• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. ANALISIS DAN HASIL ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "3. ANALISIS DAN HASIL ANALISIS DATA"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)3. ANALISIS DAN HASIL ANALISIS DATA. 3.1. Analisis Komparatif/Perbandingan antara Data Lapangan dengan Data Literatur Berdasarkan Unsur-Unsur Rancang Bangun Desain Interior 3.1.1. Analisis Ruang 3.1.1.1. Pembagian Zona, Ruang-Ruang yang Tersedia, dan Besaran Ruang. Gb.3.1. Pembagian Zona Gereja Katolik Tritunggal Mahakudus Tuka.

(2) Perbandingan mengenai zona jaba sebagai berikut:. Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Zona jaba merupakan peralihan dari luar ke Tidak mengenal pembagian zona dalam upa- Zona jaba merupakan peralihan dari area dalam gereja. Zona jaba juga dapat berfung- cara peribadatan. Ibadat dilaksanakan dalam yang profan ke yang sakral. Di zona jaba ini si sebagai perluasan ruang umat apabila ka- badan gereja di mana panti imara dan ruang suasana masih cenderung sibuk dan keduniapasitas ruang utnat tidak memadai (pada pe- umat merupakan kesatuan.. wian sebagai persiapan untuk masuk ke zona. rayaan besar seperti pesta Tritunggal Maha- Terdapat ruang-ruang peralihan sebelum me- selanjutnya (untuk melaksanakan upacara kudus atau perayaan Minggu Palma).. masuki ruang umat, yaitu atrium dan nar- peribadatan), misalnya pertunjukan tari-tarithex (lihat lampiran 3 hal. 220).. an dan upacara tabuh rah.. Pada zona jaba terdapat area parkir, toilet Area-area tersebut tidak ditentukan pele- Pada zona jaba terdapat bangunan-bangunpengunjung, bale/pos jaga, papan pengu- takan zonanya, yang diutamakan adalah ak- an: candi bentar, bale pegat, bale kulkul, muman, dan tembusan dengan pastoran Tu- ses yang jelas dan lancar sebingga setiap bale palegongan, bale pagambuhan, pangka. Berikut ini akan dibahas satu per satu:. area dapat berfungsi dengan baik.. gungan, dan bale wantilan (akan dibahas secara kontekstual).. Halaman : ± 24,00 x 11,00 m2. Luasan area parkir ditentukan satu mobil un- Area parkir berada di luar kompleks pura.. Fungsinya sebagai tempat parkir (terbatas). tuk setiap lima orang di ruang umat (de.

(3) serta sebagai jalan/akses menuju area pas-. Chiara dan Callender, 1990: 642). Lintasan. toran Tuka dan halaman pastoran Tuka.. menuju area parkir seyogyanya melewati. Umat paroki Tuka pada akhir tahun 2002 entrance terlindung ke dalam gedung setercatat 1229 orang (530 orang di antaranya hingga pengunjung yang turun-naik kendaadalah warga banjar Tuka). Dengan asumsi raan tidak kehujanan/kepanasan (de Chiara bahwa warga banjar tidak perlu mengguna- dan Callender, 1990:643). kan mobil untuk pergi ke gereja TMK, umat yang datang dengan mobil dari luar banjar Tuka adalah maksimal 700 orang. Setiap hari Minggu diadakan dua kali Misa, maka jumlah maksimal mobil umat setiap kali Misa adalah 70 mobil. Jumlah ini tidak dapat ditampung oleh area parkir gereja TMK, namun dapat dialihkan ke area-area parkir di luar gereja, yaitu di lapangan parkir sebelah barat bangunan gereja (berseberangan jalan), lapangan parkir seminari Tuka, ataupun lapangan SD St. Thomas Aquinas; yang jaraknya maksimal 300 m dari gereja TMK..

(4)

(5)

(6) Perbandingan mengenai zona madia sebagai berikut:. Gereja Katolik. Gereja TMK. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Zona madia merupakan tempat umat meng-. Tidak mengenal pembagian zona dalam upa- Zona madia merupakan area persiapan dan. ikuti ibadat serta merupakan tempat berlang-. cara peribadatan. Hal ini sesuai dengan prin- pengiring upacara pada pura. Pada zona ini. sungnya berbagai kegiatan umat yang berhu- sip kesatuan ruang liturgi (Martasudjita, suasana mulai tenang dan umat Hindu Bali bungan dengan penyelenggaraan gereja (se-. 1998: 56).. siap melaksanakan ibadat.. perti rapat atau pesta). Pada zona madia terdapat ruang umat, taman Area terluas dalam sebuah gereja Katolik Pada zona madia terdapat bangunan-bangundalam gereja, ruang gamelan, Goa St. Maria, umumnya adalah ruang umat (nave), tempat an: kori agung, bale gong, dan pawaregan dan Goa St. Yosef. Berikut ini akan dibahas umat mengikuti Misa.. suci (akan dibahas secara kontekstual).. satu per satu: Ruang umat: ± 370 m2. Menurut Sleeper (1955: 296), jika kapasitas Pada saat upacara ibadat Hindu Bali, umat. Ruang umat yang berbentuk bale wantilan ruang umat:. mengambil tempat sendiri-sendiri di peka-. ini merupakan tempat umat mengikuti Misa. - <200 orang, maka ditentukan space 0,8-0,9 rangan pura, mulai dari zona utama sebagai Kadang-kadang ruang ini juga difungsikan m2/org.. tempat penyelenggaraan upacara sampai pa-. sebagai ruang serbaguna untuk rapat, diskusi - 200-400 orang, maka ditentukan space 0,7- da zona jaba. Umat mengikuti upacara deumat, dan lain-lain.. 0,8 m2/org.. ngan posisi tubuh bersimpuh atau bersila di.

(7)

(8) jadi terpisah dengan ruang umat). Ruang gamelan : ± 9,00 x 5,10 m2. Pada umumnya tidak tersedia ruang khusus Bale gong yang terdapat pada zona madia. Ruang ini berfungsi untuk menyimpan sepe- untuk peralatan musik, namun dapat disedia- pura (ada pula yang ditempatkan pada zona rangkat gamelan Bali (gambelan) yang dimi- kan apabila dianggap perlu oleh gereja yang jaba) pada umumnya hanya digunakan sebaliki oleh gereja TMK Tuka dan untuk berla- bersangkutan.. gai tempat pertunjukan gamelan Bali dan ti-. tih seka gong (perkumpulan seniman/pemain. dak dipergunakan untuk menyimpan perang-. gambelan) TMK Tuka. Pada perayaan yang. kat gamelan. Luas bale gong ± 1 5 - 2 0 m 2. menggimakan adat Bali, perangkat gambe-. (Pudja, 1981/1982).. lan dipindahkan ke ruang umat untuk dipakai sebagai alat musik pengiring Misa. (Gambar perangkat gamelan Bali dapat dilihat pada lampiran 19 hal. 240) Goa St. Maria:. Gereja Katolik memberikan penghormatan Tidak dikenal. figur seperti. Goa ini terletak di taman dalam sebelah ba- khusus kepada St. Maria sehingga di setiap Dewa-devn/batara-batari. yang. santa/santo. ada. pada. rat gereja, atau dapat dikatakan berada di sisi gereja Katolik ada penghormatan kepada- agama Hindu Bali dianggap sebagai manibarat altar. Di dalam relung goa buatan ini nya. Tempat berdoa kepada St Maria dapat festasi dari Sang Hyang Widhi Wasa (Allah terdapat patung St. Maria dengan tinggi ± 60 berupa goa (umumnya di ruang terbuka); sendiri). Sedangkan penghormatan terhadap cm (tidak bergaya Bali). Di kaki goa tersedia dan dapat berupa altar atau meja doa yang manusia yang memiliki keutamaan -seperti tempat lilin bagi umat yang mau memasang. ditempatkan di sisi kiri altar utama dan di. Mpu Bharada (pemuka agama Hindu yang.

(9)

(10) o 00.

(11) Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Zona utama merupakan area yang disakral- Tidak mengenal pembagian zona dalam upa- Zona utama merapakan tempat penyelengkan; tempat imam dan para pembantunya cara peribadatan. Hal ini sesuai dengan prin- garaan upacara peribadatan agama Hindu mempersiapkan dan memimpin jalannya Mi- sip kesatuan ruang liturgi (Martasudjita, Bali. Suasana pada zona ini tenang, sakral, sa. Pada zona ini juga terdapat benda-benda. 1998: 56).. dan khusyuk beribadat.. yang sakral/disakralkankan. Pada zona utama terdapat ruang sakristi, ru- Ruang-ruang yang dikhususkan bagi imam Pada. zona. utama. terdapat. bangunan-. ang salib utama dan taberaakel (cegong), dan para petugas Misa adalah ruang sakristi bangunan: meru, gedong, taksu, bale agung, panti imam, ruang candi kurung barat, dan dan panti imam.. bale pepelik, bale arca, padmasana, bale. ruang candi kurung timur.. pasamuhan agung, bale kawas, bale pcrwedan, kehen, dan panggungan (akan dibahas secara kontekstual).. Ruang sakristi: ± 7,50 x 3,50 ml. Menurut Sleeper (1955: 296), ada dua ma- Tidak tersedia ruang persiapan khusus untuk. Dalam ruang ini terdapat beberapa buah le- cam sakristi, yaitu sakristi imam (untuk me- pemangkulpedanda (pemuka agama Hindu mari yang ditata melintang dari barat ke ti- nyimpan peralatan kudus dan jubah inaam) Bali) yang akan memimpin jalannya upacara mur sepanjang dinding selatan ruangan. Ru-. dan sakristi umum (untuk menyimpan pera-. ibadat..

(12)

(13)

(14) inkan pada area/ruangan cegong yang terpi-. yang diperuntukkan bagi pedanda untuk me-. sah dari panti imam maupun ruang umat.. mimpin upacara peribadatan tertentu di pura. Namun pada saat Misa berlangsung, angkul-. (Fox, 1982). Pada upacara harian, pedandal. angkul cegong dibuka sehingga tabemakel. pemangku tidak bertempat di bangunan khu-. dan salib utama dapat dikatakan menjadi sa-. sus, melainkan cukup mengambil tempat di. tu bagian dengan panti imam dan ruang. depan umat di pekarangan pura.. umat. Pada saat inilah badan gereja ber-. Pemimpin upacara ibadat Hindu Bali bersila. fungsi sepenuhnya sebagai ruang religius. menghadap ke arah persembahan/altar. Upa-. yang sakral.. cara yang besar dapat dipimpin oleh beberapa orang pedanda Siwa, pedanda Budha, dan sunguhu (pedanda dari kasta bawah).. Ruang candi kurung barat: ± 3,50 x 3,50 m2. Untuk pembaptisan tersedia ruang tersendiri Dalam agama Hindu Bali tidak ada ritual. Dalam ruang ini tersimpan dua buah gentong -disebut baptisterium- yang umumnya terle- pembaptisan. Namun agama ini bersumber air suci, kredens, dan beberapa perlengkapan tak di samping kiri narthex (dekat pintu ma- pada "agama Tirta" (religion ofholy water) gereja seperti tempat lilin paskah dan patung suk). Hal ini melambangkan bahwa sebelum sehingga air berkat (tirta pengrapuh) merualas gebogan (untuk persembahan). Ruang diterima dalam komunitas gereja, seseorang pakan bagian yang penting dalam berbagai ini bertembusan dengan pintu barat ruang sa- perlu menerima pembaptisan. Pada ruang ini ritual agama Hindu Bali. Pada pura tidak terkristi.. terdapat bejana baptis. Namun, pada saat ini. sedia tempat khusus untuk menyimpan air.

(15) u>.

(16)

(17) 115. 3.1.1.2. Organisasi Ruang. Gb.3.2. Organisasi Ruang Gereja TMK.

(18) Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Ada kontinuitas antara zonajaba, zona ma- Tidak mengenal pembagian zona. Dari orga- Ada kontinuitas antara zonajaba, zona madia, dan zona utama. Zona utama terletak nisasi ruang gereja-gereja Katolik awal (± dia, dan zona utama. Zona utama terletak pada sumbu simetri bangunan gereja TMK 300-600 M) terlihat kontinuitas dari luar ke paling jauh dari pintu masuk bangunan. Dedan paling jauh dari pintu masuk bangunan.. dalam gereja. Dari atrium, umat masuk ke ngan menggunakan sumbu kaja-kelod, zona. Ditinjau dari sumbu kaja-kelod, zona utama narthex. Dari narthex ada tembusan ke bap- utama berada pada posisi kaja dan zona jabn berada di kaja dan zonajaba berada di ke- tisterium (menuntun para calon untuk mene- berada pada posisi kelod. Sebagian besar balod. Umat yang beribadat menghadap ke rima pembaptisan). Dari narthex kemudian ngunan menghadap ke arah kehd sehingga arah kaja.. memasuki ruang umat dan di ujung depan umat yang beridabat menghadap ke arah karuang umat (bagian terdalam dari pintu ma- ja (arah yang dianggap luhur; ke arah gusuk) terdapat panti imam (lihat lampiran 3 nung tempat bersemayamnya dewa-dewa). hal. 220).. Ruang umat merupakan pusat aktivitas dan Ruang umat (nave) biasanya merupakan area Pusat aktivitas peribadatan adalah zona utamemiliki akses langsung ke area-area lain- terluas. Namun yang memiliki akses lang- ma. Akses antar zona pada kompleks pura nya.. sung ke area-area lain pada umumnya adalah Bali menggunakan pola linear, yaitu dari zonarthex yang merupakan ruang peralihan (de. najaba-zona madia-zona utamct..

(19) Chiara dan Callender, 1990: 643). Antara ruang sakristi dengan ruang candi Antara sakristi imam dan sakristi umum ha- Bangunan-bangunan dalam kompleks pura kurung barat dan ruang candi kurung timur rus terdapat hubungan langsung yang tidak merupakan bangunan-bangunan yang berdiri terdapat hubungan langsung. Dengan demi- melewati panti imam.. sendiri-sendiri dan saling berhubungan me-. kian, ruang dalam candi kurung juga dapat. lalui pekarangan pura (tidak ada pintu-pintu. dianggap sebagai perluasan dari sakristi.. tembusan antarbangunan). Bangunan dalam. Hubungan antara ruang cegong dengan ba- Pada pola arsitektur gereja Katolik Barat/ pura pada umumnya hanya memiliki satu dan gereja (panti imam dan ruang umat) me- Eropa, tabernakel dan salib utama merupa- fungsi untuk masing-masing bangunan. miliki konsep yang unik. Apabila angkul- kan suatu unsur yang penting serta menjadi angkul cegong dibuka, maka salib utama dan pusat orientasi ruang dalam, terlihat secara tabernakel yang berada dalam cegong men- langsung, dan menjadi satu bagian dengan jadi terlihat dari badan gereja dan memberi- ruang umat (Kartono, 1990). kan suasana sakral. Pada saat inilah eksistensi badan gereja TMK sebagai ruang religius benar-benar terpenuhi. Sebaliknya, apabila angkul-angkul cegong ditutup, badan gereja ini jauh berkurang kesakralannya, bahkan hampir tidak berbeda dengan sebuah ruang pertemuan yang profan karena ketidakhadir-.

(20) 00.

(21) 119. 3.1.2. Analisis Sirkulasi Pengguna 3.1.2.1. Sirkulasi Pemimpin Upacara. 1. Dari r. sakristi ke r. umat (dan sebaliknya) melalui r. candi kurung timur. 2. Imam diiringi seorang misdinar melakukan pemercikan air berkat (tirtapengrapuh). 3. Imam masuk dari zona jaba gereja TMK.. Gb.3.3. Sirkulasi Pemimpin Liturgi (Misa Kudus) Gereja TMK.

(22) Perbandingan mengenai sirkulasi. Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Imam dan para pembantunyi. masuk ke ru- Prosesi dan arah masuknya pemimpin upa- Pedanda masuk ke dalam pura (zona utama) ang umat melalui candi kurung timur, ke- cara ibadat (Misa) ke ruang umat tidak di- untuk berdoa, kemudian keluar lagi ke zona mudian menghormat ke altar dengan mem- tentukan. Sebelum mulai menaiki tangga al- jaba untuk "menyapu/membersihkan" halabungkukkan badan. Setelah itu, imam di- tar, imam dan para pembantunya menghor- man pura. Setelah itu dilakukan ritual pedampingi seorang misdinar berkeliling ke mat ke altar dengan cara membungkukkan mercikan tirta pengrapuh ke semua perseluruh penjuru ruang umat untuk memer- badan.. sembahan, bangunan dalam kompleks pura,. cikkan tirta pengrapuh (air berkat).. dan seluruh umat. Selanjutnya semua umat. Apabila imam masuk dari luar bangunan ge-. masuk ke dalam zona utama pura untuk me-. reja (misalnya dari area pastoran Tuka), ada. laksanakan peribadatan. Pedanda bersila di. sebuah angkul-angkul yang dibuat khusus. bale pawedan/bale ga/a/z/bangunan semen-. untuk imam yang sesuai dengan kewibawa-. tara menghadap ke altar persembahan.. annya. Sedangkan Kori agung diperuntukkan bagi orang terhormat seperti pemuka agama Katolik (uskup, kardinal, dan lainlain) atau pejabat negara (walikota, presiden,. o.

(23) dan lain-lain), dan jarang sekali dipergunakan pada upacara ibadat sehari-hari. Pada saat pembagian komuni, imam dan pa- Prosesi penerimaan komuni tidak ditentu- Tidak ada ritual komuni. ra pembantunya (yang berwenang memberi- kan. kan komuni) berdiri di area depan ruang umat (area di antara panti imam dengan bangku-bangku umat) untuk membagikan Tubuh Kristus kepada segenap umat. Pada saat Misa selesai, imam dan para pem-. Setelah turun dari altar, imam dan para pem- Setelah upacara peribadatan selesai, pedan-. bantunya turun dari panti imam (altar), bantunya menghadap ke altar dan menghor- da keluar dari pura (tidak ada ritual khusus). menghadap ke altar dan menghormat dengan mat dengan membungkukkan badan, kemu- Pada pura-pura tertentu atau perayaan-peracara membungkukkan badan, barulah kemu- dian keluar dari ruang umat. Prosesi keluar- yaan tertentu, di akhir perayaan dilakukan dian keluar dari ruang umat melalui candi nya pemimpin upacara ibadat (Misa) tidak pemercikan tirta pengrapuh lagi. kurung timur altar menuju ke ruang sakristi.. ditentukan.. Pemimpin ibadat agama Hindu Bali maupun Katolik melakukan penghormatan terlebih dahulu kepada Tuhan {Sang Hyang Widhi Wasa) sebelum memulai ritual ibadat, namun cara dan konsepnya berbeda. Ada sebuah kesamaan yaitu bahwa ibadat diawali dengan "pembersihan" melalui pemercikan air suci/air berkat {tirta pengrapuh). Jadi, sirkulasi pemimpin ibadat gereja TMK dapat digolongkan sebagai "tanda baru dengan makna lama" (ritual air suci, air suci yang dipergunakan, serta jalur sirkulasi yang terbentuk pada gereja TMK tidak sama tsJ. dengan pura, namun maknanya tetap sama yaitu untuk "pembersihan")..

(24) 122. 3.1.2.2. Sirkulasi Umat a. Masuk dan Keluar Ruang Umat. Gb.3.4 Sirkulasi Umat Masuk/Keluar Gereja TMK.

(25) 123. b. Persembahan. Gb.3.5. Sirkulasi Umat Gereja TMK pada Saat Persembahan.

(26) 124. c. Penerimaan Komuni. Gb.3.6. Sirkulasi Umat Gereja TMK pada Saat Penerimaan Komuni.

(27) Perbandingan mengenai sirkulasi umat sebagai berikut. Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Pada sisi kiri-kanan aling-aling gereja TMK Bejana air suci pada umumnya diletakkan di Ritual pengambilan air berkat tidak terdapat terdapat masing-masing sebuah mangkuk air dekat atau di sisi kanan-kiri pintu masnk ru- pada upacara Hindu Bali di pura. Air berkat suci yang diletakkan pada tangan sebuah pa- ang umat gereja Katolik sehingga mudah di- dipercikkan kepada selurah umat oleh petung. Sebelum memasuki ruang umat, umat lihat dan dicapai oleh umat yang masuk/ke- danda pada ritual pengrapuh. yang datang harus mengambil air suci kemu- luar ruang umat. Umat yang hendak masuk dian membuat tanda salib. Hal ini melam- atau keluar dari ruang umat mengambil air bangkan pembersihan diri dari hal-hal dunia- suci dan membuat tanda salib. Hal ini mewi untuk bersiap mengikuti peribadatan (Mi- lambangkan pembersihan dan penyucian disa Kudus). Ritual yang sama dilakukan pada ri. Spesifikasi bejana air suci tidak ditentusaat umat keluar dari ruang umat setelah Mi- kan. sa selesai. Hal ini melambangkan penyucian diri dan siap melaksanakan Sabda Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat prosesi persembahan, sekelompok Prosesi persembahan tidak ditentukan, na- Ada bermacam-macam bentuk persembahan umat dan misdinar berjalan dari bagian be-. mun ada dua elemen persembahan yang ti-. untuk berbagai maksud dan ritual upacara. KJ.

(28)

(29)

(30) 00.

(31) 129. 3.1.3. Analisis Unsur Pembentuk Ruang 3.1.3.1. Lantai. Gb.3.7. Skema Split Level Lantai Gereja TMK.

(32) sebagai tetate Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Lantai zona madia dibuat lebih tinggi dari- Perbedaan ketinggian lantai dapat dipergu- Lantai zona madia dibuat lebih tinggi daripada zonajaba; lantai zona utama dibuat le- nakan untuk mempertegas batas-batas ruang/ pada zonajaba; lantai zona utama dibuat lebih tinggi daripada zona madia.. area. Area panti imam harus lebih tinggi da- bih tinggi daripada zona madia. Semakin. Lantai zona jaba dan taman dalam gereja ripada ruang umat agar panti imam dapat tinggi lantai menunjukkan tingkat keagungTMK didominasi batako berwarna abu-abu terlihat dengan jelas dari ruang umat yang an dan kesakralan yang semakin tinggi pula. dengan pola segi enam. Bahan pelapis lantai paling belakang sekalipun. Material pelapis Sedangkan material lantai dapat berupa tazona madia dan utama berupa keramik ber- lantai tidak ditentukan spesifikasinya.. nah, plesteran, tegel, batako, dan sebagainya. tekstur halus dan polos dengan ukuran 30. dalam berbagai wama (warna-warna asli. cm x 30 cm. Jalur sirkulasi utama dan tepi-. material atau wama-wama alami lebih disu-. tepi lantai ruangan diberi keramik berwarna. kai).. merah marun, sedangkan sisanya (termasuk ruang gamelan) diberi keramik berwarna putih. Anak tangga dan undakan akses-akses masuk gereja serta jalur sirknlasi zona jaha menggunakan plesteran semen.. OJ. o.

(33)

(34)

(35) 133. 3.1.3.2. Dinding. Dinding semu yang dibentuk oleh sesaka. Gb.3.8. Aksonometri Rangka Ruang dan Dinding Gereja TMK.

(36) Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Dinding terluar gereja TMK Tuka adalahpe- Tidak ada ketentuan untuk pemagaran area Dinding terluar kompleks pura Bali adalah nyengker -yang didominasi material batu ta- gereja.. penyengker yang mengelilingi ketiga zona.. ro kombinasi wama kelabu kehitaman dan. Selain merupakan batas fisik sekeliling pe-. merah muda kecoklatan- yang mengelilingi. karangan pura, penyengker juga memperte-. ketiga zona. Tebal penyengker ini ± 15-20. gas batas antara ketiga zona pada pura de-. cm dengan tinggi ± 2 1 0 cm. Pada penyeng-. ngan spesifikasi sebagai berikut:. ker ini terdapat pilar-pilar paduraksa pada. - penyengker jabaan kurang lebih setinggi. jarak-jarak tertentu yang tidak seluruhnya. dada dengan tembok berlubang-lubang,. sama (ada yang berjarak 3,00 m; 3,50 m;. - penyengker madia kurang lebih setinggi. 1,00 m; dan sebagainya mengikuti bentuk. bahu,. penyengker). Penyengker yang mengapit ca-. -penyengker utama lebih tinggi dari kepala,. ndi bentar tidak setinggi bagian penyengker. -penyengker luar dimensinya bisa lebih tipis. yang lain, yaitu ± 150 cm.. daripada pertyengker dalam, demikian pula. Penyengker yang berbatasan dengan bangu-. paduraksa luar bisa lebih kecil daripada pa-. nan tetangga (selatan) dan dengan paroki. duraksa dalam..

(37) Tuka dibuat lebih rendah (± 80-160 cm) dan. Paduraksa merapakan pilar yang terdapat di. berbahan tembok biasa (bukan batu taro).. keempat sudut pekarangan mengikat tembok-tembok penyengker. Paduraksa juga didirikan di antara paduraksa-paduraksa sudut pada jarak-jarak tertentu. Materialnya umumnya sama dengan material penyengker sehingga merupakan satu kesatuan (Gelebet, et.al, 1978).. Sesaka pada bale wantilan membentuk din- Pola arsitektur gereja Barat (masa lalu) me- Semua bangunan yang berupa bale memding semu yang melingkupi ruang umat miliki ciri arsitektur dinding, di mana din- bentuk ruang terbuka, kecuali bale meten membentuk ruangan terbuka (open space). ding merupakan elemen pembatas antara da- yang merupakan ruang tidur. Ada bale yang Sesaka-sesaka tersebut terbuat dari kayu erah sakral dan profan. Dengan demikian ru- tertutup, semi-tertutup, dan terbuka (lihat kwanditan ("jati Bali") yang termasuk kayu ang gereja menjadi ruang tertutup (close 2.3.2 hal. 91). Ada bale yang terbuka pada kelas utama berkualitas tinggi (bisa bertahan space).. keempat sisinya dan ada yang hanya terbuka. sampai puluhan tahun).. pada dua sisi, pada umumnya hal ini disesuaikan dengan fungsinya masing-masing. Bale wantilan sebagai ruang serbaguna untuk berkumpulnya orang banyak dibuat terbuka pada keempat sisinya dengan atap disangga.

(38) oleh sesaka. Modul sesaka dapat dilihat pada lampiran 12 (hal. 231). Dinding penuh dipergunakan pada ruang sa- Ruang sakristi merupakan area yang privat. Privasi bisa dijaga dengan penggunaan dinkristi, toilet, dan cegong untuk menjaga pri- Salib utama dan tabemakel menyatu dengan ding penuh seperti pada bale meten. vasi di dalamnya.. ruang umat (pada panti imam).. Privasi dalam kompleks pura secara umum dapat dijaga dengan menempatkan alingaling di belakang kori agung pura tersebut. Aling-aling selain berfungsi menertibkan sirkulasi juga dapat menghalangi orang dari luar melihat ke dalam bangunan ibadat ataupun hunian sehingga privasi dalam bangunan terjaga. Benda-benda suci disimpan dalam gedong pesimpenan yang tertutup untuk menjaga kesakralannya.. Dinding semi-transparan dipergunakan pada Dinding transparan dan semi-transparan da- Dinding yang semi-tansparan dapat diperguruang gamelan (berupa kawat ayam dengan pat digunakan untuk memperbanyak cahaya nakan pada bangunan penyimpanan yang tibingkai kusen kayu) dan ruang candi ku- yang masuk ke dalam bangunan gereja, juga dak sakral, seperti bale perabot atau bale perung. (batako. lubang).. abasan. yang. berlubang- sebagai hiasan (misalnya stainedglass).. nyimpanan perangkat gamelan Bali..

(39)

(40) 138. 3.1.3.3. Plafon. Gb.3.9. Tampak Potongan Atap Gereja TMK.

(41) an sebagai berikut:. Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Atap gereja TMK Tuka berbentuk atap tum~ Tidak ada ketentuan mengenai bentuk atap Ada beberapa bentuk atap tradisional Bali, pang (metumpang) yang sesuai dengan kai- dan plafon sebuah gereja Katolik.. yaitu: tumpang, limasan, dan pelana kam-. dah arsitektur tradisional Bali, khususnya. pyah (akan dibahas secara kontekstual).. bale wantilan. Konstruksi atapnya berpun-. Atap wantilan dibuat bertingkat (metum-. cak satu yang disebut betaka. Bentuk plafon. pang) dengan maksud agar udara panas dari. dalam ruangan mengikuti bentuk atap ini.. dalam wantilan dapat keluar melalui celah atap (udara panas selalu mengalir ke atas) sehingga suhu udara dalam wantilan tidak terlalu panas meskipun dipadati orang. Sinar matahari juga dapat masuk dengan baik ke tengah bale wantilan. Konstruksi atap wantilan berpuncak satu, disebut betaka.. Detail-detail sambungan rangka atap meng- Tidak ada ketentuan mengenai teknik pem- Detail-detail plafon mengikuti kaidah arsigunakan konstruksi tradisional Bali, namun buatan atap dan plafon ataupun spesifikasi tektur tradisional Bali seperti yang diatur damaterial yang dipergunakan tidak lagi menu-. material.. lam lontar-lontar acuan berarsitektur (con-.

(42) ruti lontar Janantaka. Iga-iga dan usuk-usuk. tohnya dapat dilihat pada lampiran 13 hal.. bangunan menggunakan kayu kamper, na-. 232). Iga-iga tradisional umumnya terbuat. mun lambang dan sunduk menggunakan ka-. dari bambu dan memiliki sloka: sri (lum-. yu kwanditan (sama seperti sesaka yang. bvaig)-werdhi (tempat tidui)~hyang (para-. menjadi rangka ruang wantilan gereja ini).. hyangariy-naga (kori)-emas (tempat berjual-. Berdasarkan sloka jumlah iga-iga tradisio-. ari)-perak (tempat bekerja).. nal Bali, jumlah iga-iga plafon gereja TMK. Dalam lontar Janantaka diatur penggunaan. merupakan kelipatan enam sehingga jatuh. material. pada perak -sloka yang sesuai untuk tempat. yang dibagi dalam kelompok-kelompok pe-. bekerja.. rangkat kerajaan. Kayu "raja" ditempatkan. untuk bangunan-bangunan Bali. di puncak atap (betaka) dan kayu-kayu bawahan raja berurutan di bawahnya. Ketinggian plafon dari lantai pada ruang Tidak ada ketentuan mengenai ketinggian Tinggi sesaka adalah 23 kali tebal penamumat dan panti imam berkisar antara ± 2,60 plafon. Namun pada umumnya bangunan ge- pangnya. Ketinggian plafon yang terjadi dim hingga ± 5,00 m, sedangkan pada bagian reja Katolik memiliki plafon dengan skala sesuaikan dengan tinggi sesaka ini. peralihan antara ruang umat dan panti imam. agung/megah, bahkan mencekam. Hal ini. (bagian di bawah atap yang bertingkat) ter- memiliki makna filosofis agar manusia medapat plafon dengan ketinggian berkisar an- nyadari dirinya yang begitu kecil di hadapan tara ± 7,00 m hingga ± 10,00 m.. Allah..

(43)

(44) 142. 3.1.4. Analisis Unsur Pelengkap Pembentuk Ruang 3.1.4.1. Perabot dan Penataannya. Gb.3.11. Perabot Gereja dan Penataannya pada Interior {Lay-Out) Gereja TMK.

(45) t.

(46)

(47)

(48)

(49)

(50) 148. Gb.3.12. Aksonometri Lay-Out Gereja TMK (untuk pembahasan akses masuk-keluar, jendela, ventilasi, dan tangga).

(51) 149. 3.1.4.2. Akses Masuk-Keluar. Gb.3.13. Gambar Candi Bentar Gereja TMK.

(52) 150. Gb. 3.15. Gambar BetelanlGelungan Pengapit Kori Agung Gerej a TMK. Gb.3.16. Gambar Angkul-Angkul "Pintu Pastor" Gereja TMK.

(53) 151. Gb.3.17. Gambar Angkul-Angkul Ruang Salib Utama (dan Tabemakel) Gereja TMK. Gb.3.18. Gambar Candi Kurung di Sisi Barat-Timur Altar Gereja TMK.

(54) 152. (b) (a). (c). (d) Gb.3.19. Gambar Pintu Ruang Gamelan (a); Pintu Ruang Sakristi (b); Pintu Samping Ruang Salib Utama (c) Gereja TMK; dan Betelan Pastoran Tuka (d).

(55)

(56) Dari zon&jaba ke zona madia melalui kori Pengadaan pintu disesuaikan dengan kebu- Dari zona.jaba menuju zona madia melalui agung (gb.3.14) yang di belakangnya terda- tuhan dan budaya setempat. Gereja tidak kori agung yang di belakangnya terdapat pat aling-aling. Kori agung diperuntukkan memberikan peraturan khusus.. aling-aling. Kori agung diperuntukkan bagi. bagi orang yang agung, seperti uskup atau. orang yang agung atau benda-benda yang di-. walikota. Untuk umat/orang biasa, di kiri-. sakralkan. Untuk orang biasa, di kiri-kanan. kanan kori agung terdapat gelunganlbetelan.. kori agung terdapat betelan. Di kiri-kanan. Karena gereja diperuntukkan bagi orang. lubang kori agung juga umumnya terdapat. banyak, dibuatlah sebuah pintu lagi (seperti. patung raksasa penjaga seperti pada candi. betelan namun tidak bzr-gelung) agar sirku-. bentar.. lasi lebih lancar. Di kanan-kiri lubang kori. Lubang pintu kori agung apalajengking (ta-. agung diletakkan pot tanaman.. ngan bercekak pinggang) dan tinggi lubang. Dimensi dan bentuk kori agung gereja TMK. pintunya apanyujuh (tangan direntangkan ke. mengikuti kaidah arsitektur tradisional Bali. atas). Atap kori agung berupa atap tumpang. (tapi ornamennya disesuaikan dengan ajaran. yang mengecil ke atas. (omamen pada kori. agama Katolik).. agung akan dibahas pada 3.1.6 hal. 177).. Sedangkan. betelan-nya. (gb.3.15) sudah dimodernisasi dengan penggunaan daun pintu berupa pagar besi (untuk keamanan). Material beielan gereja TMK. berupa batu taro (sama dengan penyengker),.

(57)

(58)

(59)

(60) 158. 3.1.4.3. Jendela. Gb.3.20. Gambar Jendela Ruang Salib Utama Gereja TMK.

(61) Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Sepasang jendela terdapat di dinding bela- Pengadaan jendela disesuaikan dengan kebu- Jendela terdapat pada bangunan bale yang kang altar (mengapit angkul-angkul cegong) tuhan dan budaya setempat, baik sebagai uti- tertutup, baik sebagai omamen maupun sesehingga orang dapat mengintip dari luar ke litas maupun aksesoris. Gereja tidak mem- bagai ventilasi udara. Ada jendela yang berdalam ruang salib utama (cegong). Bentuk berikan peraturan khusus.. daun jendela dan ada juga yang terbuka tan-. jendela ini mengikuti kaidah arsitektur tra-. pa daun jendela (pada arsitektur tradisional. disional Bali, namun omamennya sudah di-. Bali tidak dikenal material kaca). Estetika. sesuaikan dengan ajaran agama Katolik. jendela tergantung pada kreativitas pembu-. (akan dibahas pada 3.1.6 hal. 177). Secara. atnya.. filosofis, keberadaan jendela ini melambangkan kerinduan manusia akan Tuhan (dilambangkan oleh salib utatna dan tabernakel yang tersimpan dalam cegong dan tidak terlihat dari luar), namun manusia merasa takut untuk menghadap-Nya sehingga dibuatlah jendela untuk mengintip saja..

(62) s.

(63) 161. 3.1.4.4. Ventilasi. Gb.3.21. Gambar Ventilasi Ruang Salib Utama dan Ruang Sakristi Gereja TMK.

(64) Perbandingan mengenai.

(65) Struktur. dinding yang berlubang-lubang. (semi-transparan) juga umum dipergunakan pada bale tertutup. Pengadaan ventilasi pada gereja TMK mengikuti kaidah tradisional Bali. Jadi, ventilasi gereja TMK (pada cegong, sakristi, serta dindingdinding semi-transparan) merupakan "tanda lama dengan makna lama"..

(66) 164. 3.1.4.5. Tangga. Gb.3.22. Gambar Tangga KoriAgung Gereja TMK. Gb.3.23. Sketsa Tangga Angkul-AngkulRuang Salib Utama Gereja TMK. Gb.3.24. SketsaUndakanRuangUmat Gereja TMK.

(67) 165. Gb.3.25. Sketsa Tangga Altar Gereja TMK. Gb.3.26. Sketsa Tangga Angkul-Angkul "Pintu Pastor" Gereja TMK. Gb.3.27. Sketsa Tangga Pintu Ruang Gamelan Gereja TMK.

(68) Gereja Katolik. Gereja TMK. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Candi bentar gereja ini dibuat tanpa anak Pada umumnya panti imam ditinggikan de- Pada arsitektur tradisional Bali, anak tangga tangga; tangga kori agung terdiri dari tiga ngan tiga anak tangga dari ruang umat. Jum- umumnya berjumlah ganjil dan memiliki anak tangga; tangga angkul-angkul "pintu lah tiga ini melambangkan Tritunggal Maha- makna tertentu (sloka) (lihat lampiran 11 pastor" terdiri dari tiga anak tangga; tangga/ kudus. Namun hal ini tidak berlaku mutlak.. hal. 230). Untuk bangunan-bangunan dalam. undakan naik ke ruang umat terdiri dari satu Peninggian panti imam dari ruang umat di- pura, sloka yang dipakai adalah gunung. atau dua anak tangga; tangga naik ke altar lakukan agar seluruh umat dapat melihat Semakin tinggi suatu bangunan dari tanah terdiri dari dua anak tangga; tangga angkul- panti imam dan mengikuti jalannya Misa de- menuryukkan tingkat keutamaan yang seangkul ruang salib utama terdiri dari dua ngan baik. Sedangkan peninggian lantai dan makin tinggi pula (dapat juga berarti semaanak tangga; dan tangga ruang gamelan ter- tangga untuk area-area lain tidak diatur se- kin jarang digunakan, jadi bukan untuk kegidiri dari dua anak tangga.. cara khusus.. atan sehari-hari/duniawi). Saat peribadatan. Ditinjau dari sloka tradisional Bali mengenai. di pura, tangga halaman pura selalu penuh. jumlah anak tangga, maka jumlah anak tang-. sesak dengan umat yang naik/turun. Posisi. ga pada tangga-tangga/undakan-undakan pa-. duduk/berdiri yang tidak sama tinggi (ada. da gereja TMK memiliki makna:. tangga/undakan) juga menunjukkan perbedaan kasta orang Bali (Covarrubias, 1972)..

(69)

(70) 168. 3.1.5. Analisis Unsur Utilitas Ruang dan Penataannya. Gb.3.28. Denah Penataan Pencahayaan Buatan, Penghawaan Buatan, dan Penataan Tata Suara Ruang Umat Gereja TMK.

(71) 3.1.5.1. Pencahayaan Perbandingan mengenai pencahayaan sebagai berikut:. Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Pencahayaan dalam bale wantilan menggu- Pencahayaan buatan yang terlalu kuat tidak Pada upacara-upacara ibadat yang diadakan nakan tipe general lighting dan spot lighting. disarankan. Pengaturannya disesuaikan de- malam hari dipergunakan pencahayaan buSebagian besar lampu tidak menggunakan ngan kebutuhan masing-masing gereja. Sela- atan yang sudah modern -khususnya yang in sebagai utilitas, pencahayaan pada gereja cocok untuk pencahayaan eksterior {out-. armatur. • General lighting menggunakan. lampu- juga dapat berperan sebagai aksesoris, misal- door)-. lampu TL sepanjang ± 1,20 m (termasuk nya efek pencahayaan khusus (spot lighting) lighting. pada ruang sakristi dan ruang salib utama), atau armatur-armatur khusus. lampu PL, serta lampu gantung yang menggunakan bola lampu pijar. • Spot lighting menggunakan lampu sorot di dinding-dinding atap tumpang dan lampu hias mengelilingi relief Tritunggal Mahakudus di dinding belakang altar.. seperti. flood. lighting dan spot.

(72) Pencahayaan di luar bale wantilan berupa Pencahaayaan outdoor sangat penting, teru- Karena pura merupakan kompleks bangunan lampu-lampu sorot pada taman dalam dan tama untuk gereja yang juga dipergunakan dalam pekarangan terbuka, pencahayaan halaman serta lampu PL pada goa St. Yosef pada malam hari. Akses ke dalam bangunan outdoor sangat penting agar akses ke berbagereja harus terlihat dengan jelas (de Chiara gai bangunan dalam kompleks pura dapat. dan kori agung.. dan Callender, 1990). Selain itu, pencahaya- terlihat dengan jelas, apalagi pada kompleks an outdoor juga diperlukan pada malam hari pura yang relatif luas. Pencahayaan outdoor untuk menjaga keamanan bangunan gereja.. ini juga sangat vital peranannya karena pada upacara peribadatan, yang tidak jarang diselenggarakan sore/malam hari, umat bertempat di halaman pura dan akan mengalami kesulitan untuk mengikuti ibadat dengan baik apabila pencahayaan kurang memadai.. Di dinding kiri-kanan angkul-angkul ruang Lampu suci harus ada di sisi tabernakel sesalib. utama. (cegong). terdapat. masing- bagai penanda ada/tidaknya Hosti Kudus. masing sebuah lampu suci. Apabila lampu (Tubuh Kristus) di dalamnya. Umumnya, ini menyala, berarti dalam tabernakel yang lampu suci bersinar merah atau berupa nyala ditempatkan dalam cegong tersebut tersim- api (lilin/obor). Spesifikasinya tidak ditentupan Hosti Kudus (Tubuh Kristus).. kan.. Pada pagi/siang hari yang cerah dapat diper-. Pencahayaan natural dapat menciptakan ke-. Pada upacara-upacara yang diadakan pagi/si-.

(73) gunakan pencahayaan alami saja. Apabila san yang unik, selain sebagai utilitas juga se- ang hari cukup dipergunakan pencahayaan diperlukan, area-area yang cukup terlindung bagai aksesoris (dengan perlakuan tertentu alami karena pura merupakan kompleks badari cahaya matahari dapat dibantu dengan misalnya stained glass). Pencahayaan dise- ngunan pada pekarangan yang terbuka (tanpencahayaan buatan seperlunya.. suaikan dengan kebutuhan masing-masing pa atap). gereja. Yang harus diperhatikan (de Chiara dan Callender, 1990), pencahayaan sebaiknya ditata supaya umat tidak menghadap langsung ke arah matahari karena hal ini dapat menimbulkan efek backlighting (para pemimpin Misa terlihat sebagai siluet).. Tata pencahayaan pada gereja TMK termasuk fungsional, yaitu untuk memenuhi kebutuhan penerangan dalam gereja dan untuk mempertegas omamen-ornamen yang ingin ditonjolkan pada gereja ini. Tidak ada efek khusus pada pencahayaan gereja ini. Lampu-lampu yang dipergunakan merapakan lampu-lampu yang fleksibel dan mudah didapat, seperti lampu TL dan PL. Sesuai dengan ketentuan gereja Katolik, pada gereja TMK juga terdapat lampu suci penanda ada/tidaknya Hosti Kudus dalam tabemakel. Namun lampu ini tidak dileta'ckan di sisi taberaakel, melainkan di sisi pintu ruangan tempat tabemakel berada. Hal ini dilakukan karena pada gereja TMK, tabernakel berada pada ruangan terpisah dan tidak terlihat langsung dari badan gereja, padahal lampu suci harus terlihat dengan jelas oleh semua orang yang memasuki ruang umat. Pencahayaan pada gereja TMK dapat digolongkan sebagai "tanda baru dengan makna baru" (pencahayaan modern dan "lampu suci" yang bermakna simbolis). Lampu-lampu yang berarmatur akan dibahas pada 3.1.6 hal. 177..

(74) 3.1.5.2. Penghawaan Perbandingan mengenai penghawaan sebagai berikut:. Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Gereja ini mengandalkan penghawaan alami. Penghawaan dan pengkondisian udara dise- Bangunan-bangunan dalam pura menganPenghawaan alami memang sangat memadai suaikan dengan kebutuhan masing-masing dalkan penghawaan alami (penjelasan pengkarena ruang umat (bale wantilan dan per- gereja. Pada daerah/musim yang dingin, da- hawaan bale wantilan dapat dilihat pada hal. luasannya ke taman dalam) merupakan ru- pat dipergunakan pemanas; sedangkan pada. 139).. ang terbuka sehingga sirkulasi udara lancar. daerah/musim yang panas dapat dipergunaAliran udara juga didukung oleh bentuk atap kan pendingin udara -dengan sistem/tipe yang bertingkat (metumpang). Adanya ta- yang sesuai dengan masing-masing bangunman dan pepohonan juga membuat zona ma- an gereja. dia ini menjadi teduh dan sejuk. Penghawaan buatan yang tersedia berupa se-. Penghawaan buatan hanya diadakan apabila. buah kipas angin berukuran sedang (berdia-. benar-benar diperlukan (misalnya berupa ki-. meter ± 40-50 cm) yang ditempelkan pada. pas angin).. sesaka di depan tengah aling-ahng. Sebagai konsekuensi dari arsitektur yang open space, penghawaan gereja TMK sebagian besar mengandalkan penghawaan alami seperti.

(75) pada pura Bali. Jadi, penghawaan gereja TMK merupakan "tanda lama dengan makna lama"..

(76) 174. 3.1.5.3. Akustik. Gb.3.29. Analisis Penataan Sistem Tata Suara Ruang Umat Gereja TMK.

(77) Perbandingan mengenai sistem tata suata sebagai berikut: Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisional Bali (Pura). Sistem tata suara yang dipergunakan cukup Yang harus diperhatikan dalam sistem tata Sistem tata suara yang dipergunakan umumsederhana, yaitu berupa mikrofon-mikrofon suara untuk bangunan gereja antara lain:. nya berupa mikrofon dan speaker, apabila. dan enam buah speaker yang tersebar pada - penyerapan suara, agar jalannya Misa tidak dianggap perlu. bale wantilan (diletakkan di tepi-tepi plafon, terganggu suara dari luar dan sebaliknya, suantara lambang dan sunduk). Berdasarkan ara dari dalam tidak terdengar keluar. analisis pada gb.3.29, penempatan speaker - intensitas suara, suara harus cukup keras pada gereja TMK kurang ideal. Tata suara- dan jelas bagi seluruh peserta Misa. nya hanya dimaksudkan agar ibadat bisa ber- - waktu dengung, jangan sampai menggangjalan dengan baik (umat dapat mendengar gu kejelasan suara (musik, lagu, ataupun cesuara pemimpin Misa dan musik dengan ba- ramah /khotbah). ik), tapi tidak mempertimbangkan lebih lan- - distribusi suara, harus merata ke seluruh jut kenyamanan dan ergonomi bagi pen- ruangan dan sesedikit mungkin terjadi gema. dengaraya.. (Sleeper, 1955: 304). Sistem tata suara yang dipergunakan pada gereja TMK didasarkan pada pemenuhan kebutuhan secara fungsional dan efisien tanpa mempertimbangkan kenyamanan yang ideal (ergonomi), tidak berbeda dengan sistem tata suara pada pura maupun pada sebagian besar gereja.

(78) Katolik pada umumnya. Menurut de Chiara dan Callender (1990: 634), gereja yang luasannya < 600 m2 memang jarang mengalami masalah akustik. Tata suara pada gereja TMK merupakan "tanda baru dengan makna baru" (walaupun dipergunakan juga pada bangunan pura saat ini, namun sebenarnya peralatan tata suara tersebut merupakan pengaruh modernisasi)..

(79) 177. 3.1.6. Analisis Unsur Aksesoris dan Penataannya. Gb.3.30. Aksonometri Penataan Aksesoris Gereja TMK.

(80) 3.1.6.1. Aksesoris Utilitarian Perbandingan mengenai aksesoris utilitarian sebagai berikut:. 00.

(81)

(82)

(83) 00.

(84) Perlengkapan gereja TMK yang berhubungan dengan liturgi agama Katolik sesuai dengan perlengkapan liturgis gereja Katolik pada umumnya. Budaya Bali yang digunakan -seperti ukir-ukiran pada tempat lilin paskah atau patung-patung alas gehogan- tidak mengganggu esensi liturgi agama Katolik gereja TMK. Aksesoris yang berupa perlengkapan gereja digolongkan sebagai "tanda baru dengan makna baru". Patung-patung (untuk meletakkan persembahan dan mangkuk air suci) juga digolongkan sebagai "tanda baru dengan makna baru". Alat komunikasi gereja TMK berupa kulkul yang merupakan alat komunikasi tradisional Bali, namun peletakannya tidak lagi sesuai dengan kaidah arsitektur tradisional Bali. Kulkul gereja TMK digantungkan pada dahan sebuah pohon yang berada pada taman dalam gereja TMK (zona madia). Namun kulkul sebagai sebuah asesoris utilitarian dapat digolongkan sebagai "tanda lama dengan makna lama". Sedangkan gong merupakan "tanda lama dengan makna baru" karena fungsinya tidak lagi semata-mata alat bunyi-bunyian pengiring upacara (bersama perangkat gambelan lainnya), tetapi merupakan alat bunyi-bunyian untuk memfokuskan perhatian umat pada saat konsekrasi.. 00 KJ.

(85) 3.1.6.2. Aksesoris Insidental Perbandingan mengenai aksesoris insidental sebagai berikut:.

(86)

(87)

(88) 00 O.

(89)

(90)

(91) 00 SO.

(92) Detail-detail penyelesaian konstruksi dan struktur bangunan gereja TMK secara umum mengikuti kaidah arsitektur tradisional Bali. Omamen-omamen yang ada juga bergaya Bali, bahkan omamen-omamen yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Katolik ada yang tetap dipertahankan, misalnya patra sulur-suluran; kekarangan; dan warna-waraa merah dan emas pada angkul-angkul cegong dan kori agung. Ornamen-omamen yang tidak sesuai dengan ajaran agama Katolik dihilangkan, misalnya karang boma diganti burung merpati/ pelikan. Namun secara umum, peletakan oraamen tetap mengikuti kaidah tradisional Bali: karang asti di bebaturan, omamen burung di bagian atas, patra flora dan sulur-suluran di tengah-tengah. Material yang dipergunakan pada bangunan ini juga mengacu pada kaidah arsitektur tradisional Bali, walaupun sudah tidak konsekuen lagi; misalnya kayu kelas utama digunakan pada sesaka (kayu kwanditan) serta daun pintu angkul-angkul cegong dan kori agung (kayu nangka), namun iga-iga hanya memakai kayu kamper. Sebagian besar material pada bangunan gereja TMK juga dipertahankan wama aslinya. Aksesoris insidental pada gereja TMK dapat digolongkan sebagai "tanda lama makna lama" (misalnya: kencut, karang asti, kekarangan, ulapulap), namun ada pula yang merupakan "tanda baru dengan makna baru" (misalnya: burung merpati/pelikan, salib)..

(93) 3.1.6.3. Aksesoris Dekoratif Perbandingan mengenai aksesoris dekoratif sebagai berikut:.

(94)

(95)

(96) t.

(97) vo.

(98)

(99) 197. 3.1.7. Analisis Orientasi dan Arah Pandang. Gb.3.31. Orientasi Bangunan dan Makna Peletakan Pintu Masuk Gereja TMK.

(100) Perbandingan mengenai orientasi bangunan dan maknanya sebagai berikut:. Gereja TMK. Gereja Katolik. Arsitektur Bangunan Ibadat Tradisiosal Bali (Pura). Zona utama berada pada posisi kaja, sedang- Tidak ada pembagian zona maupun penen- Zona utama berada pada posisi kaja, sedangkan zormjaba berada pada posisi kelod.. tuan letak zona. Pada zaman gereja awal, ge- kan zona jaba berada pada posisi kelod.. Umat yang memasuki candi bentar meng- reja berorientasi ke arah timur (umat diposi- Umat beribadat menghadap ke kaja (guhadap ke arah kangin, kemudian beribadat sikan menghadap ke timur) yang merupakan nung) atau kangin (arah matahari terbit). Kadalam raang umat menghadap ke arah kaja.. arah matahari terbit. Namun, sekarang hal ja dan kangin merupakan arah yang diangini tidak berlaku lagi.. gap baik/luhur (lihat lampiran 16 hal. 235).. Perletakan akses masuk (sekaligus akses ke- Perletakan akses masuk disesuaikan dengan Perletakan akses masuk memiliki makluar) ditentukan berdasarkan fungsi dan kebutuhan masing-masing gereja.. na/sloka tertentu yang perlu dipertimbang-. efektivitas penggunaan.. kan (lihat lampiran 17 hal. 237).. Orientasi bangunan gereja TMK masih mengikuti sumbu kaja-kelod dan kangin-kauh seperti arsitektur tradisional Bali. Namun perletakan akses masuk ditentukan berdasarkan fungsi dan efektivitas penggunaan serta estetika bangunan, tidak lagi mempertimbangkan makna perletakan pintu (sloka) pada arsitektur tradisional Bali. Hal ini terlihat dari analisis perletakan akses masuk (yang sekaligus merupakan akses keluar) gereja TMK pada gb.3.31. Ada makna-makna perletakan pintu yang kurang baik, namun tidak dipermasalahkan. Jadi, orientasi bangunan gereja TMK dapat digolongkan sebagai "tanda lama dengan makna lama" (sumbu kaja-kelod dan kangin-kauh) serta "tanda baru dengan makna baru" (perletakan akses masuk yang fungsional).. oo.

