BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
2.1.1. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Benjamin Bloom (dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2007), ranah perilaku terbagi dalam 3 domain, yaitu :
a. Pengetahuan (kognitif)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan memiliki 6 (enam) tingkatan:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yag dipelajari sebelumnya.
Termasuk dalam mengingat kembali (recall) terhadap suatu hal yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
´tahu´ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu dilihat dari kemampuan seseorang untuk menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang objek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
3. Aplikasi (Apllication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain : 1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.
3. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
4. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental), dimana pada aspek psikologis ini, taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.
5. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam.
6. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.
7. Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Wahid dkk, 2007).
b. Sikap (afektif)
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Wahid dkk, 2007).
Sikap menentukan jenis tingkah laku dalam hubungannya dengan rangsangan yang relevan, individu lain atau fenomena-fenomena. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal tapi tidak semua faktor internal adalah sikap.
Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.
3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.
4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Fungsi (tugas) sikap dibagi empat golongan, yaitu : 1. Sebagai alat menyesuaikan diri
Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain.
2. Sebagai alat pengatur tingkah laku
Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa. Pada umumnya tidak diberi perangsang secara spontan, tetapi adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang berasal dari luar tidak semuanya dilayani olah manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dilayani dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi nilai lalu dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu, dengan melihat
sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut (Ahmadi, 1999).
Seperti halnya pengetahuan, sikap memiliki berbagai tingkatan yaitu :
1. Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
2. Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuating) diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat ini.
4. Bertanggung jawab (Responsible) adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).
c. Tindakan (psikomotor)
Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007).
Adapun tingkatan dari tindakan adalah :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek yang pertama.
2. Respon Terpimpin (Guide Response)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga.
4. Adaptasi (Adaptation)
Tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).
2.1.2. Perubahan Perilaku
Menurut WHO yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.
2. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
Didalam melakukan perubahan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program- program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut (Notoatmodjo, 2007).
2.1.3. Teori Alasan Berperilaku (Theory of Reasoned Action)
Teori alasan berperilaku merupakan teori perilaku manusia secara umum.
Sebenarnya, teori ini digunakan dalam berbagai perilaku manusia, kemudian berkembang dan banyak digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan (Maulana, 2009).
Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), niat (intention) dan perilaku. Niat (kehendak) merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui niat orang tersebut. Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting (Maulana, 2009).
Niat ditentukan oleh sikap dan norma subjektif. Komponen sikap merupakan hasil pertimbangan untung rugi dari perilaku tersebut dan pentingnya konsekuensi- konsekuensi bagi individu. Di lain pihak, komponen norma subjektif atau sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang- orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang mengikuti pikiran tersebut. Jika
orang yang dianggap penting (kelompok referensi) menyetujui tindakan tersebut, terdapat kecenderungan positif untuk berperilaku (Maulana, 2009).
Theory of reasoned action (TRA) merupakan model untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berlainan, seperti penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan makanan, penggunaaan kondom, latihan kebugaran (fitness) dan olahraga (Maulana, 2009).
Bagan Theory of Reason Action (TRA)
2.1.4. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
Keyakinan terhadap perilaku
Sikap
Keyakinan nomatif
Norma subjektif
Niat Tindakan
2. Interest (ketertarikan), dimana orang mulai tertarik pada stimulus (objek).
3. Evaluation (mempertimbangkan baik tidaknya stimulus bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah baik.
4. Trial, dimana orang sudah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan sikap terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku seperti ini, dimana didasari pengetahuan, kesadaran sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila adopsi perilaku tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).
2.2 Sayur-sayuran dan buah-buahan
2.2.1. Manfaat sayur-sayuran dan buah-buahan
Gerakan kembali ke alam menjadi salah satu faktor pendorong konsumsi buah- buahan dan sayuran sebagai sarana menuju hidup sehat dan berumur panjang. Kondisi ini secara tidak langsung menumbuhkan masyarakat baru yaitu pengkonsumsi buah- buahan dan sayuran. Sayur dan buah-buahan merupakan sumber makanan yang mengandung gizi lengkap dan sehat. Sayur berwarna hijau merupakan sumber karoten (provitamin A). Semakin tua warna hijaunya, maka semakin banyak kandungan karotennya. Kandungan beta karoten pada sayuran membantu memperlambat proses penuaan dini, mencegah resiko penyakit kanker, meningkatkan fungsi paru-paru dan menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan diabetes. Sayuran yang berwarna hijau tua diantaranya adalah kangkung, daun singkong, daun katuk, daun pepaya, genjer dan daun kelor (Fenny, 2011).
