TIMOR-LESTE (RDTL)”
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis
Program Studi Ekonomi Pembangunan
Oleh :
FELICIA PAULA DE J ESUS GUTERRES 1011010024 / FEB / EP
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
“ANALISIS POTENSI KOMODITI KOPI SEBAGAI PRODUK UNGGULAN EKSPOR DI NEGARA REPÚBLIK DEMOCRÁTICA DE
TIMOR-LESTE (RDTL)”
Disusun oleh :
FELICIA PAULA DE J ESUS GUTERRES 1011010024 / FEB / EP
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 24 juli 2014
Pembimbing
Pembimbing Utama Tim Penguji:
Ketua
Dr. Ignatia Martha, SE, ME Dr. Ignatia Martha, SE, ME
Sekretaris
Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP
Anggota
Drs. Ec. Wiwin Priana, MT
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
UNGGULAN EKSPOR DI NEGARA REPÚBLIK DEMOCRÁTICA DE TIMOR-LESTE (RDTL)”
Yang diajukan
FELICIA PAULA DE J ESUS GUTERRES 1011010024 /J ULI /EP
Telah disetujui untuk ujian lisan
Pembimbing Utama
Dr. Ignatia Martha SE.ME Tanggal :... NIP.196703011991032001
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awa Timur
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sesuai
dengan waktu yang telah di tentukan. Dalam penulisan tesis yang berjudul
“Analisis Potensi Komoditi Kopi Sebagai Produk Unggulan Ekspor Di
Negara Repúblik Democrática De Timor-Leste (RDTL)”.
Penyunsun Skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi persyaratan
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada jurusan
ekonomi pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa
Timur.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus di benahi.
Namun terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dari
pengarahan dan dukungan dari semua pihak.maka pada kesempatan ini peneliti
dengan kerendahan hati yang tulus ikhlas mengucapkan terimah kasih yang tak
terhingga kepada yang terhormat dosen pembimbing Ibu Dr. Ignatia Martha SE.
ME yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan terimah kasih kepada banyak pihak,
yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan bayak
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, Mp, selaku ketua program studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Muchtolifah, Dr. SE, MP, selaku dosen wali yang mana telah memberikan
ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembanguan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan
ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan
pelayanan akademik bagi peneliti.
6. Terucap hormat khusus kepada kedua orangtuaku yang senantiasa memberikan
do’a restu dan dorongan baik moril maupun materiil yang tak terhingga.
7. Kepada Rekan-rekan mahasiswa seangkatan 2010, yang telah member
semangat dan dukungan kepada saya yang telah mengerjakan skripsi hingga
selesai.
8. Para Pimpinan dan Staff di Kantor DNPIA-C/MAP RDTL yang telah bersedia
menerima penulis dalam mengadakan penelitian;
Dalam proses penulisan tesis ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan namun demikian tesis ini diusahakan sesuai dengan kemampuan
penulis. sehingga sangat di harapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun
dari pembaca demi penyempurnaan penulisan tesis tersebut.
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Tabel ... vii
Daftar Gambar ... viii
Daftar Grafik ... ix
Daftar Istilah ... x
Abstraksi ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 5
1.3.Tujuan Penelitian ... 5
1.4.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori ... 9
2.2.1. Komoditi Kopi Sebagai Produk Ekspor ... 9
2.2.2. Potensi Dan Permasalahan ... 19
2.2.3. Pengertian Perdagangan Internasional ... 21
2.2.4. Tinjauan Teoritis Tentang Eksport ... 28
2.2.5. Teori Modern ... 31
2.2.8. Teori Permintaan ... 43
2.2.9. Teori Revealed Comparative Advantage (RCA) ... 47
2.3. Kerangka Pikir... 49
2.4. Hipotesis ... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 52
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 53
3.2.1. Populasi ... 53
3.2.2. Sampel ... 53
3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 53
3.2.1. Jenis Data ... 53
3.3.2. Prosedur Pengumpulan Data ... 53
3.3.3. Sumber Data ... 53
3.3.4. Unit Analisis ... 54
3.3.5. Pengujian Hipotesis ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 56
4.1.1. Keadaan Perkebunan Kopi ... 56
4.1.2. Potensi Komoditi Kopi Sebagai Produk Unggulan Ekspor Di Negara RDTL ... 58
4.1.3. Condition Factor (Input) di RDTL ... 61
4.1.7. Demand Condition (Faktor Permintaan) di RDTL ... 68
4.1.8. Permintaan Domestik ... 68
4.1.9. Permintaan Luar Negeri ... 70
4.1.10. Produksi Kopi ... 71
4.1.11. Perkembangan Ekspor Dan Produsen Kopi Dunia ... 72
4.1.12. Perkembangan Harga ... 74
4.1.13. Konsumsi Kopi Dunia ... 76
4.2. Diskripsi Variable Penelitian ... 77
4.2.1. Total Ekspor Kopi Timor Leste ... 77
4.2.1.1. Total Ekspor Timor – Leste ... 79
4.2.2. Total Ekspor Timor – Leste ... 79
4.2.3. Total Ekspor Kopi Dunia ... 80
4.2.4. Total Ekspor Dunia ... 82
4.2.5. Analisis Industry Terkait dan Pendukungnya di RDTL ... 85
4.2.5.1. Industri Inti ... 86
4.2.5.2. Industri Terkait dan Pendukungnya di RDTL ... 88
4.2.5.3. Strategi Perusahaan, Struktur Dan Pesaingnya di RDTL ... 89
4.2.5.4.Struktur dan Persaingan Perusahan Ekspor Kopi di RDTL ... 90
4.2.6. Potensi Komiditi Kopi sebagai produk unggulan ekspor di Negara RDTL ... 92
4.2.6.1. Condition Factor (Input) di RDTL... 92
4.2.7. Permasalahan komidi kopi sebagai produk unggulan ekspor
di Negara RDTL ... 97
4.2.7.1. Kondisi Factor (Input) di RDTL ... 97
4.2.7.2. Demand Condition (Faktor Permintaan) di RDTL... 98
4.2.7.3. Industri Terkait dan Pendukungnya di RDTL ... 99
4.2.7.4. Analisis Strategi Perusahaan, struktur dan pesaingnya di RDTL ... 99
4.2.8. Upaya Pemerintah Untuk mengembangkan Komoditi Kopi Sebagai Produk Unggulan Ekspor di Negara RDTL ... 101
4.2.8.1. Condition Factor (Input) di RDTL ... 101
4.2.8.2. Demand Condition (Faktor Permintaan) di RDTL ... 102
4.2.8.3. Industri Terkait dan Pendukungnya di RDTL ... 102
4.2.8.4. Strategi Perusahaan, Struktur dan Pesaingnya di RDTL ... 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 109
5.2. Saran ... 110
5.2.1. Pemerintah ... 110
5.2.2. Perusahaan dan Petani ... 113
5.3. Keterbatasan Penelitian... 117
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
Table 1. Luas Areal Kopi di Beberapa Propinsi di Timor-Leste Tahun 2002-2012 . 63
Table 2. Perkembangan Harga Kopi Dunia dari Tahun 2002-2012 ... 71
Tabel 3. Produksi Kopi di Timor-Leste Tahun 2002-2012 ... 74
Tabel 4. Jumlah Konsumsi Kopi di Dunia Tahun 2002-2012 ... 76
Table 5. Total Ekspor Kopi Timor-Leste Tahun 2002-2012 ... 78
Tabel 6. Total Ekspor Timor-Leste Tahun 2002-2012 ... 79
Table 7. Total Ekspor Kopi Dunia Tahun 2002-2012 ... 81
Table 8. Total Ekspor Dunia Tahun 2002-2012 ... 82
Tabel 9. Revealed Comparative Advantage (RCA) Tahun 2002-2012 ... 83
Tabel : 4.3.1 Rekapitulasi Potensi Dan Permasalahannya ... 100
Halaman
Grafik 1. Perkembangan Harga Kopi Arabika Dan Robusta, 2002-2012 ... 75
Halaman
Gambar 1. Diagram Kotak Edgewotd-Bowly……….. 25
Gambar 2. Isocot ... 34
Gambar 3. Produk Padat Karya dan Padat Modal ... 35
Gambar 4. Teori Proporsi Faktor Produksi ... 37
Gambar 5. Kurva Penawaran ... 41
Gambar 6. Gerakan Sepanjang Kurva Penawaran………... 42
Gambar 7. Gerakan seluruh Kurva Penawaran ... 42
Gambar 8. Hubungan Antara Permintaan dan Harga ... 44
Revealed Comparative Advantage : Keunggulan Bangsa
Diploma Ministerial No. 01/2009 18 de Setembro procedimentos de certificação
da origem do café de Timor Leste : Surat Keterangan Tingkat Mentri Tanggal 18
September 2009 No. 1 Tentang Surat Izin Usaha dan budidaya Kopi Organik
Timor-Leste Artigo 2 Empresas autorizadas : Pasal 2 tentang izin usaha Artigo 3
Exportacao café de Timor-Leste : Pasal 3 tentang ekspor kopi Cooperativa Café
Organic-CCO : Koperasi kopi organic Cooperativa Café Timor-CCT : Koperasi
kopi Timor-Leste Departamento Café Cola : Dinas Perkopian Deração Nacional
Plantas Industrias Comercio-DNPIA-C : Departemen nasional pengembangan
industri perkebunan Ministério Agricultura e Pescas-MAP : Kementrian pertanian
TIMOR-LESTE (RDTL)”
by :
FELICIA PAULA DE J ESUS GUTERRES
Abstraksi
“Analisis potensi komoditi kopi sebagai produk unggulan ekspor di negara República Democrática De Timor-Leste (RDTL)”. Komoditas kopi merupakan salah satu komoditas yang cukup penting terutama sebagai sumber devisa negara Timor-Leste melalui ekspor. Kopi juga dapat memprensentasi 90% pendapatan tunai tahunan bagi 25% penduduk Timor-Leste, komoditas kopi pada umumnya diproduksi untuk diekspor. Nilai ekspor rata-rata kopi menduduki peringkat pertama sejak tahun 2002-2004, sebelum sumber daya minyak diolah. Setelah minyak diekspor maka, komoditas kopi dalam kurun waktu 2004-20012 menduduki urutan tertinggi kedua. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah Timor-Leste terus berupaya meningkatkan dan mengembangkan potensi sumberdaya yang dimiliki khususnya sektor pertanian dengan komoditi berbasis perkebunan kopi.
