perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi
Kimia Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Kimia
Oleh
RIANA
S 830809218
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DARI GAYA BELAJAR DAN AKTIVITAS
BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010 )
Disusun Oleh:
RIANA
S 830809218
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr.H. Ashadi
NIP 195101021975011001 ... ………….
Pembimbing II Dr. Sarwanto, M.Si
NIP 196909011994031002 ... ………….
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010 )
Disusun Oleh:
RIANA
S 830809218
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tandatangan Tanggal Ketua Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
NIP. 195201161980031001 ... ... Sekretaris Dra. Soeparmi, M.A.,Ph.D
NIP. 195209151976032001 ... ... Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Ashadi
NIP. 195101021975011001 ... ... 2. Dr. Sarwanto, M.Si
NIP. 196909011994031002 ... ...
Surakarta, Februari 2011
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Pendidikan Sains
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Bismillahirrohmanirrohim
Rasullullah SAW bersabda,
“Setiap urusan yang tidak dimulai dengan Bismillahirrohmanirrohim terputuslah
berkahnya”
(Tafsir Ibnu Katsir)
Dalam hidup ini ada tiga hal yang tidak bisa kembali yaitu
umur, waktu, dan kesempatan.
(penulis)
If you dream it you can do it
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ayahku, Rawanto yang selalu melindungi, menyayangi, membesarkan, memberikan doa
dan dukungan kepada penulis hingga penulis dapat merasakan kebesaran
Rahmat dan Hidayah Allah SWT.
Almarhumah Ibuku, Suwarni yang telah melahirkan penulis dan memberikan kasih
sayangnya secara tulus. Maafkanlah anakmu ini yang belum bisa membalas budi
baikmu. Engkau adalah seorang ibu yang mendidik dan memperlihatkan
kepadaku Tanda-Tanda Kebesaran Kekuasaan Allah SWT.
Seluruh saudaraku yang senantiasa membantu, membimbing serta memberikan doa
dalam menjalani hidup ini.
My Lovely Damas Setawan Hamidi yang selalu memberikan dukungan dan doa,
beserta seluruh kasih sayang dan cintanya yang tulus kepadaku.
Semua sahabatku, kalian merupakan suatu kekayaan yang tak ternilai harganya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
NIM : S 830809218
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul ”Pembelajaran Kimia
dengan Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan Virtual Lab dan Real Lab Ditinjau dari Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas
XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010)”
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut
diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Februari 2011
Yang membuat pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Wata’alah yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis dengan judul ”Pembelajaran Kimia dengan Metode Inkuiri Terbimbing
Menggunakan Virtual Lab dan Real Lab Ditinjau dari Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Magister pada Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana UNS
Surakarta.
Tesis ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak yang terkait
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis bermaksud mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan bantuan berupa segala sarana dan
fasilitas dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, dan ide yang berharga dalam penyusunan tesis ini.
3. Prof. Dr. H. Ashadi, selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan,
motivasi dan sumbangan pemikiran yang berharga dalam penyusunan tesis ini.
4. Dr. Sarwanto, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan,
motivasi dan sumbangan pemikiran yang berharga dalam tesis ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Program Pendidikan Sains Pascasarjana UNS Surakarta yang
telah memberikan sumbangan pendalaman dan wawasan keilmuan kepada penulis.
6. Kepala SMA Batik 2 Surakarta, guru beserta karyawan yang telah memberikan ijin,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bila dalam penyusunan tesis ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritikan, saran, dan masukan dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.
Surakarta, Februari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING….………... ii
LEMBAR PENGESAHAN………... iii
BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS... 14
A. Tinjauan Pustaka... 14
1. Belajar dan Pembelajaran... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Psikologi Sosial... 22
3. Metode Inkuiri Terbimbing... 23
a...Pengertian Pemilihan Media Pembelajaran ... 33
5. Laboratorium Real... 34
6. Laboratorium Virtual... 36
7. Fungsi dan Peranan Laboratorium Kimia ... 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 72
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 72
1. Tempat Penelitian... 72
2. Waktu Penelitian ... 72
B. Populasi dan Sampel Penelitian... 72
1. Populasi Penelitian ... 72
2. Sampel Penelitian... 73
C. Metode Penelitian ... 73
D. Rancangan dan Variabel Peneliatian ... 73
1. Rancangan Penelitian ... 73
2. Variabel Penelitian ... 74
a...Variabel Bebas
E. Definisi Operasional Variabel ... 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Belajar Ranah Kognitif ... 78
b...Angket Gaya Belajar ... 79
c...Angket Aktivitas Belajar ... 80
d...Tes Prestasi Belajar Ranah Afektif ... 80
H. Uji Coba Instrument ... 81
1. Uji Prasyarat Analisis... 89
a...Uji Normalitas
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 96
A. Deskripsi Data... 97
1. Data Gaya Belajar Siswa... 97
2. Data Aktivitas Belajar Siswa... 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ashadi, Pembimbing II: Dr. Sarwanto, M.Si.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) perbedaan prestasi belajar siswa yang
diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual dan
real lab; (2) perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik; (3) perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan rendah; (4) interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media virtual lab, real lab dan gaya belajar terhadap prestasi belajar
siswa; (5) interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media virtual dan real lab dengan aktivitas belajar terhadap prestasi
belajar siswa; (6) interaksi antara gaya belajar dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa; (7) interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media virtual, real lab, gaya belajar dan aktivitas belajar terhadap prestasi
belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMA Batik 2 Surakarta sejumlah 81
siswa dalam 2 kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random
sampling yang terdiri dari dua kelas. Kelas eksperimen I menggunakan virtual lab, kelas
ekperimen II menggunakan real lab. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan
non tes (angket). Untuk tes prestasi kognitif pengumpulan data menggunakan teknik tes, sedangkan untuk prestasi afektif, gaya belajar dan aktivitas belajar menggunakan teknik non tes. Uji hipotesis menggunakan anava tiga jalan sel tak sama dan dilakukan uji lanjut anava menggunakan uji Scheffe.
