• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI RS. PURA RAHARJA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI RS. PURA RAHARJA SURABAYA."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI RS. PURA RAHARJ A

SURABAYA

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Amelia Fitr iani NPM. 074310079

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha atas karunia, rahmat

serta bimbinganNya sehingga skripsi yang berjudul “IKLIM KOMUNIKASI

ORGANISASI RS. PURA RAHARJA SURABAYA” dapat penulis selesaikan

sebagai wujud pertanggung jawaban atas tugas akhir perkuliahan. Tidak lupa penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si selaku

Dosen Pembimbing, atas segala bimbingan terkait penyusunan skripsi ini

Penelitian dan penyusunan proposal ini merupakan program wajib yang harus

diselesaikan setiap mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur, khususnya pada Program Studi Ilmu Komunikasi.

Dari mulai penelitian hingga tersusunnya skripsi ini tidak dapat dipungkiri,

bahwa penulis telah mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, serta bimbingan yang

sangat besar artinya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terimakasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak berikut

ini:

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

3. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP

(3)

5. Bapak Dr. Moh. Ainul Yaqin, MARS, Selaku direktur perusahaan, Bapak

Ir. Ishaq Jayabrata, MARS, selaku Chief Executive Officer Perusahaan dan

seluruh karyawan RS Pura Raharja Surabaya yang membantu penulis selama

melaksanakan penelitian.

6. Teman dan sahabat yang selalu mendukung, Mbak Cindy, Mbak Yuni, Mbak

Indri, Reysti, Nakita, Chacha, Mbak Vonda, Ayu, Mbak Mona, Mbak Icha, Mbak

Uchi, Mbak Yoko, Ponda, Panda, Ciko, Widya, Kiky, Dea, Bayu, Syahriel, Mbak

Navra, Mbak Dede, Mas Ardi. Bestiest Yudha Trisatria Utama.

7. Kurniadi Arianto #Dee, terima kasih untuk doa, waktu, dan semangat yang selalu

mendampingi J

8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini,

untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari tiada gading yang tak retak, begitupula dengan

skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis

harapkan demi tercapainya skripsi yang baik dan benar.

Surabaya, Januari 2014

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN . ... xi

ABSTRAK . ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 8

2.1.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.1.2. Komunikasi ... 9

2.1.3. Fungsi Komunikasi ... 11

(5)

2.1.5. Proses Komunikasi ... 14

2.1.6. Hambatan Komunikasi ... 15

2.2. Organisasi ... 19

2.2.1. Komunikasi Dalam Organisasi ... 20

2.2.1.1. Komunikasi Interpersonal ... 21

2.2.2. lklim Komunikasi Organisasi ... 27

2.3. Kerangka Berfikir ... 30

2.4. Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 32

3.1.1. Iklim Komunikasi Organisasi ……… 32

3.3.1. Pengukuran Variabel ... 32

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 37

3.2.1. Populasi ... 37

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 37

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.4. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 43

4.1.1. Profil RS. Pura Raharja ... 43

4.1.2. Visi, Misi dan Motto ... 44

(6)

4.2. Penyajian Data ... 45

4.2.1. Karakteristik Responden ... 45

4.2.2. Iklim Komunikasi Organisasi RS. Puri Raharja ... 46

4.2.2.1. Kepercayaan ... 46

4.2.2.2. Pembuatan Keputusan Bersama ... 49

4.2.2.3. Kejujuran ... 52

4.2.2.4. Keterbukaan Dalam Komunikasi Kebawah .. 55

4.2.2.5. Mendengarkan Dalam Komunikasi Ke Atas 57

4.2.2.6. Perhatian Pada Tujuan-Tujuan Berkinerja Tinggi ... 59

4.3. . Analisis Data ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 69

5.2.Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 45

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 46

Tabel 4.4. Pertanyaan Tentang Kepercayaan (Vertikal) ... 47

Tabel 4.5. Pertanyaan Tentang Kepercayaan (Horisontal) ... 47

Tabel 4.6. Pertanyaan Tentang Keyakinan (Vertical) ... 48

Tabel 4.7. Pertanyaan Tentang Pihak Manajemen Memperhatikan Setiap Keluhan Dari Setiap Karyawannya (Vertical) ... 49

Tabel 4.8. Pertanyaan Tentang Turut Ikut Serta Dalam Pembuatan Keputusan (Vertical) ... 50

Tabel 4.9. Pertanyaan Tentang Meminta Pertimbangan Kepada Sesama Karyawan.(Horisontal) ... 51

Tabel 4.10. Pertanyaan Tentang Penyelesaian konflik (Vertical) ... 53

Tabel 4.11. Pertanyaan Tentang Penyampaian Ide Secara Terbuka Dari Anggota Kepada Pihak Manajemen (Vertical)... 53

Tabel 4.12. Pertanyaan Tentang Penyampaian Ide Secara Terbuka Dalam Pelaksanaan Kegiatan (Horisontal) ... 54

(8)

Tabel 4.14. Pertanyaan Tentang Pihak Manajemen Mengkomunikasikan

Setiap Kebijakan Yang Dikeluarkan Yang Menyangkut

Organisasi (Vertical) ... 57

Tabel 4.15. Pertanyaan Tentang Tanggapan Dari Pihak Manajemen

Mengenai Informasi Yang Disampaikan Oleh Karyawan

Kepada Pihak Manajemen (Vertical)... 58

Tabel 4.16. Pertanyaan Tentang Penerimaan Pihak Manajemen Atas

Gagasan Yang Disampaikan Oleh Karyawan Dalam Kaitannya

Dengan Pembuatan Keputusan (Vertical) ... 59

Tabel 4.17. Pertanyaan Tentang Komitmen Karyawan Dalam Pencapaian

Tujuan Organisasi Yang Telah Ditetapkan Oleh Pihak

Manajemen (Vertical) ... 60

Tabel 4.18. Pertanyaan Tentang Komitmen Karyawan Yang Tinggi

Menciptakan Atau Menghasilkan Keakraban Yang Baik Dalam

Pencapaian Tujuan Organisasi (Horisontal)... 61

Tabel 4.19. Pertanyaan Tentang Komitmen Karyawan Yang Tinggi

Menghasilkan Suasana Organisasi Yang Nyaman Dalam

Hubunanya Dengan Pencapaian Tujuan Organisasi

(Horisontal) ... 62

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 31

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Kuesioner ... 72

Rekapitulasi Jawaban Responden ... 75

(11)

Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil, kurang atau tidak adanya komunikasi dalam organisasi dapat menyebabkan kemacetan atau tidak berjalan secara efektif. Cara seseorang membangun reaksi terhadap aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana iklim komunikasi organisasi di RS. Pura Raharja Surabaya.

Untuk mengukur variabel Iklim Komunikasi Organisasi yaitu kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Populasi penelitian ini adalah para karyawan RS. Pura Raharja Surabaya yang berjumlah 72 orang dan teknik untuk menentukan sampel mengunakan metode total sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah Analisis Iklim Komunikasi.

Hasil dari penelitian ini adalah Nilai Iklim Komposit sebesar 0.933. dari hasil tersebut menunjukkan iklim komunikasi pada RS. Pura Raharja Surabaya berada pada koefisien yang nilainya diantara dari 0,8-0,97, sehingga dikatakan RS. Pura Raharja Surabaya mempunyai iklim komunikasi yang positif.

Kata kunci : Iklim Komunikasi Organisasi

Absract

Good communication with an organization run smoothly and successfully, lack or absence of communication within organizations can lead to congestion or not working effectively. The way one builds a reaction to the organizational aspects of creating a climate of communication. The purpose of this study was to determine how the organization's communication climate in RS. Pura Raharja Surabaya.

To measure the Organizational Communication Climate variables: trust, shared decision-making, honesty, openness in communication down, listening in upward communication, attention to high-performance goals. This study population are employes RS. Pura Raharja Surabaya numbering 72 people and the technique for determining the total sample using the method of sampling. Technique the analysis which used is the Climate Analysis of Communication.

The results of this study is the Climate Value Composite of 0.933. The results show the communication climate in the hospital. Prog temple in Surabaya are coefficients whose values between from 0.8 to 0.97, so the hospital said. Pura Prog Surabaya has a positive communication climate.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri begitu juga bagi

suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi akan

berjalan lancar dan berhasil, sedangkan tidak adanya komunikasi atau kurangnya

komunikasi menyebabkan kegiatan suatu organisasi tidak akan berjalan lancar.

Dalam suatu organisasi, komunikasi memiliki arti yang sangat penting, mengingat

organisasi terdiri dari sekelompok orang yang tiap-tiapnya mendukung posisi atau

peranan tertentu mulai dari tingkat paling atas yaitu pimpinan sampai tingkat

paling bawah yaitu karyawan (Alawiyah, 2010).

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi

merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia dimana dengan komunikasi

seseorang dapat berhubungan dengan orang lain untuk saling bertukar informasi.

Proses informasi dianggap efektif apabila informasi yang diberikan itu bisa

dimengerti dan mendapat respon atau umpan balik dari komunikan. Komunikasi

dapat terjadi dimana saja baik lingkungan keluarga, masyarakat maupun di

lingkungan kerja. Komunikasi di lingkungan kerja terjadi dalam lingkup

organisasi sehingga dapat disebut sebagai komunikasi organisasi (Minarto, 2009).

Komunikasi adalah suatu proses untuk menyampaikan (ide, pesan, gagasan)

dari satu pihak ke pihak lain agar saling mempengaruhi di antara keduanya,

(13)

kedua pihak. Komunikasi dapat di katakan terdiri dari suatu rangkaian yang saling

berhubungan dengan tujuan akhir yang mempengaruhi perilaku, sikap dan

kepercayaan. Kegagalan dalam berkomunikasi sering timbul karena hambatan

dalam proses komunikasi. Cruden dan Sherman (1976) mengklasifikasi hambatan

komunikasi kedalam tiga aspek; hambatan teknis, hambatan sematik, hambatan

manusiawi. Permasalahan bisa terjadi antara anggota dengan anggota dalam

sebuah organisasi, bisa juga ketua dari organisasi memiliki suatu permasalahan

dengan anggota organisasi. Dengan adanya masalah seperti ini akan menimbulkan

kesulitan dalam kemajuan dan perkembangan organisasi.

Dari pengalaman-pengalaman tersebut komunikasi organisasi yang terjadi

perlahan-lahan akan membentuk suatu iklim komunikasi organisasi. Iklim

komunikasi organisasi merupakan persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa

yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi (Prayogo, 2006).

Iklim komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi citra hidup, bagaimana

kegiatan kerja, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana perasaan,

bagaimana kegiatan kerja, apa yang ingin dicapai, bagaimana cara menyesuaikan

diri dengan organisasi (Pace dan Faulus, 2006:148). Sedangkan menurut Hardjana

(2000) komunikasi yang terjadi dalam sebuah organisasi secara tidak langsung

mempengaruhi iklim komunikasi dalam organisasi.

Dalam suatu organisasi perusahaan terdiri dari beberapa orang yang saling

terkait berhubungan satu sama lain. Dalam organisasi perusahaan terdiri dari

atasan dan bawahan sehingga pentingnya komunikasi dalam organisasi yang

(14)

lain oleh bawahan. Komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang

sama antara pengirim informasi dengan para penerima pada semua level dalam

organisasi (Minarto, 2009).

Pentingnya keberadaan iklim komunikasi membuat Kopelman, Brife dan

Guzzo yang menyatakan bahwa perubahan iklim komunikasi organisasi mungkin

pada giliranya akan mempengaruhi kinerja dan produktifitas pegawai. Iklim

komunikasi organisasi juga mepunyai konsekuensi penting bagi pergantian dan

masa kerja pegawai dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif cenderung

meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi (Gustiandri, 2012).

Pentingnya keberadaan iklim komunikasi organisasi membuat peneliti tertarik

untuk mengadakan penelitian mengenai Iklim komunikasi organisasi pada RS.

Pura Raharja Surabaya sebagai rumah sakit ibu dan anak.

Anggota organisasi RS. Pura Raharja sebagai pondasi utama organisasi.

Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti diketahui bahwa iklim komunikasi

yang terjadi di RS. Pura Raharja Surabaya kurang berjalan dengan baik. Hal

tersebut dapat diketahui berdasarkan wawancara dengan salah satu karyawan RS.

Pura Raharja yang mengatakan bahwa terjadinya iklim komunikasi yang kurang

baik diduga karena permasalahan yang ada dalam RS. Pura Raharja Surabaya

seperti kurang berjalannya komunikasi antara pimpinan organisasi dengan para

anggota serta jajaranya, hal itu di indikasikan dari kurangnya waktu untuk

bertemu dan berdikusi dengan angggota lainya dan kurang kekompakan antara

anggota dengan pengurusnya dalam mengadakan kegiatan rumah sakit dan dalam

(15)

komunikasi yang terjalin dari pimpinan ke anggota organisasi maupun sebaliknya

antar sesama anggotanya.

Selain itu berdasarkan pengamatan awal peneliti dan hasil wawancara dengan

salah satu karyawan RS. Pura Raharja Surabaya yang menyatakan bahwa jika

terjadi persoalan internal antara anggota organisasi yang menyangkut nama baik

RS. Pura Raharja di masyarakat, para anggota tidak dapat menyelesaikan masalah

sehingga masalah tersebut tidak ada titik temunya dan berlarut-larut karena tidak

adanya jalinan komunikasi yang baik antara para anggota dengan pimpinan dan

pengurus anggota, maupun dengan sesama anggota yang lain. Dengan adanya

miss communication tersebut, berbagai informasi penting yang menyangkut

kelangsungan organisasional dari organisasi tersebut menjadi terganggu karena

masing-masing anggota organisasi cenderung individual dan

berkelompok-kelompok tidak lagi menjadi satu-kesatuan sebagai organisasi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, proses komunikasi serta terciptanya iklim

komunikasi organisasi yang baik memegang peranan yang sangat penting dalam

suatu organisasi. Proses-proses interaksi yang terlibat dalam perkembangan iklim

komunikasi organisasi juga memberi andil pada beberapa pengaruh penting dalam

restrukturisasi, reorganisasi, dan dalam menghidupkan kembali unsur-unsur dasar

organisasi. lklim komunikasi yang kuat dan positif seringkali menghasilkan

praktik-praktik pengelolaan dan pedoman organisasi yang lebih mendukung.

Keharmonisan hubungan dalam suatu organisasi merupakan hal yang penting bagi

(16)

dapat dicapai apabila terjalin suatu komunikasi yang baik antara karyawan dengan

atasan maupun dengan sesama rekan kerja.

Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan

lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya

komunikasi organisasi dapat macet atau tidak berjalan secara efektif. Komunikasi

yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, seorang

pemimpin dan suatu oganisasi perlu memahami dan meningkatkan kemampuan

komunikasinya (Arifin, Amirullah dan Fauziah, 2003:139).

Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi

secara makro mengenai peristiwa komunikasi perilaku seseorang,

harapan--harapan, konflik-konflik antar personal dan kesempatan bagi pertumbuhan

organisasi. Pentingnya iklim komunikasi karena berhubungan dengan konteks

organisasi dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan dan harapan-harapan

anggota organisasi serta membantu memahami perilaku anggota organisasi. Poole

mengatakan bahwa ”iklim memiliki sifat-sifat yang selalu tumpang tindih dengan

konsep budaya” (Sudianto, 2005:10).

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi dalam organisasi

RS. Pura Raharja di Surabaya tersebut serta ditunjang pentingnya penelitian

tentang iklim komunikasi dalam sebuah organisasi, maka dalam penelitian ini

penulis akan mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul "Iklim

(17)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah iklim komunikasi organisasi

RS. Pura Raharja di Surabaya"?

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana iklim komunikasi

organisasi di RS. Pura Raharja di Surabaya.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitian

dengan mengaplikasikan teori-teori, khususnya teori-teori. Komunikasi

tentang proses komunikasi dan dampaknya terhadap iklim organisasi

2. Manfaat Praktis

Kegunaan praktis yang akan diperoleh dari peneltian ini adalah agar

pihak-pihak yang tertarik dalam kajian masalah yang lama dapat mengambil

manfaat, selain itu juga bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pihak RS.

Pura Raharja Surabaya, khususnya para anggota agar lebih mampu

(18)

2.1Landasan Teori

2.1.1 Penelitian Terdahulu

1. Judul : Iklim Organisasi (Lingkungan Kerja Manusiawi)

Pengarang : Andre Hardjana (Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta)

Latar Belakang Penulisan Jurnal :

Dalam studi Komunikasi Keorganisasian, iklim komunikasi dan iklim

organisasi adalah dua konsep yang harus dipahami. Konsep iklim organisasi

muncul sebagai hasil penelusuran tentang faktor-faktor yang mempengarui

perilaku produktif. Secara sadar atau tidak, cara-cara organisasi

memperlakukan karyawan mempunyai dampak pada perilaku karyawan untuk

berlaku produktif atau kurang produktif.

Meskipun karyawan sebagai anggota organisasi mempunyai kepribadian yang

berbeda-beda namun mereka berperilaku berdasarkan pola yang dibentuk oleh

organisasi dan manajemen.

Oleh karena itu, penulis memaparkan bahwa begitu pentingnya iklim

komunikasi organisasi yang ada pada suatu perusahaan karena iklim organisasi

mempunyai pengaruh terhadap perilaku karyawan sebagai anggota organisasi.

Dan iklim organisasi layak diperhatikan karena memberikan pemahaman yang

(19)

2. Judul : Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Guru di

SMU Kota Bandung

Pengarang : Suwatno

Latar Belakang Penulisan Jurnal :

Penelitian yang dilakukan oleh Suwatno (2009) dengan judul pengaruh

komunikasi dan iklim organisasi terhadap kinerja guru di SMU kota Bandung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengarun komunikasi dan iklim

organisasi terhadap kinerja guru di SMU kota Bandung. Populasi dalam

penelitian ini adalah guru SMU di Kotamadya Dati II Bandung. Teknik

pengambilan sampel menggunakan teknik Multi-Stage Cluster Sampling.

Teknik analisis menggunakan Path Analisis. Hasil dari penelitian ini adalah

adanya pengaruh yang signifikan antara komunikasi kepala sekolah dengan

guru terhadap kinerja guru, kecenderungan kinerja guru SMU kota Bandung

adalah tinggi, efektivitas komunikasi antara kepala sekolah dengan guru sangat

penting dalam rangka meningkatkan kinerja guru, dengan mengontrol

efektivitas komunikasi antara kepala sekolah dengan guru dilingkungan

sekolah secara signifikan dapat diramalkan bahwa kinerja guru antara lain

tergantung atas efektivitas komunikasi yang dibinanya dengan kepala sekolah

dengan lingkungan sekolah.

2.1.2 Komunikasi

Menurut Djamarah (2004:11), secara etimologi atau menurut asal

katanya istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communicatio, yang

(20)

politik. Arti communis disini adalah sama, dalam arti sama kata sama makna,

yaitu sama makna mengenai suatu hal.

Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai ”berbagi pengalaman” sampai

batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam

pengertian berbagi pengalaman (Mulyana, 2001:42).

Komunikasi berlangsung bila antara orang-orang yang terlibat terdapat

kesamaan makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. Di sini pengertian

diperlukan agar komunikasi dapat berlangsung, sehinga hubungan mereka itu

bersifat komunikatif. Sebaliknya, jika tidak ada pengertian, komunikasi tidak

berlangsung, hubungan antara orang-orang itu dikatakan tidak komunikatif.

Cruden dan Sherman (1976) mengklasifikasi hambatan komunikasi ke dalam tiga

aspek: hambatan teknis, hambatan sematik dan hambatan manusiawi.

Carl Havland mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana

seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata

untuk merubah tingkah laku orang lain (Sunajo dan Djoenasih, 1995). Hakikat

komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan itu adalah

pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa

sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi pernyataan dinamakan pesan,

orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator sedangkan orang yang

menerima pernyataan diberi nama komunikan. Untuk tegasnya komunikasi berarti

proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan (Effendy, 2003

(21)

Agar komunikasi berlangsung dengan baik, pesan yang merupakan

perangsang bagi seorang penerima, harus dikirim dan diterima. Pesan-pesan

tersebut dapat berupa hal yang dapat didengar, dilihat, dirasakan, dibaui, atau

gabungan dari hal-hal tersebut. Komunikasi tidak harus menggunakan mulut,

melainkan juga dapat menggunakan gerak isyarat, sentuhan, bau-bauan, salam

halnya dengan menggunakan suara (Winarso, 2005:9).

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian ini jelas bahwa

komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu

kepada orang lain. Komunikasi dalam konteks ini dinamakan komunikasi atau

disebut juga komunikasi kemasyarakatan. Komunikasi jenis ini hanya dapat

berlangsung di tengah masyarakat. Kecuali komunikasi transendental, maka tanpa

masyarakat, komunikasi tidak dapat berlangsung. Meski dia adalah manusia,

tetapi bila tidak hidup seorang diri, tidak bermasyarakat, maka tidak ada

komunikasi, karena dia tidak bicara dengan siapa pun (Djamarah, 2004:12).

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan

bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,

untuk kelangsungan hidup, untuk memperolah kebahagiaan, terhindar dari

tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur,

dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita

(22)

tinggi, RT, RW, desa, kota dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan

bersama.

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa diartikan

akan "tersesat", karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu

lingkungan sosial (Mulyana, 2001:5). Komunikasilah yang memungkinkan

individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai

panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang

memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk

mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri

dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum,

berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab,

karena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga

dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.

2.1.4 Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan

manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan

tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya

secara taktis dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu

tergantung dari situasi dan kondisi (Effendy, 2003:3).

Strategi komunikasi sangat penting dalam komunikasi, karena berhasil

tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi

komunikasi. Dilain pihak, tanpa strategi komunikasi, media massa yang semakin

(23)

mudahnya dioperasionalkan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh

negatif (Effendy, 2003:299).

Apakah tujuan sentral strategi komunikasi menurut R. Wayne Pace, et al

dalam Effendy (2005:32), menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi

terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:

1. To secure understanding, yaitu memastikan bahwa komunikasi mengerti pesan

yang diterimanya. Andaikata sudah dapat mengerti dan menerima,

2. To estabish acceptance, maka penerimaannya itu harus dibina pada

3. To motivate action. akhirnya kegiatan dimotivasikan

Untuk memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya.

Ada kata yang orang sudah mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu

harus dibina (to estabish ecceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasi (to

motivate action). Strategi komunikasi sudah tentu bersifat makro yang dalam

prosesnya berlangsung secara vertikal piramida.

Akan tetapi, bagaimanapun memang ada baiknya apabila tujuan

komunikasi itu dinyatakan secara tegas-tegas sebelum komunikasi dilancarkan.

Sebab ini menyangkut khalayak sasaran (target audience) yang dalam strategi

komunikasi secara makro perlu dibagi-bagi menjadi kelompok sasaran (target

groups). Peliknya masalah target audience dan target groups ini ialah karena

berkaitan dengan aspek-aspek sosiologis, psikologis, dan antropologis, mungkin

pula politis dan ekonomis (Effendy, 2005:33).

Dengan demikian, orang yang menyampaikan pesan, yaitu komunikator,

(24)

credibility komunikator memegang peranan yang sangat penting. Istilah

kredibilitas ini adalah istilah yang menunjukkan nilai terpadu dari keahlian dan

kelayakan dipercaya.

2.1.5 Pr oses Komunikasi

Teknik berkomunikasi adalah cara atau "seni" penyampaian suatu pesan

yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan

dampak tertentu pada komunikasi. Pesan yang disampaikan komunikator adalah

pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi,

keluhan, keyakinan dan lain-lain. Pernyataan komunikasi disampaikan oleh

lambang, yang pada umumnya menggunakan bahasa dan ada lambang lain yang

dipergunakan antara lain, kial (gerakan anggota tubuh, gambar, warna, lukisan,

grafik, dan lain-lain), diantara sekian banyak lambang yang biasa digunakan

dalam komunikasi adalah bahasa, sebab bahasa dapat menunjukkan pernyataan

yang kongkret juga abstrak, baik yang terjadi pada saat sekarang maupun masa

lalu dan masa yang akan datang (Effendy, 2004:6). Dalam komunikasi yang

paling penting ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan

komunikator menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan.

Dalam menyusun suatu strategi komunikasi untuk dioperasikan dengan

taktik-taktik komunikasi sebagai penjabaran, pertama-tama ia harus menghayati

proses komunikasi yang akan ia lancarkan. Dalam proses komunikasi harus

berlangsung secara "berputar", tidak "melurus"; ini berarti identik sebagai ekspresi

dari panduan dan peristiwa yang kemudian berbentuk pesan, setelah sampai

(25)

tanggapan harus menjadi umpan balik. Dengan kata lain perkataan komunikator

harus tahu efek atau akibat dari komunikasi yang dilancarkannya itu, apakah

positif sesuai dengan tujuan, ataukah negatif. Jika setelah dievaluasi umpan balik

komunikasinya itu positif, maka pola komunikasi yang sama dapat dipergunakan

lagi untuk pesan lain yang harus dikomunikasikan, bila ternyata negatif, pada

gilirannya harus diteliti faktor-faktor penghambat yang menyebabkan kegagalan

komunikasinya itu (Effendy, 2003:310).

2.1.6 Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif, bahkan

beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang

melakukan komunikasi yang benar-benar efektif. Ada banyak hambatan yang bisa

merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hambatan komunikasi yang

harus menjadi perhatian bagi komunikator jika ingin proses komunikasi berjalan

sukses.

1. Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya

dapat diklarifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik.

a. Gangguan mekanik (mechanical, channel noise)

Yang dimaksud dengan gangguan mekanik ialah gangguan yang

disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai

contoh, ialah gangguan suara ganda (interferensi) pada pesawat radio

disebabkan dua pemancar yang berdempetan gelombangnya, gambar

(26)

jelas, jalur huruf yang hilang atau berbalik, atau halaman yang sobek pada

Surat kabar.

Termasuk gangguan mekanik pula adalah bunyi mengaung pada

pengeras suara, riuh hadirin atau bunyi kendaraan lewat ketika seseorang

berpidato dalam suatu pertemuan.

b. Gangguan semantik (semantic noise)

Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang

pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan

melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian

suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih

banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi

dalam salah pengertian.

Pada hakikatnya orang-orang yang terlibat dalam komuniksi

menginterpretasikan bahasa yang menyalurkan suatu pesan dengan berbagai

cara, karena itu mereka mempunyai pengertian yang berbeda. Seorang

komunikasi mungkin menerima suatu pesan dengan jelas sekali, baik secara

mekanik maupun secara phonetik, secara fisik berlaku dengan keras dan

jelas, tetapi disebabkan kesukaran pengertian (gangguan semantik)

komunikasi menjadi gagal.

Semantik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang

sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama,

mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang-orang yang berlainan. Ini

(27)

pengertian denotatif dan ada yang mempunyai pengertian konotatif.

Pengertian denotatif (denotative meaning) adalah pengertian suatu perkataan

yang lazim terdapat dalam kamus yang secara umum diterima oleh

orang-orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama.

Pengertian konotatif (connotative meaning) adalah pengertian yang bersifat

emosional latar belakang dan pengalaman seseorang. Sebagai contoh secara

denotatif semua orang akan setuju, bahwa anjing adalah binatang berbulu,

berkaki empat, secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai

binatang piaraan yang setia, bersahabat, dan panjang ingatan. Tetapi untuk

orang-orang lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan binatang yang

menakutkan dan berbahaya.

Pekataan demokrasi secara konotatif untuk bangsa Amerika latin dengan

bangsa Rusia, lain pula dengan bangsa Indonesia dan banyak contoh.

Karena itu Bahasa merupakan komponen penting dalam komunikasi, sebab

dengan adanya faktor konotasi tersebut komunikasi bisa gagal.

2. Kepentingan

Internet atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam

menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan

perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Apabila kita

tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan sedikitpun,

maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin

dapat dimakan daripada lain-lainnya. Andaikata dalam situasi demikian kita

(28)

kita akan memilih makanan. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi

perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan

tingkah laku kita, merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang

tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

Setiap peraturan yang dikeluarkan, apakah itu mengenai perburuhan,

perkawinan, kurikulum baru, dan sebagainya ada juga yang merasa dirugikan.

Pihak yang berkepentingan biasanya tidak mengajukan tanggapan dengan

alasan yang sungguh-sungguh, tetapi seringkali mengetengahkan argumentasi

dan alasan tersembunyi (disguised argumentation and reasons).

3. Motivasi Terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang

sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya.

Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda dengan orang

lainnya, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karenanya

motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas tanggapan

sseorang terhadap suatu komunikasi.

Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar

kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang

bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi

yang tak sesuai dengan motivasinya. Dalam hal itu seringkali terjadi seorang

komunikator tertipu oleh tanggapan komunikan yang seolah-olah tampaknya

khusus (attentive) menanggapinya, sungguh pesan komunikasi tak bersesuaian

(29)

mempunyai motivasi terpendam. Mungkin sekali seorang pegawai seolah-olah

menanggapi komunikasi dari atasannya secara attentive, kendatipun ada yang

tak disetujuinya. Hal itu mungkin sekali dilakukan karena si pegawai itu

berkeinginan baik pangkat, ingin menyenangkan hati atasannya, dan lain

sebagainya.

4. Prasangka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat

bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka

belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak

melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk

menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran yang

rasional. Emosi seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap

fakta yang nyata bagaimanapun, oleh karena sekali prasangka itu sudah

mencekam, maka seseorang tak akan dapat berpikir secara objektif akan dinilai

negatif. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti yang

sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama, pendirian politik,

kelompok, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah

memberi kesan yang tidak enak.

2.2Organisasi

Organisasi menurut Manullang dalam Hasibuan (1999:24) dalam arti

dinamis adalah suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan

dilakukan, pembatalan tugas dan tanggung jawab serta wewenang serta penetapan

(30)

dapat bekerja bersama-sama dan seefektif mungkin untuk pencapaian tujuan.

Sedangkan menurut Hasibuan (1999:24) bahwa organisasi adalah suatu sistem

perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang

bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi merupakan alat dan

wadah saja.

Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara

sadar, dengan batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar

yang relatif terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok

tujuan (Robbins, 1990:4).

Sebuah organisasi mempunyai batasan yang relatif dapat diidenfikasi.

Batasan dapat berubah dalam kurun waktu tertentu dan tidak berlaku keras,

namun sebuah batasan yang nyata harus ada agar kita dapat membedakan antara

anggota dan bukan anggota.

2.2.1 Komunikasi Dalam Organisasi

Adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan

lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya

komunikasi organisasi dapat macet atau tidak berjalan secara efektif. Komunikasi

yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, seorang

pemimpin dan suatu oganisasi perlu memahami dan meningkatkan kemampuan

komunikasinya (Arifin, Amirullah dan Fauziah, 2003:139).

Komunikasi organisasi itu lebih efektif pada bidang-bidang yang lain

sehingga mampu berbuat terhadap yang berhubungan dengan perubahan. Dalam

(31)

lebih tidak efektif lagi apabila tidak dibarengi dengan anjuran-anjuran secara

pribadi, komunikasi organisasi terjadi kapanpun setidaknya tidaknya satu orang

yang menduduki jabatan dalam suatu organisasi, analisis komunikasi organisasi

menyangkut penelaan atas banyak transaksi yang terjadi secara simultan. Sistem

tersebut menyangkut hubungan untuk menyatakan kesamaan fikiran dan perilaku

yang telah diatur dengan kebijakan (Sudianto, 2005).

2.2.1.1Komunikasi Interper sonal

Sebagai makhluk sosial, kita merasa perlu berhubungan dengan orang lain.

Kita memerlukan hubungan dan ikatan emsional dengan mereka. Kita

memerlukan pengakuan mereka atas keberadaan dan kemampuan kita. Kita

membutuhkan persetujuan dan dukungan atas perilaku dan hidup kita.

Komunikasi dengan kenalan, teman, sahabat, pacar atau satu lawan satu,

disebut komunikasi antarpersonal (interpersonal communication). Komunikasi

interpersonal adalah "interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana

pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat

menerima dan menanggapi secara langsung pula". Kebanyakan komunikasi

interpersonal berbentuk verbal disertai ungkapan-ungkapan non verbal dan

dilakukan secara lisan.

Komunikasi interpersonal dengan masing-masing orang berbeda tingkat

kedalaman komunikasinya, tingkat intensifnya dan tingkat ekstensifnya.

Komunikasi interpersonal antara dua orang kenalan tentu berbeda dari komunikasi

interpersonal antara sahabat atau pacar. Berkat komunikasi itu mereka terlibat

(32)

sifatnya. Berkat komunikasi interpersonal, seorang kenalan pada akhirnya dapat

menjadi sahabat (Hardjana, 2003:85).

Komunikasi interpersonal didefinisikan oleh Joseph A. Devito (1989)

dalam Effendy (2003:59) sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan

pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan

beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya

memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlansung secara

dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Monolog menunjukkan

suatu bentuk komunikasi di mana seseorang berbicara, yang lain mendengarkan,

jadi tidak terdapat interaksi (Effendy, 2003:60).

Komunikasi interpersonal sangat penting bagi kebahagiaan hidup. Johnson

(1981) dalam Supratiknya (2008:9) menunjukkan beberapa peranan yang

disumbangkan oleh komunikasi interpersonal dalam rangka menciptakan

kebahagiaan hidup manusia.

Pertama, komunikasi interpersonal (antar pribadi) membantu

perkembangan intelektual dan sosial kita. Di awali dengan ketergantungan atau

komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan

atau komunikasi itu menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita.

Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual kita sangat ditentukan oleh

kualitas komunikasi kita dengan orang lain.

Kedua, identitas atau jati-diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi

(33)

memperhatikan dan mencatat semua dalam hati semua tanggapan yang diberikan

oleh orang lain terhadap diri kita. Kita menjadi tahu bagaimana tanggapan orang

lain tentang diri kita.

Ketiga, dalam memahami realitas di sekeliling kita serta menguji

kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar

kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain

tentang realitas yang sama.

Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh

kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain. Bila hubungan dengan

orang lain diliputi berbagai masalah, maka tentu kita akan menderita merasa

sedih, cemas, frustasi.

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka. Karena itu,

kemungkinan umpan balik (feedback) besar sekali. Dalam komunikasi itu,

penerima pesan dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan batik.

Dengan demikian, di antara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi yang

satu mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan

memberi serta menerima dampak. Pengaruh itu terjadi pada dataran

kognitif-pengetahuan, efektif-perasaan, dan behavioral-perilaku. Semakin berkembang

komunikasi interpersonal itu, semakin intensif umpan balik dan interaksinya

karena peran pihak-pihak yang terlibat berubah peran dari penerima pesan

menjadi pemberi pesan, dan sebaliknya dari pemberi pesan menjadi penerima

pesan. Agar komunikasi interpersonal itu berjalan secara teratur, dalam

(34)

pesan yang diterima. Dari sini terjadilah koherensi dalam komunikasi baik antara

pesan yang disampaikan dan umpan balik yang diberikan, maupun dalam

keseluruhan komunikasi (Hardjana, 2003:88).

Bila kita berinteraksi dengan orang lain, biasanya kita ingin mencapai

dampak tertentu, merangsang munculnya gagasan-gagasan tertentu, menciptakan

kesan-kesan tertentu, atau menimbulkan reaksi-reaksi perasaan tertentu dalam diri

orang lain tersebut. Kadang-kadang kita berhasil mencapai semuanya itu, namun

adakalanya gagal. Artinya, kadang-kadang orang memberikan reaksi terhadap

tingkah laku dengan cara yang sangat berbeda dari yang kita harapkan.

(Supratiknya, 2008:24).

Keefektifan dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan kita

untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita sampaikan,

menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai

kehendak kita (Supratiknya, 2008:24).

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antar

pribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini,

dan perilaku komunikan. Karena komunikasi umumnya berlangsung secara tatap

muka. Oleh karena dengan komunikan itu sating bertatap muka, maka terjadilan

kontak pribadi. Ketika menyampaikan pesan, umpan batik berlangsung seketika,

pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan, ekpresi

wajah, dan gaya bicara. (Effendy, 2003:62).

Keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku

(35)

untuk melancarkan komunikasi persuasif yakni suatu teknik komunikasi secara

psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau

rayuan. Tetapi komunikasi persuasif antarpribadi seperti itu hanya digunakan

kepada komunikan yang potensial saja, artinya tokoh yang mempunyai jajaran

dengan pengikutnya atau maka buahnya dalam jumlah yang sangat banyak

(Effendy,2003:62).

2.2.1.2Komunikasi Antarpersonal

Cara Komunikasi merupakan suatu alat yang sangat penting didalam

manajemen. G. R. Terry mengibaratkan komunikasi dalam manajemen sebagai

minyak pelumas agar proses manajemen dapat berjalan lancar. Komunikasi yang

ada dalam suatu organisasi biasanya adalah komunikasi antar personal.

Komunikasi antar personal itu sendiri adalah komunikasi dari mulut ke mulut

yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa orang (Depari dan Mac

Andrew, 1978). Jadi, komunikasi antar personal itu merupakan suatu proses

pemberitahuan sesuatu dari satu orang kepada orang lain atau beberapa orang.

Komunikasi antar personal mempunyai arti yang sangat penting didalam

suatu organisasi, karena dengan adanya komunikasi maka apa yang menjadi

keinginan atau kebutuhan baik itu dari pimpinannya atau pegawainya dapat

diketahui, seperti yang dikatakan oleh Susanto bahwa "seorang atasan hanya dapat

memahami sedikit demi sedikit motivasi-motivasi seseorang, apabila ia banyak

mengadakan komunikasi dengan orang-orang disekelilingnya". Selain itu dengan

adanya komunikasi antar personal yang baik maka jalinan pengertian antara pihak

(36)

dikomunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan akhirnya dilaksanakan. Namun

apabila organisasi tidak dapat melaksanakan komunikasi dengan baik, maka

semua rencana-rencana, instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, saran-saran,

motivasi-motivasi dan sebagainya, hanya akan tinggal diatas kertas. Dengan kata

lain pekerjaan akan menjadi simpang siur dan kacau balau sehingga tujuan

peruahaan kemungkinan besar tidak akan tercapai (www.papuaweb.org/unipa/)

Kegiatan komunikasi antar personal daapt dibagi menjadi 2 (dua), yaitu

komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal:

1. Komuniksi Vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke

atas, adalah komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke

pimpinan secara timbal balik, komuniksi dua arah. Dalam komunikasi vertikal

tersebut pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk,

informasi-informasi, penjelasan-penjelasan dan lain-lain kepada bawahanya.

Dalam hal ini bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran,

pengaduan-pengaduan dan sebagainya kepada pimpinan. Komunikasi dua arah secara

timbal balik sangat penting bagi manajemen, karena jika hanya satu arah saja

dari atas ke bawah, maka manajemen tidak akan berlangsung dengan baik.

2. Komunikasi Hositontal, adalah komunikasi antar para karyawan dengan

karyawan dan antar para karyawan dengan pemimpin-pemimpin bagian atau

seksi. Jadi komunikasi horisontal ini juga bersifat komuniksi bersilang, sebab

bukan saja melebar antara para karyawan dengan karyawan, tetapi juga secara

diagonal antar pimpinan kelompok dengan para karyawan secara timbal balik.

(37)

yang berjalan dengan baik, akan memberikan motivasi bagi seorang karyawan

untuk bekerja dengan baik guna mencapai tujuan organisasi. Selain itu,

komunikasi antar personal yang berjalan dengan baik, juga akan memotivasi

seseorang untuk ikut bergabung dalam organisasi tersebut.

2.2.2 lklim Komunikasi Organisasi

Iklim komunikasi organisasi merupakan situasi dalam lingkungan kerja

di suatu organisasi secara keseluruhan. Perusahaan yang memiliki iklim

komuniksi organisasi yang baik dapat digunakan sebagai indikasi bahwa

perusahaan tersebut memiliki citra yang baik. Iklim ini dibentuk dari pola

interaksi yang intens antar anggota organisasi (semua pegawai) dengan

lingkungan yang penuh persahabatan, saling mendengarkan, menghargai dan

kepercayaan yang tinggi akan menuju ke arah iklim yang baik.

Iklim komuniksi organisasi dibentuk dari interaksi karyawan dalam

mempersepsi aturan, kebijakan dan nilai yang akan ada dalam organissi tersebut.

Iklim organisasi yang akan dilihat dari 6 faktor, yaitu: kepercayaan, pengambilan

keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah dan

mendengarkan dalam komunikasi ke atas serta perhatian pada tujuan berkinerja

tinggi.

Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu

evaluasi secara makro mengenai peristiwa komunikasi perilaku seseorang,

harapan-harapan, konflik-konflik antar personal dan kesempatan bagi

pertumbuhan organisasi. Pentingnya iklim komunikasi karena berhubungan

(38)

harapan-harapan anggota organisasi serta membantu memahami perilaku anggota

organisasi. Poole mengatakan bahwa iklim memiliki sifat-sifat yang selalu

tumpang tindih dengan konsep budaya (Sudianto, 2005:10).

Suatu fase yang menunjukkan tujuan dengan menggambarkan suatu

kiasan yang sering berhubungan dengan suasana. Cara seseorang membangun

reaksi terhadap aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim

komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi secara

makro mengenai peristiwa komunikasi perilaku seseorang, harapan-harapan,

konflik-konflik antar personal dan kesempatan bagi pertumbuhan organisasi

(Sudianto, 2005).

Kepentingan komunikasi dalam pengurusan organisasi memang sesuatu

yang sukar dinafikan. Kajian Mintzberg (1973) menunjukkan 80 persen masa

yang digunakan oleh para pengurus adalah untuk berinteraksi dengan orang lain

secara bertatap muka, merangkumi interaksi dengan subordinat, rakan sekerja,

pegawai atasan, pelanggan dan pembekal. Kajian-kajian lain juga (lihat, Frank &

Brownwel1,1989; Schnake, Dumler, Cochran & Barnett,1990; Pace & Faules,

1994 ; dan Apker, Ford & Fox, 2003) menunjukkan bahwa ketua atau pengurus

organisasi menggunakan masa kerja antara 50 persen hingga 90 persen untuk

berkomunikasi dengan subordinat mereka. Aktivitas berkomunikasi ini dilakukan

adalah yang bertujuan untuk menggerakkan anggota kerja ke arah pencapaian

manfaat organisasi ataupun manfaat peribadi. Dalam usaha tersebut, kaedah yang

(39)

Dengan demikian karakteristik interaksi yang dilakukan oleh anggota kerja

organisasi akan memberi dampak kepada iklim komunikasi (Mohammed, 2007).

Frantz (1988) Mohammed (2007) mengutarakan bahwa iklim komunikasi

adalah salah satu unsur organisasi yang menyumbang kepada produktivitas, dan

akan juga menentukan tahap "usaha" atau dorongan kepada seseorang anggota

kerja. Mengikut pola interaksi yang bersifat menyangga akan menjadikan pada

usaha yang positif dalam kalangan ahli-ahli organisasi yang menyumbang pada

perlaksanaan proses kerja yang selaras dengan maklumat organisasi. Sebaliknya

pula, sekiranya iklim komunikasi yang dilakukan bersifat defensif, yang bersifat

tertutup, akan menjadi penghalang kepada ahli organisasi untuk memberikan

usaha yang terbaik.

Enam faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi

berdasarkan Peterson dan Pace (1976), sebagai berikut :

1.Kepercayaan

Kepercayaan yang dimaksud adalah personel di semua tingkat harus berusaha

keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di

dalamnya kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas didukung oleh pernyataan

dan tindakan.

2.Pembuatan keputusan bersama

Pembuatan keputusan bersama yang dimaksud adalah bagaimana personal

berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai permasalahan yang dihadapi dan

mencari jalan keluar, sehingga semua personel organisasi diberikan kesempatan

(40)

3.Kejujuran

Kejujuran yang dimaksud adalah bagimana personel dapat atau mampu

mengatakan dan menyampaikan ide yang ada secara terbuka kepada

manajemen atau sebaliknya. Sehingga tidak ada kesalahpahaman di

masing-masing anggota.

4.Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Keterbukaan dalam komuniksi ke bawah yang dimaksud adalah bagaimana

personel mampu secara terbuka mengkoordinasi dan suatu kegiatan atau

personel yang lainnya supaya inforamsi yang diterima dapat di sebarluaskan

dengan terbuka.

5.Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Mendengarkan dalam komunikasi ke atas yang dimaksud adalah bagaimana

personel merasa bahwa informasi yang dimiliki dianggap penting oleh

manajemen, sehingga manajemen berkenan untuk mendengarkan masukan

dari personel dengan pikiran yang terbuka.

6.Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi yang dimaksud adalah bagaimana

personel menunjukkan komitmen pada organisasi untuk menciptakan suasana

organisasi yang nyaman. Sehingga tujuan dari organisasi dapat tercapai

didukung oleh semua anggota organisasi tersebut.

2.3Kerangka Berpikir

Pada saat ini banyak sekali berdiri organisasi-organisasi, hal itu bisa

dilihat dari semakin maraknya organisasi yang bermunculan. Dengan keadaan

(41)

tersebut baik organisasi masyarakat, organisasi keagamaan maupun organisasi

yang lain.

Bagi organisasi yang ingin maju dan berkembang tentu harus mempunyai

komunikasi yang baik antara anggota dengan anggota, maupun antar anggota

dengan ketua dari organisasi tersebut. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

kompleksitasnya jelas terlihat dari jenis peringkat, bentuk dan jumlah interaksi

yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam

mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam

oraganisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi

pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman, mengingat peranya yang penting

dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu

dicurahkan untuk mengelola komunikasi organisasi.

Iklim komunikasi organisasi yang terjadi pada RS. Pura Raharja Surabaya

menurut hasil wawancara peneliti adalah kurang berjalan dengan baik. Hal

tersebut dapat diketahui dengan berbagai permasalahan yang ada di dalam RS.

Pura Raharja Surabaya seperti kurang berjalannya komunikasi antara pimpinan

dengan para karyawannya dan jajaranya, hal itu di indikasikan dari kurangnya

waktu untuk bertemu dan berdikusi dengan angggota lainya beserta pengurus dan

kurang kekompakan antara karyawan dengan pengurusnya. Jika terjadi persoalan

internal antara karyawan itu sendiri yang menyangkut nama baik perusahaan di

masyarakat maupun RS. Pura Raharja yang lain, para karyawan tidak dapat

menyelesaikan masalah tersebut sehingga masalah tersebut tidak ada titik temunya

dan berlarut-larut karena tidak adanya jalinan komunikasi yang baik antara para

(42)

Gambar 2.1

Bagan Penelitian Tentang Iklim Komunikasi Or ganisasi pada RS. Pur a Raharja Di Sur abaya

2.4Hipotesis

Diduga bahwa Iklim Komunikasi Organisasi pada RS. Pura Raharja Di

Surabaya Negatif.

Iklim Komunikasi akan diukur dari IIK yang meliputi : 1. Kepercayaan

2. Pengambilan keputusan bersama 3. Kejujuran

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah 5. Keterbukaan dalam komunikasi ke atas 6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

Iklim KomunikasiOrganisasi

Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi secara makro mengenai peristiwa komunikasi perilaku seseorang, harapan-harapan, konflik-konflik antar personal dan kesempatan bagi pertumbuhan (Pace dan Faules, 2000. P 147)

Iklim Komunikasi Organisasi RS Pura Raharja Surabaya

(43)

3.1. Metode Penelitian

3.1.1. Iklim Komunikasi Or ganisasi

Iklim komunikasi organisasi merupakan situasi dalam lingkungan kerja

disuatu organisasi secara keseluruhan. Iklim komunikasi organisasi dibentuk dari

interaksi anggota yang terdapat di dalamnya dalam mempersepsi aturan, kebijakan

dan nilai yang akan ada dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi organisasi

akan dilihat dari 6 faktor, yaitu:

1. Kepercayaan

2. Pengambilan keputusan bersama

3. Kejujuran

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

5. Keterbukaan dalam komunikasi ke atas

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Indikator yang digunakan untuk mengukur dari keenam variabel yang

digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dari Peterson dan Pace (1976),

(44)

1. Kepercayaan

Kepercayaan yang dimaksud adalah bagaimana para karyawan di RS. Pura

Raharja dapat mengembangkan dan mempertahankan hubungan.

Indikator :

a. Kepercayaan: sejauhmana bentuk kepercayaan karyawan kepada organisasi

sehingga karyawan tersebut memiliki loyalitas yang tinggi terhadap

organisasi.

b.Keyakinan: sejauhmana tingkat keyakinan karyawan terhadap organisasi

dalam membangun hubungan dengan pihak manajemen organisasi

c. Kredibilitas: sejauhmana kredibilitas yang ditunjukkan oleh karyawan

kepada organisasi.

2. Pembuatan keputusan bersama

Pembuatan keputusan bersama yang dimaksud adalah bagaimana karyawan

berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai permasalahan yang dihadapi dan

mencari jalan keluar, sehingga semua anggota organisasi diberikan

kesempatan untuk berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan

penetapan tujuan.

Indikator :

a. Pihak organisasi memperhatikan setiap keluhan dari setiap anggotanya.

b.Setiap keluhan para anggota selalu ditanggapi oleh pihak organisasi.

c. Turut ikut serta dalam pembuatan keputusan dalam mencari suatu

(45)

3. Kejujuran

Kejujuran yang dimaksud adalah bagimana karyawan dapat atau mampu

mengatakan dan menyampaikan ide yang ada secara terbuka kepada

manajemen atau sebaliknya. Sehingga tidak ada kesalahpahaman di

masing-masing anggota.

a. Penyelesaian konflik yang terjadi antara pihak manajemen dengan para

anggota dalam organisasi.

b.Penyampaian ide secara terbuka kepada anggota dalam pelaksanaan

kegiatan.

c. Penyampaian ide secara terbuka dari anggota kepada pihak manajemen

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah yang dimaksud adalah bagaimana

karyawan mampu secara terbuka mengkoordinasi dan suatu kegiatan atau

karyawan yang lainnya supaya inforamsi yang diterima dapat di sebarluaskan

dengan terbuka.

Indikator :

a. Penyebarluasan atau penyampaian informasi kepada seluruh karyawan

mulai dari tingkat ketua sampai karyawan.

b.Pihak manajemen mengkomunikasikan setiap kebijakan yang dikeluarkan

yang menyangkut organisasi.

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Mendengarkan dalam komunikasi ke atasan yang dimaksud adalah

bagaimana karyawan merasa bahwa informasi yang dimiliki dianggap

(46)

mendengarkan masukan dari karyawan dengan pikiran yang terbuka.

Indikator :

a. Tanggapan dari pihak manajemen mengenai informasi yang disampaikan

oleh karyawan kepada pihak manajemen.

b.Penerimaan pihak manajemen atas gagasan yang disampaikan oleh

karyawan dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan.

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi yang dimaksud adalah bagaimana

karyawan menunjukkan komitmen pada organisasi untuk menciptakan

suasana organisasi yang nyaman. Sehingga tujuan dari organisasi dapat

tercapai didukung oleh semua anggota organisasi tersebut.

Indikator :

a. Komitmen karyawan dalam pencapaian tujuan organisasi yang telah

ditetapkan oleh pihak manajemen.

b.Komitmen karyawan yang tinggi menghasilkan suasana organisasi yang

nyaman dalam hubunanya dengan pencapaian tujuan organisasi.

c. Komitmen karyawan yang tinggi menciptakan atau menghasilkan

keakraban yang baik dalam pencapaian tujuan organisasi.

Skala pengukuran yang digunakan adalah Likert. Skala ini hanya

mengelompokkan peristiwa dalam katagori tertentu. Angka yang digunakan tidak

menunjukkan kedudukan suatu katagori terhadap katagori lain melainkan hanya

sekedar kode saja. Dalam penelitian ini pertanyaan dengan jawaban penelitian

berdasarkan pengaruh angka atau jawaban ”5” adalah nilai tertinggi dan

(47)

Kode-kode berikut untuk menafsirkan simbol-simbol numerik pada

kuesioner.

5 Sangat baik, yang menunjukkan penilaian yang jujur, pernyataan ini

merupakan gambaran kondisi organisasi yang sebenarnya.

4 Baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi lebih banyak

benarnya daripada salahnya.

3 Kurang baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi

separuh benar dan separuh salah.

2 Tidak baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi lebih

banyak salahnya daripada benarnya.

1 Sangat tidak baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi

(Pace & Faules, 2006:158).

Pengujian keandalan internal iventaris iklim komunikasi menunjukkan

koefisien berkisar antara 0,8 - 0,97 yang umumnya dianggap memuaskan dan

dapat dikatakan memiliki iklim organisasi yang positif. Koefisien berkisar kurang

dari 0,79 yang umumnya dianggap kurang memuaskan atau dapat dikatakan

memiliki iklim organisasi yang negatif (Pace & Faules, 2006:157). Iklim

komunikasi yang positif artinya iklim organisasi pada RS. Pura Raharja memiliki

iklim organisasi yang baik pada hubungan antara manajemen dengan karyawan.

Iklim komunikasi yang negatif artinya iklim organisasi pada RS. Pura Raharja

(48)

3.2.Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan

diduga. Populasi penelitian ini adalah seluruh para karyawan RS. Pura Raharja

Surabaya yang berjumlah 72 orang.

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel adalah bagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Untuk menentukan sampel mengunakan Tehnik sampel yang

non probability sampling dengan metode total sampling yaitu sampel yang

diambil dari total keseluruhan populasi (Sugiyono, 2009:122). Pengambilan

sampel tetap mengikuti persyaratan yang dibutuhkan dalam penelitian ini atas

responden tersebut, yaitu para karyawan RS. Puraraharja Surabaya yang

berjumlah 72 orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dipakai pada penelitian ini adalah data primer dan data

skunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden.

Dalam hal ini, responden memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam

kuesioner yang telah disediakan peneliti. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung pada tempat

penelitian yang berupa hasil jawaban dari responden atas pertanyaan yang

(49)

b.Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan secara tidak langsung

melalui organisasi yang bersangkutan, dalam hal ini adalah RS. Pura

Dalam mengumpulkan data primer dan sekunder penulis menggunakan

beberapa metode dalam mengumpulkan data yaitu :

a. Kuesioner

Untuk mendapatkan data primer peneliti menggunakan hasil jawaban dari

responden atas pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner

b.Dokumentasi

Untuk memperoleh data sekunder dipergunakan cara penataan dari

dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4.Teknik Analisis Data

Untuk mengukur nilai-nilai indicator iklim komunikasi kerja dalam

organisasi, penulis menggunakan rumus milik R. Wayne Pace.

1. Untuk mengukur Nilai Iklim Komposit (NIK) digunakan rumus:

(50)

2. Untuk mengukur Nilai Iklim Kepercayaan (NIT) digunakan rumus:

NIT =

N1 = jawaban pertanyaan mengenai kepercayaan

3. Untuk mengukurn Nilai Pengambilan Keputusan Partispatif (NIP) digunakan

rumus:

N2 = jawaban pertanyaan mengenai penga mbila n keputusan part ispat if

4. Untuk mengukur Nilai Kejujuran (NIJ) digunakan rumus:

NIJ = 3

3

N

N3 = jawaban pertanyaan mengenai kejujuran

5. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan Dalam Komunikasi Ke Bawah (NIB)

N4 = jawaban pertanyaan mengenai keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

6. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan Dalam Komunikasi Ke Atas (NIA)

N5 = pertanyaan mengenai keterbukaan dalam komunikasi ke atas

7. Untuk mengukur Nilai Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi (NIPBT)

digunakan rumus : 3

1

Gambar

Gambar 2.1  Bagan Penelitian Tentang Iklim Komunikasi Organisasi pada
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.4. Kepercayaan  yang tinggi kepada karyawan bahwa karyawan loyal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Food bar adalah campuran bahan pangan (blended food) yang diperkaya dengan nutrisi, kemudian dibentuk menjadi bentuk padat dan kompak (a food bar form). Tujuan

Hasil pendugaan parameter persamaan biaya operasi prod uksi tenaga listrik dapat dilihat pada Tabel 25. Dari Tabel 25 tersebut memperlihatkan bahwa hampir semua variabel

Dengan menggunakan komponen simetris, tegangan dan arus tiga fasa yang dalam keadaan tak seimbang di-. transformasikan ke dalam

Untuk masalah diagnosa yang muncul pada pasien dengan congestive heart failure (CHF) antara lain pola nafas yang tidak efektif sudah teratasi dengan memberikan

Pada pasal 5 (ayat 1) dikatakan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan bentuk pengembangan pegawai yang mendorong terhadap peningkatan kerja. Selanjutnya pada ayat

Analisa pemilihan skim pembiayaan pembangunan kapal dengan metode Fuzzy MCDM dapat digunakan untuk memecahkan persoalan keputusan dalam struktur informasi yang

Permainan kooperatif menekankan kerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok melalui aktivitas inklusif, di mana semua siswa dilibatkan dan diterima. Permainan

Dalam pembuatan model 3 dimensi sebagai media promosi usaha enceng gondok ini mempromosikan nilai ekonomis kerajinan, informasi cara pembuatan kerajinan dengan bantuan