• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA MAHASISWA PROGRAM TWINNING DI Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Optimisme Masa Depan Pada Mahasiswa Program Twinning Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA MAHASISWA PROGRAM TWINNING DI Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Optimisme Masa Depan Pada Mahasiswa Program Twinning Di Universitas Muhammadiyah Surakarta."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA MAHASISWA PROGRAM TWINNING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan oleh:

AKHID RIFQI ROKHIM F. 100 090 106/G 000 090 208

TWINNING PROGRAM

FAKULTAS PSIKOLOGI / FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN OPTIMIMISME MASA DEPAN PADA MAHASISWA PROGRAM TWINNING DI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Akhid Rifqi Rokhim Susatyo Yuwono

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Saifuddin

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Program twinning adalah program studi di lingkungan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang memiliki kedekatan dan keterkaitan kurikulum antara satu progam studi dengan program studi lainnya. Rasa optimisme masa depan pada setiap mahasiswa harus ada dalam diri mereka, karena dengan rasa optimis menjadikan mereka semangat untuk belajar dan mencapai tujuan yang diinginkan. Hal itu tidak lepas dari motivasi belajar mereka, karena motivasi belajar dapat memberikan gairah dan semangat belajar, sehingga tumbuh keinginan dan usaha untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Perumusan masalah penelitian ini adalah; apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan optimisme masa depan pada mahasiswa program twinning di Universitas Muhammadiyah Surakarta?. Tujuan utama pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan optimisme masa depan pada mahasiswa program twinning di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hipotesis yang diajukan yaitu terdapat hubungan positif antara motivasi belajar dengan optimisme masa depan pada mahasiswa program twinning di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Subyek penelitian adalah mahasiswa UMS yang mengambil program twinning, berjumlah 96 orang yang masih aktif. Metode pengumpulan data menggunakan skala motivasi belajar dengan skala optimisme masa depan. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi produt moment.

Berdasarkan hasil analisis product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,688; p = 0,000 (p < 0,01) artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara motivasi belajar dengan optimisme masa depan. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel motivasi belajar mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 97,19 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 82,5 yang berarti motivasi belajar pada subyek tergolong tinggi. Variabel optimisme masa depan diketahui rerata empirik (RE) sebesar 132,52 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 105 yang berarti optimisme masa depan pada subjek tergolong tinggi. Motivasi belajar mempengaruhi optimisme masa depan sebesar 47,4%.

(4)

PENDAHULUAN

Pendiidkan merupakan tumpuan dan harapan orangtua serta masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Perguruan tinggi merupakan salah satu tingkat

pendidikan yang tertinggi setelah pendidikan menengah, yang mencakup (progam diploma, progam sarjana, progam magister, progam doctor, dan progam profesi, serta progam spesialis) yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi swasta (PTS) atau perguruan tinggi negeri (PTN) berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia, sehingga memiliki peranan penting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Pada era globalisasi, informasi, dan interdependensi sebagaimana yang telah, sedang, dan akan berlangsung. Peran perguruan tinggi sangat penting dalam mengembangkan sumber daya

manusia untuk mencapai tujuan yang di cita-citakan dan optimisme masa depan yang diinginkan oleh setiap individu dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tuntutan yang

terjadi dalam perkembangan zaman di era globalisasi ini.

Menanggapi hal diatas, maka Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) membuat progam unggulan dan menampilkan ciri

khasnya “wacana keilmuan dan keislaman” dengan membuat “program twinning atau double degree” yang memiliki program rangkap, dan dapat mengambil dua program studi secara bersamaan waktunya untuk memperoleh dua gelar kesarjanaan sekaligus.

Ketika pendaftaran calon mahasiswa baru telah dibuka, mereka sudah bertekad untuk mengambil program twinning dalam kuliah. Sehingga mereka harus memiliki rasa optimisme masa depan yang tinggi terhadap jurusan yang sudah dipilih. Akan tetapi seiring berjalannya perkuliahan, masih banyak permasalahan yang muncul yang dapat mengahambat optimisme

(5)

merasa tidak yakin atau tidak optimis akan masa depan, serta dapat menyelesaikan kedua jurusan yang sudah dipilih. Sedangkan ketika perkuliahan dan kegiatan belajar sudah berjalan, 22% diantara mereka

merasa terbebani dan 33% terkadang terbebani dengan permasalah yang ada seperti; penyusunan (KRS), perubahan jadwal, jadwal kuliah yang begitu padat, letak geografis yang tidak menyatu, banyaknya matakuliah praktikum serta tugas dari kedau jurusan, dan kurangnya perhatian serta sosialisasi kepada mahasiswa.

