PENDEKATAN INDUKTIF DALAM PEMBELAJARAN TATA BAHASA JEPANG
(Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI IPA I SMAN I Sumedang)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Bahasa Jepang
Oleh :
Eulis Herliawati M 1101119
PENDEKATAN INDUKTIF DALAM PEMBELAJARAN TATA BAHASA JEPANG
(Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI IPA I SMAN I Sumedang)
Oleh
Eulis Herliawati M
S.Pd IKIP BANDUNG 1994
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Eulis Herliawati M 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN/PERSETUJUAN
Disetujui dan disyahkan oleh:
Pembimbing I
Dr. Dedi Sutedi, M.A., M.Ed. NIP. 196605071996011001
Pembimbing II
Dr. Wawan Danasasmita, M.Ed. NIP. 195201281982031002
Mengetahui
Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Jepang SPs UPI
ABSTRAK
Selama ini pengajaran tata bahasa Jepang dilakukan dengan pendekatan deduktif, yaitu
diawali dengan menyajikan pola kalimat kemudian penjelasan disertai dengan contohnya.
Pendekatan ini cenderung hanya mengisi kepala siswa dengan informasi tentang tata bahasa
Jepang, sehingga siswa cenderung menjadi objek belaka. Padahal kurikulum yang berlaku
menuntut siswa untuk memiliki daya nalar yang tinggi serta berpikir kritis.
Dalam penelitian ini penulis mencoba pendekatan induktif dalam pengajaran tata bahasa
Jepang pada siswa SMAN I Sumedang untuk mengetahui apakah pendekatan ini lebih baik
daripada pendekatan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan dengan cara eksperimen pada
kelas XI IPA-1, sedangkan kelas kontrolnya kelas XI IPA-2 diterapkan pendekatan deduktif.
Hasil analisis data diketahui bahwa kelas eksperimen jauh lebih baik pemahaman tata
bahasanya dibanding kelas kontrol, sehingga menunjukkan perbedaan yang signifikan. Selain
itu, pendekatan deduktif mendapat sambutan positif dari para siswa karena dianggap dapat
meningkatkan motivasi, lebih memahami materi yang diberikan, dan pemahaman tersebut
bertahan lebih lama lagi. Masih ada beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti seperti penerapan
teknik induktif dalam bidang yang lainnya seperti berbicara, membaca, dan menulis.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………
...
…………
i
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah………...………. 5
C. Tujuan Penelitian………..……… . 6
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Populasi dan Sampel Penelitian... 7
F. Sistematika Penulisan... 8
BAB II KAJIAN TEORI... 9
A. Kurikulum dan Bahasa Jepang di SMA... 9
1. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Jepang... 10
2. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Jepang... 10
3. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Jepang... 12
4. Standar Kompetensi... 12
5. Rambu- Rambu Kurikulum 2004... 13
B. Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran Bahasa... 14
1. Pendekatan Pembelajaran Bahasa... ... 15
b. Pendekatan Nativisme... 16
c. Pendekatan Kognitif... 16
d. Pendekatan Struktural... 17
e. Pendekatan Kontekstual... 17
f. Pendekatan Komunikatif... 17
2. Metode Pengajaran Bahasa... 18
a. Motede Tata Bahasa... 19
b. Metode Terjemahan... 22
c. Metode Audio Lingual... 22
d. Metode langsung... 27
e. Metode Respon Fisik Total... 29
f. Metode Eklektik... 31
g. Metode Student Team Achievement Division... 33
h. Metode Jigsaw………. 35
3. Teknik Pembelajaran Bahasa……….... 36
a. Teknik Ceramah………..… 38
b. Teknik Tanya Jawab... 38
c. Teknik Diskusi... 38
d. Teknik Pemberian Tugas... 39
e. Teknik Bermain Peran... 39
C. Teori Belajar ... 40
b. Teori Gestalt... 40
c. Teori Kognitivisme... 41
d. Teori Konstruktivisme... 42
e. Teori Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)... 42
f. Contextual Teaching and Learning (CTL)... 43
D. Penerapan Teknik Deduktif dan Induktif Dalam Pengajaran Bahasa Jepang……….. 44
E. Hasil Penelitian Terdahulu……… 48
BAB III METODE PENELITIAN ... 51
A. Metode yang Digunakan... 51
B. Teknik Pengumpulan Data... 51
1. Jenis Data dan Instrumen Penelitian... 51
2. Sumber Data (Populasi dan Sampel)……….… 52
C. Teknik Analisa Data……….. 52
D. Hasil Uji Coba Instrumen………. 54
E. Prosedur Penelitian………...………. 56
BAB IV ANALISIS
DATA DAN PEMBAHASAN………
..
