Current Ratio (CR) sebagai
variabel untuk mengukur rasio likuiditas perusahaan.
Analisis rasio solvabilitas, perusahaan akan mengetahui beberapa hal
berkaitan dengan penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman serta
mengetahui rasio kemampuan perusahaan untuk mengetahui kewajibannya.
(Kasmir, 2008: 155). Dalam penilitian ini peneliti menggunakan variabel Debt to
Total Asset (DTA) untuk mengukur rasio solvabilitas perusahaan.
Jika investor lebih melihat dari kinerja keuangan perusahaan yang tercermin
dalam laporan keuangan. Investor dapat menganalisis dari segi (1)
profitabilitasnya, diukur dengan laba bersih setelah pajak atau dengan return on
investment (ROI), bila ROI semakin besar pendapatan deviden (terutama cash
devidend) juga meningkat, (2) likuiditas (diukur dari current ratio). Bila current
ratio semakin besar maka menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya (membayar cash deviden yang
terhutang), (3) earning yang dapat dilihat dari Earning Per Share (EPS), bila EPS
meningkat maka akan semakin meningkat pendapatan cash deviden per lembar
saham, kemudian (4) pembiayaan (terutama dana yang diperoleh dari utang
jangka panjang plus utang jangka pendek) yang diukur dengan ratio leverage atau
semakin besar pula biaya utang yang harus dibayar oleh perusahaan, sehingga
cash devidend yang dibagikan akan menurun.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, Dan Debt to Total Asset (DTA) terhadap Cash Devidend Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah apakah Return On
Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, dan Debt to Total
Asset (DTA) berpengaruh terhadap Cash Devidend pada perusahaan manufaktur
yang go public di BEI?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji
secara empiris apakah Return On Investment(ROI), Earning Per Share (EPS),
Current Ratio, dan Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh terhadap Cash
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperdalam ilmu
pengetahuan mengenai praktek pasar modal khususnya mengenai Pengaruh
Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, Dan
Debt to Total Asset (DTA)terhadap Casah Deviden Perusahaan.
2. Bagi akademisi
Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperkaya kajian ilmiah
dalam praktek pasar modal. Dan juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi
bagi penelitian selanjutnya.
3. Bagi praktisi
Dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan deviden,
dan dengan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat membantu manajer
keuangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya dividen
yang dibayarkan terutama cash dividen, dan juga Dapat digunakan sebagai
pemasukan dalam penentuan pilihan investasi bagi para investor.
2.1. Penelitian Terdahulu a.Sudarsih (2002)
1) Judul :
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio Pada
Industri Perbankan Yang Listed Di Bursa Efek Jakarta
2) Rumusan Masalah :
1. Bagaimana pengaruh Cash position, Profitability, Growth
Potensial, Debt to Equity Ratio, SIZE secara simultan terhadap
Dividen Payout Ratio?
2. Bagaimana pengaruh Cash position, Profitability, Growth
Potensial, Debt to Equity Ratio, SIZE secara parsial terhadap
Dividen Payout Ratio?
3) Kesimpulan :
1. variabel Debt to Equity Ratio dan SIZE tidak dimasukkan dalam
analisis, karena kedua variabel tersebut tidak memenuhi asumsi
klasik multikolinieritas dan harus dikeluarkan dari model analisis.
2. Variabel Cash position, Profitability, Growth Potensial tidak
3. Variabel Cash position, Profitability, Growth Potensial
berpengaruh secara parsial terhadap Dividen Payout Ratio.
b. Kartika (2003)
1) Judul :
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividen Kas Di Bursa Efek
Jakarta.
2) Rumusan masalah :
1. Bagaimana pengaruh ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, dan
EPS secara parsial terhadap pendapatan dividen (cash dividend) di
Bursa Efek Jakarta?
2. Bagaimana pengaruh ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, dan
EPS secara simultan terhadap pendapatan dividen (cash dividend)
di Bursa Efek Jakarta?
3) Kesimpulan :
1.Variabel EPS signifikan berpengaruh positif terhadap cash dividend,
terbukti dapat diterima.
2.Sedangkan variabel ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA tidak
dapat diterima.
c. Yulianita (2010)
Pengaruh Cash Position, Debt to Total Asset, dan Return On Asset
Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan LQ-45 yang Go Public Di
Bursa Efek Indonesia
2) Perumusan masalah:
Apakah Cash Position, Debt to Total Asset, dan Return On Asset
berpengaruh terhadap Cash Dividend pada perusahaan LQ-45 yang go
public di Bursa Efek Indonesia.