Istilah optimisme dalam bahasa asing sering disebut dengan optimism oleh Scheier and Carver

(Rottinghaus dkk, 2005) yang berupa gambaran perasaan atau harapan – harapan bahwa sesuatu yang baik akan terjadi dimasa depan nantinya.

Optimisme berkaitan dengan gambaran tentang masa depan yang

ingin diraih. Individu yang memiliki optimisme masa depan cenderung memiliki gambaran tentang tujuan-tujuan bisa berupa sebuah target yang dapat diraih sehingga

menyebabkan individu tersebut melakukan usaha nyata dalam meraih tujuan yang diinginkan (Valentino, 2007).

Menurut Shapiro (dalam Nurtjahjanti & Ika, 2011) optimisme

masa depan merupakan kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari segi dan kondisi yang baik, serta mengharapkan hasil yang paling memuaskan.

McCann (dalam Putrianti, 2007) menjelaskan bahwa optimisme terhadap masa depan merupakan kekuatan psikologis yang menyebabkan seseorang mempunyai harapan umum, bahwa mereka akan mendapatkan kesuksesan melalui kerja keras yang dilakukannya.

Sedangkan Seligman (dalam Suharsono & Masrun, 2005) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan optimisme masa depan adalah keyakinan individu bahwa

peristiwa buruk atau kegagalan hanya bersifat sementara, tidak

(6)

tetapi bisa situasi, nasib atau orang lain.

Diperkuat kembali oleh Seligman dalam (Kasmayanti, 2012) menjelaskan bahwa individu yang otpimis akan masa depan

beranggapan bahwa kejadian buruk bersifat sementara serta dapat diatasi, spesifik, dan eksternal. Aspek –aspek yang mempengaruhi optimisme masa depan menurut Ubaydillah (2007), dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Aspek kognitif; 2. Aspek afektif 3. Aspek konatif

Motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, Mc.Clelland, Maslow (dalam Fadloli, 2011).

Sedangkan menurut Suryabrata (2004) motivasi merupakan keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.

Wingkel (dalam Chrisnawati, 2007) mengatakan bahwa motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat belajar.

Menurut Dariyo (2004) bahwa motivasi belajar adalah

dorongan seseorang untuk belajar sesuatu guna mencapai suatu cita-cita. Seseorang akan memiliki motivasi belajar yang tinggi bila ia menyadari dan memahami tujuan yang akan dicapainya dikemudian hari. Bila seseorang memahami cita-citanya secara baik, maka ia akan terdorong untuk semakin giat dalam belajar.

Menurut Dalyono (dalam Wijaya, 2012) kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

Motivasi belajar mahasiswa adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak

sadar untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu, dan usaha

(7)

mencapai tujuan, Poerwodaminta (dalam Kholifudin, 2011).

Aspek-aspek yang dapat mempengaruhi motivasi belajar menurut Uno (2008) & Hamzah (dalam Adriani, 2011) ada 2 hal :

1. Aspek Intrinsik;

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita

masa depan 2. Aspek Ekstrinsik;

a. Adanya penghargaan dalam belajar

b. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

c. Lingkungan belajar yang kondusif.

Berdasarkan paparan di atas maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan

optimisme masa depan pada mahasiswa program twinning.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaatnya yaitu :

1. Bagi mahasiswa program

twinning, mampu

meningkatkan motivasi belajar supaya selalu optimis akan masa depan, serta jurusan yang sudah dipilih.

2. Bagi fakultas, yang menyelenggarakan program twinning agar lebih memberikan perhatian kepada mahasiswa program twinning dan memperbaiki

birokrasi.

3. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai perbandingan dalam melakukan penelitian yang sama.

METODE PENELITIAN

Identifikasi variabel

Di dalam penelitian ini variabel-variabel yang dijadikan variabel penelitian adalah :

1. Variabel Bebas : Motivasi Belajar

2. Variabel Tergantung: Optimisme

Masa Depan Alat pengumpul data

(8)

menggunakan dua buah skala, yaitu skala motivasi belajar dan optimisme masa depan.

