MENINGKATKAN LITERASI MATEMATIS SISWA
MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES MATEMATIS (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
INDRIE NOOR AINI 1101664
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
MENINGKATKAN LITERASI MATEMATIS SISWA
MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES MATEMATIS (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
Oleh Indrie Noor Aini
S.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program StudiPendidikanMatematika
© Indrie Noor Aini, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
TesisDenganJudul
MENINGKATKAN LITERASI MATEMATIS SISWA
MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES MATEMATIS (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing: Pembimbing I
Prof. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. NIP 195909221983031003
Pembimbing II
Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes. NIP 19680511191011001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
ABSTRAK
Indrie Noor Aini (2013). Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematis Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah).
Penelitian ini didasarkan pada rendahnya literasi matematis yang menekankan pada kemampuan siswa untuk dapat menggunakan kemampuan matematisnya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses matematis. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pencapaian kemampuan literasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses matematis dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau dari keseluruhan siswa, untuk membandingkan peningkatan kemampuan literasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses matematis dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau dari keseluruhan siswa, untuk mengkaji ada tidaknya perbedaan peningkatan kemampuan literasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses matematis ditinjau dari kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah), serta untuk mengkaji ada tidaknya interaksi antara pembelajaran (pendekatan keterampilan proses matematis dan konvensional) dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan literasi matematis. Desain penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekuivalen sehingga diperoleh sampel siswa kelas VIII di salah satu MTs di Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis yang dipilih secara purposive. Instrumen penelitian meliputi tes literasi matematis dan angket skala sikap. Berdasarkan hasil analisis didapat informasi bahwa (1) Peningkatan literasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses lebih baik daripada yang memperoleh pembelajaran konvensional, (2) Pencapaian literasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, (3) Peningkatan literasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses matematis lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau pengetahuan awal matematis (tinggi, sedang dan rendah), (4) Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap peningkatan literasi matematis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
DAFTAR ISI
LEMBAR HAK CIPTA ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Pentingnya Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian... 9
F. Definisi Operasional ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Literasi Matematis ... 11
B. Pendekatan Keterampilan Proses ... 16
C. Pembelajaran Konvensional ... 21
D. Kaitan antara Pembelajaran dengan Pendekatan Keterampilan Proses dan Peningkatan Literasi Matematis ... 21
E. Teori Belajar yang Mendukung... 23
1. Teori Belajar Konstruktivisme ... 23
2. Teori Jerome S. Bruner ... 24
3. Teori Belajar Bermakna Ausubel ... 24
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
F. Penelitian yang Relevan ... 25
G. Hipotesis Penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN... 27
A. Desain Penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
C. Waktu Penelitian ... 29
D. Variabel Penelitian ... 29
E. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 30
1. Tes Pengetahuan Awal Matematis (PAM) ... 30
2. Tes Literasi Matematis ... 31
3. Skala Sikap Siswa ... 39
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 40
G. TEKNIK ANALISIS DATA ... 40
1. Analisis Data Hasil Tes Literasi Matematis ... 40
2. Analisis Data Skala Sikap ... 41
H. TAHAP PENELITIAN ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Hasil Penelitian ... 45
1. Literasi Matematis (LM) ... 45
2. Analisis Skala Sikap Siswa ... 65
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71
1. Model Pembelajaran ... 71
2. Pengetahuan Awal Matematis (PAM) ... 74
3. Peningkatan Literasi Matematis ... 75
4. Interaksi Pembelajaran dan PAM dalam Meningkatkan Literasi Matematis ... 76
5. Skala Sikap Siswa ... 77
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 77
A. Simpulan... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Proporsi Skor Sub-sub Komponen Konten yang diuji dalam Studi PISA ... 13
2.2 Komponen Proses ... 13
2.3 Proporsi Skor Sub-sub Komponen Konteks yang diuji dalam Studi PISA . 15 3.1 Data Siswa MTs. Al-Amin Puloerang ... 29
3.2 Data Guru MTs. Al-Amin... 29
3.3 Distribusi Siswa Berdasarkan Kategori PAM ... 30
3.4 Pedoman Penskoran Literasi Matematis ... 32
3.5 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 34
3.6 Tingkat Validitas Hasil Uji Coba Soal Literasi Matematis ... 35
3.7 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 36
3.8 Tingkat Validitas Hasil Uji Coba Soal Literasi Matematis ... 36
3.9 Klasifikasi Daya Pembeda ... 37
3.10 Tingkat Daya Pembeda Hasil Uji Coba Soal Literasi Matematis... 37
3.11 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 38
3.12 Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Soal Literasi Matematis... 39
3.13 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 41
3.14 Klasifikasi Presentasi Skala Sikap ... 42
4.1 Hasil Pretes, Postes dan N-gain Literasi Matematis ... 46
4.2 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Literasi Matematis ... 49
4.3 Hasil Uji Kesamaan Rataan Pretes Literasi Matematis ... 50
4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Postes Literasi Matematis ... 51
4.5 Hasil Uji Perbedaan Rataan Postes Literasi Matematis ... 52
4.6 Hasil Uji Normalitas N-Gain Literasi Matematis ... 54
4.7 Hasil Uji Perbedaan Rataan N-gain Literasi Matematis ... 56
4.8 Hasil Uji Normalitas N-gain Literasi Matematis ... 56
4.9 Hasil Uji Normalitas N-gain Berdasarkan PAM ... 59
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
4.11 Uji Anova Dua Jalur Peningkatan Literasi Matematis berdasarkan PAM
dan Pembelajaran ... 61
4.12 Uji Perbedaan Rataan N-gain Literasi Matematis Berdasarkan PAM dan
Pembelajaran... 64
4.13 Perbandingan Selisih Literasi Matematis antar Pembelajaran pada PAM .. 65
4.14 Klasifikasi Presentase Skala Sikap Siswa... 65
4.15 Hasil Perhitungan Skor Sikap Siswa untuk Indikator Menunjukkan Kesukaan
terhadap Pembelajaran Matematika dengan PKPM ... 66
4.16 Hasil Perhitungan Skor Skala Sikap Siswa untuk Indikator Tanggapan Siswa
terhadap Proses Pembelajaran dengan Menggunakan PKPM ... 67
4.17 Hasil Perhitungan Skor Skala Sikap Siswa untuk Indikator Menunjukkan
Motivasi terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan PKPM ... 68
4.18 Hasil Perhitungan Skor Sikap Siswa Siswa untuk Indikator Kemampuan
Literasi Matematis Siswa yang Diperoleh Selama Proses Pembelajaran
Berlangsung ... 69
4.19 Hasil Rekapitulasi Data Skala Sikap Siswa Secara Keseluruhan ... 70
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Diagram Alur Penelitian ... 44
4.1 Perbandingan Rataan Skor Pretes dan Postes Literasi Matematis ... 48
4.2 Rataan N-gain Literasi Matematis ... 53
4.3 Perbandingan Rataan N-gain Berdasarkan Pembelajaran dan Kategori
Pengetahuan Awal Matematis ... 57
4.4 Interaksi antara Pembelajaran dan Kategori PAM terhadap Peningkatan
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A.1 Silabus ... 84
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 86
A.3 Lembar Aktivitas Siswa ... 107
A.4 Soal Tes Literasi Matematis ... 132
A.5 Skala Sikap Siswa ... 134
A.6 Soal Pengetahuan Awal Siswa... 136
B.1 Skor Uji Coba Tes Literasi ... 141
B.2 Analisis Hasil Uji Coba Tes Literasi Matematis ... 142
C.1 Kategori Pengetahuan Awal Siswa ... 145
C.2 Skor Pretes, Postes dan N-gain ... 147
C.3 Analisis Data dan Uji Statistik ... 151
C.4 Distribusi Jawaban Skala Sikap Siswa ... 159
D.1 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 161
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap
jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
rangka mengembangkan kemampuan siswa, karena matematika merupakan sarana
berpikir ilmiah yang memegang peranan penting dalam usaha mengembangkan
ilmu dan teknologi guna kesejahteraan manusia.
Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 37
menegaskan bahwa pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran
wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal ini berkenaan
dengan fungsi mata pelajaran matematika yaitu: 1) Menata dan meningkatkan
ketajaman penalaran siswa, sehingga dapat memperjelas penyelesaian masalah
dalam kehidupan sehari-hari, 2) Melatih kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan dan simbol-simbol, 3) Melatih siswa untuk selalu
berorientasi pada kebenaran dengan mengembangkan sikap logis, kritis, kreatif,
objektif, rasional, cermat, disiplin dan mampu bekerja sama secara efektif, dan 4)
Melatih siswa selalu berpikir secara teratur, sistematis dan terstruktur dalam
konsepsi yang jelas.
Senada dengan hal tersebut, tujuan pembelajaran matematika di Indonesia
termuat dalam Standar Isi. Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP,
2006) tertulis mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs matematika bertujuan
agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
2
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki keingintahuan, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Apabila dicermati, dalam tujuan mata pelajaran matematika tersebut
terlihat bahwa kurikulum yang disusun sudah memperhatikan aspek
pengembangan literasi matematis. Literasi matematis adalah kemampuan
seseorang untuk merumuskan, menerapkan dan menafsirkan matematika dalam
berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis
dan menggunakan konsep, prosedur dan fakta untuk menggambarkan,
menjelaskan atau memperkirakan fenomena atau kejadian.
Pengertian yang lebih luas dari pernyataan di atas terkait literasi matematis
menurut Kusumah (2010) adalah bahwa literasi matematis mengandung
kemampuan menyusun serangkaian pertanyaan, merumuskan, memecahkan, dan
menafsirkan permasalahan yang didasarkan pada konteks yang ada. Agar menjadi
orang yang memiliki literasi matematis, siswa perlu memiliki seluruh kompetensi
ini meskipun mungkin dalam derajat yang berbeda-beda. Selain itu siswa juga
harus percaya diri dalam menggunakan matematika dengan kemampuan yang
dimiliki, sehingga merasa senang dan yakin saat melakukan
perhitungan-perhitungan dan menggunakan ide-ide matematis (kuantitatif). Kompetensi
lainnya yang harus dimiliki adalah kemampuan menghargai (apresiasi)
matematika ditinjau dari aspek historis, filosofis, dan sosial.
Menurut Niss (Kusumah : 2010), literasi matematis mencakup 5
kemampuan dasar, yakni: (1) penalaran dan berfikir matematis, (2) argumentasi
matematis, (3) komunikasi matematis, (4) pemodelan, (5) pengajuan dan
3
Kusumah (2010) menyatakan bahwa dalam hidup di abad modern ini,
semua orang perlu memiliki literasi matematis untuk digunakan saat menghadapi
berbagai permasalahan, karena literasi matematis sangat penting bagi semua orang
terkait dengan pekerjaan dan tugasnya dalam kehidupan sehari-hari. Di zaman
modern ini, kita tidak hanya membutuhkan literasi matematis sebatas pemahaman
aritmetik, tapi juga membutuhkan literasi matematis dalam hal penalaran dan
pemecahan masalah matematis, karena begitu banyak permasalahan yang
dihadapi.
Pentingnya literasi matematis ini, ternyata belum sejalan dengan prestasi
siswa Indonesia di mata Internasional. Penguasaan literasi matematis belum
sepenuhnya tercapai. Hal ini ditunjukkan oleh hasil Programme for International
Students Assessment (PISA) yang mengukur kemampuan anak usia 15 tahun
dalam literasi membaca, matematika, dan sains. Pada tahun 2009 bahkan
Indonesia menempati peringkat ke 61 dari 65 peserta. Literasi matematis dalam
PISA fokus kepada kemampuan siswa dalam menganalisis, memberikan alasan,
dan menyampaikan ide secara efektif, merumuskan, memecahkan, dan
menginterpretasi masalah-masalah matematika dalam berbagai bentuk dan situasi.
Secara lebih khusus, soal-soal yang diujikan dalam PISA terdiri atas konten ruang
dan bentuk, perubahan dan hubungan, bilangan, dan probabilitas. Penilaian yang
digunakan adalah fokus kepada masalah-masalah dalam kehidupan nyata, di luar
dari situasi atau masalah yang sering di bahas di kelas.
Literasi matematis sendiri terdiri atas 6 level, di mana masing-masing level
mengukur tingkat pengetahuan matematis yang berbeda. Semakin tinggi level,
semakin kompleks pengetahuan yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang
diberikan. Soal yang paling mudah disusun untuk mengetahui pencapaian dalam
kompetensi reproduksi, sedangkan soal yang sulit dibuat untuk menguji
kompetensi refleksi. Diantara keduanya disusun soal untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam kompetensi koneksi. Pada skala paling bawah soal
disusun sedemikian rupa dengan konteks yang sangat dikenal siswa dengan
operasi matematika yang sederhana. Berdasarkan OECD (2010), dalam setiap
4
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
peringkat level dua ke bawah. Ini mengisyaratkan bahwa literasi matematis siswa
di Indonesia hanya sampai pada kemampuan reproduksi, yaitu kemampuan
pengoperasian matematika dalam konteks yang sederhana. Hal ini diduga menjadi
penyebab rendahnya peringkat Indonesia dalam PISA.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan rendahnya
literasi siswa terletak pada lemahnya kemampuan menjawab soal literasi level 3
sampai level 6. Artinya, siswa belum mampu menginterpretasikan kemampuan
matematis dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai konteks. Hal ini terkait
dengan kemampuan bernalar, berargumentasi, komunikasi, pemodelan, koneksi
dan pemecahan masalah matematis itu sendiri serta kemampuan
merepresentasikan yang belum dimiliki oleh siswa di Indonesia.