3) Kesimpulan:
a. Tidak ada pengaruh Cash Position terhadap Cash Dividend
b. Tidak ada pengaruh Debt to Total Asset terhadap Cash Dividend
c. Ada pengaruh Return On Assset terhadap Cash Dividend
Tabel.2.1. : Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu
Nama Peneliti Variabel
Sudarsih (2002) • Cash position
• Profitability
• Growth Potensial
• Dividen Payout Ratio
Kartika (2003) • ROI
Yulianita (2010) • Cash Position
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Dividen
2.2.1.1. Pengertian Dividen
Menurut Sawidji Widoatmojo dalam Sunarto dan Kartika 2003
mengatakan bahwa dividen adalah bagian laba yang diberikan emiten kepada
para pemegang saham, baik dalam bentuk dividen tunai ( cash dividend ) dan
dividen saham ( stock dividend ).
Menurut Darmadji & Fakhrudin (2001:9) Dividen yaitu pembagian
keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut yang
dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan
dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam
kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham
tersebutberada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang
berhak mendapatkan dividen.
Menuru Jogiyanto HM (2001: 91-95) menyatakan bahwa pembayaran
dividen dapat dikelompokkan kedalam tiga kemungkinan yaitu :
1. Pembayaran Dividen Tidak Teratur
Merupakan dividen dimana tiap-tiap periode tidak mempunyai
pola yang jelas bahkan untuk periode-periode tertentu tidakmembayar
dividen sama sekali, karena menderita rugi atau kesulitan likuiditas.
Merupakan pembayaran dividen dari periode ke periode relatif
konstan. Perusahaan umumnya tidak melakukan pemotongan atau
pengurangan dividen, sekalipun perusahaan mengalami sedikit kesulitan
likuiditas. Hal ini dilakukan oleh perusahan untuk menjaga kesan para
pemegang saham atas stabilitas likuiditas perusahaan.
3. Pertumbuhan Dividen Yang Konstan
Merupakan dividen yang tumbuh secara konstanta yang
umumnya ditunjukkan dengan pertumbuhan sebesar “g”.
2.2.1.2.Bentuk-bentuk Pembayaran Dividen
Menurut Baridwan (1997:434), dividen yang dibagi oleh perusahaan
bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut :
1. Dividen tunai ( Cash dividends)
Dividen yang paling umum dibagikan oleh PT adalh dalam bentuk
kas. Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum
membuat epngumuman adanya dividen kas ialah apakah jumlah uang kas
yang ada mencukupi untuk pembagian divide tersebut.
Dividen tunai ( cash dividend ) merupakan pembagian keuntungan
yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang
dihasilkan dalam bentuk uang tunai.(Sopian, Fakhrudin 2001: 7)
Menurut Sawidji Widoatmodjo dalam Sunarto dan Kartika (2003:
emiten kepada para pemegang saham secara tunai untuk setiap lembarnya
(dividend per share).
Pemegang saham biasanya diberikan hak atas laba perusahaan
yang akan dibayarkan periodik. Manajemen perusahaan mempersiapkan
laporan keuangan dan mengumumkannya untuk mempertanggung
jawabkan kepada para pemegang saham atau dewa komisaris, terhadap
mandat yang diberikan untuk masa jabatan manajerial tersebut. Selain itu
manajemen harus mempertimbangkan hal-hal yang dianggap penting
dalam perusahaan misalnya, pelunasan kredit, ekspansi modal dan
kewajiban lainnya. Lebih lanjut, dewan komisaris mengumumkan jumlah
prosentase laba yang akan dibagikan sebagai dividen kepada pemegang
saham. Pembayaran tersebut biasanya berbentuk dividen tunai / cash
dividend. (Sunariyah, 2003: 114)
Dewan direksi melakukan pemungutan suara untuk
mengumumkan dividen tunai (cash dividend), dan jika hasilnya disetujui,
maka dividen segera diumumkan. Sebelum dividen dibayarka, daftar
pemegang saham terakhir harus disiapkan. Karena itu, biasanya terdapat
tenggang waktu antar saat pengumuman dan pembayaran. (Kieso et,al
2001: 359)
2. Dividen aktiva selain kas ( Property Dividends )
Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas,
dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang
dimiliki oleh PT, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang
saham akan membuat dividen yang diterimanya sebesar harga pasar
aktiva tersebut. Akan tetapi, PT yang membagi property dividends akan
mencatat dividen ini sebesar nilai buku aktiva yang dibagikan.