Metode pengumpulan data

Pelaksanaan analisis data dilaksanakan melalui 2 tahap yaitu

uji asumsi yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linieritas hubungan terlebih dahulu kemudian uji hipotesis. Uji asumsi ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdarkan hasil perhitungan teknik analisis product moment dari Pearson diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,688; p = 0,000 (p<0,01) artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara motivasi belajar dengan optimisme masa depan. Semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa maka semakin tinggi optimisme masa depannya sebaliknya semakin rendah motivasi

belajar maka semakin rendah pula optimisme masa depannya.

Hasil diatas menunjukkan bahwa motivasi belajar mempunyai pengaruh yang penting terhadap optimisme masa depan pada

mahasiswa program twinning. Individu yang motivasi belajarnya tinggi dia memiliki hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan belajar, harapan dan cita – cita masa depan yang tinggi, serta

mendapatkan pengharagaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif.

(9)

mencapai kesuksesan dan apa yang diinginkan.

Berkaitan dengan motivasi belajar sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi optimisme masa depan pada mahasiswa. Menurut

Marihot (2001) motivasi dapat diartikan sebagai faktor –faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha keras dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Diperkuat dengan pendapat Sardiman (2011) bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak dari dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, kemudian menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh individu dapat tercapai.

Pada motivasi belajar terdapat rerata empirik (RE) sebesar

97,19 dan rerata hipotetik 82,5 yang menunjukkan subjek penelitian berada pada kategorisasi tinggi.

Adapun rincian kategorinya didapatkan sebanyak 0 subjek (0%) berkategori sangat rendah, 0 subjek (0%) berkategori rendah, 28 subjek (29%) berkategori sedang, 60 subjek (63%) berkategori tinggi dan 8

subjek (8%) berkategori sangat tinggi. Dengan gambar sebagai berikut;

Gambar 1

Diagram Kategorisasi Motivasi Belajar

Hasil ini dapat diartikan pada dasarnya subjek dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang ada dalam aspek –aspek yang terdapat pada motivasi belajar, yaitu; (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; subjek akan membuat rencana dan langkah yang selektif, (2) Adanya dorongan dan kebutuhan belajar; akan menumbuhkan

kemauan dan keyakinan serta 8%

63% 29%

0% 0%

Motivasi Belajar

Sangat Tinggi

Tinggi

(10)

harapan pada diri subjek, (3) Adanya harapan dan cita –cita masa depan; membuat subjek menjalankan agenda perbaikan secara terus –menerus, (4) Adanya penghargaan dalam belajar; sehingga menjadikan subjek berpikir

positif dan realistis, serta dapat menerima fakta, (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; menjadikan perilaku subjek lebih baik dan meraih hasil yang lebih baik, (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif; membuat penghayatan subjek baik dan mampu menikmati hidup sehingga dapat belajar dengan baik.

Variabel optimisme masa depan diketahui rerata empirik sebesar (RE) 132,52 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 105 yang berarti optimisme masa depan subjek tergolong tinggi. Adapun Rincian kategorinya didapatkan sebanyak 0 subjek (0%) berkategori sangat rendah, 1 subjek (0,01%) berkategori rendah, 6 subjek (6%) berkategori sedang, 69 subjek

(72%) berkategori tinggi dan 20 subjek (21%) berkategori sangat tinggi. Dengan gambar sebagai berikut;

Gambar 2

Diagram Kategorisasi Optimisme Masa Depan

Hal ini menunjukkan pada dasarnya subjek dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang terdapat dalam aspek –aspek optimisme masa depan, yaitu : (1) Kognitif: subjek memiliki kemauan dan keyakinan serta harapan yang kuat, dengan menuliskan sebuah perencanaan dan langkah yang fokus serta selektif atas apa saja yang harus dilakukan untuk

mencapai masa depannya sehingga langkahnya menjadi terarah, dan pemikirannya menjadi positif dan realistis; (2) Afektif: ketika ada sedikit masalah ia tidak membesar-besarkan masalah dan tetap berpikir positif atas diri dan kemampuannya sehingga penghayatan hidupnya tetap baik serta dapat membedakan mana yang benar dan salah; (3) Konatif:

21%

72% 6% 1% 0%

Optimisme Masa

Depan

Sangat Tinggi

Tinggi

(11)

subjek akan terus berperilaku baik dari sebelumnya untuk meraih hasil yang lebih baik serta melaksanakan agenda perbaikan diri secara terus menerus agar tercapainya suatu harapan yang diinginkan.