Hasil penelitian didapatkan bahwa: (1) ada perbedaan prestasi belajar siswa yang
duberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual dan
real lab, hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan virtual lab lebih efektif daripada real lab; (2) tidak ada perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik; (3) ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah; (4) ada
interaksi antara metode pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab dan
real lab dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa; (5) ada interaksi antara
metode inkuiri terbimbing dengan aktivitas belajar siswa; (6) tidak ada interaksi antara gaya belajar dengan aktivitas terhadap prestasi belajar siswa; (7) tidak ada interaksi
antara metode pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan virtual lab dan real lab,
gaya belajar, aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa
Kata kunci: inkuiri terbimbing, lab virtual, lab real, gaya belajar, aktivitas belajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(A Case Study on Colloid for XI Graders, SMA Batik 2 Surakarta Academic Year 2009/2010. Thesis: Science Education, Post Graduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2011. Advisor I: Prof. Dr. H. Ashadi, Advisor II Dr. Sarwanto,M.Si.
The objectives of research were to find out: (1) the different of student learning
achievement between student who learnt using guided inquiry learning trough virtual
and real lab media; (2) the different of student learning achievement between student
who had visual and kinesthetic learning styles; (3) the different of student learning achievement between student who had high and low activities; (4) interaction between
learning media virtual lab and real lab, and the learning style toward the student
learning achievement; (5) interaction between media, and the learning activity toward the student learning achievement; (6) interaction between learning style and the learning activity toward the student learning achievement; and (7) interaction between learning
with guided inquiry learning using media virtual lab and real lab, learning style and the
learning activity toward the student learning achievement.
This study employed an experimental method with 2x2x2 factorial design. The population of research was all XI graders of SMA Batik 2 Surakarta consisting of 81
students in 2 classes. The sample was taken using cluster random sampling, consisted
of 2 class. The first eksperiment class was treated by virtual lab, and the second ones by
real lab. The data collection was done using test and non-test (questionnaire) techniques. The data was collected using test for cognitive achievement, and questionere for affective achievement, learning style, and students’s activity. The hypothesis were tested using ANOVA unequal cells, and continued using Scheffe test.
From the data analysis can be conclude that: (1) there was a different in student learning achievement between student who learnt using guided inquiry learning trough virtual and real lab media, this result indicates that the guided inquiry learning method using virtual lab is more effective that that using real lab, (2) there was no difference of student learning achievement between student who had visual and kinesthetic learning styles; (3) there was a different in student learning achievement between student who had high and low activities; (4) there was an interaction between learning media, and the learning style toward the student learning achievement; (5) there was an interaction between media and the student learning activity toward the student learning achievement, (6) there was no interaction between learning style and the learning activity toward the student learning achievement; and (7) there was no interaction
between guided inquiry learning through virtual lab and real lab, learning style, learning
activity toward the student learning achievement.
Keywords: guided inquiry, virtual lab, real lab, student’s learning style, activity,
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerucut Edgar Dale ... 30
Gambar 2.2 Domain Psikomotor... 49
Gambar 2.3 Suspensi... 50
Gambar 2.4 Koloid ... 50
Gambar 2.5 Parfum Bentuk Aerosol ... 51
Gambar 2.6 Kosmetik dalam Bentuk Gel ... 51
Gambar 2.7 Larutan Sejati yang Disinari Senter... 52
Gambar 2.8 Koloid yang Disinari Senter ... 52
Gambar 2.9 Gerak Brown ... 53
Gambar 2.10 Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat Terdispersi ... 53
Gambar 2.11 Adsorpsi Ion-Ion... 54
Gambar 2.12 Sel Elektrolisis Sederhana ... 55
Gambar 2.13 Koagulasi Koloid karena Penambahan Elektrolit ... 56
Gambar 2.14 Proses Dialisis ... 58
Gambar 2.15 Diagram suatu Dialisis Darah... 58
Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Virtual Lab... 102
Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Real lab ... 102
Gambar 4.3 Interaksi antara Metode dengan Gaya Belajar ... 110
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintak Inkuiri Terbimbing ... 26
Tabel 2.2 Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi... 50
Tabel 2.3 Jenis-Jenis Koloid ... 51
Tabel 2.4 Perbedaan Sol Hidrofil dan Sol Hidrofob ... 60
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 72
Tabel 3.2 Desain Faktorial Penelitian ... 74
Tabel 3.3. Kriteria Skor Penilaian Gaya Belajar ... 79
Tabel 3.4 Kriteria Skor Penilaian Aktivitas Belajar... 80
Tabel 3.5 Kriteria Skor Penilaian Aspek Afektif ... 80
Tabel 3.6 Klasifikasi Korelasi Validitas Soal Tes Prestasi ... 82
Tabel 3.7 Hasil Validitas Butir Soal Tes Prestasi ... 82
Tabel 3.8. Hasil Validitas Butir Soal Aspek Afektif ... 83
Tabel 3.9 Hasil Validitas Butir Soal Angket Aktivitas Belajar... 83
Tabel 3.10 Hasil Validitas Butir Soal Angket Gaya Belajar ... 84
Tabel 3.11 Klasifikasi Reliabilitas Instrumen ... 85
Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas... 86
Tabel 3.13 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Prestasi... 87
Tabel 3.14 Distribusi Daya Pembeda Soal Tes Prestasi ... 87
Tabel 3.15 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 88
Tabel 3.16 Distribusi Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi ... 89
Tabel 3.17 Desain Faktorial Untuk Uji Hipotesis... 91
Tabel 4.1 Diskripsi Data Gaya Belajar Siswa... 97
Tabel 4.2 Diskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa ... 98
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Virtual Lab... 100
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Real Lab ... 101
Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Ranah Afektif ... 102
Tabel 4.10 Deskripsi Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Metode dan Gaya
Belajar ... 103
Tabel 4.11 Deskripsi Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Metode dan Aktivitas
Belajar ... 103
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar ... 104
Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ... 105
Tabel 4.14 Hasil Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari
Metode,Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar ... 109
Tabel 4.15 Hasil Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Metode,
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ... 133
Lampiran 2. RPP Inkuiri Terbimbing melalui Virtual Lab Pertemuan 1 134 Lampiran 3. RPP Inkuiri Terbimbing melalui Virtual Lab Pertemuan 2 139 Lampiran 4. RPP Inkuiri Terbimbing melalui Virtual Lab Pertemuan 3 153 Lampiran 5. RPP Inkuiri Terbimbing melalui Real Lab Pertemuan 1 159 Lampiran 6. RPP Inkuiri Terbimbing melalui Real Lab Pertemuan 2 164 Lampiran 7. RPP Inkuiri Terbimbing melalui Real Lab Pertemuan 3 177 Lampiran 8. Pedoman Praktikum Virtual Lab Pertemuan 1... 183
Lampiran 9. Pedoman Praktikum Virtual Lab Pertemuan 2... 186
Lampiran 10. Pedoman Praktikum Virtual Lab Pertemuan 3... 192
Lampiran 11. Pedoman Praktikum Real Lab Pertemuan 1... 197
Lampiran 12. Pedoman Praktikum Real Lab Pertemuan 2... 200
Lampiran 13. Pedoman Praktikum Real Lab Pertemuan 3... 206
Lampiran 14. Kunci Jawaban Soal Pedoman Praktikum ... 211
Lampiran 15. Kisi-Kisi Soal ... 216
Lampiran 16. Soal Tes Akhir ... 219
Lampiran 17. Kisi-Kisi Angket Afektif... 230
Lampiran 18. Angket Pengukuran Aspek Afektif ... 231
Lampiran 19. Kisi-Kisi Gaya Belajar ... 234
Lampiran 20. Angket Gaya Belajar ... 237
Lampiran 21. Kisi-Kisi Aktivitas Belajar... 245
Lampiran 22. Angket Aktivitas Belajar... 246
Lampiran 23. Data Tryout Gaya Belajar ... 254
Lampiran 30. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif ... 283
Lampiran 31. Hasil Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Kognitif ... 285
Lampiran 32. Hasil Uji Lanjut Anava ... 286
Lampiran 33. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif ... 287
Lampiran 34. Uji Homogenitas Prestasi Afektif ... 290
Lampiran 35. Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Afektif... 292
Lampiran 36 Gambar Foto Penelitian... 293
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang utama bagi kemajuan suatu bangsa.
Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 bahwa tujuan pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka perlu diadakan perbaikan dan peningkatan
kualitas pendidikan secara bertahap dan terus menerus. Pembaharuan di bidang
pendidikan dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan pergantian
kurikulum, ada yang berbasis materi (content-based curriculum), berbasis pencapaian
tujuan (objective-based), berbasis kompetensi (competency-based curriculum) dan
akhir-akhir ini mulai dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu adanya pengembangan, pembaharuan,
pemakaian dan relevansi metode mengajar. Perubahan kurikulum yang terjadi itu
dilakukan bukan karena materi pendidikannya ganti atau karena masalah insidental
lainnya. Jika hasil pendidikan ingin ditingkatkan, maka guru harus terus melakukan
perubahan-perubahan dan penyempurnaan-penyempurnaan dalam dunia pendidikan
untuk mengimbangi yang terjadi di negara lain, temasuk penyempurnaan kurikulum.
Pergantian kurikulum pada dasarnya untuk membantu guru dalam proses
pembelajaran, bukan untuk membebani guru karena kebingungan menggunakan
kurikulum yang mana. Kurikulum yang berganti setiap saat memang diharapkan
untuk membuat pendidikan di Indonesia semakin baik dan maju.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal harus dapat berperan
memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran kepada masyarakat secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
direncanakan dan dilaksanakan secara sistemik dengan manageman berbasis
kompetensi yang tertuang dalam program pengajaran atau silabus. Penyusunan
silabus hendaknya mengacu pada standar isi sebagaimana tertuang dalam
Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) yang dikenal dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ini disusun oleh satuan
Pendidikan (sekolah) masing-masing untuk memungkinkan terjadinya penyesuaian
program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah.
Penjabaran program pendidikan tersebut bertujuan untuk mewujudkan kurikulum
yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, guna mengantisipasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk memberikan acuan bagi
penyelengaraan kegiatan pembelajaran di tingkat satuan pendidikan (sekolah).
Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai hubungan yang tidak
terpisahkan. Ilmu pengetahuan merupakan dasar dalam mencari pemahaman dan
pengetahuan. Sedangkan teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan
dikembangkan untuk menghasilkan suatu piranti, teknik, mesin dan peralatan.
Teknologi ditemukan ketika masyarakat menemukan alat dan memproses suatu
pekerjaan menjadi lebih mudah dan lebih baik.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama akan semakin
maju untuk dapat mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan
hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan atau inovasi proses
pembelajaran dalam memasuki dunia teknologi. Untuk memasuki dunia teknologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan kompetensi yang cukup agar nantinya mampu berperan aktif dalam
masyarakat.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
fenomena alam secara sistematis. IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip semata,
melainkan juga merupakan suatu proses penemuan (discovery, inquiry). Proses
pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi siswa agar peserta didik dapat menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk mencari
tahu dan berbuat sesuatu sehingga dapat membantu subyek didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Salah satu cabang IPA yang
mendasari perkembangan teknologi maju adalah kimia.
Berdasarkan Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) no 22
Tahun 2006, menyebutkan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan uraian tersebut memberikan arah bahwa mata pelajaran kimia di sekolah
harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
Pelajaran kimia di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari hal-hal yang ada disekitar mereka. Kimia diharapkan dapat menjadi
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam proses transfer ilmu
dan pengetahuan kimia di sekolah perlu ditingkatkan efektivitasnya agar kualitas
pembelajaran selalu terjaga dan hasil yang diharapkan dapat memenuhi tujuan
pembelajaran yang ditetapkan. Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan
baik, sebaiknya guru bisa memberikan suatu rangsangan agar siswa dapat aktif dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar karena aktivitas yang dilakukan setiap siswa
dalam mengikuti pelajaran akan mempengaruhi prestasi belajar, selain itu semestinya
siswa diajak untuk memanfaatkan semua alat indera yang dimilikinya secara optimal.
Untuk kepentingan tersebut maka para guru kimia hendaknya berupaya semaksimal
mungkin untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan
berbagai alat indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima
dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti
dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan akan
dapat menerima dan menyerap dengan mudah pesan-pesan dalam materi pelajaran
yang disajikan.
Selain aktivitas belajar, kemampuan siswa untuk memahami dan menyerap
pelajaran sudah bisa dipastikan berbeda-beda pula tingkatannya. Ada yang cepat,
sedang dan ada pula yang lambat. Oleh karena itu mereka seringkali harus menempuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan di papan
tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya.
Akan tetapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara
menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya.