3. Dividen utang ( scrip dividends )
Dividen utang (scrip dividends) timbul apabila laba tidak dibagi
itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang
ada tidak cukup. Sehingga pimpinan PT akan mengeluarkan scrip
dividends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu diwaktu
tertentu yang akan datang.
Menurut Kieso et,al (2001: 362) dividen utang (scrip dividends)
adalah perusahaan tidak membayar dividensekarang tetapi memilih
membayarnya pada suatu saat dimasa depan. Skrip yang diterbitkan
kepada pemegang saham sebagai dividen hanya merupakan bentuk
khusus dari wesel bayar.
4. Dividen likuidasi
Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan
pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dicatat dengan mendebit
rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai
5. Dividen saham
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa
dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, dibanding dengan
saham-saham yang dimilikinya.
2.2.1.3. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan keputusan keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan
investasi dimasa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan
laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan
selanjutnya mengurangi total sumber sumber dana intern atau internal
financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang
diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
(Sartono, 2001:281)
Penentuan jumlah dividen yang tepat untuk dibayarkan merupakan
keputusan manajemen keuangan yang sulit. Perusahaan yang membayar
dividen secara ekstrim enggan untuk mengurangi atau mengeliminasi
dividennya, karena mereka percaya bahwa tindakan ini akan dipandang
negatif oleh pasar sekuritas. Sebagai konsekuensinya, perusahaan yang telah
membayar dividen tunai akan melakukan setiap upaya untuk melanjutkan
Menurut Drs. Lukas. SA (2003: 285), dalam kebijikan dividen
manajemen mempunyai dua alternatif perlakuan terhadap penghasilan
bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan:
a. Dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk
dividen.
b. Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained
earning).
2.2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (2001: 293) faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:
1. Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya
merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
kebijakan dividen yang diambil. Aliran kas perusahaan yang
diharapkan, pengeluaran modal dimasa datang yang diharapkan,
kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul)
pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi
posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan
dividen.
Kebijakan dividen yang diambil telah memperhatikan
semacam ini, kebijakan dividen yang ditempuh hanya
mempertimbangkan kelebihan dana dimasa datang.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam
banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan
kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan
secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan
dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna
membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid
karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva
tetap dan aktiva lancar yang permanen.
Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap
investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana.
Keputusan investasi akan menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan
dana perusahaan, sementara itu keputusan pembelanjaan (keputusan
pemenuhan kebutuhan dana) akan menentukan pemilihan sumber dana
untuk membiayai investasi tersebut.
3. Kemampuan meminjam
Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan
perusahaan untuk meminjam dalam jangka pendek. Kemampuan
fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan
juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak dipasar
modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin besar
dan sudah establish akan memiliki akses yang lebih baik dipasar
modal. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang
lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen.
4. Keadaan pemegang saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup,
manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh
pemegang saham dan dapat bertindak secara tepat. Jika hampir semua
pemegang saham berada dalam golongan high tax dan lebih suka
memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan
dividen payout yang rendah. Dengan dividen payout yang rendah
tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba
untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang
jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang
diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
5. Stabilitas dividen
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik
dari pada dividen payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti
tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang
Sedangkan menurut Sutrisno (2003: 304) faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh
perusahaan kepada pemegang saham antara lain adalah :
a. Posisi solvabilitas perusahaan
Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya
kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba.
Hal ini laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki
posisi struktur modalnya.
b. Posisi likuiditas perusahaan
Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahan, oleh
karena itu bila perusahan membayarkan dividen berarti harus bisa
menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan
tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi
likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payout rationya kecil,
sebab sebagian laba besar digunakan untuk menambah likuiditas.
Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik
cenderung memberikan dividen lebih besar.
c. Kebutuhan untuk melunasi hutang
Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditur berupa
hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini
hutang-hutang tersebut harus diseiakan dana. Semakin banyak hutang-hutang yang
harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan
mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang
saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana
hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa
dengan mencari hutang baru atau merrol-over hutang, dan juga bisa
dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba ditahan. Hal
ini tentunya akan memperkecil dividend payout ratio.
d. Rencana peluasan
Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya
pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang
dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan,
juga semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin
besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut, kebutuhan
dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang,
menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya
juga bisa diperoleh dari internal resources berupa memperbesar laba
ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan
perusahaan semakin kecil dividend payout rationya.
e. Kesempatan investasi
Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi
investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya
digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila
kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak akan
digunakan untuk membayar dividen.
f. Stabilitas pendapatan
Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan
dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan
perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang
pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk
berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil
harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.
g. Pengawasan terhadap perusahan
Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilanga kendali terhadap
perusahaan. Apabila perusahaaan mencari sumber dana dari modal
sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan
mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan.
Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu
peusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian
tetap berada ditangannya.
2.2.1.5. Teori Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (2001: 282-287) teori kebijakan dividen adalah
a. Dividen adalah tidak relevan
Menurut Modiglani-Miller bahwa pengaruh pembayaran dividen
terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah
yang sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana yang
lain.dalam kondisi keputusan yang given, maka apabila perusahaan
membagikan dividen kepada pemegang saham, perusahaan harus
mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran
dividen tersebut.
b. Bird-in-the Hand Theory
Salah satu asumsi dalam pendekatan Modigliani-Miller ini adalah
bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang
disyaratkan oleh investor. Sementara itu Myron Gordon dan John
Lintner berpendapat bahwa investor akan meningkat sebagai akibat
penurunan pembayaran dividen. Investor lebih merasa aman untuk
memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada
menunggu capital again.
Sementara itu Modiglani-Miller berpendapat bahwa investor
merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau menerima
capital again dimasa datang. Sehingga keuntungan yang diisyaratkan
investor tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen.
Gordon-litner beranggapan bahwa investor memandang satu
c. Tax Differential Theory
Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah
daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang tinggi menjadi lebih menarIk. Tetapi sebaliknya jika
capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen,
maka keuntungan capital gain berkurang. Namun demikian pajak atas
capital gain masih lebih baik dibandingkan dengan pajak atas dividen,
karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual
sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah
pembayaran dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi
pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka
waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak atas capital gain
dan pajak atas dividen.
Selain ketiga teori diatas menurut Brigham dan Gapenski
(1996:437) teori tentang kebijakan dividen adalah:
a. Information Content Or Signaling
Teori merupakan konsekuensi dari information asymetri, yaitu
perbedaan aksesibilitas informasi antara manajer dan investor
mengenai keadaan perusahaan. Investor menggunakan kebijakan
dividen sebagai signal tentang kondisi keuangan perusahaan
manajemen memperkirakan terjadi peningkatan laba perusahaan
dimasa datang, demikian pula sebaliknya.
b. Residual Theory
Teori ini menyatakan bahwa perusahaan membayar dividen
jika laba perusahaan tidak seluruhnya digunakan untuk investasi,
sehingga masih terdapat “sisa laba” (Residual Earning) setelah
membiayai investasi baru. Teori ini mempunyai asumsi bahwa
perusahaan terkena biaya transaksi bila mengeluarkan saham baru,
jka ada investasi yang menguntungkan akan menggunakan dana
internal (laba ditahan) dibandingkan dana eksternal (pengeluaran
saham baru). Dalam residual theory, kebijakan dividen
dipengaruhi oleh kesempatan investasi yang menguntungkan,
proporsi struktur modal, dan ketersediaan dana internal.
2.2.2. Analisis Ratio
2.2.2.1.Pengertian Analisis Ratio
Analisis rasio keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan
perhitungan rasio-rasio yang pada dasarnya tidak hanya berguna bagi
kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar. Penganalisa
harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau
waktu ini dengan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan
posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan (Munawir,
2000 : 64).
Menurut Thian Hin (2001:61) analisis rasio adalah salah satu alat
untuk membantu kita dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan.
Analisis rasio menyediakan indicator bagi, antara lain tingkat profitabilitas,
likuiditas, pendafatan, pemanfaatan asset, dan kewajiban suatu perusahaan.
Selanjutnya Sutrisno (2003:243) menyatakan bahwa analisis rasio
keuangan merupakan alat untuk mengukur kinerja finansial perusahaan.
Melali analisis rasio ini bisa diperoleh informasi dan gambaran perkembangan
finansial perusahaan, dengan mengadakan interpretasi dari laporan keuangan,
yaitu dengan menghubungkan pos-pos yang ada pada laporan keuangan.
Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui serta
kelemahan yang dimiliki oleh seorang business entreprise. Rasio ini dapat
memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk
memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional,
efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang
baik, dan struktur modal yang sehat. (Sartono, 2001:113)
Menurut Thian Hin (2001:61) analisis rasio memiliki sejumlah
keterbatasan, antara lain :
1) Terdapat kemungkinan rasio diantara perusahaan yang sama bidang usahanya
tidak menunjukkan hasil yang dapat dibandingkan karena perbedaan metode
2) Sulit atau hampir tidak mungkin untuk membandingkan rasio antara
perusahaan yang berbeda bidang usahanya.
3) Analisis rasio akan menghasilkan hasil yang keliru jika informasi di laporan
keuangan perusahaan lebih baik disbanding kondisi sebenarnya.
2.2.2.2.Pembagian Analisis Rasio
Menurut Sartono (2001:114) rasio keuangan dibagi menjadi 4, yaitu :
1) Rasio likuiditas
Adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tpat pada
waktunya.
2) Rasio aktivitas
Adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan
dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan.
3) Financial leverage ratio
Adalah rasio yang menunjukkan kapasitas perusahaan untuk
memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.
4) Rasio profitabilitas
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya
2.2.2.3.Return On Investment (ROI)
Menurut Syamsudin.L (1998: 70), yang dimaksud ROI merupakan salah
satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam
perusahaan.
Return On Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang
dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba
bersih setelah pajak atau EAT. (Sutrisno, 2003:255)
Besarnya ROI dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
Laba Setelah Pajak ROI =
Total Aktiva
(sartono, 2001:123)
Kegunaan dari analisis ROI dapat dikemukakan sebagai berikut
(Munawir, 2002: 91):
1. Salah satu kegunaanya yang prinsipal ialah sifat ROI yang
menyeluruh. Teknik analisis ROI dapat menguur efisiensi penggunaan
modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan.
2. Apabila perusahaan dapat mempunyai dataindustri sehingga dapat
dibandingkan efisiensi penggunan modal pada perusahaannya dengan
perusahaan yang sejenis, sehingga dapat diketahui perusahaannya
berada dibawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
3. Analisis ROI dapatdigunakan untuk mengukur efisiensi
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan
mengalokasikan semua biaya dan modal kedalam bagian yang
bersangkutan.
4. Analisis ROI jugga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas
masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan.
5. ROI selain berguna untuk keperluan control, juga berguna untuk
keperluan perencanaan.
Kelemahan dari analisis ROI dapat dikemukakan sebagai berikut
(Munawir 2002: 92) :
1. Salah satu kelemahan yang principal ialah kesukarannya dalam
membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan
lain yang sejenis, mengingat bahwa kadang-kadang praktek akuntansi
yang digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut adalah
berbeda-beda.
2. Adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya)
3. Dengan menggunakan analisis rate of return atau return on investment
antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan
yang memuaskan.
2.2.2.4.Earning Per Share (EPS)
Komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis
perusahaan adalah laba per lembar saham atau lebih dikenal dengan Earning
Per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya
laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham
perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan dapat diketahui dari informasi
laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak
mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan
keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan dapat dihitung
berdasarkan informasi laporan neraca dan laba rugi perusahaan.
EPS dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Laba bersih setelah bunga dan pajak EPS =
Jumlah saham beredar
(Tandelilin, 2010:373-374)
Menurut Baridwan (1997: 75) pendapatan per lembar saham adalah
saham yang beredar. Informasi mengenai EPS dapat digunakan oleh pimpinan
perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini
juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan.
2.2.2.5. Current Ratio
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama
dalam banyak keputusan dividen. Ada beberapa macam rasio likuiditas yang
dapat digunakan tetapi rasio yang paling sering digunakan adalah rasio lancar
(current ratio). Current ratio merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka
pendek, oleh karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari
kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang
tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. (Wetson &
Copeland, 1996: 226)
Current Ratio (CR) merupakan salah satu bentuk ratio keuangan yang
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek
yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar, sehingga seseorang investor
lebih berminat pada keampuan likuiditas perusahaan. (Riyanto, 1995: 332)
Aktiva Lancar
Current Ratio =
Hutang Lancar
(Sutrisno, 2003:247)
Semkin tinggi Current Ratio berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendek. (Sartono
2001:116)
2.2.2.6. Debt to Total Asset (DTA)
Debt to Total Asset merupakan salah satu ukuran rasio leverage. Debt
to Total Asset merupakan rasio yang mengukur prosentase total dana yang
disediakan para kreditor. Yang termasuk hutang adalah kewajiban lancar dan
semua obligasi (hutang jangka panjang). Para kreditor lebih menyukai rasio
hutang yang modearat, oleh karena semakin rendah rasio ini, akan ada
semacam perisai sehingga kerugian yang diderita kreditor semakin kecil jika
terjadi likuidasi. Sebaliknya, pemilik lebih menyukai rasio hutang yang tinggi,
oleh karena laverage yang tinggi akan memperbesar laba bagi pemegang
saham atau oleh karena menerbitkan saham baru berarti melepaskan sejumlah
kendali perusahaan. (Weston & Copeland, 1996: 228)
Rasio Debt to Total Asset mengukur jumlah aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh hutang yang berasal dari kreditur. Semakin besar rasio maka
Sedangkan menurut Parthington (1989) dalam Sunarto dan Kartika (2003)
yaitu dengan semakin meningkatnya rasio Debt to Total Asset maka
ketergantungan perusahaan terhadap pihak kreditur akan semakin besar dan
juga berdampak pada profitabilitas yang diperoleh perusahaan berkurang
maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang.