Walaupun dominan optimisme masa depan pada mahasiswa program twinning ini tinggi, namun masih ada sebanyak 1 subjek (0,01%) berkategori rendah dan 6 subjek (6%) berkategori sedang. Hal ini menunjukkan masih adanya permasalahan mengenai optimisme masa depan pada mahasiswa program twinning di UMS seperti perhatian dan sistem birokrasi yang diterapkan.

Untuk meningkatkan optimisme masa depan pada diri mahasiswa itu tidak lepas dari peran fakultas, dosen, orang tua dan teman kuliah. Karena optimisme masa depan pada diri mahasiswa sangat dibutuhkan dalam mencapi tujuan

dan cita –cita yang diharapkan seperti halnya Paela (dalam Apriani, 2006) menyatakan bahwa optimisme masa depan merupakan pola kepribadian yang menjadi salah satu

aspek kekuatan pada diri individu, dimana kekuatan dari optimisme masa depan pada masing-masing individu memang berbeda, ada yang sangat kuat dan ada yang sangat lemah.

Peranan atau sumbangan efektif motivasi belajar dengan optimisme masa depan ditunjukkan koefisien determinan (r2) sebesar 47,4%. Hal ini menunjukkan masih ada faktor – faktor lain sebesar 52,6% yang mempengaruhi optimisme masa depan. Faktor –faktor lain dapat di ungkapkan oleh Vinacle (dalam Apriani, 2006) bahwa selain motivasi belajar yang mempengaruhi optimisme masa depan yaitu, minat, disiplin, dan kreatifitas.

Berdasrkan uraian diatas dapat diambil keseimpulan ada hubungan yang sangat signifikan antara motivasi belajar dengan optimisme masa depan. Motivasi belajar memberikan pengaruh

(12)

Penelitian ini sudah dilakukan secara maksimal namun masih ada beberapa kelemahan, yaitu kurangnya peneliti memonitor subjek dalam pengisian skala penelitian, maka peneliti kurang dapat

memberikan instruksi pengisian secara lebih detil sehingga dalam menjawab dimungkinkan ada kesalahan persepsi pada responden terhadap skala.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara motivasi belajar dengan optimisme masa depan pada mahasiswa program twinning di Universitas Muhammadiyah Surakarta, dengan nilai r=0,0688; p=0,000 (p<0,01).

2. Motivasi belajar pada subjek penelitian tergolong tinggi, ditunjukkan oleh rerata empirik

(RE) sebesar 97,12.

3. Optimisme masa depan pada subjek penelitian tergolong

tinggi, ditunjukkan oleh rerata empirik (RE) sebesar 132,52. 4. Sumbangan efektif (SE) motivasi

belajar terhadap optimisme masa depan sebesar 47,4% dan masih terdapat 52,4% diluar variabel

motivasi belajar.

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis memberikan sumbangan saran yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu:

1. Bagi mahasiswa yang mengambil program twinning

Diharapkan bagi mahasiswa twinning dijadikan masukan dalam

menjalankan perkuliahan dan belajar agar dapat meningkatkan rasa optimisme masa depan. Serta selalu menjalankan evaluasi dan pengembangan diri secara terus menerus agar suatu saat mendapatkan hasil yang lebih baik dan sesuai dengan harapan yang diinginkan.

2. Bagi fakultas yang menjalankan program twinning

(13)

twinning dengan memperbanyak konsolidasi dengan antar program studi ataupun dengan mahasiswa, serta memberikan dukungan moril dalam bentuk pengarahan dan bimbingan yang

intensif atas masalah yang mereka hadapi.

3. Bagi peneliti lain

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengungkap lebih dalam lagi mengenai optimisme masa depan. Penulis menyarankan untuk mengukur optimisme masa depan selain dari variabel motivasi belajar, sehingga dapat mengungkap lebih baik tentang optimisme masa depan pada mahasiswa progam twinning UMS.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Heni NS. (2011). Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Akademik Mahasiswa S1- Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto. Jurnal Keperawatan

–volume 01/nomor 01/Januari – Desember 2011.

