• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan Kadar Air Crude Palm Oil (CPO) pada Unit Vacum Drier di Stasiun Klarifikasi di PT Socfin Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan Kadar Air Crude Palm Oil (CPO) pada Unit Vacum Drier di Stasiun Klarifikasi di PT Socfin Indonesia"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIRCRUDE PALM OIL (CPO) PADA UNIT VACUUM DRIERDI

STASIUNKLARIFIKASIDI PT SOCFININDONESIA PERKEBUNAN TANAH GAMBUS

KARYA ILMIAH

HERMANTO SIMANJUNTAK 112401057

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR CRUDE PALM OIL(CPO) PADA UNIT VACUUM DRIER DI

STASIUNKLARIFIKASI DI PT SOCFIN INDONESIA PERKEBUNAN TANAH GAMBUS

KARYA ILMIAH

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya

HERMANTO SIMANJUNTAK 112401057

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : HERMANTO SIMANJUNTAK

NIM : 112401057

Judul : ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN

KADARAIR CRUDE PALM OIL (CPO) PADA UNIT

VACUUM DRIERDI STASIUN KLARIFIKASI DI PT

SOCFIN INDONESIA PERKEBUNAN TANAH GAMBUS

Kategori : KARYA ILMIAH

Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA)UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Juni 2014

Ketua Koordinator Program Studi

D3 Kimia Industri Dosen Pembimbing

NIP : 195308171983031002NIP : 195310271980032003 Dra. Emma Zaidar. M.SiDr.Yugia Muis,MSi

Diketahui/Disetujui oleh

Depertemen Kimia FMIPA USU

(4)

PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR CRUDE PALM OIL (CPO) PADA UNIT VACUUM DRIERDI

STASIUN KLARIFIKASIDI PT SOCFIN INDONESIA PERKEBUNAN TANAH GAMBUS

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali

beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan kasih karuniaNya yang melimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan sebaik mungkin dan dengan

waktu yang telah ditentukan. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu

syarat akademik dalam menyelesaikan studi program D3 Kimia Industri di

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU Medan.

Adapun judul karya ilmiah ini adalah “ANALISA KADAR ASAM

LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR CRUDE PALM OIL (CPO) PADA UNIT VACUUM DRIER DI STASIUN KLARIFIKASI DI PT SOCFIN INDONESIA PERKEBUNAN TANAH GAMBUS”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala

bimbingan dan fasilitas yang telah diberikan baik sebelum atau sesudah PKL

dilaksanakan, kepada :

1. Kedua orang tua penulis, P.Simanjuntak dan L.Manurung yang telah

memberikan motivasi, dukungan moril dan materil, serta dukungan doa

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Ibu Dr.Yugia Muis,M,Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis

menyelesaikan karya ilmiah ini.

(6)

4. Ibu Dr.Rumondang Bulan,MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA

USU.

5. Ibu Dra.Emma Zaidar,MSc selaku koordinator Jurusan Kimia Industri

FMIPA USU yang telah banyak membimbing dan membantu kelancaran

studi penulis.

6. Bapak prof.Dr.Harry Agusnar M.phil selaku Staff Dosen Kimia Industri

yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan kepada penulis.

7. Bapak/Ibu Staff pengajar khususnya program studi Kimia Industri FMIPA

USU yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti

perkuliahan.

8. Teman satu kelompok PKL : Yongki Panjaitan, Rikardo Napitu yang telah

banyak membantu penulis selama PKL, yang selalu bersama dalam suka

maupun duka selama PKL, serta teman-teman seperjuangan Kimia Industri

stambuk 2011.

9. Bapak Mario Kilo selaku Tehniker I POM yang telah memberikan

bimbingan dan nasehat kepada penyusun.

10.Bapak Dede Sitorus dan bapak Fridolin Siburian selaku Tehniker II POM

yang selalu memberikan bimbingan dan nasehat kepada penyusun.

11.Ibu Cut Intan Sawadeh yang selaku kepala Laboratorium yang

memberikan bimbingan dan seluruh Staff laboratorium PT Socfin

Indonesia Perkebunan Tanah Gambus.

12.Seluruh karyawan serta pimpinan PT Socfin Indonesia Perkebunan Tanah

(7)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih memiliki

kekurangan dalam materi dan cara penyajiannya dengan kata lain masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran

yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhir kata

penulis ucapkan terimakasih

Medan, Juni 2014

(8)

ABSTRAK

(9)

ABSTRACT

(10)

DAFTAR ISI

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit 4

2.2 Varietas Kelapa Sawit 6

2.2.1 Pembagian Variates Berdasarkan Ketebalan

Tempurung danDaging Buah 6

2.2.2 Pembagian Varietas Berdasarkan Warna

Kulit Buah 8

2.3 Pengolahan Kelapa Sawit 9

2.3.1 Pengangkutan TBS ke Pabrik 10 2.3.2 Perebusan Tandan Buah Kelapa Sawit 10

2.3.3 Pelepasan Buah 12

2.3.4 Pelumatan 12

2.3.5 Pengeluaran Minyak 13

2.3.6 Pemurnian Minyak 13

2.4 Kadar Air 18

2.5 Pengaruh Kadar Air Terhadap Mutu CPO 19

2.6 Standar Mutu 20

2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit 21

2.7.1 Asam Lemak Bebas 22

2.7.2 Kadar Zat Menguap dan Kotoran 24

2.7.3 Kadar Logam 25

2.7.4 Angka Oksida 27

2.7.5 Pemucatan 27

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-alat yang digunakan 29

3.2 Bahan-bahan yang digunakan 29

(11)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 31

4.1.1 Kadar Asam Lemak Bebas Minyak 31

4.1.2 Kadar Air Minyak 32

4.2 Perhitungan 33

4.2.1 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Minyak 33 4.2.2 Penentuan Kadar Air Minyak 34

4.3 Pembahasan 35

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 36

5.2 Saran 37

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.6.1 Kandungan bahan-bahan yang merusak kualitas minyak kelapa

Sawit 21

2.6.2 Standar Mutu Minyak Sawit 21

2.11.1 Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit Dan Inti Sawit 28

4.1.1 Kadar Asam Lemak Bebas Minyak 31

(13)

ABSTRAK

(14)

ABSTRACT

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak kelapa sawit merupakan salah satu hasil perkebunan yang handal

karena memiliki komoditi ekspor yang penting dan dapat memberikan keuntungan

yang melimpah baik dari pihak pengusaha perkebunan sampai

kepedagang.Minyak kelapa sawit yang dihasilkan sangat tergantung pada kualitas

minyak itu sendiri. Dengan kualitas yang baik, akan lebih mudah untuk

memasarkan minyak sawit tersebut kepada konsumen dengan harga yang sesuai

dan mampu bersaing secara sehat dengan minyak sawit yang lain.Untuk

mengetahui bagaimana karakteristik yang dibutuhkan untuk menghasilkan minyak

sawit dengan kualitas tinggi yaitu dapat dilihat dari kadar asam lemak bebas yang

rendah, berwarna kuning cerah, mudah dipucatkan, memiliki rasa dan bau yang

enak, serta dapat di simpan dalam jangka yang lama dan dapat di lihat dari

bilangan asamnya.Salah satu proses pengolahan di pabrik kelapa sawit dalam

mengolah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit menjadi minyak sawit kasar

(CPO) adalah proses pemurnian minyak di stasiun klarifikasi. Salah satu tahap

dalam stasiun klarifikasi yaitu tahap pengeringan (Unit Vacuum Drier). Dimana pada unit vacuum drier berfungsi untuk mengurangi kadar air sehingga diperoleh minyak dengan kandungan air rendah dan kandungan asam lemak bebas rendah

serta memenuhi standar pemasaran.Oleh sebab itu dalam kesempatan ini, dibahas

tentang analisa kadar asam lemak bebas dan kadar air dalam minyak sawit yang

(16)

Minyak kelapa sawit yang telah melalui unit Oil Tank dan Vacuum Drierakan di analisa kualitasnya yakni kadar asam lemak bebas dan kadar air. Dari analisa ini akan diketahui apakah penggunaan unit Vacuum Drier sudah bekerja dengan baik atau tidak.

Oleh sebab itu berdasarkan persoalan di atas, maka penulis mengambil

judul karya ilmiah “ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN

KADAR AIR CRUDE PALM OIL PADA UNIT VACUUM DRIER DI STASIUN KLARIFIKASI DI PT SOCFIN INDONESIA PERKEBUNAN TANAH

GAMBUS”.

1.2 Permasalahan

Untuk menghasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi maka perlu

diperhatikan kadar asam lemak bebas dan kadar air yang terdapat dalam minyak

sawit terutama pada unit vacuum drier yang bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat dalam minyak dan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak

bebas yang rendah.Perlu diperhatikan pengunaan unit vacuum drier di PT Socfin Indonesia Perkebunan Tanah Gambusapakah telah bekerja dengan baik sehingga

dapat mengurangi kadar air dalam minyak dan menghasilkan minyak dengan

kadar asam lemak bebas yang rendah serta sesuai dengan standar mutu yang

ditetapkan oleh PT Socfin Indonesia Perkebunan Tanah Gambus. Dimana kadar

air maksimum adalah 0.15% dan kadar asam lemak bebas maksimum adalah

(17)

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah kadar asam lemak bebas pada minyak kelapa

sawit yang dihasilkan PT Socfin Indonesia Perkebunan Tanah Gambus telah

sesuai dengan standar mutu yang ditetapkanoleh pabrik yaitu maksimum 2.3%.

2. Untuk mengetahui apakah kadar air pada minyak kelapa sawit yang

dihasilkan PT Socfin Indonesia Perkebunan Tanah Gambus telah sesuai dengan

standar mutu yang ditetapkan oleh pabrik yaitu maksimum 0.15%

3. Untuk mengetahui apakah penggunaan unit vacuum drier telah sesuai dengan yang diharapkan yaitu dapat mengurangi kadar air dalam minyak dan

menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas yang rendah sehingga

dapat menghasilkan kualitas minyak kelapa sawit yang baik.

1.4 Manfaat

1. Untuk mendapatkan produk akhir berupa minyak sawit mentah yang

mempunyai kadar asam lemak bebas yang rendah sehingga CPO yang dihasilkan

berkualitas tinggi.

2. Untuk mendapatkan produk akhir berupa minyak sawit mentah yang

mempunyai kadar air yang rendah sehingga CPO yang dihasilkan berkualitas

tinggi.

3. Untuk mengetahui bahwa unit vacuum drier telah bekerja dengan baik, maka pihak perusahaan dapat meningkatkan efisiensi kerja unit vacuum drier untuk menghasilkan minyak sawit kasar (CPO) yang berkualitas tinggi. Dan

sebagai sumbangan pemikiran Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi pada

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari

Amerika selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit

di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika.Pada kenyataannya tanaman kelapa

sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand,

dan Papua Nugini.Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang

lebih tinggi.Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi

pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja

yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan

devisa Negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah

kolonial Belanda pada tahun 1848.Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit

yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya

Bogor.Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara

komersial pada tahun 1911.Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia

adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa

sawit di Afrika.Budi daya yang dilakukannya diikiuti oleh K.Schadt yang

menandai lahirnya perkebunan kalapa sawit di Indonesia.Sejak saat itu

perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai Timur Sumatera (Deli) dan

(19)

Indonesia mulai mengeskpor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576

ton ke Negara-negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti

sawit sebesar 850 ton.Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit

mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi

ekspor Negara Afrika pada waktu itu.Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh

Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional.Hasil

perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian Negara asing

termasuk Belanda.Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa

sawit mangalami kemunduran.Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa

sawit terhenti. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16 % dari total

luas lahan yang ada, sehingga produksi minyak sawit Indonesia pun hanya

mencapai 56.000 ton pada tahun 1948/1949. Padahal pada tahun 1940 Indonesia

mengekspor 250.000 ton minyak sawit.

Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957,

pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan

keamanan.Pemerintah menempatkan perwira-perwira militer di setiap jenjang

manajemen perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya

produksi.Pemerintah juga membentuk BUMIL (buruh militer) yang merupakan

wadah kerjasama antara buruh perkebunan dengan militer.Perubahan manajemen

dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang

tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit mengalami penurunan.Pada

periode tersebut posisi Indonesia sebagai pemasok minyak dunia terbesar tergeser

(20)

Memasuki orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka

menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan

sebagai sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan

lahan baru untuk perkebunan.Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai

294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton.Sejak saat itu lahan

perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan

rakyat.Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program

perkebunan inti rakyat perkebunan (PIR-bun).Perkembangan perkebunan semakin

pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu

PIR-transmigrasi sejak tahun 1986.Program tersebut berhasil menambah luas lahan

produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990-an, luas perkebunan kelapa sawit

mencapai lebih dari 1,6 juta hektar yang terbesar di berbagai sentral produksi,

seperti Sumatera dan Kalimantan(Fauzi,2002).

