• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANGONGKAL HOLI DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BATAK TOBA PENGANUT AGAMA KATHOLIK DI KECAMATAN SIANTAR MARTOBA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANGONGKAL HOLI DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BATAK TOBA PENGANUT AGAMA KATHOLIK DI KECAMATAN SIANTAR MARTOBA."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MANGONGKAL HOLI DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BATAK TOBA PENGANUT AGAMA KATHOLIK DI KECAMATAN SIANTAR MARTOBA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Alex Bernando H Panjaitan

NIM. 309122005

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Alex Bernando H Panjaitan, NIM: 309122005, Mangongkal Holi Dalam Pandangan Masyarakat Batak Toba Penganut Agama Katholik di Kecamatan Siantar Martoba, Skripsi Jurusan Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu sosial, Universitas Negeri Medan, 2013.

Penelitian ini mengenai tradisi Mangongkal holi yang dilaksanakan masyarakat Batak Toba penganut agama Katholik di kecamatan Siantar Martoba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang, pelaksanaan dan tujuan dari pelaksanan mangongkal holi di gereja Katholik St. Fransiskus Assisi. selain itu ingin dicari tahu pula pandangan masyarakat Batak toba penganut agama katholik terhadap tradisi mangongkal holi yang dilaksanakan oleh gereja katholik St. Fransiskus Assisi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif melalui penelitian lapangan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data adalah wawancara dengan Pemuka agama, ketua adat, pemimpin gereja serta umat Batak Toba yang bergereja di gereja Katholik St. Fransiskus Assisi. wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang latar belakang, pelaksanaan dan tujuan gereja katholik St. Fransiskus Assisi melaksanakan mangongkal holi. selain itu ingin dicari tahu juga mengenai pandangan umat Batak Toba yang beribadah di gereja tersebut tentang mangongkal holi yang dilaksanakan oleh gerejanya. Sedangkan studi dokumen digunakan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan mangongkal holi pasca berinkulturasi dengan agama Katholik.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa, mangongkal holi yang dilakukan gereja Katholik St. Fransiskus Assisi berbeda dengan mangongkal holi yang lazim dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba aslinya. Dalam hal pelaksanaannya. Gereja katholik St. Fransiskus Assisi melakukan tradisi mangongkal holi untuk pengefisiensian penggunaan lahan perkuburan dipekarangan gereja yang lambat laun semakin padat. Selain itu, adanya sebuah perubahan asumsi yang dulunya bersifat penyembahan berhala, sekarang lebih condong kepenghormatan kepada orang tua yang telah meninggal. Karena didalam ajaran agama katholik, manusia itu milik Tuhan ketika ia masih hidup dan setelah meninggal.

Kesimpulan penelitian ini ialah mangongkal holi yang dilaksanakan oleh gereja Katholik St. Fransiskus Assisi berbeda dengan yang aslinya. Latar belakang gereja melakukannya ialah untuk sebuah pengefisiensian lahan perkuburan. Pelaksanaannya juga sudah tidak ada berbau mistis lagi dan tidak memerlukan pemusyawarahan dari keluarga besar dan rata-rata umat gereja Katholik yang beribadah digereja tersebut mau tidak mau harus mengikuti peraturan pelaksanaan mangongkal holi di gereja.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Mangongkal Holi Dalam Pandangan Masyarakat Batak Toba Penganut Agama

Katholik Di Kecamatan Siantar Martoba” ini dengan baik. Skripsi ini yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

Penulis berharap tulisan ini bisa bermanfaat kepada semua pihak yang membacanya baik untuk tujuan pemahaman maupun untuk penelitian lebih lanjut. Meskipun demikian, penulis juga berharap untuk diberikan saran masukan yang baik dan berguna agar menjadi lebih.

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya melibatkan berbagai pihak. Maka penulis ingin mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya serta dukungan kepada :

1. Bapak Rektor Unimed, Prof.Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.S 2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unimed, Dr. H. Restu M.S

3. Ibu ketua Prodi Pendidikan Antropologi FIS Unimed, Dra. Puspitawati, M.Si 4. Bapak Drs. Tumpal Simarmata, M.Si, sebagai dosen pembimbing akademik

yang telah membimbing saya dalam perkuliahan.

(7)

iii

motivasi demi tercapainya karya ilmiah ini. Terima kasih Pak, semoga Bapak selalu sukses dalam setiap aktivitas.

6. Ibu Dra. Trisni Andayani, M.Si dan Supsiloani, S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji. Terima kasih atas saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang berada di Prodi Pendidikan Antropologi

FIS Unimed, atas didikan dan pengajaran yang semakin berkembang.

8. Kepada Bapak A. Situmorang selaku informan kunci saya, yang memberikan informasi yang banyak, serta seluruh informan yang sudah dicantumkan namanya di lampiran, semoga sehat selalu.

9. Kepada keluarga A. Sihotang/ br. Naiggolan yang telah memfasilitasi saya selama saya melakukan penelitian di Pematangsiantar.

10.Pastor Fidelis Sabinus, OFM.Cap, selaku Pastor Paroki St. Fransiskus Assisi Jl. Medan, Pematangsiantar dan Staf-stafnya yang telah bersedia mengizinkan saya meneliti di daerahnya dan memberikan data-data .

11.Teristimewa saya ucapkan terimakasih kepada Ayahanda Alm. Aiptu. M. Panjaitan, dan Ibunda tercinta J. Simare-mare, BSC. yang tidak henti-hentinya mendidik, memberikan dukungan moral dan materil serta mendoakan saya hingga bisa mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Dan juga Kepada adik-adik saya Nancy Pratiwi Valentina br. Panjaitan dan Erneny Christa Ayudia br. Panjaitan yang selalu menyemangati saya dalam penulisan skripsi ini.

(8)

iv

buat kakak sepupu saya Hanna Esterika br. Nainggolan, S.Pd yang selalu ada menghibur saya ketika saya sedang dalam keadaan susah.

13.Sahabat “JJS Crew” : Amicus Lamhot ‘mamot’ Turnip, S.Pd Amicus

Mamopar ‘Opar’ Manalu, S.Pd. Amicus Malthus ‘Thus’ Rodinasa Lumban

Gaol, S.Pd. Amicus Damu Roy ‘Si Dem’ S. Nasution, S.Pd. Kalian sangat memberi warna di dunia perkuliahan ini.

14.Teman-teman sebangsa dan setanah air yang seperjuangan di Prodi Pend.Antropologi 2009 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. “We are The Champion”.

15.Abangda dan kakanda Pend. Antropologi 2008, adinda Pend. Antropologi 2010, 2011, 2012,2013 terima kasih atas doanya Bro & Sist.

16.Buat teman-teman sepenelitian di Pematangsiantar, Ramika Dewi Saragih S.Pd dan Aldrin Yudhistira S.Pd. Tanpa kalian, saya buta kota Siantar.

Medan, September 2013

(9)

v

1.2 Identifikasi Masalah………...………...3

1.3 Pembatasan Masalah………...………..4

1.4 Rumusan Masalah………...………..4

1.5 Tujuan Penelitian………...………...5

1.6 Manfaat Penelitian………...……….5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka……….…...6

2.1.1 Tradisi Mangongkal holi pada orang Batak Toba……….……6

2.1.2 Konsepsi agama Katholik tentang Mangongkal holi….……….…..9

2.1.3 Pelaksanaan Mangongkal Holi setelah masuknya agama...………..10

2.2 Kerangka Teori………12

2.2.1 Kebudayaan………...12

2.2.2 Religi……….13

2.2.2.1 Konsepsi Tentang Roh bagi Masyarakat Batak Toba……16

2.2.3 Simbol………...18

2.2.4 Upacara……….20

(10)

vi

2.3 Kerangka Konsep……….22

2.3.1 Pengertian Mangongkal holi……….22

2.3.2 Pandangan Masyarakat Batak Toba Terhadap Mangogkal holi…...23

2.3.3 Penganut Agama Katholik………...24 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………34

4.1.1 Keadaa Penduduk………..36

4.1.2 Kehidupan Sosial Ekonomi………...40

4.1.3 Agama………...42

4.2 Sejarah Gereja Katholik St. Fransiskus Assisi Jl. Medan………....43

4.3 Latar Belakang Gereja Katholik St. Fransiskus Assisi jl. Medan Pematangsiantar Melaksanakan Tradisi Mangongkal Holi ….……….50

4.4 Pelaksanaan Mangongkal Holi di Gereja Katholik St. Fransiskus Assisi jl. Medan, Pematangsiantar………...58

(11)

vii

4.6 Pandangan Umat Katholik Batak Toba Terhadap Upacara Mangongkal Holi Yang Dilaksanakan Oleh Gereja Katholik St. Fransiskus Assisi jl. Medan

Pematangsiantar………....……….68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………..75

5.2 Saran………76

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Kelurahan di Kecamatan Siantar Martoba………36 Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Siantar Martoba………...37 Tabel 3. Jumlah Rumah Ibadah………..43

Tabel 4. Daftar Lingkungan Gereja Katholik St. Fransiskus Assisi, jalan Medan,

Pematangsiantar………...48

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya setiap agama percaya terhadap Ketuhan Yang Maha Esa dan menolak terhadap kepercayaan-kepercayaan roh-roh halus yang berbau mistis. Semua ini tercetus dikarenakan agama mengajarkan semua makhluk hidup yang berada di bumi akan berpulang kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Setelah manusia meninggal, maka selesailah segala urusannya di bumi. Tidak ada lagi korelasi antara orang yang telah meninggal dengan manusia yang masih hidup di bumi. Dengan begitu, sudah jelas kalau agama mematahkan sistem kepercayaan terhadap tradisi-tradisi yang memuja roh –roh leluhur. Maka telah tercipta sebuah pertentangan paham antara agama dan tradisi. Ketika tradisi memberikan pengertian sistem kepercayaan terhadap hal-hal mistis, agama datang memberikan pengertian sistem kepercayaan dengan konsep Ketuhanan.

Tetapi pada kenyataan sehari-hari, masih ada umat beragama yang masih melaksanakan tradisi-tradisi pemujaan terhadap arwah-arwah orang tuanya. Salah satu tradisi itu ialah mangongkal holi pada masyarakat Batak Toba. Tradisi mangongkal holi merupakan pemindahan tulang belulang yang telah lama

(15)

2

tradisi mangongkal holi tersebut memperoleh kesejahteraan. Hal inilah yang menjadi sebuah nilai budaya yang ingin dipertahankan oleh masyarakat Batak Toba.

Pada dasarnya jika disoroti dari sudut pandang agama, mangongkal holi tidaklah sesuai dengan ajaran agama Katholik dan Nasrani yang tidak lagi menerima keyakinan yang berbau mistis dan magis. Hal ini dikarenakan Semua ajaran Kristen mendasarkan ajaranya pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam kenyataan dimana masyarakat sudah menganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi masih melaksanakan tradisi mangongkal holi. Hal ini tampak pada kelompok masyarakat di kecamatan Siantar Martoba. Di kecamatan ini, pada masyarakat suku Batak Toba penganut agama Katholik, masih ada yang menerima keberadaan tradisi mangongkal holi. Dapat dikatakan hampir semua masyarakat bersuku Batak Toba penganut agama Katholik di kecamatan ini pernah ikut dalam kegiatan upacara mangongkal holi baik sebagai pelaku maupun sebagai peserta. Dan yang mengherankan, pihak gereja dan para fungsionaris gereja Katholik yang ada di daerah ini tampaknya tidak melarang umatnya untuk ikut melaksanakan upacara mangongkal holi, bahkan dapat dikatakan gereja turut mendukung.

(16)

3

tugu dan pembiayaan untuk peletakan tulang-belulang itu dilaksanakan oleh kelompok-kelompok marga, bukan pihak gereja. Hal ini dikarenakan tugu itu dibuat sebagai pemersatu keluarga.

Dalam susunan acara mangongkal holi, pihak gereja tidak hanya bertugas dalam memberikan doa pembukaan, akan tetapi turut serta dalam penggalian kubur. Hal inilah yang dianggap menarik oleh sipeneliti, karena adanya pencampuran dari kebiasaan keagaamaan dengan tradisi.

Dalam hal ini peneliti ingin melihat bagaimana sebenarnya pandangan masyarakat Batak Toba yang bergereja di Gereja Katholik St. Fransiskus Assisi terhadap tradisi mangongkal holi yang dilaksanakan oleh gereja tersebut.

1.2 Identfikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Arti dari tradisi mangongkal holi

2. Apa latar belakang gereja Katholik St. Fransiskus Assisi melakukan tradisi mangongkal holi.

3. Mengapa tradisi mangongkal holi masih bertahan pada masyarakat Batak Toba penganut agama Katholik.

(17)

4

5. Apa tujuan gereja Katholik St. Fransiskus Assisi melaksanakan mangongkal holi di lingkungan gereja.

6. Tata cara pelaksanaan upacara mangongkal holi pada masyarakat Batak Toba penganut agama Katholik

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah pada Mangongkal holi dalam pandangan masyarakat Batak toba penganut agama Katholik di Kecamatan Siantar Martoba.

1.4 Rumusan Masalah

1. Apakah latar belakang gereja Katholik St. Fransisiku assisi melaksanakan tradisi mangongkal holi?

2. Bagaimana pelaksanaan upacara mangongkal holi pada masyarakat Batak Toba yang menganut agama Katholik?

3. Apa tujuan gereja melaksanakan tradisi mangongkal holi?

(18)

5

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa latar belakang gereja melaksanakan tradisi mangongkal holi.

2. Melihat tata cara pelaksanaan upacara mangongkal holi pada masyarakat Batak Toba yang menganut agama Katholik.

3. Untuk mengetahui tujuan gereja katholik St. Fransiskus Assisi melaksanakan tradisi mangongkal holi.

4. Untuk mengetahui pandangan masyarakat batak toba yang bergereja di gereja Katholik St. Fransiskus Assisi terhadap tradisi mangongkal holi yang dilaksanakan oleh pihak gereja

1.6 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Sebagai referensi bagi penulisan karya ilmiah atau sejenisnya

2. Sebagai informasi terhadap masyarakat Batak Toba yang menganut agama Katholik tentang perubahan tradisi mangongkal holi

3. Melihat bagaimana pandangan masyarakat Batak Toba yang menganut agama Katholik terhadap tradisi mangongkal holi

4. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang tradisi mangongkal holi yang dilaksankan oleh masyarakat Batak Toba yang

beragama Katholik.

(19)

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1Kesimpulan

1. Adapun latar belakang dari mangongkal holi yang dilaksanakan oleh

gereja Katholik St. Fransiskus Assisi ialah karena manusia itu milik Allah

ketika ia masih hidup dan juga ketika ia telah meninggal dunia. Dalam hal

ini manusia itu tidak pernah lepas dari jangkauan Allah, oleh karena itu

sampai di akhir hayatnya, manusia itu perlu mendapat penghormatan

terakhir yaitu dengan mangongkal holi. adapun latar belakang lain ialah

untuk pengefisienan lahan perkuburan gereja Katholik St. Fransiskus

Assisi yang mulai penuh dengan kuburan-kuburan. Jadi untuk

menanggulangi itu, mangongkal holi dilaksanakan.

2. Adapun pelaksanaan Mangongkal holi tidak lagi merupakan sebuah

tradisi, melainkan menjadi sebuah kegiatan wajib gereja. Hal ini

dikarenakan semua orang yang mengambil peran dalam pelaksanaan

mangongkal holi diprakarsai oleh pengurus gereja. Format tata tertib

didasarkan dengan ajaran dan ketentuan agama Katholik yang telah diatur

dalam sebuah tata acara mangongkal holi di gereja Katholik St. Fransiskus

Assisi. selain itu dalam hal penggalian, Kuburan yang telah berusia 8-10

tahun wajib di gali dan di pindahkan ke dalam rumah saring-saring dan

Segala acara mulai dari awal penggalian hingga pemasukkan ke dalam

(20)