Di dalam sayuran dan buah juga terdapat vitamin yang bekerja sebagai antioksidan. Antioksidan dalam sayur dan buah bekerja dengan cara mengikat lalu menghancurkan radikal bebas dan mampu melindungi tubuh dari reaksi oksidatif yang menghasilkan racun. Alpokat, apel, belimbing, jambu, jeruk, mangga, pepaya kaya akan vitamin A. Sedangkan kecambah atau tauge merupakan sumber vitamin E (Fenny, 2011).
Buah-buahan pada umumnya kaya akan berbagai jenis mineral, diantaranya kalium (K), kalsium (Ca), Natrium (Na), dan zat besi (Fe). Buah- buahan yang kaya kalsium adalah buah salak, sawo, jeruk nipis, arbei, nangka, pala dan srikaya (Fenny, 2011).
2.3. Metabolisme
Metabolisme adalah proses pemecahan zat-zat gizi di dalam tubuh untuk menghasilkan energi atau untuk pembentukan struktur tubuh. Suatu rentetan reaksi kimia dari awal hingga akhir yang terjadi dalam metabolisme dinamakan jalur metabolisme. Jalur metabolisme terdiri atas reaksi-reaksi anabolisme dan katabolisme.
Reaksi anabolisme adalah reaksi membangun dari ikatan sederhana ke ikatan lebih besar dan kompleks misalnya glukosa diubah menjadi glikogen, asam lemak dan gliserol menjadi trigliserida, serta asam amino menjadi protein. Proses anabolisme memerlukan energi (Almatsier, 2004).
Reaksi katabolisme adalah reaksi yang memecah ikatan kompleks menjadi ikatan lebih sederhana. Reaksi katabolisme biasanya melepaskan energi. Contoh reaksi katabolisme adalah pemecahan glikogen menjadi glukosa, trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta protein menjadi asam amino (Almatsier, 2004).
2.4. Pola Makan Vegetarian
2.4.1. Pengertian Pola makan vegetarian
Vegetarian mempunyai dua pengertian, yakni sebagai kata benda dan kata sifat.
Vegetarian sebagai kata benda berarti orang yang berpantang makan daging dan hanya makan sayur-mayur serta bahan makanan nabati lainnya. Vegetarian sebagai kata sifat berarti tidak mengandung daging atau kebiasaan berpantang daging (Bangun,2003).
Istilah 'vegetarian' diciptakan pada tahun 1847. Pertama kali digunakan secara formal pada tanggal 30 September tahun itu oleh Joseph Brotherton dan lain-lain, di Northwood Villa, Kent, Inggris. Saat itu adalah pertemuan pengukuhan dari Vegetarian Society Inggris (Suprapto, 2009).
Kata Vegetarian ini berasal dari bahasa Latin vegetus berarti keseluruhan, sehat, segar, hidup. Penyebutan secara umum mereka yang tidak makan daging sebelum tahun 1847 sebagai 'Pythagorean' atau mengikuti 'Sistem Pythagorean'. Definisi asli dari 'vegetarian' adalah dengan atau tanpa telur atau produk olahannya. Definisi ini masih digunakan hingga sekarang oleh Vegetarian Society. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka terbitan tahun 2005, vegetarian adalah orang yang karena alasan agama atau kesehatan hanya memakan sayur-sayuran dan hasil tumbuh-tumbuhan.
Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dan Sri Karjati (1985) yang dikutip oleh Chairuny (2004) adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat. Pola makan dalam penelitian ini tidak memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tetapi lebih kepada kebiasaan makan seseorang dalam masyarakat.
Di Indonesia secara tradisional suku bangsa Jawa tidak terlalu banyak mengkonsumsi daging dan gemar mengkonsumsi tahu dan tempe dalam menu mereka sehingga dapat dikatakan menjalankan diet semi vegetarian. Orang Yogyakarta memiliki tingkat harapan hidup yang tertinggi di Indonesia karena banyak mengkonsumsi makanan berbahan dasar kedelai tersebut (Bangun, 2003).