2.2 Varietas Kelapa Sawit

2.2.1. Pembagian Variates Berdasarkan Ketebalan Tempurung danDaging Buah

a. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada

bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah

terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel (daging biji) biasanya besar

dengan kandungan minyak yang rendah. Dari empat pohon induk yang tumbuh di

(21)

Negara Timur Jauh. Dalam persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon

induk betina.

b. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging

buahnya tebal. Persentase daging buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat

tipis. Jenis pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain.

Varietas ini dikenal segabai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur

pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk

jantan. Penyerbukan silang antara pisifera dengan dura akan menghasilkan

varietas Tenera.

c. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura

dan pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada

saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0.5-4 mm, dan

terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah

tinggi, antara 60-96 %. Tandan buah dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada

Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.

d. Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali.

e. Diwikka-wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.

Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi wakkadura,

diwikka-wakkapisifera dan diwikka-wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit yang

(22)

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan

presentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak

tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22-24%, sedangkan pada

varietas Dura antara 16-18%. Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang

mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan

yang utama. Sehingga tidak mengherenkan jika lebih banyak perkebunan yang

menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.

2.2.2 Pembagian Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

a. Nigrescens

Buah berwarna unggu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi

jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di

perkebunan.

b. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah

menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini jarang

dijumpai di lapangan.

c. Albescens

Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak

menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna unggu kehitaman. Varietas

(23)

2.3 Pengolahan kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30

bulanan setelah ditanam dilapangan.Buah yang dihasilkan disebut Tandan Buah

Segar (TBS).produktivitas tanman kelapa sawit meningkat mulai umur 3-14 tahun

dan akan menurun kembali setelah umur 15-25 tahun. Setiap pohon sawit dapat

menghasilkan 10-15 TBS pertahun dengan berat 4-40 Kg pertandan tergantung

umur tanaman.Dalam satu tandan, terdapat 1000-3000 brondolan dengan berat

brondolan 10-20 g.TBS diolah dipabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan

intinya.Minyak dan inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah

jadi.Minyak mentah atau crude palm oil (CPO) dan inti harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi.

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak

sawit yang terdapat pada daging buah (mesocarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel.Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam

lemak dan sifat fisika-kimia.Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah

adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah

mendekati pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung

asam lemak bebas tidak jenuh.Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan

minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak

bebas dan gliserol.Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang

bersangkutan telah terdapat buah membrondol normal.Peningkatan produksi

bahan mentah berupa minyak mentah kelapa sawit telah membuka peluang pula

untuk pengembangan industri hilir. Dengan demikian nilai tambah akan diperoleh

(24)

Sebagian produksi minyak sawit diekspor guna mengisi pasar sekaligus

mempertahankan pasar Internasional dimana saham Indonesia sekitar 20-25%.

Upaya ini dipertahankan sebagai sumber devisa. Meskipun sumbangannya hanya

1-2% saja namun pengaruhnya cukup besar dipasar Internasional.Komoditi ini

juga merupakan komoditi yang diperhitungkan dalam 10 bahan pokok.Tingginya

harga minyak goreng dapat dapat mempengaruhi tingkat inflasi. Komoditi ini

merupakan yang cukup tangguh menghadapi situsi iklim (Naibaho,1996).

2.3.1 Pengangkutan TBS ke Pabrik

TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah

panen harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah, akan mengalami

kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi

kerusakan buah selama pengangkutan. Alat angkut yang dapat digunakan dari

kebun ke pabrik, diantaranya lori, traktor gandengan, atau truk. Pengangkutan

dengan lori dianggap lebih baik disbanding dengan alat angkutan lain.Guncangan

selama perjalanan lebih banyak terjadi jika menggunakan truk atau traktor

gandengan sehingga pelukaan pada buah lebih banyak. Setelah TBS sampai di

pabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan penting dilakukan terutama

untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran

upah pekerja, dan perhitungan rendemen minyak sawit (Fauzi,2002).

2.3.2 Perebusan Tandan Buah Kelapa Sawit (TBS)

TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus didalam sterilizer atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas

selama 1 jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya tekanan uap

(25)

menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya perebusan dalam

waku yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok

dari tandannya (Fauzi,2002).

Sebelum proses ekstraksi minyak dilakukan, pertama-tama buah direbus dalam

ketel rebusan dengan tujuan :

a. Menghentikan aktivitas enzim

Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidasi yang tetap bekerja dengan buah sebelum enzim dihentikan dengan pelaksanaan tertentu. Enzim dapat

dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan

pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Aktivitas enzim semakin tinggi

apabila buah mengalami kememeran (luka). Untuk mengurangi aktivitas enzim

sampai di PKS diusahakan agar kememeran buah dalam persentase yang relative

kecil. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 500C. oleh sebab itu

perebusan pada suhu 1200C akan menghentikan kegiatan enzim.

b. Melepaskan buah dari tandan dan inti cangkang

Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah proses

ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit, buah perlu dilepaskan dari tandan

dengan perebusan.

c. Menurunkan kadar air

Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan baik pada saat perebusan. Penurunan kadar air buah

menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga kosong

(26)

d. Melepaskan serat dan biji

Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan

serat dan biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji.

e. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang

Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air hingga 15% akan

menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang

lengkang dari cangkang. Hal ini akan membantu proses fermentasi di dalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik (Naibaho,1996). 2.3.3 Pelepasan buah

TBS yang telah direbus dimasukkan kedalam mesin pelepas buah

(Thresser).Thresserberfungsi untuk memisahkan berondolan dari janjangannya dengan cara mengangkat dan membantingkan serta mendorong janjang kosong ke

empaty bunch conveyor. Tandan akan terpental ke luar dan buah akan keluar dari mesin melalui kisi-kisi, kemudian masuk ke bottom fruit conveyor. Dari bottom fruit conveyor masuk ke fruit conveyor, jatuh ke top fruit conveyor dan selanjutnya ke distributor fruit conveyor untuk dibagikan ke digester.

2.3.4 Pelumatan

Buah yang masuk kedalam digester, diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian

besar daging buah sudah terlepas dari biji. Proses pengadukan dan pelumatan

buah dapat berlangsung dengan baik bila isi digester selalu dipertahankan penuh.

Minyak bebas dibiarkan keluar secara kontinu melalui lubang digester

terhambatnya pengeluaran minyak menyebabkan minyak berfungsi sebagai

(27)

Suhu masa digester harus selalu dipertahankan pada suhu 90-950C

(perdamean,M.2008).

2.3.5 Pengeluaran Minyak

Pengempaan bertujuan untuk mengambil minyak dari buah secara bertahap

dengan bantuan pisau pelempar dari ketel adukan. Alat yang digunakan dalam

proses ini disebut screw press, yakni alat penekan berputar berlawanan arah. Massa buah akan tertekan ke ujung screw dan minyak akan keluar melalui dinding silinder yang berlubang. Minyak yang dihasilkan ditampung di sebuah talang

(crude oil tank) melalui saringan getar (vibrating screen) dan dipompakan ke stasiun pemurnian (klarifikasi).Biji dan serabut yang berbentuk gumpalan diteruskan ke cake breaker conveyor dan dipisahkan di pericarper.Bijidikirim ke tempat penampungan biji (nut silo), sedangkan serabut (fibre) dikirm ke ketel uap sebagai bahan bakar.

2.3.6 Pemurnian Minyak (klarifikasi)

Stasiun pemurnian yaitu stasiun pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang

bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran

seperti padatan, lumpur dan air.

1. Tujuan Pemurnian

Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari

kotoran, baik yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun air. Tujuan dari pembersih/pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan

kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak

(28)

2. Tahap-tahap pemurnian

Adapun tahap-tahap pemurnian minyak untuk mendapatkan minyak yang

berkualitas dan memenuhi standard haruslah melewati beberapa alat pendukung

yaitu:

2.1 Tangki pemisahan pasir (sand trap tank)

Sand trap berfungsi untuk menangkap pasir. Adanya pasir mempengaruhi proses di sludge separator, karena dapat merusak nozzle dan piringan (disk). Di dalam sand trap terdapat sekat/baffle yang fungsinya untuk mengarahkan aliran minyak kasar ke dasar tangki sehingga memungkinkan pasir yang terdapat pada minyak

kasar mengendap. Pengendapan padatan lebih baik jika pembersihan dasar tangki

dilakukan secara terjadwal. Hal ini jarang dilakukan karena sludge yang berada di

dasar tangki mengandung minyak yang tinggi oleh sebab itu disarankan agar sand trap dilengkapi dengan tangki pengencer untuk mengutip minyak yang terdapat dalam sludge.Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu minyak kasar 95-1150C. pembuangan pasir secara rutin setiap 4 jam dan hindarkan minyak

jangn sampai terbawa.

2.2 Saringan Bergetar (vibrating screen)

Untuk memisahkan serat-serat halus dan kotoran kasar yang terikut dengan

minyak dilakukan dengan penyaringan pada ayakan/saringan getar. Benda-benda

padat berupa ampas yang disaring pada saringan ini dikembalikan ketimba buah

untuk diproses kembali. Cairan minyak yang ditampung dalam tangki kasar.

(29)

2.3 Tangki/pompa Minyak Kasar (oil crude tank/pump)

Tangki minyak kasar adalah tangki penampung minyak kasar yang telah disaring

untuk kemudian dipompakan kedalam tangki pisah (continues clarifier tank) dengan pompa minyak kasar. Crude Oil Tank (COT)berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang tidak larut dalam saringan bergetar. Karena

tangki ini ukurannya kecil 10 m3 dengan massa tunggu 30-45 menit untuk PKS 30

ton/jam, dimana COT ini berfungsi untuk mengendapkan pasir atau lumpur

partikel besar, sedangkan untuk memisahkan partikel halus kurang berhasil.

Fungsi utamanya Oil Tank adalah menampung minyak dari ayakan sebelum dipompakan pada voorcheider atau Oil Settling Tank, yang ditempatkan tepat dibawah ayakan getar, sehingga minyak dari ayakan getar langsung di tampung.

Pemisahan minyak lebih sempurna jika panas minyak dipertahankan 800C, Oleh

sebab itu dalam COT dipasang alat pipa coilpemanas. Pemanasan dilakukan dengan closed steam dan open steam (Naibaho,1996).

2.4 Tangki Pemisah (Continous Settling Tank)

Minyak yang berada dalam tangki ini masih bercampur dengan lumpur, air dan

kotoran lainnya (sludge). Continous settling tank berfungsi untuk memisahkan sludge dari minyak dengan memanfaatkan prinsip perbedaan berat jenis (minyak berada dibagian atas). Minyak bersih akan dialirkan ke Top Oil Tank sedangkan sludge akan dialirkan ke sludge tank. Pemisahan sludge berjalan dengan baik yaitu pada bak pertama cairan memisah menjadi dua fase yaitu fase ringan dan

fase berat mengalir dari bak yang satu ke bak yang lainnya melalui dasar tangki

(30)

Minyak yang terdapat dibagian atas dikutip dengan menggunakantalang pengutip

atau skimmerdan kemudian dikumpulkan dan dialirkan ke Oil Tank massa tunggu dari cairan CST dipengaruhi oleh ukuran CST dan jumlah cairan minyak yang

ditampung dalam CST (Naibaho,1996).

2.5 Oil Tank

Oil Tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran dan sebagai bak penampungan sebelum minyak masuk ke Oil Purifier. Dimana alat OT dilengkapi dengan pipa coil pemanas, yang digunakan untuk menaikkan suhu minyak hingga 900C. Tujuan pemanasan minyak adalah untuk mempermudah pemisahan minyak

dengan air dan kotoran ringan dengan cara pengendapan yaitu zat yang memiliki

berat jenis yang lebih berat dari minyak akan mengendap pada dasar tangki. Suhu

minyak dalam oil tank sengat berpengaruh pada pelakuan selanjutnya, karena tidak terjadi lagi pemanasan, sehingga dianggap suhu pada oil tank adalah sumber

panas untuk pengolahan lanjutan seperti Oil purifier dan vacuum dryer. Temperatur pada oil tank mencapai 90-950C sehingga air menguap. Karena minyak masih mengandung air dan kotoran, maka perlu diolah lagi sampai kadar

air dan kotorannya sekecil mungkin (Naibaho,1996).

2.6 Oil purifier

Proses ini merupakan proses pembesihan lanjutan berdasarkan perbedaan berat

jenis dan gaya-gaya sentrifugal. Dengan gerakan 75000 putaran permenit, kotoran dan air yang berat jenisnya lebih berat daripada minyak akan berada dibagian luar.

(31)

vacuum dryer untuk dikeringkan, sedangkan kotoran dialirkan ke parit yang kemudian dikumpulkan di fat fit (Sunarko,2007).

2.7 Vacuum Dryer

Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air, maka perlu dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standar. Alat ini terdiri dari

tabung yang berdiri tegak yang dihubungkan dengan steam injector untuk menurunkan tekanan dalam minyak, pengisian minyak kedalam alat ini tidak

dapat dilakukan dengan bantuan pompa akan tetapi masuknya minyak didasarkan

ada kevakuman alat pengering. Oleh sebab itu pengaturan pemasukan minyak dan

tekanan uap memerlukan perhatian yang serius dalam pengaturan kapasitas dan

mutu minyak produksi.Pemisahan air (bahan yang sudah menguap) dari minyak

dalam alat vacuum dryer dipengaruhi oleh :

Suhu minyak ; pemisahan air atau bahan mudah menguap semakin efektif bila

suhu minyak semakin tinggi. Pemanasan dalam vacuum dryer tidak terjadi,

sehingga yang menentukan suhu minyak adalah suhu perlakuan pada oil purifier.

Kehampaan udara ; bahan lebih mudah menguap apabila dalam keadaan hampa

udara. Kehampaan udara tergantung dari kemampuan steam injector atau pompa vacuum. Juga dipengaruhi dari debit minyak masuk.

Interaksi suhu minyak dan kehampaan ; hal ini berikteraksi penting terhadap

pengurangan kadar air atau bahan mudah menguap. Vacum dryer dianggap bekerja baik bila suhu diatas 700C dengan tekanan dibawah 50 Torr.

Pengaturan kapasitas alat ; semakin tinggi kapasitas alat yang sama maka

penguapan air semakain lambat dan menghasilkan minyak bermutu jelek

(32)

Melalui Nozzle minyak disemburkan ke dalam bejana sehingga penguapan air menjadi lebih sempurna (perdamean,M.2008).Di vacuum dryer sendiri minyak diuapkan dengan sistem pengabutan minyak. Minyak yang sudah bebas air

dipompakan ke tangki penimbunan melalui flow meter (Sunarko,2007). 2.8 Penimbunan Minyak Produksi

Minyak yang berkumpul didasarkan akan disalurkan ke pompa dilantai bawah,

selanjutnya dipompakan ke tangki timbun. Suhu penyimpanan hendaknya

40-500C.

2.9 Fat pit

Fat pit merupakan bak penampung sludge, tumpahan minyak dan air cucian PKS. Bak fat pit pada awalnya bukan merupakan alat pengolah, tapi belakangan ini setelah dilihat banyak terjadi ketidakseimbangan antar unit pengolah yang

menyebabkan banyak minyak tumpah yang tidak dapat dikutipdalam unit

pengolah, maka dimasukkan sebagai alat pengolah. Pada bak fat pit harus disediakan pipa pemanas sehingga mudah terjadi proses pemisahan minyak.

2.4 Kadar Air

Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena

proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta

penimbunan. Air yang terdapat didalam minyak dapat ditentukan dengan cara

penguapan dalam alat pengering. Kadar air yang tergantungdalam minyak kelapa

sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah yang

(33)

panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna untuk mendapatkan produk yang

mutunya tinggi.Minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air yang sangat kecil

(<0.15 %) akan memeberikan kerugian mutu minyak, dimana pada tingkat kadar

air yang demikian kecil akan memudahkan terjadinya proses oksidasi dari minyak

itu sendiri.proses oksidasi dapat terjadi dengan adanya oksigen di udara baik pada

suhu kamar dan selama proses pengolahan pada suhu tinggi yang akan

menyebabkan minyak mempunyai rasa dan bau tidak enak (ketengikan) akibatnya

mutu minyak menjadi turun.Jika kadar air dalam minyak sawit (>0.15%) maka

akan mengakibatkan hidrolisa minyak, dimana hidrolisa minyak sawit ini akan

menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan rasa dan bau

tengik pada minyak tersebut. Untuk mendapatkna kadar air yang sesuai dengan

yang diinginkan, maka harus dilakukan pengawasan intensif pada proses

pengolahan dan penimbunan. Hal ini bertujuan untuk menghambat atau menekan

terjadinya hidrolisa dan oksidasi minyak (Gunawan,2004).

2.5 Pengaruh Kadar Air terhadap Mutu Minyak Sawit

Untuk mencegah proses hidrolisa, perlu dilakukan pengeringan pada

kondisi fisik hampa sehingga crude palm oil (CPO) tersebut mengandung kadar zat menguap kadar air sebesar 0.1%.

Pengaruh dari kelebihan kadar air yang terdapat pada minyak sawit mentah adalah

sebagai berikut :

1. Karena dengan tingginya kadar air pada CPO secara otomatis akan

(34)

merah akan semakin meningkat/semakin besar sehingga demikian kualitas CPO

semakin menurun.

2. Karena dengan semakin besarnya kadar air yang terkandung dalam CPO

secara otomatis kadar asam lemak bebas akan semakin besar pula dan hal ini akan

mengakibatkan turunya mutu dari CPO.Dengan menaiknya kadar air pada CPO

maka akan mengakibatkan terganggunya pemucatan CPO. Dengan terganggunya

proses pemucatan pada CPO maka secara otomatis akan mempengaruhi kualitas

dari produksi dan akan mengganggu kesinambungan proses (Ritonga,1999).

2.6 Standar Mutu

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan

minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menetukan kadar mutu,

yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas,

warna dan bilangan peroksida (Ketaren,2008).Kualitas minyak kelapa sawit

ditentukan oleh kadar Asam Lemak Bebas (ALB), kandungan air, dan mudah

tidaknya minyak tersebut di jernihkan. Minyak kelapa sawit yang baik adalah

yang memiliki kadar ALB, air, dan bahan-bahan kotoran lainnya sangat rendah.

Arnott (1963) mengkategorikan kandungan-kandungan bahan yang dapat merusak

(35)

Tabel 2.6.1 Kandungan bahan-bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit

(Sunarko,2007)

Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri

pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian,

kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan,

rendahnya mutu minyak dalam sawit harus ditentukan oleh banyak faktor.Faktor

yang secara langsung berkaitan dengan mutu minyak sawit seperti dalam table

2.6.2

Tabel 2.6.2 Standar Mutu Minyak Sawit

(Fauzi,2002)

2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit

Rendahnya mutu minyak sangat ditentukan oleh banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pascapanen,

atau kesalahan selama proses pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut ini Bahan

Karakteristik Minyak Sawit (%) Keterangan

Asam Lemak Bebas 5 Maksimal

Kadar kotoran 0.02 Maksimal

Kadar air 0.17 Maksimal

Bilangan Iodin 51 Maksimal

(36)

akandikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan

mutu minyak sawit dan sekaligus cara pencegahannya, serta standar mutu minyak

sawit yang dikehendaki pasar.

2.7.1 Asam Lemak Bebas (free fatty acid)

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit

sangat merugikan.Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen

minyak turun. Untuk itulah dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak

bebas dalam minyak sawit.Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan

dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya

reaksi hidrolisa pada minyak.Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol

dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air,

keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka

semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.Beberapa faktor yang dapat

menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit

antara lain :

a. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu,

b. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah,

c. Penumpukan buah yang terlalu lama, dan

d. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya, maka tindakan pencegahan dan

pemucatannya lebih mudah dilakukan.Pemanenan pada waktu yang tepat

merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan

(37)

biokimia dalam buah belum sempurna) menghasilkan glyserida sehingga

mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit.sedangkan pemetikan

setelah batas tepat panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan

menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan menstimulir penguraian

enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam

buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah,

pemanenan TBS harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga

dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi.Dikaitkan dengan pencegahan

kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah dikembangkan beberapa

metode pemungutan dan pengangkutan TBS. Sistem yang dianggap cukup efektif

adalah dengan memasukkan TBS secara langsung ke dalam keranjang rebusan

buah. Dengan cara tersebut akan lebih mengefisiensikan waktu yang digunakan

untuk pembongkaran, pemuatan, maupun penumpukan buah sawit yang terlalu

lama. Dengan demikian, pembentukan ALB selam pemetikan, pengumpulan,

penimbunan, dan pengangkutan buah dapat dikurangi.Peningkatan kadar ALB

juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi

penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu

tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu

dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat

mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab

air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah

menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak

(38)

sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan internasional untuk ALB

ditetapkan sebesar 5%.

2.7.2 Kadar zat menguap dan kotoran

Bagi Negara konsumen terutama Negara yang telah maju, selalu menginginkan

minyak sawit yang benar-benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan

sebab minyak sawit tidak hanya digunakan sebagai bahan baku dalam industri

nonpangan saja, tetapi banyak industri pangan yang membutuhkannya. Lagi pula,

tidak semua pabrik minyak kelapa sawit mempunyai teknologi dan instalasi yang

lengkap, terutama yang berkaitan dengan proses penyaringan minyak sawit. Pada

umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses

pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.Dengan

proses diatas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bias disaring. Akan

tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bias disaring,

hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan

minyak sawit. Padahal, alat sentrifuagasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip

kerja yang berdasarkan perbedaan berat jenis. Walaupun bahan baku minyak sawit

selalu dibersihkan sebelum digunakan pada industri-industri yang bersangkutan,

namun banyak yang beranggapan dan menuntut bahwa kebersihan serta

kemurnian minyak sawit merupakan tanggung jawab sepenuhnya pihak produsen.

Meskipun kadar ALB dalam minyak sawit kecil, tetapi hal itu belum menjamin

mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara

membuang kotoran dan zat menguap. Hal ini dilakukan dengan peralatan

pemurnian modern.Dari hasil pengempaan, minyak sawit kasar dipompa dan

(39)

minyak sawit kasar telah dapat dijernihkan dan menghasilkan sekitar 80 %

minyak jernih.Hasil endapan berupa minyak kasar kotor yang dikeluarkan dari

tangki pemisah bersama air panas yang bersuhu 900C dengan perbandingan 1:1,

diolah pada sludge centrifuge.Sedangkan minyak yang jernih diolah pada purifier centrifuge. Hasil pengolahan didapat minyak sawit bersih dengan kadar zat menguap sebesar 0.3% dan kadar kotoran hanya sebesar 0.0005%. dalam kondisi

diatas, minyak sawit sudah dianggap mempunyai daya tahan yang mantap. Akan

tetapi, untuk lebih meyakinkan dan mencegah terjadinya proses hidrolisa, perlu

dilakukan pengeringan pada kondisi fisik hampa sehingga minyak sawit tersebut

hanya mengandung kadar zat menguap sebesar 0.1%.

2.7.3 Kadar Logam

Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain

besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari

alat-alat pengolahan yang digunakan. Tindakan preventif pertama yang harus

dilakukan untuk menghindari terikutnya kotoran yang berasal dari pengelupasan

alat-alat dari stainless steel.Mutu dan kualitas minyak yang mengandung logam-logam tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-logam-logam-logam itu dapat

menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit.Reaksi ini

dapat diminitor dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin

gelap dan akhirnya menyebabkan ketengikan.Di dalam minyak sawit itu sendiri

sebenarnya sudah terkandung senyawa alami yang dapat menangkal terjadinya

(40)

dalam minyak sawit berkadar cukup besar, maka tokoferol sudah tidak mampu

menahannya.

Pengurangan unsur-unsur logam yang terikut dalam minyak sawit sangat

menentukan peningkatan mutu minyak sawit. Beberapa jalan yang dapat

dilakukan antara lain :

a. Hydraulic press diganti dengan screw press, sebab cages dan screen terbuat dari stainless steel.

b. Alat digester dibuat dari stainless steel juga.

c. Tangki transport dilapisi dengan epoxy (pompa dari material yang dilapisi nikel), dan jika memungkinkan gunakan pipa-pipa yang tidak berkarat sebanyak

mungkin dihindari penggunaan sambungan-sambungan pipa dari kuningan.

d. Bajana hampa untuk pengeringan (vacuum dryers) dan alat pendingin minyak sawit (palmoil coolers) diusahakan terbuat dari stainless steel.

e. Tangki timbun dilapisi dengan epoxy.

f. Kadar ALB dikurangi.

Semua alat diusahakan terbuat dari stainless steel sebab reaksi antara asam lemak

yang terkandung dalam minyak sawit dengan logam akan membentuk senyawa

pro-oksidan yang membuat terjadinya reaksi oksidasi. Logam ini semakin banyak

terbentuk jika kadar ALB dalam minyak sawit juga semakin tinggi. Untuk itulah,

tangki timbun dan tangki kapal dalam pengangkutan sebaiknya dilapisi dengan

bahan epoxy untuk menghindari sentuhan secara langsung dengan logam. Sabagi

standar mutu internasional ditetapkan untuk kadar logam besi maksimal 10 ppm

(41)

2.7.4 Angka Oksidasi

Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan

mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap).

Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi

menurun.Konsumen atau pabrik yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan

baku dapat menilai mutu dan kualitasnya dengan melihat angka oksidasi. Dari

angka ini dapat diperkirakan sampai sejauh mana proses oksidasi berlangsung

sehingga dapat pula dinilai kemampuan minyak sawit untuk menghasilkan barang

jadi yang memiliki daya tahan dan daya simapan yang lama. Angka oksidasi

dihitung berdasarkan angka peroksida.Sebagai standar umum dipakai angka 10

meq (milligram equivalent), tetapi ada yang memakai standar lebih ketat lagi yaitu 6 meq.Di atas angka tersebut mutu barang jadi yang dihasilkan dapat dipastikan

kurang baik.

2.7.5 Pemucatan

Minyak sawit mempunyai warna kuning oranye seehingga jika digunakan sebagai

bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini

dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan

sesuai dengan kebutuhan.Keintesifan pemucatan minyak sawit sangat ditentukan

oleh kualitas minyak sawit yang bersangkutan.Semakin jelek mutunya, maka

biaya pemucatan juga semakin besar. Dengan demikian, minyak sawit yang

bermutu baik akan mengurangi biaya pemucatan pada pabrik

konsumen.Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat

lovibond dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucat yang dibutuhkan, biaya,

(42)

pada warna merah 3.5 dan warna kuning 35.Dalam menghadapi Negara produsen

minyak sawit terbesar dunia, yang tak lain adalah Negara tetangga kita Malaysia,

maka perlu diupayakan agar mutu dan kualitas minyak sawit Indonesia selalu

dapat terjaga. Dengan mutu yang terjamin baik, diharapkan Indonesia tidak perlu

merasa cemas kehilangan pasaran dimana pun.Standar mutu untuk pemasaran

minyak sawit, minyak inti sawit, dan inti sawit secara lebih terinci tersaji dalam

Tabel 2.11.1

Tabel 2.11.1 Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti SawitDanIntiSawit

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 1989

(43)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-alat yang digunakan

- Gelas Erlenmeyer 250 ml Pyrex

- Digital burette 50 ml Titrex 2000

- Gelas ukur 50 ml Pyrex

- Analitik balance Sortarius

- Top pan balance Precisa

- Oven Memmert

- Cawan petridish

- Desikator

- Statif dan klem

- Corong Pisah

3.2 Bahan-bahan yang digunakan

- CPO (Crude Palm Oil) yang keluar dari unit vacuum drier - NaOH 0.1073 N

(44)

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas PT Socfin Indonesia Perkebunan

Tanah Gambus.

1. Ditimbang CPO berkisar 2-3 gram ke dalam Erlenmeyer yang telah ditentukan

beratkosongnya dan dicatat massanya.

2. Ditambahkan 50 ml Alkohol Netral ke dalam Erlenmeyer.

3. Dititrasi dengan NaOH 0.1073 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning

menjadi merah lembayung.

4. Dicatat volume NaOH 0.1073 N yang terpakai.

5. Dihitung kadar asam lemak bebas CPO.

3.3.1 Penentuan Kadar Air PT Socfin Indonesia Perkebunan Tanah Gambus.

1. Ditimbang CPO lebih kurang 10 gram ke dalam cawan petridish yang sudah

ditentukan berat kosongnya dan dicatat massanya.

2. Dipanaskan dalam oven pada suhu 1300C selama 60 menit.

3. Didinginkan di dalam desikator selama 15-20 menit.

4. Ditimbang kembali cawan petridish yang berisi CPO dan dicatat massanya.

(45)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari hasil analisa yang dilakukan di laboratorium Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di

PT Socfin Indonesia Perkebunan Tanah Gambus, maka diperoleh data-data dalam

analisa kadar ALB dan kadar air pada CPO. Data tersebut diambil dari sampel

pada vacuum drier sehingga diperoleh data-data sebagai berikut : Tabel 4.1.1 : Kadar Asam Lemak Bebas Minyak

No Tanggal

7 16 Februari 2014 Pabrik Tidak Beroperasi

8 17 Februari 2014 2,4 0,1073 1,99 2,28

9 18 Februari 2014 2,3 0,1073 1,77 2,11

10 19 Februari 2014 2,2 0,1073 1,67 2,08

(46)

Tabel 4.1.2 : Kadar Air Minyak 7 16 Februari 2014 Pabrik Tidak Beroperasi

(47)

4.2 Perhitungan

4.2.1 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak

Diambil dari data pada hari kamis 20 Februari 2014 pada unit vacuum drier untuk analisa kadar ALB minyak.

Contoh perhitungan kadar asam lemak bebas dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Kadar ALB = ������ �������� �������� ×���������� ���� × 25.6

����� ��� × 100%

Misalnya

Dik : Normalitas NaOH = 0.1073 N

Volume NaOH yang terpakai = 1.89 ml

Berat CPO = 2.8 g

Maka ;

Kadar ALB = 1.89 × 0.1073 × 25.6

2.8 × 100%

(48)

4.2.2 Penentuan Kadar Air Minyak

Diambil data pada hari kamis 20 Februari 2014 pada unit vacuum drier untuk analisa kadar air minyak.

Contoh perhitungan kadar air dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kadar air = ����� ���������� ������ –����� ��������� ℎ������

����� ��� × 100%

Misalnya

Dik : Berat CPO = 10.9485 g

Berat CPO sebelum dioven = 67.9110 g

Berat CPO setelah dioven = 67.8990 g

Maka ;

Kadar air = 67.9110 − 67.8990

10.9485 × 100%

(49)

4.3 Pembahasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam lemak bebas adalah

pemanenan buah yang tepat waktu, pengumpulan dan pengangkutan buah, proses

hidrolisa, derajat kematangan, dan perlakuan tandan antara saat panen sampai

pada saat pengolahan di pabrik. Kualitas CPO sangat dipengaruhi oleh kadar asam

lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran. Dimana kadar air ini sendiri dapat

diminimalkan dengan cara melakukan perlakuan yang baik terhadap alat-alat

proses yang berhubungan langsung dengan pengolahan. Untuk memperoleh kadar

air yang optimal harus diperhatikan kondisi vacuum drier dan oil tank, demikian juga suhu yang diharapkan berkisar 90-950C pada unit vacuum drier dan 100-1200C pada oil tank serta pengawasan yang intensif pada proses pengolahan dan penimbunan minyak untuk menghambat terjadinya hidrolisa dan oksidasi

minyak.Vacuum drier merupakan unit yang berfungsi untuk menurunkan kadar air minyak. Pengeringan minyak dipergunakan untuk memisahkan air dan minyak

dengan cara penguapan hampa. Minyak terhisap hampa kedalam tabung melalui

pemercik, akibat adanya hampa udara dan terpencar kedalam tabung hampa.Dari

data laboratorium dapat dilihat kadar asam lemak bebas dan kadar air pada saat

melalui unit vacuum drier. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan mutu CPO yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh pabrik

dan sesuai dengan standar mutu pemerintahan. Ini berarti bahwa unit vacuum drier telah bekerja secara efisien sesuai dengan fungsinya yakni menurunkan kadar air sehingga menghasilkan CPO dengan kadar air dan kadar asam lemak

(50)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kadar asam lemak bebas yang diperoleh pada unit vacuum drier sebesar 1.81-2.28%. Kadar asam lemak bebas yang diperoleh sudah memenuhi standar

yang ditentukan oleh pabrik yaitu maksimum 2.3%.

2. Kadar air yang diperoleh pada unit vacuum drier sebesar 0.11-0.14%. Kadar air yang diperoleh sudah memenuhi standar yang ditentukan oleh pabrik yaitu

maksimum 0.15%.

3. Berdasarkan data yang diperoleh, penggunaan unit vacuum drier telah sesuai dengan yang diharapkan yaitu dapat mengurangi kadar air dalam minyak

dan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas yang rendah sehingga

(51)

5.2Saran

1. Untuk memperoleh mutu CPO yang berkualitas, diharapkan agar

memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan mutu CPO yang

dihasilkan dan perlu adanya pengawasan mulai dari penanaman buah sampai

kepada proses pengolahan sehingga minyak sawit yang dihasilkan dapat bersaing

dipasar dengan harga komoditi yang baik.

2. Diharapkan melakukan pengawasan yang intensif pada proses pengolahan

minyak sawit terutama pada pengendalian kadar air dalam minyak sawit seperti

unit vacuum drier. Sehingga mempermudah unit vacuum drier untuk mengurangi kadar air pada CPO agar hidrolisa minyak dapat ditekan sekecil mungkin sehingga

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan,E. 2004. PengantarProses PengolahanKelapaSawit. Medan: Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Ketaren,S. 2008. MinyakdanLemakPangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Naibaho,P.M. 1996. TekhnologiPengolahanKelapaSawit. Medan: Pusat PenelitianKelapaSawit.

Pahan,I. 2007. PanduanLengkapKelapaSawit; Manajemen Agribisnis Dari HuluhinggaHilir. Cetakan Kedua. Jakarta: Penebar Swadaya.

Perdamean,M. 2008. PanduanLengkapPengolahanKebunKelapaSawitDan PabrikKelapaSawit. Cetakan Pertama. Jakarta: Agromedia Pustaka. Ritonga,M.Y. 1999. PengaruhKadar Air DalamMinyakTerhadap

Proses Pemucatan. Medan: USU-Press.

Sunarko. 2009. Budi Daya Dan PengelolaanKebunKelapaSawitdengan System Kemitraan. Cetakan Pertama.Jakarta: Agromedia Pustaka.

Tim Penulis PS. 1997. Kelapa sawit; Usaha Budidaya, PemanfaatanHasil, DanAspekPemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Gambar

Tabel 2.6.1 Kandungan bahan-bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit
Tabel 2.11.1 Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti SawitDanIntiSawit
Tabel  4.1.1 : Kadar Asam Lemak Bebas Minyak
Tabel  4.1.2 : Kadar Air Minyak

Referensi

Dokumen terkait

Mopoli Raya Aceh Tamiang telah memenuhi standar mutu minyak kelapa sawit, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan dan standar mutu ekspor Indonesia, yaitu maksimum

Pengaruh fraksi buah ( kematangan panen ) kelapa sawit terhadap kadar asam lemak bebas ( ALB ) dalam CPO ( Crude Palm Oil ) di PTPN III Rambutan Tebing Tinggi dengan pemeriksaan

Paduan Lengkap Kelapa Sawit Management Agribisnis dari Huli Hingga Hilir.. Jakarta:

Telah dilakukan analisa penentuan kadar minyak dan kadar asam lemak bebas (ALB) dari inti sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).. Analisa kadar minyak dilakukan

Studi Metode Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Merah (Red Palm Oil) dari Crude Palm Oil. Jurnal Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Kerja enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan.Salah satu faktor utama kenaikan ALB adalah lamanya penimbunan buah di pabrik

Untuk lebih meningkatkan hasil dan mutu dari minyak kelapa sawit, maka perlu diperhatikan dan ditingkatkan pengendalian mutu dan pengawasan terhadap produksi dan parameter –

Pompa Loading Site Fungsi : memompakan minyak dari oil storage tank ke truk pengiriman Spesifikasi dari pompa loading site adalah sebagai berikut: Jumlah : 2 unit Merk : WARMAN Tipe :