….
58
A. Pelaksanaan Kegiatan Eksperimen……….. 58
B. Analisis Data………..…….. 60
2. Analisis Data Hasil Penyebaran Angket……….…… 65
C. Pembahasan………. 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 71
A. Kesimpulan... 71
B. Saran... 72
DAFTAR PUSTAKA... 73
LAMPIRAN... 76
Rancangan Pembelajaran... 76
Pelaksanaan Pembelajaran ... 88
Power Point Pembelajaran... 119
Instrumen Tes... 124
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan
pendidikan manusia sebagai makhluk pengembang tugas kekholifahan di bumi akan
menjadi dinamis untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendidikan juga bisa
dianggap sebagai cara yang paling penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh manusia yaitu sebagai makhluk yang harus dididik, makhluk yang dapat dididik dan
makhluk yang dapat mendidik. Salah satu wujud dari proses pendidikan adalah adanya
kegiatan belajar.
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk
mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi setelah seseorang menempuh
proses belajar, perlu adanya evaluasi. Begitu pula halnya dengan siswa yang mengikuti
suatu proses pendidikan selalu diadakan penilaian untuk mengukur ketercapaian hasil
belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana
telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Pembelajaran merupakan proses untuk meramu sarana dan prasarana pendidikan
untuk mencapai kualitas yang diharapkan. Kualitas lulusan pendidikan sangat ditentukan
oleh seberapa jauh guru itu mampu mengelola dan mengolah segala komponen
pendidikan melalui proses pembelajaran. Meskipun sarananya lengkap tetapi jika guru
tidak mampu mengolah sarana melalui proses pembelajaran, maka kualitas pendidikan
2
kemampuan meramu bumbu sehingga makanan menjadi lezat.
Pembelajaran juga mempunyai pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan
menjadi baik atau rendah mutunya. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari
kemampuan seorang pengajar atau guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
sehingga menghasilkan sesuai dengan apa yang diinginkan pada tujuan pendidikan.
Mulyasa (2008: 162) menjelaskan bahwa “guru merupakan faktor penting yang besar
pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar, bahkan sangat menentukan berhasil
tidaknya peserta didik dalam belajar”.
Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi
harus dilatih menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (fasilitate
of learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana
belajar yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan terbuka. Murid
menjadi aktif, suasana belajar tidak membosankan.
Guru yang profesional dituntut untuk mampu memilih pendekatan pembelajaran
yang bagaimana yang bisa membuat siswa menjadi aktif. Dalam konteks ini sebuah
pembelajaran akan berjalan dengan baik, jika berlangsung interaksi yang intens antara
siswa, sumber belajar, dan lingkungan yang telah direkayasa sedemikian rupa oleh guru
dan sekolah. Sekarang dan ke depan, sekolah diharapkan mampu menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas baik secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap
mental (Kunandar, 2007: 37). Dengan demikian, persaingan dalam semua aspek
kehidupan ini membutuhkan guru yang visioner, kompeten, berdedikasi tinggi dan
mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan inovatif.
3
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, aktifitas pembelajaran diarahkan untuk memperdayakan semua potensi peserta
didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan, dalam ranah kognitif, afektif
maupun psikomotorik (Majid, 2008: 24).