2.4.2. Sejarah Vegetarian
Menilik dari sejarahnya, kaum vegetarian diduga sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Saat itu dikenal suatu kelompok kecil warga yang hanya gemar menyantap makanan berupa sayuran dan buah-buahan. Vegetarian semakin dikenal luas setelah beberapa aliran keagamaan di Asia Timur mengajarkan tidak menyembelih hewan untuk dimakan dengan berbagai alasan contohnya adanya kepercayaan bahwa dengan menyembelih hewan maka seseorang kelak akan bereinkarnasi menjadi makhluk tingkatan paling rendah. Selain itu kaum Buddist di Jepang percaya bahwa dengan memakan daging hewan maka tubuh mereka akan mengandung racun yang baru akan hilang setelah 8 hari. Tentang anjuran vegetarian juga disinggung dalam kesusastraan religi di India seperti Kitab Mahabharata juga pada aliran Yoga. Intinya pilihan untuk vegetarian berangkat dari rasa welas asih terhadap nyawa makhluk hidup lain seperti hewan, dan berarti dengan membunuh hewan maka tubuh yang memakan dagingnya akan tercemari (Suprapto, 2009).
Pada abad kelima sebelum Masehi. Orang-orang yang bervegetarian disebut 'vitagorian' alias pengikut Phytagoras, ilmuwan jenius dan ahli matematika, yang ternyata juga vegetarian. Istilah vegetarian sendiri baru muncul seribu tahun kemudian, tahun 1800an. Pada 1847 kata vegetarian mulai diperkenalkan, saat berdirinya UK
Vegetarian Society. Itu adalah organisasi vegetarian modern pertama, di Inggris (Suprapto, 2003).
2.4.3. Manfaat Vegetarian
Adapun manfaat menjadi vegetarian adalah sebagai berikut Siddhi (2009) : 1. Umur panjang (longevity)
Banyak penelitian menunjukan bahwa secara umum, seorang vegetarian bisa hidup 5 sampai 20 tahun lebih lama dibandingkan dengan orang biasa (non vegetarian).
Selain itu mereka memilki kualitas kehidupan yang lebih baik.
2. Resiko penyakit jantung koroner rendah
Karena rendahnya kandungan lemak dan kolesterol pada makanan vegetarian, resiko penyakit jantung koroner menjadi lebih rendah. Resiko penyakit kematian pada penyakit jantung bagi vegetarian hanya setengah lebih kecil dibanding dengan non vegetarian.
3. Resiko penyakit kanker berkurang
Menjadi seorang vegetarian menurut British Medical Journal dapat mengurangi 50% - 76% dari semua penyakit kanker. Kematian akibat kanker banyak dihubungkan pada kegemukan dan makanan berlemak tinggi serta berserat rendah pada makanan hewani. Vitamin A dan C juga dapat melindungi dari kanker kolon.
Diet makanan yang berlemak rendah bisa melindungi dari kanker prostat dan kanker payudara.
4. Dapat mencegah penyakit di usus
Makanan yang berserat tinggi akan memperlancar pengolahan makanan dalam sistem pencernaan sehingga mengurangi resiko gangguan pencernaan seperti:
kanker usus, ambeien, usus buntu, konstipasi dan lain-lain.
5. Mengurangi osteoporosis
Konsumsi protein yang rendah dan lebih banyak vitamin D dan kalsium bisa mempertinggi densitas tulang pada vegetarian Sedangkan makanan hewani dapat meningkatkan resiko osteopororsis dan rematik. Konsumsi protein yang tinggi biasanya juga diikuti dengan konsumsi lemak yang tinggi. Konsumsi lemak yang tinggi mempengaruhi adsorpsi kalsium ke dalam tulang sehingga tulang lebih mudah mengalami pengeroposan yang disebut dengan osteoporosis.
6. Menghindari obesitas
Makanan vegetarian yang rendah lemak dan tinggi serat akan mengurangi resiko obesitas. Dengan demikian resiko penyakit lain juga akan menurun.
