• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pneumonia Di Instalasi Rawat Inap Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Pada.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pneumonia Di Instalasi Rawat Inap Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Pada."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN

PNEUMONIA

DI INSTALASI RAWAT JALAN

BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT “X”

PADA TAHUN 2010

MAKALAH

Oleh:

OKTAVIANI HIDAYATUNNUZAHA

K 100060191

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)
(3)

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN

PNEUMONIA

DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU

MASYARAKAT “X” PADA TAHUN 2010

EVALUATION OF THE USE OF ANTIBIOTICS IN PATIENTS WITH

PNEUMONIA OUTPATIENT INSTALATION CENTER FOR PUBLIC

HEALTH PULMONARY ” X” IN THE YEAR

2010

Oktaviani Hidayatunnuzaha*,Tri Yulianti, M.Si., Apt*, Andi Suhendi, S.Farm., Apt*

ABSTRAK

Pengobatan pneumonia terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya. Penyebab kematian biasanya adalah bakteri. Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif dan tidak aman telah menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan. Untuk itu perlu dilaksanakan evaluasi ketepatan obat, ketepatan pasien dan ketepatan dosis untuk mencapai pengobatan yang efektif, aman dan ekonomis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui evaluasi penggunaan obat antibiotik yang dijalankan pada pasien Pneumonia Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat ”X” Pada Tahun 2010 dan mengetahui kesesuaian pengobatan pneumonia sesuai standar.

Penelitian ini bersifat non eksperimental yang dilakukan dengan cara retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Data yang dianalisis meliputi tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis disesuaikan dengan standar terapi. Kriteria subyek penelitian meliputi pasien rawat jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X” tahun 2010, diagnosis utama pneumonia dewasa dengan penyakit penyerta dan tanpa penyakit infeksi lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kasus pneumonia dengan komplikasi yang digunakan sebagai sampel sebanyak 100 kasus. Antibiotik yang banyak digunakan yaitu golongan sefalosporin sebesar 74%. Kasus pneumonia banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki sebesar 37,5% dan pada usia 53-65 tahun sebesar 39%. Pasien dengan kejadian tepat pasien sebesar 100%, tepat obat sebesar 100% dan tepat dosis sebesar 88%.

Kata kunci: pneumonia, antibiotik, ketepatan penggunaan obat, ketepatan pasien,

ketepatan dosis, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”

(4)

ABSTRAC

Treatment of pneumonia consists of antibiotics and supportive treatment. Giving antibiotics to patients with pneumonia should be based on laboratory data. The cause of death usually is bacteria. Improper use of drugs, ineffective and unsafe has been a problem in health care. The evaluation of the appropiate drug, patient and dose regiment to achieve an effective, safe and economical. The purpose of this study was to determine the pattern of antibiotics in patients with pneumonia Outpatient Center for Public Health P ulmonary ” X” In the Year 2010 and find out the suitability of the treatment of pneumonia according to the standard.

This is a non experimental research carried out by retrospective and analyzed descriptively. The data analyzed include the appropiate drug, patient and dosed regimen adjusted to standard therapy. Criteria for study subjects are outpatients, adults with a primary diagnosis of pneumonia comorbidities and no other infectious diseases.

Overall, the three most commonly used compounds for outpatient treatment were cephalosporin, penisilin and kuinolon. Antibiotics are widely used class of cephalosporins by 74%. Cases of pneumonia were found in the male sex of 37.5% and at age 53-65 years by 39%. Patients with events at 100% the appropiate patient, appropiate drug at 100% and the appropiate dose by 88%.

Keywords : pneumonia, antibiotics, accuracy of drug use, accuracy of patient, dose accuracy, Center for Public Health Pulmonary "X"

PENDAHULUAN

Kejadian pneumonia komunitas di Amerika adalah 3-4 juta kasus pertahun, dan 20% diantaranya perlu dirawat di Rumah Sakit. Mortalitas pasien pneumonia komunitas yang dirawat di ICU adalah sebesar 20%. Angka mortalitas HAP (Hospital Aquired P neumonia) dapat mencapai 33-50%, yang bisa mencapai 70% bila termasuk yang meninggal akibat penyakit dasar yang dideritanya. Penyebab kematian biasanya adalah

akibat bakteri, terutama oleh P s. Aeruginosa atau Acinobacter spp (Tierney dkk, 2002).

(5)

hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu. Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris (PDPI, 2003).

Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Terlalu banyaknya jenis obat yang tersedia ternyata dapat memberikan masalah tersendiri dalam praktik, terutama menyangkut pemilihan dan penggunaan obat secara benar dan aman (Depkes, 2000).

Faktor-faktor yang memudahkan berkembangnya resistensi di klinik adalah penggunaan antimikroba yang sering, penggunaan antimikroba yang irasional, penggunaan antimikroba baru yang berlebihan dan penggunaan antimikroba dalam jangka waktu yang lama. Beberapa faktor lain yang berperan terhadap berkembangnya resistensi ialah kemudahan transportasi modern, perilaku seksual, sanitasi buruk dan kondisi perumahan yang tidak memenuhi syarat (Gunawan, 2007).

METODOLOGI PENELITIAN

Alat

Alat penelitian yang digunakan adalah lembar pengumpul data yang memuat identitas pasien (nama, jenis kelamin dan usia), nomor rekam medik, diagnosis penyakit dan jenis obat yang diberikan. Buku-buku standar yang digunakan untuk analisis ketepatan obat meliputi:

1) Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia di Indonesia tahun 2003 untuk analisis ketepatan obat.

2) British National F ormulary untuk analisis ketepatan dosis, frekuensi, dan durasi.

3) P harmaceutical care penyakit infeksi saluran pernafasan untuk analisis ketepatan pasien (Depkes, 2005)

Bahan

Bahan penelitian yang digunakan adalah catatan rekam medik pasien yang berisi identitas pasien (nama, jenis kelamin dan usia), nomor rekam medik, diagnosis penyakit pada pasien Pneumonia di instalasi rawat jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat ”X” pada tahun 2010.

Tehnik pengambilan sampel

Pengumpulan data secara retrospektif menggunakan tehnik

(6)

purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan kriteria inklusi.

Jalannya Penelitian

Sebelum penelitian dimulai, perijinan diurus terlebih dahulu melalui bagian Diklat Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”. Setelah mendapat ijin, kemudain penelitian bisa dimulai.

Tahap kedua adalah penelusuran data. Proses pengumpulan data dilihat daftar pasien yang mempunyai diagnosa utama pasien Pneumonia yang menjalani rawat jalan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat ”X”. Dicatat data dari rekam medik pasien dan diisikan ke lembar penelitian.

Pengambilan data penelitian rekam medis yang meliputi identitas pasien (Nama, nomor rekam medis, umur, jenis kelamin), diagnosis utama, jenis antibiotik (dosis dan aturan pakai) dan obat lain, serta data laboratorium (jika ada).

Tahap ketiga yaitu pengolahan data pasien dan penggunaan antibiotik. Data diolah dalam bentuk tabel uuk

mendapatkan persentase jenis kelamin, umur, jenis antibiotik. Pada pasien rawat jalan penderita pneumonia di Balai Besar Paru Masyarakat “X”.

Analisis Data

Metode penelitian dilakukan dengan analisis deskriptif yang meliputi: Karakteristik pasien yang meliputi nomer rekam medis, usia, jenis kelamin, jenis obat yang diberikan, karakteristik tersebut diolah menjadi bentuk data tabel persentase, Pengevaluasian antibiotik berdasarkan ketepatan pasien, ketepatan obat (antibiotik), dan ketepatan dosisnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengelompokan dari data yang tersedia, maka total kasus pneumonia di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X” adalah 100 pasien.

Deskripsi pasien pneumonia

Distribusi pasien pneumonia berdasarkan usia dan jenis kelamin

Pengelompokkan distribusi pasien pneumonia berdasarkan usia bertujuan untuk mengetahui banyaknya pasien yang menderita pneumonia berdasarka usia dan jenis kelamin.

(7)

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Pasien Pneumonia Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Instalasi Rawat Jalan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”

No Umur

Jenis kelamin

Jumlah %

Laki-Laki Perempuan

Jumlah % Jumlah %

Kasus pneumonia paling banyak terdapat pada usia (53-65 tahun) yaitu sebesar 39 pasien dengan persentase 39%. Sedangkan banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki yaitu 24 pasien (37,5%) dapat dilihat pada tabel 1.

Karakteristik Berdasarkan

Diagnosis

Pneumonia Dengan penyakit Penyerta

Banyak ditemui suatu penyakit akan mengalami komplikasi pada beberapa pasien, yang akan mempengaruhi kondisi dan pengobatan pasien. Diagnosis yang ditegakkan oleh dokter selalu akan melihat kondisi, gejala, bahkan riwayat penyakit dari pasiennya. Suatu pengobatan akan melihat diagnosis yang

ditegakkan oleh seorang dokter, dalam penelitian ini juga banyak di temukan penyakit penyerta pneumonia.

Tabel 2. Distribusi Penyakit Penyerta Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”

Dari hasil yang diperoleh dari data rekam medis dapat diketahui pasien yang didiagnosis pneumonia dengan

penyakit penyerta pada pasien pneumonia di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X”. Penyakit penyerta pneumonia yang paling banyak terdapat pada kelompok penderita Hipertensi yaitu 11 pasien (11%), dapat dilihat pade tabel 2.

Karakteristik Obat

Pengobatan pada pasien pneumonia di instalasi rawat jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X” Penyakit

Penyerta No Kasus

Juml ah

Persent ase (%) Hipertensi 8,14,15,16,17,24,25,42,55,63,74 11 11 Kardiomegali 19,20,28,37,52,54,78 7 7

(8)

pada tahun 2010.

Obat Antibiotik

Penggunaan obat antibiotik sangat disarankan pada penderita infeksi khususnya pneumonia. Kaena

pneumonia merupakan penyakit yang disebabkan oleh suatu infeksi dari virus,bakteri ataupun mikoorganisme lain.

Tabel 3. Penggunaan Antibiotika Pada Pengobatan Pneumonia Pasien Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X” tahun 2010.

Golongan Nama obat No Kasus Jumlah

Kasus

Persentase (%) Sefalosporin Cefixime 1,2,10,20,22,24,25,31,33,36,41,50

52,68,81,91,95,100

18 18

Cefadroxil 3,4,5,7,8,9,13,14,15,16,18,21,23,26,27,29,30,35 42,44,45,47,48,51,53,55,56,57,59,62,63,64,65 66,67,70,71,74,76,78,80,82,83,84,85,86,93,94,96,97,99

56 56

Penisilin Amoxicillin 6,11,12,92 4 4 Kuinolon Levofloxacin 17,19,32,37,54,61,69,72,88,98 10 10

Ciprofloxacin 28,34,38,43,46,49,58,75,77 9 9

ofloxacin 40 1 1

Makrolid Azithromycin 73,79 2 2

Total 100 100

Penggunaan antibiotik digunakan sebagai terapi utama pada pneumonia. Terapi utama yang diberikan pada penderita pneumonia adalah antibiotik. Antibiotik adalah suatu jenis obat yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan atau dapat membunuh mikroorganisme lain

Obat Non Antibiotik

Penggunaan obat non antibiotik di Balai Besar kesehatan paru

Masyarakat Surakarta merupakan terapi pendukung yang diberikan pada pasien, terapi ini digunakan untuk mengatasi keluhan atau efek samping dari pasien. Penggunaan obat-obat lain non antibiotik ditujukan untuk membantu menangani gejala pada pasien.

Tabel 4. Penggunaan Non Antibiotik Pasien Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat X

Kelas Terapi Nama obat No Kasus Jumlah %

Diuretik Hydrochloro Thiazid Furosemid

63

8,14,17,28,42,55,74,77,78,79

(9)

Anti asma Teofilin 1,2,4,5,7,8,10,14,15,16,20,22,33,50,59,73,74,79,81,95,100 104 20,81 Aminofilin 9,13,28,31,32,34,35,41,46,53,61,68,71,72,82,84,89,91,98

Salbutamol 2,3,5,6,9,10,11,12,13,16,17,18,20,22,29,30,31,33,35,39,40,41,43 ,45,45,46,48,50,53,57,59,60,62,63,64,65,67,68,69,70,71,73,75,7

6,80,81,82,84,86,88,89,91,92,93,94,96,98,99,100 Efedrin 21,26,40,58,61,72

Antihistamin&antialergi Interhistin 1,2,4,7,8,10,11,14,15,16,20,22,24,26,33,50,55,59,69,73,74,79,81 ,95,100

Kortikosteroid Metil prednisolon

Mukolitik Ambroxol 1,2,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,20,22,23,26,27,29,30,31,3 3,36,39,44,45,46,50,52,59,60,61,63,65,67,68,71,73,74,79,80,81,

86,87,89,.90,91,92,94,95,98,99,100

56 11,89

Antasida Antacid 97 1 0,24

Expectoran Glyceril Guaiacholat

Antagonis Reseptor H-2

Nifedipin

Analgesik antipiretik Antalgin 27,46 23 4,88 Paracetamol 3,6,9,12,15,30,31,32,39,40,52,56,60,68,71,72,89,91,92,97

Asam

Antidiabetik Glibrnclamid 23,84 2 0,42

Antiangina Isosorbide Dinitrate

63,77,78 3 0,64

Vitamin Vitamin K 83 1 0,24

Total 471 100

Penggunaan obat non antibiotik di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta merupakan terapi pendukung yang diberikan pada pasien, terapi ini digunakan untuk mengatasi keluhan dari pasien. Penggunaan obat-obat lain non antibiotik ditujukan untuk membantu menangani gejala pada pasien.

Evaluasi Penggunaan obat

Tepat Pasien

(10)

Dari analisis ketepatan pasien sebanyak 100% dibuktikan bahwa kartu rekam medik tidak ada riwayat penyakit yang tertulis terhadap pasien, sudah sesuai dengan kondisifisiologis dan patologis pasien atau tidak ada kontraindikasi. Sebelum memulai terapi dengan antibiotik sangat penting untuk dipastikan apakah infeksi benar-benar ada. Hal ini disebabkan ada beberapa

kondisi penyakit maupun obat yang dapat memberikan gejala/tanda mirip dengan infeksi. Selain itu, pemakaian antibiotika tanpa didasari bukti infeksi dapat menyebabkan meningkatnya insiden resistensi maupun potensi Reaksi Obat Berlawanan (ROB) yang dialami pasien (Depkes, 2005). Dari hasil penelitian tidak terdapat kontraindikasi

pada pasien.

Table 5. Ketepatan Pada Pasien Pneumonia di Instalasi RawatJalanBalai Besar Kesehatan Paru Masyarakat X tahun 2010

No Ketepatan pasien Jumlah Persentase % 1 Tepat pasien 100 100% 2 Tidak tepat pasien - -

Tabel 6. Kontraindikasi Obat Antibiotik Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat X Pada Tahun 2010. (Depkes, 2005)

Nama obat No kasus Kontraindikasi

Cefixime 1,2,10,20,22,24,25,31,3 3,36,41,50,52,68,81,91,

95,100

Hipersensitivitas terhadap sefalosporin

Cefadroxil 3,4,5,7,8,9,13,14,15,16, 18,21,23,26,27,29,30,35 ,39,42,44,45,47,48,51,5 3,55,56,57,59,60,62,63, 64,65,66,67,70,71,74,76 ,78,80,82,83,84,85,87,8 9,90,93,94,96,97,99

Hipersensitivitas terhadap sefalosporin

Amoxicillin 6,11,12,92 Alergi terhadap penisilin, amoksisilin. Pasien dengan riwayat jaundice paska pemakaian amoksisilin klavulanat

Levofloxacin 17,19,32,37,54,61,69,72 ,88,98

Hipersensitivitas terhadap levofloxacin maupun quinolon lain

ciprofloxacin 28,34,38,43,46,49,58,75 ,77

Hipersensitivitas terhadap ciprofloxacin maupun quinolon lain

Azithromycin 73,79 Gangguan fungsi hati

Ofloxacin 40 Hipersensitivitas terhadap ofloxacin maupun quinolon lain

Tepat Obat

Tepat obat adalah pemilihan obat

(11)

menyebabkan pengobatan yang tidak optimal. Pemilihan obat didasarkan pada

gejala yang ditimbulkan (Gunawan, 2007)..

Tabel 7. Ketepatan Obat Pada Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat X Pada Tahun 2010

nama obat No kasus Standar Kesesuaian Jumlah

kasus

Present ase (%) S TS

Cefixime 1,2,10,20,22,24,25,31,33,36, 41,50,52,68,81,91,95,100

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksana an Pneumonia

di Indonesia

√ 18 18

Cefadroxil 3,4,5,8,7,9,13,14,15,16,18,21,23,2 6,27,29,30,35,39,42,44,45,47,48,5

1,53,55,56,57,59,60, 62,63,64,65,66,67,70,71,74,76,78,

80,82,83,84,85,87,89,90, 93,94,96,97,99

√ 56 56

Amoxicillin 6,11,12,92 √ 4 4

Levlofloxacin 17,19,32,37,54,61,69,72,88,98 √ 10 10 ciprofloxacin 28,34,38,43,46,49,58,75,77 √ 9 9

Azithromycin 73,79 √ 2 2

Ofloxacin 40 √ 1 1

Jumlah 100 100

Ketepatan pemilihan obat diklasifikasikan berdasarkan penggunaan antibiotika apakah sudah sesuai dengan Pedoman dan Diagnosis Pneumonia di Indonesia. Pada prinsipnya terapi utama adalah pemberian antibiotik. Dengan

demikian terapi pnemonia sama bila penyebabnya sama (Dahlan, 2004). Terdapat 100 % (tabel 9) tepat obat pada pasien yang terdiagnosa pneumonia di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.

Tepat Dosis

Tabel 8. Evaluasi Ketepatan Dosis Pemberian Antibiotik Pada Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Pada Tahun 2010

(12)

frekuensi

Cefadroxil 500mg 2X1 5hari 3,4,5,8,9,13,

14,15,16,18,

Amoxicillin 500mg 3X1 5hari 6,11,12,92 500mg-1g

setiap 8jam (BNF)

√ 4

Levofloxacin 500mg 1X1 5hari 17,19,32,37,

54,61,69,72,

Ciprofloxacin 500m 2X1 5hari 28,38,43,46,

49,58

Ketepatan dosis antibiotika ditinjau berdasarkan dosis dan frekuensi

(13)

mencapai efek terapeutik. Pada penelitian ini terdapat 88 pasien (88%) mengalami tepat dosis, dan 12 pasien (12%) tidak tepat dosis.

Pada kasus no 2,10,24,41,50,95 tidak tepat dikarenakan dosis kurang, hanya 100mg sehari. Sedangkan dosis standar pada pemberian cefixime adalah 200-400mg sehari. Pada kasus no 42,94,99 tidak tepat karena dosis kurang, dosis standar pada cefadroxil yaitu 2X500 sehari. Kasus pd no 98 mengalami kurang dosis, dosis standar pada levofloxacin 500mg 1-2X perhari. Kasus pada no 77 tidak tepat dosis karena frekuensinya hanya 1X perhari, sedangkan pada standar 2X perhari. Pada kasus no 40 juga mengalami kurang dosis, dosis standar untuk ofloxacin adalah 400mg setiap 12 jam.

Kelemahan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara retrospektif sehingga tidak bisa mengungkapkan kenyataan yang terjadi di lapangan secara lengkap. Sebagai contoh, penelitian ini tidak mampu mengungkapkan alasan-alasan dokter dalam memberikan suatu obat dan nilai ketepatannya dengan kondisi pasien

yang sebenarnya, apakah benar obat yang diberikan sesuai dengan yang tertulis dalam rekam medik pasien, juga dosis dan frekuensi pemberian obat. Sangat mungkin terjadi ketidaksesuaian antara data yang tercatat dalam rekam medik dengan keadaan sesungguhnya. Oleh karena itu, dalam pembahasan peneliti hanya mampu melakukan asumsi-asumsi jika data yang diperoleh itu benar sesuai dengan kenyataan. Selain itu kesalahan peneliti dalam membaca catatan rekam medik juga sangat mungkin terjadi.

Kesimpulan

Evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di instalasi rawat jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta tahun 2010 dengan jumlah 100 kasus adalah: Pada evaluasi penggunaan antibiotik mengalami tepat pasien sebanyak 100%, yang mengalami tepat obat sebanyak 100%, dan yang mengalami tepat dosis sebanyak 88%.

Saran

(14)

dan masukan untuk Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta dan juga penelitian selanjutnya. Saran dan masukan untuk peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian yang sama di rumah sakit yang berlainan untuk mengetahui gambaran pasien pneumonia dan evaluasi penggunaan obatnya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang evaluasi penggunaan obat dengan metode yang berbeda, misalnya secara prospektif, sehingga dapat diketahui keadaan sebenarnya.

Ucapan Terimakasih

1. Bp. Dr. Muhammad Da’i, M.Si., Apt. selaku Dekan .

2. Ibu Tri Yulianti M.Si., Apt selaku dosen pembimbing I.

3. Bp. Andi Suhendi S.Farm., Apt. selaku dosen pembimbing II.

4. Kepala Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat X

DAFTAR ACUAN

BNF, 2005, BNF,49th ed, British National Formulary, hal 276-306, Royal Pharmaceutical, Society of Great Britain.

Dahlan, Z., 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid ll Edisi ketiga, Hal 801-802, Penerbit FKUI, Jakarta.

Depkes, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Hal 1, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Infeksi Saluran Pernafasan, Hal 27-34, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Gunawan, S.G, 2007, Fa rmakologi dan Terapi, Edisi 5, Hal 667-719, Penerbit FKUI, Jakarta.

PDPI, 2003, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan P neumonia Komunitas di Indonesia, Hal 3, 6, 9-13,16, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Jakarta. Tierney, M., McPhee, J., Papadakis, A., 2002, Dia gnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu

Gambar

Tabel 1. Distribusi Pasien Pneumonia Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Instalasi Rawat Jalan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X” Jenis kelamin
Tabel 3. Penggunaan Antibiotika Pada Pengobatan Pneumonia Pasien Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat “X” tahun 2010
Tabel 6. Kontraindikasi Obat Antibiotik Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat X Pada Tahun 2010
Tabel 7. Ketepatan Obat Pada Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat X Pada Tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari pengamatan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui desain ruangan yang seperti apa yang yang paling fleksibel dengan ukuran ruangan yang minimalis, serta

Dari hasil percobaan, mikroalga yang dikultur dengan perlakuan nutrien tanpa komponen N dan P sekaligus memiliki kepadatan sel yang paling rendah diantara perlakuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi yang meliputi motivasi karier, motivasi mencari ilmu, motivasi ekonomi, dan motivasi mengikuti ujian

Peningkatan tersebut menandakan bahwa adanya pengaruh dari intervensi yang diberikan yaitu latihan menggambar teknik mozaik, karena didalam permainan ini menuntut ketelitian,

Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis bioavailabilitas kalsium secara in vitro pada produk susu komersial dengan klaim tinggi kalsium rendah lemak

telah menguji aktivitas antibakteri ekstrak metanol kulit buah delima pada. konsentrasi 50 mg/disk terhadap Pseudomonas aeruginosa

[r]

Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2006 Dengan Angka Perbandingan Tahun 2005 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan. Rupiah, kecuali