PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP TEKANAN DARAH TENAGA
KERJA PADA PENGECORAN LOGAM DI KOPERASI BATUR JAYA CEPER-
KLATEN
Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
TEGUH AMIN MUSTHOFA
J 410 080 021
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP TEKANAN DARAH TENAGA
KERJA PADA PENGECORAN LOGAM DI KOPERASI BATUR JAYA CEPER-
KLATEN
Teguh Amin Musthofa, Tarwaka, Dwi Astuti
Prodi Alumni Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan sedikit fluktuasi sekitar 37
derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam perut yang disebut dengan suhu
tubuh
core temperatureIklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban
tambahan pada sirkulasi darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ada dan
tidaknya pengaruh tekanan panas terhadap tekanan darah tenaga kerja pada pengecoran
logam di Koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan metode survei menggunakan pendekatan
cross sectional.Sampel dalam penelitian ini
bagian pengecoran sebanyak 15 orang dan produksi sebanyak 15 orang. Pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Uji statistik yang digunakan untuk
menganalisis data penelitian ini adalah
Uji Mann-Whitneydengan program SPSS 21. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh iklim kerja yang melebihi NAB terhadap
tekanan darah pada bagian pengecoran diketahui bahwa nilai sistol 0,041 (p < 0,05) dan
diastol 0,029 (p < 0,05) maka di bagian pengecoran terdapat perbedaan. Bagian produksi
diketahui bahwa nilai sistol 0,935 (p > 0,05) dan diastol 1,000 (p > 0,05) maka di bagian
produksi tidak ada perbedaan. Sedangkan di bagian pengecoran dan produksi diketahui nilai
sistol 0,325 > 0,05 berarti tidak ada perbedaan dan diastol 0,000 < 0,05 berarti ada perbedaan.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan tekanan
darah setelah terpapar tekanan panas.
Kata kunci
: Tekanan panas, tekanan darah tenaga kerja
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
guna mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan
merata baik materil maupun spiritual. Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan untuk
peningkatan, pembentukan, dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan
produktif. Kebijakan yang mendorong tercapainya pembangunan ketenagakerjaan adalah
perlindungan tenaga kerja (Budiono,dkk, 2003).
Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan sedikit fluktuasi
sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam perut yang disebut
dengan suhu tubuh
core temperature. Suhu inti ini diperlukan agar alat-alat itu dapat
berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari
core temperatureadalah
shell temperature,
yang terdapat pada otot, tangan, kaki dan seluruh bagian kulit yang menunjukan variasi
tertentu (Nurmianto, 2003).
Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan
pada sirkulasi darah. Suatu kekuatan yang dibangkitkan oleh sistole vetrikel pada darah
dan melalui darah menekan pada dinding pembuluh dimana darah berada. Tekanan darah
dipengaruhi oleh sisitole dan diastole ventrikel dalam ukuran paling tinggi pada akhir
sistole ventrikel, tekanan dalam ventrikel praktis 0 mmHg. Maka tekanan atrium pada
waktu itu menjadi kekuatan yang mendesak katup antrio ventrikuler sampai terbuka
sehingga darah yang telah terkumpul dalam atrium dapat mengalir masuk ventrikel
(Kertohoesodo, 1987).
semakin banyak. Berdasarkan survei pada lokasi di bagian pengecoran dan produksi di
Koperasi Batur Jaya. Tekanan panas yang bersumber dari alat pemanas untuk peleburan
besi, alat mesin untuk proses peleburan besi, lingkungan ditempat kerja, pada survei awal
untuk pengukuran tekanan darah di ambil 11 tenaga kerja meliputi bagian peleburan 6
orang tenaga kerja mengalami peningkatan tekanan darah, sedangkan di bagian produksi
yang berjumlah 6 orang tenaga kerja, 5 diantaranya tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul mengenai
”Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Tenaga Kerja pada pengecoran
Logam Di Koperasi Batur Jaya Ceper-
Klaten”.
METODE
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
[image:6.595.71.489.259.463.2]Batur Jaya adalah sebuah koperasi yang bergerak di bidang pengecoran logam,
berlokasi di Desa Batur, Tegalrejo, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Jawa Tengah
berdiri pada tanggal 23 Juli 1976 yang diresmikan oleh Menteri Perindustrian Indonesia
Bapak M. Yusuf. berikut adalah hasil pengukuran iklim kerja yang kami lakukan:
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tekanan Panas bagian Produksi dan Pengecoran di
Koperasi Batur Jaya klaten
No
Waktu
Pengukuran
ISBB/(WGBT IN)
(°C)
Kategori
Beban Kerja
Hasil
Keterangan
Bagian Pengecoran
1
Jam 09.00 WIB
30,9
Beban Kerja
Sedang
Tidak
Sesuai
standar
2
Jam 13.00 WIB
31,9
Beban Kerja
Sedang
Tidak
Sesuai
standar
3
Jam 15.00 WIB
32,5
Beban Kerja
Sedang
Tidak
Sesuai
standar
Bagian Produksi
1
Jam 09.00 WIB
29,6
Beban Kerja
Ringan
Sesuai
Standar
2
Jam 13.00 WIB
29,2
Beban Kerja
Ringan
Sesuai
Standar
3
Jam 15.00 WIB
30,5
Beban Kerja
Ringan
Hasil pengukuran tekanan darah di bagian Pengecoran terhadap 15 tenaga kerja di
Koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Tekanan Darah di Bagian Pengecoran Koperasi Batur
Jaya Ceper-Klaten
NO
Nama
Umur
(Thn)
Sistolik
Diastolik
Sebelum
Kerja
(mmHg)
Sesudah
Kerja
(mmHg)
Selisih
(mmHg)
Sebelum
Kerja
(mmHg)
Sesudah
Kerja
(mmHg)
Selisih
(mmHg)
1 Samino
55
135
145
10
90
90
0
2 Warsito
35
100
115
15
80
90
0
3 Sukarno
50
115
128
13
80
90
10
4 Lasio
45
120
130
10
90
90
0
5 Marhaban
30
110
120
10
80
90
10
6 Yuli
40
120
120
0
90
90
0
7 Riyadi
35
115
125
10
90
90
0
8 Mukido
50
100
115
15
80
90
10
9 Tedo
26
115
120
5
80
90
10
10 Triyanto
39
120
127
7
90
90
0
11 Anggoro
21
120
125
5
90
90
0
12 Wahdi
44
120
130
10
80
90
10
13 Sapangat
42
135
135
0
90
90
0
14 Yanto
44
130
138
8
90
90
0
15 Juarto
42
130
140
10
80
90
10
Jumlah
598
1785
1908
128
1280
1350
60
Rata-rata
[image:7.595.76.485.198.552.2]Pengukuran tekanan darah di Bagian Produksi terhadap 15 tenaga kerja di koperasi
Batur Jaya Ceper-Klaten.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Tekanan Darah di Bagian Produksi Koperasi Batur Jaya
Ceper-Klaten Tahun 2012
NO
Nama
Umur
(Thn)
Sistolik
Diastolik
Sebelum
Kerja
(mmHg)
Sesudah
Kerja
(mmHg)
Selisih
(mmHg)
Sebelum
Kerja
(mmHg)
Sesudah
Kerja
(mmHg)
Selisih
(mmHg)
1 Sunaryo
47
115
115
0
90
90
0
2 Slamet W.
55
180
180
0
90
90
0
3 Tunggal R.
57
130
130
0
80
80
0
4 Sunaryo
41
115
115
0
80
80
0
5 Margono
32
135
130
-5
90
80
-10
6 Sukamto
30
120
120
0
80
80
0
7 Suparman
43
125
125
0
80
80
0
8 Mashudi
53
110
110
0
80
80
0
9 Zainudi
50
110
110
0
80
80
0
10 Sartono
30
125
125
0
80
80
0
11 Rio
19
115
115
0
80
80
0
12 Moh. Sujoko
59
135
130
-5
90
90
0
13 Sihmohono
53
135
130
-5
90
80
-10
14 Sugeng W.
40
120
120
0
80
90
-10
15 Sarjadi
50
140
130
-5
90
80
-10
Jumlah
629
1910
1890
-25
1270
1240
-20
Rata-rata
41,9
127,3
126
-1,6
84,6
82,6
-1,3
Analisis Univariat
1.
Masa Kerja
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Tenaga Kerja
Bagian Pengecoran dan Produksi
No
Masa kerja
(tahun)
Jumlah
Persentase
(%)
1
< 55 thn
<5
9
30
2
6
–
10
15
50
3
11 -15
6
20
Jumlah
30
100
2.
Umur
Hasil wawancara terhadap 30 tenaga kerja bagian pengecoran dan produksi di
Koperasi Batur Jaya Klaten diperoleh umur sebagai berikut:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur pada Tenaga Kerja
Bagian Pengecoran dan Produksi.
No
Umur
(tahun)
Jumlah
Persentase
(%)
1
19
–
35
9
30
2
36
–
45
10
33,3
3
46
–
59
11
36,7
Jumlah
30
33,3
Analisis Bivariat
Hasil uji statistik tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas dengan uji
Mann-Whitney Test.Tabel 6. Uji Statistik Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Kerja Bagian Pengecoran
Mann-Whitney Test
Test Statisticsb
Sistol Diastol
Mann-Whitney U 63.500 60.000
Wilcoxon W 183.500 180.000
Z -2.060 -2.971
Asymp. Sig. (2-tailed) .039 .003
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
[image:9.595.93.333.641.763.2]Dari hasil pada Tabel 6, data tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas
bagian pengecoran dengan uji
Mann-Whitney Testyaitu:
1.
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.) )sistol=0,041 < 0,05, maka Ho ditolak berarti ada
perbedaan sebelum kerja dan sesudah kerja terpapar panas di bagian peleburan.
2.
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.) )diastol
= 0,029 < 0,05,maka Ho ditolak berarti ada
[image:10.595.100.341.321.443.2]perbedaan sebelum kerja dan sesudah kerja terpapar panas di bagian peleburan.
Tabel 7. Uji Statistik Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bagian Produksi
Mann-Whitney Test
Test Statisticsb
Sistol Diastol
Mann-Whitney U 110.000 112.500
Wilcoxon W 230.000 232.500
Z -.106 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .916 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.935a 1.000a
Dari hasil pada Tabel 7, data tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas
bagian produksi dengan uji
Mann-Whitney Testyaitu:
1.
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.) )sistol=0,935 > 0,05, maka Ho diterima berarti tidak ada
perbedaan sebelum kerja dan sesudah kerja terpapar panas di bagian produksi.
Tabel 8. Uji Statistik Sistolik Sesudah Kerja dan Diastolik Sesudah Kerja Pada
Bagian Pengecoran dan Produksi
Mann-Whitney Test
Test Statisticsb
Sisitol
(sesudah)
Diastol
(sesudah)
Mann-Whitney U 88.500 30.000
Wilcoxon W 208.500 150.000
Z -1.005 -4.097
Asymp. Sig. (2-tailed) .315 .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.325a .000a
Dari hasil pada Tabel 8, data tekanan darah sistolik sesudah kerja dan diastolik
sesudah kerja terpapar panas bagian pengecoran dan produksi dengan uji
Mann-Whitney Testyaitu:
1.
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.) )sistol=0,325 > 0,05, maka Ho diterima berarti tidak
ada perbedaan sesudah kerja terpapar panas di bagian pengecoran dan produksi.
2.
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)) diastol
=0,000 < 0,05, maka Ho ditolak berarti ada
perbedaan sesudah kerja terpapar panas di bagian pengecoran dan produksi.
B.
Pembahasan
[image:11.595.70.362.194.390.2]Dari hasil pengukuran tekanan darah bagian pengecoran
di Koperasi Batur Jaya
Klaten diperoleh rata-rata umur 39,8 dan tekanan darah
sistolik sebelum terpapar tekanan
panas adalah 199 mmHg dan sesudah
terpapar tekanan panas adalah 127,2 mmHg
dengan selisih sebelum dan
sesudah terpapar tekanan panas sebesar 8,53 mmHg.
Sedangkan rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum terpapar tekanan panas adalah 85,3
mmHg dan sesudah terpapar tekanan panas adalah 90 mmHg. Dengan selisih sebelum
dan sesudah terpapar tekanan panas sebesar 4 mmHg.
Sedangkan dari hasil pengukuran tekanan darah bagian produksi
di Koperasi
Batur Jaya Klaten diperoleh rata-rata umur 41,9 dan tekanan darah
sistolik sebelum
terpapar tekanan panas adalah 127,3 mmHg dan sesudah
terpapar tekanan panas adalah
126 mmHg dengan selisih sebelum dan
sesudah terpapar tekanan panas sebesar -1,6
mmHg. Sedangkan rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum terpapar tekanan panas
adalah 84,6
mmHg dan sesudah terpapar tekanan panas adalah 82,6 mmHg. Dengan
selisih sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas sebesar -1,3 mmHg dan pada nilai
tekanan darah rata-rata darah normal orang dewasa (30-50 tahun) sistolik 110-140 mm
Hg dan diastolik 60-90 mm Hg (Kozier, 1995).
Pada saat ini, kontraksi atrium dan pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di
ventrikel pada akhir diastol dikenal sebagai volume diastolik akhir (
end diastilic volume,EDV), yang besarnya sekitar 135 ml. Karena sistol lebih panjang daripada
diastol, tekanan rata-rata kurang dari setengah tekanan sistol ditambah diastol.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Penentuan beban kerja dilakukan dengan menghitung denyut nadi tenaga kerja, di
bagian pengecoran adalah 130,2 denyut nadi termasuk kategori beban kerja sedang
dan di bagian produksi adalah 90,13 denyut nadi termasuk kategori beban kerja
ringan.
2.
Rata-rata hasil pengukuran ISBB pada bagian produksi adalah sebesar 29,6 ºC,
termasuk kategori “Beban Kerja Ringan”.
3.
Rata-rata hasil pengukuran ISBB pada bagian pengecoran adalah sebesar 31,7 ºC,
termasuk kategori “Beban Kerja Sedang”.
4.
Ada perbedaan tekanan darah tenaga kerja pada bagian pengecoran sebelum dan
sesudah terpapar panas adalah sistol P: 0,041 (signifikan), dan diastol P: 0,029
(signifikan).
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai
berikut
1.
Bagi Perusahaan
a.
Pihak perusahaan agar melakukan pengukuran kerja secara rutin dan bekerja
sama dengan instansi terkait terutama pada lingkungan kerja agar tidak melebihi
NAB.
b.
Pihak perusahaan dianjurkan untuk pengaturan peralatan dan mesin dilakukan
secara lebih teratur misalnya: mulai dari tahap persiapan, pemotongan dan
seterusnya.
2.
Bagi Tenaga Kerja
a.
Tenaga kerja dapat menggunakan pakaian kerja dari bahan yang tidak
menyebabkan panas karena dapat menyerap keringat seperti pakaian yang bersifat
isolatif terhadap panas adalah: wool, katun, asbes (tahan sampai 500 ºC), kaca
(tahan sampai 450 ºC) dan bahan sistetis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agati., 2003.
Analisis Penanggulangan Heat Streas oleh Perusahaan dan Pengembangan Modul Intervensi Penanggulangannya di PT. Cakra Compact Tahun 2003,Medan:
Karya Akhir Profesional Program Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara.
Anis Siswatiningsih., 2010.
Perbedaan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada Iklim Kerja Panas di Unit Workshop PT. INDO ACIDATAMA Tbk Kemiri, Kebakkramat Karanganyar. [Skripsi]. Universitas Negri Sebelas maret Surakarta.
http://eprints.uns.ac.id/115/1/167200309201011291.pdf
Basha, A. 1994.
Obesitas pada Hipertensi Regulasi Sistem Kardiovaskuler. Kardiologi
Indonesia: Jakarta.
Balai Hiperkes, 2011.
Praktikum Laboratorium Hiperkes Bagi Mahasisiwa. Yogyakarta:
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY Balai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja.
Budiono S, dkk, 2003
. Bunga Rampai Hyperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gabriel J.F. 1988.
Fisika Kedokteran. Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC
Heru Subaris, Haryono. 2008.
Hygiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta: Mitra
Cendikia Press, pp:43-44,47.
Jnc VII.2003.
Prevention,Detection,Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U .
S . Department Of Health and Human Services.
Kaplan, N. M, Stamler J. 1996
. Penyakit Pencegahan Jantung Koroner. Alih Bahasa
Handali, S. Editor Andrianto P. Jakarta: EGC.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51.MEN/2011 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika Di Tempat Kerja. 1999. Jakarta :Depertemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI.
Kertohoesodo, S. 1987.
Pengantar Kardiologi. UI Press.
Kozier B. 1995.
Fundamentals Of Nursing. Buffer Wors Publisher. New Jersey.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Undang-Undang No. 13 tahun
2003.
Mutalazimah. 2002.
Metode penelitian. Surakarta. UMS
Nurmianto, E. 2003.
Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya. Surabaya.
Pearce, E. 1997.
Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Utama.
Santosa, G. 2004.
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surabaya: Prestasi
pustaka.
Suma’mur P. K. 1996.
Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Toko
Gunung Agung.
Suma’mur P. K. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
. Jakarta: PT.
Toko
Gunung Agung.
Sunyoto D. 2012.
Statistik Non Parametrik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Suswardany, D. L. 2004.
Higene keselamatan dan kesehatan kerja. Surakarta: UMS.
Tambayong, Jan.1999.
Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Kedokteran. EGC.
Tarwaka, Bakri, S., dan Sudiajen, L., 2004.
Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas.Surakarta: Uniba Press.l.