Debt to Total Asset dapat dihitung dengan rumus :
Total Hutang
Debt to Total Asset =
Total Aktiva x 100%
(Sutrisno, 2003:249)
Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang dihadapi,
dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio
yang tingi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk
membiayai aktiva.(Sartono, 2001:121)
2.3. Pengaruh Return On Invesment (ROI) Terhadap Cash Dividend
Menurut Syamsudin.L (1998: 70), yang dimaksud ROI merupakan salah
satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan
Menurut Parthington (1989) dalam Sunarto dan Kartika (2003)
menunjukkan bahwa variabel investasi yang diukur dari aktiva tetap bersih
operasi dapat digunakan untuk memprediksi kebijakan dividen kas (Cash
Dividend).
Berdasarkan penelitian Kartika (2003) menunjukkan bahwa ROI tidak
dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pembayaran besarnya
dividen kas. Namun, Partington (1989) dalam Kartika (2003) menunjukkan
bahwa variabel investasi yang diukur dari aktiva tetap (bersih) operasi dapat
digunakan untuk memprediksi kebijakan dividen kas (cash dividend).
Berdasarkan teori dan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Return
On Invesment (ROI) berpengaruh positif terhadap Cash Dividend.
2.4. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Cash Dividend
Earning Per Share ( EPS ) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap
lembar saham yang beredar. (Sutrisno, 2003 :255)
Semakin besar earning after tax maka pendapatan dividen kas per lembar
saham(cash dividend per share) yang akan diterima oleh para pemegang saham
biasa (common stock) juga semakin besar. Hal tersebut dengan asumsi jika
dividen bagi para pemegang saham minoritas dan jumlah saham yang beredar
Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Kartika (2003) earning
per share (EPS) merupakan satu-satunya yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan oleh manajemen dalam pembayaran dividen kas dan terbukti
secara signifikan berpengaruh positif terhadap dividen kas.
Berdasarkan teori dan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Earning
Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Cash Dividend.
2.5. Pengaruh Current Ratio Terhadap Cash Dividend
Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena
rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreeditor jangka pendek
dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang
sama dengan jatuh tempo utang. (Wetson & Copeland, 1996: 226)
Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.
(Sartono,2001:116). Termasuk juga kewajiban perusahaan untuk membayar
kewajibannya kepada para investor berupa dividen khususnya dividen kas.
Teori ini didukung oleh Kartika (2003) current ratio tidak
dipertimbangkan oleh manajemen dalam pembayaran dividen kas dan, current
ratio tidak terbukti berpengaruh positif terhadap dividen kas.
Berdasarkan teori dan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa current
2.6. Pengaruh Debt to Total Asset (DTA) terhadap Cash Dividend
Rasio Debt to Total Asset mengukur jumlah aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh hutang yang berasal dari kreditur. Semakin besar rasio maka
semakin besar pula resiko yang dihadapi. (Fakhrudin, Sopian 2000: 61).
Sedangkan menurut Parthington (1989) dalam Sunarto dan Kartika (2003) yaitu
dengan semakin meningkatnya rasio Debt to Total Asset maka ketergantungan
perusahaan terhadap pihak kreditur akan semakin besar dan juga berdampak
pada profitabilitas yang diperoleh perusahaan berkurang maka hak para
pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang.
Menurut Sartono (2001:121) semakin tinggi rasio ini maka semakin besar
resiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang
semakin tinggi. Dengan demikian meningkatnya ratio Debt to Total Asset , maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan,
karena sebagian laba digunakan untuk membayar bunga pinjaman.