76

3. Adapun tujuan dari pelaksanaan mangongkal holi di gereja Katholik St.

Fransiskus Assisi ialah sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada

orang yang telah meninggal dunia, efisiensi pemanfaatan dari lahan

perkuburan dan perealisasian pembangunan rumah saring-saring

4. Adapun pandangan masyarakat Batak Toba yang beribadah di gereja

Katholik St. Fransiskus Assisi terhadap mangongkal holi ialah karena

sudah menjadi ketetapan di dalam gereja maka harus di ikuti, Merasa tidak

dirugikan oleh pihak gereja, lebih memilih ajaran gereja karena merasa

lebih terbantu dan dogma agama dianggap jauh lebih kuat.

1.2Saran

1.

Gereja sangat perlu mendalami dan memahami arti terdalam dari tradisi

mangongkal holi dalam kajian keagamaan tetapi bukan berarti

menghilangkan identitas asli dari tradisi tersebut.

2.

Masyarakat Batak Toba penganut agama katholik seharusnya sudah bisa memahami makna dari mangongkal holi yang didasarkan pada ajaran agama katholik.

(21)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Abduh, Muhammad, SH, dkk. 1987. Pengantar Sosiologi. Medan: Fakultas Hukum USU Medan

Hadi, Y Sumandiyo. 2006. Seni dalam ritual Agama. Yogyakarta: Pustaka

Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi sosial. Jakarta: Dian Rakyat _____________. 1981.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

_____________. 2005. Pengantar Antropologi – Jilid II. Jakarta: Rineka Cipta Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

Mustopo, M. Habib. 1983. Manusia dan Budaya Kumpulan Esay Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi. Jakarta: Erlangga

Paroki St. Fransiskus Assisi. 2005. KGK (Ketentuan Gereja Katholik). Pematang Siantar

Situmorang, Jauhlahan. 1992. Penuntun adat Praktis. Pematang Siantar

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suyono, Drs. Ariyono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta: Akademika Pressindo Tambunan, E,H. 1982. Sekelumit mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya. Bandung: TARSITO

(22)

Sumber Lain:

http://catatansenibudaya.blogspot.com/2012/05/definisi-upacara-adat.html http://kamusbahasaindonesia.org/adat%20istiadat/mirip

http://rizqidiaz.blogspot.com/2012/05/pengertian-budaya-kebudayaanadat.html http://rumametmet.com/2007/04/14/hamatean/

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24418 A Brief Description of Ceremony of Mangongkal Holi in Toba Batak

Gambar

Tabel 1. Daftar Kelurahan di Kecamatan Siantar Martoba………………………36

Referensi

Dokumen terkait

P: Hilangnya sesuatu hal dalam proses pernikahan adat Batak Toba juga menghilangkan nilai budaya pernikahan adat Batak Toba itu sendiri, menurut anda apa yang dapat

Fungsi musik tradisional Batak Toba bagi masyarakat Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir sebagai salah satu bentuk hiburan juga sebagai bentuk kontinuitas dan

andung yang seharusnya digunakan dengan hata andung tidak lagi digunakan, sehingga sudah tidak memiliki nilai tradisi yang melekat pada masyarakat Batak Toba di

Makna Inferensial dalam Upacara Mangongkal Holi bagi Masyarakat Batak Toba di Desa Simanindo Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara. Makna

Judul Tesis : TRADISI LISAN NYANYIAN RAKYAT ANAK- ANAK PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN.. Nama Mahasiswa : Demak

Adapun tradisi marsirumpa pada masyarakat Batak Toba pada bidang sistem pencaharian, siklus kehidupan dan pekerjaan umum harus didasari dengan kesepakan untuk

adat, dan siklus pekerjaan umum yang terdapat masyarakat Batak Toba di.

Pandangan MUI Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Penambahan Syarat Perkawinan “Kerbau‟ dalam sistem Perkawinan Muslim Batak Toba di Kelurahan Pasar Dolok Sanggul