• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. LKS - BAB II RENDRA NANDARESTA MATEMATIKA'16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. LKS - BAB II RENDRA NANDARESTA MATEMATIKA'16"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. LKS

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan bahan ajar cetak yang berupa

lembaran-lembaran berisikan tugas-tugas dengan langkah kerjanya sehingga

siswa dapat belajar mandiri atau dengan pendamping (guru). Dalam pedoman

umum pengembangan bahan ajar (Prastowo, 2015) bahwa Lembar Kegiatan

Siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh

peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau

langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Dan tugas tersebut haruslah jelas

kompetisi dasar yang akan dicapai. Prastowo (2015) menyatakan LKS

merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi

materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksaan tugas pembelajaran yang

harus dikerjakan oleh peserta didik yang mengacu pada kompetensi dasar

yang harus dicapai. Triyanto (2012) menyatakan Lembar Kerja Siswa adalah

panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan atau pemecahan

masalah.

Ada empat fungsi LKS (Prastowo, 2015) , meliputi :

1. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih

mengaktifkan peserta didik.

2. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami

materi yang diberikan.

(2)

4. Mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada pesta didik.

Tujuan penyusunan LKS ada empat poin dalam penyusunan LKS

(Prastowo, 2015), meliputi :

1. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi

dengan meteri yang diberikan.

2. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaasn peserta didik

terhadap materi yang diberikan.

3. Melatih kemandirian belajar peserta didik.

4. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

Dalam Prastowo (2015) bahan ajar LKS terdiri atas enam unsur utama

meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok,

informasi pendukung, tugas atau langkah kerjanya, dan penilaian. Sedangkan

jika dilihat dari formatnya LKS memuat paling tidak delapan unsur yaitu

judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan

atau bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat,

langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus

dikerjakan. Sedangkan dalam Triyanto (2012) komponen-komponen LKS

meliputi: judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan,

prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan serta kesimpulan

untuk bahan diskusi.

Ada banyak macam-macam LKS yang dibentuk karena berbagai tipe

(3)

bentuk penugasan yang diberikan pada siswa. Macam-macam LKS sebagai

berikut :

1. LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep.

Pada LKS ini sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seorang akan

belajar aktiv mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. LKS jenis ini

memuat apa yang (harus) dilakukan peserta didik meliputi melakukan,

mengamati, dan menganalisis. Kita (pemubuat LKS) perlu merumuskan

langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik, kemudian peserta

didik mengamati fenomena hasil kegiatannya, lalu diberikan

pertanyaan-pertanyaan analisis yang membantu peserta didik untuk mengaitkan

fenomena yang mereka amati dengan konsep yang mereka bangun dalam

benak mereka.

2. LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan

berbagai konsep yang telah ditemukan.

Dalam pembelajaran peserta didik telah diberikan materi dan

menemukan konsep, peserta didik selanjutnya dilatih untuk menerapkan

konsep yang telah mereka miliki dalam kehidupan sehari-hari.

3. LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar.

LKS ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam

buku. Peserta didik akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika mereka

membaca buku materi, sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu

peserta didik menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat

(4)

4. LKS yang berfungsi sebagai penguatan.

LKS bentuk ini diberikan setelah peserta didik selesai mempelajari

topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS ini lebih

mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang

terdapat di dalam buku pelajaran.

5. LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum.

Dalam pembelajaran atau materi tertentu ada kegiatan yang

memerlukan praktikum. Pembuatan langkah-langkah kerja dalam

praktikum biasanya disusun dalam sebuah LKS. Maka dalam LKS bentuk

ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu isi (content) dari LKS.

Dari berbagai macam LKS tersebut peneliti ingin mengembangkan LKS

pada poin 4 (LKS yang berfungsi sebagai penguatan).