Teori ini didukung oleh Parthington (1989) dalam Kartika (2003) yang
menunjukkan bahwa tingkat hutang yang tinggi akan mempengaruhi
pembayaran dividen yang semakin rendah. Namun, dalam penelitian Kartika
(2003) bahwa DTA tidak dipertimbangkan oleh manajemen dalam pembayaran
dividen kas.
Berdasarkan teori dan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa debt to
2.7. Pengaruh Return On Invesment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, Debt to Total Asset (DTA) Terhadap Cash Dividend
Penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2003) bahwa variabel earning
Per Share (EPS) meningkat maka cash dividend juga meningkat. Sedangkan
current ratio dan ROI menunjukkan adanya reaksi yang negatif dari para
manajemen perusahaan terutama yang berhubungan dengan tingkat current
ratio dan pencapaian laba bersih perusahaan terhadap total investasinya. Begitu
juga DTA semakin tinggi DTA maka tingkat pencapaian laba menurun
sehingga berdampak pada penurunan dividen yang dibagi terutama dividen kas.
Dengan demikian secara bersama-sama (Return On Invesment (ROI), Earning
Per Share (EPS), Current Ratio, Debt to Total Asset (DTA)) signifikan
berpengaruh terhadap return saham.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Return On
Invesment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, Debt to Total Asset
(DTA) signifikan berpengaruh terhadap cash dividend.
2.8. Kerangka Pikir
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pada dasarnya merupakan
pengembangan terhadap penelitian terdahulu yang dapat diikuti dari premis
1) Premis 1 :
EPS merupakan variabel yang penting untuk mempengaruhi referensi investor
untuk memperoleh dividen di masa yang mendatang. (Parthington dalam
Sunarto dan Kartika 2003: 68)
2) Premis 2 :
Meningkatnya EPS, ROI, Current Ratio juga akan meningkatkan pendapatan
deviden. (Sunarto dan Kartika, 2003)
3) Premis 3 :
Semakin tinggi Debt to Total Asset ( DTA ) maka berdampak pada penurunan
dividen yang dibagi terutama dividen kas. (Paarthington dalam Sunarto dan
Kartika, 2003)
Berdasarkan latar belakang, permasalahan, dan landasan teori yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti, maka dapat disusun suatu kerangka pikir
sebagai berikut :
Gambar.1 : kerangka pikir
Cash Dividend (Y) Current Ratio (X )
Debt to Total Asset / DTA (X )
Earning Per Share / EPS (X )
Return On Investment / ROI (X )
Keterangan :
X = Return On Investment (ROI )
X = Earning Per Share ( EPS )
X = Current Ratio
X = Debt to Total Asset ( DTA )
Y = Cash Dividend
2.9. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori
yang telah dikemukakan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan sebagai
berikut :
H = Diduga bahwa ada pengaruh yang signifikan Return On Invesment,
Earning Per Share, Current Ratio, dan Debt to Total Assets secara
simultan dan parsial terhadap Cash Dividend pada perusahaan manufaktur
yang go public di Bursa Efek Indonesia.
H = Diduga bahwa ada pengaruh positif Return On Invesment, Earning Per
Share, Current Ratio, dan pengaruh negatif Debt to Total Asset terhadap
Cash dividend pada perusahan manufaktur yang Go Public di Bursa Efek
3.1. Defiisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan,
maka variabel-variabel yang akan dianalisis dapat dikelompokkan sebagai beikut
:
a. Variabel terikat ( Y ) adalah Cash Dividend
Cash Dividend merupakan pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan dalam bentuk uang tunai kepada setiap pemegang saham.
Skala pengukuran data dalah rasio. Satuan pengukuran yang digunakan
adalah Rupiah.
Cash dividend dapat diukur dengan rumus:
Total dividen kas
Cash Dividend =
jumlah lembar saham
b. Variabel bebas (X) terdiri dari : 1. Return On Investment / ROI (X )
Return On Investment merupakan ratio untuk mengukur
kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam
perusahaan. Skala pengukuran data adalah rasio. Satuan pengukuran
yang digunakan adalah persen (%). Rumus untuk menghitung ROI
adalah :
Laba Setelah Pajak ROI =
Total Aktiva
(Tandelilin, 2010:386)
2. Earnig Per Share / EPS (X )
Earning Per Share ( EPS ) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu
periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Skala pengukuran
datanya adalah skala rasio. Satuan pengukuran yang digunakan
Laba bersih setelah bunga dan pajak EPS =
Jumlah saham beredar
(Sutrisno, 2003:255)
3. Current Ratio (X )
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar utang jangka pendek yang harus segera
dipenuhi dengan aktiva lancar. Skala pengukuran data adalah ratio.