Selain secara umum literasi matematis yang rendah, level kemampuan
akademik siswa di kelas pun beragam. Hal ini menentukan bagaimana metode
pembelajaran yang diberikan guru pengaruhnya terhadap kemampuan siswa.
Diduga siswa berkemampuan tinggi akan dapat meningkat hasil belajarnya
dengan menggunakan metode pembelajaran apapun, namun hal sebaliknya terjadi
pada siswa berkemampuan rendah. Sehingga dalam penelitian ini akan dilihat
bagaimana pengetahuan awal matematis (PAM) siswa berpengaruh terhadap
metode pembelajaran yang akan diberikan terhadap literasi matematis. Pemberian
tes pengetahuan awal matematis siswa bertujuan untuk mengetahui kemampuan
siswa sebelum pembelajaran dan untuk mengetahui kesetaraan antara kelompok
keterampilan proses dan kelompok konvensional. Ini dilakukan untuk penempatan
siswa berdasarkan kemampuan matematisnya.
Menumbuhkan literasi matematis pada siswa harus didukung oleh suasana
belajar yang baik. Seorang guru hendaknya dapat menciptakan suasana belajar
yang memungkinkan bagi siswa untuk secara aktif belajar dengan mengkontruksi,
menemukan dan mengembangkan pengetahuannya. Mengajar matematika tidak
sekedar menyusun urutan informasi, tetapi perlu meninjau relevansinya bagi
kegunaan dan kepentingan siswa dalam kehidupannya. Dengan belajar
5
mengkomunikasikan ide-ide yang muncul dalam benak siswa, serta diharapkan
siswa memiliki kemampuan matematis agar dapat mencapai hasil yang baik.
Mencermati masalah di atas, maka diperlukan alternatif metode dan
pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa memiliki keleluasaan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga mampu mencapai aspek
berpikir tingkat tinggi. Adanya keleluasaan dalam menemukan permasalahan
menandakan bahwa kecenderungan siswa untuk benar-benar menikmati
pembelajaran, merangsang ketertarikan dan rasa penasaran serta tantangan untuk
dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya menjadi sangat terbuka dan
sangat mungkin diwujudkan. Dengan cara seperti itu, tentu tujuan pembelajaran
yang mengarah kepada meningkatnya literasi matematis siswa diharapkan akan
dapat tercapai secara optimal.
Alternatif pendekatan pembelajaran sebagai upaya meningkatkan literasi
matematis siswa yaitu pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses.
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan
kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada keterlibatan siswa secara aktif dan
kreatif dalam proses perolehan hasil belajar (Conny, 1985). Pendekatan
keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang sesuai dengan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini.
Pendekatan keterampilan proses ini berbeda dengan pendekatan konvensional,
karena di dalam pembelajaran dengan pendekatan konvensional, guru hanya
memberikan materi pelajaran yang berfokus pada pemberian konsep-konsep,
informasi dan fakta yang sebanyak-banyaknya pada siswa. Akibatnya, hasil
belajar yang diperoleh siswa pun hanya sebatas pada aspek pengetahuan saja,
sedangkan aplikasinya belum tentu dapat dilakukan.
Dimyati (2010) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
siswa. 1) Pendekatan keterampilan proses memberikan pengertian yang tepat pada
siswa tentang hakikat ilmu pengetahuan, 2) Mengajar dengan keterampilan proses
6
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita, dan 3) Menggunakan
keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar
proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Hal ini diperkuat oleh Rohaeti (2008) yang menyatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis matematis siwa yang memperoleh pembelajaran
melalui pendekatan keterampilan proses lebih baik dari pada yang mendapatkan
pembelajaran konvensional. Adapun kemampuan berpikir kritis matematis adalah
bagian dari literasi matematis.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan
keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang mengarah pada
pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik dan sosial untuk
menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui
proses pembelajaran yang telah mengaktifkan siswa sehingga mampu
menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa. Hal ini sejalan
dengan indikator yang ingin dicapai dalam peningkatan literasi matematis siswa.
Sehingga melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan
proses ini diduga dapat meningkatkan literasi matematis siswa.
Pada saat proses pembelajaran sikap terhadap pelajaran matematika juga
merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa
dalam belajar matematika. Sikap ini merujuk kepada status mental seseorang yang
dapat bersifat positif maupun negatif. Menurut Ruseffendi (2006) siswa yang
mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, menyelesaikan tugas dengan baik,
berpartispasi aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas rumah dengan tuntas
dan selesai pada waktunya, dan merespon dengan baik tantangan dari bidang studi
menunjukkan bahwa siswa itu berjiwa atau bersikap positif.
Berdasarkan pada subyek yang diteliti oleh PISA yakni siswa usia 15
tahun, maka penelitian ini difokuskan pada jenjang sekolah menengah pertama. Di
Indonesia, jenjang sekolah menengah pertama ada 2 jenis, yaitu SMP yang berada
di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan dan MTs
yang berada di bawah naungan Departemen Agama. Dengan demikian, secara
7
dengan SMP. Sebagaimana telah diperjelas oleh Muttaqien (2010) bahwa pada
dasarnya MTs adalah bagian dari pendidikan umum dengan karakternya yang
“religious oriented”. Merujuk pada kesetaraan antara MTs dan SMP, maka penelitian ini dilakukan di MTs.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti mencoba
melihat pengaruh pendekatan keterampilan proses matematis untuk meningkatkan
literasi matematis siswa. Sebagai realisasinya, penulis menuangkan permasalahan
tersebut dalam judul penelitian “Meningkatkan Literasi Matematis Siswa melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pencapaian literasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan pendekatan keterampilan proses matematis lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau dari keseluruhan
siswa?
2. Apakah peningkatan literasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan pendekatan keterampilan proses matematis lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau dari keseluruhan
siswa
3. Apakah peningkatan literasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan pendekatan keterampilan proses matematis lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau dari pengetahuan
awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah)?
4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan keterampilan
proses matematis dan konvensional) dan pengetahuan awal matematis (tinggi,
sedang, dan rendah) terhadap peningkatan literasi matematis?
5. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan
8
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, penelitian ini mempunyai
tujuan untuk :
1. Membandingkan pencapaian literasi matematis siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses matematis dengan siswa
yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau dari keseluruhan
siswa.
2. Membandingkan peningkatan literasi matematis siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses matematis dengan siswa
yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau dari keseluruhan
siswa.
3. Membandingkan peningkatan literasi matematis siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses matematis ditinjau dari
kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah).
4. Mengkaji ada tidaknya interaksi antara pembelajaran (pendekatan keterampilan
proses matematis dan konvensional) dan kemampuan awal matematis (tinggi,
sedang, dan rendah) terhadap peningkatan literasi matematis.
5. Mengkaji sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
proses matematis.
D. Pentingnya Penelitian
Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Literasi Matematis Siswa melalui
Pendekatan Keterampilan Proses Matematis” penting untuk diteliti, karena
berdasarkan pengetahuan penulis, hasil penelitian yang menganalis apakah
pendekatan keterampilan proses dapat diterapkan dalam meningkatkan
kemampuan literasi matematis siswa belum ada, khususnya siswa Madrasah
Tsanawiyah.
Penerapan pendekatan keterampilan proses akan dibandingkan dengan
pendekatan konvensional. Selanjutnya data yang diperoleh dalam penelitian ini
akan dianalisa secara kuantitatif yang didukung oleh data hasil observasi. Hasil
9
di sekolah khususnya pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan literasi
matematis siswa. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengalaman kepada guru di sekolah tentang suatu pendekatan pembelajaran yang
dapat mendorong siswa untuk bisa mengamati, mengklasifikasikan,
mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi dan menyimpulkan.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan proses matematis
dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa dalam menggali dan
meningkatkan literasi matematis.
2. Siswa memperoleh pengalaman langsung, mengenal adanya kebebasan dalam
belajar matematika secara aktif dan konstruktif melalui pembelajaran sesuai
perkembangan berfikirnya sehingga dapat meningkatkan literasi matematis.
3. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses matematis memiliki
landasan teoritik yang berakar pada teori-teori belajar kontruktivisme mengenai
belajar dan pembelajaran. Melalui penelitian ini diharapkan pembelajaran
dengan pendekatan keterampilan proses matematis menjadi salah satu produk
pendekatan pembelajaran yang perlu dikembangkan terutama oleh peneliti,
pakar pendidikan, pemerintah dan khususnya bagi guru. Guru dapat
menggunakan hasil penelitian dalam membimbing siswa mengoptimalisasikan
literasi dan menerapkan pendekatan keterampilan proses matematis dalam
berbagai pokok bahasan matematika lainnya.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah
yang terdapat pada penelitian ini, penulis menerapkan beberapa definisi
operasional yaitu :
1. Literasi matematis adalah kemampuan seseorang untuk merumuskan,
10
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep,
prosedur, dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan
fenomena atau kejadian.
2. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sebagai derajat sikap
positif atau sikap negatif terhadap suatu objek psikologi atau juga perasaan
mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak pada proses pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses.
3. Pendekatan keterampilan proses matematis adalah kegiatan pembelajaran yang
melibatkan berbagai jenis keterampilan proses matematis dalam memperoleh,
memproses dan menerapkan hasil belajar.
4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan guru.
Salah satu ciri dari model pembelajaran konvensional adalah guru jarang
melibatkan pengaktifan pengetahuan awal dan jarang memotivasi siswa untuk
proses pengetahuannya. pembelajaran yang diawali oleh guru dengan
pemberian tujuan pembelajaran, menerangkan konsep, memberikan
contoh-contoh soal, jika ada soal yang tidak dipahami siswa diberikan kesempatan
bertanya, kemudian diberikan soal-soal sejenis, kemudian guru meminta salah
seorang siswa mengerjakan di papan tulis dan diakhiri dengan pemberian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
pendekatam keterampilan proses matematis terhadap peningkatan literasi
matematis siswa. Dalam penelitian ini, perlakuan pada kelas keterampilan proses
dan kelas konvensional diatur sehingga terdapat suatu kondisi yang
mengakibatkan hubungan sebab akibat. Karena penelitian tidak memungkinkan
mengambil sampel secara acak, maka metode penelitian ini digunakan metode
eksperimen semu dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen (Ruseffendi,
2005: 53). Diagram desainnya berbentuk:
Kelas Eksperimen : X
Kelas Kontrol :
Keterangan:
: Tes yang diberikan untuk mengetahui literasi matematis siswa
(pretes = postes)
X : Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses
matematis
: Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Pada desain ini, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti
menerima keadaan subjek seadanya. Langkah awal pada penelitian ini adalah
pemilihan dua kelas dari empat kelas yang tersedia. Dari dua kelas yang sudah
terpilih, ditentukan secara acak kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan
kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan keterampilan
proses matematis dan kelas kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok siswa
yang pembelajarannya tidak menggunakan pendekatan keterampilan proses
matematis (konvensional).
Untuk mengetahui peningkatan literasi matematis, pada kedua kelas
28
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
sama dengan soal-soal pada postes. Skor pretes digunakan untuk melihat
kesetaraan kemampuan awal yang dimiliki siswa di kedua kelas tersebut,
sedangkan skor postes bertujuan untuk melihat pengaruh yang diberikan oleh
suatu pembelajaran terhadap kemampuan yang akan diukur. Dari kedua tes
tersebut dapat ditentukan nilai gain ternormalisasi (N-Gain) sehingga nilai
tersebut dapat dianalisis untuk menentukan ada tidaknya perbedaan peningkatan
kemampuan secara signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam
penelitian ini yang melakukan pembelajaran pada seluruh kelompok adalah
peneliti sendiri. Hal ini agar peneliti dapat terlibat langsung dalam penelitian dan
dapat merasakan hal yang terjadi yang sesungguhnya di lapangan.
Untuk melihat secara lebih mendalam pengaruh implementasi pendekatan
keterampilan proses terhadap literasi matematis siswa maka dalam penelitian ini
dilibatkan faktor kategori pengetahuan awal matematika siswa (atas, tengah,
bawah).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa MTs Al-Amin
Puloerang Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat tahun
ajaran 2012/2013. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2007: 68). Informasi awal dalam pemilihan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan dari guru bidang studi matematika sebelumnya.
Berdasarkan teknik tersebut diperoleh subyek penelitian sebanyak dua kelas yaitu
kelas VIII A sebagai kelas eksperimen sebanyak 35 siswa dan kelas VIII B
sebagai kelas kontrol sebanyak 35 siswa.