7. Mencegah dan mengurangi Hipertensi
Makanan vegetarian yang kaya dengan kalsium seperti: pisang, seledri, sayur hijau, tempe yang terbukti dapat mengurangi tekanan darah. Penelitian membuktikan tekanan darah orang yang bervegetarian rata rata 110/70mmHg. Bahkan penderita hipertensi mengubah dietnya menjadi vegetarian terbukti dapat menurunkan tekanan darah secara bermakna.
8. Stamina (endurance)
Sumber yang paling baik untuk stamina adalah makanan yang berkabohidrat.
Makanan vegetarian kaya dengan karbohidrat sehingga menyediakan energi yang berlimpah untuk aktivitas sehari-hari.
2.4.4. Tipe Vegetarian
Tipe vegetarian dapat dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat kekuatannya meninggalkan konsumsi produk hewani. Ada kelompok yang paling ketat tidak hanya meninggalkan produk hewani, mereka hanya makan bagian tanaman yang dipanen tanpa merusak tanaman pokoknya. Mereka menolak makan kentang atau bayam karena cara memanennya harus mencabut seluruh tanamannya.
Bahkan mereka juga tidak mau menggunakan bahan asal hewan dalam bentuk apapun dalam kehidupan sehari-harinya.
Ada pula kelompok yang paling longgar, mereka masih mengkonsumsi jenis daging tertentu dan meninggalkan daging merah (daging dari hewan mamalia) atau daging yang menurut agama/ kepercayaan harus dihindari dan tidak boleh dikonsumsi.
Sehingga kita jangan heran pada saat ada hidangan daging tertentu tidak dikonsumsi mereka lebih memilih makanan dari unsur nabati tapi pada momen yang lain mengkonsumsi daging lainnya.
Pengelompokkan Vegetarian yang lazim dikenal di masyarakat ada tiga (Yuliarti, 2009), yaitu:
1. Pesco/pollo Vegetarian (semi vegetarian) adalah kelompok yang masih mengonsumsi produk daging tertentu misalnya daging ayam dan ikan tapi meninggalkan kelompok daging merah.
2. Lacto-ovo Vegetarian adalah kelompok yang masih mengonsumsi telur dan produk susu dan menghindari segala jenis daging termasuk ikan. Penyebutan kelompok yang mengonsumsi susu tapi tidak mengonsumsi telur disebut lacto vegetarian,
sedangkan yang mengonsumsi telur tapi tidak mengonsumsi susu disebut ovo vegetarian.
3. Vegan adalah Vegetarian murni yang hanya mengonsumsi biji-bijian, kacang- kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Kelompok ini sama sekali tidak mengonsumsi produk hewani maupun turunannya, termasuk gelatin, keju, yogurt.
Mereka juga menghindari madu, royal-jeli dan produk turunan serangga. Bahkan sebagian penganut vegan menghindari penggunaan produk hewani seperti kulit hewan ataupun kosmetik yang mengandung produk hewani.
2.4.5. Alasan Orang menjadi Vegetarian 2.4.5.1. Alasan agama
Ada beberapa agama di dunia ini menganjurkan umatnya untuk menjadi seorang Vegetarian, seperti agama Buddha, Hindu dan Advent.
1. Agama Buddha
Terlepas dari segala macam pertimbangan yang ada. Sisi baik Vegetarian tidak merugikan diri sendiri, orang lain dan dipuja oleh para bijak. Maka sepatutnya latihan ini perlu dikembangkan. Agama budha tidak mewajibkan umatnya untuk menjadi vegetarian, tetapi menyarankan. Buddha merupakan guru para dewa dan manusia, memiliki cinta kasih tanpa batas. Artinya pancaran cinta kasih tidak hanya untuk manusia saja, tetapi semua makhluk tanpa batas, termasuk pada hewan. Lebih lanjut di kitab Jataka 37, berbunyi : "Bila seseorang memiliki pikiran cinta kasih, ia merasa kasihan kepada semua makhluk di dunia, yang ada di atas, di bawah, dan di sekelilingnya, tak terbatas di mana pun. "Sementara itu, apa akibatnya bila seorang umat Buddha membunuh binatang dan dipersembahkan kepada para Bhikkhu?” Buddha
menyatakan bahwa perbuatan demikian dikategorikan sebagai perbuatan buruk yang menimbun karma buruk (Siddhi, 2009).
2. Agama Hindu
Agama hindu menganjurkan umatnya untuk bervegetarian, tetapi tidak diwajibkan menjadi vegetarian. Dalam Weda, setiap bentuk kehidupan dinyatakan mempunyai kesadaran dan energi dan setiap kehidupan dianggap suci. Bersama dengan pemahaman tentang karma, pandangan ini melandasi vegetarianisme yang berawal di India. Weda juga mengajurkan hidup hemat sumber daya, sebagai bagian dari tugas manusia untuk memelihara alam. Yajur Weda mengatakan, “Jangan melukai makhluk yang hidup di bumi, di udara, dan dalam air”. Juga dikatakan “Hendaknya kamu tidak menggunakan tubuh yang diberikan Tuhan untuk membunuh makhluk Tuhan, apakah itu manusia, hewan atau apapun” (D. Ghindwani, 2010).
Vegetarian dalam Hindu disebut pola makan satvika yaitu pola makan yang mengonsumsi makanan yang bersifat segar dan alami, direbus dan tidak mempunyai rasa yang tajam seperti sayuran, biji-bijian dan buah. Pola makan ini dipercaya meningkatkan prana (kehidupan), kekuatan mental dan menajamkan intelek (D.
Ghindwani, 2010).
3. Umat Advent
Umat advent memasukkan tiga tuntutan kesehatan pada “persyaratan keanggotaannya”, yakni tidak menggunakan tembakau dalam bentuk apa pun, menghindari minuman beralkohol, dan menghindari daging pada makanan mereka.
Jemaat mereka dianjurkan, tetapi tidak diwajibkan menjadi vegetarian. selain itu, mereka juga didorong untuk melakukan kebiasaan-kebiasaaan sehat lainnya, termasuk
mengonsumsi biji-bijian padi yang utuh, mengurangi gula putih, bebas mengonsumsi sayur dan buah, menghindari makanan yang mengandung bumbu dan penyedap, makan sesuai jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan ideal, mengindari teh dan kopi dan makanan berkafein lainnya.
Sebuah riset menunjukkan perbandingan kesehatan dan perilaku orang-orang Advent di California dengan penduduk California secara keseluruhan menunjukkan bahwa orang-orang advent secara dominan lebih sedikit mengidap berbagai penyakit, seperti jantung, kanker, stroke. Selain itu orang Advent di California memiliki usia harapan hidup yang lebih tinggi dari penduduk California (bukan Advent) (Bangun, 2003).
2.4.5.2. Alasan Keuangan
Keadaan kondisi krisis ekonomi global mengubah gaya kehidupan orang.
Ekonomi yang semakin sulit membuat orang melakukan penghematan dalam banyak hal, termasuk makanan. Orang mulai mengurangi makan di restoran atau di luar rumah.
Mereka mulai ke pasar atau supermarket membeli kebutuhan pangan, termasuk sayur- sayuran yang harganya relatif lebih murah daripada daging ada dan memasak di rumah.
Bahkan pada sebagian masyarakat pedesaan maupun masyarakat tertentu, mereka tidak terlalu banyak mengonsumsi daging sebaliknya gemar mengonsumsi tahu dan tempe dalam menu mereka sehari-hari sehingga dapat dikatakan mereka menjalankan diet semi vegetarian (Siddhi, 2009).
2.3.5.3. Alasan Kesehatan
Kesehatan merupakan harta yang berharga bagi manusia. Meskipun orang memiliki harta, kedudukan atau kesuksesan kalau kesehatan menurun bahkan terjangkit
penyakit yang kronis semua perolehan tersebut tidak dapat menggantikan kesehatan.
Sementara bagi mereka yang ekonominya menengah ke bawah, biaya kesehatan relatif tinggi bahkan banyak timbulnya penyakit-penyakit baru salah satunya dari makanan.
Akibatnya orang mulai hati-hati dalam mengonsumsi makanan. Beberapa orang mulai memilih pola makan vegetarian, karena makanan daging mengandung lemak jenuh berkolesterol tinggi dan banyak berita mengenai hewan-hewan tertentu yang terjangkit virus yang membahayakan manusia, seperti : kasus virus sapi gila, kasus virus flu unggas yang menyerang ayam dan bebek di Hong Kong (1998) sampai ke Indonesia, kasus virus babi Jepang (Japanese encephalitis virus) yang melanda Malaysia dan kasus-kasus lainnya (Siddhi, 2009).