Satuan pengukuran yang digunakan persen (%). Rumus untuk
menghitung curent ratio adalah :
Aktiva Lancar
Current Ratio =
Utang Lancar
(Sartono, 2001:116)
4. Debt to Total Asset / DTA (X )
merupakan rasio yang mengukur jumlah aktiva perusahaan
yang dibiayai oleh hutang yang berasal dari kreditur. Skala
pengukuran datanya adalah rasio. Satuan pengukuran yang digunakan
Total Hutang
Debt to Total Asset = X 100%
Total Aktiva
(Sutrisno, 2003:249)
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri
– ciri atau karakteristik – karakteristik tertentu yang berbeda dengan
kelompok subyek atau obyek yang lain,dan kelompok tersebut akan dikenai
generalisasi dari hasil penelitian ( Sumarsono. 2004 : 44 ) populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan masih tercatat sebagai anggota di bursa efek
indonesia selama tahun 2005-2008 terdapat 154 perusahaan..
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri –
ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah
sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi ( Sumarsono.
2004 : 44 ). Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
Berikut ini adalah kriteria-kriteria perusahaan yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini :
1. Perusahaan manufaktur yang sahamnya selalu terdaftar dan go public di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2008.
2. Perusahaan manufaktur yang masih aktif dalam melakukan perdagangan
saham di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2008.
3. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan yang lengkap,
valid, dan telah diaudit oleh pihak yang berwenang dari tahun 2005-2008.
4. Perusahaan maufaktur yang selalu laba dari tahun 2005-2008.
5. Perusahaan manufaktur yang selalu membagikan dividen tunai (cash
dividend) dari tahun 2005-2008.
6. Laporan keuangan dalam satuan rupiah dari tahun 2005-2008.
Berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 10 perusahan manufaktur dari 154 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berikut ini adalah
nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini :
1. PT. Astra Graphia Tbk.
2. PT. Fast Food Indonesia Tbk.
3. PT. Lautan Luas Tbk.
4. PT. Lion Metal Works Tbk.
5. PT. Lionmesh Prima Tbk.
7. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
8. PT. Trias Sentosa Tbk.
9. PT. Tunas Ridean Tbk.
10.PT. United Tractors Tbk.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu
data berupa dokumentasi perusahaan yang diserahkan ke Bursa Efek
Indonesia dan download dari situs resmi Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id) yang di undo pada tanggal 19-08-2010. Data tersebut berupa laporan keuangan.
3.3.2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari download dari situs
resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id tanggal 19-08-2010) yang berupa
laporan keuangan perusahaan.
3.3.3. Pengumpulan data
Dalam rangka memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini.
( Nazir. 1988 : 57 ) yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mempelajari
dan menggunakan laporan keuangan pihak emiten yang menjadi sample
dalam penelitian ini. Kemudian diolah sesuai dengan kebutuhan penelitian.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode
Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPSS (Sumarsono,
2004: 40).
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah :
- Jika nilai signifikan (nilai profitabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
- Jika nilai signifikasi (nilai profitabilitasnya) lebih besar dari nilai 5%,
maka distribusi adalah normal.
3.4.2. Uji Asumsi klasik
Persamaan regresi diatas tersebut harus bersifat BLUE (Best Linear
boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi
tiga asumsi klasik yaitu:
1. Non Multikolinearitas (tidak boleh ada multikolinearitas)
2. Homokedastisitas (tidak boleh ada heteroskedasitisitas)
3. Non Autokorelasi (tidak boleh ada autokorelasi)
Apabila salah satu dari ketiga asumsi tersebut dilanggar, maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE. Sehingga
pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Di bawah ini
asumsi dasar dari BLUE, yaitu:
1. Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2006:95) uji multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika
variabel independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Menurut Ghozali (2006 : 96) model regresi bebas dari
multikolinieritas bila :
a. Variance inflation factor (VIF) lebih kecil atau sama dengan
b. Mempunyai angka tolerance mendekati 1.
2. Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2006:125) uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual suatu pengamat ke pengamat yang lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang
bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Santoso (2002:301) deteksi adanya
heteroskedastisitas adalah:
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.
b.Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.
3. Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model linier ada korelasi antara korelasi pengganggu periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji
apakah terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji