SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J urusan Ekonomi Studi Pembangunan
Oleh :
REZA NURCAHYA SANGKUMALA
0911010011 / FE / EP
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
BANK UMUM DI SURABAYA
Yang diajukan
REZA NURCAHYA SANGKUMALA 0911010011 / FE / IE
Disetujui untuk ujian skripsi oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. M. Taufiq, MM Tanggal : ………
NIP.196805011993031004
Mengetahui
Pembantu Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
MENGAMBIL KEPUTUSAN MENGAJ UKAN PERMINTAAN KREDIT BANK UMUM DI SURABAYA
Yang diajukan
REZA NURCAHYA SANGKUMALA 0911010011 / FE / IE
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. M. Taufiq, MM Tanggal : ………
NIP.196805011993031004
Mengetahui
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Disusun Oleh :
REZA NURCAHYA SANGKUMALA 0911010011 / FE / IE
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh
Tim Penguji Skripsi J urusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 27 September 2013
Tim Penguji
Pembimbing Utama Ketua
Drs. Ec. M. Taufiq, MM Dr s. Ec. M. Taufiq, MM
Sekretaris
Ir. Hamidah Hendrarini, MSI Anggota
Drs. Ec. Suwarno, ME
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur ke
hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul :
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NASABAH DALAM
MENGAMBIL KEPUTUSAN MENGAJ UKAN PERMINTAAN KREDIT
BANK UMUM DI SURABAYA’’.
Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi
persyaratan program studi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana
ekonomi pada jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta
pengarahan dari pihak, terutama kepada bapak Drs. Ec. M. Taufik, MM selaku
dosen pembimbing. Maka kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati yang
tulus ikhlas mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat
:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan
banyak bantuan berupa sarana fasilitas dan perizinan guna pelaksanaan
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP, selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Ec. M Taufiq, MM selaku dosen wali dan dosen pembimbing
yang mana telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis dan
memberikan waktu pemikiran selama berlangsungnya masa bimbingan
tugas akhir ini.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah
dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa
perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
6. Terucap khusus hormatku kepada kedua orangtuaku yang senantiasa
memberikan do’a restu dan dorongan baik moril dan materil yang tak
terhingga.
7. Terima kasih kepada para teman-teman saya angkatan 09 khususnya
Chandra Ari Setiawan yang telah memberikan suport dan dukungan
kepada saya yang telah mengajari dan mengerjakan skripsi ini hingga
selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun
demikian skripsi ini diusahakan sesuai dengan kemampuan penulis. Oleh karena
iii
memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta bagi pembaca untuk
penelitian selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surabaya, Agustus 2013
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Lampiran... x
Abstraksi ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 7
2.2 Landasan Teori ... 9
2.2.1 Pengertian Bank ... 10
2.2.1.1 Fungsi dan Tugas Pokok Bank ... 11
2.2.1.2 Jenis-Jenis Bank ... 12
2.2.1.3 Resiko Bank ... 13
v
2.2.2.2 Jenis-Jenis Kredit... 22
2.2.2.3 Prinsip-Prinsip Perkreditan ... 24
2.2.2.4 Permintaan Kredit ... 25
2.2.2.5 Tingkat Suku Bunga ... 26
2.2.3 Jumlah Kantor Bank ... 27
2.2.3.1 Bank Umum ... 27
2.2.3.2 Bank Syariah ... 31
2.2.4 Definisi Inflasi ... 33
2.2.4.1 Macam-Macam Inflasi ... 34
2.2.4.2 Teori Inflasi ... 37
2.2.5 Definisi Investasi ... 38
2.2.5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi ... 40
2.2.5.2 Fungsi Investasi ... 42
2.2.6 Pengertian Kualitas Layanan ... 44
2.2.7 Pengertian Kepuasan Nasabah ... 48
2.2.8 Konsep Tentang Modal... 56
2.2.9 Definisi Konsumsi ... 58
2.2.9.1 Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi ... 59
2.3 Kerangka Pikir ... 64
3.1.2 Pengukuran Variabel ... 68
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 69
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 70
3.3.1 Jenis Data ... 70
3.3.2 Pengumpulan Data ... 70
3.4 Instrumen Penelitian ... 70
3.5 Teknik Analisis Data ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Hasil Penelitian ... 78
4.1.1 Keadaan Responden ... 78
4.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Daerah ... 78
4.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Bank ... 79
4.1.4 Jenis Klamin Responden ... 79
4.1.5 Distribusi Usia Responden ... 80
4.2 Uji Kualitas Data ... 81
4.2.1 Uji Validitas ... 81
4.2.2 Uji Reliabilitas ... 83
4.2.3 Uji Normalitas... 83
4.3 Hasil Analisis Faktor ... 85
vii
4.3.5 Component Matrix ... 93
4.3.6 Rotated Component Matrix ... 95
4.3.7 Penyusunan Nama Faktor Yang Terbentuk ... 99
4.3.8 Pembahasan Hasil Penelitian ... 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 104
5.2 Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAKSI
Oleh :
REZA NURCAHYA SANGKUMALA
Sistem perbankan merupakan inti sistem keuangan di indonesia yang mempunyai strategis salah satunya adalah sebagai permintaan kredit yang berfungsi sebagai alat stabilitas ekonomi. Seiring dengan membaiknya kondisi perbankan secara umum yang ditandai dengan pulihnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, khususnya pada Bank Umum yang ada di Surabaya maka penelitian ini bertujuan mengetahui seberapa besar minat nasabahnya dalam mengajukan kredit pada Bank Umum di Surabaya.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuisioner pada nasabah BANK UMUM DI “SURABAYA”. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidentian samplin yaitu sampel yang memiliki ciri/sifat khusus dari populasi dan teknik analisis yang digunakan adalah analisis faktor.
Setelah dilakukan proses pengumpulan data, penelitian menggunakan SPSS (Statistical Package For Sosial Science) 13.0 untuk mendapatkan hasil penelitian. Adapun hasil yang diperoleh dapat dikelompokan menjadi 5 faktor yaitu : a. Faktor Kepercayaan, b. Faktor Pembanding, c. Faktor Denda Kredit, d. Faktor Layanan, e. Faktor Kemudahan Mengangsur, sebagai faktor yang mempengaruhi nasabah dalam mengambil keputusan mengajukan permintaan kredit pada BANK UMUM di Surabaya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sarana yang mempunyai peran penting dalam hal
menyerasikan serta menyeimbangkan pemerataan pembangunan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas yang sehat dan dinamis adalah
“perbankan”. Peran yang penting tersebut diatas disebakan oleh fungsi
utama “bank” sebagai penerima dan penghimpun dana baik bagi
perorangan, badan-badan pemerintah maupun badan usaha yang swasta,
selanjutnya sebagai penyalur dana melalui perkreditan kepada pihak-pihak
yang memerlukannya baik dari pihak dunia usaha maupun individu secara
efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi yang
mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf
hidup rakyat banyak. (Hariyanto, 1996 : 1).
