IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI RS. PURA RAHARJ A
SURABAYA
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Amelia Fitr iani NPM. 074310079
YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha atas karunia, rahmat
serta bimbinganNya sehingga skripsi yang berjudul “IKLIM KOMUNIKASI
ORGANISASI RS. PURA RAHARJA SURABAYA” dapat penulis selesaikan
sebagai wujud pertanggung jawaban atas tugas akhir perkuliahan. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si selaku
Dosen Pembimbing, atas segala bimbingan terkait penyusunan skripsi ini
Penelitian dan penyusunan proposal ini merupakan program wajib yang harus
diselesaikan setiap mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur, khususnya pada Program Studi Ilmu Komunikasi.
Dari mulai penelitian hingga tersusunnya skripsi ini tidak dapat dipungkiri,
bahwa penulis telah mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, serta bimbingan yang
sangat besar artinya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak berikut
ini:
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP
5. Bapak Dr. Moh. Ainul Yaqin, MARS, Selaku direktur perusahaan, Bapak
Ir. Ishaq Jayabrata, MARS, selaku Chief Executive Officer Perusahaan dan
seluruh karyawan RS Pura Raharja Surabaya yang membantu penulis selama
melaksanakan penelitian.
6. Teman dan sahabat yang selalu mendukung, Mbak Cindy, Mbak Yuni, Mbak
Indri, Reysti, Nakita, Chacha, Mbak Vonda, Ayu, Mbak Mona, Mbak Icha, Mbak
Uchi, Mbak Yoko, Ponda, Panda, Ciko, Widya, Kiky, Dea, Bayu, Syahriel, Mbak
Navra, Mbak Dede, Mas Ardi. Bestiest Yudha Trisatria Utama.
7. Kurniadi Arianto #Dee, terima kasih untuk doa, waktu, dan semangat yang selalu
mendampingi J
8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini,
untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari tiada gading yang tak retak, begitupula dengan
skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis
harapkan demi tercapainya skripsi yang baik dan benar.
Surabaya, Januari 2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN . ... xi
ABSTRAK . ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 8
2.1.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.1.2. Komunikasi ... 9
2.1.3. Fungsi Komunikasi ... 11
2.1.5. Proses Komunikasi ... 14
2.1.6. Hambatan Komunikasi ... 15
2.2. Organisasi ... 19
2.2.1. Komunikasi Dalam Organisasi ... 20
2.2.1.1. Komunikasi Interpersonal ... 21
2.2.2. lklim Komunikasi Organisasi ... 27
2.3. Kerangka Berfikir ... 30
2.4. Hipotesis ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 32
3.1.1. Iklim Komunikasi Organisasi ……… 32
3.3.1. Pengukuran Variabel ... 32
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 37
3.2.1. Populasi ... 37
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 37
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.4. Teknik Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 43
4.1.1. Profil RS. Pura Raharja ... 43
4.1.2. Visi, Misi dan Motto ... 44
4.2. Penyajian Data ... 45
4.2.1. Karakteristik Responden ... 45
4.2.2. Iklim Komunikasi Organisasi RS. Puri Raharja ... 46
4.2.2.1. Kepercayaan ... 46
4.2.2.2. Pembuatan Keputusan Bersama ... 49
4.2.2.3. Kejujuran ... 52
4.2.2.4. Keterbukaan Dalam Komunikasi Kebawah .. 55
4.2.2.5. Mendengarkan Dalam Komunikasi Ke Atas 57
4.2.2.6. Perhatian Pada Tujuan-Tujuan Berkinerja Tinggi ... 59
4.3. . Analisis Data ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 69
5.2.Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 45
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 46
Tabel 4.4. Pertanyaan Tentang Kepercayaan (Vertikal) ... 47
Tabel 4.5. Pertanyaan Tentang Kepercayaan (Horisontal) ... 47
Tabel 4.6. Pertanyaan Tentang Keyakinan (Vertical) ... 48
Tabel 4.7. Pertanyaan Tentang Pihak Manajemen Memperhatikan Setiap Keluhan Dari Setiap Karyawannya (Vertical) ... 49
Tabel 4.8. Pertanyaan Tentang Turut Ikut Serta Dalam Pembuatan Keputusan (Vertical) ... 50
Tabel 4.9. Pertanyaan Tentang Meminta Pertimbangan Kepada Sesama Karyawan.(Horisontal) ... 51
Tabel 4.10. Pertanyaan Tentang Penyelesaian konflik (Vertical) ... 53
Tabel 4.11. Pertanyaan Tentang Penyampaian Ide Secara Terbuka Dari Anggota Kepada Pihak Manajemen (Vertical)... 53
Tabel 4.12. Pertanyaan Tentang Penyampaian Ide Secara Terbuka Dalam Pelaksanaan Kegiatan (Horisontal) ... 54
Tabel 4.14. Pertanyaan Tentang Pihak Manajemen Mengkomunikasikan
Setiap Kebijakan Yang Dikeluarkan Yang Menyangkut
Organisasi (Vertical) ... 57
Tabel 4.15. Pertanyaan Tentang Tanggapan Dari Pihak Manajemen
Mengenai Informasi Yang Disampaikan Oleh Karyawan
Kepada Pihak Manajemen (Vertical)... 58
Tabel 4.16. Pertanyaan Tentang Penerimaan Pihak Manajemen Atas
Gagasan Yang Disampaikan Oleh Karyawan Dalam Kaitannya
Dengan Pembuatan Keputusan (Vertical) ... 59
Tabel 4.17. Pertanyaan Tentang Komitmen Karyawan Dalam Pencapaian
Tujuan Organisasi Yang Telah Ditetapkan Oleh Pihak
Manajemen (Vertical) ... 60
Tabel 4.18. Pertanyaan Tentang Komitmen Karyawan Yang Tinggi
Menciptakan Atau Menghasilkan Keakraban Yang Baik Dalam
Pencapaian Tujuan Organisasi (Horisontal)... 61
Tabel 4.19. Pertanyaan Tentang Komitmen Karyawan Yang Tinggi
Menghasilkan Suasana Organisasi Yang Nyaman Dalam
Hubunanya Dengan Pencapaian Tujuan Organisasi
(Horisontal) ... 62
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Kuesioner ... 72
Rekapitulasi Jawaban Responden ... 75
Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil, kurang atau tidak adanya komunikasi dalam organisasi dapat menyebabkan kemacetan atau tidak berjalan secara efektif. Cara seseorang membangun reaksi terhadap aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana iklim komunikasi organisasi di RS. Pura Raharja Surabaya.
Untuk mengukur variabel Iklim Komunikasi Organisasi yaitu kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Populasi penelitian ini adalah para karyawan RS. Pura Raharja Surabaya yang berjumlah 72 orang dan teknik untuk menentukan sampel mengunakan metode total sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah Analisis Iklim Komunikasi.
Hasil dari penelitian ini adalah Nilai Iklim Komposit sebesar 0.933. dari hasil tersebut menunjukkan iklim komunikasi pada RS. Pura Raharja Surabaya berada pada koefisien yang nilainya diantara dari 0,8-0,97, sehingga dikatakan RS. Pura Raharja Surabaya mempunyai iklim komunikasi yang positif.
Kata kunci : Iklim Komunikasi Organisasi
Absract
Good communication with an organization run smoothly and successfully, lack or absence of communication within organizations can lead to congestion or not working effectively. The way one builds a reaction to the organizational aspects of creating a climate of communication. The purpose of this study was to determine how the organization's communication climate in RS. Pura Raharja Surabaya.
To measure the Organizational Communication Climate variables: trust, shared decision-making, honesty, openness in communication down, listening in upward communication, attention to high-performance goals. This study population are employes RS. Pura Raharja Surabaya numbering 72 people and the technique for determining the total sample using the method of sampling. Technique the analysis which used is the Climate Analysis of Communication.
The results of this study is the Climate Value Composite of 0.933. The results show the communication climate in the hospital. Prog temple in Surabaya are coefficients whose values between from 0.8 to 0.97, so the hospital said. Pura Prog Surabaya has a positive communication climate.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri begitu juga bagi
suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi akan
berjalan lancar dan berhasil, sedangkan tidak adanya komunikasi atau kurangnya
komunikasi menyebabkan kegiatan suatu organisasi tidak akan berjalan lancar.
Dalam suatu organisasi, komunikasi memiliki arti yang sangat penting, mengingat
organisasi terdiri dari sekelompok orang yang tiap-tiapnya mendukung posisi atau
peranan tertentu mulai dari tingkat paling atas yaitu pimpinan sampai tingkat
paling bawah yaitu karyawan (Alawiyah, 2010).
Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi
merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia dimana dengan komunikasi
seseorang dapat berhubungan dengan orang lain untuk saling bertukar informasi.
Proses informasi dianggap efektif apabila informasi yang diberikan itu bisa
dimengerti dan mendapat respon atau umpan balik dari komunikan. Komunikasi
dapat terjadi dimana saja baik lingkungan keluarga, masyarakat maupun di
lingkungan kerja. Komunikasi di lingkungan kerja terjadi dalam lingkup
organisasi sehingga dapat disebut sebagai komunikasi organisasi (Minarto, 2009).
Komunikasi adalah suatu proses untuk menyampaikan (ide, pesan, gagasan)
dari satu pihak ke pihak lain agar saling mempengaruhi di antara keduanya,
kedua pihak. Komunikasi dapat di katakan terdiri dari suatu rangkaian yang saling
berhubungan dengan tujuan akhir yang mempengaruhi perilaku, sikap dan
kepercayaan. Kegagalan dalam berkomunikasi sering timbul karena hambatan
dalam proses komunikasi. Cruden dan Sherman (1976) mengklasifikasi hambatan
komunikasi kedalam tiga aspek; hambatan teknis, hambatan sematik, hambatan
manusiawi. Permasalahan bisa terjadi antara anggota dengan anggota dalam
sebuah organisasi, bisa juga ketua dari organisasi memiliki suatu permasalahan
dengan anggota organisasi. Dengan adanya masalah seperti ini akan menimbulkan
kesulitan dalam kemajuan dan perkembangan organisasi.
Dari pengalaman-pengalaman tersebut komunikasi organisasi yang terjadi
perlahan-lahan akan membentuk suatu iklim komunikasi organisasi. Iklim
komunikasi organisasi merupakan persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa
yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi (Prayogo, 2006).
Iklim komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi citra hidup, bagaimana
kegiatan kerja, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana perasaan,
bagaimana kegiatan kerja, apa yang ingin dicapai, bagaimana cara menyesuaikan
diri dengan organisasi (Pace dan Faulus, 2006:148). Sedangkan menurut Hardjana
(2000) komunikasi yang terjadi dalam sebuah organisasi secara tidak langsung
mempengaruhi iklim komunikasi dalam organisasi.
Dalam suatu organisasi perusahaan terdiri dari beberapa orang yang saling
terkait berhubungan satu sama lain. Dalam organisasi perusahaan terdiri dari
atasan dan bawahan sehingga pentingnya komunikasi dalam organisasi yang
lain oleh bawahan. Komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang
sama antara pengirim informasi dengan para penerima pada semua level dalam
organisasi (Minarto, 2009).
Pentingnya keberadaan iklim komunikasi membuat Kopelman, Brife dan
Guzzo yang menyatakan bahwa perubahan iklim komunikasi organisasi mungkin
pada giliranya akan mempengaruhi kinerja dan produktifitas pegawai. Iklim
komunikasi organisasi juga mepunyai konsekuensi penting bagi pergantian dan
masa kerja pegawai dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif cenderung
meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi (Gustiandri, 2012).
Pentingnya keberadaan iklim komunikasi organisasi membuat peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian mengenai Iklim komunikasi organisasi pada RS.
Pura Raharja Surabaya sebagai rumah sakit ibu dan anak.
Anggota organisasi RS. Pura Raharja sebagai pondasi utama organisasi.
Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti diketahui bahwa iklim komunikasi
yang terjadi di RS. Pura Raharja Surabaya kurang berjalan dengan baik. Hal
tersebut dapat diketahui berdasarkan wawancara dengan salah satu karyawan RS.
Pura Raharja yang mengatakan bahwa terjadinya iklim komunikasi yang kurang
baik diduga karena permasalahan yang ada dalam RS. Pura Raharja Surabaya
seperti kurang berjalannya komunikasi antara pimpinan organisasi dengan para
anggota serta jajaranya, hal itu di indikasikan dari kurangnya waktu untuk
bertemu dan berdikusi dengan angggota lainya dan kurang kekompakan antara
anggota dengan pengurusnya dalam mengadakan kegiatan rumah sakit dan dalam
komunikasi yang terjalin dari pimpinan ke anggota organisasi maupun sebaliknya
antar sesama anggotanya.
Selain itu berdasarkan pengamatan awal peneliti dan hasil wawancara dengan
salah satu karyawan RS. Pura Raharja Surabaya yang menyatakan bahwa jika
terjadi persoalan internal antara anggota organisasi yang menyangkut nama baik
RS. Pura Raharja di masyarakat, para anggota tidak dapat menyelesaikan masalah
sehingga masalah tersebut tidak ada titik temunya dan berlarut-larut karena tidak
adanya jalinan komunikasi yang baik antara para anggota dengan pimpinan dan
pengurus anggota, maupun dengan sesama anggota yang lain. Dengan adanya
miss communication tersebut, berbagai informasi penting yang menyangkut
kelangsungan organisasional dari organisasi tersebut menjadi terganggu karena
masing-masing anggota organisasi cenderung individual dan
berkelompok-kelompok tidak lagi menjadi satu-kesatuan sebagai organisasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut, proses komunikasi serta terciptanya iklim
komunikasi organisasi yang baik memegang peranan yang sangat penting dalam
suatu organisasi. Proses-proses interaksi yang terlibat dalam perkembangan iklim
komunikasi organisasi juga memberi andil pada beberapa pengaruh penting dalam
restrukturisasi, reorganisasi, dan dalam menghidupkan kembali unsur-unsur dasar
organisasi. lklim komunikasi yang kuat dan positif seringkali menghasilkan
praktik-praktik pengelolaan dan pedoman organisasi yang lebih mendukung.
Keharmonisan hubungan dalam suatu organisasi merupakan hal yang penting bagi
dapat dicapai apabila terjalin suatu komunikasi yang baik antara karyawan dengan
atasan maupun dengan sesama rekan kerja.
Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan
lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya
komunikasi organisasi dapat macet atau tidak berjalan secara efektif. Komunikasi
yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, seorang
pemimpin dan suatu oganisasi perlu memahami dan meningkatkan kemampuan
komunikasinya (Arifin, Amirullah dan Fauziah, 2003:139).
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi
secara makro mengenai peristiwa komunikasi perilaku seseorang,
harapan--harapan, konflik-konflik antar personal dan kesempatan bagi pertumbuhan
organisasi. Pentingnya iklim komunikasi karena berhubungan dengan konteks
organisasi dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan dan harapan-harapan
anggota organisasi serta membantu memahami perilaku anggota organisasi. Poole
mengatakan bahwa ”iklim memiliki sifat-sifat yang selalu tumpang tindih dengan
konsep budaya” (Sudianto, 2005:10).
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi dalam organisasi
RS. Pura Raharja di Surabaya tersebut serta ditunjang pentingnya penelitian
tentang iklim komunikasi dalam sebuah organisasi, maka dalam penelitian ini
penulis akan mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul "Iklim
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah iklim komunikasi organisasi
RS. Pura Raharja di Surabaya"?
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana iklim komunikasi
organisasi di RS. Pura Raharja di Surabaya.
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian diharapkan dapat memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitian
dengan mengaplikasikan teori-teori, khususnya teori-teori. Komunikasi
tentang proses komunikasi dan dampaknya terhadap iklim organisasi
2. Manfaat Praktis
Kegunaan praktis yang akan diperoleh dari peneltian ini adalah agar
pihak-pihak yang tertarik dalam kajian masalah yang lama dapat mengambil
manfaat, selain itu juga bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pihak RS.
Pura Raharja Surabaya, khususnya para anggota agar lebih mampu
2.1Landasan Teori
2.1.1 Penelitian Terdahulu
1. Judul : Iklim Organisasi (Lingkungan Kerja Manusiawi)
Pengarang : Andre Hardjana (Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta)
Latar Belakang Penulisan Jurnal :
Dalam studi Komunikasi Keorganisasian, iklim komunikasi dan iklim
organisasi adalah dua konsep yang harus dipahami. Konsep iklim organisasi
muncul sebagai hasil penelusuran tentang faktor-faktor yang mempengarui
perilaku produktif. Secara sadar atau tidak, cara-cara organisasi
memperlakukan karyawan mempunyai dampak pada perilaku karyawan untuk
berlaku produktif atau kurang produktif.
Meskipun karyawan sebagai anggota organisasi mempunyai kepribadian yang
berbeda-beda namun mereka berperilaku berdasarkan pola yang dibentuk oleh
organisasi dan manajemen.
Oleh karena itu, penulis memaparkan bahwa begitu pentingnya iklim
komunikasi organisasi yang ada pada suatu perusahaan karena iklim organisasi
mempunyai pengaruh terhadap perilaku karyawan sebagai anggota organisasi.
Dan iklim organisasi layak diperhatikan karena memberikan pemahaman yang
2. Judul : Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Guru di
SMU Kota Bandung
Pengarang : Suwatno
Latar Belakang Penulisan Jurnal :
Penelitian yang dilakukan oleh Suwatno (2009) dengan judul pengaruh
komunikasi dan iklim organisasi terhadap kinerja guru di SMU kota Bandung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengarun komunikasi dan iklim
organisasi terhadap kinerja guru di SMU kota Bandung. Populasi dalam
penelitian ini adalah guru SMU di Kotamadya Dati II Bandung. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik Multi-Stage Cluster Sampling.
Teknik analisis menggunakan Path Analisis. Hasil dari penelitian ini adalah
adanya pengaruh yang signifikan antara komunikasi kepala sekolah dengan
guru terhadap kinerja guru, kecenderungan kinerja guru SMU kota Bandung
adalah tinggi, efektivitas komunikasi antara kepala sekolah dengan guru sangat
penting dalam rangka meningkatkan kinerja guru, dengan mengontrol
efektivitas komunikasi antara kepala sekolah dengan guru dilingkungan
sekolah secara signifikan dapat diramalkan bahwa kinerja guru antara lain
tergantung atas efektivitas komunikasi yang dibinanya dengan kepala sekolah
dengan lingkungan sekolah.
2.1.2 Komunikasi
Menurut Djamarah (2004:11), secara etimologi atau menurut asal
katanya istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communicatio, yang
politik. Arti communis disini adalah sama, dalam arti sama kata sama makna,
yaitu sama makna mengenai suatu hal.
Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai ”berbagi pengalaman” sampai
batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam
pengertian berbagi pengalaman (Mulyana, 2001:42).
Komunikasi berlangsung bila antara orang-orang yang terlibat terdapat
kesamaan makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. Di sini pengertian
diperlukan agar komunikasi dapat berlangsung, sehinga hubungan mereka itu
bersifat komunikatif. Sebaliknya, jika tidak ada pengertian, komunikasi tidak
berlangsung, hubungan antara orang-orang itu dikatakan tidak komunikatif.
Cruden dan Sherman (1976) mengklasifikasi hambatan komunikasi ke dalam tiga
aspek: hambatan teknis, hambatan sematik dan hambatan manusiawi.
Carl Havland mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana
seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata
untuk merubah tingkah laku orang lain (Sunajo dan Djoenasih, 1995). Hakikat
komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan itu adalah
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa
sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi pernyataan dinamakan pesan,
orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator sedangkan orang yang
menerima pernyataan diberi nama komunikan. Untuk tegasnya komunikasi berarti
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan (Effendy, 2003
Agar komunikasi berlangsung dengan baik, pesan yang merupakan
perangsang bagi seorang penerima, harus dikirim dan diterima. Pesan-pesan
tersebut dapat berupa hal yang dapat didengar, dilihat, dirasakan, dibaui, atau
gabungan dari hal-hal tersebut. Komunikasi tidak harus menggunakan mulut,
melainkan juga dapat menggunakan gerak isyarat, sentuhan, bau-bauan, salam
halnya dengan menggunakan suara (Winarso, 2005:9).
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian ini jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu
kepada orang lain. Komunikasi dalam konteks ini dinamakan komunikasi atau
disebut juga komunikasi kemasyarakatan. Komunikasi jenis ini hanya dapat
berlangsung di tengah masyarakat. Kecuali komunikasi transendental, maka tanpa
masyarakat, komunikasi tidak dapat berlangsung. Meski dia adalah manusia,
tetapi bila tidak hidup seorang diri, tidak bermasyarakat, maka tidak ada
komunikasi, karena dia tidak bicara dengan siapa pun (Djamarah, 2004:12).
2.1.3 Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan
bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,
untuk kelangsungan hidup, untuk memperolah kebahagiaan, terhindar dari
tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur,
dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita
tinggi, RT, RW, desa, kota dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan
bersama.
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa diartikan
akan "tersesat", karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu
lingkungan sosial (Mulyana, 2001:5). Komunikasilah yang memungkinkan
individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai
panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang
memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk
mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri
dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum,
berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab,
karena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga
dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.
2.1.4 Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan
manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya
secara taktis dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu
tergantung dari situasi dan kondisi (Effendy, 2003:3).
Strategi komunikasi sangat penting dalam komunikasi, karena berhasil
tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi
komunikasi. Dilain pihak, tanpa strategi komunikasi, media massa yang semakin
mudahnya dioperasionalkan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh
negatif (Effendy, 2003:299).
Apakah tujuan sentral strategi komunikasi menurut R. Wayne Pace, et al
dalam Effendy (2005:32), menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi
terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:
1. To secure understanding, yaitu memastikan bahwa komunikasi mengerti pesan
yang diterimanya. Andaikata sudah dapat mengerti dan menerima,
2. To estabish acceptance, maka penerimaannya itu harus dibina pada
3. To motivate action. akhirnya kegiatan dimotivasikan
Untuk memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya.
Ada kata yang orang sudah mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu
harus dibina (to estabish ecceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasi (to
motivate action). Strategi komunikasi sudah tentu bersifat makro yang dalam
prosesnya berlangsung secara vertikal piramida.
Akan tetapi, bagaimanapun memang ada baiknya apabila tujuan
komunikasi itu dinyatakan secara tegas-tegas sebelum komunikasi dilancarkan.
Sebab ini menyangkut khalayak sasaran (target audience) yang dalam strategi
komunikasi secara makro perlu dibagi-bagi menjadi kelompok sasaran (target
groups). Peliknya masalah target audience dan target groups ini ialah karena
berkaitan dengan aspek-aspek sosiologis, psikologis, dan antropologis, mungkin
pula politis dan ekonomis (Effendy, 2005:33).
Dengan demikian, orang yang menyampaikan pesan, yaitu komunikator,
credibility komunikator memegang peranan yang sangat penting. Istilah
kredibilitas ini adalah istilah yang menunjukkan nilai terpadu dari keahlian dan
kelayakan dipercaya.
2.1.5 Pr oses Komunikasi
Teknik berkomunikasi adalah cara atau "seni" penyampaian suatu pesan
yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan
dampak tertentu pada komunikasi. Pesan yang disampaikan komunikator adalah
pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi,
keluhan, keyakinan dan lain-lain. Pernyataan komunikasi disampaikan oleh
lambang, yang pada umumnya menggunakan bahasa dan ada lambang lain yang
dipergunakan antara lain, kial (gerakan anggota tubuh, gambar, warna, lukisan,
grafik, dan lain-lain), diantara sekian banyak lambang yang biasa digunakan
dalam komunikasi adalah bahasa, sebab bahasa dapat menunjukkan pernyataan
yang kongkret juga abstrak, baik yang terjadi pada saat sekarang maupun masa
lalu dan masa yang akan datang (Effendy, 2004:6). Dalam komunikasi yang
paling penting ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan
komunikator menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan.
Dalam menyusun suatu strategi komunikasi untuk dioperasikan dengan
taktik-taktik komunikasi sebagai penjabaran, pertama-tama ia harus menghayati
proses komunikasi yang akan ia lancarkan. Dalam proses komunikasi harus
berlangsung secara "berputar", tidak "melurus"; ini berarti identik sebagai ekspresi
dari panduan dan peristiwa yang kemudian berbentuk pesan, setelah sampai
tanggapan harus menjadi umpan balik. Dengan kata lain perkataan komunikator
harus tahu efek atau akibat dari komunikasi yang dilancarkannya itu, apakah
positif sesuai dengan tujuan, ataukah negatif. Jika setelah dievaluasi umpan balik
komunikasinya itu positif, maka pola komunikasi yang sama dapat dipergunakan
lagi untuk pesan lain yang harus dikomunikasikan, bila ternyata negatif, pada
gilirannya harus diteliti faktor-faktor penghambat yang menyebabkan kegagalan
komunikasinya itu (Effendy, 2003:310).
2.1.6 Hambatan Komunikasi
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif, bahkan
beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang
melakukan komunikasi yang benar-benar efektif. Ada banyak hambatan yang bisa
merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hambatan komunikasi yang
harus menjadi perhatian bagi komunikator jika ingin proses komunikasi berjalan
sukses.
1. Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya
dapat diklarifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik.
a. Gangguan mekanik (mechanical, channel noise)
Yang dimaksud dengan gangguan mekanik ialah gangguan yang
disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai
contoh, ialah gangguan suara ganda (interferensi) pada pesawat radio
disebabkan dua pemancar yang berdempetan gelombangnya, gambar
jelas, jalur huruf yang hilang atau berbalik, atau halaman yang sobek pada
Surat kabar.
Termasuk gangguan mekanik pula adalah bunyi mengaung pada
pengeras suara, riuh hadirin atau bunyi kendaraan lewat ketika seseorang
berpidato dalam suatu pertemuan.
b. Gangguan semantik (semantic noise)
Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan
melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian
suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih
banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi
dalam salah pengertian.
Pada hakikatnya orang-orang yang terlibat dalam komuniksi
menginterpretasikan bahasa yang menyalurkan suatu pesan dengan berbagai
cara, karena itu mereka mempunyai pengertian yang berbeda. Seorang
komunikasi mungkin menerima suatu pesan dengan jelas sekali, baik secara
mekanik maupun secara phonetik, secara fisik berlaku dengan keras dan
jelas, tetapi disebabkan kesukaran pengertian (gangguan semantik)
komunikasi menjadi gagal.
Semantik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang
sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama,
mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang-orang yang berlainan. Ini
pengertian denotatif dan ada yang mempunyai pengertian konotatif.
Pengertian denotatif (denotative meaning) adalah pengertian suatu perkataan
yang lazim terdapat dalam kamus yang secara umum diterima oleh
orang-orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama.
Pengertian konotatif (connotative meaning) adalah pengertian yang bersifat
emosional latar belakang dan pengalaman seseorang. Sebagai contoh secara
denotatif semua orang akan setuju, bahwa anjing adalah binatang berbulu,
berkaki empat, secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai
binatang piaraan yang setia, bersahabat, dan panjang ingatan. Tetapi untuk
orang-orang lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan binatang yang
menakutkan dan berbahaya.
Pekataan demokrasi secara konotatif untuk bangsa Amerika latin dengan
bangsa Rusia, lain pula dengan bangsa Indonesia dan banyak contoh.
Karena itu Bahasa merupakan komponen penting dalam komunikasi, sebab
dengan adanya faktor konotasi tersebut komunikasi bisa gagal.
2. Kepentingan
Internet atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan
perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Apabila kita
tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan sedikitpun,
maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin
dapat dimakan daripada lain-lainnya. Andaikata dalam situasi demikian kita
kita akan memilih makanan. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi
perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan
tingkah laku kita, merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang
tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.
Setiap peraturan yang dikeluarkan, apakah itu mengenai perburuhan,
perkawinan, kurikulum baru, dan sebagainya ada juga yang merasa dirugikan.
Pihak yang berkepentingan biasanya tidak mengajukan tanggapan dengan
alasan yang sungguh-sungguh, tetapi seringkali mengetengahkan argumentasi
dan alasan tersembunyi (disguised argumentation and reasons).
3. Motivasi Terpendam
Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang
sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya.
Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda dengan orang
lainnya, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karenanya
motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas tanggapan
sseorang terhadap suatu komunikasi.
Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar
kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang
bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi
yang tak sesuai dengan motivasinya. Dalam hal itu seringkali terjadi seorang
komunikator tertipu oleh tanggapan komunikan yang seolah-olah tampaknya
khusus (attentive) menanggapinya, sungguh pesan komunikasi tak bersesuaian
mempunyai motivasi terpendam. Mungkin sekali seorang pegawai seolah-olah
menanggapi komunikasi dari atasannya secara attentive, kendatipun ada yang
tak disetujuinya. Hal itu mungkin sekali dilakukan karena si pegawai itu
berkeinginan baik pangkat, ingin menyenangkan hati atasannya, dan lain
sebagainya.
4. Prasangka
Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat
bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka
belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak
melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk
menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran yang
rasional. Emosi seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap
fakta yang nyata bagaimanapun, oleh karena sekali prasangka itu sudah
mencekam, maka seseorang tak akan dapat berpikir secara objektif akan dinilai
negatif. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti yang
sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama, pendirian politik,
kelompok, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah
memberi kesan yang tidak enak.
2.2Organisasi
Organisasi menurut Manullang dalam Hasibuan (1999:24) dalam arti
dinamis adalah suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan
dilakukan, pembatalan tugas dan tanggung jawab serta wewenang serta penetapan
dapat bekerja bersama-sama dan seefektif mungkin untuk pencapaian tujuan.
Sedangkan menurut Hasibuan (1999:24) bahwa organisasi adalah suatu sistem
perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang
bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi merupakan alat dan
wadah saja.
Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara
sadar, dengan batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar
yang relatif terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok
tujuan (Robbins, 1990:4).
Sebuah organisasi mempunyai batasan yang relatif dapat diidenfikasi.
Batasan dapat berubah dalam kurun waktu tertentu dan tidak berlaku keras,
namun sebuah batasan yang nyata harus ada agar kita dapat membedakan antara
anggota dan bukan anggota.
2.2.1 Komunikasi Dalam Organisasi
Adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan
lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya
komunikasi organisasi dapat macet atau tidak berjalan secara efektif. Komunikasi
yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, seorang
pemimpin dan suatu oganisasi perlu memahami dan meningkatkan kemampuan
komunikasinya (Arifin, Amirullah dan Fauziah, 2003:139).
Komunikasi organisasi itu lebih efektif pada bidang-bidang yang lain
sehingga mampu berbuat terhadap yang berhubungan dengan perubahan. Dalam
lebih tidak efektif lagi apabila tidak dibarengi dengan anjuran-anjuran secara
pribadi, komunikasi organisasi terjadi kapanpun setidaknya tidaknya satu orang
yang menduduki jabatan dalam suatu organisasi, analisis komunikasi organisasi
menyangkut penelaan atas banyak transaksi yang terjadi secara simultan. Sistem
tersebut menyangkut hubungan untuk menyatakan kesamaan fikiran dan perilaku
yang telah diatur dengan kebijakan (Sudianto, 2005).
2.2.1.1Komunikasi Interper sonal
Sebagai makhluk sosial, kita merasa perlu berhubungan dengan orang lain.
Kita memerlukan hubungan dan ikatan emsional dengan mereka. Kita
memerlukan pengakuan mereka atas keberadaan dan kemampuan kita. Kita
membutuhkan persetujuan dan dukungan atas perilaku dan hidup kita.
Komunikasi dengan kenalan, teman, sahabat, pacar atau satu lawan satu,
disebut komunikasi antarpersonal (interpersonal communication). Komunikasi
interpersonal adalah "interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana
pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat
menerima dan menanggapi secara langsung pula". Kebanyakan komunikasi
interpersonal berbentuk verbal disertai ungkapan-ungkapan non verbal dan
dilakukan secara lisan.
Komunikasi interpersonal dengan masing-masing orang berbeda tingkat
kedalaman komunikasinya, tingkat intensifnya dan tingkat ekstensifnya.
Komunikasi interpersonal antara dua orang kenalan tentu berbeda dari komunikasi
interpersonal antara sahabat atau pacar. Berkat komunikasi itu mereka terlibat
sifatnya. Berkat komunikasi interpersonal, seorang kenalan pada akhirnya dapat
menjadi sahabat (Hardjana, 2003:85).
Komunikasi interpersonal didefinisikan oleh Joseph A. Devito (1989)
dalam Effendy (2003:59) sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan
pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlansung secara
dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Monolog menunjukkan
suatu bentuk komunikasi di mana seseorang berbicara, yang lain mendengarkan,
jadi tidak terdapat interaksi (Effendy, 2003:60).
Komunikasi interpersonal sangat penting bagi kebahagiaan hidup. Johnson
(1981) dalam Supratiknya (2008:9) menunjukkan beberapa peranan yang
disumbangkan oleh komunikasi interpersonal dalam rangka menciptakan
kebahagiaan hidup manusia.
Pertama, komunikasi interpersonal (antar pribadi) membantu
perkembangan intelektual dan sosial kita. Di awali dengan ketergantungan atau
komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan
atau komunikasi itu menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita.
Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual kita sangat ditentukan oleh
kualitas komunikasi kita dengan orang lain.
Kedua, identitas atau jati-diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi
memperhatikan dan mencatat semua dalam hati semua tanggapan yang diberikan
oleh orang lain terhadap diri kita. Kita menjadi tahu bagaimana tanggapan orang
lain tentang diri kita.
Ketiga, dalam memahami realitas di sekeliling kita serta menguji
kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar
kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain
tentang realitas yang sama.
Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh
kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain. Bila hubungan dengan
orang lain diliputi berbagai masalah, maka tentu kita akan menderita merasa
sedih, cemas, frustasi.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka. Karena itu,
kemungkinan umpan balik (feedback) besar sekali. Dalam komunikasi itu,
penerima pesan dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan batik.
Dengan demikian, di antara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi yang
satu mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan
memberi serta menerima dampak. Pengaruh itu terjadi pada dataran
kognitif-pengetahuan, efektif-perasaan, dan behavioral-perilaku. Semakin berkembang
komunikasi interpersonal itu, semakin intensif umpan balik dan interaksinya
karena peran pihak-pihak yang terlibat berubah peran dari penerima pesan
menjadi pemberi pesan, dan sebaliknya dari pemberi pesan menjadi penerima
pesan. Agar komunikasi interpersonal itu berjalan secara teratur, dalam
pesan yang diterima. Dari sini terjadilah koherensi dalam komunikasi baik antara
pesan yang disampaikan dan umpan balik yang diberikan, maupun dalam
keseluruhan komunikasi (Hardjana, 2003:88).
Bila kita berinteraksi dengan orang lain, biasanya kita ingin mencapai
dampak tertentu, merangsang munculnya gagasan-gagasan tertentu, menciptakan
kesan-kesan tertentu, atau menimbulkan reaksi-reaksi perasaan tertentu dalam diri
orang lain tersebut. Kadang-kadang kita berhasil mencapai semuanya itu, namun
adakalanya gagal. Artinya, kadang-kadang orang memberikan reaksi terhadap
tingkah laku dengan cara yang sangat berbeda dari yang kita harapkan.
(Supratiknya, 2008:24).
Keefektifan dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan kita
untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita sampaikan,
menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai
kehendak kita (Supratiknya, 2008:24).
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antar
pribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini,
dan perilaku komunikan. Karena komunikasi umumnya berlangsung secara tatap
muka. Oleh karena dengan komunikan itu sating bertatap muka, maka terjadilan
kontak pribadi. Ketika menyampaikan pesan, umpan batik berlangsung seketika,
pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan, ekpresi
wajah, dan gaya bicara. (Effendy, 2003:62).
Keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku
untuk melancarkan komunikasi persuasif yakni suatu teknik komunikasi secara
psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau
rayuan. Tetapi komunikasi persuasif antarpribadi seperti itu hanya digunakan
kepada komunikan yang potensial saja, artinya tokoh yang mempunyai jajaran
dengan pengikutnya atau maka buahnya dalam jumlah yang sangat banyak
(Effendy,2003:62).
2.2.1.2Komunikasi Antarpersonal
Cara Komunikasi merupakan suatu alat yang sangat penting didalam
manajemen. G. R. Terry mengibaratkan komunikasi dalam manajemen sebagai
minyak pelumas agar proses manajemen dapat berjalan lancar. Komunikasi yang
ada dalam suatu organisasi biasanya adalah komunikasi antar personal.
Komunikasi antar personal itu sendiri adalah komunikasi dari mulut ke mulut
yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa orang (Depari dan Mac
Andrew, 1978). Jadi, komunikasi antar personal itu merupakan suatu proses
pemberitahuan sesuatu dari satu orang kepada orang lain atau beberapa orang.
Komunikasi antar personal mempunyai arti yang sangat penting didalam
suatu organisasi, karena dengan adanya komunikasi maka apa yang menjadi
keinginan atau kebutuhan baik itu dari pimpinannya atau pegawainya dapat
diketahui, seperti yang dikatakan oleh Susanto bahwa "seorang atasan hanya dapat
memahami sedikit demi sedikit motivasi-motivasi seseorang, apabila ia banyak
mengadakan komunikasi dengan orang-orang disekelilingnya". Selain itu dengan
adanya komunikasi antar personal yang baik maka jalinan pengertian antara pihak
dikomunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan akhirnya dilaksanakan. Namun
apabila organisasi tidak dapat melaksanakan komunikasi dengan baik, maka
semua rencana-rencana, instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, saran-saran,
motivasi-motivasi dan sebagainya, hanya akan tinggal diatas kertas. Dengan kata
lain pekerjaan akan menjadi simpang siur dan kacau balau sehingga tujuan
peruahaan kemungkinan besar tidak akan tercapai (www.papuaweb.org/unipa/)
Kegiatan komunikasi antar personal daapt dibagi menjadi 2 (dua), yaitu
komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal:
1. Komuniksi Vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke
atas, adalah komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke
pimpinan secara timbal balik, komuniksi dua arah. Dalam komunikasi vertikal
tersebut pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk,
informasi-informasi, penjelasan-penjelasan dan lain-lain kepada bawahanya.
Dalam hal ini bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran,
pengaduan-pengaduan dan sebagainya kepada pimpinan. Komunikasi dua arah secara
timbal balik sangat penting bagi manajemen, karena jika hanya satu arah saja
dari atas ke bawah, maka manajemen tidak akan berlangsung dengan baik.
2. Komunikasi Hositontal, adalah komunikasi antar para karyawan dengan
karyawan dan antar para karyawan dengan pemimpin-pemimpin bagian atau
seksi. Jadi komunikasi horisontal ini juga bersifat komuniksi bersilang, sebab
bukan saja melebar antara para karyawan dengan karyawan, tetapi juga secara
diagonal antar pimpinan kelompok dengan para karyawan secara timbal balik.
yang berjalan dengan baik, akan memberikan motivasi bagi seorang karyawan
untuk bekerja dengan baik guna mencapai tujuan organisasi. Selain itu,
komunikasi antar personal yang berjalan dengan baik, juga akan memotivasi
seseorang untuk ikut bergabung dalam organisasi tersebut.
2.2.2 lklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi organisasi merupakan situasi dalam lingkungan kerja
di suatu organisasi secara keseluruhan. Perusahaan yang memiliki iklim
komuniksi organisasi yang baik dapat digunakan sebagai indikasi bahwa
perusahaan tersebut memiliki citra yang baik. Iklim ini dibentuk dari pola
interaksi yang intens antar anggota organisasi (semua pegawai) dengan
lingkungan yang penuh persahabatan, saling mendengarkan, menghargai dan
kepercayaan yang tinggi akan menuju ke arah iklim yang baik.
Iklim komuniksi organisasi dibentuk dari interaksi karyawan dalam
mempersepsi aturan, kebijakan dan nilai yang akan ada dalam organissi tersebut.
Iklim organisasi yang akan dilihat dari 6 faktor, yaitu: kepercayaan, pengambilan
keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah dan
mendengarkan dalam komunikasi ke atas serta perhatian pada tujuan berkinerja
tinggi.
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu
evaluasi secara makro mengenai peristiwa komunikasi perilaku seseorang,
harapan-harapan, konflik-konflik antar personal dan kesempatan bagi
pertumbuhan organisasi. Pentingnya iklim komunikasi karena berhubungan
harapan-harapan anggota organisasi serta membantu memahami perilaku anggota
organisasi. Poole mengatakan bahwa iklim memiliki sifat-sifat yang selalu
tumpang tindih dengan konsep budaya (Sudianto, 2005:10).
Suatu fase yang menunjukkan tujuan dengan menggambarkan suatu
kiasan yang sering berhubungan dengan suasana. Cara seseorang membangun
reaksi terhadap aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim
komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi secara
makro mengenai peristiwa komunikasi perilaku seseorang, harapan-harapan,
konflik-konflik antar personal dan kesempatan bagi pertumbuhan organisasi
(Sudianto, 2005).
Kepentingan komunikasi dalam pengurusan organisasi memang sesuatu
yang sukar dinafikan. Kajian Mintzberg (1973) menunjukkan 80 persen masa
yang digunakan oleh para pengurus adalah untuk berinteraksi dengan orang lain
secara bertatap muka, merangkumi interaksi dengan subordinat, rakan sekerja,
pegawai atasan, pelanggan dan pembekal. Kajian-kajian lain juga (lihat, Frank &
Brownwel1,1989; Schnake, Dumler, Cochran & Barnett,1990; Pace & Faules,
1994 ; dan Apker, Ford & Fox, 2003) menunjukkan bahwa ketua atau pengurus
organisasi menggunakan masa kerja antara 50 persen hingga 90 persen untuk
berkomunikasi dengan subordinat mereka. Aktivitas berkomunikasi ini dilakukan
adalah yang bertujuan untuk menggerakkan anggota kerja ke arah pencapaian
manfaat organisasi ataupun manfaat peribadi. Dalam usaha tersebut, kaedah yang
Dengan demikian karakteristik interaksi yang dilakukan oleh anggota kerja
organisasi akan memberi dampak kepada iklim komunikasi (Mohammed, 2007).
Frantz (1988) Mohammed (2007) mengutarakan bahwa iklim komunikasi
adalah salah satu unsur organisasi yang menyumbang kepada produktivitas, dan
akan juga menentukan tahap "usaha" atau dorongan kepada seseorang anggota
kerja. Mengikut pola interaksi yang bersifat menyangga akan menjadikan pada
usaha yang positif dalam kalangan ahli-ahli organisasi yang menyumbang pada
perlaksanaan proses kerja yang selaras dengan maklumat organisasi. Sebaliknya
pula, sekiranya iklim komunikasi yang dilakukan bersifat defensif, yang bersifat
tertutup, akan menjadi penghalang kepada ahli organisasi untuk memberikan
usaha yang terbaik.
Enam faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi
berdasarkan Peterson dan Pace (1976), sebagai berikut :
1.Kepercayaan
Kepercayaan yang dimaksud adalah personel di semua tingkat harus berusaha
keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di
dalamnya kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas didukung oleh pernyataan
dan tindakan.
2.Pembuatan keputusan bersama
Pembuatan keputusan bersama yang dimaksud adalah bagaimana personal
berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai permasalahan yang dihadapi dan
mencari jalan keluar, sehingga semua personel organisasi diberikan kesempatan
3.Kejujuran
Kejujuran yang dimaksud adalah bagimana personel dapat atau mampu
mengatakan dan menyampaikan ide yang ada secara terbuka kepada
manajemen atau sebaliknya. Sehingga tidak ada kesalahpahaman di
masing-masing anggota.
4.Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
Keterbukaan dalam komuniksi ke bawah yang dimaksud adalah bagaimana
personel mampu secara terbuka mengkoordinasi dan suatu kegiatan atau
personel yang lainnya supaya inforamsi yang diterima dapat di sebarluaskan
dengan terbuka.
5.Mendengarkan dalam komunikasi ke atas
Mendengarkan dalam komunikasi ke atas yang dimaksud adalah bagaimana
personel merasa bahwa informasi yang dimiliki dianggap penting oleh
manajemen, sehingga manajemen berkenan untuk mendengarkan masukan
dari personel dengan pikiran yang terbuka.
6.Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi
Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi yang dimaksud adalah bagaimana
personel menunjukkan komitmen pada organisasi untuk menciptakan suasana
organisasi yang nyaman. Sehingga tujuan dari organisasi dapat tercapai
didukung oleh semua anggota organisasi tersebut.
2.3Kerangka Berpikir
Pada saat ini banyak sekali berdiri organisasi-organisasi, hal itu bisa
dilihat dari semakin maraknya organisasi yang bermunculan. Dengan keadaan
tersebut baik organisasi masyarakat, organisasi keagamaan maupun organisasi
yang lain.
Bagi organisasi yang ingin maju dan berkembang tentu harus mempunyai
komunikasi yang baik antara anggota dengan anggota, maupun antar anggota
dengan ketua dari organisasi tersebut. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang
kompleksitasnya jelas terlihat dari jenis peringkat, bentuk dan jumlah interaksi
yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam
mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam
oraganisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi
pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman, mengingat peranya yang penting
dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu
dicurahkan untuk mengelola komunikasi organisasi.
Iklim komunikasi organisasi yang terjadi pada RS. Pura Raharja Surabaya
menurut hasil wawancara peneliti adalah kurang berjalan dengan baik. Hal
tersebut dapat diketahui dengan berbagai permasalahan yang ada di dalam RS.
Pura Raharja Surabaya seperti kurang berjalannya komunikasi antara pimpinan
dengan para karyawannya dan jajaranya, hal itu di indikasikan dari kurangnya
waktu untuk bertemu dan berdikusi dengan angggota lainya beserta pengurus dan
kurang kekompakan antara karyawan dengan pengurusnya. Jika terjadi persoalan
internal antara karyawan itu sendiri yang menyangkut nama baik perusahaan di
masyarakat maupun RS. Pura Raharja yang lain, para karyawan tidak dapat
menyelesaikan masalah tersebut sehingga masalah tersebut tidak ada titik temunya
dan berlarut-larut karena tidak adanya jalinan komunikasi yang baik antara para
Gambar 2.1
Bagan Penelitian Tentang Iklim Komunikasi Or ganisasi pada RS. Pur a Raharja Di Sur abaya
2.4Hipotesis
Diduga bahwa Iklim Komunikasi Organisasi pada RS. Pura Raharja Di
Surabaya Negatif.
Iklim Komunikasi akan diukur dari IIK yang meliputi : 1. Kepercayaan
2. Pengambilan keputusan bersama 3. Kejujuran
4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah 5. Keterbukaan dalam komunikasi ke atas 6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.
Iklim KomunikasiOrganisasi
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi secara makro mengenai peristiwa komunikasi perilaku seseorang, harapan-harapan, konflik-konflik antar personal dan kesempatan bagi pertumbuhan (Pace dan Faules, 2000. P 147)
Iklim Komunikasi Organisasi RS Pura Raharja Surabaya
3.1. Metode Penelitian
3.1.1. Iklim Komunikasi Or ganisasi
Iklim komunikasi organisasi merupakan situasi dalam lingkungan kerja
disuatu organisasi secara keseluruhan. Iklim komunikasi organisasi dibentuk dari
interaksi anggota yang terdapat di dalamnya dalam mempersepsi aturan, kebijakan
dan nilai yang akan ada dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi organisasi
akan dilihat dari 6 faktor, yaitu:
1. Kepercayaan
2. Pengambilan keputusan bersama
3. Kejujuran
4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
5. Keterbukaan dalam komunikasi ke atas
6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Indikator yang digunakan untuk mengukur dari keenam variabel yang
digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dari Peterson dan Pace (1976),
1. Kepercayaan
Kepercayaan yang dimaksud adalah bagaimana para karyawan di RS. Pura
Raharja dapat mengembangkan dan mempertahankan hubungan.
Indikator :
a. Kepercayaan: sejauhmana bentuk kepercayaan karyawan kepada organisasi
sehingga karyawan tersebut memiliki loyalitas yang tinggi terhadap
organisasi.
b.Keyakinan: sejauhmana tingkat keyakinan karyawan terhadap organisasi
dalam membangun hubungan dengan pihak manajemen organisasi
c. Kredibilitas: sejauhmana kredibilitas yang ditunjukkan oleh karyawan
kepada organisasi.
2. Pembuatan keputusan bersama
Pembuatan keputusan bersama yang dimaksud adalah bagaimana karyawan
berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai permasalahan yang dihadapi dan
mencari jalan keluar, sehingga semua anggota organisasi diberikan
kesempatan untuk berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan
penetapan tujuan.
Indikator :
a. Pihak organisasi memperhatikan setiap keluhan dari setiap anggotanya.
b.Setiap keluhan para anggota selalu ditanggapi oleh pihak organisasi.
c. Turut ikut serta dalam pembuatan keputusan dalam mencari suatu
3. Kejujuran
Kejujuran yang dimaksud adalah bagimana karyawan dapat atau mampu
mengatakan dan menyampaikan ide yang ada secara terbuka kepada
manajemen atau sebaliknya. Sehingga tidak ada kesalahpahaman di
masing-masing anggota.
a. Penyelesaian konflik yang terjadi antara pihak manajemen dengan para
anggota dalam organisasi.
b.Penyampaian ide secara terbuka kepada anggota dalam pelaksanaan
kegiatan.
c. Penyampaian ide secara terbuka dari anggota kepada pihak manajemen
4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah yang dimaksud adalah bagaimana
karyawan mampu secara terbuka mengkoordinasi dan suatu kegiatan atau
karyawan yang lainnya supaya inforamsi yang diterima dapat di sebarluaskan
dengan terbuka.
Indikator :
a. Penyebarluasan atau penyampaian informasi kepada seluruh karyawan
mulai dari tingkat ketua sampai karyawan.
b.Pihak manajemen mengkomunikasikan setiap kebijakan yang dikeluarkan
yang menyangkut organisasi.
5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas
Mendengarkan dalam komunikasi ke atasan yang dimaksud adalah
bagaimana karyawan merasa bahwa informasi yang dimiliki dianggap
mendengarkan masukan dari karyawan dengan pikiran yang terbuka.
Indikator :
a. Tanggapan dari pihak manajemen mengenai informasi yang disampaikan
oleh karyawan kepada pihak manajemen.
b.Penerimaan pihak manajemen atas gagasan yang disampaikan oleh
karyawan dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan.
6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi
Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi yang dimaksud adalah bagaimana
karyawan menunjukkan komitmen pada organisasi untuk menciptakan
suasana organisasi yang nyaman. Sehingga tujuan dari organisasi dapat
tercapai didukung oleh semua anggota organisasi tersebut.
Indikator :
a. Komitmen karyawan dalam pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan oleh pihak manajemen.
b.Komitmen karyawan yang tinggi menghasilkan suasana organisasi yang
nyaman dalam hubunanya dengan pencapaian tujuan organisasi.
c. Komitmen karyawan yang tinggi menciptakan atau menghasilkan
keakraban yang baik dalam pencapaian tujuan organisasi.
Skala pengukuran yang digunakan adalah Likert. Skala ini hanya
mengelompokkan peristiwa dalam katagori tertentu. Angka yang digunakan tidak
menunjukkan kedudukan suatu katagori terhadap katagori lain melainkan hanya
sekedar kode saja. Dalam penelitian ini pertanyaan dengan jawaban penelitian
berdasarkan pengaruh angka atau jawaban ”5” adalah nilai tertinggi dan
Kode-kode berikut untuk menafsirkan simbol-simbol numerik pada
kuesioner.
5 Sangat baik, yang menunjukkan penilaian yang jujur, pernyataan ini
merupakan gambaran kondisi organisasi yang sebenarnya.
4 Baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi lebih banyak
benarnya daripada salahnya.
3 Kurang baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi
separuh benar dan separuh salah.
2 Tidak baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi lebih
banyak salahnya daripada benarnya.
1 Sangat tidak baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi
(Pace & Faules, 2006:158).
Pengujian keandalan internal iventaris iklim komunikasi menunjukkan
koefisien berkisar antara 0,8 - 0,97 yang umumnya dianggap memuaskan dan
dapat dikatakan memiliki iklim organisasi yang positif. Koefisien berkisar kurang
dari 0,79 yang umumnya dianggap kurang memuaskan atau dapat dikatakan
memiliki iklim organisasi yang negatif (Pace & Faules, 2006:157). Iklim
komunikasi yang positif artinya iklim organisasi pada RS. Pura Raharja memiliki
iklim organisasi yang baik pada hubungan antara manajemen dengan karyawan.
Iklim komunikasi yang negatif artinya iklim organisasi pada RS. Pura Raharja
3.2.Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan
diduga. Populasi penelitian ini adalah seluruh para karyawan RS. Pura Raharja
Surabaya yang berjumlah 72 orang.
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sampel adalah bagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Untuk menentukan sampel mengunakan Tehnik sampel yang
non probability sampling dengan metode total sampling yaitu sampel yang
diambil dari total keseluruhan populasi (Sugiyono, 2009:122). Pengambilan
sampel tetap mengikuti persyaratan yang dibutuhkan dalam penelitian ini atas
responden tersebut, yaitu para karyawan RS. Puraraharja Surabaya yang
berjumlah 72 orang.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dipakai pada penelitian ini adalah data primer dan data
skunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden.
Dalam hal ini, responden memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner yang telah disediakan peneliti. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Jenis Data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung pada tempat
penelitian yang berupa hasil jawaban dari responden atas pertanyaan yang
b.Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan secara tidak langsung
melalui organisasi yang bersangkutan, dalam hal ini adalah RS. Pura
Dalam mengumpulkan data primer dan sekunder penulis menggunakan
beberapa metode dalam mengumpulkan data yaitu :
a. Kuesioner
Untuk mendapatkan data primer peneliti menggunakan hasil jawaban dari
responden atas pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner
b.Dokumentasi
Untuk memperoleh data sekunder dipergunakan cara penataan dari
dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4.Teknik Analisis Data
Untuk mengukur nilai-nilai indicator iklim komunikasi kerja dalam
organisasi, penulis menggunakan rumus milik R. Wayne Pace.
1. Untuk mengukur Nilai Iklim Komposit (NIK) digunakan rumus:
2. Untuk mengukur Nilai Iklim Kepercayaan (NIT) digunakan rumus:
NIT =
N1 = jawaban pertanyaan mengenai kepercayaan
3. Untuk mengukurn Nilai Pengambilan Keputusan Partispatif (NIP) digunakan
rumus:
N2 = jawaban pertanyaan mengenai penga mbila n keputusan part ispat if
4. Untuk mengukur Nilai Kejujuran (NIJ) digunakan rumus:
NIJ = 3
3
N ∑
N3 = jawaban pertanyaan mengenai kejujuran
5. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan Dalam Komunikasi Ke Bawah (NIB)
N4 = jawaban pertanyaan mengenai keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
6. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan Dalam Komunikasi Ke Atas (NIA)
N5 = pertanyaan mengenai keterbukaan dalam komunikasi ke atas
7. Untuk mengukur Nilai Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi (NIPBT)
digunakan rumus : 3
1