Pertimbangan dalam pemilihan subyek penelitian tersebut diantaranya : (1)
Sekolah yang hendak dilakukan penelitian merupakan sekolah yang memiliki
peringkat sedang, sehingga cocok dilakukan penelitian tentang literasi matematis;
(2) Di sekolah tersebut juga belum pernah dilakukan penelitian tentang literasi
matematis siswa; (3) Letaknya berdekatan dan mudah dijangkau; (4) Memiliki
29
prasarana yang relatif lengkap. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dimaksudkan
agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Berikut disajikan
profil MTs. Al-Amin Puloerang:
Tabel 3.1
Data Siswa MTs. Al-Amin Puloerang (dalam 3 Tahun Terakhir)
Tahun Pelajaran
Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9 Jumlah Jml Siswa Jumlah Rombel Jml Siswa Jumlah Rombel Jml Siswa Jumlah Rombel Jml Siswa Jumlah Rombel
‘10 –‘11 104 4 76 3 60 3 240 10
‘11 –‘12 127 4 104 4 76 3 307 11
‘12 –‘13 120 4 113 4 97 4 330 12
Tabel 3.2
Data Guru MTs. Al-Amin Puloerang
Data Guru Jumlah Ket
Guru PNS DPK 1 -
Guru Tetap 24 -
Stap Tata Usaha 2 -
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari – Juni 2013 dengan rincian
sebagai berikut:
Januari – Februari : Tahap Persiapan
Maret – April : Pembelajaran (Pretes, Pembelajaran, Postes)
Mei – Juni : Pengolahan dan analisis data serta penulisan laporan
D. Variabel Penelitian
Data yang akan dikumpulkan berupa data skor tes literasi matematis dan
data mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan
keterampilan proses. Variabel kontrol yang juga menjadi perhatian dalam
penelitian ini adalah kategori pengetahuan awal matematika (PAM) siswa yaitu
kategori atas, tengah dan bawah. Kelompok PAM siswa adalah tingkat kedudukan
siswa yang didasarkan pada hasil skor dari tes PAM dalam satu kelas. Kelompok
PAM dibagi kedalam tiga kelompok yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah.
Kelompok PAM tinggi 30% dari keseluruhan siswa, kelompok PAM sedang 40%
30
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
Adapun variabel penelitian melibatkan tiga jenis variabel yakni variabel bebas
yaitu pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses, sedangkan variabel
terikat yaitu literasi matematis siswa serta variabel kontrol yaitu kategori
pengetahuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, rendah).
E. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen, yaitu jenis tes dan
non-tes. Instrumen jenis tes adalah instrumen literasi matematis sedangkan instrumen
jenis non-tes adalah skala sikap siswa. Masing-masing jenis instrumen tersebut
diuraikan sebagai berikut:
1. Tes Pengetahuan Awal Matematis (PAM)
Pengetahuan awal matematis siswa adalah pengetahuan yang dimiliki
siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Pengetahuan awal matematis siswa
diperoleh melalui seperangkat soal tes dengan materi yang sudah dipelajari di
kelas VII dan kelas VIII semester I. Pemberian tes pengetahuan awal matematis
siswa bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran dan
untuk mengetahui kesetaraan antara kelompok keterampilan proses dan
kelompok konvensional. Ini dilakukan agar sebelum diberikan perlakuan kedua
kelompok pada masing-masing sampel penelitian dalam kondisi awal yang sama
dan digunakan juga untuk penempatan siswa berdasarkan kemampuan
matematisnya. Sedangkan penskoran terhadap jawaban siswa untuk tiap butir
soal dilakukan dengan aturan untuk setiap jawaban benar diberi skor 1, dan
untuk setiap jawaban salah atau tidak menjawab diberi skor 0.
Berdasarkan skor pengetahuan awal matematika yang diperoleh, siswa
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu siswa kelompok tinggi, sedang
dan rendah dengan perbandingan 30%, 40% dan 30% (Dahlan, 2004).
Tabel 3.3
Distribusi Siswa Berdasarkan Kategori PAM
Kelompok % Siswa Pembelajaran Total
KPM Konvensional
Tinggi 30% × 35 11 11 22
31
Rendah 30% × 35 11 11 22
2. Tes Literasi Matematis
Tes untuk melihat literasi matematis ini diberikan kepada siswa sebelum
dan sesudah pembelajaran terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pemilihan bentuk soalnya berupa tes uraian yang bentuk soalnya
memuat aspek-aspek literasi matematis. Selain itu dipilihnya tes berbentuk
uraian dimaksudkan agar dapat terlihat kemampuan menganalisis argumen serta
kemampuan melakukan dan mempertimbangkan induksi dalam proses
menjawab soal-soal yang diberikan. Dalam penyusunannya diawali dengan
pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup sub pokok bahasan, kemampuan yang
diukur, indikator serta jumlah butir soal dan kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan soal-soal beserta kunci jawaban dan aturan pemberian skor untuk
masing-masing butir soal. Adapun kriteria pemberian skornya berpedoman pada
tabel 3.4 yang diadaptasi dari Quasar General Rubric.
Langkah selanjutnya, sebelum digunakan untuk pretes dan postes
instrumen yang dijadikan alat ukur tersebut diuji validitas isi dan validitas
mukanya oleh dosen pembimbing dan beberapa ahli. Validitas isi ditetapkan
berdasarkan kesesuaian antara kisi-kisi soal dengan butir soal, sedangkan
validitas muka lebih ditekankan pada tata bahasa, tampilan (penyajian)
butir-butir soal. Termasuk keterbacaan soal untuk mengetahui apakah soal-soal
tersebut dapat dipahami dengan baik atau tidak.
Kemudian sebagai langkah analisis empiris untuk mengetahui validitas
butir soal realibilitas tes, daya serap pembeda butir soal, dan tingkat kesukaran
butir soal instrumen diujicobakan kepada siswa kelas IX pada sebuah sekolah
yang sama, dengan pertimbangan bahwa siswa tersebut telah memperoleh
materi yang akan disampaikan. Seluruh lembar jawaban siswa dinilai sesuai
dengan aturan penilaian. Data hasil uji coba instrumen dianalisis dan
perhitungannya menggunakan program Anates 4.0.
a. Analisis Validitas Tes
Menurut Arikunto (2006), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan
32
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengamatan. dari hasil tersebut akan
diperoleh validitas teoritik dan validitas empirik.
Tabel 3.4
Pedoman Penskoran Literasi Matematis Siswa
Kemampuan yang diujikan pada Komponen Proses
Skor Mampu merumuskan masalah secara matematis
Mampu menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran
dalam matematika Menafsirkan (interpret) matematika untuk memecahkan masalah Respon Siswa Tidak Menjawab
Tidak ada jawaban, kalaupun ada menunjukan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa.
Salah sama sekali/tidak menjawab sama sekali. 0
Salah merumuskan masalah secara matematis
Menggunakan informasi yang tidak relevan, gagal mengidentifikasi bagian yang penting, strategi yang
digunakan tidak tepat, fakta yang diberikan tidak lengkap, susah diidentifikasi atau tidak sistematis.
Memberikan hasil akhir, tetapi tidak memberikan alasan/penjelasan sama
sekali. 1
Benar dalam merumuskan masalah secara matematis tetapi tidak lengkap
Mengidentifikasi beberapa bagian penting dalam permasalahan tetapi hanya menunjukan sedikit pemahaman akan hubungan kedua bagian tersebut, menunjukan fakta dari proses perhitungan tetapi kurang lengkap dan tidak sistematis.