Sistem perekonomian Indonesia yang berdasarkan demokrasi
ekonomi dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur berdasarkan UUD 1945. Maka kesinambungan dan peningkatan
pelaksanaan pembangunan nasional yang berdasarkan kekeluargaan, perlu
senantiasa dipelihara serta ditumbuh kembangkan dengan baik. Dalam
mencapai tujuan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus
pada unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. (Hariyanto, 1996 : 1).
Sistem perbankan merupakan inti system keuangan di Indonesia
yang mempunyai empat fungsi strategisnya yaitu pertama, sebagai
perantara antara penabung dan penerima kredit. Perbankan merupakan
sumber dana utama penyediaan modal maupun investasi bagi dunia usaha.
Kedua, bank merupakan lembaga keuangan yang dapat mengelolah bentuk
resiko keuangan. Ketiga, bank merupakan pelaksana kebijakan moneter
(dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter) dan. Keempat, system
perbankan penyelenggara system pembiayaan nasional. (Anonim, 2002 :
1).
Seiring dengan membaiknya kondisi perbankan secara umum yang
ditandai dengan pulihnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.
Hal ini ditunjukkan dengan naiknya dana pihak ketiga ke perbankan secara
gradual, atau rata-rata 3,3% per triwulan selama tahun 2000 dan 2,6%
selama tahun 2001. Kinerja penyaluran dana perbankan juga sudah mulai
membaik ditandai dengan peningkatan kredit rupiah yang diberikan
dengan pertumbuhan rata 1% per bulan selama tahun 2000. Menjadi
rata-rata 2,1% per bulan pada tahun 2001. Meskipun bank mulai menyalurkan
kreditnya, namun secara umum fungsi intermediasi perbankan masih
berjalan lambat. Hal ini dapat dilihat dari LDR perbankan pada akhir tahun
Bila suku bunga kredit suatu bank ditetapkan tinggi (terlalu tinggi),
akan dianggap pendapatan bank mencapai prosentase yang tinggi pula.
Namun dilihat dari segi nasabah (debitur), tingginya suku bunga kredit itu,
akan membebani usahanya mengakibatkan perusahaannya kurang (tidak)
dapat berkembang sehingga mungkin sekali arus pengembalian kreditnya
menjadi tersendat-sendat. Situasi seperti ini cepat atau lambat akan banyak
mempengaruhi pula terhadap perkreditan yang dilaksanakan oleh bank
yang bersangkutan. (Hadiwidjaja, 1994 : 34).
Sejak awal tahun 1990-an, terjadi proses gradual kondisi pasar
kredit yang rentan di Indonesia seperti pengungkapan kredit bermasalah
(non-performing loans) sebagai pendorong utama keadaan negative spread
yang dapat mengarah pada kebangkrutan sistem perbankan. Laporan
tahunan bank Indonesia 1998/99 menyebutkan bahwa kredit bermasalah
bank umum telah meningkat dari 9,3% pada tahun 1996/97 menjadi 19,8%
pada 1997/98, dan meningkat drastic menjadi 1998/99. Akibat krisis
keuangan juli 1997, Pemerintah Indonesia melalui otoritas moneter
menetapkan kebijakan moneter yang ketat (tigh money policy) sesuai paket
penyelamatan IMF dengan meningkatkan tingkat bunga. Pernah tercatat,
tingkat bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI), sebagai patokan
menetapkan tingkat bunga simpanan, mencapai angka tertinggi pada
Agustus 1998 sebesar 70%. (Hariadi, 2002 : 210).
Beberapa alasan yang skriptis menyatakan bahwa pengurangan
yang sama dengan permintaan kredit pada saat resesi. Penurunan tajam
kredit perbankan pada masa krisis bahkan telah mengundang pertanyaan
banyak pengamat tentang credit crunch dalam sektor perbankan dan
meningkatkan perhatian yang besar atas implikasinya terhadap
ketersediaan kredit untuk sektor swasta dan kegiatan ekonomi riil.
Kenyataannya, ada resiko serius atas kegagalan keuangan, baik di sektor
perbankan maupun sektor perusahaan yang akan membawa penurunan
ekonomi yang signifikan dan berkepanjangan di Indonesia. Hal ini
merupakan suatu bukti singkat untuk memunculkan kepercayaan yang kuat
terhadap kemungkinan keberadaan saluran kredit dalam mekanisme
moneter. (Hariadi, 2002 : 211).
Pada tahun 2002, perkembangan seluruh indikator harga yakni
inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK), inflasi inti, Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB), Indeks Harga Aset (IHA), dan PDB deflator
menunjukkan penurunan inflasi dibandingkan dengan sebelumnya.
Penurunan inflasi dalam tahun laporan terutama disebabkan oleh
menguatnya nilai tukar rupiah yang disertai dengan rendahnya tingkat
falatilitas dan membaiknya ekspetasi inflasi. Relatif tingginya inflasi
tersebut pada tahun laporan antara lain disebabkan oleh dampak kebijakan
pemerintah dibanding harga dan pendapatan yang lebih tinggi dari
perkiraan awal tahun serta ekspetasi masyarakat terhadap inflasi yang
masih tinggi walaupun telah menunjukkan perbaikan. Inflasi pada tahun
inflasi tahun sebelumnya yang mencapai 12,55%. Kecenderungan
penurunan inflasi semakin jelas terlihat dari perkembangan inflasi inti.
Inflasi yang sejak awal 2000 mencatat peningkatan, pada pertengahan
2001 mulai menunjukan kecenderungan menurun. Pada 2002 penurunan
inflasi inti tersebut terus berlanjut bahkan dengan penurunan yang lebih
tajam yang mencapai 6,96% dibandingkan pada 2001 sebesar 10,4%. Hal
ini mengindikasikan bahwa laju inflasi secara umum pada dasarnya
mengalami penurunan, tetapi karena adanya kenaikan harga atau tarif yang
ditetapkan oleh pemerintah. (Anonim, 2002 : 8).
Dalam upaya menunjang kesinambungan serta peningkatan
pelaksanaan pembangunan lembaga perbankan sejalan dengan kebutuhan
masyarakat akan jasa perbankan yang tangguh dan sehat, khususnya dalam
memberikan kredit kepada masyarakat. Didasari pemikiran diatas maka
perlu diadakan penelitian tentang “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Nasabah Dalam Mengambil Keputusan Mengajukan Per mintaan
Kredit Bank Umum di Surabaya”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang
dapat diambil adalah sebagai berikut :
"Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Dalam Mengambil
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang
dapat diambil adalah sebagai berikut :
"Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah
dalam mengambil keputusan mengajukan permintaan kredit Bank Umum
di Surabaya".
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari laksanakannya penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu bahan untuk memperoleh informasi atau gambaran
beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan permintaan kredit
pada bank umum di Surabaya.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan perancangan bagi rekan-rekan
mahasiswa/i yang akan mengadakan penelitian terhadap masalah yang
serupa.
3. Sebagai informasi ilmiah bagi pihak yang berkepentingan terutama
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan beberapa sumber terdahulu sebagai
referensi serta bahan kajian yang berkaitan dengan penelitian sekarang.