B. Edutainment

Edutainment (Hamid, 2015) terdiri dari dua kata yaitu education dan

entertainment. Education artinya pendidikan dan entertainment artinya

hiburan. Jadi secara bahasa edutainment diartikan sebagai pendidikan menyenangkan. Selain itu dari segi terminologi edutainment adalah suatu proses pembelajaran yang didesain sedemikian rupa, sehingga muatan

pendidikan dan hiburan bisa dikombinasian secara hamonis untuk

menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Dalam hal ini pembelajaran

yang menyenangkan biasanya dilakukan dengan humor, permainan (game),

(5)

Harmuni (Fadlillah, 2014) menyimpulkan bahwa edutainment adalah suatu proses pembelajaran yang didesain dengan memadukan antara muatan

pendidikan dan hiburan secara harmonis sehingga aktivitas pembelajaran

berlangsung menyenangkan. Fadlillah (2014) menyatakan teori belajar

berbasis edutainment yaitu teori-teori pembelajaran yang berisi tentang gagasan atau ide-ide untuk melakukan kegiatan belajar yang menyenangkan.

Menurut New World Encyclopedia (Hamid, 2015) edutainment berasal dari kata educational entertainment atau entertainment education, yang berarti suatu hiburan yang didesain untuk mendidik dan menghibur. Menurut Hamid

(2015) edutainment adalah salah satu cara untuk membuat proses pendidikan dan pengajaran bisa menjadi begitu menyenangkan, sehingga para siswa

dapat dengan mudah menangkap esensi dari pembelajaran itu sendiri, tanpa

merasa mereka tengah belajar. Sehingga, edutainment merupakan suatu

aktivitas dalam pendidikan yang dikemas dengan berbagai hiburan sehingga

menciptakan suasana menyenangkan dalam proses belajar.

Penggunaan edutainment (Fadlillah,2014) ialah bermula dari adanya asumsi bahwa pembelajaran yang selama ini berlangsung di sekolah maupun

masyarakat tidak mencerminkan sebagai bentuk pendidikan. Namun,

pendidikan lebih terkesan menakutkan, mencemaskan, dan membuat peserta

didik tidak merasa senang, membosankan serta menjenuhkan. Maka konsep

dari edutainment yaitu berupaya untuk menciptakan suatu pembelajaran yang

(6)

Beberapa pendapat yang menyebutkan ada tiga alasan melandasi

munculnya edutainment, yaitu:

1. Perasaan positif (senang/gembira) akan mempercepat pembelajaran

sedangkan perasaan negatif seperti sedih, takut, terancam, dan tidak

mampu, akan memperlambat belajar atau bahkan bisa menghentikan

sama sekali. Oleh karena itu konsep edutainment berusaha memadukan antara pendidikan dan hiburan. Hal ini, dimaksudkan supaya

pembelajaran berlangsung menyenangkan atau menggembirakan.

2. Jika seorang mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara

jitu, maka akan membuat loncatan prestasi belajar yang tidak terduga

sebelumnya.

3. Apabila setiap peserta didik dapat dimotivasi dengan tepat dan diajar

dengan cara benar, cara yang menghargai gaya belajar dan modalitas

mereka, maka mereka semua akan dapat mencapai hasil belajar yang

optimal.

Dari berbagai definisi dan alasan yang mendasari terciptanya

edutainment tersebut, maka dapat diketahui dalam memberikan materi perlu diberikan:

1. Adanya hiburan berupa permainan, penggunaan alat peraga,

penggunaaan warna dalam tulisan, dan desain pada bahan ajar.

2. Pemberian pertanyaan yang beragam.

(7)

Pada dasarnya edutainment dapat diterapkan dalam berbagai pola pendidikan. Dalam perjalanannya edutainment sudah bertransformasi dalam beragam bentuk seperti humanizing the classroom, active learning, the accelerated learning, quantum learning, dan lainnya.

C. Pendidikan Karakter Islami

Pendidikan karakter Islam merupakan proses pemberian tuntunan

kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter

sesuai dengan nilai-nilai Islam yang telah ada pada Al-Quran dan Hadist.

Samani (2012) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah proses

pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya

yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati,

jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,

tempramen, watak. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark

atau menandai dan memfokuskan tata cara mengaplikasikan nilai kebaikan

dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Menurut KBBI, islam adalah agama

yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw dengan pedoman Al-quran yang

diturunkan ke dunia.