Beberapa dokter yang tergabung dalam The Physician Committee for Responsible Medicine (PCRM) dengan ahli-ahli gizi yang dalam American Dietetic Association (ADA) pada tahun 1991 bersama-sama merevisi diet “4 Sehat 5 Sempurna”
menjadi “4 sehat” yaitu:
1. Palawija seperti: beras, gandum, kentang, sagu, jagung, oat, jali- jali dan umbi- umbian seperti singkong, ketela, talas, roti, mie, bihun dan sebagainya. Kelompok ini sangat kaya akan serat makanan, karbohidrat kompleks sekaligus protein, vitamin B kompleks dan mineral seperti kalsium, zat besi, fosfat, kalium, seng. Palawija dianjurkan dikonsumsi 4 porsi sehari.
2. Sayur-sayuran yang merupakan sumber vitamin dan mineral yang cukup lengkap dan juga serat makanan yang sangat penting untuk kelancaran pencernaan, penyerapan kolesterol dan bahan-bahan beracun serta memperbesar volume tinja. Sayuran dianjurkan dikonsumsi 3 porsi sehari.
3. Buah-buahan yang merupakan sumber yang sangat kaya serat makanan, vitamin C dan beta karoten serta fitokimia untuk mencegah berbagai penyakit kanker. Buah- buahan dianjurkan dikonsumsi 3 porsi sehari.
4. Legum merupakan kelompok yang terdiri dari kacang-kacangan dan polong termasuk hasil olahan seperti : tahu, tempe, susu kedelai dan gluten. Kelompok ini merupakan sumber protein yang sehat dan lengkap yang bersumber dari asam lemak tak jenuh seperti asam linoleat, asam linolenat, kaya dengan lesitin, vitamin B kompleks, vitamin A, C, E dan mineral. Legum dianjurkan dikonsumsi 2 porsi sehari (Siddhi, 2009).
2.4.5.4. Alasan Etika
Banyak orang yang masih memandang dan menganggap hewan sebagai makhluk yang kurang berharga. Keberadaan mereka adalah untuk manusia sehingga orang bebas menyalahgunakan, memanfaatkan, mengeksploitasi bahkan menyiksa mereka. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satunya menampilkan kisah-kisah hewan yang berjasa pada kehidupan manusia. Mereka tidak hanya membantu pemiliknya bahkan ada pula yang sampai menyelamatkan nyawa manusia.
Gerak-gerik hewan yang begitu menarik, lucu dan membawa tawa. Ini menambah simpatik bahkan beberapa orang pun mengurangi makanan dari unsur hewan secara perlahan-lahan bahkan ada yang langsung hidup vegetarian. Sehingga semakin meningkat jumlah vegetarian.
Keberadaan hewan-hewan ada alasannya. Mereka pun merupakan penghuni bumi, kita tidak mempunyai hak untuk membunuh mereka. Ada beberapa penelitian
yang mengatakan bahwa hewan kadang dapat menyembuhkan sakit pada manusia, bahkan ada beberapa jenis hewan dipakai untuk pengobatan sakit manusia.
2.4.5.5. Alasan Lingkungan
Lingkungan dipakai sebagai alasan karena pemakaian energi untuk menghasilkan daging teramat mahal dan merusak alam, antara lain :
1. Polusi air
Pupuk dan pembuangan kotoran dari tempat penyimpanan ternak, peternakan ayam, dan fasilitas pemberian makanan lain kepada ternak dapat menyebabkan polusi persediaan air.
2. Polusi udara
Tiga puluh juta ton gas metana yang menimbulkan pemanasan global berasal dari pupuk di dalam kolam pembuangan kotoran ternak.
3. Pengikisan tanah
Hampir 40 persen produksi biji-bijian dunia dan lebih dari 70 persen di Amerika Serikat diberi makan kepada ternak. Untuk setiap pon (setengah kilogram) daging, unggas, telur, dan susu yang kita produksi, ladang pertanian kehilangan kira-kira lima pon permukaan tanah (Siddhi, 2009).