Para peneliti tersebut adalah :
1. Sumantri (2000 : 76) : “Beberapa faktor yang mempengaruhi
penyaluran kredit investasi oleh Bank Umum di Jawa Timur”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ada pengaruh nyata
variabel Dana Bank Umum (X1), Tingkat Suku Bunga Investasi (X2),
dan Investor (X3) terhadap variabel terikat (Y). Hal ini diketahui dari
uji-F yaitu diperoleh dari Fhitung 100,190 > Ftabel 4,76. Sedangkan secara
parsial variabel X1 dan X3 berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Hal
ini diketahui thitung 4,4547 > ttabel 2,4469 untuk variabel X1 dan thitung
3,5505 > ttabel 2,4469 untuk variabel X1. Sedangkan untuk variabel X2
tidak berpengaruh terhadap variabel Y.
2. Budiono (2001 : 15) : “Faktor-faktor yang mempengaruhi
penghimpunan deposito berjangka pada Bank Umum Pemerintah dan
Bank Umum Swasta Nasional di Indonesia”. Berdasarkan pengujian
hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya, hipotesis pertama yang
mengatakan bahwa terdapat pengaruh nyata variabel pendapatan
(X4), jumlah kantor bank (X5) terhadap deposito berjangka (Y),
diterima. Hal ini terlihat dari nilai F sebesar 147,847 dengan
probabilitas kurang dari 0,05. Dari lima variabel bebas yang digunakan,
hanya dua variabel bebas yang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap penghimpunan deposito berjangka pada bank umum swasta
nasional yaitu pendapatan nasional dan total aktiva bank.
3. Nugroho (2004 : 78) : “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi
penyaluran kredit investasi di Jawa Timur”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan ada pengaruh nyata antara inflasi
(X1), Produk Domestik Regional Bruto (X2), tingkat suku bunga kredit
(X3), dana masyarakat (X4), dan investasi (X5) terhadap penyaluran
kredit invenstasi (Y), di ketahui dari uji-F dengan nilai Fhitung 40,708 >
Ftabel 3,48. Sedangkan inflasi (X1), dan tingkat suku bunga kredit (X3)
tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit investasi, dimana thitung
(X1) 1,224 dan thitung (X3) 0,038 < ttabel = 2,262.
4. Rosalina (2004 : 72) : “Beberapa faktor yang mempengaruhi
penyaluran kredit Bank Umum di Jawa Timur”. Dalam penelitian ini
variabel yang digunakan adalah kredit yang disalurkan oleh Bank
Umum di Jawa Timur (Y), dana pihak ketiga di Jawa Timur (X1),
inflasi (X2), Penanaman Modal Dalam Negeri (X3), dan Produk
Domestik Regional Bruto (X4). Secara simultan menunjukkan adanya
hubungan yang nyata antara bebas terhadap variabel terikat. Dari uji-F
tidak berpengaruh nyata terhadap kredit yang disalurkan oleh Bank
Umum di Jawa Timur (Y) adalah Produk Domestik Regional Bruto
(X4), dimana thitung 1,335 < ttabel 2,201.
5. Adi (2004 : 68) : “Faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit
investasi pada Bank Umum di Jawa Timur”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan ada pengaruh nyata antara tingkat
suku bunga (X1), dana yang dihimpun (X2), dan jumlah kantor bank
(X3), terhadap penyaluran kredit investasi pada Bank Umum di Jawa
Timur (Y), diketahui dari uji-F dengan nilai Fhitung 7,341 > Ftabel 3,59.
Sedangkan secara parsial variabel yang tidak berpengaruh nyata
terhadap penyaluran kredit investasi pada Bank Umum di Jawa Timur
(Y) adalah tingkat suku bunga (X1), dimana thitung 1,189 < ttabel 2,201.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini atau
sekarang dilakukan adalah obyek penelitian, ruang lingkup dan lokasi yang
digunakannya serta kurun waktu penelitian.
2.2 Landasan Teori
Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, ada beberapa teori
yang digunakan untuk mendukung penjelasan-penjelasan serta untuk
2.2.1 Pengertian Bank
Pada dasarnya lembaga keuangan adalah suatu lembaga yang
berfungsi sebagai perantara antara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan
dan (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan
memerlukan dana (look of funds), sehingga peranan dari lembaga
keuangan sebenarnya adalah keuangan masyarakat. Salah satu bentuk dari
lembaga keuangan adalah “bank”.
Pengertian bank menurut Undang-Undang RI No. 10 Th 1998
tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir,
2002 : 12)
Menurut Abdurachman dalam Suyatno, dkk, (1997 : 1) bank adalah
suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa,
seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan
terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda
2.2.1.1 Fungsi dan Tugas Pokok Bank
Fungsi pokok bank adalah :
1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien
dalam kegiatan ekonomi.
2. Menciptakan uang melalui alat pembayaran kredit dan investasi.
3. Menghimpun dan menyalurkannya kepada masyarakat.
4. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional.
5. Memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga.
6. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain misalnya kartu kredit, cek
perjalan, transfer dana, dan sebagainya. (Subagyo, dkk, 1997 : 44)
Tugas pokok bank adalah :
1. Memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat atau badan usaha
perbankan yang membutuhkan uang jangka waktu yang diberikan
dapat berupa :
a. Kredit jangka pendek.
b. Kredit jangka menengah.
c. Kredit jangka panjang.
2. Penyertaan modal saham dalam perusahaan yang sehat, agar terbuka
kemungkinan pengembangannya yang lebih cepat atas dasar
3. Menarik uang dari masyarakat, dalam hal ini masyarakat dapat
memanfaatkan jasa yang diperoleh dari bank yaitu berupa rekening
giro, deposito berjangka dan tabungan.
4. Memberikan jasa-jasa dalam bidang lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang. Jasa-jasa yang diberikan yaitu antara lain berupa :
pengeluaran cek, deposito berjangka, lalu lintas uang giral dan
sebagainya. (Raharja, 1984 : 61)
2.2.1.2 J enis-J enis Bank
Menurut Undang-Undang pokok perbankan nomor 7 tahun 1992
dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI. Nomor 10
tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank yaitu :
a. Bank Umum.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
dengan keluarnya Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tersebut
mengakibatkan perubahan fungsi Bank Pembangunan dan Bank Tabungan
menjadi Bank Umum. Kemudian Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa
dan pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Pengertian Bank Umum sesuai dengan Undang-Undang nomor 10
tahun 1998 adalah Bank yang melaksanakan usaha secara konvensional
dan berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah
operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah.
Sedangkan pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut
Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 adalah Bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvevsional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas bank yaitu :
a. Bank Primer
Yaitu bank yang dapat menciptakan uang giral. Yaitu tergolong dalam
pengertian ini adalah :
- Bank Sirkulasi (Bank Sentral) yang dapat menciptakan kredit dalam
bentuk uang kertas dan uang giral.
- Bank Umum yang dapat menciptakan uang giral.
b. Bank Sekunder
Yaitu bank yang bertugas sebagai perantara dalam menyalurkan kredit.