Sementara itu ada pula siswa lain yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk
mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. Setiap siswa akan
memiliki kebiasaan atau gaya belajar tertentu dalam menerima dan menyerap
informasi pelajaran, hingga menghasilkan suatu bentuk pengetahuan yang efektif
untuk diproses menjadi suatu perilaku seimbang untuk mengembangkan dan
menghadapi permasalahan berikutnya.
Cara-cara yang dipilih oleh siswa dalam belajar akan menyesuaikan dengan
kebiasaan mereka dalam gaya belajar. Jika guru bisa memahami perbedaan gaya
belajar setiap siswa, maka akan lebih mudah bagi guru untuk memandu dan memilih
cara yang tepat untuk memberikan informasi pengajaran hingga diharapkan dapat
mencapai hasil belajar yang lebih optimal.
Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan
pelajaran dan dapat menimbulkan rangsangan kepada siswa yang memiliki gaya
belajar dan kemampuan berfikir berbeda diantaranya bisa berupa media audiovisual
(film, filmstrip, televisi dan kaset video) maupun media komputer. Meskipun banyak
teknologi lain yang dapat digunakan dalam pengajaran, namun kedua jenis teknologi
tersebut paling banyak digunakan sebagai penunjang fasilitas pengajaran dalam kelas
dan memiliki dampak terhadap pembuatan keputusan instruksional. Azhar Arsyad
(2006: 15) mengatakan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa”. Jadi media
pembelajaran dapat membantu membangkitkan motivasi dalam pembelajaran. Di
samping itu media pembelajaran dalam pembelajaran IPA memiliki kekurangannya
yaitu siswa tidak banyak memperoleh olah tangan untuk mendapatkan ketrampilan
teknis seperti di laboratorium nyata, melainkan hanya mendapatkan olah tangan untuk
mengoperasikan komputer.
Komputer menjadi suatu teknologi informasi yang banyak digunakan dalam
masyarakat karena sering digunakan dalam kegiatan sekolah, hiburan, bisnis, maupun
untuk penggunaan pribadi di rumah. Beberapa tahun terakhir komputer mendapakan
perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan dalan kegiatan
pembelajaran di sekolah. Tidak sedikit materi-meteri pelajaran yang dapat
disampaikan menggunakan komputer. Pemanfaatan media pembelajaran berbasis
komputer dijelaskan Azhar Arsyad (2002: 32) ”dapat meningkatkan pembelajaran
karena berorientasi pada siswa dan melibatkan interaktivitas siswa yang tinggi”. Jadi
penggunaan media komputer dapat meningkatkan interaktivitas siswa. Penggunaan
komputer dalam proses pembelajaran bermacam-macam bentuknya tergantung pada
kecakapan dari pendesain dan pengembang pembelajarannya. Desain yang dimaksud
bisa berbentuk permainan (games) yang mengajarkan konsep-konsep abstrak hingga
kemudian dikonkretkan dalam bentuk visual dan audio yang distimulasikan dengan
gerakan (dianimasikan).
Animasi merupakan suatu teknik gerakan gambar/paparan yang dihasilkan
oleh gabungan dari media komputer. Secara sederhana animasi komputer bisa
dijadikan sebagai model pembelajaran menggunakan program komputer (software)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
laboratorium cukup melalui monitor komputer sehingga siswa dapat mempelajarinya
dari simulasi.
Salah satu contoh animasi tersebut adalah media simulasi komputer (virtual
lab) tentang koloid. Media ini mempunyai tampilan yang menarik, dalam bentuk
gambar, warna dan sedikit efek suara. Dengan media ini siswa menjadi termotivasi
untuk lebih menekuni materi yang disajikan serta dengan adanya warna komponen
yang dianimasikan dapat menarik perhatian siswa. Jadi animasi menggunakan
komputer, merupakan suatu alternatif yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran di kelas. Dengan animasi dapat menggantikan pembelajaran yang
memerlukan peralatan laboratorium banyak dan waktu persiapan yang relatif lama.
Sekolah SMA Batik 2 Surakarta merupakan salah satu sekolah swasta di
Surakarta. Berdasarkan pengamatan secara umum keadaan sekolah SMA Batik 2
Surakarta dan wawancara dengan guru kimia kelas XI di sekolah tersebut, keadaan
yang dapat dikemukakan adalah guru dalam menyampaikan materi pelajaran kimia
khususnya pada materi koloid masih menggunakan metode ceramah/jarang
menggunakan laboratorium. Walaupun di sekolah sudah memiliki fasilitas
laboratorium IPA beserta alat-alat dan bahan yang biasa digunakan untuk
pembelajaran (praktikum) namun sebagian bahan-bahan untuk praktikum sudah tidak
bisa digunakan. Hal itu menyebabkan prestasi belajar materi kimia koloid banyak
yang tidak tuntas. Batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal Rata-Rata) untuk mata
pelajaran kimia koloid adalah 65.
Saat ini di SMA Batik 2 Surakarta sudah memiliki ruang laboratorium
komputer dengan jumlah komputer kurang lebih 40 unit, dan hanya digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
guru yang sudah menguasai dan mampu menggunakan media pembelajaran berbasis
komputer. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kemampuan guru dalam
penguasaan ilmu komputer guna memanfaatkan fasilitas komputer yang telah dimiliki
sekolah dengan mengoptimalkan penggunaanya dalam rangka pembelajaran untuk
bidang studi yang lain, salah satunya adalah mata pelajaran kimia misalnya.
Berdasarkan uraian diatas maka diperoleh pemikiran bahwa dalam
pembelajaran kimia, prestasi belajar siswa di SMA Batik 2 Surakarta dapat
ditingkatkan melalui penggunaan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang
tepat. Hal ini tentu saja tetap memperhatikan pengaruh faktor intrinsik dan ekstrinsik
siswa sebagai subyek didik. Faktor intrinsik siswa dalam hal ini berkaitan dengan
ragam gaya belajar dan aktivitas yang dimiliki masing-masing siswa.
Oleh karena itu penelitian ini berkaitan tentang pembelajaran menggunakan
media laboratorium real dan virtual yang berupa animasi komputer interaktif
pengaruhnya terhadap prestasi belajar kimia yang meliputi aspek kognitif dan afektif
bagi siswa yang mempunyai gaya belajar (learning style) dan aktivitas belajar yang
berbeda.