Karakter Islam terbagi menjadi 3 bagian yaitu aqidah, akhlak, dan

ibadah. Aqidah (Surya, 2013) menjelasan dan memberikan petunjuk kepada

manusia tentang keimanan kepada Allah SWT berupa pencarian eksistensi

(8)

para malaikat, kitab-kitab suci, para nabi serta hari-hari akhir. Pada dasarnya

manusia harus beriman kepada Allah SWT.

Menurut Iman Al-Ghozali (Surya, 2013), akhlaq/khuluq adalah sifat

yang tertanam dalam jiwa yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah

dan ringan tangan, tanpa pertimbangan dan pemikiran yang mendalam. Ada

berbagai macam contoh perilaku yang menggambarkan akhlak seperti

bijaksana dalam menghadapi dan memutuskan sesuatu, jujur, pemaaf, tawadu

(rendah hati), amanah (dapat dipercaya), dan sebagainya.

Ibadah (Surya, 2013) artinya penghambaan diri kita sebagai makhluk

dan Allah sebagai Tuhan kita dengan kata lain segala sesuatu yang kita

kerjakan dalam rangka menaati perintah-perintah-Nya. Ibadah meliputi apa

saja yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, menyangkut seluruh ucapan dan

perbuatan yang tampak maupun tidak tampak seperti sholat, zakat, puasa,

menunaikan ibadah haji, berkata baik dan benar, belajar, shilaturahmi,

membaca Al-Qu’ran, berdagang dan lain sebagainya.

Dalam LKS ini menggunakan pengembangan yang menggunakan

perilaku karakter islam sebagai berikut :

Tabel 2.1

Karakter Islami dalam Pengembangan LKS

Karakter Islami Perilaku

Aqidah - Tawakal

Akhlak - Jujur

Ibadah - Do’a

(9)

D. Model Pengembangan Bahan Ajar

Model pengembangan perangkat yang disarankan oleh Thiagarajan,

Semmel dan Semmel adalah model 4-D (Trianto, 2014). Model ini terdiri dari

4 tahap pengembangan yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan desseminate (penyebaran).

(10)

1. Tahap pendefinisian (define)

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan

syarat-syarat pembelajaran. Pada tahap ini terdiri dari 5 langkah, yaitu: analisis

ujung depan, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas, dan

perumusan tujuan pembelajaran.

a. Analisis Awal Akhir

Analisis awal akhir bertujuan untuk memunculkan dalam

menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran,

sehingga dibutuhkan pengembangan bahan ajar. Dengan analisis ini

akan didapatkan gambaran, fakta, harapan, dan alternatif

penyelesaian masalah dasar, yang memudahkan dalam penentuan

atau pemilihan bahan ajar yang dikembangkan.

b. Analisis Siswa

Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa

yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran.

Karakteristik itu meliputi latar belakang kemampuan akademik

(pengetahuan), perkembangan kognitif, serta

keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik

pembelajaran, media, format dan bahasa yang dipilih. Analisis siswa

dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik siswa, antara

lain: (1) tingkat kemampuan atau perkembangan intelektualnya; (2)

(11)

dan dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

ditetapkan.

c. Analisis konsep

Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep

pokok yang akan diajarkan, menyusunnya dalam bentuk hirarki, dan

merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan yang

tidak relevan. Analisis membantu mengidentifikasi kemungkinan

contoh dan bukan contoh untuk digambarkan dalam mengantar

proses pengembangan.

Analisis konsep sangat diperlukan guna mengidentifikasi

pengetahuan-pengetahuan deklaratif atau prosedural pada materi

matematika yang akan dikembangkan. Analisis konsep merupakan

satu langkah penting untuk memenuhi prinsip kecukupan dalam

membangun konsep atas materi-materi yang digunakan sebagai

sarana pencapaian kompetensi dasar dan standar kompetensi.

Mendukung analisis konsep ini, analisis-analisis yang perlu

dilakukan adalah (1) analisis standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang bertujuan untuk menentukan jumlah dan jenis bahan ajar;

(2) analisis sumber belajar, yakni mengumpulkan dan

mengidentifikasi sumber-sumber mana yang mendukung

penyusunan bahan ajar.