Yang tergolong dalam pengertian ini adalah :
- Bank Tabungan
Bank-bank lainnya (bank pembangunan dan bank hipotik) yang tidak
dapat menciptakan uang giral. (Suyatno, dkk, 1997 : 17)
2.2.1.3 Resiko Bank
Merupakan tingkat ketidakpastian hasil operasional bank yang
diperkirakan atau diharapkan dapat diterima pada waktu yang akan datang.
tinggi keuntungan yang diharapkan maka semakin tinggi pula resiko yang
dihadapi. Di lain pihak semakin tidak pasti hasil yang diterima bank
maupun investor, berarti semakin tinggi premi resiko atau bunga yang
diinginkan investor.
Dalam perbankan dikenal beberapa macam resiko yang dihadapi
oleh bank :
a. Resiko Likuiditas
b. Resiko Kredit
c. Resiko Penanaman dalam Sekuritas
d. Resiko Fidusia
e. Resiko Penyelewengan
a. Resiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Merupakan resiko yang berkaitan dengan kesulitan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek kepada nasabah penyimpan maupun
pihak lain. Ketidakpastian ini timbul apabila bank tidak mengetahui secara
tepat kapan dan berapa jumlah dana yang dibutuhkan/ditarik oleh nasabah
penyimpan.
Oleh karena itu dalam manajemen dana bank membuat perkiraan
likuiditas merupakan aktivitas penting. Dalam mengelola likuiditas
mencakup perkiraan kubutuhan kas untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
wajib. Pada umumnya kebutuhan likuiditas bank berhubungan dengan dua
Pertama ; kebutuhan penarikan dana oleh nasabah penyimpan,
Kedua ; kebutuhan pemberian kredit kepada nasabah (debitur),
b. Resiko kredit
Resiko kredit atau sering pula disebut dengan default risk merupakan
suatu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah
mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta
bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau
dijadwalkan. Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian kredit yang
disepakati kedua pihak, secara teknis keadaan tersebut merupakan default.
c. Resiko Penanaman dalam Sekuritas
Resiko penanaman dalam sekuritas/dalam perbankan disebut investment
risk berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerugian akibat suatu
penurunan nilai pokok dari portofolio surat-surat berharga lainnya yang
memiliki bank. Penurunan nilai surat-surat berharga tersebut bergerak
berlawanan arah dari tingkat bunga umum. Bila tingkat bunga menurun,
harga-harga obligasi atau surat-surat berharga lainnya mengalami
kenaikan. Sebaliknya, kenaikan tingkat bunga menyebabkan turunnya
surat-surat berharga dalam hal ini berarti akan menurunkan pula nilai
portofolio. Oleh karena itu dalam situasi tingkat bunga yang berfluktuasi,
bank akan menghadapi kemungkinan resiko perubahan harga pasar atas
portofolio sekirutasnya. Aspek lain yang berkaitan dengan resiko ini
d. Resiko Fiduisa
Resiko fiduisa atau fiduciary risk ini akan timbul apabila bank dalam
usahanya memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat baik
untuk individu maupun badan usaha. Secara historis hubungan fidusia
mengatur bahwa wali amanat, dalam hal ini bank, harus melaksanakan
kegiatannya secara konsisten disertai dengan kebijakan-kebijakan secara
sehat dan rasional. Titipan atau simpanan dana yang diberikan kepada
bank harus benar-benar dikelola secara baik dengan tidak melakukan
kegiatan spekulatif dan tetap memperhatikan keuangan disamping
keamanan terhadap dana yang diinvestasikan tersebut. Apabila bank
mengalami kegagalan melaksanakan tugas tersebut dianggap merupakan
resiko kerugian sebagai wali amanat.
e. Resiko Penyelewengan
Resiko penyelewengan atau penggelapan kadang-kadang disebut
dengan fraud risk adalah dengan kerugi-rugian yang dapat terjadi akibat
hal-hal sebagai berikut :
- Ketidakjujuran; dan
- Penipuan; atau
- Moral dan perilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan dan
2.2.1.4 Hukum Per mintaan dan Penawaran
Hukum Permintaan
Yang berbunyi : “Apabila harga sesuatu barang dinaikkan, maka
semakin berkuranglah jumlah yang diminta”.
Gambar 1 Kurva Per mintaan
Keterangan :
1. Kalau terjadi penurunan harga, maka :
a. Mereka yang dahulu, sebelum harga yang bersangkutan turun, tidak
dapat membelinya, maka kini, sesudah turunnya harga, akan
memperbanyak jumlah pembeli atau peminta, dan banyaknya P
P1
P2
0
E1
E2
Q1 Q2
Q
J umlah yang diter ima
jumlah pembeli itu sudah barang tentu akan menambah jumlah
barang-barang yang diminta.
b. Tiap-tiap akan cenderung untuk membeli lebih banyak.
2. Kalau terjadi kenaikan harga, maka setiap orang akan merasa lebih
miskin untuk barang itu (merasa lebih miskin menurut ukuran harga
barang itu) sekalipun pendapatan uangnya tidak mengalami
perubahan.
Hukum Penawaran
Yang berbunyi : “Jumlah sesuatu barang tertentu yang ditawarkan
di suatu pasar tertentu pada suatu saat-saat tertentu cenderung untuk
berubah-ubah secara langsung dengan harganya”.
Gambar 2 Kurva Penawaran
0 D E Q
S
A1
A2
B C P
S
J umlah yang ditawar kan
Keterangan :
1. Yang dimaksud dengan meningkatnya penawaran adalah :
a. Pada setiap tingkat harga tertentu, akan ditawarkan jumlah yang
lebih besar dari pada jumlah yang ditawarkan sebelumnya.
b. Bahwa suatu jumlah tertentu akan ditawarkan pada tingkat harga
yang lebih rendah dari pada tingkat harga sebelumnya.
2. Yang dimaksud dengan turunnya pebawaran adalah :
a. Pada suatu tingkat harga tertentu, akan ditawarkan jumlah output
yang lebih sedikit dari pada jumlah yang ditawarkan sebelumnya.
b. Bahwa suatu tingkat output tertentu akan ditawarkan pada tingkat
harga yang lebih tinggi dari pada sebelumnya.
2.2.1.5 Sumber Dana Bank
“Bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan
persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa.
Dana bank adalah merupakan uang tunai yang dimiliki bank ataupun
aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.”
(Dendawijaya, 2001 : 52)
Uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal bank itu
sendiri, tetapi juga berasal dari pihak-pihak lain yang dititipkan atau
dipercayakan kepada bank sewaktu-waktu. Dana bank yang digunakan
sebagai alat operasional suatu bank bersumber dari, menurut Dendiwijaya,
1. Dana pihak kesatu (Dana dari modal bank sendiri)
Dana pihak kesatu adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau para
pemegang saham, pemegang saham pendiri maupun pihak pemegang
saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu pendirinya.