Gaya belajar adalah cara seorang siswa dalam menyerap informasi dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi tersebut. Gaya belajar itu dibedakan
menjadi tiga yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar
kinestetik. Sedangkan aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
siswa yang berupa suatu proses mempelajari sesuatu. Macam aktivitas belajar
meliputivisual activities, oral activites, listening activities, writing activities, drawing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gaya belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah gaya belajar visual
(visual learners) dan gaya belajar kinestetik (kinestethic learners). Sedangkan
aktivitas belajar yang disini dikategorikan menjadi aktivitas belajar tinggi dan rendah.
Penggunaan media komputer dalam hal ini untuk mendukung penggunaan media
virtual laboratory (virtual laboratorium). Pembelajaran yang dimaksud adalah pada
materi koloid kelas sebelas (XI) semester genap SMA 2 Batik 2 Surakarta tahun
pelajaran 2009/2010. Pemilihan materi koloid ini karena materi koloid merupakan
salah satu materi yang penting dan sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Siswa dituntut dapat menguasai kompetensi tinggi melalui proses belajar baik
secara individu maupun melalui interaksi dengan temannya, yaitu dapat mencapai
kriteria ketuntasan minimal rata-rata untuk tiap kompetensi dasar diharapkan.
Kenyataan menunjukkan masih banyak siswa yang belum dapat mencapai kriteria
ketuntasan tersebut, karena proses pembelajaran tidak melibatkan siswa kearah
aktif, padahal ada berbagai metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif
seperti inquiry, discovery, proyek, pemberian tugas, dll. Metode ini belum banyak
digunakan oleh guru.
2. Kurang lengkapnya alat-alat laboratorium/tidak adanya tenaga khusus laboran
menjadi kendala bagi guru untuk bisa mengembangkan metode-metode penemuan
(inquiry), karena tidak terlayani penyediaan dan persiapan peralatan laboratorium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Proses pembelajaran masih kurang optimal karena rencana pembelajaran belum
memperhatikan gaya belajar siswa. Gaya belajar siswa meliputi gaya belajar
visual, audio dan kinestetik.
4. Setiap siswa memiliki aktivitas belajar yang berbeda-beda. Aktivitas belajar siswa
meliputi visual activities, oral activites, listening activities, writing activities dll.
5. Tuntutan prestasi tinggi baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor
sebagaimana diamanatkan oleh kurikulum KTSP harus dibangun dari potensi
yang dimiliki sekolah itu sendiri, sementara itu sekolah SMA Batik 2 Surakarta
memiliki belum memiliki sarana dan fasilitas belajar yang relevan dengan
kemampuan guru.
6. Siswa hanya diperhatikan pada aspek kognitif saja, padahal pada pembelajaran
IPA, aspek afektif dan psikomotor perlu diperhatikan.
7. Setiap materi memiliki karakteristik yang berbeda, namun guru dalam
menyampaikan materi masih bersifat hapalan.
C. Pembatasan Masalah
Masalah-masalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah:
1. Banyak metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif seperti inquiry,
discovery, proyek, pemberian tugas, dll tetapi dalam penelitian ini dibatasi pada
metode inkuiri terbimbing (guide inquiry).
2. Banyak media yang dapat digunakan untuk membantu pembelajaran seperti
demonstrasi, komik, dll tetapi pada penelitian ini media pembelajaran dibatasi
pada penggunaan media audio visual virtual lab, yakni sebuah software
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dipublikasikan melalui jaringan internet pada situs www.pintarmedia.com dan
penggunaan real lab yang disertai dengan pedoman praktikum pada materi koloid.
3. Dalam menerima informasi pelajaran atau mengikuti pelajaran ada tiga macam
gaya belajar yang dilibatkan yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.
Tetapi pada penelitian ini gaya belajar siswa hanya dibatasi pada gaya belajar
visual dan kinestetik. Gaya belajar auditorial tidak dilibatkan dalam penelitian ini
karena pada metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual lab dan real
lab tidak banyak memberikan informasi melalui pendengaran.
4. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas tinggi dan rendah.
5. Prestasi belajar pada penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa SMA Batik
2 Surakarta Kelas XI semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 pada mata pelajaran
kimia materi koloid. Prestasi belajar aspek afektif sebagai akibat dari proses
pembelajaran dan tidak dianalisa secara statistik. Sedangkan aspek psikomotor
pada penelitian ini tidak dilakukan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode inkuiri terbimbing menggunakan media virtual lab dan real lab?
2. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual
dan kinestetik?
3. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Adakah interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media virtual lab dan real lab dengan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar siswa?
5. Adakah interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media virtual lab dan real lab dengan aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar siswa?
6. Adakah interaksi antara gaya belajar dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar
siswa?
7. Adakah interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media virtual lab dan real lab, gaya belajar dan aktivitas belajar
terhadap prestasi belajar siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode inkuiri
terbimbing menggunakan media virtual dan real lab pada materi koloid.
2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan
kinestetik pada materi koloid.
3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan rendah
pada materi koloid.
4. Interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan
media virtual lab, real lab dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar kimia
siswa.
5. Interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Interaksi antara gaya belajar dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
7. Interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan
media virtual, real lab, gaya belajar dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian merupakan salah satu alternatif bagi guru untuk menentukan
pendekatan, metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
bahan pengajaran khususnya pada mata pelajaran kimia.
b. Mengetahui pengaruh gaya belajar dalam pembelajaran kimia terhadap prestasi
belajar siswa.
c. Mengetahui pengaruh aktivitas belajar dalam pembelajaran kimia terhadap
prestasi belajar siswa.
d. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang relevansi penggunaan metode
dengan media pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan teoritis bagi masyarakat, guru,
mahasiswa yang memerlukan tambahan dasar teori bagi penelitian mereka, baik
untuk pengembangan pembelajaran, maupun penyelesaian tugas akhir.
b. Mengajak dan mendorong kepada para guru untuk melakukan inovasi
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN
KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Teori Belajar
Belajar memiliki makna yang sangat luas dan kompleks serta selalu
mengalami perubahan. Teori belajar yang dianut seseorang akan berpengaruh pada
definisi belajar yang digunakannya. Secara umum pengertian belajar adalah suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang agar terjadi perubahan perilaku dari diri orang
tersebut. Apabila seseorang telah melakukan suatu proses kegiatan tetapi pada
akhirnya tidak terjadi perubahan perilaku, maka dikatakan tidak terjadi proses belajar
dalam diri orang itu. Sedangkan pengertian belajar menurut IPA, belajar merupakan
suatu suatu aktivitas mental yang berlangsung secara interaktif dengan lingkungannya
yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Jadi belajar merupakan suatu
proses menuju perubahan.