(12)

Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi

keterampilan-keterampilan utama yang akan dikaji oleh peneliti dan

menganalisisnya kedalam himpunan keterampilan tambahan yang

mungkin diperlukan. Analisis ini memastikan ulasan yang

menyeluruh tentang tugas dalam materi pembelajaran.

e. Perumusan Tujuan Pembelajaran

Perumusan tujuan pembelajaran berguna untuk merangkum

hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan

perilaku objek penelitian. Kumpulan objek tersebut menjadi dasar

untuk menyusun tes dan merancang perangkat pembelajaran yang

kemudian di integrasikan ke dalam materi perangkat pembelajaran

yang akan digunakan oleh peneliti.

2. Tahap perancangan (design)

Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat

pembelajaran. Yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1)

pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran; (2) pemilihan format (format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan; (3) membuat

(13)

a. Pemilihan media (media selection)

Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media

pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi. Lebih dari

itu, media dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis konsep dan

analisis tugas, karakteristik target pengguna, serta rencana

penyebaran dengan atribut yang bervariasi dari media yang

berbeda-beda. Hal ini berguna untuk membantu siswa dalam

pencapaian kompetensi dasar. Artinya, pemilihan media dilakukan

untuk mengoptimalkan penggunaan bahan ajar dalam proses

pengembangan bahan ajar pada pembelajaran di kelas.

b. Pemilihan format (format selection)

Pemilihan format dalam pengembangan perangkat

pembelajaran ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi

pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, metode

pembelajaran, dan sumber belajar. Format yang dipilih adalah yang

memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan membantu dalam

pembelajaran matematika realistik.

c. Rancangan awal (initial design)

Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh

perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum ujicoba

dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas pembelajaran

yang terstruktur seperti membaca teks, wawancara, dan praktek

(14)

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan

produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (a)

penilaian ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (b) uji

coba pengembangan (developmental testing).

Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan

bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi

berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil ujicoba.

Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Validasi ahli/praktisi (expert appraisal)

Penilaian para ahli/praktisi terhadap perangkat

pembelajaran mencakup: format, bahasa, ilustrasi dan isi.

Berdasarkan masukan dari para ahli, materi pembelajaran di revisi

untuk membuatnya lebih tepat, efektif, mudah digunakan, dan

memiliki kualitas teknik yang tinggi.

b. Uji coba pengembangan (developmental testing)

Uji coba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan

langsung berupa respon, reaksi, komentar siswa, dan para

pengamat terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun. Uji

coba, revisi dan uji coba kembali terus dilakukan hingga diperoleh

(15)

4. Tahap Penyebaran (Disseminate)

Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir

pengembangan. Tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan

produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik individu,

suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan distributor harus selektif

dan bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk yang tepat.

Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan tujuan untuk

mengetahui efektifitas penggunaan perangkat dalam proses

pembelajaran. Penyebaran dapat juga dilakukan melalui sebuah proses

penularan kepada para praktisi pembelajaran terkait dalam suatu

forum tertentu. Bentuk diseminasi ini dengan tujuan untuk

mendapatkan masukan, koreksi, saran, penilaian, untuk

menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Peranan koperasi wanita dalam penyediaan kemampuan dana bagi perempuan sangat di perlukan , melihat masih banyaknya perempuan yang sangat membutuhkan kredit yang nantinya

Tata cara ini disusun merujuk kepada hasil pangkajian dari beberapa analisa pekerjaan yang Tata cara ini disusun merujuk kepada hasil pangkajian dari beberapa analisa pekerjaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan geser pelekatan resin komposit packable dengan intermediate layer resin komposit flowable menggunakan

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “ Dose

Tujuan dari penelitan ini adalah membuat sistem informasi penjualan pada butik dalam mencatat transaksi penjualan langsung maupun transaksi penjualan melalui pemesanan dan

Currently, reading this incredible Nikon D5300: From Snapshots To Great Shots By Rob Sylvan will be easier unless you obtain download and install the soft documents right here.

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Pengembangan media pembelajaran papan analisis

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa perangkat pembelajaran model POGIL dapat melatihkan keterampilan proses