2. Dana pihak kedua (Dana pinjaman dari bank luar)
Dana pihak kedua adalah dana-dana yang berasal dari pihak luar, yang
terdiri atas dana sebagai berikut :
a) Call money
Call money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman harian
antar bank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan mendesak yang
diperlukan oleh bank.
b) Pinjaman biasa antar bank
Pinjaman biasa antar bank adalah pinjaman dari bank lain yang berupa
pinjaman biasa dengan jangka waktu yang relatif lebih lama.
c) Pinjaman lembaga keuangan bukan bank (LKBB)
Pinjaman dari LKBB ini lebih banyak berbentuk surat berharga yang dapat
diperjualbelikan dalam pasar uang sebelum jatuh tempo daripada
berbentuk kredit.
d) Pinjaman dari bank sentral (BI)
Pinjaman dari bank sentral adalah pinjaman (kredit) yang diberikan bank
indonesia kepada bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang
tergolong berprioritas tinggi. Pinjaman dari bank Indonesia untuk jenis
3. Dana pihak ketiga (Dana dari masyarakat)
Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun dari masyarakat dan
merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Dana
dari masyarakat terdiri dari beberapa jenis yaitu :
a) Giro (demand deposit)
Giro adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, dan surat perintah
pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindah bukuan.
b) Deposito (time deposit)
Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan
perjanjian.
c) Tabungan (saving deposit)
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. (Dendawijaya,
2001 : 53)
2.2.2 Definisi Kredit
Menurut Undang – Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992
yang menyatakan bahwa kriteria adalah penyediaan uang / tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan / kesepakatan
pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai
2.2.2.1 Tujuan dan Fungsi Kredit
Tujuan kredit mencakup scope yang luas. Fungsi pokok yang saling
berkaitan dari kredit adalah sebagai berikut :
1. Profitability
Proftability ini bertujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa
keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga.
2. Safety
Safety adalah keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan
harus benar – benar terjamin sehingga profitability dapat benar –
benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.
Fungsi kredit adalah menyalurkan dana – dana yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Untuk itu fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian
adalah sebagai berikut :
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna modal.
2. Kredit dapat meningkatkan daya guna suatu barang.
3. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi.
4. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasioanal.
2.2.2.2 J enis-J enis Kredit
Menurut Suyatno (1999 : 25) jenis kredit dibedakan atas :
1. Kredit Jangka Pendek (short term loan)
2. Kredit Jangka Menengah (medium term loan)
Yaitu kredit yang jangka waktunya antara 1 sampai 3 tahun.
3. Kredit Jangka Panjang (long term loan)
Yaitu kredit yang jangka waktu lebih dari 3 tahun.
Jenis kredit menurut sifat penggunanya oleh Suyatno (1999 : 28)
dibedakan atas :
1. Kredit Produksi/Eksploitasi
Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik
peningkatan kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun
peningkatan kualitatif yaitu peningkatan kuantitas atau mutu hasil
produksi.
2. Kredit Investasi
Kredit yang diberikan kepada para pengusaha untuk investasi, berarti
untuk penambahan modal dan kredit bukan untuk keperluan perbaikan
ataupun penambahan barang modal atau fasilitas – fasilitas yang erat
hubungannya dengan itu. Misalnya untuk membangun pabrik,
membeli / mengganti mesin – mesin dan sebagainya.
3. Kredit Perdagangan
Kredit ini dipergunakan untuk keperluan perdagangn pada umumnya
yang berarti peningkatan utility of place saru suatu barang, barang -
barang yang diperdagangkan ini juga diperlukan bagi industri.
Jenis kredit menurut tujuannya, oleh Suyatno (1999 : 25)
1. Kredit Konsumtif
Yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan konsumsi atau uang
akan habis terpakai untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Kredit Produktif
Yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, baik usaha –
usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
2.2.2.3Prinsip-Prinsip Per kreditan
Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat telah
dikenali adanya prinsip 5 C atau juga ada penyebutnya sebagai prinsip 5 C.
Menurut Muljono (1993 : 11) kelima prinsip ini adalah :
1. Character
Yaitu mendasari suatu kepercayaan adalah adanya kegiatan dari pihak
bank bahwa peminjam mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat
pribadi yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung
jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan
sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan
usahanya.
2. Capacity
Yaitu suatu penelitian kepada calon debitur mempunyai kemampuan
melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang
dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit
3. Capital
Yaitu jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur,
sebab seorang debitur yang telah menanamkan dananya dalam
proporsi yang besar dibandingkan dengan kredit yang diperolehnya
dari bank tentu akan melakukan usahanya dan kesungguhan dan
biasanya ia akan berhasil.
4. Collateral
Yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam atau
debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.
5. Condition of economy
Yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain
yang mempengaruhi perekonomian pada suatu saat maupun untuk
suatu kurun waktu tertentu yang memungkinkannya akan dapat
mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh
kredit.
2.2.2.4Per mintaan Kredit
Permintaan kredit berasal dari proses memaksimumkan fungsi
utilitas individu berdasarkan preferensi mereka mengenai konsumsi
sekarang dan konsumsi yang akan datang, proses ini terjadi dengan
memperhatikan frontir oportunitas dimana konsumsi total individu sama
dengan pendapatan totalnya. Dengan kata lain, permintaan kredit bank
endowment (konsumsi sekarang sama dengan pendapatan sekarang) dan
perilaku mereka ditentukan oleh fungsi utilitasnya.
Berdasarkan kerangka Fisherian, Melitz dan Pardue berpendapat
bahwa permintaan kredit bank mempunyai hubungan positif dengan
pendapatan permaner (permanent income) dan mempunyai hubungan
negative terhadap pendapatan transitory (transitory income) dan suku
bunga kredit.
Permintaan kredit diatas didasarkan pada anggapan bahwa tidak
ada penjatuhan kredit (credit rutioning). Dalam kasus dimana terdapat
penjatahan kredit, maka peminjam potensial mungkin tidak dapat
memperoleh kredit seperti yang di inginkan, walaupun dia bersedia
membayar bunga yang lebih tinggi dari suku bunga pasar. Hal ini terjadi
karena tidak ada orang atau lembaga keuangan yang bersedia memberikan
komponen dari endowment yang dimiliki seseorang dan adanya penjatahan
kredit akan berpengaruh terhadap permintaan kredit dari bank.
(Insukindro, 19993 : 111)
2.2.2.5Tingkat Suku Bunga
Teori tingkat suku bunga kredit yang dikenal antara lain teori nilai
dan teori pengorbanan, teori nilai ini atas pandangan bahwa nilai sekarang
dianggap lebih besar daripada nilai besok. Perbedaan nilai ini harus
mendapat penggantian dari pinjaman (debitur). Pengganti nilai inilah yang
` Teori pengorbanan didasarkan atas pemikiran bahwa pengorbanan
yang diberikan seharusnya mendapat pembayaran. Teori ini
mengemukakan bahwa jika seseorang atau bank meminjamkan uangnya
kepada debitur, maka kreditur tidak dapat menggunakannya untuk
membeli kebutuhan-kebutuhannya. Kreditur harus menunda atau
berkorban untuk tidak membeli kebutuhannya, sebab uangnya masih
dipergunakan debitur. Karena pengorbanan ini debitur harus membayar
bunga.
Definisi dari bunga sendiri menurut Boediono (1988 : 75) adalah
harga penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.
Berdasarkan dari definisi diatas dapat diketahui bahwa tingkat
bunga pada dasarnya adalah tingkat harga dari penggunaan atau dana yang
tersedia untuk dipinjamkan, atau dana yang digunakan untuk investasi.
Sedangkan menurut teori klasik bunga adalah “harga” yang terjadi di
“pasar” dana investasi.
2.2.3 J umlah Kantor Bank
2.2.3.1 Bank Umum
Bank Umum merupakan lembaga yang menerima
deposito/simpanan dari masyarakat (depositor) yang dibayarkan atas
permintaan dan memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Dikatakan sebagai “commercial bank”
selisih bunga yang diterima dari pinjaman dengan bunga yang dibayarkan
oleh bank kepada depositor.
Berkaitan dengan usaha bank umum, menurut Subagyo, dkk, (1997
: 64) mengatakan bahwa kegiatan atau usaha yang dilakukan bank umum
antara lain berupa :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan
dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, saran
telekomunikasi maupun dengan wesel, cek atau sarana lainnya.
4. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
5. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya
dalam bentuk surat berharga yang tercatat di bursa efek.
6. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak.
Yang dimaksud dengan jenis-jenis kantor bank dapat dilihat dari
luasnya kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan dalam suatu cabang bank,
luasnya kegiatan ini tergantung dari kebijakan kantor pusat bank tersebut.
Disamping itu besar kecilnya kegiatan cabang bank tersebut tergantung
Banyak sedikitnya kantor bank sangat mempengaruhi besar
kecilnya tingkat operasional suatu bank.
Adapun beberapa jenis kantor bank yang dimaksud :
1. Kantor pusat
Merupakan kantor semua kegiatan perencanaan sampai pada pengawasan
terdapat di kantor ini, setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor
pusat tidak melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor bank
lainnya, akan tetapi mengendalikan jalannya kebijaksanaan kantor pusat
terhadap cabang-cabangnya. Dapat diartikan pula bahwa kegiatan kantor
pusat tidak melayani jasa bank kepada masyarakat umum.
2. Kantor cabang penuh
Merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa bank yang
paling lengkap. Dengan kata lain semua kegiatan perbankan ada di kantor
cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh membawahi kantor
cabang pembantu.
3. Kantor cabang pembantu
Merupakan kantor cabang yang berada dibawah kantor cabang penuh,
dimana kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagian saja. Perubahan
status dari cabang pembantu kecabang penuh dimungkinkan apabila
memang cabang tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai cabang penuh
4. Kantor kas
Merupakan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatannya hanya
meliputi teller atau kasir saja, dengan kata lain kantor kas hanya
melakukan sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada dibawah
cabang pembantu atau cabang penuh. Bahkan sekarang ini kantor kas yang
dilayani dengan mobil dan sering disebut kas keliling.
Untuk menunjang operasional perbankan dan pemasaran produk-produk
perbankan sangat diperlukan adanya kantor-kantor cabang pembantu.
Beberapa alasan untuk membuka kantor cabang :
1. Dalam upaya meningkatkan jangkauan bisnis secara keseluruhan,
jangkauan bisa dilihat dari sisi aktiva maupun pasiva. Apabila suatu
bank mempunyai kemampuan menarik atau mengumpulkan dana secara
baik, sedangkan kondisi perekonomian di suatu daerah kurang
mendukung untuk melakukan penempatan dana secara maching,
biasanya bank tersebut berupaya membuka cabang-cabang di daerah
yang menjadi pusat peredaran uang.
2. Dikaitkan dengan rencana pengenalan suatu produk yang tepat di
daerah tersebut.
Sebagai salah satu bagian dari strategi pemasaran global. Biasanya
cabang didirikan dengan tujuan sebagai bagian dari rencana pemasaran.
Hal itu terlihat misalnya, suatu bank membuka cabang di tempat terpencil
dengan tujuan hanya melayani satu-satunya nasabah yang mendirikan
dilihat dari sisi pemasaran karena nasabah telah menikmati fasilitas
pinjaman yang diberikan bank induknya.
Pengertian bank menurut Pitono adalah jumlah kantor bank
berkaitan dengan fasilitas yang ditawarkan kepada masyarakat luas untuk
meraih minat masyarakat, bank harus memperluas jaringan kantor cabang
agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Jumlah kantor bank
meliputi kantor pusat, kantor cabang pembantu, kantor cabang unit dan
kantor kas. Bank harus memperluas jaringan kantor agar dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2.2.3.2Bank Syariah
Bank syariah adalah lembaga bank yang dikelola dengan
dasar-dasar syariah. (Muhammad, 2002 : 147)
Dasar hukum pendirian bank syariah di Indonesia UU no. 10 tahun 1998
pasal 6 membolehkan bahwa bank umum yang melakukan kegiatan secara
konvensional dapat juga melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan
prinsip syariah meliputi :
a. Pendirian kantor cabang atau dibawah kantor cabang baru.
b. Pengubahan kantor cabang atau di bawah kantor cabang yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Bank syariah juga harus mematuhi peraturan-peraturan persyaratan
perbankan yang berlaku pada umumnya antara lain :
a. Ketentuan perijinan dalam pengembangan usaha, seperti
b. Kewajiban pelaporan ke bank Indonesia.
c. Pengawasan atas prestasi, permodalan, manajemen, rentabilitas,
likuiditas, dan faktor-faktor yang lainnya.
d. Penggunaan sanksi atas pelanggaran (Muhammad, 2002 : 75)
Kantor-kantor cabang dari bank umum konvensional pada dasarnya
merupakan unit yang mempunyai pencatatan dan pembukuan yang
terpisah dari kantor-kantor konvensionalnya. Oleh karena itu dibutuhkan
suatu unit usaha syariah yang berfungsi sebagai kantor induk dari seluruh
kantor cabang syariah, unit tersebut berada di kantor pusat bank. Secara
umum tugas unit syariah mencakup :
1) Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor bank syariah.
2) Melaksanakan dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana
yang bersumber dari kantor-kantor cabang syariah.
3) Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor-kantor
cabang syariah (Muhammad, 2002 : 179)
Pengembangan jariangan syariah, terutama ditujukan untuk
menyediakan akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan jasa bank syariah (Antonio, 2001 : 229). Menurut
Dani Gunawan Idat, dkk, 2002 dengan judul “Skema Kantor Cabang
Pembantu Syariah”. Salah satu kebijakan pengembangan bank syariah di
Indonesia adalah pengembangan jaringan kantor bank syariah,
pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka
Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam
rangka perluasan jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Dengan
demikian jelas bahwa banyaknya jumlah jaringan kantor bank juga akan
meningkatkan efisiensi usaha. Berkembangnya jaringan kantor bank
syariah juga diharapkan dapat meningkatkan kompetisi kearah peningkatan
kualitas pelayanan kepada nasabah dan mendorong inovasi produk dan
jasa perbankan syariah. (Antonio, 2001 : 226)
2.2.4 Definisi Inflasi
Definisi inflasi menurut beberapa penulis pada dasarnya sama yaitu
:
a. Menurut Nopirin (1993 : 25)
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus-menerus pada periode tertentu.
b. Menurtu Boediono (2001 : 161)
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara
umum terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada
(atau mengakibatkan kenaikan) sebagian dari harga-harga karena,
misalnya : musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi
sekali saja (dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut
inflasi.