Pendapat mengenai pengertian belajar ada bermacam-macam. Adapun teori-
teori belajar yang mendasari pengertian belajar yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1). Teori belajar Bruner
Belajar pada intinya adalah cara-cara orang memilih, mempertahankan, dan
mentransformasikan secara aktif. Manusia memusatkan perhatiannya pada masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sesudah memperoleh informasi itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan
kemampuan padanya. Menurut Bruner belajar bermakna dapat dilaksanakan dengan
belajar penemuan (discovery learning). Belajar penemuan secara aktif oleh siswa
memberikan hasil yang paling baik dan pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan
lama.
Belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan yaitu
memperoleh informasi baru, transformasi informasi dan menguji relevansi ketepatan
pengetahuan. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir
secara bebas, dan melatih ketrampilan-ketrampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah. Metode inkuiri dalam pembelajaran kimia sangat erat
hubungannya dengan belajar penemuan. Dari penemuan tersebut anak banyak
memperoleh informasi dan pengalaman baru. Informasi baru tersebut dapat berupa
ketrampilan proses, informasi berupa data, maupun informasi berupa konsep baru.
Selanjutnya siswa akan mengelola informasi baru tersebut dan menguji ketepatannya
dan pada akhirnya akan membentuk konsep baru yang merupakan penguatan dari
konsep baru yang merupakan penguatan dari konsep lama yang ada pada diri siswa.
Konsep yang baru inilah menjadi bekal bagi siswa dalam proses belajar
penemuan. Siswa dapat mengembangkan kegiatan belajarnya dengan melakukan
percobaan-percobaan yang sesuai dengan konsep baru untuk memperoleh informasi-
informasi baru. Pembelajaran inkuiri merupakan salah satu contoh belajar penemuan.
Pembelajaran inkuiri terbimbing mengajak siswa untuk menemukan konsep kimia
koloid melalui proses percobaan baik melalui virtual lab maupun real lab. Pada
pembelajaran tersebut, siswa diajak untuk terlibat langsung menemukan konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
melakukan percobaan untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan. Dari
percobaan siswa akan memperoleh data untuk dianalisis sehingga akhirnya siswa
dapat menarik kesimpulan dan menemukan konsep materi pembelajaran.
2). Teori belajar Gagne
Belajar menurut Gagne adalah seperangkat kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi dan menjadi kapabilitas baru.
Belajar terjadi jika ada hasil perubahan perilaku yang dapat diperlihatkan. Karena
pengamatan dan evaluasi pada perubahan perilaku yang ada, maka teori belajar
Gagne terkenal dengan teori perubahan tingkah laku. Dalam proses pembelajaran
inkuiri, guru mengajak siswa untuk menemukan konsep-konsep dan sebaliknya siswa
menghadapi suatu konsep-konsep yang harus dipahami dan dipelajari. Pengamatan,
pemahaman dan penyerapan konsep-konsep dalam pembelajaran tersebut akan
mengakibatkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud adalah
perubahan dalam bentuk kemahiran intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
kemahiran motorik dan sikap.
Dalam pembelajaran perlu disusun instruksional pembelajaran agar suasana
dan gaya belajar dapat terkontrol dan dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah
menjadi dasar bagi penyusunan tujuan pembelajaran dan berlanjut pada kemampuan
yang lebih tinggi dari hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus menyadari dan
memahami bahwa belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan dengan
masalah yang kompleks dan sampai pada kesulitan masalah yang lebih tinggi.
Konsep-konsep yang diinformasikan oleh guru memuat indikator-indikator
yang termasuk dalam tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
juga konsep yang berulang. Perbedaan inilah yang mengakibatkan ketercapaian hasil
belajar siswa juga berbeda-beda.
3). Teori belajar Ausubel
Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada
siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara siswa
dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur
kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat oleh siswa. Ausubel mengemukakan terjadinya belajar
bermakna apabila informasi baru pada konsep-konsep yang diterima dalam
pembelajaran yang relevan dengan konsep-konsep yang terdapat dalam struktur
kognitif siswa, sedangkan belajar hafalan terjadi bila informasi baru tidak dapat
dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa.
Pembelajaran kimia dengan inkuiri terbimbing mengajak siswa untuk
menemukan konsep kimia koloid melalui bimbingan guru. Pembelajaran ini
bermakna karena siswa tidak hanya sekedar menghafal konsep kimia koloid, tetapi
juga melihat setiap peristiwa yang berkaitan dengan kimia koloid sehingga siswa
dapat mengingat konsep kimia koloid dan pada akhirnya pembelajaran menjadi
bermakna.
4). Teori Belajar Piaget
Piaget berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi dalam perkembangan
dan pertumbuhan kognitif anak yaitu: a) proses assimilation, dalam proses
mencocokkan informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membangun atau memodifikasi antara informasi baru dengan sesuatu/konsep yang
telah diketahui sebelumnya sehingga diperoleh hasil pengetahuan yang lebih baik.
Dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif, kedua proses itu harus
berjalan seimbang atau ekuilibrium. Keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi
ini mengakibatkan terjadinya adaptasi yang artinya informasi baru cocok dengan
konsep lama yang ada dalam diri anak, sehingga anak tersebut dapat menyesuaikan
dengan lingkungannya. Jika terjadi tidak keseimbangan maka terjadi proses
akomodasi, artinya anak akan menyusun konsep baru karena informasi baru yang
diterima tidak sesuai dengan konsep yang sudah ada.
Pada saat pembelajaran kimia koloid, mula-mula siswa diminta guru untuk
membawa suatu benda, kemudian di kelas siswa diminta untuk berpendapat sesuai
dengan apa yang sudah dia ketahui, disinilah terjadi proses asimilasi, kemudian
setelah pembelajaran berlangsung siswa menyusun informasi baru tersebut dengan
konsep yang telah dia ketahui sebelumnya sehingga siswa memiliki pengetahuan
yang lebih baik, disini terjadilah proses akomodasi. Agar terjadi keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi, pemilihan metode pengajaran dan media pembelajaran yang
digunakan harus tepat agar dapat diterima oleh siswa. Dalam penelitian ini metode
pengajaran yang digunakan adalah metode inkuiri terbimbing. Media yang digunakan
adalah media virtual lab (melalui animasi) dan real lab (alat dan bahan laboratorium).