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan metode Revealed Comparatif Advantage (RCA) menunjukkan bahwa Total Ekspor Komoditi Kopi Timor-Leste, Total Ekspor Seluruh Komoditas Timor-Timor-Leste, Total Ekspor kopi Dunia, Total Ekspor Seluruh Komoditas Dunia berpengaruh terhadap Revealed Comparatif Advantage (RCA) Timor-Leste, yaitu yang ditunjukkan dengan
perhitungan RCA mulai tahun 2002-2012. mencapai rata-rata 10.17%. Nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) tertinggi terjadi pada tahun 2010 mencapai 24,7%.
Jadi yang tecapai dari Komoditas Kopi Timor-Leste masih mempunyai Keunggulan Komparatif di atas rata-rata dunia yaitu RCA>1 dalam struktur ekspor . Dan untuk pegembangan komoditi kopi sebagai produk unggulan ekspor maka, pemerintah terlebih dahulu meningkatkan ke empat faktor tersebut diantaranya: (1) faktor produksi terdiri dari SDA, SDM, infrastruktur dan teknologi, (2) factor permintaan, permintaan domestik dan permintaan internasional, (3) faktor industri terkait dan pendukung meliputi industri inti komoditi kopi dan indusri terkait dan pendukung, (4) strategi perusahaan, struktur dan pesaingnya yang terdiri dari strategi perusahaan dalam ekspor kopi serta bagaimana struktur persaingan negara-negara penghasil kopi. Pegembangan memulai dari ke empat faktor ini akan membuat komoditi kopi Timor-Leste unggul di pasaran internasional. Dalam upaya pegembangan komoditi kopi sebagai produk unggulan ekspor maka, maka ada permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah adalah jumlah produksi kopi yang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh keterbatsan pengetahuan dalam penanganan pasca panen serta produktivitas yang rendah.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Analisis potensi komoditi kopi sebagai produk unggulan ekspor
merupakan salah satu kebijakan yang harus diambil oleh pihak-pihak terkait
yaitu pemerintah, industri kopi termasuk dukungan dari petani kopi yang
dapat menjadikannya komoditi kopi sebagai komoditi unggulan ekspor
negara República Democrátsica De Timor-Leste (RDTL). Untuk menjadi
komoditi kopi sebagai komoditi keunggulan ekspor, maka terdapat beberapa
faktor antara lain: Faktor Kondisi, Faktor Permintaan, Faktor Industri yang
terkait dan pendukungnya serta Strategi perusahaan, Struktur dan Pesaingnya.
Dalam pelaksanaannya, pemerintah lebih berperan sebagai fasilitator yang
akan dapat memfasilitasi keempat faktor pendukung tersebut agar komoditi
kopi dapat bertahan baik dipasar dalam negeri maupun dipasar luar negeri.
Timor-Leste merupakan daerah yang cukup potensial untuk pengembangan
tanaman kopi. Timor-Leste secara administratif memiliki luas wilayah 15.410
km2 dengan daerah penghasil kopi sekitar 55.000 hektar area kebun kopi yang
sedang menjadi komuditi unggulan yang diekspor dengan nilai USAD
6,327,816 dari total nilai ekspor USAD 38,997,084 (2006). Komoditas kopi
juga telah mampu menunjukkan kemampuannya sebagai salah satu komoditas
penyelamat perekonomian nasional. Komoditas kopi merupakan salah satu
komoditas yang cukup penting terutama sebagai sumber devisa negara
pendapatan tunai tahunan bagi 25% penduduk Timor-Leste, komoditas kopi
pada umumnya diproduksi untuk diekspor. Nilai ekspor rata-rata kopi
menduduki peringkat pertama sejak tahun 2000-2002 sebelum sumber daya
minyak diolah. Setelah minyak diekspor maka, komoditas kopi dalam kurun
waktu 2003-2009 menduduki urutan tertinggi kedua. Timor-Leste merupakan
negara agraris yang sebagian besar masyarakat (76%) hidup di pedesaan.
Perdagangan kopi dunia juga dipengaruhi oleh berbagai kebijakan ekspor
kopi. Kebijakan ekspor kopi yang ada maupun yang pernah ada memberikan
pengaruh terhadap ekspor kopi Timor-Leste, salah satu diantara kebijakan
yang berpengaruh yaitu kuota ekspor yang diberlakukan International
CoffeeOrganization (ICO), yang membatasi jumlah kopi yang diekspor
Timor-Leste. permintaan kopi Timor-Leste di pasar internasional sejak tahun
2000-2009 yang menjadi eksportir tetap dan menjadi pasar sasaran utama
adalah Amerika Serikat, dengan total ekspor kopi sebanyak 6.210.972,90 ton.
kedua adalah Jerman dengan total ekspor 3.130.625,20 ton. Ketiga Portugal
total ekspor 1.988.730,31 ton. Keempat Indonesia total ekspor 1.891.258 ton.
Kelima adalah Australia dengan total ekspor 1.663.905,33 ton. Oleh karena
itu, setelah merdeka, kopi tetap menjadi komoditas ekspor utama Timor-Leste
hingga sekarang ada banyak pembeli dan eksportir kopi, termasuk pedagang
etnis Cina membeli kopi kulit putih (parchment) dan mengekspor melalui
Indonesia, perusahaan-perusahaan telah menanam banyak investasi yang
mengekspor langsung dari Dili misalnya Timor Corp. Ltd, eksportir terbesar,
Dalam mencapai sasaran pembangunan jangka panjang, pemerintah
menetapkan kebijaksanaan pembangunan perdagangan diarahkan untuk
peningkatan produksi kopi untuk diekspor, perluasan kesempatan kerja,
peningkatan pendapatan rakyat, serta pemantapan stabilitas ekonomi.
Kebijaksanaan pengembangan ekspor komoditi kopi yang merupakan pilihan
strategis dilakukan oleh pemerintah Timor-Leste dalam memanfaatkan pasar
internasional melalui partner ekspor dengan mendatangkan devisa negara
yang juga mendorong potensi sumber daya domestik dan memperluas
kesempatan kerja. Kegiatan ekspor komoditi kopi di Timor-Leste telah
dilakukankan mulai tahun 2000 dengan jumlah 8.002 ton dengan negara
tujuan . Ekspor komoditi kopi dapat menghasilkan devisa lebih dari US $
6,000,000/tahun. Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman
hayati tropika unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya
masyarakat yang menghormati alam, maka Timor-Leste memiliki modal
dasar yang luar biasa besarnya untuk dikembangkan. Oleh karena itu
diperlukan upaya percepatan transformasi keunggulan komparatif ini menjadi
keunggulan kompetitif agar peluang pasar tersebut dapat benar-benar diraih
untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya petani kopi yang kurang lebih
dari 44.000 keluarga (200.000 jiwa) petani kopi hidup tergantung pada
komoditi kopi sebagai sumber pendapatan tunai tahunan. (Japan Internasioanl
Kopi memiliki potensi sebagai komoditas unggulan ekspor yang dapat
menyediakan lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Untuk
itu Timor-Leste dalam pengembangan komoditi kopi sebagai produk
unggulan ekspor maka, berdasarkan teorinya Porter (2008), berpendapat
bahwa suatu bangsa dapat dikatakan makmur apabila negara tersebut dapat
menciptakan faktor-faktor yang penentukan keberhasilan sebuah negara yaitu:
a. Faktor kondisi (input) yang digunakan sebagai faktor produksi seperti
SDA, SDM, sarana penunjang (infrastruktur, jalan raya, alat transportasi dan
pelabuhan) dan teknologi berbasis perkebunan kopi. b. Faktor permintaan
seperti permintaan domestik dan permintaan luar negeri. c. Industri terkait
dan pedukungnya seperti industri inti dan industri terkait dan pendukung
industri kopi serta d. Strategi, struktur dan persaingan yaitu strategi
perusahaan dan struktur persaingan komoditi kopi. dari keempat faktor inilah
yang akan menetukan kemakmuran sutau bangsa. Sebab pada dasarnya
kemakmuran suatu bangsa bukan ditentukan oleh apa yang diwariskan tetapi
diciptakan seperti tenaga kerja terampil, kemajuan teknologi yang berbasis
pengetahuan, dukungan pemerintah, dan budaya. Dari uraian di atas, maka
perlu suatu kajian yang lebih mendalam tentang analisis potensi komoditi
kopi sebagai produk unggulan ekspor di Negara República Democrática De
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat ditentukan beberapa
masalah:
1. Bagaimana gambaran mengenai potensi komoditi kopi sebagai produk
unggulan ekspor di Negara RDTL?
2.Apa saja permasalahan-permasalahan komoditi kopi sebagai produk
unggulan ekspor di Negara RDTL?
3.Upaya apa yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk pengembangan
komoditi kopi sebagai produk unggulan ekspor di Negara RDTL?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasar pada permasalahan yang dihadapi, maka tujuan dalam
penelitian adalah: untuk mengetahui gambaran tentang potensi komoditi kopi
sebagai produk unggulan ekspor di Negara RDTL, dengan menggunakan
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat akademis yang dimaksud yaitu menambah literatur yang
sudah ada sebelumnya, sedangkan manfaat praktisnya adalah:
1. Mendapatkan gambaran tentang potensi komoditi kopi sebagai produk
unggulan ekspor.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah dalam mengambil suatu
kebijakan untuk menciptakan peluang pasar komoditi kopi yang dianggap
lebih berpotensi dalam menghasilkan devisa negara secara berkelanjutan.
3. Para peneliti lain, peneliti ini diharapkan bisa menjadi salah satu saran dan
rekomendasi, serta sebagai rujukan dalam penelitian-penelitian
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh :
1. Dwi Retno Andriani(2010), “ Analisis Keunggulan Komparatif dan
Kompetitif Usahatani Apel (Malus sylvestris ill) di Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten. Hasil temuan: Keunggulan kompetitif yang
rendah menyebabkan komoditas apel lokal sulit menembus pasar ekspor
serta menimbulkan banyaknya apel impor di pasar domestik, sehingga
menyebabkan turunnya harga apel yang berakibat menurunnya
pendapatan dan keuntungan produsen apel lokal.
2. Soekarno(2009), dengan judul “Analisis keunggulan komparatif karet
alam Indonesia tahun 2003-2007”. Dengan menggunakan analisis RCA
menunjukkan bahwa peluang Indonesia untuk menjadi pengekspor utama
karet sangat besar. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kinerja ekspor
karet alam Indonesia memiliki daya saing yang kuat, walaupun jika
dilihat dari efek distribusi pasar masih lemah, untuk meningkatkan
kinerja ekspor karet maka perlu perhatian yang serius dari pemerintah
sehingga keunggulan kompratifnya dapat dipertahankan.
3. Haryana (2010), “Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)
Minyak SawitIndonesia dan Malaysia di Pasar Eropa tahun 1995 –
Malaysiamenunjukkan bahwa pada tahun 1995 hingga 2003, penampilan
ekspor minyak sawit Indonesia lebih rendah dari minyak sawit Malaysia,
yang ditunjukkan oleh indeks RCA Malaysia yang lebih besar dari
Indonesia. Sedangkan, pada tahun 2004 hingga 2009, penampilan ekspor
minyak sawit Indonesia lebih tinggi dari minyak sawit Malaysia, yang
ditunjukkan oleh indeks RCA Indonesia yang lebih besar dari Malaysia.
4.Nuhfil Hanani (2012), melakukan penelitian “ Persaingan Ekspor Kopi
Indonesia di Pasar Internasional”. Analisis yang digunakan adalah
analisis pendekatan statistik deskriptif untuk melihat kinerja ekonomi dan
statistik trend line dengan membandingkan dengan negara ekportir
utama, sedangkan tingkat persaingan ekspor kopi Indonesia dianalisis
dengan market share model untuk mengetahui melihat kinerja ekonomi
kopi Indonesia dan menganalisis tingkat persaingan kopi Indonesia
urutan negara terbesar ketiga dalam mengekspor kopi setelah Brasil dan
Vietnam. Hasil penelitian ini adalah biji kopi Indonesia memiliki
keunggulan komparatif di pasar internasional.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitianDwi Retno Andriani
(2010), terletak pada metode. Pada penelitian ini menggunakan metode
Revealed Comparative Advantage (RCA). Pada penelitian terdahulu
adalah menggunakan metode analisis keunggulan komparatif dan
kompetitif.
Perbedaan penelitian ini denganSoekarno (2009), terletak pada
Advantage (RCA). Pada penelitian terdahulu adalah menggunakan
metode analisis keunggulan komparatif dan kompetitif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Haryana (2010)terletak
pada Metode dan produk yang diteliti. Pada penelitian ini menggunakan
metode Revealed omparative Advantage (RCA) . Dan dapat ditentukan
dengan menggunakan nilai net ekspor dan total perdagangan minyak
sawit yang bernilai positif. Variabel yang digunakan Perkembangan
konsumsi minyak sawit di dunia; perkembagan produksi minyak sawit di
dunia, perkembangan ekspor minyak sawit di dunia, perkembangan
kelapa stok minyak sawit di dunia; perkembangan kelapa sawit
indonesia; dan keterbatasan lahan untuk perluasan kelapa sawit..
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Komoditi Kopi Sebagai Produk Ekspor
Komoditi kopi menjadi komoditi penting dalam perdagangan
internasional. Bahkan sebagian besar negara-negara berkembang,
komoditi kopi memegang peranan penting dalam menunjang
perekonomiannya, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai
mata pencaharian rakyat.Pendapat yang dikemukakan oleh Najiaty
dan Danarti (2005), bahwa, sejarah kopi telah dicatat sejauh pada abad
ke-9. Pertama kali, kopi hanya ada di Ethiopia, mulanya tanaman kopi
tidak dibudidayakan oleh masyarakat tetapi tumbuh secara liar di
khusus untuk kopi yang berjenis robusta sedangkan kopi arabika dapat
tumbuh pada ketinggian 500-1.700 mm di atas permukaan laut. Curah
hujan yang diperlukan antara 2.000-3.000 mili meter (mm)/tahun,
namun kopi masih bisa tumbuh di daerah yang curah hujan
1.300-2.000 mili meter (mm)/tahun bahkan kopi bisa tumbuh pada curah
hujan 1.000-1.300 mili meter (mm)/tahun, asalkan irigasi intensif.
Suatu ketika bangsa Etiopia mengembara ketempat lain, buah
kopi juga ikut dibawa sehingga tanaman kopi ikut menyebar terutama
ke Negara-negara Arab, Persia (sekarang Irak) hingga Yaman. Akan
tetapi, ketika bangsa Arab mulai meluaskan perdagangannya, biji kopi
pun telah meluas sampai ke Afrika Utara dan biji kopi disana ditanam
secara massal. Dari Afrika Utara itulah biji kopi mulai meluas dari
Asia sampai pasaran Eropa dan ketenarannya sebagai minuman mulai
menyebar, karena minuman kopi sangat digemari oleh bangsa Etiopia
dan Abissinia untuk menyegarkan badan walaupun didalam minuman
kopi mengandung kofein yang dapat menahan rasa ngantuk dan
merangsang kinerja jantung dan otak sehingga ada orang yang tidak
kuat untuk minum kopi. Bukti nyata yang menunjukkan kapan atau
bagaimana sesungguhnya kopi pertama kali ditemukan tidak ada.