Proses pembelajaran akan berlangsung lebih baik jika pendidik mempunyai dua
kompetensi utama, yaitu (1) kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan
materi pembelajaran, dan (2) kompetensi metodologi pembelajaran. Artinya jika guru
menguasai materi pelajaran diharuskan menguasai metode pengajaran sesuai dengan
kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik, yaitu memahami
karakteristik peserta didik (Sagala, 2003: 64).
Dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali pada sebuah pemikiran, bahwa
anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Sekolah menjadi
dunia nyata baginya. Siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam
status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang mereka
pelajari akan bermanfaat bagi kehidupannya nanti. Mereka mempelajari apa yang
bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Peserta didik membutuhkan guru
sebagai pengarah dan pembimbing, sehingga siswa menjadi aktif. Rohani (2004: 9-10)
mengatakan bahwa “guru hanyalah merangsang keaktifan siswa dengan jalan menyajikan
bahan pelajaran, sedangkan yang mengelola dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri
sesuai kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing”. Belajar adalah
suatu proses dimana peserta didik harus aktif. Guru idealnya dapat memilih dan
menggunakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif,
4
Proses pembelajaran pada lazimnya disampaikan dengan metode tradisional.
Strategi pembelajaran tradisional lebih sering menggunakan metode ceramah dengan
kondisi siswa yang pasif menerima keterangan atau kaidah dari guru melalui hafalan,
mendengar dan mencatat yang pada akhirnya proses pembelajaran menjadi kurang efektif.
Pelajaran bahasa Jepang merupakan mata pelajaran pilihan di SMA yang
diberikan agar siswa memiliki kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca,
memberikan pendapat, dan menulis secara baik (Kurikulum 2004). Bahasa Jepang
diberikan sebagai alat untuk berkomunikasi baik lisan maupun tulisan untuk memahami
dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan budaya. Demikian, tuntutan pelajaran bahasa Jepang
berdasarkan kurikulum 2004 yang sebagian besar masih diberlakukan pada beberapa
sekolah.
Dalam prakteknya, pengajaran bahasa Jepang di SMA lebih menekankan terhadap
pada kemampuan berbicara dan menyimak yang didasari oleh penguasaan materi tata
bahasa. Penyampaian materi tata bahasa masih memegang peranan penting yang nantinya
diharapkan dapat diaplikasikan dalam berkomunikasi tadi. Para guru dalam pengajaran
materi tata bahasa Jepang umumnya masih mengunakan pendekatan deduktif karena
buku-buku ajar yang digunakannya menyajikan materi seperti itu. Penulis mengamati
bahwa pengajaran dengan menggunakan pendekatan deduktif memang lebih cepat bisa
diserap oleh siswa, tetapi kurang merangsang siswa untuk memunculkan sifat kritis dan
meningkatkan daya nalar. Karena mereka biasa disuapi dengan cara diberi informasi oleh
para guru.
5
tentang materi tata bahasa secara deduktif, yaitu dengan cara menyajikan pola kalimat,
kemudian diberikan contoh dan diakhiri dengan latihan. Kelemahan dari pendekatan
deduktif ini daya nalar siswa kurang, siswa cenderung pasif karena siswa hanya
menerima pelajaran dan mengikuti latihan sesuai dengan instruksi guru, sehingga daya
kreasi siswa pun kurang.
Dengan melihat fenomena seperti ini, peneliti ingin menyajikan suatu pendekatan
yang bisa membuat siswa menjadi aktif, daya nalar meningkat sehingga kreasi siswapun
meningkat. Sesuai dengan instruksi dari pemerintah agar siswa mempunyai daya nalar
yang tinggi, serta memiliki kemampuan mencipta atau menyimpulkan sesuatu hal. Kalau
siswa sudah aktif maka kecenderungan kemampuanpun akan meningkat.
Hal ini dibuktikan oleh peneliti sebelumnya Darmilah (2008) skripsi yang
berjudul “Model Pembelajaran Induktif dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika
Di SMP”. Hasil rata-rata pretest di kelas eksperimen 6,93 dan rata-rata pos testnya 11,13.