2.5. Hasil penelitian-penelitian lain
a. Nutrient Intakes and Eating Behavior see of Vegetarian and Non Vegetarian Women
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari tahun 1995 di daerah metropolitan di sebelah barat Kanada bertujuan untuk membandingkan gizi yang masuk antara wanita yang bervegetarian dan tidak bervegetarian dengan umur antara 20-40
tahun, dengan BMI (Body Mass Index) antara 18-25, tidak merokok dan melakukan olahraga 7 jam dalam atau kurang dari seminggu. Responden yang tidak bervegetarian (22 orang) memakan daging 3 kali atau lebih dalam seminggu dan yang bervegetarian (23 orang) tidak memakan daging, ikan dan unggas selama 2 tahun atau lebih.
Analisis data dilakukan dengan membandingkan kelompok yang bervegetarian dengan kelompok yang tidak bervegetarian menggunakan uji T tidak berpasangan. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pola makan wanita di bagian barat Kanada telah sangat mendekati pola makan yang sehat. Kelompok yang bervegetarian memiliki kadar protein dan kolestrol yang lebih rendah, dan memiliki kadar karbohidrat dan serat yang lebih tinggi daripada yang tidak bervegetarian.
b. Status Gizi Balita Vegetarian Lacto-Ovo dan Non Vegetarian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi anak balita vegetarian lacto-ovo dan non vegetarian di Jakarta pada bulan Februari sampai Maret 2008 dengan desain cross sectional (potong lintang). Sampel berjumlah 148 balita (75 vegetarian dan 73 non vegetarian) yang diambil secara sengaja dari playgroup dan TK “Mutiara Bangsa”.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara status gizi balita vegetarian lacto-ovo dengan balita non vegetarian. Penghasilan keluarga merupakan hal yang paling dominan yang berhubungan dengan status gizi balita vegetarian lacto-ovo. Sedangkan hal yang paling dominan terkait dengan balita non vegetarian adalah penyakit infeksi.
c. Gambaran Kadar Hemoglobin, Pola Konsumsi, Serta Pola Penyakit pada Wanita Vegetarian dan Non Vegetarian di Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia (KVMI) Medan Tahun 2004
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin, pola konsumsi, serta pola penyakit pada wanita vegetarian dan non vegetarian di Keluarga Maitreya Indonesia (KVMI) Medan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang) terhadap 30 orang responden vegetarian dan 30 orang responden non vegetarian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Hb ≥ normal pada wanita vegetarian 24 orang (80%) dan < normal 6 orang (20%). Kadar Hb ≥ normal pada wanita non vegetarian 19 orang (63,33%) dan < normal 11 orang (36,67%). Konsumsi Fe ≥ AKG pada wanita vegetarian 25 orang (83,33%) dan < AKG 5 orang (16,67%), konsumsi Fe
≥ AKG pada wanita non vegetarian 22 orang (73,33%) dan < AKG 8 orang (26,67%).
Konsumsi protein ≥ AKG pada wanita vegetarian 26 orang (86,67%) dan < AKG 4 orang (13,33%), konsumsi protein ≥ AKG pada wanita non vegetarian 20 orang (66,67%) dan < AKG 10 orang (33,33%). Wanita vegetarian yang menderita ISPA 3 orang (10%) dan non vegetarian 4 orang (13,33%). Wanita vegetarian yang menderita hipertensi 2 orang (6,67%) dan jantung koroner 1 orang (3,33%), wanita non vegetarian yang menderita hipertensi 4 orang (13,33%) dan jantung koroner 2 orang (6,67).
2.6. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perilaku atau tindakan pola makan vegetarian terbentuk dari adanya niat terhadap pola makan vegetarian. Niat ini dibentuk oleh sikap terhadap pola makan vegetarian dan norma subjektif responden yaitu kelompok referensi (keluarga, teman dan tokoh idola). Sikap terhadap pola makan vegetarian dipengaruhi oleh kepercayaan normatif untuk mengikuti pola makan vegetarian yaitu pengetahuan dari responden dan pengetahuan tentang pola makan vegetarian itu didapat dari faktor internal (karakteristik responden meliputi jenis kelamin dan uang saku) dan faktor eksternal (sumber-sumber informasi yang berasal dari keluarga, teman, media cetak, media elektronik dan internet).
Tindakan : Pola makan vegetarian Sumber
Informasi
Sikap Pengetahuan
Niat Kelompok
referensi :
− Keluarga
− Teman
− Tokoh idola Karakteristik :
- Jenis Kelamin - Uang saku