Memberikan ilustrasi melalui
model/mengetahui fakta/mengetahui sifat serta hubungan-hubungan dari fakta-fakta yang ada, dan dapat menafsirkan tetapi lemah argumennya.
2
Benar merumuskan masalah secara matematis
Menggunakan informasi yang relevan, mengidentifikasi beberapa bagian dan menunjukan secara general hubungan antara bagian-bagian tersebut, memberikan fakta-faktayang jelas dalam proses perhitungan dan sistematis, jawaban mendekati benar.
Memberikan ilustrasi melalui
model/mengetahui fakta/mengetahui sifat serta hubungan-hubungan dari fakta-fakta yang ada, dan memberikan argumen yang kuat untuk menarik suatu kesimpulan.
3
Menggunakan informasi yang relevan, mengidentifikasi semua bagian yang penting dan menunjukan secara general hubungan antara bagian-bagian tersebut, memberikan fakta-fakta yang jelas dalam proses perhitungan, sistematis, dan jawaban benar.
4
33
1) Validitas Teoritik
Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada
kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan teori dan aturan yang ada. Pertimbangan terhadap soal tes
kemampuan literasi matematis yang berkenaan dengan validitas isi dan
validitas muka diberikan oleh ahli.
Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau
dari segi materi yang dievaluasikan (Suherman, 2001). Validitas isi
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi
pelajaran yang telah diajarkan. Apakah soal pada instrumen penelitian
sesuai atau tidak dengan indikator.
Validitas muka dilakukan dengan melihat keabsahan susunan kalimat
atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya dan tidak salah
tafsir. Jadi suatu instrumen dikatakan memiliki validitas muka yang baik
apabila instrumen tersebut mudah dipahami maksudnya sehingga siswa
tidak mengalami kesulitan ketika menjawab soal.
Sebelum tes tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan validitas
muka dan validitas isi instrumen oleh para ahli yang berkompeten. Uji
coba validitas isi, validitas muka dan validitas konstruk untuk soal tes
literasi matematis dilakukan oleh 3 orang penimbang. Untuk mengukur
validitas isi, pertimbangan didasarkan pada kesesuaian soal dengan kriteria
aspek-aspek pengetahuan awal matematika siswa dan kesesuaian soal
dengan materi ajar matematika SMP kelas VIII, dan sesuai dengan tingkat
kesulitan siswa kelas tersebut. Untuk mengukur validitas muka,
pertimbangan didasarkan pada kejelasan soal tes dari segi bahasa dan
redaksi.
Instrumen tes dinyatakan sudah memenuhi validitas isi, validitas muka
dan validitas konstruk kemudian secara terbatas diujicobakan kepada lima
orang siswa di luar sampel penelitian yang telah menerima materi yang
diteskan. Tujuan dari uji coba terbatas ini adalah untuk mengetahui tingkat
34
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
soal tersebut dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Hasil uji coba
terbatas, ternyata diperoleh gambaran bahwa semua soal tes dipahami
dengan baik. Kisi-kisi soal, perangkat soal, dan kunci tes literasi matematis
tersebut.
2) Validitas Empirik
Validitas empirik adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu.
Kriteria ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien
validitas alat evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi produk
momen dengan menggunakan angka kasar (Arikunto, 2003) yaitu:
r xy ∑ ∑ ∑
√ ∑ –(∑ } ∑ ∑
Keterangan :
rxy = Koefisian validitas
X = Skor tiap butir soal Y = Skor total
N = Jumlah subyek
Menurut (Suherman, 2003) klasifikasi koefisien validitas sebagai
berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisian Validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,90 ≤ rxy≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 ≤ rxy < 0,90 Tinggi
0,40 ≤ rxy < 0,70 Cukup
0,20 ≤ rxy < 0,40 Rendah
0,00 ≤ rxy < 0,20 Sangat rendah
rxy≤ 0,00 Tidak valid
Selanjutnya uji validitas tiap item instrumen dilakukan dengan
membandingkan dengan nilai kritis (nilai tabel). Tiap item tes
dikatakan valid apabila pada taraf signifikasi didapat
. Untuk pengujian signifikansi koefisien korelasi pada penelitian ini
digunakan uji t sesuai pendapat Sudjana (2005) dengan rumus sebagai
35
t = √
Keterangan:
: koefisien korelasi product moment pearson n : banyaknya siswa
Setelah instrumen dinyatakan memenuhi validitas isi dan validitas
muka, kemudian soal tes kemampuan literasi matematis matematis
tersebut dujicobakan secara empiris kepada 30 orang siswa kelas IX MTs.
Al-Amin Puloerang. Tujuan uji coba empiris ini adalah untuk mengetahui
tingkat reliabilitas dan validitas butir soal tes. Data hasil uji coba soal tes
serta validitas butir soal selengkapnya ada pada Lampiran. Perhitungan
validitas butir soal menggunakan software Anates V.4 For Windows.
Untuk validitas butir soal digunakan korelasi product moment dari Karl
Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal dengan skor total. Hasil validitas
butir soal literasi matematis disajikan pada Tabel 3.6 berikut.
Berdasarkan hasil perhitungan validitas dari soal uji coba literasi
matematis adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6
Tingkat Validitas Hasil Uji Coba Soal Literasi Matematis
Nomor Urut Nomor Soal Koefisien Kategori Kriteria
1 1 0,649 Tinggi Valid
2 2 0,551 Cukup Valid
3 3 0,649 Tinggi Valid
4 4 0,551 Cukup Valid
5 5a 0,486 Cukup Valid
6 5b 0,616 Tinggi Valid
7 6a 0,889 Sangat Tinggi Valid
8 6b 0,633 Tinggi Valid
Catatan: rtabel(α = 5%) = 0,374 dengan dk = 28
b. Analisis Reliabilitas
Analisis keandalan soal yang kedua adalah reliabilitas. Maksudnya suatu
alat ukur dikatakan reliabel, apabila alat tersebut konsisten memberikan
informasi yang sesuai dengan kenyataan. Rumus yang digunakan untuk
36
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
[ ] ∑
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
∑ i2 = jumlah varians skor tiap–tiap item
t2 = varians total
n = banyaknya soal
Menurut Suherman (2001: 156) ketentuan klasifikasi koefisien reliabilitas
sebagai berikut:
[image:30.595.120.514.108.606.2]Tabel 3.7
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Besarnya nilai r11 Interpretasi
0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r11≤ 0,60 Cukup
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah
r11≤ 0,20 Sangat rendah
Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak maka
dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus alpha-croncbach dengan
bantuan program Anates V.4 for Windows. Pengambilan keputusan yang
dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Jika rhitung > rtabel
maka soal reliabel, sedangkan jika rhitung≤ rtabel maka soal tidak reliabel.
Maka untuk α = 5% dengan derajat kebebasan dk = 28 diperoleh harga rtabel 0,374. Hasil perhitungan reliabilitas dari uji coba instrumen diperoleh
rhitung = 0,81. Artinya soal tersebut reliable karena 0,81 > 0,374 dan termasuk
kedalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dari
soal uji coba literasi matematis adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8
Tingkat Reliabilitas Uji Coba Soal Literasi Matematis
rhitung rtabel Kriteria Kategori
37
Hasil analisis menunjukkan bahwa soal literasi matematis telah memenuhi
karakteristik yang memadai untuk digunakan dalam penelitian.
c. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda menunjukkan kemampuan soal tersebut membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Untuk
memperoleh kelompok atas dan kelompok bawah maka dari seluruh siswa
diambil 27% yang mewakili kelompok atas dan 27% yang mewakili
kelompok bawah. Analisis daya pembeda pada penelitian ini digunakan
program Anates 4.0, dan daya pembeda uji coba soal kemampuan literasi
matematis didasarkan pada klasifikasi yang dipaparkan berikut ini (Suherman
dan Sukjaya, 1990, h.202).
[image:31.595.116.512.214.711.2]Tabel 3.9
Klasifikasi Daya Pembeda
Kriteria Daya Pembeda Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran, daya pembeda dari hasil uji
coba soal literasi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Tingkat Daya Pembeda
Hasil Uji Coba Soal Literasi Matematis
No Urut No Soal DP Interpretasi
1 1 0,275 Cukup
2 2 0,210 Cukup
3 3 0,287 Cukup
4 4 0,350 Cukup
5 5a 0,175 Jelek
6 5b 0,300 Cukup
7 6a 0,350 Cukup
38
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
Dari tabel di atas, didapat daya pembeda dengan klasifikasi baik sebanyak
1 soal, yaitu soal no 6b, klasifikasi cukup sebanyak 6 soal yaitu soal nomor 1,
2, 3, 4, 5b dan 6a, sedangkan untuk klasifikasi jelek sebanyak 1 soal yaitu
nomor 5a. Hal tersebut menunjukkan bahwa soal-soal tersebut sudah bisa
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah, kecuali soal no 5a. Oleh karena itu soal no 5a tidak
akan digunakan untuk instrumen penelitian.
d. Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Analisis butir soal pada instrumen diperlukan untuk mengetahui derajat
kesukaran dalam butir soal yang kita buat. Butir-butir soal dikatakan baik,
jika butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.
Dengan kata lain derajat kesukarannya sedang atau cukup. Menurut
Surapranata (2009), tingkat kesukaran untuk soal uraian dihitung dengan
rumus sebagai berikut.
∑
Keterangan:
TK = Tingkat Kesukaran
∑ = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar pada soal tersebut = Skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran
N = Jumlah siswa
Menurut Suherman (2001: 170) klasifikasi tingkat kesukaran soal sebagai
[image:32.595.118.515.281.730.2]berikut:
Tabel 3.11
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Kriteria Tingkat Kesukaran Klasifikasi
TK = 0,00 Soal Sangat Sukar
0,00 TK 0,3 Soal Sukar
0,3 TK ≤ 0,7 Soal Sedang
0,7 TK ≤ 1,00 Soal Mudah
39
Tabel 3.12 merupakan hasil uji coba untuk tingkat kesukaran dengan
menggunakan bantuan software Anates V.4 For Windows.
Dari hasil uji coba instrumen di atas diperoleh 1 soal dengan kriteria
tingkat kesukaran mudah yaitu soal nomor 1. Ini berarti semua siswa
kelompok atas maupun kelompok bawah menjawab soal tersebut dengan
benar. Kondisi ini terjadi karena soal tersebut terlalu mudah, sehingga semua
siswa yang rendahpun bisa menjawabnya dengan benar. Untuk kriteria
tingkat kesukaran sedang sebanyak 6 soal, yaitu soal nomor 2, 3, 5a, 5b, 6a
dan 6b. Ini berarti sebagian siswa kelompok atas maupun bawah dapat
menjawab benar butir-butir soal tersebut. Untuk kriteria tingkat kesukaran
sukar sebanyak 1 soal, yaitu soal nomor 4. Ini berarti sebagian siswa
kelompok atas maupun bawah tidak dapat menjawab benar butir soal tersebut.
[image:33.595.117.509.219.609.2]Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
Tabel 3.12
Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Literasi Matematis
No Urut No Soal IK Interpretasi
1 1 0,8375 Mudah
2 2 0,6125 Sedang
3 3 0,6563 Sedang
4 4 0,3000 Sukar
5 5a 0,6250 Sedang
6 5b 0,6625 Sedang
7 6a 0,4375 Sedang
8 6b 0,5750 Sedang
3. Skala Sikap Siswa
Skala sikap adalah lembaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk
mengungkapkan tentang cara-cara yang sering dilakukan dalam pelajaran
matematika, harapan siswa dalam belajar matematika dan tanggapan terhadap
model pembelajaran yang sering diterima. Pertanyaan berhubungan dengan
perasaan selama mengikuti pembelajaran, pendapat tentang model pembelajaran
yang dilaksanakan, serta pengaruh model pembelajaran yang dilaksanakan
40
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
Menurut Ruseffendi (2005) angket skala sikap yang dipakai dalam
penelitian ini adalah model skala Likert dengan modifikasi seperlunya. Setiap
pernyataan dilengkapi empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju
(S), tidak setuju (T S), dan sangat tidak setuju (STS). Pemberian skor skala
sikap untuk setiap pilihan jawaban positif berturut-turut 4, 3, 2, 1, dan
sebaliknya 1, 2, 3, 4, untuk pernyataan negatif.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan teknik sebagai
berikut:
1. Data yang berkaitan dengan literasi matematis siswa dikumpulkan melalui
pretes dan postes.
2. Data yang berkaitan dengan sikap siswa dikumpulkan melalui skala sikap
siswa.
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Hasil Tes Literasi Matematis
Hasil tes literasi matematis digunakan untuk menelaah peningkatan literasi
matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Data yang diperoleh dari hasil tes literasi matematis diolah melalui
tahapan sebagai berikut:
1) Tahap pertama: melakukan analisis deskriptif dan menghitung gain
ternormalisasi (normalized gain) pretes dan postes. Melalui tahap ini dapat
diketahui besar peningkatan literasi matematis siswa dari sebelum sampai
setelah mendapat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
keterampilan proses matematis maupun yang pendapat pembelajaran
konvensional. Hake (1999) merumuskan gain ternormalisasi yaitu:
41
Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan
[image:35.595.113.515.119.702.2]menggunakan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.13
Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Besarnya N-gain (g) Klasifikasi
g ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ g < 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
Pada tulisan ini, g dituliskan sebagai N-Gain.