Sedangkan rata-rata pre test di kelas kontrol 6,60 dan rata-rata pos test-nya 7,15. Nilai
rata-rata post test kelas eksperimen jauh lebih baik dari nilai rata-rata post test kelas
kontrol.
Dengan melihat hasil penelitian terdahulu peneliti ingin menerapkan di pelajaran
bahasa Jepang khususnya di pelajaran tata bahasa menggunakan pendekatan induktif.
Penulis mengambil pelajaran tata bahasa karena tata bahasa adalah mata pelajaran yang
paling banyak diajarkan pada pelajaran bahasa Asing untuk anak SMA. Berdasarkan hal
tersebut maka penulis mencoba menerapkan pendekatan induktif dalam pengajaran
6
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan paparan dalam latar belakang di atas masalah umum dalam
penelitian ini adalah bagaimana kemampuan siswa terhadap materi tata bahasa Jepang
dengan diterapkannya pendekatan induktif? Dari masalah umum ini penulis
menjabarkannya lagi ke dalam beberapa rumusan masalah berikut.
1. Bagaimana penguasaan materi tata bahasa Jepang para siswa setelah diterapkan
pendekatan induktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang?
2. Bagaimana penguasaan materi tata bahasa Jepang siswa setelah diterapkan
pendekatan deduktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang?
3. Adakah perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang menggunakan
pendekatan induktif dan deduktif pada diri siswa?
4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pendekatan induktif?
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah penelitian dalam lingkup materi
tata bahasa Jepang yang diberikan pada siswa kelas XI SMA pada semester II
berdasarkan kurikulum 2004.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apakah ada
perbedaan yang signifikan tingkat penguasaan siswa terhadap tata bahasa Jepang setelah
diterapkan pendekatan induktif dibanding dengan pendekatan deduktif. Secara rinci
7
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana penguasaan materi tata bahasa Jepang para
siswa setelah diterapkan pendekatan induktif dalam pengajaran tata bahasa
Jepang.
2. Mendeskripsikan bagaimana penguasaan materi tata bahasa Jepang siswa setelah
digunakan pendekatan deduktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang.
3. Melihat ada-tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang
menggunakan pendekatan induktif dan deduktif pada diri siswa.
4. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap pendekatan induktif.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis, terutama dalam bidang pendidikan bahasa Jepang. Secara teoritis
diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan bidang pendidikan, khususnya teori
yang berhubungan dengan metode dan pendekatan dalam pengajaran bahasa Jepang di
sekolah.
Secara praktis diharapkan dapat menunjukkan kelebihan dan kekurangan peranan
pendekatan induktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang khususnya di SMA. Selama ini
pengajaran tata bahasa umumnya disajikan dengan pendekatan deduktif yang diduga
kurang membantu dalam merangsang munculnya kreatifitas dan daya nalar siswa karena
hanya dijejali dengan informasi saja. Pendekatan induktif berperan sebaliknya, siswa
dituntut untuk berpikir kritis dan menggunakan daya nalar untuk memecahkan suatu
masalah yang diberikan. Dengan demikian, harapan kurikulum akan munculnya kreatiftas
8
E. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap siswa SMAN I Sumedang kelas
XI, sedangkan sampelnya dipilih siswa kelas XI IPA I dan XI IPA VII.
F. Sistematika Penulisan
Pada bagian berikutnya sususunan tesis ini terdiri atas atas bab II sampai dengan
bab V. Pada bab II disajikan tentang kajian teori yang di dalamnya membahas tentang
kurikulum SMA pendekatan dan metode pembelajaran, serta penelitian terdahulu.
Bab III menyajikan metode penelitian yang di dalamnya memuat jenis metode
yang digunakan, rancangan eksperimen, teknik pengumpulan data termasuk instrumen
penelitian yang digunakannya, teknik analisis data dan cara pengambilan kesimpulan
penelitian ini.