Meskipun demikian, kopi memiliki legenda yang cukup banyak,
beberapa sumber mengatakan bahwa kopi sudah dikonsumsi pada
sekitar 900 sebelum masehi, yang dapat dibawah oleh seorang
kambing-kambingnya setelah mereka memakan daun-daun dan biji kopi. dan
pertama kali dikonsumsi secara masal di Turki. Sumita, (2002).
Larangan minuman alkohol membuat kopi makin digemari,
Kepopuleran minuman ini terbukti dengan warung kopi pertama di
Konstantinopel yang dapat ditemukan sejak 1475. Di tahun 1563, kopi
untuk pertama kalinya diperkenalkan kepada komunitas Eropa oleh
Leonard Waulf, seorang doktor German yang menyakini keampuhan
kopi dalam melawan berbagai macam penyakit. Setelah itu
kepopuleran kopi sudah tidak dapat dibendung lagi. Di abad 17, coffee
house menjadi tempat berkumpulnya para intelektual-cendekiawan
dan terus berkembang dari situ. Tidak lama, kedai kopi pun dibuka di
setiap kota di sekitar wilayah bagian timur. Kemudian, pengiriman biji
kopi untuk yang pertama kali tiba di Eropa dan popularitas kopi
menyebar seperti api liar. Hingga pada akhir abad ke 17, kedai-kedai
kopi tersebut menyebar sampai ke Austria, Prancis, Jerman, Belanda
serta Inggris. Belanda mulai menanam kopi di daerah timur jauh,
sementara Inggris dan Prancis menyusul dengan memperkenalkan
kopi kepada koloni-koloni mereka. Di Amerika, popularitas kopi
berkembang setelah peristiwa Boston Tea Party yang terkenal, pada
saat rakyat Amerika bangkit menentang penetapan pajak yang tinggi
atas teh oleh Raja George dari Inggris. Susila, (2006).
Hasil penelitian dari FAO (2009), mendefinisikan kopi adalah
biji dari tanaman kopi yang dipanggang. Saat ini kopi merupakan
komoditi nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah
minyak bumi. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu
1998-2000 saja. Perkiraan pada tahun 2010, produksi kopi dunia akan
mencapai 7 juta ton per tahun. Kopi dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu spesies dari tanaman kopi; Arabika adalah kopi tradisional, dan
dianggap paling enak rasanya, Robusta memiliki kafein yang lebih
tinggi dapat dikembangakan dalam lingkungan di mana Arabika tidak
akan tumbuh, dan membuatnya menjadi pengganti Arabika yang
murah. Robusta biasanya tidak dinikmati sendiri, dikarenakan rasanya
yang pahit dan asam. Kopi robusta kualitas tinggi biasanya digunakan
dalam beberapa campuran espresso. Kopi Arabika biasanya
dinamakan oleh dermaga di mana mereka diekspor, dua yang tertua
adalah Mocha dan Jawa. Perdagangan kopi modern lebih spesifik
tentang dari mana asal mereka, melabelkan kopi atas dasar negara,
wilayah, dan kadangkala ladang pembuatnya. Satu jenis kopi yang
tidak bisa dan sangat mahal harganya adalah sejenis robusta di
Indonesia yang dinamakan kopi luwak. Kopi ini dikumpulkan dari
kotoran luwak, yang proses pencernaannya memberikan rasa yang
unik.
Dari penelitian Dian (2008), membuktikan bahwa, pada abad
ke-18, misionaris (utusan), para pedagang serta kolonis
Lingkungan alam yang alami terbukti merupakan tempat yang tepat
untuk bertanam kopi, sehingga kopi dapat tumbuh menyebar dengan
cepat. Pada akhir tahun 1.800-an yang lalu, kopi menjadi salah satu
hasil panen ekspor utama di dunia, terutama untuk negara-negara
berkembang. Kopi menjadi komoditi penting dalam perdagangan
internasional selama abad ke-19. Sejak saat itu perdagangan kopi
menderita kerugian karena kelebihan persediaan (over supply) dan
harga yang rendah, diikuti oleh periode-periode yang relatif singkat
dari kekurangan persediaan (short supply) dan harga yang tinggi.
Harga kopi bisa berfluktuasi, kadang-kadang secara dramatis,
tergantung pada persediaan, cuaca dan kondisi-kondisi perekonomian.
Keadaan ini membawa kepada suatu inisiatif antar-pemerintah untuk
mengstabilkan pasar dan menghentikan perurunan harga kopi, yang
mempunyai konsekwensi politis dan ekonomis secara serius bagi
sejumlah besar negara penghasil kopi di Amerika Latin dan Afrika.
Negara-negara berkembang pada umumnya komoditi kopi memegang
peranan penting dalam menunjang perekonomiannya, baik sebagai
penghasil devisa maupun sebagai mata pencaharian rakyat.
Lebih lanjut laporan dari FAO (2009), kopi merupakan salah
satu komoditi yang banyak dibudidayakan di kawasan tropik di benua
Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, serta di Asia Pasifik. Jenis kopi
1. Kopi Arabika yang sebagian besar dihasilkan di Colombia,
negara-negara Amerika Tengah dan Brasil;
2. Kopi Robusta yang banyak dihasilkan di Afrika dan Asia Pasifik.
Dari jenis kopi yang diproduksi, kopi arabika merupakan
bagian terbesar (sekitar 70%) dari total produksi dan 30% sisanya
adalah kopi robusta. Trend produksi kopi dunia cenderung mengalami
kenaikan. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 1991-1992, yaitu lebih
kurang 6 juta ton. Rata-rata produksi kopi dunia adalah 5,6 juta ton
per tahun. Negara produsen kopi terbesar adalah Brasil dengan
produksi rata-rata 1,6 juta ton per tahun, Colombia dengan produksi
rata-rata 800 ribu ton per tahun dan Indonesia pada urutan ketiga
produsen kopi dunia dengan produksi rata-rata 500 ribu ton per tahun.
Uni Eropa merupakan konsumen kopi utama di dunia dan
membutuhkan kopi rata-rata 2 juta ton. Konsumen kopi terbesar
berikutnya berturut-turut adalah Amerika Serikat dan Jepang
masing-masing membutuhkan 1,1 juta ton dan 350.000 ton. Dalam 5 tahun
terakhir Amerika Serikat membutuhkan kopi rata-rata 1,1 juta ton.
Laporan dari Lembaga Research Perkebunan Indonesia (2008),
mengatakan kopi sekarang menjadi komoditi penting dan merupakan
komoditi paling besar yang diperdagangkan dalam pasar dunia.
Komoditi tersebut dihasilkan oleh 60 negara dan memberikan nafkah
bagi 25 juta keluarga petani kopi di seluruh dunia. Bahkan beberapa
karena hampir 75% dari total ekspornya merupakan ekspor komoditi
kopi. Negara-negara pengekspor kopi yang menjadi anggota
(International Coffee Organisation-ICO) memproduksi lebih dari 90%
kopi dunia sedangkan negara-negara konsumen anggota ICO
mengkonsumsi lebih dari 60% kopi dunia. Bagi negara konsumen,
kopi adalah minuman populer yang universal.
Penjelasan ilustrasi di atas maka, Porter menggunakan
kerangka dasar untuk mengilustrasikan faktor-faktor penentu
keunggulan nasional, maka negara mendirikan industri yang akan
dapat mempengaruhi keempat faktor keunggulan komparatif nasional
antara lain:
1. Factor endowments: Merupakan faktor yang fokus pada input
yang digunakan sebagai faktor produksi, seperti tenaga kerja,
sumber daya alam, modal dan infrastruktur. Argumen Porter,
kunci utama faktor produksi adalah “diciptakan” bukan diperoleh
dari warisan. Lebih jauh, kelangkaan sumber daya (factor
disadvantage) seringkali membantu negara menjadi kompetitif.
Terlalu banyak (sumber daya) memiliki kemungkinan
disia-siakan, ketika langka dapat mendorong inovasi.
2. Demand conditions. Faktor ini mengarah pada tersedianya pasar
domestik yang siap berperan menjadi elemen penting dalam
menghasilkan daya saing. Pasar seperti ini ditandai dengan
didorong oleh adanya permintaan barang dan jasa berkualitas serta
adanya kedekatan hubungan antara perusahaan dan pelanggan.