Apriani, Putri. (2006). Hubungan Antara Rasa Aman Dan Self

Esteem Dengan Optimisme Masa Depan Pada Eks Pekerja Seks Komersial. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS

Aritonang, K.T. (2008). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur –No 10/tahun ke -7/juni 2008.

Chrisnawati, H.E. (2007). Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Terhadap Kemampuan Problem Solving Siswa SMK (Teknik) Swasta di Surakarta ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. MIPA, Vol 17, No 01, januari 2007; 65 -74.

Dariyo, Agoes. (2004). Pengetahuan tentang Penelitian dan Motivasi Belajar pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi, vol 2, no 01, juni 2004.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah. (2008). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

(14)

Volume 12, Nomor 02, September 2011.

Kasmayanti. (2012). Optimisme Remaja Penyandang Cacat akibat Kecelakaan. Universitas Ahmad Dahlan. Diakses pada tanggal 10 juli 2013.

Kholifudin, M.Y. (2011). Upaya Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Fisika melalui Pembelajaran Model Team Teaching pada siswa kelas XII IPA 2 SMA N 2 Kebumen tahun pelajaran 2009-2010. JP2F, volume 2, nomer 2, September 2011.

Marihot & Manullang. (2001). Manajemen personalia. Yogyakarta; Universitas Gajah Mada

Mikasari. (2010). Hubungan antara Optimisme Masa Depan dengan Kecenderungan Problem Focused pada Mahasiswa Bangka yang berada di Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UAD.

Nurtjahjanti, H & Ika Z.R. (2011). Hubungan Kepribadian Hardines dengan Optimisme Masa Depan pada Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI)

Wanita di BLKLN

Disnakertrans Jawa Tengah. Jurnal psikologi Undip vol 10,no2,oktober 2011.

Putrianti, F.G. (2011). Kesuksesan peran ganda wanita karir ditinjau dari dukungan suami, optimism, dan strategi coping.

Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Vol 09, No 1, Mei 2007.

Rottinghaus, dkk. (2005). The Carreer Inventory; A Measure of Career-Relted Adaptability and Optimism. Journal of Career Assesment. Vol 13 No. 1 February 2005. Sage Publications.

Sagala, Syaiful. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta.

Bandung.

Sardiman A.M. (2001). Interaksi dan Motivasi belajar mengajar. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.

Suharsono, dkk. (2004). Analisis Soal Ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru universitas muhammadiyah malang tahun akademik 2004/2005.

Suryabrata, Sumadi. (2004). Psikologi pendidikan. Jakarta; PT RajaGrafindo Persada.

Ubaydillah, A.N. (2007). Optimis kunci meraih sukse. Jakarta: PT. Perspektif Media Komunika (Vision 03).

(15)

2012-2013. Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

UMS. (2012). Program Ganda (Twinning). Arsip informasi PMB.

http://pmb.ums.ac.id/2012/progr amGanda.

Undang-undang Pendidikan Tinggi. (2012). (UU RI No.12 TH.2012); Jakarta, Sinar Grafika.

Undang-undang Sikdiknas. (2003). (UU RI No.20 TH.2003): Jakarta, Sinar Grafika.

Uno, Hamzah. B (2008). Teori motivasi dan pengukurnnya. Jakarta; PT Bumi Aksara.

Valentino, Rocky. (2007). Hubungan Antara Optimisme akan Masa Depan dengan Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UII. Naskah Publikasi.

Gambar

gambar sebagai
Gambar 2 Diagram Kategorisasi Optimisme

Referensi

Dokumen terkait

didaktis. Bersdasarkan kriteria tersebut, sebuah multimedia akan dikatakan layak menjadi sebuah media pembelajaran apabila nilai presentasinya ≥ 61% dari semua

[r]

Dokumen- dokumen yang dapat digunakan untuk mengembangkan web antara lain berupa data hasil analisis standar isi untuk mengetahui konsep pokok yang terdapat dalam

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Kemudian lafadz Islam digunakan sebagai nama dari dien dan peraturan yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, dan Allah menerangkan bahwa siapa yang mencari dien

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi perilaku kewirausahaan mahasiswa Fakultas Pendidikan Eonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia yang

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pembelajaran akuntansi berbasis praktek oleh siswa Sekolah Menengah Kejuruan, terutama dalam proses

Pos Express merupakan salah satu Perusahaan jasa kurir barang/dokumen dibawah naungan PT.Pos Indonesia yang menyajikan berbagai layanan kirim antar barang dan