Bab IV memuat hasil analisis data dan pembahasan yang ditujukan untuk
menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan mengacu
pada teknik yang telah disajikan pada bab III. Bab V terdiri atas bagian simpulan dan
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode yang Digunakan
Penelitian ini berusaha untuk melihat efektifitas penerapan teknik induktif
dibanding dengan teknik deduktif yang selama ini digunakan dalam pengajaran materi
tata bahasa Jepang di SMAN I Sumedang. Oleh karena itu, metode yang digunakannya
adalah metode eksperimental.
Eksperimen dalam penelitian ini dilakukan terhadap kelas XI IPA I, sedangkan
sebagai kelas kontrolnya dilakukan terhadap kelas XI IPA VII. Kelas eksperimen diberi
perlakukan dengan cara menggunakan teknik induktif, sedangkan kelas kontrol diberi
perlakuan melalui teknik deduktif yang biasa digunakan dalam pengajaran materi tata
bahasa Jepang.
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data dan Instrumen Penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa prestasi siswa tentang
pemahamannya terhadap materi tata bahasa Jepang yang bersumber dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Selain itu, untuk melengkapi data yang diperlukan dalam
penelitian ini diperlukan informasi tentang tanggapan, kesan dan pesan siswa kelas
eksperimen terhadap penerapan teknik induktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang.
Oleh karena itu, ada dua jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu data
kuantitatif dan data kualitatif.
52
penelitian ini, yaitu yang berupa tes dan angket. Tes digunakan untuk mengumpulkan
data kuantitatif, sedangkan angket digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif.
2. Sumber Data (Populasi dan Sampel)
Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari para siswa, yaitu siswa
dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang berupa prestasi atau tingkat pemahaman
terhadap penguasaan materi tata bahasa Jepang setelah diberikan perlakuan. Sementara
itu, untuk data kualitatif hanya bersumber dari kelas eksperimen saja, karena hanya
berupa kesan dan tanggapan siswa terhadap penerapan teknik induktif.
Oleh karena itu, populasi penelitian ini adalah siswa SMAN I sumedang yang
mempelajari bahasa Jepang, sedangkan sampelnya adalah siswa kelas XI IPA I dan IPA
VII. Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik
purposif (bertujuan). Sutedi (2009) menjelaskan bahwa teknik penyampelan purposif
dapat dilakukan atas dasar beberapa pertimbangan yang dianggap logis.
Adapun alasan dipilihnya kedua kelas XI IPA tersebut dengan beberapa
pertimbangan berikut.
a. Kedua kelas ini memiliki kemampuan yang hampir seimbang berdasarkan hasil
pengukuran atau prestasi pada semester sebelumnya.
b. Jumlah jam belajar pada kedua kelas ini sama dengan guru yang sama pula.
c. Keaktifan kedua kelas tersebut dalam kegiatan belajar mengajar juga relatif sama.
C. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik
53
Mengingat dalam penelitian ini hanya ada dua variabel yaitu nilai hasil tes kelas
eksperimen dan nilai hasil tes kelas kontrol, maka statistik yang digunakannya melalui
pengukuran nilai t-hitung. Dengan demikian tarap signifikasinya akan dilihat dengan cara
membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel.
Langkah-langkah perhitungan yang ditempuhnya secara manual mengacu pada
langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sutedi (2009), yaitu melalui tahap-tahap berikut.
1. Mencari mean kedua variabel dengan rumus berikut.
x
2. Mencari standar deviasi dari variabel X dan Y dengan rumus berikut.
2
3. Mencari standar error mean kedua variabel tersebut dengan rum−us berikut.
1
4. Mencari standar error perbedaan mean X dan Y, dengan rumus berikut.
SEMxy SEMX−SEMY
5. Mencari nilai t hitung dengan rumus berikut.
SEMxy
M
M
t
o
x
y6. Memberikan interpretasi dengan terhadap nilai t-hitung tersebut dengan menguji
hipotesis kerja (Hk) dan hipotesis nol (Ho).
7. Membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel melalui derajat kebebasan berikut.
54
Untuk melihat keakuratan hasil dari analisis data tersebut akan diperkuat juga
dengan program statistik lainnya. Adapun untuk menganalisis data kualitatif yang
diperoleh melalui angket akan dilakukan dengan cara analisis kritis dengan melihat
beberapa hal yang terjadi di lapangan melalui catatan-catatan selama eksperimen
berlangsung.
D. Hasil Uji Coba Instrumen
Soal yang dibuat untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi tata
bahasa setelah diberikan perlakuan baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas
kontrol ada 20 butir soal yang terdiri atas soal menyelesaikan kalimat, mengisi partikel,
dan soal benar-salah.
Untuk mengukur tingkat kesukaran dari setiap butir soal digunakan rumus berikut.
SkA+SkB – (2n X Skmin)
Tk =
2 n x (Skmak– Skmin)
Keterangan:
TK : Tingkat kesukaran
55
DP : Daya Pembeda
SkA : Jumlah skor jawaban kelompok atas SkB : Jumlah skor jawaban kelompok bawah n : Jumlah sampel kelompok atas atau kelompok bawah Skmak : Skor maksimal
Skmin : Skor minimal
Dari hasil perhitungan dengan kedua rumus di atas diperoleh daya pembeda dan
tingkat kesukaran seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan TK dan DP Instrumen Tes
No
Soal Indek TK Tafsiran Indek DP Tafsiran Keterangan 1 0,8125 Mudah 0,3750 Sedang Revisi
Selanjutnya untuk menguji validitas dan reliabilitasnya digunakan rumus koefisien
Alpha Cronbach berikut.
56
Keterangan:
r : Angka koefisien korelasi yang dicari
k : Jumlah butir soal
∑Si2
: Jumlah varian seluruh butir soal
St2 : Varian total
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh indek korelasi
sebesar 0,96 sehingga dapat dikategorikan ke dalam validitas dan reliabilitas yang sangat
tinggi.
Kemudian penulis merevisi bagian soal yang dianggap perlu diperbaiki sehingga
dapat digunakan sebagai instrumen penelitian yang dianggap layak.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dirancang dan ditempuh dalam penelitian adalah sebagi
berikut.
1. Penentuan materi dan bahan ajar untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak
lima pertemuan. Materi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan verba IMASU dan ARIMASU yang digunakan untuk menyatakan
keberadaan sesuatu nomina.
b. Penggunaan partikel NI dan DE yang digunakan untuk menyatakan tempat
keberadaan dan tempat terjadinya sesuatu kegiatan.
c. Penggunaan verba bentuk V-TE IMASU.
d. Kalimat adjektival dengan berbagai variasinya.
e. Penggunaan verba yang berarti ‘memakai’.
57
eksperimen.
3. Pelaksanaan pembelajaran atau pemberian perlakukan baik pada kelas eksperimen
maupun pada kelas kontrol.
4. Refleksi hasil pembelajaran pada setiap selesai satu kali perlakuan, sekaligus
menyempurnakan RPP untuk eksperimen berikutnya.
5. Pelaksanaan tes akhir untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi tata
bahasa pada kelas eskperimen dan kelas kontrol.
6. Penyebaran angket pada kelas eksperimen.
Demikian gambaran prosedur kerja penelitian yang ditempuh dalam kegiatan
71
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya yang disajikan pada bab
sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal berikut.
1.Penguasaan materi tata bahasa Jepang para siswa kelas eksperimen setelah
diterapkan pendekatan induktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang cukup baik
dengan skor rata-rata 79,29.
2.Penguasaan materi tata bahasa Jepang siswa kelas kontrol setelah diterapkan
pendekatan deduktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang sangat kurang dengan skor
rata-rata 48, 39.
3.Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen yang
menggunakan pendekatan induktif dan hasil belajar kelas kontrol yang
menggunakan pendekatan deduktif.
4.Tanggapan siswa kelas eskperimen terhadap penerapan pendekatan induktif cukup
baik dan mendapat sambutan positif karena dapat memperkuat pemahaman,
meningkatkan berpikir kritis, dan meningkatkan motivasi belajar.
