iv
TINJAUAN YURIDIS EFEK BERAGUN ASET SYARIAH SEBAGAI
ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN DAN INVESTASI DENGAN
UNDERLYING ASSET
BERUPA PENDAPATAN PEMBIAYAAN
KEPEMILIKAN RUMAH (PKR) SYARIAH DALAM PASAR MODAL
INDONESIA
ABSTRAK
PRIMA PUTRA NUGRAHA 110110120049
Efek Beragun Aset (EBA) Syariah merupakan salah satu pengembangan
produk pasar modal syariah yang termuat dalam Roadmap Pasar Modal Syariah
Tahun 2015-2019 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Penerbitan EBA Syariah
harus patuh pada prinsip-prinsip syariah Islam, sehingga proses jual beli piutang
(bay’al dayn) yang digunakan dalam praktik umum sekuritisasi di Indonesia tidak
dapat diterapkan pada proses penerbitan EBA Syariah karena tidak sesuai
dengan prinsip syariah Islam. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui
dapat tidaknya aset berupa Pendapatan Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PKR)
Syariah disekuritisasi secara syariah serta perlindungan hukum bagi pemegang
EBA Syariah apabila mengalami kerugian baik disebabkan karena wanprestasi
maupun perbuatan melawan hukum.
Penulisan skripsi ini dibuat berdasarkan metode pendekatan yuridis
normatif dan metode deskriptif analitis, yakni membatasi lingkup pemecahan
masalah berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan terkait
EBA Syariah di Indonesia, literatur akademis, serta bahan-bahan lainnya yang
berkaitan. Untuk melengkapi bahan-bahan penelitian, dilakukan juga penelitian
lapangan untuk memperoleh data primer melalui wawancara yang selanjutnya
dianalisis secara yuridis kualitatif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil: Pertama, EBA
Syariah dengan bentuk Surat Partisipasi dapat diterbitkan dengan underlying
asset berupa Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PKR) Syariah dengan Akad
Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) dan Akad Musyarakah Mutanaqisah (MMq)
karena memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Kedua, pemegang instrumen
EBA Syariah mendapatkan perlindungan berlapis terhadap investasinya, yakni
dari Undang-Undang Pasar Modal, POJK EBA Syariah, dan Perpres SMF yang
secara umum memuat sanksi administratif, sanski pidana, dan kedudukan hukum