Metode inkuiri dan media pembelajaran saling berkaitan yang merupakan satu
kesatuan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini sesuai
dengan teori belajar Piaget yaitu terjadinya keseimbangan antara asimilasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Belajar Kelompok
Vygotsky (dalam Trianto, 2007,26-27) berpendapat bahwa:
Siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan melalui bahasa. Perkembangan pengetahuan pada siswa tergantung pada faktor biologi (memori, atensi, persepsi, stimulus-respon) dan faktor sosial (fungsi mental yang lebih tinggi) untuk pengembangan konsep, penalaran logis dan pengambilan keputusan. Proses pembelajaran akan terjadi jika siswa bekerja menangani tugas- tugas yang masih berada dalam daerah tingkat perkembangan sedikit lebih tinggi (zone of proximal development). Fungsi mental yang lebih tinggi bisa muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu dalam suatu kelompok (diskusi kelompok) sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Pada awal perkembangannya siswa diberikan bantuan secukupnya dan selanjutnya mengurangi bantuan tersebut untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab sehingga pada akhirnya dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan ketika belajar.
Berdasarkan pendapat di atas maka pada penelitian ini menggunakan belajar
kelompok (dua orang atau lebih) selama melakukan percobaan untuk
mengembangkan faktor sosial dalam rangka membentuk penalaran logis dan
pengambilan keputusan. Meskipun demikian tetap berpedoman bahwa tiap-tiap siswa
diarahkan secara aktif untuk membangun sikap kemandirian dalam kebersamaan
khususnya pada saat diskusi selama percobaan di laboratorium berlangsung hingga
menemukan kesimpulan sebagai jawaban dari hipotesis yang telah ditetapkan
sebelumnya sebagaimana konsep atau prinsip.
c. Pembelajaran Kimia
Istilah “pembelajaran” sama dengan “pengajaran”. Menurut Roestiyah
(1998:1) “Dalam mengajar ada 3 faktor yang harus diperhatikan : 1. Pengajar – yang
mengajar, yang memberikan bahan, yang memotivasi; 2. Pelajar – yang menerima,
yang belajar, yang menyerap dan menggunakannya; 3 Bahan pelajarannya”. Dengan
demikian pengajaran diartikan sebagai perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sehingga proses belajar mengajar yang berupa penyampaian pengetahuan dapat
berjalan baik.
Mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang
langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia
dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam
yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta
perubahannya, menemukan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam
mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja.
Sebagian aspek kimia bersifat “kasat mata” (visible), artinya dapat dibuat fakta
kongkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau “tidak kasat mata”
(invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta kongkritnya
Menurut pendapat Elizabeth Kean dan Catherine Middlecamp (1985: 5):
“sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak, materi kimia sifatnya berurutan dan
berkembang dengan pesat, diajarkan dalam bentuk yang lebih sederhana daripada
kenyataannya, melibatkan lebih daripada sekedar pemecahan soal-soal, dan menuntut
banyak belajar”. Jadi materi kimia dikemas lebih sederhana daripada kenyataannya.
Pembelajaran khususnya pelajaran kimia guru dituntut untuk memiliki kemampuan
yang memadai dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya dan harus mampu
mewujudkan lingkungan belajar yang efektif dan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga prestasi belajar siswa tinggi.
2. Pendekatan Pembelajaran
a. Pendekatan Kontruktivisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan manusia adalah konstruksi (bentukan) manusia sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan dan juga bukan gambaran dari kenyataan yang ada, melainkan pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan yang dilakukan seseorang.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pengetahuan
merupakan suatu proses menjadi tahu yang dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang
sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungan. Lingkungan bisa berarti menunjuk
kepada keseluruhan obyek dan semua relasinya yang diabstraksikan dari pengalaman.
Salah satu contoh alat atau sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui
sesuatu adalah alat inderanya. Seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungan
dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium dan merasakannya.
Oleh karena itu pada penelitian ini menggunakan pendekatan konstruktivisme
dengan metode inkuiri terbimbing melalui media virtual lab dan real lab dengan
mempertimbangkan gaya belajar dan aktivitas belajar siswa. Pendekatan dan metode
ini diharapkan siswa selama belajar mengalami proses internalisasi, membentuk
kelompok atau membentuk pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya.
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar dengan
pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembentukan pengetahuan baru yang
melibatkan internalisasi dan keaktifan siswa untuk menggunakan pengetahuan yang
dimiliki secara terus-menerus sehingga terjadi konstruksi pengetahuan baru yang
didahului oleh rasa keingintahuan yang dapat dirangsang dengan penyajian masalah-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Pendekatan Psikologis Sosial
Cobb dalam Paul Suparno, (2007: 11) mengatakan bahwa: “pentingnya
interaksi sosial dengan orang-orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik
dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik”. Jadi dapat
disimpulkan bahwa interaksi dengan orang lain sangat penting untuk mendapatkan
pengetahuan yang lebih baik dan lebih banyak lagi. Menurut Vygotsky pembelajaran
terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proximal (zone of proximal
development) yaitu zona jarak antara tingkat perkembangan aktual yang ditentukan
oleh pemecahan masalah secara independen dan tingkat perkembangan potensial
yang ditentukan lewat pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau
dalam kolaborasinya dengan rekan-rekan yang lebih mampu.