Dalam teori Irving Fisher mengenai tingkat bunga riil, yang
inflasi di Amerika Serikat mengatakan bahwa : dalam rangka panjang,
tingkat bunga riil tidak dipengaruhi oleh laju inflasi. Maka kecenderungan
pada umumnya adalah bahwa tingkat bunga nominal akan naik atau turun
searah dan bersama-sama dengan naik turunnya laju inflasi. Apabila laju
inflasi meningkat maka tingkat bunga nominal juga meningkat dan
sebaliknya. (Boediono, 1996 : 91)
2.2.4.1 Macam-Macam Inflasi
Menurut boediono (1996 : 162) dalam bukunya Ekonomi Moneter,
secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pokok bagian yaitu :
1. Berdasarkan berat atau ringannya, inflasi dibagi menjadi :
a. Inflasi ringan, dibawah 10% setahun
b. Inflasi sedang, antara 10-30% setahun
c. Inflasi berat, antara 30-100% setahun
d. Hiperinflasi, diatas 100% setahun
2. Bedasarkan sebab-sebabnya, inflasi dibagi menjadi :
a. Inflasi permintaan (Demand Inflation)
Adalah inflasi yang timbal karena permintaan masyarakat akan
berbagai barang terlalu kuat, karena permintaan masyarakat akan
barang-barang (aggregate demand) bertambah. Misalnya, karena
bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan
pencetakan uang atau kenaikan permintaan luar negeri akan
swasta karena kredit yang murah, maka kurva aggregate demand
bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya harga umum naik dari H1 ke H2.
Gambar 3 Demand Inflasi
b. Inflasi Penawaran (Cost Inflation)
Adalah inflasi yang timbul karena biaya produksi,. Apabila naik
(misalnya, karena kenaikan barang harga sarana produksi yang
didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan harga bahan
bakar minyak) maka kurva penawaran mayarakat (aggregate
supply) bergeser S1 ke S2.
Q1 Q2
D2
S
Output H1
0
D1
H2
Sumber : Boediono, 1996, Ekonomi Moneter , Ser i Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No 5, Edisi Ketiga BPFE, Yogyakar ta.
Gambar 4 Cost Inflation
3. Berdasarkan asalnya, inflasi dibagi menjadi :
a. Domestic Inflation (Inflasi dari dalam negeri)
Misalnya disebabkan oleh defisit anggaran pendapatan dan belanja
yang dibiyai dengan cara pencetakan uang baru.
b. Imported Inflation (Inflasi dari luar negeri)
Berawal dari naiknya harga barang impor dan mengakibatkan :
a. Kenaikan harga barang-barang luar negeri yang dijual di dalam
negeri.
b. Kenaikan biaya produksi yang diakibatkan oleh kenaikan harga
bahan baku barang yang berasal dari luar negeri atau
barang-barang impor.
S2
S1
Harga
H4
H3
Output
0 Q4 Q3
c. Kenaikan harga barang-barang dalam negeri yang dijual didalam
negeri, kenaikan tersebut berdasarkan acuan kenaikan
barang-barang impor yang dijual di dalam negeri.
2.2.4.2Teori Inflasi
Dalam perkembangannya teori inflasi pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Teori Kuantitas
Teori ini menyatakan bahwa inflasi hanya bisa terjadi kalau ada
penambahan volume uang yang beredar (apakah berupa penambahan
uang giral atau penambahan uang kartal tidak menjadi soal). Tanpa
ada kenaikan jumlah uang yang beredar, kejadian seperti misalnya
kegagalan panen, hanya akan menaikkan harga-harga untuk sementara
waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat “bahan bakar” bagi api
inflasi, bila jumlah uang tidak bertambah, inflasi akan berhenti dengan
sendirinya, apapun sebab awal dari kenaikan harga tersebut.
(Sinangun, 1995 : 56)
2. Teori Keynes
Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat
ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi
menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian
rezeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian
yang lebih besar daripada yang biasa disediakan oleh masyarakat
keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu
melebihi jumlah yang tersedia (timbulnya apa yang disebut dengan
inflationary gap). Inflationary gap ini timbul karena golongan
masyarakat tersebut berhasil menterjemahkan aspirasi mereka menjadi
permintaan yang efektif akan barang-barang dengan lain perkataan,
mereka berhasil memperoleh dan untuk mengubah aspirasinya
menjadi rencana pembelian barang-barang yang didukung dengan
dana. (Sinangun, 1995 : 59)
3. Teori Strukturalis
Teori ini bersifat jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi
yang berasal dari kekauan struktur ekonomi, khususnya ketegara
supply bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab
struktural ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan
kebutuhannya sehingga menaikkan harga bahan makanan dan
kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga
lainsehingga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini tidak biasa diobati
hanya dengan misalnya mengurangi jumlah uang yang beredar, tetapi
harus dengan perbaikan setor bahan makanan ekspor. (Boediono,
1996 : 179)
2.2.5 Definisi Investasi
Pengertian investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan
penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian.
Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman
modal yang dilakukan dalam satu tahun tertentu yang digolongkan sebagai
investasi (pembentukan modal atau penanam modal) meliputi
pengeluaran/pembelanjaan yang berikut :
a. Pembelanjaan berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan
peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri
dan perusahaan.
b. Pembelanjaan untuk membangunrumah tempat tinggal, bangunan
kantor, bangunan-bangunan lainnya.
c. Pertumbuhan nilai stock barang-barang yang belum terjual bahan
mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir
tahun perhitungan pendapatan nasional. (Sukirno, 2002 : 107)
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana
pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Financial assets dilakukan dipasar uang, misalnya berupa sertifikat
deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya.
Atau dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi,
2. Real assets diwujudkan dalam pembentuk pembelian aset produktif,
penelitian pabrik, pembukuan pertambangan, pembukuan perkebunan
dan lainnya. (Halim, 2003 : 2)
Pengertian investasi dari kedua pendapat tersebut kiranya dapat
disimpulkan bahwa investasi atau penanaman modal itu merupakan
penanam modal atau pengguna uang bagi peningkatan kapasitas system
produksi atau peningkatan aset dengan harapan modal yang ditanamkan
akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya di masa mendatang.
2.2.5.1Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi
Apabila seorang pemilik modal atau para pengusaha menggunakan
uangnya membeli barang-barang modal, maka pembelanjaan itu
dinamakan investasi. Akan tetapi berhasil tidaknya pemilik modal dalam
menjalankan usahanya dalam kenyataan akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat menentukan, yaitu :
a. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa yang akan datang.
Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang
barang-barang modal baru dinamakan kegiatan memakan waktu, dan
apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu
industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang atau
jasa yang menjadi hasil produksinya, maka pemilik modal akan
b. Perubahan dan perkembangan teknologi.
Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan pengeluaran
yang dilaksanakan, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan yang
dilakukan oleh para pengusaha.
c. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara
pendapatan nasional dan investasi merupakan hal yang saling
berkaitan dimana investasi itu pada umumnya cenderung untuk
mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional
semakin besar jumlahnya dan begitu juga sebaliknya semakin rendah
jumlah investasi akan mempengaruhi tingkat pendapatan nasional.
d. Keuntungan yang dicapai oleh perusahaan.
Apabila perusahaan-perusahaan itu melakukan investasi dengan
menggunakan tabungan atau modal khas, maka perusahaan yang
dimaksud tidak lagi dikenai biaya-biaya yang harus dibayar untuk
jangka waktu berikutnya.
e. Tingkat Bunga.
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan
memberikan keuntungan para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para
pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam
modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanam modal itu,
uang yang harus dibayar) modal yang diperoleh lebih besar dari
tingkat bunga. (Soekirno, 2002 : 109)
2.2.5.2Fungsi Investasi
Bentuk fungsi investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (i) sejajar
dengan sumbu datar, atau (ii) bentuknya nilai ke atas ke sebelah kanan
(yang berarti semakin tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi
investasi). Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar
dinamakan investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi
apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh.
Dalam analisis makro ekonomi biasanya dimisalkan bahwa investasi
perusahaan bersifat investasi otonomi.
Investasi otonomi adalah pembentukan modal yang tidak dipengaruhi
pendapatan nasional. Dengan kata lain tinggi rendahnya pendapatan
nasional tidak menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan. (Sukirno, 108)
Gambar 5
Fungsi Investasi dan Tingkat Bunga
Berdasarkan kepada pandangan ini maka kurva investasi berbentuk
sejajar dengan sumbu datar, yaitu seperti yang digambarkan oleh kurva
I0,I1 dan I2. Tingkat bunga adalah r0 jumlah investasi adalah I0. Tingkat
bungan tahun ke r2, ini akan menyebabkan pertumbuhan investasi.
Sebaliknya apabila tingkat suku bunga naik menjadi r1 akan terjadi
kemerosotan investasi yaitu I1. Maka apabila tingkat bunga tinggi, jumlah
investasi akan berkurang, sebaliknya tingkat bunga yang rendah akan
mendorong lebih banyak investasi.
Namun pendapatan nasional terhadap investasi tidak bisa diabaikan.
Karena tingkat pendapatan nasional tinggi akan memperbesar pendapatan
masyarakat. Apabila pendapatan masyarakat naik maka permintaan
terhadap barang-barang dan jasa naik, sehingga keuntungan perusahaan
meningkat yang mengakibatkan banyak para investor menanamkan
modalnya.
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan
dilaksanakan atau tidak, tergantung kepada perbandingan antara besarnya
keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam per satuan waktu)
disatu pihak dan biaya penggunaan dan atau tingkat bunga dilain pihak.
Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut
dengan istilah Marginal Efficiency Of Capital (MEC). Bila keuntungan
yang diharapkan Marginal Efficiency Of Capital (MEC) adalah lebih besar
daripada tingkat bunga, maka investasi dilaksanakan. Sebaliknya bila
maka investasi tidak dilaksanakan. Dan bila Marginal Efficiency Of
Capital (MEC) sama dengan tingkat bunga, maka investasi boleh
dilaksanakan tidak bagi mereka yang memilik dana. Dari uraian diatas
diketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan oleh
para investor ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat bunga yang berlaku
dan Marginal Efficiency Of Capital (Boediono, 1982 : 44)
2.2.6 Pengertian Kualitas Layanan
Definisi kualitas layanan atau the servqual method menurut
Parasuraman dan Berry dalam Didit dan Hendratno (2004 : 52) adalah
kehandalan, responsif, kepastian, empati, dan bentuk fisik.
Dalam kualitas layanan yang dikemukakan oleh Parasuraman et,al
(1991) dan Gronroos (1994) yaitu bahwa persepsi kualitas layanan
merupakan evaluasi keseluruhan dari fungsi jasa yang diterima secara
aktual oleh pelanggan (kualitas teknik) dan bagaimanacara layanan
tersebut disampaikan (kualitas fungsional), dengan menggunakan dimensi
pendukung fisik sistem operasinya, kualitas jasa serta interaksi karyawan
dengan pelanggan.
Menurut parasuraman et al (1991) menyatakan bahwa persepsi
secara tunggal didefinisikan sebagai suatu evaluasi atau penilaian
Menurut Gronroos (1994) menyatakan bahwa kualitas layanan
adalah fungsi dari apa yang diterima secara aktual oleh pelanggan (kualitas
teknik), dan bagaimana cara layanan tersebut disampaikan (kualitas
fungsional).
Menurut Parasuraman, Zeithamil dan Berry (1988) bank sebagai
salaah satu tawaran pasra yang berbentuk utama jasa dan disertai dengan
ke nasabah dan diperkuat dengan kualitas jasa atau produk tambahan.
Dimana kualitas jasa juga ditentukan oleh Metode Servqual (The Servqual
Method) yang terdapat 5 metode yang perlu diperhatikan oleh setiap
perusahaan untuk mengejar kepuasan pelanggan atau nasabah, antara lain :
1. Kehandalan (Reliabelity)
Yaitu kemampuan dari pihak bank untuk memberikan layanan sesuai
dengan yang dijanjikan secara tepat, akurat dan terpecaya. Tindakan
dapat berupa perlakuan terhadap nasabah yang tidak dikriminatif atau
adil. Dimana pihak bank melalui Customer Service memberikan
informasi yang akurat dan memuaskan nasabah dan setiap proses dan
prosedur dalam penyelesaian transaksi tidak berbelit-belit dan cepat.
2. Daya Tanggap (Responsif atau Responsifness)
Yaitu tanggapan yang tepat terhadap indikasi kebutuhan nasabah
untuk membantu dan memberikan layanan yang sesuai kebutuhan.
Sebagai contoh adalah kemampuan pihak bank untuk cepat tanggap
dalam mendukung waktu untuk menyelesaikan transakasi dan
fleksibilitas waktu pelayanan atau jam kerja.
3. Kepastian (Assurance)
Yaitu mengarah kepada pengetahuan dan kesopanan karyawan serta
kemampuan untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
Penerapannya adalah ketelitian Teller melayani akan memberikan rasa
aman kepada nasabah saat melakukan transaksi karena menyangkut
uang atau dana yang sangat besar nilainya, secara luas dan
menyeluruh dan citra bank juga mempengaruhi keputusan seseorang
menjadi nasabah Bank tersebut.
4. Kesediaan (Empathy)
Yaitu kesediaan untuk peduli dan memberi perhatian pribadi kepada
nasabah. Wujudnya seperti sikap dan perilaku Customer Service atau
Teller dan kemampuannya untuk memahami kebutuhan nasabah. Dan
dapat juga berupa kemudahan menjalani komunikasi berkaitan dengan
transaksi dan informasinya melalui media telepon.
5. Bentuk Fisik (Tangibles)
Yaitu dukungan wujud secara fisik suatu bank berupa peralatan dan
karyawan. Sebagai contoh seperti ruangan pelayanan yang layak dan
nyaman, jalur antrian yang rapi dan nyaman, tempat parkir kendaraan
yang mendukung dan aman hingga terkait dengan jumlah mesin ATM