Demikian simpulan penelitian yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian
72
B. Saran
Penelitian ini mencoba menerapkan teknik atau pendekatan induktif dalam
pengajaran materi tata bahasa Jepang pada siswa SMAN I Sumedang yang hasilnya
selain dapat meningkatkan prestasi juga dapat meningkatkan motivasi belajar,
kemampuan berpikir kritis, dan penguatan pemahaman terhadap materi tata bahasa
Jepang. Selain itu, penerapan teknik ini mendapat tanggapan positif dari para siswa. Akan
tetapi, masih ada beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti seperti berikut.
1. Perlu adanya variasi penerapan pendekatan, khususnya dalam pengajaran materi tata
bahasa, karena pendekatan deduktif yang selama ini selalu digunakan oleh guru dapat
menimbulkan kejenuhan dan kurang menumbuhkan motivasi belajar. Namun masih
perlu diteliti lebih lanjut tentang materi apa saja yang dapat disajikan dan atau yang
kurang tepat jika disajikan dengan pendekatan induktif.
2. Kegiatan penelitian ini banyak menggunakan teknik diskusi dalam prakteknya, tetapi
sangat memakan waktu yang cukup lama karena kurang berimbangkan kemampuan
dan keberanian setiap anggota kelompoknya untuk menyampaikan ide dan
pendapatnya. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang banyak
melibatkan kegiatan siswa dibanding kegiatan guru di kelas guna meningkatkan daya
nalar dan kemampuan berpikir kritis.
3. Perlu adanya penelitian lanjutan yang mencoba menerapan teknik induktif dalam
Daftar Pustaka
Akbari CH, Rudi Miftah Farid. 2012. Penerapan Model Pembelajaran berfikir Induktif
Dengan Pendekatan Guided Discovery Untuk meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa dan Keaktifan Siswa MA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Anisa, Eli. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Induktif Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Darmilah. 2008. Model Pembelajaran Induktif Dalam Upaya Meningkatkan
meningkatkan hasil belajar siswa di SMP. Skripsi. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Asmani, Ma’mur Jamal. 7 Tips Aplikasi PAKEM. 2011. Jogyakarta: Diva Press.
Danasasmita, Wawan. 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa Jepang. Bandung:
Rizki Press.
Djamarah, Syaiful Bahri, Drs, M.Ag. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
De Porter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2008. Quantum Learning. Bandung: PT Mizan
Pustaka.
De Porter, Bobbi, Reardon Mark & Singer Sarah. Quantum Teaching. 2000. Bandung:
PT Mizan Pustaka.
Furqon, Ph. D. 2004. Statistik Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Joyce Bruce, dkk. 2009. Models of Teaching. Jogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kobayashi, Mina. 2001. Yoku Wakaru Kyoujuhou. Tokyo: Aruku.
Kurikulum SMA 2004.
Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Makmun, H Abin Syamsudin, Prof, Dr, MA. 2012. Psikologi Kependidikan. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
... Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Richard, jack C and Rogers, Theodore S. 2001. Approaches and Methods in Language
Teaching. Cambrige: Cambrige University Press.
Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rusman, Dr, M.Pd. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Bandung: Kharisma Putra Utama.
... Pembelajaran Dalam Implementasi kurikulum Berbasis
Kompetensi.
Jakarta: Kencana Prenada Group.
Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setyosari, H. Punaji, Prof. Dr. M.Ed. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan. Jakarta: Kencana.
Sudjianto. 2010. Metodologi Pembelajaran Bahasa Jepang. Bekasi: Kesaint Blanc.
Sudjianto & Dahidi, Ahmad. 2012. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi:
Kesaint Blanc.
Sutedi, Dedi. 2011. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
……….. 2007. Nihongo no Bunpou. Bandung: Humaniora.
……….. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
Sutedi, Dedi dan Adimiharja, Mulyana. 2011. Bahan Ajar PLPG : Bahasa Jepang SMTA.
(Panitia Pelakasana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 10 Jawa
Barat, Uiversitas Pendidikan Indonesia).
The Japan Foundation 2013.
Uno, Hamzah B, Prof. Dr. M.Pd. 2011. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM.