Peninggalan Kebudayaan Megalithikum di Desa Siallagan Sebagai
Objek Wisata
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi
Sebagian Pesyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Srikandi Rama Ihut
NIM : 308321072
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Srikandi Rama Ihut. Nim. 308321072. Peninggalan Kebudayaan Megalithikum di Desa Siallagan Sebagai Objek Wisata. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan. 2. Untuk mengidentifikasi peninggalan-peninggalan megalitikum di Desa Siallagan. 3. Untuk mengetahui fungsi dan makna simbolik peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitik. 4. Untuk mengetahui peranan peninggalan kebudayaan megalitikum sebagai objek wisata di Desa Siallagan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yakni metode Heuristik dengan pendekatan studi pustaka (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research) yang dilakukan di Desa Siallagan Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Data penelitian ini dikumpulkan dan diperoleh dengan menggunakan teknik studi pustaka, observasi langsung di Desa Siallagan Kecamatan Simanindo, wawancara dengan masyarakat marga Siallagan, serta menggunakan angket kepada setiap pengunjung (wisman dan wisnus) yang datang ke objek wisata ini.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Perumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... .5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...7
A. Kajian Pustaka ... 7
1. Konsep Peninggalan Sejarah ... 7
2. Konsep Megalitik ... 8
3. Konsep Kebudayaan ... 10
4. Konsep Wisata ... 11
B. Kerangka Teori ... 16
1. Teori yang Berorientasi Kepada Religi...16
2. Teori Fungsi...18
C. Kerangka Berfikir...19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...22
A. Metode Penelitian ... 22
B. Sumber Data...22
C. Teknik Pengumpulan Data ... ...23
D. Teknik Analisis Data ... ...24
BAB IV PEMBAHASAN...25
A. Identitas Wilayah Penelitian………...25
2. Sejarah Desa………27
1.2Megalitik di Pulau Samosir………46
2. Latar Belakang Lahirnya Megalitik di Desa Siallagan………48
2.1Religi………..48
2.2Adat Istiadat………...50
2.3Sejarah Lahirnya Batu Kursi………..54
3. Peninggalan Megalitik di Desa Siallagan………60
4. Fungsi dan Makna Simbolik Peninggalan Megalitik di Desa Siallagan.64 4.1Legenda Huta (Desa) Siallagan……….64
4.2Fungsi dan Makna Simbolik Kebudayaan Megalitik………66
5. Peranan Peninggalan Megalitikum Sebagai Objek Wisata………77
5.1Sejarah dimulainya Industri Pariwisata di Kec. Simanindo……….77
5.2Peranan Peninggalan Kebudayaan Megalithikum Sebagai Objek Wisata Di Desa Siallagan...………..81
5.3Pembangunan Pariwisata di Kec. Simanindo Kab. Samosir……….85
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...88
A. Kesimpulan………..88
B. Saran………....89
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Wilayah Desa Siallagan Pindaraya Per Dusun………...26
Tabel 2. Sarana dan Prasarana Desa………....26
Tabel 3. Luas Wilayah, RT, Jumlah & Kepadatan Pnddk
Menurut Dusun………28
Tabel 4. Sex Ratio Penduduk DS Siallagan Pindaraya
Kec.Simanindo Kab. Samosir………...28
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Dusun DS. Siallagan
Kec. Simanindo………....29
Tabel 6. Data Penduduk DS. Siallagan Pindaraya
Berdasarkan Agama……….30
Tabel 7. Data Penduduk Desa Siallagan Pindaraya
Berdasarkan Pekerjaan……….32
DAFTAR GAMBAR
Batu Kursi/Persidangan Raja Siallagan...55
Penjara Untuk Tahanan Sebelum Eksekusi...56
Penjahat yang dimasukkan ke dalam tempat pemasungan sebelum dieksekusi...57
Meja Eksekusi...58
Tempat Badan Terdakwa Dibelah...58
Tempat Pemenggalan Kepala...59
Praktek Pemenggalan Kepala di Tempat Eksekusi...60
Salah Satu Rumah Bolon yang ada di Desa Siallagan...68
Tempat Sesajen...69
Alat Tenun Ulos Orang Batak Yang Terdapat Di Rumah Bolon...69
Pohon Hariara (Hau Habonaran)...71
Kubur batu dari Keturunan Raja Siallagan...73
Tambak Makam dari Keturunan Raja Siallagan...74
Sulur-suluran Pada Rumah Bolon...75
Pangulubalang Setelah Gerbang Masuk...76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah
pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan
fisik dapat berupa artefak, ekofak, dan fitur, sedangkan tinggalan non-fisik dapat
berupa falsafah, nilai, norma yang menjadi sumber aktivitas kelakuan yang
berpola dan tinggalan fisik kebudayaan masa lalu (Ardika, 1998 dalam Setiawan,
2009: 94). Tinggalan budaya masa lalu tersebut mengandung nilai-nilai penting
yang diwariskan oleh generasi terdahulu, sebagai sebuah hasil pemikiran kreatif,
yang menjadi sumber daya unik bagi generasi penerusnya.
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia mulai dari masa
paleolitikum serta berbagai proses yang melingkupinya kepercayaan manusia juga
mengalami perkembangan. Perkembangan kepercayaan yang cukup kompleks
kemudian dikenal dalam tradisi Megalitik (Susilowati, 2005:80). Kebudayaan
megalitik didasari oleh konsep kepercayaan akan adanya roh, adanya kehidupan
setelah kematian, adanya hubungan timbal balik antara orang yang mati dan orang
yang hidup, dan adanya tempat tinggal roh yaitu tempat-tempat yang tinggi/
gunung/ bukit, serta penghormatan kepada leluhur (Wiradnyana, 2005:24).
Tradisi megalitik dalam kenyataanya masih berkembang pada saat ini. Di
beberapa daerah di Indonesia, sekalipun tradisi tersebut tidak tampak secara utuh
diantaranya adalah sarkofagus, kubur peti batu, batu tong dan/ tempayan batu,
kubur dolmen dan lain-lain. Bentuk wadah kubur tersebut tidak selalu terdapat
pada daerah yang memiliki tinggalan megalithik. Seperti halnya sarkofagus yang
banyak ditemukan di daerah Bali, Nias, Nusa Tenggara Timur, Toraja dan Pulau
Samosir di Sumatra Utara, sedangkan di daerah lainnya ditemukan sedikit.
Adapun bangunan yang berupa peninggalan megalitikum juga dijumpai
di Samosir, sebuah wilayah kabupaten yang terdapat di Sumatera Utara yang
didiami masyarakat Batak Toba. Monument dimaksud, disamping memiliki
bentuk yang unik sekaligus memiliki persamaan dengan daerah lainnya
mengindikasikan keterkaitannya dengan tradisi megalitik yang berkembang di
Indonesia pada umumnya, di Sumatera pada khususnya. (Wiradnyana, 2005:21).
Samosir sebagai satu kesatuan geografis yang dikelilingi oleh Danau
Toba memiliki kekhasan tersendiri dalam tinggalan arkeologis. Berbagai
tinggalan bercorak prasejarah, khususnya megalitik. Unsur-unsur yang paling
menonjol adalah kubur batu berupa sarkofagus dan tempayan batu, disamping
kursi-kursi dan meja batu. Kehadiran tinggalan-tinggalan ini diduga erat
kaitannya dengan sejarah hunian masyarakat Batak Samosir yang percaya
berasal dari Pusik Buhit yang secara mendasar berkaitan dengan konsepsi
kepercayaan pemujaan terhadap arwah nenek monyang.
Samosir sudah lama dikenal sebagai ranah tinggalan bercorak
prasejarah, khususnya megalitik, yang kaya. Sejak zaman kolonial para peneliti
asing telah tertarik pada unsur-unsur megalitik, khususnya di daerah Tomok dan
Heekeren, 1958; Schnitger, 1939). Suatu studi kelayakan yang dilakukan oleh
tim Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala
Provinsi Sumatera Utara yang bertujuan menilai kelayakan situs di Samosir
khususnya di daerah Tomok dan Ambarita untuk dipugar.
Pendirian kubur megalitik di Desa Siallagan dilatarbelakangi konsepsi
kepercayaan terhadap nenek moyang yang dimaksudkan sebagai wujud adanya
hubungan antara si mati dengan keluarganya yang masih hidup. Unsur-unsur
megalitik sangat menonjol seperti ditunjukkan pada kubur-kubur megalitik, yang
pendiriannya dimaksud antara lain untuk membekali si mati dalam
perjalanannya ke dunia arwah dan sebagai lambang hubungan yang harmonis
antara si mati dan keluarganya.
Disamping tinggalan megalitik yang bersifat sarana ritus seperti kursi,
meja batu, arca batu, dan pahatan relief, tinggalan megalitik lain yang sangat
menarik dari Pulau Samosir adalah yang berkaitan dengan penguburan,
khususnya wadah kubur. Penelitian yang dilakukan oleh Tim peneliti Balai
Arkeologi Medan pada tahun 1994 dan 1995 serta tim penelitian Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional pada tahun 1996, banyak memberikan data yang diperoleh,
karena penelitian belum mencakup semua wilayah Samosir, khususnya
pemukiman di daerah-daerah perbukitan yang terpencil dan terisolir. Adapun
jenis-jenis kubur megalitik yang di temukan di Samosir yaitu sarkofagus,
tempayan batu, batu kubus, dan kubur palung batu. Oleh karena itu peneliti
memilih objek penelitian peninggalan megalitikum yang terdapat di Desa
perkembangan, fungsi, dan peranan masyarakat di daerah tersebut mengenai
peninggalan megalitikum dengan acuan tulisan-tulisan para arkeolog dan
sejarawan di atas.
Peninggalan megalitikum masih merupakan indikasi bagian budaya
megalitik di daerah Siallagan karena secara khusus objek arkeologis dimaksud
telah pernah diteliti secara khusus dan mendalam. Fungsi dari peninggalan
megalitikum yang terdapat di Desa Siallagan pada zaman megalitik sebenarnya
adalah untuk melakukan musyawarah atau perundingan yang dipimpin oleh
seorang raja dan dihadiri oleh ketua-ketua adat untuk membicaraka suatu
keputusan yang akan diberikan kepada si penjahat yang melanggar aturan yang
terdapat di daerah tersebut. Dan juga untuk melakukan eksekusi kepada si
penjahat sebelum di jatuhkan hukuman mati.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang peninggalan megalitikum yang
terdapat di Desa Siallagan, maka peneliti mengangkat permasalahan di atas
menjadi sebuah tulisan dalam bentuk penelitian tentang “Peninggalan
Kebudayaan Megalitikum di Desa Siallagan sebagai objek wisata”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi
masalah ini adalah:
1. Latar belakang lahirnya kebudayaan megalitikum di Siallagan
2. Mengidentifikasi benda-benda peninggalan kebudayaan megalitikum di
3. Fungsi dan makna simbolik peninggalan kebudayaan megalitikum di
Desa Siallagan pada zaman megalitik.
4. Peranan peninggalan megalitikum sebagai objek wisata di Desa
Siallagan.
C. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana latar belakang lahirnya kebudayan megalitikum di Desa
Siallagan ?
2. Benda-benda megalitik apa saja yang terdapat di Desa Siallagan?
3. Apakah fungsi dan makna simbolik dari peninggalan kebudayaan
megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitik?
4. Bagaimana peranan peninggalan megalitikum sebagai objek wisata di
Desa Siallagan?
D. Tujuan Penelitian
Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena
setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan tertentu. Dengan
berpedoman kepada tujuannya, maka akan lebih mudah mencapai sasaran yang
diharapkan. Dengan demikian yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya peninggalan kebudayaan
megalitikum di Desa Siallagan.
2. Untuk mengidentifikasi peninggalan-peninggalan megalitik di Desa
3. Untuk mengetahui fungsi dan makna simbolik dari peninggalan kebudayaan
peninggalan megalitikum di Desa Siallagan pada zaman megalitikum.
4. Untuk mengetahui peranan peninggalan megalitikum sebagai objek wisata
di Desa Siallagan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh setelah melaksanakan
penelitian ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dan pembaca
mengenai peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan sebagai
objek wisata.
2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang bermaksud
mengadakan penelitian dalam masalah yang sama.
3. Menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan,
khususnya Universitas Negeri Medan.
4. Sebagai landasan bagi masyarakat dan pemerintah baik Pemerintah Daerah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat penulis menyimpulkan
bahwa:
1. Latar belakang lahirnya peninggalan megalitik karena didasari adanya
religi dan adat istiadat. Masyarakat Batak Toba pada saat menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme mempercayai adanya kekuatan
di luar kekuatan yang ada di dalam tubuh manusia yang dapat
mempengaruhi kehidupan orang yang masih hidup. Selain itu juga
mereka mereka mempercayai bahwa kekuatan tersebut bertempat
tinggal pada batu-batu yang besar, pohon yang besar. Menurut
kepercayaan ini, kalau orang yang meninggal maka rohnya akan pergi
ke alam baqa.
2. Peninggalan megalitik yang terdapat di Desa Siallagan berupa rumah
adat, hau habonaran, batu kursi/persidangan, kubur batu dan juga
tambak sebagai wadah kubur batu.
3. Peninggalan megalitikum di Desa Siallagan mempunyai fungsi
masing-masinng. Peninggalan megalitikum di daerah ini mempunyai
fungsi religi, sosial, dan berfungsi sebagai objek wisata. Adapun
peninggalan megalitik yang berfungsi sosial seperti batu kursi/
Siallagan batu kursi ini berfungsi sebagai tempat mengadili untuk
orang-orang yang melakukan kesalahan dan juga untuk menjatuhkan
hukuman mati (pemenggalan kepala) kepada pelaku tindak criminal.
Sedangkan peninggalan megalitik yang berfungsi sebagai religi yaitu
seperti hau habonaran yang sampai sekarang masih dikeramatkan.
Dimana pada zaman dulu hau habonaran ini dipercayai akan membawa
berkah kepada siapapun yang meminta permohonan. Masyarakat
setempat banyak memberikan sesajen kepada hau habonaran untuk
meminta permohonan.
4. Perkembangan peninggalan kebudayaan megalithikum sebagai objek
wisata di Desa Siallagan sudah dimulai sejak tahun 1968 dan
mengalami perkembangan yang lebih maju di bidang pariwisata
dimulai sejak tahun 1977, sehingga desa ini menjadi lebih dikenal oleh
masyarakat dalam negeri maupun luar negeri, dan akibat dari
perkembangan tersebut kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi
maupun sosial juga mengalami perubahan.
B. Saran
1. Peninggalan kebudayaan megalitikum di Desa Siallagan seperti rumah
adat, hau habonaran, meja eksekusi dan batu persidangan dari Raja
Siallagan merupakan asset sejarah dan budaya batak yang perlu dijaga
dan dilestarikan dengan baik karena asset budaya itu memiliki budaya
2. Potensi wisata alam dan potensi budaya merupakan potensi pokok di
Desa Siallagan yang perlu digali dan dikembangkan sehingga bisa
menjadi alat dan sarana bagi masyarakat Siallagan untuk maju dan
berkembang.
3. Dalam hal mengembangkan potensi alam, budaya dan seni perlu
dikembangkan dengan baik dan perlu campur tangan seluruh
masyarakat Desa Siallagan.
4. Diharapkan dengan adanya campur tangan Pemerintah Daerah dalam
pengembangan objek wisata peninggalan megalithikum di Desa
Siallagan agar tetap dijaga dan dilestarikan keberadaannya karena
peninggalan ini merupakan aset budaya dan nilai sejarah yang masih
ada di tanah Batak.