Tingkat perkembangan aktual adalah kemampuan anak memecahkan masalah
secara mandiri sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan
memecahkan masalah dibawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan
teman sebaya yang lebih mampu. Ide penting lain yang diturunkan dari Vygotsky
adalah Scaffolding, yaitu memberikan bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal
perkembangan, kemudian bantuan ini dikurangi untuk memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera
setelah anak dapat melakukannya. Jika diterapkan dalam proses pembelajaran, ide
Scaffolding dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan dan menguraikan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Metode Inkuiri Terbimbing
a. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry”yang berarti pertanyaan atau
penyelidikan. Barlow dalam Muhibbin Syah (2005: 191) berpendapat bahwa:
Inkuiri merupakan proses penggunaan intelektual siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ke dalam sebuah tatanan penting menurut siswa. Tujuan utama inkuiri adalah mengembangkan ketrampilan intelektual, berfikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara alamiah.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa inkuiri merupakan salah
satu metode atau kegiatan penyajian materi pelajaran untuk memperoleh pengetahuan
yang dilakukan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui penyelidikan. Melalui metode ini siswa mempunyai
kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri yang dia butuhkan
untuk memecahkan masalah dengan mengembangkan ketrampilan intelektual dan
daya pikir kritis.
Trowbridge, Bybee dan Robert B. Sund dalam Ratna Wilis Dahar (1986:4)
mengatakan bahwa: “inkuiri adalah proses menemukan dan menyelidiki
masalah-masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisa dan menarik kesimpulan tentang pemecahan masalah”. Trowbridge,
Bybee dan Robert B. Sund dalam Paul Suparno (2007: 69) mengatakan bahwa:” the
essence of inquiry teaching is arranging the learning environment to facilitate student
centered instruction and giving sufficient guidance to ensure direction and success in
discovering scientific concept and principles”. Artinya bahwa pengajaran inkuiri
adalah mengatur lingkungan belajar untuk memudahkan pembelajaran yang berpusat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
keterarahan dalam menemukan prinsip dan konsep ilmiah. Salah satu cara yang dapat
digunakan oleh guru untuk membantu siswa agar terarah kepada tujuan pembelajaran
dan dapat menggunakan ingatannya adalah dengan pertanyaan atau diskusi sehingga
dapat mengembangkan perilaku inkuiri.
Meskipun para ahli menjelaskan secara berbeda-beda tentang metode
pembelajaran inkuiri sebagaimana tertera diatas, namun secara keseluruhan dapat
dijelaskan bahwa pembelajaran tersebut menggunakan proses sebagaimana
diungkapkan oleh Kindsvatter, Willen dan Ishler dalam Paul Suparno (2007: 65)
seperti berikut: “1) identifikasi masalah, 2) membuat hipotesis, 3) merancang
percobaan, 4) melakukan percobaan untuk mengumpulkan data, 5) menganalisis data,
6) mengambil keputusan “.
Trowbridge, Bybee dan Robert B. Sund dalam Momi Sahromi (1986: 55)
mengatakan bahwa: “ada tiga macam metode inkuiri yaitu inkuiri terbimbing (Guided
inquiry), inkuiri terbuka, bebas (Open Inquiry), dan inkuiri bebas termodifikasi
(Modified Free Inquiry)”. Yang dimaksud dengan inkuiri terbimbing adalah inkuiri
yang banyak dicampuri guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk
baik melalui prosedur yang lengkap maupun pertanyaan-pertanyaan pengarahan
selama proses inkuiri. Bahkan guru sudah punya jawaban sebelumnya, sehingga
siswa tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan
persoalan dan siswa diminta memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur yang
tertentu yang diarahkan oleh guru. Guru banyak memberikan pertanyaan di sela-sela
proses, sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil. Metode inkuiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
inkuiri. Dengan metode inkuiri terbimbing siswa tidak mudah bingung dan tidak
mengalami kegagalan dalam belajar karena guru terlibat penuh.
Metode inkuiri memiliki kebaikan-kebaikan antara lain: meningkatkan potensi
intelektual anak, menguasai melakukan penemuan, meningkatkan daya ingat,
membuat anak lebih aktif, membentuk dan mengembangkan konsep diri anak,
menambah tingkat harapan anak, mengembangkan bakat-bakat, menghindarkan siswa
dari belajar menghafal, memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi.
b. Tahapan Inkuiri Terbimbing
Tahapan inkuiri terbimbing antara lain sebagai berikut: 1). Perumusan
Masalah. Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin dialami atau
dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh
guru. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, dialami, dan
dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dengan jelas tujuan dari seluruh
proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu
diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai
kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa tidak semangat,
sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah mereka ketahui tidak menarik
minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan
siswa. 2). Menyusun hipotesis. Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk
mengajukan jawaban sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis.
Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru
mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu. Guru diharapkan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hipotesis yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah
nantinya akan kelihatan setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.
3). Mengumpulkan data. Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis
mereka benar atau tidak. 4). Menganalisis data. Data yang sudah dikumpulkan harus
dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk
mempermudah menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan,
diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam
suatu tabel. 5). Menyimpulkan. Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis,
kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil, kesimpulan,
kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesis kita diterima atau tidak.
Sintak inkuiri terbimbing disajikan pada tabel 2.1
Tabel 2.1: Sintak Inkuiri Terbimbing
No Langkah Pokok Aktivitas Pengajar Aktivitas siswa
1. Perumusaan
5. Menyimpulkan Ø Memacu proses penyimpulan
Ø Membimbing siswa dalam
mengambil kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c. Syarat agar inkuiri dapat berjalan baik
Agar inkuiri dapat berjalan dengan baik maka siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan hipotesisnya, menyusun eksperimen yang mau digunakan, dan
mencari informasi apapun yang dianggap perlu untuk memecahkan persoalan dalam
penelitiannya. Lingkungan atau suasana yang responsif ada laboratorium, komputer,
kelas, pustaka, dan sarana yang mendukung terjadinya proses inkuiri. Fokus
persoalan yang mau dialami harus jelas arahnya, dan dapat dipecahkan siswa. Dalam
inkuiri terbimbing persoalan memang harus sangat jelas. Bila muncul banyak
persoalan yang diajukan oleh siswa dengan melihat gejala yang ada, dapat dipilih
salah satu yang terpenting dan soal itu memang mungkin dipecahkan oleh siswa.
Sedangkan untuk inkuiri yang bebas, persoalan tidak perlu terarah dan tidak perlu
hanya diambil satu. Biarlah tiap kelompok siswa menentukan persoalannya sendiri.
Jadi agar inkuiri terbimbing dapat berjalan dengan baik perlu ada kerja sama yang
baik antara siswa dengan siswa dalam satu kelompok ataupun guru dengan siswa.
4. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab media diartikan sebagai
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Proses pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber
pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran itulah yang dikatakan sebagai media