2) Tahap kedua: menguji prasyarat analisis statistik parametrik yang
diperlukan sebagai dasar dalam pengujian hipotesis. Pengujian prasyarat
yang dimaksud adalah uji normalitas data uji homogenitas varians
keseluruhan data kuantitatif.
3) Tahap ketiga: menguji keseluruhan hipotesis yang telah dikemukakan pada
akhir Bab II. Secara umum, uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Uji-t dan Uji t’, Uji Mann Withney-U dan Uji Anova Dua Jalur.
Keseluruhan pengujian hipotesis tersebut menggunakan paket program
statistik SPSS-16 for Windows.
2. Analisis Data Skala Sikap
Data hasil skala sikap diberikan poin untuk setiap pernyataan, yaitu 1
(STS), 2 (TS), 3 (S), 4 (SS) untuk pernyataan positif, sebaliknya akan diberi
skor 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), 4 (STS) untuk pernyataan negatif. Telah dikatakan
sebelumnya bahwa angket yang digunakan untuk mengukur skala sikap adalah
angket skala sikap Likert dengan data yang dihasilkan berupa data dengan skala
ordinal. Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa dalam skala ordinal, perhitungan
dengan menggunakan rataan dan deviasi baku tentunya tidak bisa berlaku.
Sehingga dalam penelitian ini, analisis data angket skala sikap menggunakan
analisis terbanyak atau modus, yaitu dengan melihat manakah yang paling
banyak muncul dari opsi sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju.
42
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
% 100
n f P
Keterangan:
P = Persentase jawaban.
f = Frekuensi jawaban.
n = Banyaknya siswa.
Penafsiran data skala sikap siswa dilakukan dengan menggunakan kategori
[image:36.595.112.511.260.612.2]persentase berdasarkan Hendro (Nurhasanah, 2009).
Tabel 3.14.
Klasifikasi Persentase Skala Sikap Siswa
Presentasi Jawaban Interpretasi
Seluruhnya
Hampir seluruhnya
Sebagian besar
Setengahnya
Hampir setengahnya
Sebagian kecil
Tak seorang pun
H. TAHAP PENELITIAN
Penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, dan
tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data, maka disajikan langkah-langkah atau
prosedur penelitian dalam bentuk Gambar 3.1.
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan proposal yang diawali dengan kegiatan pengkajian teoritis
berupa kajian pustaka terhadap pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan keterampilan proses matematis dan literasi matematis siswa.
2) Pembuatan instrumen penelitian dan rancangan pembelajaran, baik
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Instrumen penelitian
terdiri dari soal tes literasi matematis dan skala sikap, serta meminta
43
3) Menganalisis hasil validasi dan penilaian instrumen penelitian dengan
tujuan memperbaiki instrumen penelitian sebelum dilakukan ujicoba soal
ke lapangan.
4) Melaksanakan ujicoba soal dan menganalisis hasil ujicoba instrumen
penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki instrumen penelitian
sebelum eksperimen dilakukan.
5) Melakukan tes pengetahuan awal matematis (PAM). Tes ini bertujuan
untuk mengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan matematis
tinggi, sedang dan rendah.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Pemberian pretes literasi matematis pada dua kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dengan tujuan untuk melihat kesetaraan kemampuan
awal siswa.
2) Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan
proses matematis pada kelompok eksperimen dan dengan pembelajaran
biasa pada kelompok kontrol. Pada setiap pembelajaran dilakukan
observasi terhadap aktivitas siswa dalam setiap kelompok.
3) Pemberian postes setelah pembelajaran diikalukan dengan tujuan untuk
melihat apakah perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen berhasil
atau tidak.
3. Tahap Analisis Data
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Melakukan analisis data dan menguji hipotesis.
2) Melakukan pembahasan yang berkaitan dengan analisis data dan uji
hipotesis.
3) Menyimpulkan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru yang memimpin
pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan untuk lebih
terjaminnya pelaksanaan pendekatan pembelajaran. Selain itu, peneliti juga bisa
44
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
Prosedur penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
Kelas Kontrol yang Mendapat
Pembelajaran dengan Pendekatan Studi Pendahuluan:
Identifikasi dan Perumusan Masalah, Studi Literatur
Pengembangan dan Ujicoba Instrumen Penelitian
Penetapan Subyek Penelitian
Pretes Kelas Eksperimen
yang Mendapat Pembelajaran dengan
Pendekatan
Skala Sikap Siswa
Postes
Pengolahan data: Literasi matematis siswa, Observasi aktivitas Guru dan
Siswa dan Skala Sikap Siswa
Analisis Data
Penyusunan Kesimpulan, Implikasi, dan
Rekomendasi
[image:38.595.119.507.137.721.2]79
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan literasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
menggunakan pendekatan keterampilan proses lebih baik daripada
peningkatan literasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
2. Pencapaian literasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
menggunakan pendekatan keterampilan proses lebih baik daripada
pencapaian literasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
3. Peningkatan literasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan pendekatan keterampilan proses matematis lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional ditinjau
pengetahuan awal matematis (tinggi, sedang, rendah).
4. Pembelajaran menggunakan pendekatan KPM memberikan kontribusi yang
lebih besar terhadap peningkatan literasi matematis siswa dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional. Namun bila dikaitkan dengan
pengetahuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah), kategori siswa
berkemampuan sedang memberikan kontribusi peningkatan literasi
matematis lebih tinggi bila dibandingkan dengan kategori siswa kemampuan
tinggi maupun siswa kemampuan rendah. Hal ini terlihat jelas dari besarnya
selisih rataan N-gain yang menunjukkan bahwa selisih rataan N-gain siswa
yang pembelajaran yang menggunakan pendekatan KPM dan konvensional
pada kategori kemampuan tengah lebih besar dari selisih rataan N-gain
siswa yang pembelajaran yang menggunakan pendekatan KPM dan
80
Indrie Noor Aini, 2013
Meningkatkan Literasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Matematis (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Madrasah Tsanawiyah)
5. Setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
keterampilan proses, siswa menunjukkan sikap positif terhadap pelajaran
matematika, terhadap soal-soal literasi matematis yang diberikan. Hal ini
tergambar dari analisis hasil skala sikap siswa yang menunjukan sikap
positif terhadap keseluruhan aspek pembelajaran dengan model
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh pada penelitian ini, saran yang
dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses matematis
sebaiknya digunakan dalam pembelajaran matematika, terutama untuk
meningkatkan literasi matematis.
2. Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses matematis
menciptakan suatu iklim belajar yang memungkinkan siswa mendapat
kebebasan dalam mengajukan ide-ide, pertanyaan-pertanyaan dan
masalah-masalah sesuai dengan aspek-aspek keterampilan yang dikembangkan dalan
keterampilan proses. Oleh karena itu, penerapan pendekatan keterampilan
proses yang dikelola dengan b