• Tidak ada hasil yang ditemukan

“ ANALISIS POTENSI KOMODITI KOPI SEBAGAI PRODUK UNGGULAN EKSPOR DI NEGARA REPÚBLIK DEMOCRÁTICA DE TIMOR-LESTE(RDTL)”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“ ANALISIS POTENSI KOMODITI KOPI SEBAGAI PRODUK UNGGULAN EKSPOR DI NEGARA REPÚBLIK DEMOCRÁTICA DE TIMOR-LESTE(RDTL)”."

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

TIMOR-LESTE (RDTL)”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis

Program Studi Ekonomi Pembangunan

Oleh :

FELICIA PAULA DE J ESUS GUTERRES 1011010024 / FEB / EP

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)

“ANALISIS POTENSI KOMODITI KOPI SEBAGAI PRODUK UNGGULAN EKSPOR DI NEGARA REPÚBLIK DEMOCRÁTICA DE

TIMOR-LESTE (RDTL)”

Disusun oleh :

FELICIA PAULA DE J ESUS GUTERRES 1011010024 / FEB / EP

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 24 juli 2014

Pembimbing

Pembimbing Utama Tim Penguji:

Ketua

Dr. Ignatia Martha, SE, ME Dr. Ignatia Martha, SE, ME

Sekretaris

Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP

Anggota

Drs. Ec. Wiwin Priana, MT

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(3)

UNGGULAN EKSPOR DI NEGARA REPÚBLIK DEMOCRÁTICA DE TIMOR-LESTE (RDTL)”

Yang diajukan

FELICIA PAULA DE J ESUS GUTERRES 1011010024 /J ULI /EP

Telah disetujui untuk ujian lisan

Pembimbing Utama

Dr. Ignatia Martha SE.ME Tanggal :... NIP.196703011991032001

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”

J awa Timur

(4)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sesuai

dengan waktu yang telah di tentukan. Dalam penulisan tesis yang berjudul

“Analisis Potensi Komoditi Kopi Sebagai Produk Unggulan Ekspor Di

Negara Repúblik Democrática De Timor-Leste (RDTL)”.

Penyunsun Skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi persyaratan

yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada jurusan

ekonomi pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa

Timur.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus di benahi.

Namun terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dari

pengarahan dan dukungan dari semua pihak.maka pada kesempatan ini peneliti

dengan kerendahan hati yang tulus ikhlas mengucapkan terimah kasih yang tak

terhingga kepada yang terhormat dosen pembimbing Ibu Dr. Ignatia Martha SE.

ME yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan terimah kasih kepada banyak pihak,

yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan bayak

(5)

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, Mp, selaku ketua program studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Muchtolifah, Dr. SE, MP, selaku dosen wali yang mana telah memberikan

ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembanguan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan

ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan

pelayanan akademik bagi peneliti.

6. Terucap hormat khusus kepada kedua orangtuaku yang senantiasa memberikan

do’a restu dan dorongan baik moril maupun materiil yang tak terhingga.

7. Kepada Rekan-rekan mahasiswa seangkatan 2010, yang telah member

semangat dan dukungan kepada saya yang telah mengerjakan skripsi hingga

selesai.

8. Para Pimpinan dan Staff di Kantor DNPIA-C/MAP RDTL yang telah bersedia

menerima penulis dalam mengadakan penelitian;

Dalam proses penulisan tesis ini penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan namun demikian tesis ini diusahakan sesuai dengan kemampuan

penulis. sehingga sangat di harapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun

dari pembaca demi penyempurnaan penulisan tesis tersebut.

(6)

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Grafik ... ix

Daftar Istilah ... x

Abstraksi ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Komoditi Kopi Sebagai Produk Ekspor ... 9

2.2.2. Potensi Dan Permasalahan ... 19

2.2.3. Pengertian Perdagangan Internasional ... 21

2.2.4. Tinjauan Teoritis Tentang Eksport ... 28

2.2.5. Teori Modern ... 31

(7)

2.2.8. Teori Permintaan ... 43

2.2.9. Teori Revealed Comparative Advantage (RCA) ... 47

2.3. Kerangka Pikir... 49

2.4. Hipotesis ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 52

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 53

3.2.1. Populasi ... 53

3.2.2. Sampel ... 53

3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.2.1. Jenis Data ... 53

3.3.2. Prosedur Pengumpulan Data ... 53

3.3.3. Sumber Data ... 53

3.3.4. Unit Analisis ... 54

3.3.5. Pengujian Hipotesis ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 56

4.1.1. Keadaan Perkebunan Kopi ... 56

4.1.2. Potensi Komoditi Kopi Sebagai Produk Unggulan Ekspor Di Negara RDTL ... 58

4.1.3. Condition Factor (Input) di RDTL ... 61

(8)

4.1.7. Demand Condition (Faktor Permintaan) di RDTL ... 68

4.1.8. Permintaan Domestik ... 68

4.1.9. Permintaan Luar Negeri ... 70

4.1.10. Produksi Kopi ... 71

4.1.11. Perkembangan Ekspor Dan Produsen Kopi Dunia ... 72

4.1.12. Perkembangan Harga ... 74

4.1.13. Konsumsi Kopi Dunia ... 76

4.2. Diskripsi Variable Penelitian ... 77

4.2.1. Total Ekspor Kopi Timor Leste ... 77

4.2.1.1. Total Ekspor Timor – Leste ... 79

4.2.2. Total Ekspor Timor – Leste ... 79

4.2.3. Total Ekspor Kopi Dunia ... 80

4.2.4. Total Ekspor Dunia ... 82

4.2.5. Analisis Industry Terkait dan Pendukungnya di RDTL ... 85

4.2.5.1. Industri Inti ... 86

4.2.5.2. Industri Terkait dan Pendukungnya di RDTL ... 88

4.2.5.3. Strategi Perusahaan, Struktur Dan Pesaingnya di RDTL ... 89

4.2.5.4.Struktur dan Persaingan Perusahan Ekspor Kopi di RDTL ... 90

4.2.6. Potensi Komiditi Kopi sebagai produk unggulan ekspor di Negara RDTL ... 92

4.2.6.1. Condition Factor (Input) di RDTL... 92

(9)

4.2.7. Permasalahan komidi kopi sebagai produk unggulan ekspor

di Negara RDTL ... 97

4.2.7.1. Kondisi Factor (Input) di RDTL ... 97

4.2.7.2. Demand Condition (Faktor Permintaan) di RDTL... 98

4.2.7.3. Industri Terkait dan Pendukungnya di RDTL ... 99

4.2.7.4. Analisis Strategi Perusahaan, struktur dan pesaingnya di RDTL ... 99

4.2.8. Upaya Pemerintah Untuk mengembangkan Komoditi Kopi Sebagai Produk Unggulan Ekspor di Negara RDTL ... 101

4.2.8.1. Condition Factor (Input) di RDTL ... 101

4.2.8.2. Demand Condition (Faktor Permintaan) di RDTL ... 102

4.2.8.3. Industri Terkait dan Pendukungnya di RDTL ... 102

4.2.8.4. Strategi Perusahaan, Struktur dan Pesaingnya di RDTL ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 109

5.2. Saran ... 110

5.2.1. Pemerintah ... 110

5.2.2. Perusahaan dan Petani ... 113

5.3. Keterbatasan Penelitian... 117

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Halaman

Table 1. Luas Areal Kopi di Beberapa Propinsi di Timor-Leste Tahun 2002-2012 . 63

Table 2. Perkembangan Harga Kopi Dunia dari Tahun 2002-2012 ... 71

Tabel 3. Produksi Kopi di Timor-Leste Tahun 2002-2012 ... 74

Tabel 4. Jumlah Konsumsi Kopi di Dunia Tahun 2002-2012 ... 76

Table 5. Total Ekspor Kopi Timor-Leste Tahun 2002-2012 ... 78

Tabel 6. Total Ekspor Timor-Leste Tahun 2002-2012 ... 79

Table 7. Total Ekspor Kopi Dunia Tahun 2002-2012 ... 81

Table 8. Total Ekspor Dunia Tahun 2002-2012 ... 82

Tabel 9. Revealed Comparative Advantage (RCA) Tahun 2002-2012 ... 83

Tabel : 4.3.1 Rekapitulasi Potensi Dan Permasalahannya ... 100

(11)

Halaman

Grafik 1. Perkembangan Harga Kopi Arabika Dan Robusta, 2002-2012 ... 75

(12)

Halaman

Gambar 1. Diagram Kotak Edgewotd-Bowly……….. 25

Gambar 2. Isocot ... 34

Gambar 3. Produk Padat Karya dan Padat Modal ... 35

Gambar 4. Teori Proporsi Faktor Produksi ... 37

Gambar 5. Kurva Penawaran ... 41

Gambar 6. Gerakan Sepanjang Kurva Penawaran………... 42

Gambar 7. Gerakan seluruh Kurva Penawaran ... 42

Gambar 8. Hubungan Antara Permintaan dan Harga ... 44

(13)

Revealed Comparative Advantage : Keunggulan Bangsa

Diploma Ministerial No. 01/2009 18 de Setembro procedimentos de certificação

da origem do café de Timor Leste : Surat Keterangan Tingkat Mentri Tanggal 18

September 2009 No. 1 Tentang Surat Izin Usaha dan budidaya Kopi Organik

Timor-Leste Artigo 2 Empresas autorizadas : Pasal 2 tentang izin usaha Artigo 3

Exportacao café de Timor-Leste : Pasal 3 tentang ekspor kopi Cooperativa Café

Organic-CCO : Koperasi kopi organic Cooperativa Café Timor-CCT : Koperasi

kopi Timor-Leste Departamento Café Cola : Dinas Perkopian Deração Nacional

Plantas Industrias Comercio-DNPIA-C : Departemen nasional pengembangan

industri perkebunan Ministério Agricultura e Pescas-MAP : Kementrian pertanian

(14)

TIMOR-LESTE (RDTL)”

by :

FELICIA PAULA DE J ESUS GUTERRES

Abstraksi

“Analisis potensi komoditi kopi sebagai produk unggulan ekspor di negara República Democrática De Timor-Leste (RDTL)”. Komoditas kopi merupakan salah satu komoditas yang cukup penting terutama sebagai sumber devisa negara Timor-Leste melalui ekspor. Kopi juga dapat memprensentasi 90% pendapatan tunai tahunan bagi 25% penduduk Timor-Leste, komoditas kopi pada umumnya diproduksi untuk diekspor. Nilai ekspor rata-rata kopi menduduki peringkat pertama sejak tahun 2002-2004, sebelum sumber daya minyak diolah. Setelah minyak diekspor maka, komoditas kopi dalam kurun waktu 2004-20012 menduduki urutan tertinggi kedua. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah Timor-Leste terus berupaya meningkatkan dan mengembangkan potensi sumberdaya yang dimiliki khususnya sektor pertanian dengan komoditi berbasis perkebunan kopi.

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan metode Revealed Comparatif Advantage (RCA) menunjukkan bahwa Total Ekspor Komoditi Kopi Timor-Leste, Total Ekspor Seluruh Komoditas Timor-Timor-Leste, Total Ekspor kopi Dunia, Total Ekspor Seluruh Komoditas Dunia berpengaruh terhadap Revealed Comparatif Advantage (RCA) Timor-Leste, yaitu yang ditunjukkan dengan

perhitungan RCA mulai tahun 2002-2012. mencapai rata-rata 10.17%. Nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) tertinggi terjadi pada tahun 2010 mencapai 24,7%.

Jadi yang tecapai dari Komoditas Kopi Timor-Leste masih mempunyai Keunggulan Komparatif di atas rata-rata dunia yaitu RCA>1 dalam struktur ekspor . Dan untuk pegembangan komoditi kopi sebagai produk unggulan ekspor maka, pemerintah terlebih dahulu meningkatkan ke empat faktor tersebut diantaranya: (1) faktor produksi terdiri dari SDA, SDM, infrastruktur dan teknologi, (2) factor permintaan, permintaan domestik dan permintaan internasional, (3) faktor industri terkait dan pendukung meliputi industri inti komoditi kopi dan indusri terkait dan pendukung, (4) strategi perusahaan, struktur dan pesaingnya yang terdiri dari strategi perusahaan dalam ekspor kopi serta bagaimana struktur persaingan negara-negara penghasil kopi. Pegembangan memulai dari ke empat faktor ini akan membuat komoditi kopi Timor-Leste unggul di pasaran internasional. Dalam upaya pegembangan komoditi kopi sebagai produk unggulan ekspor maka, maka ada permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah adalah jumlah produksi kopi yang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh keterbatsan pengetahuan dalam penanganan pasca panen serta produktivitas yang rendah.

(15)

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Analisis potensi komoditi kopi sebagai produk unggulan ekspor

merupakan salah satu kebijakan yang harus diambil oleh pihak-pihak terkait

yaitu pemerintah, industri kopi termasuk dukungan dari petani kopi yang

dapat menjadikannya komoditi kopi sebagai komoditi unggulan ekspor

negara República Democrátsica De Timor-Leste (RDTL). Untuk menjadi

komoditi kopi sebagai komoditi keunggulan ekspor, maka terdapat beberapa

faktor antara lain: Faktor Kondisi, Faktor Permintaan, Faktor Industri yang

terkait dan pendukungnya serta Strategi perusahaan, Struktur dan Pesaingnya.

Dalam pelaksanaannya, pemerintah lebih berperan sebagai fasilitator yang

akan dapat memfasilitasi keempat faktor pendukung tersebut agar komoditi

kopi dapat bertahan baik dipasar dalam negeri maupun dipasar luar negeri.

Timor-Leste merupakan daerah yang cukup potensial untuk pengembangan

tanaman kopi. Timor-Leste secara administratif memiliki luas wilayah 15.410

km2 dengan daerah penghasil kopi sekitar 55.000 hektar area kebun kopi yang

sedang menjadi komuditi unggulan yang diekspor dengan nilai USAD

6,327,816 dari total nilai ekspor USAD 38,997,084 (2006). Komoditas kopi

juga telah mampu menunjukkan kemampuannya sebagai salah satu komoditas

penyelamat perekonomian nasional. Komoditas kopi merupakan salah satu

komoditas yang cukup penting terutama sebagai sumber devisa negara

(16)

pendapatan tunai tahunan bagi 25% penduduk Timor-Leste, komoditas kopi

pada umumnya diproduksi untuk diekspor. Nilai ekspor rata-rata kopi

menduduki peringkat pertama sejak tahun 2000-2002 sebelum sumber daya

minyak diolah. Setelah minyak diekspor maka, komoditas kopi dalam kurun

waktu 2003-2009 menduduki urutan tertinggi kedua. Timor-Leste merupakan

negara agraris yang sebagian besar masyarakat (76%) hidup di pedesaan.

Perdagangan kopi dunia juga dipengaruhi oleh berbagai kebijakan ekspor

kopi. Kebijakan ekspor kopi yang ada maupun yang pernah ada memberikan

pengaruh terhadap ekspor kopi Timor-Leste, salah satu diantara kebijakan

yang berpengaruh yaitu kuota ekspor yang diberlakukan International

CoffeeOrganization (ICO), yang membatasi jumlah kopi yang diekspor

Timor-Leste. permintaan kopi Timor-Leste di pasar internasional sejak tahun

2000-2009 yang menjadi eksportir tetap dan menjadi pasar sasaran utama

adalah Amerika Serikat, dengan total ekspor kopi sebanyak 6.210.972,90 ton.

kedua adalah Jerman dengan total ekspor 3.130.625,20 ton. Ketiga Portugal

total ekspor 1.988.730,31 ton. Keempat Indonesia total ekspor 1.891.258 ton.

Kelima adalah Australia dengan total ekspor 1.663.905,33 ton. Oleh karena

itu, setelah merdeka, kopi tetap menjadi komoditas ekspor utama Timor-Leste

hingga sekarang ada banyak pembeli dan eksportir kopi, termasuk pedagang

etnis Cina membeli kopi kulit putih (parchment) dan mengekspor melalui

Indonesia, perusahaan-perusahaan telah menanam banyak investasi yang

mengekspor langsung dari Dili misalnya Timor Corp. Ltd, eksportir terbesar,

(17)

Dalam mencapai sasaran pembangunan jangka panjang, pemerintah

menetapkan kebijaksanaan pembangunan perdagangan diarahkan untuk

peningkatan produksi kopi untuk diekspor, perluasan kesempatan kerja,

peningkatan pendapatan rakyat, serta pemantapan stabilitas ekonomi.

Kebijaksanaan pengembangan ekspor komoditi kopi yang merupakan pilihan

strategis dilakukan oleh pemerintah Timor-Leste dalam memanfaatkan pasar

internasional melalui partner ekspor dengan mendatangkan devisa negara

yang juga mendorong potensi sumber daya domestik dan memperluas

kesempatan kerja. Kegiatan ekspor komoditi kopi di Timor-Leste telah

dilakukankan mulai tahun 2000 dengan jumlah 8.002 ton dengan negara

tujuan . Ekspor komoditi kopi dapat menghasilkan devisa lebih dari US $

6,000,000/tahun. Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman

hayati tropika unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya

masyarakat yang menghormati alam, maka Timor-Leste memiliki modal

dasar yang luar biasa besarnya untuk dikembangkan. Oleh karena itu

diperlukan upaya percepatan transformasi keunggulan komparatif ini menjadi

keunggulan kompetitif agar peluang pasar tersebut dapat benar-benar diraih

untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya petani kopi yang kurang lebih

dari 44.000 keluarga (200.000 jiwa) petani kopi hidup tergantung pada

komoditi kopi sebagai sumber pendapatan tunai tahunan. (Japan Internasioanl

(18)

Kopi memiliki potensi sebagai komoditas unggulan ekspor yang dapat

menyediakan lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Untuk

itu Timor-Leste dalam pengembangan komoditi kopi sebagai produk

unggulan ekspor maka, berdasarkan teorinya Porter (2008), berpendapat

bahwa suatu bangsa dapat dikatakan makmur apabila negara tersebut dapat

menciptakan faktor-faktor yang penentukan keberhasilan sebuah negara yaitu:

a. Faktor kondisi (input) yang digunakan sebagai faktor produksi seperti

SDA, SDM, sarana penunjang (infrastruktur, jalan raya, alat transportasi dan

pelabuhan) dan teknologi berbasis perkebunan kopi. b. Faktor permintaan

seperti permintaan domestik dan permintaan luar negeri. c. Industri terkait

dan pedukungnya seperti industri inti dan industri terkait dan pendukung

industri kopi serta d. Strategi, struktur dan persaingan yaitu strategi

perusahaan dan struktur persaingan komoditi kopi. dari keempat faktor inilah

yang akan menetukan kemakmuran sutau bangsa. Sebab pada dasarnya

kemakmuran suatu bangsa bukan ditentukan oleh apa yang diwariskan tetapi

diciptakan seperti tenaga kerja terampil, kemajuan teknologi yang berbasis

pengetahuan, dukungan pemerintah, dan budaya. Dari uraian di atas, maka

perlu suatu kajian yang lebih mendalam tentang analisis potensi komoditi

kopi sebagai produk unggulan ekspor di Negara República Democrática De

(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat ditentukan beberapa

masalah:

1. Bagaimana gambaran mengenai potensi komoditi kopi sebagai produk

unggulan ekspor di Negara RDTL?

2.Apa saja permasalahan-permasalahan komoditi kopi sebagai produk

unggulan ekspor di Negara RDTL?

3.Upaya apa yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk pengembangan

komoditi kopi sebagai produk unggulan ekspor di Negara RDTL?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasar pada permasalahan yang dihadapi, maka tujuan dalam

penelitian adalah: untuk mengetahui gambaran tentang potensi komoditi kopi

sebagai produk unggulan ekspor di Negara RDTL, dengan menggunakan

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat akademis yang dimaksud yaitu menambah literatur yang

sudah ada sebelumnya, sedangkan manfaat praktisnya adalah:

1. Mendapatkan gambaran tentang potensi komoditi kopi sebagai produk

unggulan ekspor.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah dalam mengambil suatu

kebijakan untuk menciptakan peluang pasar komoditi kopi yang dianggap

lebih berpotensi dalam menghasilkan devisa negara secara berkelanjutan.

3. Para peneliti lain, peneliti ini diharapkan bisa menjadi salah satu saran dan

rekomendasi, serta sebagai rujukan dalam penelitian-penelitian

(21)

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh :

1. Dwi Retno Andriani(2010), “ Analisis Keunggulan Komparatif dan

Kompetitif Usahatani Apel (Malus sylvestris ill) di Kecamatan

Poncokusumo Kabupaten. Hasil temuan: Keunggulan kompetitif yang

rendah menyebabkan komoditas apel lokal sulit menembus pasar ekspor

serta menimbulkan banyaknya apel impor di pasar domestik, sehingga

menyebabkan turunnya harga apel yang berakibat menurunnya

pendapatan dan keuntungan produsen apel lokal.

2. Soekarno(2009), dengan judul “Analisis keunggulan komparatif karet

alam Indonesia tahun 2003-2007”. Dengan menggunakan analisis RCA

menunjukkan bahwa peluang Indonesia untuk menjadi pengekspor utama

karet sangat besar. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kinerja ekspor

karet alam Indonesia memiliki daya saing yang kuat, walaupun jika

dilihat dari efek distribusi pasar masih lemah, untuk meningkatkan

kinerja ekspor karet maka perlu perhatian yang serius dari pemerintah

sehingga keunggulan kompratifnya dapat dipertahankan.

3. Haryana (2010), “Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)

Minyak SawitIndonesia dan Malaysia di Pasar Eropa tahun 1995 –

(22)

Malaysiamenunjukkan bahwa pada tahun 1995 hingga 2003, penampilan

ekspor minyak sawit Indonesia lebih rendah dari minyak sawit Malaysia,

yang ditunjukkan oleh indeks RCA Malaysia yang lebih besar dari

Indonesia. Sedangkan, pada tahun 2004 hingga 2009, penampilan ekspor

minyak sawit Indonesia lebih tinggi dari minyak sawit Malaysia, yang

ditunjukkan oleh indeks RCA Indonesia yang lebih besar dari Malaysia.

4.Nuhfil Hanani (2012), melakukan penelitian “ Persaingan Ekspor Kopi

Indonesia di Pasar Internasional”. Analisis yang digunakan adalah

analisis pendekatan statistik deskriptif untuk melihat kinerja ekonomi dan

statistik trend line dengan membandingkan dengan negara ekportir

utama, sedangkan tingkat persaingan ekspor kopi Indonesia dianalisis

dengan market share model untuk mengetahui melihat kinerja ekonomi

kopi Indonesia dan menganalisis tingkat persaingan kopi Indonesia

urutan negara terbesar ketiga dalam mengekspor kopi setelah Brasil dan

Vietnam. Hasil penelitian ini adalah biji kopi Indonesia memiliki

keunggulan komparatif di pasar internasional.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitianDwi Retno Andriani

(2010), terletak pada metode. Pada penelitian ini menggunakan metode

Revealed Comparative Advantage (RCA). Pada penelitian terdahulu

adalah menggunakan metode analisis keunggulan komparatif dan

kompetitif.

Perbedaan penelitian ini denganSoekarno (2009), terletak pada

(23)

Advantage (RCA). Pada penelitian terdahulu adalah menggunakan

metode analisis keunggulan komparatif dan kompetitif.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Haryana (2010)terletak

pada Metode dan produk yang diteliti. Pada penelitian ini menggunakan

metode Revealed omparative Advantage (RCA) . Dan dapat ditentukan

dengan menggunakan nilai net ekspor dan total perdagangan minyak

sawit yang bernilai positif. Variabel yang digunakan Perkembangan

konsumsi minyak sawit di dunia; perkembagan produksi minyak sawit di

dunia, perkembangan ekspor minyak sawit di dunia, perkembangan

kelapa stok minyak sawit di dunia; perkembangan kelapa sawit

indonesia; dan keterbatasan lahan untuk perluasan kelapa sawit..

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Komoditi Kopi Sebagai Produk Ekspor

Komoditi kopi menjadi komoditi penting dalam perdagangan

internasional. Bahkan sebagian besar negara-negara berkembang,

komoditi kopi memegang peranan penting dalam menunjang

perekonomiannya, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai

mata pencaharian rakyat.Pendapat yang dikemukakan oleh Najiaty

dan Danarti (2005), bahwa, sejarah kopi telah dicatat sejauh pada abad

ke-9. Pertama kali, kopi hanya ada di Ethiopia, mulanya tanaman kopi

tidak dibudidayakan oleh masyarakat tetapi tumbuh secara liar di

(24)

khusus untuk kopi yang berjenis robusta sedangkan kopi arabika dapat

tumbuh pada ketinggian 500-1.700 mm di atas permukaan laut. Curah

hujan yang diperlukan antara 2.000-3.000 mili meter (mm)/tahun,

namun kopi masih bisa tumbuh di daerah yang curah hujan

1.300-2.000 mili meter (mm)/tahun bahkan kopi bisa tumbuh pada curah

hujan 1.000-1.300 mili meter (mm)/tahun, asalkan irigasi intensif.

Suatu ketika bangsa Etiopia mengembara ketempat lain, buah

kopi juga ikut dibawa sehingga tanaman kopi ikut menyebar terutama

ke Negara-negara Arab, Persia (sekarang Irak) hingga Yaman. Akan

tetapi, ketika bangsa Arab mulai meluaskan perdagangannya, biji kopi

pun telah meluas sampai ke Afrika Utara dan biji kopi disana ditanam

secara massal. Dari Afrika Utara itulah biji kopi mulai meluas dari

Asia sampai pasaran Eropa dan ketenarannya sebagai minuman mulai

menyebar, karena minuman kopi sangat digemari oleh bangsa Etiopia

dan Abissinia untuk menyegarkan badan walaupun didalam minuman

kopi mengandung kofein yang dapat menahan rasa ngantuk dan

merangsang kinerja jantung dan otak sehingga ada orang yang tidak

kuat untuk minum kopi. Bukti nyata yang menunjukkan kapan atau

bagaimana sesungguhnya kopi pertama kali ditemukan tidak ada.

Meskipun demikian, kopi memiliki legenda yang cukup banyak,

beberapa sumber mengatakan bahwa kopi sudah dikonsumsi pada

sekitar 900 sebelum masehi, yang dapat dibawah oleh seorang

(25)

kambing-kambingnya setelah mereka memakan daun-daun dan biji kopi. dan

pertama kali dikonsumsi secara masal di Turki. Sumita, (2002).

Larangan minuman alkohol membuat kopi makin digemari,

Kepopuleran minuman ini terbukti dengan warung kopi pertama di

Konstantinopel yang dapat ditemukan sejak 1475. Di tahun 1563, kopi

untuk pertama kalinya diperkenalkan kepada komunitas Eropa oleh

Leonard Waulf, seorang doktor German yang menyakini keampuhan

kopi dalam melawan berbagai macam penyakit. Setelah itu

kepopuleran kopi sudah tidak dapat dibendung lagi. Di abad 17, coffee

house menjadi tempat berkumpulnya para intelektual-cendekiawan

dan terus berkembang dari situ. Tidak lama, kedai kopi pun dibuka di

setiap kota di sekitar wilayah bagian timur. Kemudian, pengiriman biji

kopi untuk yang pertama kali tiba di Eropa dan popularitas kopi

menyebar seperti api liar. Hingga pada akhir abad ke 17, kedai-kedai

kopi tersebut menyebar sampai ke Austria, Prancis, Jerman, Belanda

serta Inggris. Belanda mulai menanam kopi di daerah timur jauh,

sementara Inggris dan Prancis menyusul dengan memperkenalkan

kopi kepada koloni-koloni mereka. Di Amerika, popularitas kopi

berkembang setelah peristiwa Boston Tea Party yang terkenal, pada

saat rakyat Amerika bangkit menentang penetapan pajak yang tinggi

atas teh oleh Raja George dari Inggris. Susila, (2006).

Hasil penelitian dari FAO (2009), mendefinisikan kopi adalah

(26)

biji dari tanaman kopi yang dipanggang. Saat ini kopi merupakan

komoditi nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah

minyak bumi. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu

1998-2000 saja. Perkiraan pada tahun 2010, produksi kopi dunia akan

mencapai 7 juta ton per tahun. Kopi dapat dibagi menjadi dua jenis

yaitu spesies dari tanaman kopi; Arabika adalah kopi tradisional, dan

dianggap paling enak rasanya, Robusta memiliki kafein yang lebih

tinggi dapat dikembangakan dalam lingkungan di mana Arabika tidak

akan tumbuh, dan membuatnya menjadi pengganti Arabika yang

murah. Robusta biasanya tidak dinikmati sendiri, dikarenakan rasanya

yang pahit dan asam. Kopi robusta kualitas tinggi biasanya digunakan

dalam beberapa campuran espresso. Kopi Arabika biasanya

dinamakan oleh dermaga di mana mereka diekspor, dua yang tertua

adalah Mocha dan Jawa. Perdagangan kopi modern lebih spesifik

tentang dari mana asal mereka, melabelkan kopi atas dasar negara,

wilayah, dan kadangkala ladang pembuatnya. Satu jenis kopi yang

tidak bisa dan sangat mahal harganya adalah sejenis robusta di

Indonesia yang dinamakan kopi luwak. Kopi ini dikumpulkan dari

kotoran luwak, yang proses pencernaannya memberikan rasa yang

unik.

Dari penelitian Dian (2008), membuktikan bahwa, pada abad

ke-18, misionaris (utusan), para pedagang serta kolonis

(27)

Lingkungan alam yang alami terbukti merupakan tempat yang tepat

untuk bertanam kopi, sehingga kopi dapat tumbuh menyebar dengan

cepat. Pada akhir tahun 1.800-an yang lalu, kopi menjadi salah satu

hasil panen ekspor utama di dunia, terutama untuk negara-negara

berkembang. Kopi menjadi komoditi penting dalam perdagangan

internasional selama abad ke-19. Sejak saat itu perdagangan kopi

menderita kerugian karena kelebihan persediaan (over supply) dan

harga yang rendah, diikuti oleh periode-periode yang relatif singkat

dari kekurangan persediaan (short supply) dan harga yang tinggi.

Harga kopi bisa berfluktuasi, kadang-kadang secara dramatis,

tergantung pada persediaan, cuaca dan kondisi-kondisi perekonomian.

Keadaan ini membawa kepada suatu inisiatif antar-pemerintah untuk

mengstabilkan pasar dan menghentikan perurunan harga kopi, yang

mempunyai konsekwensi politis dan ekonomis secara serius bagi

sejumlah besar negara penghasil kopi di Amerika Latin dan Afrika.

Negara-negara berkembang pada umumnya komoditi kopi memegang

peranan penting dalam menunjang perekonomiannya, baik sebagai

penghasil devisa maupun sebagai mata pencaharian rakyat.

Lebih lanjut laporan dari FAO (2009), kopi merupakan salah

satu komoditi yang banyak dibudidayakan di kawasan tropik di benua

Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, serta di Asia Pasifik. Jenis kopi

(28)

1. Kopi Arabika yang sebagian besar dihasilkan di Colombia,

negara-negara Amerika Tengah dan Brasil;

2. Kopi Robusta yang banyak dihasilkan di Afrika dan Asia Pasifik.

Dari jenis kopi yang diproduksi, kopi arabika merupakan

bagian terbesar (sekitar 70%) dari total produksi dan 30% sisanya

adalah kopi robusta. Trend produksi kopi dunia cenderung mengalami

kenaikan. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 1991-1992, yaitu lebih

kurang 6 juta ton. Rata-rata produksi kopi dunia adalah 5,6 juta ton

per tahun. Negara produsen kopi terbesar adalah Brasil dengan

produksi rata-rata 1,6 juta ton per tahun, Colombia dengan produksi

rata-rata 800 ribu ton per tahun dan Indonesia pada urutan ketiga

produsen kopi dunia dengan produksi rata-rata 500 ribu ton per tahun.

Uni Eropa merupakan konsumen kopi utama di dunia dan

membutuhkan kopi rata-rata 2 juta ton. Konsumen kopi terbesar

berikutnya berturut-turut adalah Amerika Serikat dan Jepang

masing-masing membutuhkan 1,1 juta ton dan 350.000 ton. Dalam 5 tahun

terakhir Amerika Serikat membutuhkan kopi rata-rata 1,1 juta ton.

Laporan dari Lembaga Research Perkebunan Indonesia (2008),

mengatakan kopi sekarang menjadi komoditi penting dan merupakan

komoditi paling besar yang diperdagangkan dalam pasar dunia.

Komoditi tersebut dihasilkan oleh 60 negara dan memberikan nafkah

bagi 25 juta keluarga petani kopi di seluruh dunia. Bahkan beberapa

(29)

karena hampir 75% dari total ekspornya merupakan ekspor komoditi

kopi. Negara-negara pengekspor kopi yang menjadi anggota

(International Coffee Organisation-ICO) memproduksi lebih dari 90%

kopi dunia sedangkan negara-negara konsumen anggota ICO

mengkonsumsi lebih dari 60% kopi dunia. Bagi negara konsumen,

kopi adalah minuman populer yang universal.

Penjelasan ilustrasi di atas maka, Porter menggunakan

kerangka dasar untuk mengilustrasikan faktor-faktor penentu

keunggulan nasional, maka negara mendirikan industri yang akan

dapat mempengaruhi keempat faktor keunggulan komparatif nasional

antara lain:

1. Factor endowments: Merupakan faktor yang fokus pada input

yang digunakan sebagai faktor produksi, seperti tenaga kerja,

sumber daya alam, modal dan infrastruktur. Argumen Porter,

kunci utama faktor produksi adalah “diciptakan” bukan diperoleh

dari warisan. Lebih jauh, kelangkaan sumber daya (factor

disadvantage) seringkali membantu negara menjadi kompetitif.

Terlalu banyak (sumber daya) memiliki kemungkinan

disia-siakan, ketika langka dapat mendorong inovasi.

2. Demand conditions. Faktor ini mengarah pada tersedianya pasar

domestik yang siap berperan menjadi elemen penting dalam

menghasilkan daya saing. Pasar seperti ini ditandai dengan

(30)

didorong oleh adanya permintaan barang dan jasa berkualitas serta

adanya kedekatan hubungan antara perusahaan dan pelanggan.

3. Related and Supporting Industries. mengacu pada tersedianya

serangkaian dan adanya keterkaitan kuat antara industri

pendukung dan perusahaan, hubungan dan dukungan ini bersifat

positif yang berujung pada peningkatan daya saing perusahaan.

Porter mengembangkan model dari faktor kondisi semacam ini

dengan industrial clusters atau agglomeration, yang memberi

manfaat adanya potential technology knowledge spillover,

kedekatan dengan kosumen sehingga semakin meningkatkan

market power.

4. Firm strategy, Structure and Rivalry. Pada strategi dan struktur

yang ada pada sebagian besar perusahaan dan intensitas

persaingan pada industri tertentu. Faktor Strategi dapat terdiri dari

dua aspek: Pasar modal dan pilihan karir individu. Pasar modal

domestik mempengaruhi strategi perusahaan, sementara individu

seringkali membuat keputusan karir berdasarkan peluang dan

prestise. Suatu negara akan memiliki daya saing pada suatu

industri di mana personel kuncinya dianggap prestisius. Struktur

mengikuti strategi, Struktur dibangun guna menjalankan strategi,

Intensitas persaingan (rivalry) yang tinggi akan mendorong

(31)

Menurut Porter (2008), dalam persaingan global, suatu

perusahaan dapat bertahan dan unggul hanya jika memiliki keunggulan

atas biaya (cost-based advantage) dan keunggulan atas produk (

product-based advantage). Keunggulan atas biaya mencerminkan perusahaan

beroperasi secara efisien, dan keunggulan atas produk indikasi

perusahaan senantiasa melakukan penelitian dan pengembangan

produk-produk baru yang inovatif. Paradigma keunggulan kompetitif bangsa

adalah efisiensi (keunggulan atas biaya) dan inovasi (keunggulan atas

produk). Keberhasilan ekspor produk manufaktur negara industri baru

dan negara berkembang misalnya, keunggulan atas biaya (di negara

berkembang hal ini didukung kebijakan realokasi industri dari

negara-negara maju). Kini, setelah berhasil mengembangkan efisiensi, negara-negara

industri baru dan sebagian negara berkembang dihadapkan pada masalah

bagaimana meningkatkan efisiensi sekaligus mengembangkan

produk-produk inovatif sebab, bila tetap mempertahankan keunggulan

komparatif dan keunggulan atas biaya, tanpa beranjak pada

pengembangan produk-produk kompetitif, niscaya akan tertinggal..

Pendapat lain dikemukakan Supratikno (2007), bahwa

keunggulan merupakan masalah makro yang harus ditanggulangi secara

nasional dan menyeluruh, sedangkan masalah daya saing menyangkut

masalah mikro perusahaan, yang terkait erat dengan masalah keunggulan

yang bersifat makro. Masalah daya saing hanya dapat diatasi dengan

(32)

keunggulan bagi suatu komoditi ekspor baik keunggulan mutlak

(alamiah), keungguln komparatif (efisiensi), maupun keunggulan

teknologi (kapasitas/produktivitas), menjadi dasar yang sangat

menentukan daya saing suatu komoditi dalam memasuki pasar

internasional.tersebut ditunjukkan oleh tingkat kontribusi yang dapat

diberikan kepada pengembangan kapabilitas, kompetensi inti dan

keunggulan kompetitif negara.

Menurut pendapat Cho dan Moon. (2008), yang terkenal dengan

model Cho: Nine-Factor Model mengatakan bahwa: Dalam

penjelasannya Cho menyebutkan bahwa sumber daya yang

dianugerahkan dapat dibagi menjadi sumber daya mineral, pertanian,

kehutanan, perikanan dan lingkungan, lingkungan bisnis merupakan

suatu lingkungan bisnis yang seharusnya dipandang pada tingkat negara,

industri dan perusahaan. Hal ini meliputi jalan raya, pelabuhan,

telekomunikasi dan bentuk infrastruktur lainnya, industri terkait dan

pendukung dapat dibagi menjadi industri terkait secara vertikal dan

horizontal. Jika yang vertikal mencakup pengaruh tahap hulu dan hilir

dari produk, maka yang horizontal berkenaan dengan industri yang

menggunakan teknologi, bahan baku, distribusi atau aktivitas yang sama.

Sedangkan industri pendukung mencakup sektor keuangan, asuransi,

informasi, angkutan dan jasa lainnya. Permintaan domestik mencakup

aspek kuantitatif maupun kualitatif. Ukuran pasar domestik menentukan

(33)

stabilitas permintaan dalam negeri. Pekerja ukuran nilai pekerja yang

paling mudah teridentifikasi adalah tingkat upah tenaga kerja. Politisi dan

birokrat mencoba untuk memenangkan dan mempertahankan kekuatan

dan pembangunan perekonomian adalah salah satu dari banyak rute yang

dapat dipilih untuk mencapai sasaran primernya. Para wirausahawan.

Wirausahawan vital bagi setiap negara dalam suatu tahap awal dalam

pembangunan perekonomian.

2.2.2. Potensi dan Permasalahan.

David (2006), menjelaskan bahwa analisis peluang dan

ancaman adalah sebuah bentuk analisis situasi dan kondisi yang

bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan

situasi dan kondisi sebagai faktor masukan, dan alat analisis ini

semata-mata sebuah alat analisis yang ditujukan untuk

menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau mungkin akan

dihadapi oleh organisasi atau intitusi dan bukan sebuah alat analisis

ajaib yang mampu memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah

organisasi. Analisis ini terbagi atas dua komponen dasar yaitu :

1. Potensi, adalah situasi atau kondisi yang perlu di kembangkan

atau diciptakan untuk menggurangi permasalahan dalam proses

perkembangan komoditi kopi di masa datang, baik itu secara

(34)

2. Permasalahan, adalah situasi yang akan mengancam eksistensi

komoditi kopi di masa datang, baik itu masalah yang timbul dari

luar maupun dari dalam.

Selain dua komponen dasar ini, dalam proses analisisnya

akan berkembang menjadi beberapa subkomponen yang jumlahnya

tergantung pada situasi dan kondisi. Dari hasil wawancara penulis

dengan Kepala Dinas Perkopian Timor-Leste menyebutkan bahwa,

potensi yang dimiliki oleh Timor-Leste terdiri dari 22 sub-komponen

yaitu: (1) ketersediaan lahan, (2) iklim, (3) kuantitas dan kualitas

SDM, (4) pembinaan dan penyuluhan (5) pemberdayaan kelompok

tani, (6) dukungan infrastruktur, (7) ketersediaan sarana produksi, (8)

pemanfaatan teknologi tepat guna, (9) pengembangan pusat produksi

(10) volume produksi, (11) saluran distribusi, (12) kemitraan, (13)

potensi pasar, (14) gerai-gerai kopi, (15) hotel dan restoran, (16)

dukungan pemerintah, (17) lembaga penunjang (jasa perbankan),

(18) kualitas kopi, (19) promosi, (20) perusahaan domestik, (21)

industri pengolahan kopi bubuk berskala kecil dan (22) strategi

pemasaran. Komponen permasalahan memiliki 19 sub-komponen (1)

kondisi perkebunan, (2) penyakit yang menyerang kopi, (3) curah

hujan minim, (4) pengetahuan petani rendah, (5) rendahnya tingkat

koordinasi stakeholders, (6) sarana pendukung (listrik, transportasi

dan telekomunikasi), (7) kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

(35)

pasar, (9) pasar domestik kurang manarik, (10) harga kopi tidak

konsisten, (11) tingginya harga penolong (gula), (12) produksi kopi

dunia tinggi, (13) tuntutan konsumen dunia, (14) gaji buruh tinggi,

(15) banyaknya pesaing, (16) kebijakan pemerintah yang tidak

konsisten, (17) kualitas kopi masih rendah, (18) strategi pemasaran

yang tidak efisien dan (19) banyaknya negara pesaing. (Kantor

DNPIA-C/MAP. 2010).

2.2.3.Pengertian Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional merupakan teori yang

digunakan untuk mengkaji dasar-dasar terjadinya perdagangan

internasional serta keuntungan yang diperoleh dari kegiatan tersebut.

Salvatore, (2007), Perdagangan internasional dapat digunakan sebagai

mesin bagi pertumbuhan ekonomi di suatu negara (trade as engine of

growth). Dengan adanya aktifitas perdagangan internasional maka

diharapkan akan mendorong percepatan pembangunan ekonomi di

negara tersebut.Suatu negara akan memperoleh keuntungan dari

perdagangan dengan negara lain apabila negara tersebut berspesialisasi

dalam komoditas yang dapat diproduksi dengan lebih efisien

(mempunyai keunggulan absolut) dan mengimpor komoditas yang

kurang efisien (mengalami kerugian absolut). Hal ini menunjukkan

bahwa perdagangan internasional memegang peranan penting dalam

(36)

berkembang yang sedang berada dalam tahapan membangun

ekonominya.

Kontribusi Perdagangan Internasional Bagi Pembangunan

Ekonomi.

Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya

dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju

pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007), menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk

melihat keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu negara disamping

indikator-indikator lain seperti tingkat pengangguran, angka kemiskinan,

laju inflasi, dan lain sebagainya. Dengan pertumbuhan ekonomi yang

pesat dan stabil diharapkan akan memberikan dampak positif baik secara

langsung maupun tidak langsung bagi variabel ekonomi lainnya. Dalam

mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, pemerintah di

masing-masing negara mempunyai beberapa komponen kebijakan yang

bisa digunakan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang ingin

dicapai. Salah satunya adalah melalui kebijakan perdagangan

internasional:

a. Perdagangan dapat meningkatkan pendayagunaan sumber-sumber

daya domestik di suatu negara berkembang. Artinya melalui

hubungan perdagangan internasional, suatu negara berkembang

(37)

memanfaatkan sumber daya yang semula tidak bias diserap oleh

pasar domestik.

b. Melalui peningkatan ukuran pasar, perdagangan internasional juga

dapatmenciptakan pembagian kerja dan skala ekonomis (economies

of scale) yang lebih tinggi.

c. Perdagangan internasional juga berfungsi sebagai wahana transmisi

gagasangagasan baru, teknologi yang lebih baik, serta kecakapan

manajerial dan bidang-bidang keahlian lainnya yang diperlukan bagi

kegiatan bisnis. Tanpa adanya perdagangan internasional, maka para

pengusaha di suatu negara akan terus berkutat pada cara-cara lama

yang kurang efisien.

d. Perdagangan antar negara juga merangsang dan memudahkan

mengalirnya arus modal internasional dari negara maju ke negara

berkembang. Jika hubungan dagang telah terjalin dengan baik, maka

perusahaan-perusahaan di negara maju akan terdorong untuk

melakukan investasi langsung berupa pembangunan pabrik atau

sarana produksi di negara berkembang. Jika hal itu terjadi, maka

mengalirlah modal dan teknologi serta keterampilan produksi yang

lebih baik dari negara maju ke negara berkembang yang

bersangkutan.

e. Di beberapa negara berkembang yang besar seperti Brazil dan India,

impor produk-produk manufaktur telah merangsang permintaan

(38)

setempat untuk terjun dalam produksi komoditi yang sama. Jadi,

adanya produk baru di negara berkembang memberikan inspirasi

dan membuka lahan bisnis baru yang menguntungkan bagi para

produsen setempat.

f. Perdagangan internasional merupakan instrumen yang efektif untuk

mencegah monopoli karena perdagangan pada dasarnya merangsang

peningkatan efisiensi setiap produsen domestik agar mampu

menghadapi persaingan dari negara lain.

Adapun sebab-sebab munculnya perdagangan internasional

ekspor dan impor adalah sebagai berikut :

a. Hasil Produksi yang Sangat Variatif di Tiap Negara

Perbedaan kekayaan alam yang dimiliki tiap-tiap negara,

mengakibatkan adanya usaha untuk menutupi kekurangan

kekayaan alam tersebut. Misalnya, suatu negara memiliki

kekayaan yang melinpah pada barang dan jasa. Dengan demikian,

maka terjadilah perdagangan internasional ekspor dan impor antara

kedua negara tersebut.

b. Diferensiasi Harga Barang

Layaknya pada suatu pasar, konsumen akan selalu mencari

pedagang dengan harga yang lebih kompetitif atau lebih murah

dengan kualitas yang sama. Demikian pula halnya dalam

perdagangan internasional. Jika Amerika dan Korea sama-sama

dapat memproduksi computer dengan harga yang lebih murah

(39)

lebih memilih membeli computer di kedua negara tersebut dengan

harapan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar.

c. Motivasi untuk Menambah Produktivitas

Ketika terjadinya kerjasama lintas negara, produk yang

dihasilkan pun harus sudah berkualitas internasionaL. Jika tidak,

jangan harap hasil produk anda dilirik oleh negara lain. Faktor

motivasi dari dalam diri para pekerja menjadi salah satu penyebab

terjadinya perdagangan internasional.

Manfaat dari perdagangan dapat dilihat pada diagram kotak

dari Edgewoth-Bowley. Pada gambar 1. diasumsikan pertukaran

terjadi di antara 2 konsumen (konsumen A dan B) dengan

masing-masing jenis barang (X dan Y). Konsumen A memiliki barang X

sebanyak OAXI dan barang Y sebanyak OAY1, konsumen B

memiliki barang X sebanyak OBX2 dan barang Y sebanyak OBX2.

Keadaan konsumen A digambarkan pada bagian kiri bawah kotak;

dengan titik awal OA.

Gambar 1 : Diagram Kotak Edgewoth-Bowley

Sumber: Boediono. 2005. Ekonomi Internasional, Seri Sinopsis,

(40)

Keadaan konsumen B digambarkan pada bagian kanan atas

kotak. Konsumen A memiliki tingkat kepuasan yang digambarkan

pada kurva indiferens IA dan konsumen B memiliki tingkat

kepuasan yang digambarkan pada kurva indiferens IB. Titik R

menunjukkan pola konsumsi dari kedua konsumen bila

masing-masing mengkonsumsi seluruh barang yang dimilikinya. Setiap

titik yang terletak di dalam daerah berasir akan memberikan

manfaat yang lebih besar bagi salah satu atau kedua konsumen,

jika dibandingkan dengan posisi titik R, maka pada titik S

konsumen A bisa memperoleh kepuasan yang lebih tinggi (yaitu

pada kurva indiferens IA'), dibandingkan sebelumnya (IA) dan

konsumen B juga akan memperoleh kepuasan yang lebih tinggi

(IB'). Tetapi untuk bergerak dari titik R ke titik S, konsumen A

harus menukar barang Y sebanyak RT untuk ditukarkan dengan

barang X sebanyak TS.

Bila konsumen B menerima tawaran tersebut, maka

konsumen B harus mengurangi konsumsinya untuk barang X

sebanyak TS dan sebagai gantinya memperoleh barang Y sebanyak

RT. Jadi dapat dilihat bahwa pertukaran yang terjadi

menguntungkan kedua belah pihak. Kenaikan kepuasan akibat

adanya pertukaran inilah yang disebut dengan manfaat dari

perdagangan (gains from trade).

Titik S hanyalah salah satu kemungkinan (dari banyak

(41)

bahwa konsumen A memperoleh semua keuntungan dari

pertukaran. Pada titik U, konsumen B mendapatkan semua

keuntungan dari pertukaran, tingkat kepuasannya naik dari IA ke

IA".

Garis sepanjang USV disebut dengan kurva kontrak,

menunjukkan 13bsisi terjadinya pertukaran. Titik tempat terjadinya

pertukaran di sepanjang kurva USV ditentukan oleh kekuatan

tawar-menawar. Terjadinya pertukaran antara barang yang satu

dengan barang yang lain sudah barang tentu tidak dapat dipisahkan

dengan prinsip-prinsip penawaran dan permintaan dari pihak pihak

yang melakukan pertukaran.

Dari sisi penawaran, Adam Smith mengemukakan pokok

pikirannya; seperti yang dikemukakan oleh Sobri (2006: 69):

Hubungan perniagaan dari 2 negara pada umumnya terjadi karena

terdapat perbedaan biaya mutlak, yaitu, perbedaan biaya yang

terjadi (ditimbulkan) oleh faktor-faktor khusus yang dimiliki oleh

negara lain, misalnya faktor keadaan dan kekayaan alam Yang

menguntungkan suatu negara. Oleh karena perbedaan mutlak itu,

maka untuk sejenis barang yang dihasilkan dengan biaya yang

lebih murah daripada negara lain. Perbedaan biaya mutlak itu

kemudian akan memberikan keuntungan mutlak (absolute

(42)

2.2.4. Tinjauan Teoritis Tentang Ekspor

Menurut Salvatore, salah satu motor penggerak pertumbuhan

ekonomi yang paling umum di negara berkembang adalah berasal dari

kegiatan perdagangan internasionalnya, yakni kegiatan ekspor.Tujuan

utama suatu negara melakukan ekspor yaitu menghasilkan devisa

untuk membiayai impor negara tersebut, karena ekspor suatu negara

merupakan impor bagi negara lain (Sugiharini, 2006).

Secara matematis,. model ekspor dapat dituliskan dalam

berbagai bentuk, diantaranya:

1. Ekspor sebagai residu dari total produksi nasional dikurangi total

kebutuhan untuk konsumsi di dalam negeri (Bambang, 2006:

210).Dengan demikian ekspor akan lebih tepat bila disebut sebagai

sisa yang dapat diekspor (exportable surplus).

Dirumuskan:

X = Y t-CDt ... ... (4)

dengan YTt > CDt.

Dimana:

Xt = Ekspor nasional pada tahun t.

YT = Total produksi nasional pada tahun t.

CD = Total konsumsi dalam negeri pada tahun t.

Persamaan identitas di atas, bersumber dari dasar pemikiran

Keynes, yaitu:

(43)

dimana:

Y = GDP (Gross Domestic Product).

C = Total konsumsi masyarakat.

I = Total investasi masyarakat.

G = Total Konsumsi pemerintah.

X = Ekspor.

Persamaan (5), juga dapat diubah menjadi:

X =Y - (C+I+G)...(6)

Dimana (C+I+G) merupakan total kebutuhan konsumsi

dalam negeri. Sehingga pengertian exportable surplus kini

menjadi lebih luas, yaitu ekspor merupakan sisa dari total produksi

nasional (Y) yang telah dikurangi dengan total kebutuhan dalam

negeri.

2. Ekspor sebagai bagian dari perkembangan total produksi nasional

di dalam negeri. Dirumuskan:

Xt = Xo + bYt ... ... (7)

dimana:

Xt = Ekspor nasional pada tahun t.

Xo = Base export, yaitu tingkat ekspor yang berlangsung ketika

Y = 0. Y = GDP pada tahun t.

b = δX/δY = WE (Marginal Propensity to Export),

dengan0<b<l.

(44)

3. Ekspor terjadi karena adanya perubahan harga-harga potensial dari

pembeli yang ada di luar negeri terhadap harga-harga di dalam

negeri. Dirumuskan:

Xt=Xo + b (PX/PD)...(8)

dengan PX>PD.

Dimana:

Xt = Ekspor pada tahun t.

Xo = Base export.

b = Elastisitas harga terhadap ekspor, dengan 0<b<l.

PX = Indeks harga barang ekspor di luar negeri.

PD = Indeks harga umum di dalam negeri.

Jika PX < PD, maka dorongan (motivasi) untuk

melaksanakan kegiatan ekspor akan menurun, karenanya akan

lebih menguntungkan bagi produsen untuk menjual barang: barang

produksinya di dalam negeri, sebab kondisi harga dalam negeri

yang relatif lebih tinggi dari pada diekspor, akibatnya volume

ekspor pun akan menurun. Sebaliknya, jika PX>PD, maka

motivasi untuk melakukan ekspor akan meningkat, karena harga di

(45)

2.2.5. Teori Modern

Teori J.S.Mill ,Teori ini menyatakan, bahwa suatu negara akan

menghasilkan dan mengekspor barang yang memiliki comparative

advantage terbesar. Sedangkan barang yang diimpor, adalah barang

yang memiliki comparative disadvantage, yaitu barang yang

membutuhkan ongkos besar apabila memproduksi sendiri, sehingga

lebih murah jika barang tersebut diimpor.

Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh

banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang

tersebut. Contoh: Produksi 10 orang dalam 1 minggu.

Produksi Amerika Ingris

Gadum

Pakaian

6 bakul

10 yard

2 bakul

6 yard

Sumber: Salvatore (2006).

Menurut teori ini perdagangan antara Amerika dengan Inggris

tidak akan timbul karena absolute advantage untuk produksi gandum

dan pakaian ada pada Amerika semua. Tetapi yang penting bukan

absolute advantagenya tetapi comparative Advantagenya.

1. Da1am produksi gandum:

a. Amerika : 6 bakul dibanding 2 bakul dari Inggris atau 3: 1.

b. Inggris : 2 bakul dibanding 6 bakul dari Amerika atau

(46)

2. Dalam produksi pakaian:

a. Amerika : 10 yards dibanding 6 yards dari Inggris atau 5/3:

1.

b. Inggris : 6 yards dibanding 10 yards dari Amerika atau

3/5: 1.

Disini Amerika memiliki comparative advantage pada

produksi gandum, yaitu (3: 1), lebih besar dari (S/3: 1) Sedangkan

Inggris, memiliki comparative advantage pada produksi pakaian

yakni (3/5: 1), lebih besar dari (1/3: 1). Oleh karena itu, akan

timbul perdagangan antara Amerika dengan Inggris, difhana

Amerika akan berspesialisasi pada produksi gandum, kemudian

menukarkan sebagian gandumnya dengan pakaian dari Inggris.

3. Tidak ada perubahan teknologi.

Terdapat dua negara, yaitu Inggris dan Portugis yang

melakukan perdagangan internasional dengan dua komoditi,

anggur dan pakaian berdasarkan banyaknya hari kerja yang

dibutuhkan untuk berproduksi. Perdagangan internasional akan

terjadi jika masing-masing negara memiliki biaya komparatif yang

terkecil.

Sebagai contoh:

Portugis untuk anggar : 3f6 < 4f5 atau 3f4 < 6f5 .

Inggris untuk pakaian: Sf4 < 613 atau Sfb < 4f3

Pada saat nilai tukar 1 botol anggur sama dengan 1 yard

(47)

kerja demi I yard pakaian dibandingkan jika memproduksi sendiri

yang membutuhkan waktu 4 hari kerja. Sedangkan bagi Inggris,

untuk setiap botol anggur yang dibelinya dari Portugis hanya

dikorbankan 5 hari kerja, dibanding jika memproduksi sendiri

yang memertukan -6 hari kerja Dengan demikian, akan timbul

spesialisasi produksi, Portugis berspesialisasi pada produk anggur,

dan Inggris pada produk pakaian.

2.2.6. Teorema Heckscher-Ohlin (H-O)

Teori ini menjelaskan bahwa terjadinya perdagangan karena

adanya perbedaan opportunity cost dalam jumlah faktor

produksi/sumber daya yang dimiliki masing-masing negara. Suatu

negara akan memproduksi barang yang sumber dayanya lebih besar

dibanding negara lain Misalnya negara A memiliki tenaga kerja yang

besar dan retatif sedikit kapital, maka untuk sejumlah pengeluaran

tertentu akan memperoleh jumlah tenaga kerja yang lebih banyak

dibanding kapital. Maka negara A akan cenderung memproduksi

barang yang membutuhkan banyak tenaga kerja/padat karya (labor

intensive). Sebaliknya negara B, akan memproduksi barang-barang

yang padat modal (capital intensive): Sebagai ilustrasi hal tersebut

(48)

Gambar 2 : Isocost

Sumber : Nopirin, Ekonomi Internasional, 2006, Edisi Dua, BPFE, Yogyakarta, hal. 21.

Dalam hal ini, dengan uang sebanyak Rp 10; dapat dibeli

kombinasi kapital, yang ditandai dengan garis pada sumbu vertikal

(tenaga kerja) dan sumbu horizontal (kapital). Jika kedua garis ini

dihubungkan dengan suatu garis lurus merupakan suatu kurva yang

disebut isocost, yang merupakan berbapgai kombinasi dua faktor

produksi yang dapat dibeli dengan sejumlah uang tertentu.

Sudut arah isocost ini menunjukkan perbandingan antara

tenaga kerja dan kapital yaitu 20: 5 atau 4: 1; artinya 4 unit tenaga

kerja nilainya sama dengan 1 unit kapital. Dalam gambar diatas juga

ditunjukkan isocost untuk negara B yang lebih banyak memiliki

kapital dan memiliki sedikit tenaga kerja. Konsekuensi bagi negara B,

pengeluaran Rp 100; akan memperoleh 10 unit tenaga kerja atau 20

unit kapital. Harp 1 unit tenaga kerja sama dengan 2 unit kapital

sehingga perbandingan harga tenaga kerja dengan kapital adalah 1: 2.

Jadi jelaslah bahwa negara A akan lebih murah apabila

(49)

dan sedikit kapital flabor intensive), sedangkan negara B lebih murah

apabila memproduksi barang yang relatif menggunakan banyak

kapital dan sedikit tenaga kerja (capital intensive).

Gambar 3: Produk Padat Karya Dan Padat Modal

Sumber: Nopirin, Ekonomi Internasional, 2006, Edisi Dua, BPFE, Yogyakarta hal 22. 0

Dalam teori faktor proporsi, yang menjadi masalah bukan

hanya barang apa yang akan diproduksi, tetapi juga bagaimana

memproduksi barang tersebut (Nopirin, 2006: 21). Gambar 3. di atas

dapat menjelaskan untuk mengetahui bagaimana barang tersebut

dihasilkan, dengan kurva isoquant negara A dan negara B, misalnya

untuk barang X dan barang Y.

Sebagai contoh, negara A dan negara B memproduksi dua

barang yang sama, yaitu produksi pertanian (beras). Ha1 ini dapat

dilukiskan pada Gambar 3 di atas. Isocost yang menyinggung isoquant

menunjukkan ongkos terendah untuk menghasilkan sejumlah output

(50)

dipergunakan oleh Heckscher-Ohtin dalam mengemukakan teorinya

adalah sebagai berikut (Kindteberger, 2005: 141):

a. Ada dua negara, dua barang, dua faktor produksi (tenaga kerja dan

modal).

b. Baik pasar input (pasar faktor produksi) maupun pasar output di

kedua negara berada dalam kondisi persaingan sempurna.

c. Komoditi yang satu retatif lebih intensif dalam menggunakan satu

jenis faktor produksi daripada komoditi yang satu lagi.

d. Fungsi produksi homogen tinier atau dengan kata lain constan

return to scale dan produksi dari masing-masing komoditi sama

diantara kedua negara.

e. Spesialisasi tidak sempurna (incomplete) dalam produksi di kedua

negara. Asumsi ini beranggapan meskipun terjadi perdagangan

bebas, kedua negara tetap memproduksi dua macam barang.

f. Selera yang sama di kedua negara. Ini berarti bahwa preferensi di

kedua negara dalam bentuk kurva dan lokasi kurva indeferen yang

indentik.

g. Mobititas faktor produksi secara sempurna di setiap negara, tetapi

tidak dalam mobilitas faktor produksi internasional.

Sebagai contoh, negara A dapat memproduksi 20 unit beras

dengan biaya Rp 200,- dengan menggunakan 32 unit tenaga kerja dan

2 unit kapital. Sedangkan negara B, untuk memproduksi 20 unit beras

(51)

tenaga kerja dan 5 unit kapital. Dalam hal ini berarti negara B

memerlukan biaya yang lebih besar untuk memproduksi 20 unit beras,

dibanding dengan negara A.

Oleh karena itu negara A akan berspesialisasi memproduksi

beras dan negara B memproduksi barang lain yang ongkosnya lebih

murah dibanding negara A, sehingga terjadilah Perdagangan yang

saling menguntungkan.

Gambar 4: Teori Proporsi Faktor Prodaksi Tenaga Kerja

Sumber: Nopirin, Ekonomi Internasional. Edisi 2, BPFE, Yogyakatta, 1990, hal 23.

2.2.7. Teori Penawaran

Penawaran diartikan sebagai daftar yang menunjukkan jumlah

jumlah barang itu yang ditawarkan untuk dijual pada berbagai tingkat

harga dalam suatu pasar pada suatu waktu tertentuteori penawaran

adalah teori yang menerangkan sifat para penjual dalam menawarkan

(52)

tunjukan bagaimana interaksi antara pembeli dan penjual, akan

menentukan harga keseimbangan atau harga pasar dan jumlah barang

yang akan diperjual belikan(Adiwarman A. Karim (2007). Hubungan

antara jumlah barang yang ditawarkan dengan tingkat harga, berlaku

dengan menganggap bahwa faktor-faktor lain, seperti biaya produksi

(harga faktor produksi dan teknologi yang digunakan), harp barang

yang berkaitan (utamanya barang substitusi), serta organisasi pasar,

diantaranya tingkat tarif dan kuota dalam kondisi tetap (tidak berubah)

(Samuelson, dan Nordhaus, 2003: 63). Penawaran akan berubah

karena pengaruh perubahan faktor-faktor di atas, selain perubahan

harga barang itu sendiri.

Menurut Wilson Bangun (2007), permintaan suatu barang pada

tingkat harga tertentu. Konsumen dapat menentukan jumlah barang

yang dikonsumsi tergantung pada harga barang tersebut. Pada

umumnya, semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin sedikit

jumlah permintaan keatas suatu barang tersebut. Sebaliknya, semakin

rendah harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah permintaan

keatas barang tersebut, apabila factor tidak berpengaruh (catteries

paribus).

Apabila permintaan merupakan gabungan antara keinginan

dengan kesediaan atau kemampuan untuk membeli, penawaran

merupakan gabungan antara pemilikan dengan kesediaan untuk

(53)

Jumlah komoditi yang bersedia ditawarkan produsen selama

periode waktu tertentu adalah fungsi dari atau tergantung pada harga

komoditi yang bersangkutan dan biaya produksinya (Salvatore,

2006).Untuk mendapatkan skedul penawaran bagi produsen dan kurva

penawaran suatu komoditi, faktor-faktor lain harus dalam kondisi

tetap (ceteris paribus), sementara harga komoditi bervariasi.

Faktor-faktor tersebut meliputi (Adiwarman A. Karim (2007):

1. Jumlah pedagang.

2. Harga faktor produksi.

3. Harga barang alternatif.

4. Harapan pada pedagang (produsen) terhadap harga-harga

mendatang.

5. Perubahan teknologi.

Kurva penawaran yang menunjukkan hubungan antara kualitas

komoditi yang ditawarkan dengan harga komoditi tersebut, dapat

mempunyai berbagai macam bentuk Biasanya berupa garis yang naik

condong ke kanan atas, baik cembung, cekumg, maupun lurus. Dalam

kurva penawaran tidak selalu kemiringannya positif, seperti kurva

permintaan yang selalu memiliki kemiringan negatif. Selain positif,

kurva penawaran dapat memiliki kemiringan yang lain, yaitu bisa nol,

tak terhingga, bahkan negatif, sehingga tidak mungkin untuk membuat

suatu generalisasi (Sadono Sukirno, 2005). Sumbu tegak dalam kurva

(54)

Sedangkan sumbu datar yaitu sumbu jumlah, merupakan variabel

tergantung. Ini berarti bahwa jumtah barang yang ditawarkan (Q)

tergantung atau merupakan fungsi dari harga (P). Secara teknis dapat

dituliskan:

Q=f (P)...(1)

Perumusan teknis di atas merupakan perwujudan dari Hukum

Penawaran yang menyatakan, bahwa antara harp dengan jumlah

barang yang ditawarkan, memiliki hubungan searah (Sadono Sukirno,

2005)

Kurva penawaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Kurva penawaran individu, yaitu kurva penawaran yang dibentuk

oleh satu orang produsen.

2. Kurva penawaran pasar, yaitu kumpulan dari kurva-kurva

penawaran individu. Merupakan penjumlahan aritmetis secara

mendatar (penjumlahan jumlah output yang ditawarkan) dari

penawaran beberapa individu pada kondisi dimana tingkat harga

penawaran sama, jadi bukan merupakan penjumlahan vertikal

(penjumlahan harga).

Kurva penawaran linier dengan sumbu vertikal menunjukkan

harga (P) dan sumbu horisontal yang menunjukkan jumlah output

(55)

Gambar 5: Kurva Penawaran Harga (P)

Sumber: Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi; Edisi Baru, PT Rajafrrafindo Persada,

2003, hal: 321.

Bentuk umum persamaan dari kurva penawaran linier di atas dapat

ditulis sebagai berikut:

P = a + b Q...(2)

→ Q = a/b + 1/b P ... (3)

di mana:

b : tangen (3, merupakan hasil bagi antara MR dengan NM, nilainya

positif karena 0º<0<90º.

A : intersep ON, nilainya konstan.

Adanya pembedaan antara istilah penawaran dengan istilah jumlah

yang ditawarkan merupakan hal yang penting. Perbedaan istilah

disebabkan karena adanya masalah perbedaan tentang gerakan dalam

kurva penawaran, yaitu (Wilson Bangun,2007).

1. Gerakan sepanjang kurva penawaran (shift along the supply curve)

Adanya perubahan dari jumlah barang yang ditawarkan karena,

terjadi perubahan tingkat harga, sedang faktor-faktor lain tidak

(56)

kenaikan harga dari P, ke, PZ, sehingga membuat jumlah output yang

ditawarkan meningkat dari Q1 ke Q2.

Gambar 6: Gerakan Sepanjang Karva Penawar an

Sumber : Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, Bandung:Penerbit Refika Aditama, 2007.

2. Gerakan dari seluruh kurva penawaran yang bersangkutan (shift of the

supply curve).

Gerakan ini terjadi apabila faktor-faktor yang dianggap

konstan (cateris paribus) mengalami perubahan. Pada Gambar 7 kurva

penawaran (S) bergeser ke kiri (S,) atau ke kanan (S2).

Gambar 7: Gerakan Seluruh Kurva Penawaran Harga (P)

Sumber: Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi, Edisi Baru, PT. Raja

Gambar

Gambar 1 : Diagram Kotak Edgewoth-Bowley
Gambar 2 : Isocost
Gambar 3: Produk Padat Karya Dan Padat Modal
Gambar 4: Teori Proporsi Faktor Prodaksi Tenaga Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengadilan Negeri Bale Bandung melakukan eksekusi terhadap tanah yang terletak di blok Tabrik, Desa Nanjungmekar Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung yang

Gagal jantung adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.Fungsi jantung berfungsi sebagai alat atau organ pemompa darah pada

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai kajian pustaka yang berkaitan dengan judul dalam penelitian ini yaitu mengenai tumbuh kembang remaja, aspek fisik kesehatan

Kemudahan Mendapat Nilai 10 10 Berdasarkan NKT terbesar pada tiap atribut hasil analisis konjoin yang disajikan pada Tabel 5, dapat ditarik kesimpulan bahwa kombinasi taraf

Imam Ahmad bin Hanbal banyak mendapatkan pujian berperingkat tinggi dari para ulama yang dari pendapat ulama tersebut tidak ada seorangpun dari kritikus hadits

Polytechnic Sriwijaya, test of proficiency was only taken at the end of semester six, there was no test of proficiency taken at the beginning. It can be said thSt

Faktor yang mempengaruhi adalah perkembangan dari kegiatan komersial tersebut.Perkembangan tersebut dilihat dari kondisi kawasan Pecinan dari tahun 1990 sampai

Mispersepsi tentang hakekat program reformasi birokrasi ini menimbulkan potensi resensi yang besar ketika pada akhriny pelaksanaan program reformasi birokrasi