3. Related and Supporting Industries. mengacu pada tersedianya
serangkaian dan adanya keterkaitan kuat antara industri
pendukung dan perusahaan, hubungan dan dukungan ini bersifat
positif yang berujung pada peningkatan daya saing perusahaan.
Porter mengembangkan model dari faktor kondisi semacam ini
dengan industrial clusters atau agglomeration, yang memberi
manfaat adanya potential technology knowledge spillover,
kedekatan dengan kosumen sehingga semakin meningkatkan
market power.
4. Firm strategy, Structure and Rivalry. Pada strategi dan struktur
yang ada pada sebagian besar perusahaan dan intensitas
persaingan pada industri tertentu. Faktor Strategi dapat terdiri dari
dua aspek: Pasar modal dan pilihan karir individu. Pasar modal
domestik mempengaruhi strategi perusahaan, sementara individu
seringkali membuat keputusan karir berdasarkan peluang dan
prestise. Suatu negara akan memiliki daya saing pada suatu
industri di mana personel kuncinya dianggap prestisius. Struktur
mengikuti strategi, Struktur dibangun guna menjalankan strategi,
Intensitas persaingan (rivalry) yang tinggi akan mendorong
Menurut Porter (2008), dalam persaingan global, suatu
perusahaan dapat bertahan dan unggul hanya jika memiliki keunggulan
atas biaya (cost-based advantage) dan keunggulan atas produk (
product-based advantage). Keunggulan atas biaya mencerminkan perusahaan
beroperasi secara efisien, dan keunggulan atas produk indikasi
perusahaan senantiasa melakukan penelitian dan pengembangan
produk-produk baru yang inovatif. Paradigma keunggulan kompetitif bangsa
adalah efisiensi (keunggulan atas biaya) dan inovasi (keunggulan atas
produk). Keberhasilan ekspor produk manufaktur negara industri baru
dan negara berkembang misalnya, keunggulan atas biaya (di negara
berkembang hal ini didukung kebijakan realokasi industri dari
negara-negara maju). Kini, setelah berhasil mengembangkan efisiensi, negara-negara
industri baru dan sebagian negara berkembang dihadapkan pada masalah
bagaimana meningkatkan efisiensi sekaligus mengembangkan
produk-produk inovatif sebab, bila tetap mempertahankan keunggulan
komparatif dan keunggulan atas biaya, tanpa beranjak pada
pengembangan produk-produk kompetitif, niscaya akan tertinggal..
Pendapat lain dikemukakan Supratikno (2007), bahwa
keunggulan merupakan masalah makro yang harus ditanggulangi secara
nasional dan menyeluruh, sedangkan masalah daya saing menyangkut
masalah mikro perusahaan, yang terkait erat dengan masalah keunggulan
yang bersifat makro. Masalah daya saing hanya dapat diatasi dengan
keunggulan bagi suatu komoditi ekspor baik keunggulan mutlak
(alamiah), keungguln komparatif (efisiensi), maupun keunggulan
teknologi (kapasitas/produktivitas), menjadi dasar yang sangat
menentukan daya saing suatu komoditi dalam memasuki pasar
internasional.tersebut ditunjukkan oleh tingkat kontribusi yang dapat
diberikan kepada pengembangan kapabilitas, kompetensi inti dan
keunggulan kompetitif negara.
Menurut pendapat Cho dan Moon. (2008), yang terkenal dengan
model Cho: Nine-Factor Model mengatakan bahwa: Dalam
penjelasannya Cho menyebutkan bahwa sumber daya yang
dianugerahkan dapat dibagi menjadi sumber daya mineral, pertanian,
kehutanan, perikanan dan lingkungan, lingkungan bisnis merupakan
suatu lingkungan bisnis yang seharusnya dipandang pada tingkat negara,
industri dan perusahaan. Hal ini meliputi jalan raya, pelabuhan,
telekomunikasi dan bentuk infrastruktur lainnya, industri terkait dan
pendukung dapat dibagi menjadi industri terkait secara vertikal dan
horizontal. Jika yang vertikal mencakup pengaruh tahap hulu dan hilir
dari produk, maka yang horizontal berkenaan dengan industri yang
menggunakan teknologi, bahan baku, distribusi atau aktivitas yang sama.
Sedangkan industri pendukung mencakup sektor keuangan, asuransi,
informasi, angkutan dan jasa lainnya. Permintaan domestik mencakup
aspek kuantitatif maupun kualitatif. Ukuran pasar domestik menentukan
stabilitas permintaan dalam negeri. Pekerja ukuran nilai pekerja yang
paling mudah teridentifikasi adalah tingkat upah tenaga kerja. Politisi dan
birokrat mencoba untuk memenangkan dan mempertahankan kekuatan
dan pembangunan perekonomian adalah salah satu dari banyak rute yang
dapat dipilih untuk mencapai sasaran primernya. Para wirausahawan.
Wirausahawan vital bagi setiap negara dalam suatu tahap awal dalam
pembangunan perekonomian.
2.2.2. Potensi dan Permasalahan.
David (2006), menjelaskan bahwa analisis peluang dan
ancaman adalah sebuah bentuk analisis situasi dan kondisi yang
bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan
situasi dan kondisi sebagai faktor masukan, dan alat analisis ini
semata-mata sebuah alat analisis yang ditujukan untuk
menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau mungkin akan
dihadapi oleh organisasi atau intitusi dan bukan sebuah alat analisis
ajaib yang mampu memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah
organisasi. Analisis ini terbagi atas dua komponen dasar yaitu :
1. Potensi, adalah situasi atau kondisi yang perlu di kembangkan
atau diciptakan untuk menggurangi permasalahan dalam proses
perkembangan komoditi kopi di masa datang, baik itu secara
2. Permasalahan, adalah situasi yang akan mengancam eksistensi
komoditi kopi di masa datang, baik itu masalah yang timbul dari
luar maupun dari dalam.
Selain dua komponen dasar ini, dalam proses analisisnya
akan berkembang menjadi beberapa subkomponen yang jumlahnya
tergantung pada situasi dan kondisi. Dari hasil wawancara penulis
dengan Kepala Dinas Perkopian Timor-Leste menyebutkan bahwa,
potensi yang dimiliki oleh Timor-Leste terdiri dari 22 sub-komponen
yaitu: (1) ketersediaan lahan, (2) iklim, (3) kuantitas dan kualitas
SDM, (4) pembinaan dan penyuluhan (5) pemberdayaan kelompok
tani, (6) dukungan infrastruktur, (7) ketersediaan sarana produksi, (8)
pemanfaatan teknologi tepat guna, (9) pengembangan pusat produksi
(10) volume produksi, (11) saluran distribusi, (12) kemitraan, (13)
potensi pasar, (14) gerai-gerai kopi, (15) hotel dan restoran, (16)
dukungan pemerintah, (17) lembaga penunjang (jasa perbankan),
(18) kualitas kopi, (19) promosi, (20) perusahaan domestik, (21)
industri pengolahan kopi bubuk berskala kecil dan (22) strategi
pemasaran. Komponen permasalahan memiliki 19 sub-komponen (1)
kondisi perkebunan, (2) penyakit yang menyerang kopi, (3) curah
hujan minim, (4) pengetahuan petani rendah, (5) rendahnya tingkat
koordinasi stakeholders, (6) sarana pendukung (listrik, transportasi
dan telekomunikasi), (7) kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
pasar, (9) pasar domestik kurang manarik, (10) harga kopi tidak
konsisten, (11) tingginya harga penolong (gula), (12) produksi kopi
dunia tinggi, (13) tuntutan konsumen dunia, (14) gaji buruh tinggi,
(15) banyaknya pesaing, (16) kebijakan pemerintah yang tidak
konsisten, (17) kualitas kopi masih rendah, (18) strategi pemasaran
yang tidak efisien dan (19) banyaknya negara pesaing. (Kantor
DNPIA-C/MAP. 2010).
2.2.3.Pengertian Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional merupakan teori yang
digunakan untuk mengkaji dasar-dasar terjadinya perdagangan
internasional serta keuntungan yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
Salvatore, (2007), Perdagangan internasional dapat digunakan sebagai
mesin bagi pertumbuhan ekonomi di suatu negara (trade as engine of
growth). Dengan adanya aktifitas perdagangan internasional maka
diharapkan akan mendorong percepatan pembangunan ekonomi di
negara tersebut.Suatu negara akan memperoleh keuntungan dari
perdagangan dengan negara lain apabila negara tersebut berspesialisasi
dalam komoditas yang dapat diproduksi dengan lebih efisien
(mempunyai keunggulan absolut) dan mengimpor komoditas yang
kurang efisien (mengalami kerugian absolut). Hal ini menunjukkan
bahwa perdagangan internasional memegang peranan penting dalam
berkembang yang sedang berada dalam tahapan membangun
ekonominya.
Kontribusi Perdagangan Internasional Bagi Pembangunan
Ekonomi.
Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya
dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju
pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007), menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk
melihat keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu negara disamping
indikator-indikator lain seperti tingkat pengangguran, angka kemiskinan,
laju inflasi, dan lain sebagainya. Dengan pertumbuhan ekonomi yang
pesat dan stabil diharapkan akan memberikan dampak positif baik secara
langsung maupun tidak langsung bagi variabel ekonomi lainnya. Dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, pemerintah di
masing-masing negara mempunyai beberapa komponen kebijakan yang
bisa digunakan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang ingin
dicapai. Salah satunya adalah melalui kebijakan perdagangan
internasional:
a. Perdagangan dapat meningkatkan pendayagunaan sumber-sumber
daya domestik di suatu negara berkembang. Artinya melalui
hubungan perdagangan internasional, suatu negara berkembang
memanfaatkan sumber daya yang semula tidak bias diserap oleh
pasar domestik.
b. Melalui peningkatan ukuran pasar, perdagangan internasional juga
dapatmenciptakan pembagian kerja dan skala ekonomis (economies
of scale) yang lebih tinggi.
c. Perdagangan internasional juga berfungsi sebagai wahana transmisi
gagasangagasan baru, teknologi yang lebih baik, serta kecakapan
manajerial dan bidang-bidang keahlian lainnya yang diperlukan bagi
kegiatan bisnis. Tanpa adanya perdagangan internasional, maka para
pengusaha di suatu negara akan terus berkutat pada cara-cara lama
yang kurang efisien.
d. Perdagangan antar negara juga merangsang dan memudahkan
mengalirnya arus modal internasional dari negara maju ke negara
berkembang. Jika hubungan dagang telah terjalin dengan baik, maka
perusahaan-perusahaan di negara maju akan terdorong untuk
melakukan investasi langsung berupa pembangunan pabrik atau
sarana produksi di negara berkembang. Jika hal itu terjadi, maka
mengalirlah modal dan teknologi serta keterampilan produksi yang
lebih baik dari negara maju ke negara berkembang yang
bersangkutan.
e. Di beberapa negara berkembang yang besar seperti Brazil dan India,
impor produk-produk manufaktur telah merangsang permintaan
setempat untuk terjun dalam produksi komoditi yang sama. Jadi,
adanya produk baru di negara berkembang memberikan inspirasi
dan membuka lahan bisnis baru yang menguntungkan bagi para
produsen setempat.
f. Perdagangan internasional merupakan instrumen yang efektif untuk
mencegah monopoli karena perdagangan pada dasarnya merangsang
peningkatan efisiensi setiap produsen domestik agar mampu
menghadapi persaingan dari negara lain.
Adapun sebab-sebab munculnya perdagangan internasional
ekspor dan impor adalah sebagai berikut :
a. Hasil Produksi yang Sangat Variatif di Tiap Negara
Perbedaan kekayaan alam yang dimiliki tiap-tiap negara,
mengakibatkan adanya usaha untuk menutupi kekurangan
kekayaan alam tersebut. Misalnya, suatu negara memiliki
kekayaan yang melinpah pada barang dan jasa. Dengan demikian,
maka terjadilah perdagangan internasional ekspor dan impor antara
kedua negara tersebut.
b. Diferensiasi Harga Barang
Layaknya pada suatu pasar, konsumen akan selalu mencari
pedagang dengan harga yang lebih kompetitif atau lebih murah
dengan kualitas yang sama. Demikian pula halnya dalam
perdagangan internasional. Jika Amerika dan Korea sama-sama
dapat memproduksi computer dengan harga yang lebih murah
lebih memilih membeli computer di kedua negara tersebut dengan
harapan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar.
c. Motivasi untuk Menambah Produktivitas
Ketika terjadinya kerjasama lintas negara, produk yang
dihasilkan pun harus sudah berkualitas internasionaL. Jika tidak,
jangan harap hasil produk anda dilirik oleh negara lain. Faktor
motivasi dari dalam diri para pekerja menjadi salah satu penyebab
terjadinya perdagangan internasional.
Manfaat dari perdagangan dapat dilihat pada diagram kotak
dari Edgewoth-Bowley. Pada gambar 1. diasumsikan pertukaran
terjadi di antara 2 konsumen (konsumen A dan B) dengan
masing-masing jenis barang (X dan Y). Konsumen A memiliki barang X
sebanyak OAXI dan barang Y sebanyak OAY1, konsumen B
memiliki barang X sebanyak OBX2 dan barang Y sebanyak OBX2.
Keadaan konsumen A digambarkan pada bagian kiri bawah kotak;
dengan titik awal OA.
Gambar 1 : Diagram Kotak Edgewoth-Bowley
Sumber: Boediono. 2005. Ekonomi Internasional, Seri Sinopsis,
Keadaan konsumen B digambarkan pada bagian kanan atas
kotak. Konsumen A memiliki tingkat kepuasan yang digambarkan
pada kurva indiferens IA dan konsumen B memiliki tingkat
kepuasan yang digambarkan pada kurva indiferens IB. Titik R
menunjukkan pola konsumsi dari kedua konsumen bila
masing-masing mengkonsumsi seluruh barang yang dimilikinya. Setiap
titik yang terletak di dalam daerah berasir akan memberikan
manfaat yang lebih besar bagi salah satu atau kedua konsumen,
jika dibandingkan dengan posisi titik R, maka pada titik S
konsumen A bisa memperoleh kepuasan yang lebih tinggi (yaitu
pada kurva indiferens IA'), dibandingkan sebelumnya (IA) dan
konsumen B juga akan memperoleh kepuasan yang lebih tinggi
(IB'). Tetapi untuk bergerak dari titik R ke titik S, konsumen A
harus menukar barang Y sebanyak RT untuk ditukarkan dengan
barang X sebanyak TS.
Bila konsumen B menerima tawaran tersebut, maka
konsumen B harus mengurangi konsumsinya untuk barang X
sebanyak TS dan sebagai gantinya memperoleh barang Y sebanyak
RT. Jadi dapat dilihat bahwa pertukaran yang terjadi
menguntungkan kedua belah pihak. Kenaikan kepuasan akibat
adanya pertukaran inilah yang disebut dengan manfaat dari
perdagangan (gains from trade).
Titik S hanyalah salah satu kemungkinan (dari banyak
bahwa konsumen A memperoleh semua keuntungan dari
pertukaran. Pada titik U, konsumen B mendapatkan semua
keuntungan dari pertukaran, tingkat kepuasannya naik dari IA ke
IA".
Garis sepanjang USV disebut dengan kurva kontrak,
menunjukkan 13bsisi terjadinya pertukaran. Titik tempat terjadinya
pertukaran di sepanjang kurva USV ditentukan oleh kekuatan
tawar-menawar. Terjadinya pertukaran antara barang yang satu
dengan barang yang lain sudah barang tentu tidak dapat dipisahkan
dengan prinsip-prinsip penawaran dan permintaan dari pihak pihak
yang melakukan pertukaran.
Dari sisi penawaran, Adam Smith mengemukakan pokok
pikirannya; seperti yang dikemukakan oleh Sobri (2006: 69):
Hubungan perniagaan dari 2 negara pada umumnya terjadi karena
terdapat perbedaan biaya mutlak, yaitu, perbedaan biaya yang
terjadi (ditimbulkan) oleh faktor-faktor khusus yang dimiliki oleh
negara lain, misalnya faktor keadaan dan kekayaan alam Yang
menguntungkan suatu negara. Oleh karena perbedaan mutlak itu,
maka untuk sejenis barang yang dihasilkan dengan biaya yang
lebih murah daripada negara lain. Perbedaan biaya mutlak itu
kemudian akan memberikan keuntungan mutlak (absolute
2.2.4. Tinjauan Teoritis Tentang Ekspor
Menurut Salvatore, salah satu motor penggerak pertumbuhan
ekonomi yang paling umum di negara berkembang adalah berasal dari
kegiatan perdagangan internasionalnya, yakni kegiatan ekspor.Tujuan
utama suatu negara melakukan ekspor yaitu menghasilkan devisa
untuk membiayai impor negara tersebut, karena ekspor suatu negara
merupakan impor bagi negara lain (Sugiharini, 2006).
Secara matematis,. model ekspor dapat dituliskan dalam
berbagai bentuk, diantaranya:
1. Ekspor sebagai residu dari total produksi nasional dikurangi total
kebutuhan untuk konsumsi di dalam negeri (Bambang, 2006:
210).Dengan demikian ekspor akan lebih tepat bila disebut sebagai
sisa yang dapat diekspor (exportable surplus).
Dirumuskan:
X = Y t-CDt ... ... (4)
dengan YTt > CDt.
Dimana:
Xt = Ekspor nasional pada tahun t.
YT = Total produksi nasional pada tahun t.
CD = Total konsumsi dalam negeri pada tahun t.
Persamaan identitas di atas, bersumber dari dasar pemikiran
Keynes, yaitu:
dimana:
Y = GDP (Gross Domestic Product).
C = Total konsumsi masyarakat.
I = Total investasi masyarakat.
G = Total Konsumsi pemerintah.
X = Ekspor.
Persamaan (5), juga dapat diubah menjadi:
X =Y - (C+I+G)...(6)
Dimana (C+I+G) merupakan total kebutuhan konsumsi
dalam negeri. Sehingga pengertian exportable surplus kini
menjadi lebih luas, yaitu ekspor merupakan sisa dari total produksi
nasional (Y) yang telah dikurangi dengan total kebutuhan dalam
negeri.
2. Ekspor sebagai bagian dari perkembangan total produksi nasional
di dalam negeri. Dirumuskan:
Xt = Xo + bYt ... ... (7)
dimana:
Xt = Ekspor nasional pada tahun t.
Xo = Base export, yaitu tingkat ekspor yang berlangsung ketika
Y = 0. Y = GDP pada tahun t.
b = δX/δY = WE (Marginal Propensity to Export),
dengan0<b<l.
3. Ekspor terjadi karena adanya perubahan harga-harga potensial dari
pembeli yang ada di luar negeri terhadap harga-harga di dalam
negeri. Dirumuskan:
Xt=Xo + b (PX/PD)...(8)
dengan PX>PD.
Dimana:
Xt = Ekspor pada tahun t.
Xo = Base export.
b = Elastisitas harga terhadap ekspor, dengan 0<b<l.
PX = Indeks harga barang ekspor di luar negeri.
PD = Indeks harga umum di dalam negeri.
Jika PX < PD, maka dorongan (motivasi) untuk
melaksanakan kegiatan ekspor akan menurun, karenanya akan
lebih menguntungkan bagi produsen untuk menjual barang: barang
produksinya di dalam negeri, sebab kondisi harga dalam negeri
yang relatif lebih tinggi dari pada diekspor, akibatnya volume
ekspor pun akan menurun. Sebaliknya, jika PX>PD, maka
motivasi untuk melakukan ekspor akan meningkat, karena harga di
2.2.5. Teori Modern
Teori J.S.Mill ,Teori ini menyatakan, bahwa suatu negara akan
menghasilkan dan mengekspor barang yang memiliki comparative
advantage terbesar. Sedangkan barang yang diimpor, adalah barang
yang memiliki comparative disadvantage, yaitu barang yang
membutuhkan ongkos besar apabila memproduksi sendiri, sehingga
lebih murah jika barang tersebut diimpor.
Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh
banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang
tersebut. Contoh: Produksi 10 orang dalam 1 minggu.
Produksi Amerika Ingris
Gadum
Pakaian
6 bakul
10 yard
2 bakul
6 yard
Sumber: Salvatore (2006).
Menurut teori ini perdagangan antara Amerika dengan Inggris
tidak akan timbul karena absolute advantage untuk produksi gandum
dan pakaian ada pada Amerika semua. Tetapi yang penting bukan
absolute advantagenya tetapi comparative Advantagenya.
1. Da1am produksi gandum:
a. Amerika : 6 bakul dibanding 2 bakul dari Inggris atau 3: 1.
b. Inggris : 2 bakul dibanding 6 bakul dari Amerika atau
2. Dalam produksi pakaian:
a. Amerika : 10 yards dibanding 6 yards dari Inggris atau 5/3:
1.
b. Inggris : 6 yards dibanding 10 yards dari Amerika atau
3/5: 1.
Disini Amerika memiliki comparative advantage pada
produksi gandum, yaitu (3: 1), lebih besar dari (S/3: 1) Sedangkan
Inggris, memiliki comparative advantage pada produksi pakaian
yakni (3/5: 1), lebih besar dari (1/3: 1). Oleh karena itu, akan
timbul perdagangan antara Amerika dengan Inggris, difhana
Amerika akan berspesialisasi pada produksi gandum, kemudian
menukarkan sebagian gandumnya dengan pakaian dari Inggris.
3. Tidak ada perubahan teknologi.
Terdapat dua negara, yaitu Inggris dan Portugis yang
melakukan perdagangan internasional dengan dua komoditi,
anggur dan pakaian berdasarkan banyaknya hari kerja yang
dibutuhkan untuk berproduksi. Perdagangan internasional akan
terjadi jika masing-masing negara memiliki biaya komparatif yang
terkecil.
Sebagai contoh:
Portugis untuk anggar : 3f6 < 4f5 atau 3f4 < 6f5 .
Inggris untuk pakaian: Sf4 < 613 atau Sfb < 4f3
Pada saat nilai tukar 1 botol anggur sama dengan 1 yard
kerja demi I yard pakaian dibandingkan jika memproduksi sendiri
yang membutuhkan waktu 4 hari kerja. Sedangkan bagi Inggris,
untuk setiap botol anggur yang dibelinya dari Portugis hanya
dikorbankan 5 hari kerja, dibanding jika memproduksi sendiri
yang memertukan -6 hari kerja Dengan demikian, akan timbul
spesialisasi produksi, Portugis berspesialisasi pada produk anggur,
dan Inggris pada produk pakaian.
2.2.6. Teorema Heckscher-Ohlin (H-O)
Teori ini menjelaskan bahwa terjadinya perdagangan karena
adanya perbedaan opportunity cost dalam jumlah faktor
produksi/sumber daya yang dimiliki masing-masing negara. Suatu
negara akan memproduksi barang yang sumber dayanya lebih besar
dibanding negara lain Misalnya negara A memiliki tenaga kerja yang
besar dan retatif sedikit kapital, maka untuk sejumlah pengeluaran
tertentu akan memperoleh jumlah tenaga kerja yang lebih banyak
dibanding kapital. Maka negara A akan cenderung memproduksi
barang yang membutuhkan banyak tenaga kerja/padat karya (labor
intensive). Sebaliknya negara B, akan memproduksi barang-barang
yang padat modal (capital intensive): Sebagai ilustrasi hal tersebut
Gambar 2 : Isocost
Sumber : Nopirin, Ekonomi Internasional, 2006, Edisi Dua, BPFE, Yogyakarta, hal. 21.
Dalam hal ini, dengan uang sebanyak Rp 10; dapat dibeli
kombinasi kapital, yang ditandai dengan garis pada sumbu vertikal
(tenaga kerja) dan sumbu horizontal (kapital). Jika kedua garis ini
dihubungkan dengan suatu garis lurus merupakan suatu kurva yang
disebut isocost, yang merupakan berbapgai kombinasi dua faktor
produksi yang dapat dibeli dengan sejumlah uang tertentu.
Sudut arah isocost ini menunjukkan perbandingan antara
tenaga kerja dan kapital yaitu 20: 5 atau 4: 1; artinya 4 unit tenaga
kerja nilainya sama dengan 1 unit kapital. Dalam gambar diatas juga
ditunjukkan isocost untuk negara B yang lebih banyak memiliki
kapital dan memiliki sedikit tenaga kerja. Konsekuensi bagi negara B,
pengeluaran Rp 100; akan memperoleh 10 unit tenaga kerja atau 20
unit kapital. Harp 1 unit tenaga kerja sama dengan 2 unit kapital
sehingga perbandingan harga tenaga kerja dengan kapital adalah 1: 2.
Jadi jelaslah bahwa negara A akan lebih murah apabila
dan sedikit kapital flabor intensive), sedangkan negara B lebih murah
apabila memproduksi barang yang relatif menggunakan banyak
kapital dan sedikit tenaga kerja (capital intensive).
Gambar 3: Produk Padat Karya Dan Padat Modal
Sumber: Nopirin, Ekonomi Internasional, 2006, Edisi Dua, BPFE, Yogyakarta hal 22. 0
Dalam teori faktor proporsi, yang menjadi masalah bukan
hanya barang apa yang akan diproduksi, tetapi juga bagaimana
memproduksi barang tersebut (Nopirin, 2006: 21). Gambar 3. di atas
dapat menjelaskan untuk mengetahui bagaimana barang tersebut
dihasilkan, dengan kurva isoquant negara A dan negara B, misalnya
untuk barang X dan barang Y.
Sebagai contoh, negara A dan negara B memproduksi dua
barang yang sama, yaitu produksi pertanian (beras). Ha1 ini dapat
dilukiskan pada Gambar 3 di atas. Isocost yang menyinggung isoquant
menunjukkan ongkos terendah untuk menghasilkan sejumlah output
dipergunakan oleh Heckscher-Ohtin dalam mengemukakan teorinya
adalah sebagai berikut (Kindteberger, 2005: 141):
a. Ada dua negara, dua barang, dua faktor produksi (tenaga kerja dan
modal).
b. Baik pasar input (pasar faktor produksi) maupun pasar output di
kedua negara berada dalam kondisi persaingan sempurna.
c. Komoditi yang satu retatif lebih intensif dalam menggunakan satu
jenis faktor produksi daripada komoditi yang satu lagi.
d. Fungsi produksi homogen tinier atau dengan kata lain constan
return to scale dan produksi dari masing-masing komoditi sama
diantara kedua negara.
e. Spesialisasi tidak sempurna (incomplete) dalam produksi di kedua
negara. Asumsi ini beranggapan meskipun terjadi perdagangan
bebas, kedua negara tetap memproduksi dua macam barang.
f. Selera yang sama di kedua negara. Ini berarti bahwa preferensi di
kedua negara dalam bentuk kurva dan lokasi kurva indeferen yang
indentik.
g. Mobititas faktor produksi secara sempurna di setiap negara, tetapi
tidak dalam mobilitas faktor produksi internasional.
Sebagai contoh, negara A dapat memproduksi 20 unit beras
dengan biaya Rp 200,- dengan menggunakan 32 unit tenaga kerja dan
2 unit kapital. Sedangkan negara B, untuk memproduksi 20 unit beras
tenaga kerja dan 5 unit kapital. Dalam hal ini berarti negara B
memerlukan biaya yang lebih besar untuk memproduksi 20 unit beras,
dibanding dengan negara A.
Oleh karena itu negara A akan berspesialisasi memproduksi
beras dan negara B memproduksi barang lain yang ongkosnya lebih
murah dibanding negara A, sehingga terjadilah Perdagangan yang
saling menguntungkan.
Gambar 4: Teori Proporsi Faktor Prodaksi Tenaga Kerja
Sumber: Nopirin, Ekonomi Internasional. Edisi 2, BPFE, Yogyakatta, 1990, hal 23.
2.2.7. Teori Penawaran
Penawaran diartikan sebagai daftar yang menunjukkan jumlah
jumlah barang itu yang ditawarkan untuk dijual pada berbagai tingkat
harga dalam suatu pasar pada suatu waktu tertentuteori penawaran
adalah teori yang menerangkan sifat para penjual dalam menawarkan
tunjukan bagaimana interaksi antara pembeli dan penjual, akan
menentukan harga keseimbangan atau harga pasar dan jumlah barang
yang akan diperjual belikan(Adiwarman A. Karim (2007). Hubungan
antara jumlah barang yang ditawarkan dengan tingkat harga, berlaku
dengan menganggap bahwa faktor-faktor lain, seperti biaya produksi
(harga faktor produksi dan teknologi yang digunakan), harp barang
yang berkaitan (utamanya barang substitusi), serta organisasi pasar,
diantaranya tingkat tarif dan kuota dalam kondisi tetap (tidak berubah)
(Samuelson, dan Nordhaus, 2003: 63). Penawaran akan berubah
karena pengaruh perubahan faktor-faktor di atas, selain perubahan
harga barang itu sendiri.
Menurut Wilson Bangun (2007), permintaan suatu barang pada
tingkat harga tertentu. Konsumen dapat menentukan jumlah barang
yang dikonsumsi tergantung pada harga barang tersebut. Pada
umumnya, semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin sedikit
jumlah permintaan keatas suatu barang tersebut. Sebaliknya, semakin
rendah harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah permintaan
keatas barang tersebut, apabila factor tidak berpengaruh (catteries
paribus).
Apabila permintaan merupakan gabungan antara keinginan
dengan kesediaan atau kemampuan untuk membeli, penawaran
merupakan gabungan antara pemilikan dengan kesediaan untuk
Jumlah komoditi yang bersedia ditawarkan produsen selama
periode waktu tertentu adalah fungsi dari atau tergantung pada harga
komoditi yang bersangkutan dan biaya produksinya (Salvatore,
2006).Untuk mendapatkan skedul penawaran bagi produsen dan kurva
penawaran suatu komoditi, faktor-faktor lain harus dalam kondisi
tetap (ceteris paribus), sementara harga komoditi bervariasi.
Faktor-faktor tersebut meliputi (Adiwarman A. Karim (2007):
1. Jumlah pedagang.
2. Harga faktor produksi.
3. Harga barang alternatif.
4. Harapan pada pedagang (produsen) terhadap harga-harga
mendatang.
5. Perubahan teknologi.
Kurva penawaran yang menunjukkan hubungan antara kualitas
komoditi yang ditawarkan dengan harga komoditi tersebut, dapat
mempunyai berbagai macam bentuk Biasanya berupa garis yang naik
condong ke kanan atas, baik cembung, cekumg, maupun lurus. Dalam
kurva penawaran tidak selalu kemiringannya positif, seperti kurva
permintaan yang selalu memiliki kemiringan negatif. Selain positif,
kurva penawaran dapat memiliki kemiringan yang lain, yaitu bisa nol,
tak terhingga, bahkan negatif, sehingga tidak mungkin untuk membuat
suatu generalisasi (Sadono Sukirno, 2005). Sumbu tegak dalam kurva
Sedangkan sumbu datar yaitu sumbu jumlah, merupakan variabel
tergantung. Ini berarti bahwa jumtah barang yang ditawarkan (Q)
tergantung atau merupakan fungsi dari harga (P). Secara teknis dapat
dituliskan:
Q=f (P)...(1)
Perumusan teknis di atas merupakan perwujudan dari Hukum
Penawaran yang menyatakan, bahwa antara harp dengan jumlah
barang yang ditawarkan, memiliki hubungan searah (Sadono Sukirno,
2005)
Kurva penawaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kurva penawaran individu, yaitu kurva penawaran yang dibentuk
oleh satu orang produsen.
2. Kurva penawaran pasar, yaitu kumpulan dari kurva-kurva
penawaran individu. Merupakan penjumlahan aritmetis secara
mendatar (penjumlahan jumlah output yang ditawarkan) dari
penawaran beberapa individu pada kondisi dimana tingkat harga
penawaran sama, jadi bukan merupakan penjumlahan vertikal
(penjumlahan harga).
Kurva penawaran linier dengan sumbu vertikal menunjukkan
harga (P) dan sumbu horisontal yang menunjukkan jumlah output
Gambar 5: Kurva Penawaran Harga (P)
Sumber: Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi; Edisi Baru, PT Rajafrrafindo Persada,
2003, hal: 321.
Bentuk umum persamaan dari kurva penawaran linier di atas dapat
ditulis sebagai berikut:
P = a + b Q...(2)
→ Q = a/b + 1/b P ... (3)
di mana:
b : tangen (3, merupakan hasil bagi antara MR dengan NM, nilainya
positif karena 0º<0<90º.
A : intersep ON, nilainya konstan.
Adanya pembedaan antara istilah penawaran dengan istilah jumlah
yang ditawarkan merupakan hal yang penting. Perbedaan istilah
disebabkan karena adanya masalah perbedaan tentang gerakan dalam
kurva penawaran, yaitu (Wilson Bangun,2007).
1. Gerakan sepanjang kurva penawaran (shift along the supply curve)
Adanya perubahan dari jumlah barang yang ditawarkan karena,
terjadi perubahan tingkat harga, sedang faktor-faktor lain tidak
kenaikan harga dari P, ke, PZ, sehingga membuat jumlah output yang
ditawarkan meningkat dari Q1 ke Q2.
Gambar 6: Gerakan Sepanjang Karva Penawar an
Sumber : Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, Bandung:Penerbit Refika Aditama, 2007.
2. Gerakan dari seluruh kurva penawaran yang bersangkutan (shift of the
supply curve).
Gerakan ini terjadi apabila faktor-faktor yang dianggap
konstan (cateris paribus) mengalami perubahan. Pada Gambar 7 kurva
penawaran (S) bergeser ke kiri (S,) atau ke kanan (S2).
Gambar 7: Gerakan Seluruh Kurva Penawaran Harga (P)
Sumber: Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi, Edisi Baru, PT. Raja