(101) 199. 3.2. Analisis Transformasi Unsur-Unsur Kebudayaan Bali pada Interior Gereja Katolik Tritunggai Mahakudus Tuka-Dalung, Denpasar-Bali 3.2.1. Sistem Religi dan Upacara Keagamaan Sistem religi dan upacara keagamaan Katolik pada gereja TMK tidak bercampur ataupun melebur dengan sistem religi dan upacara keagamaan Hindu Bali. Kedua agama ini memang memiliki pandangan yang serupa mengenai air sebagai zat yang tnenyucikan dan membersihkan. Pada agama Katolik universal terdapat ritual pengambilan air suci (dilanjutkan dengan pembuatan tanda salib) yang dilakukan oleh masing-masing umat pada saat masuk/keluar gereja (bejana kecil air suci disediakan di pintu-pintu gereja) sebagai tanda penyucian diri. Khusus di gereja-gereja Katolik di Bali -termasuk di gereja TMK Tuka- pada awal upacara ibadat (Misa) ada ritual pemercikan air suci atau tirta pengrapuh seperti pada upacara ibadat agama Hindu Bali. Namun, ritual pemercikan air suci pada kedua agama ini tidaklah persis sama (cara pembuatan dan penyimpanan air suci pada agama Katolik dan pada agama Hindu Bali juga berbeda). Ritual persembahan pada gereja Katolik juga memiliki cara dan konsep yang berbeda dengan upacara persembahan pada pura. Namun, bentuk persembahan khas Bali, seperti gebogan, digunakan pula di gereja TMK (pada perayaan tertentu). Persembahan juga dapat diiringi tari-tarian tradisional Bali kreasi baru. Pada perayaan liturgis tertentu (misalnya Minggu Palma), umat gereja TMK melakukan prosesi perarakan seperti yang lazim dilakukan oleh masyarakat Bali. Penempatan salib utama dan taberaakel gereja TMK -yang tidak pada ruang umat, melainkan pada ruangan tersendiri (cegong) dan hanya sedikit terlihat dari luar- mengadopsi gagasan agama Hindu Bali yang menjaga kesakralan benda-benda suci dengan cara tidak memamerkannya. Benda-benda suci hanya dipuja dan dihias pada saat perayaan/upacara ibadat. Hal ini bertentangan dengan arsitektur gereja-gereja Katolik Barat/Eropa yang memasukkan salib utama dan tabemakel menjadi satu dengan ruang umat sehingga terlihat dengan jelas. Kelemahan dari penempatan salib utama dan tabemakel gereja TMK dalam cegong yang berpintu sempit (± 65 cm) ini adalah bahwa umat yang duduk di bangkubangku gereja yang tepat berhadapan dengan pintu cegong hanya dapat melihat sebagian salib utama dan sebagian tabernakel. Salib utama dan taberaakel tersebut.

(102) 200. Iebih sedikit lagi -bahkan sama sekali tidak- terlihat oleh mnat yang duduk di area yang tidak tepat berhadapan dengan pintu cegong. Pintu cegong hanya dibuka pada saat Misa berlangsung. Jadi, ketika tidak berlangsung peribadatan, pintu cegong tertutup dan ruang peribadatan yang sakral seolah-olah berubah sifat menjadi ruang yang profan karena unsur pembentuk kesakralan yang paling kuat -yaitu salib utama dan tabemakel- menjadi terpisah dari ruang umat gereja TMK. Kesimpulannya, sistem religi dan upacara keagamaan pada gereja TMK dapat digolongkan sebagai "tanda lama dengan makna lama" (air berkat, cegong); "tanda lama dengan makna baru" (cegong, persembahan gebogari); "tanda baru dengan makna lama" (ruang cegong untuk menghindari cam/?a/i/pencemaran halhal suci); dan "tanda baru dengan makna baru" (perlengkapan dan liturgi Katolik).. 3.2.2. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan Tanda fisik pada gereja TMK yang menunjukkan bahwa sistem dan organisasi kemasyarakatan tradisional Bali masih dipertahankan oleh umat Katolik Tuka adalah digunakannya kulkul sebagai alat komunikasi di kalangan umat Katolik Tuka. Kulkul gereja ini digantungkan pada dahan sebuah pohon di taman dalam barat (zona madia) gereja TMK. Sistem komunikasi menggunakan kulkul dapat digolongkan sebagai "tanda lama dengan makna lama". Sedangkan organisasi/ struktur kepemimpinan gereja TMK sudah disesuaikan dengan organisasi gereja Katolik universal ("tanda baru dengan makna baru"). Organisasi kemasyarakatan Bali menimbulkan kebutuhan akan tempat berkumpul. Salah satu bentuk arsitektur tradisonal Bali yang umum dipergunakan sebagai tempat berkumpul adalah bale waniilan. Bentuk bale wanlilan tersebut juga dipergunakan pada gereja TMK, namun maknanya sudah di-"Kristianisasi"-kan ("tanda lama dengan makna baru").. 3.2.3. Sistem Pengetahuan Sistem pengetahuan dalam berarsitektur tradisional Bali masih dipertahankan pada gereja TMK. Hal ini terlihat misalnya pada orientasi gereja TMK yang mengikuti sumbu kaja-kelod dan kangin-kauh; detail-detail rangka ruang {sesaka.

(103) 201. dan rangka plafon) gereja TMK; serta penggunaan kayu-kayu kelas utama untuk gereja yang merupakan bangunan sakral ini. Namun penggunaan material pada gereja ini sudah tidak lagi sepenuhnya konsekuen mengikuti kaidah arsitektur tradisional Bali (lontar Janantaka) dengan alasan langka dan mahalnya material yang ditentukan dalam lontar tersebut. Sistem pengetahuan dapat digolongkan sebagai "tanda lama dengan makna lama" sekaligus "tanda baru dengan makna baru" (ada modernisasi).. 3.2.4. Bahasa Tanda fisik penggunaan bahasa Bali pada gereja ini adalah ukiran aksara Bali pada dinding utara atap tumpang dan pada oraamen bagian depan meja bacaan/mimbar. Pada aktivitas liturgi tertentu juga dipergunakan bahasa Bali. Namun, pada omamen bagian depan mimbar juga tercantum sebuah istilah dalam bahasa Latin. Hal ini menunjukkan pengaruh Barat yang tidak dapat dihindari pada gereja TMK -mengingat sejarah gereja Katolik sendiri yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah Barat. Jadi, wujud fisik sistem bahasa pada gereja TMK dapat digolongkan sebagai "tanda lama dengan makna lama" (aksara dan bahasa Bali) sekaligus "tanda baru dengan makna baru" (penggunaan bahasa Latin).. 3.2.5. Kesenian Kesenian khas Bali sangat menonjol dalam interior gereja TMK. Covarrubias (1972: 15) mengungkapkan bahwa setiap orang di Bali sepertinya adalah seorang artis. Secara fisik, kesenian pada interior gereja TMK ini tampak pada kekayaan omamennya yang bergaya Bali (namun topiknya telah disesuaikan dengan ajaran agama Katolik). Kesenian Bali pada gereja ini juga terlihat pada penggunaan pakaian adat Bali oleh umat pada Misa/perayaan liturgis tertentu (misalnya Minggu Palma, pesta Malam Paskah, pesta Tritunggal Mahakudus, dan lain-lain); penggunaan gamelan Bali sebagai alat musik pengiring Misa (pada Misa-Misa tertentu); dan persembahan yang diiringi dengan tari-tarian tradisional Bali (J u g a hanya pada Misa-Misa tertentu). Walaupun bergaya Bali, topik ornamen-omamen pada interior gereja TMK sudah disesuaikan dengan ajaran agama Katolik. Hal ini menunjukkan bahwa.

(104) 202. transformasi "budaya" gereja Katolik dan budaya Bali berlangsung dua arah secara bersamaan, yaitu dengan pola-pola sebagai berikut: - "tanda" dalam budaya Bali diganti dengan "tanda" dalam religi Katolik dengan mempertahankan style-ny&. Misalnya, kalalboma diganti burung merpati (Roh Kudus) dengan style tetap seperti kala/boma. Hal ini berarti "budaya" gereja Katolik masuk ke dalam budaya Bali, dan sebaliknya. - "tanda" dalam religi Katolik menggunakan style Bali. Misalnya, relief perjamuan terakhir Yesus dengan kedua belas murid-Nya dibuat dengan style wayang. Hal ini berarti budaya Bali masuk ke dalam "budaya" gereja Katolik, dan sebaliknya. Sistem kesenian pada gereja TMK dapat digolongkan sebagai "tanda lama dengan makna lama" (misalnya penggunaan gamelan Bali); "tanda lama dengan makna baru (misalnya payung berkanopi susun tiga); "tanda baru dengan makna lama" (misalnya patung malaikat di kiri-kanan candi bentar); serta "tanda baru dengan makna baru" (misalnya relief perjamuan terakhir).. 3.2.6. Sistem Mata Pencaharian Hidup Tanda fisik yang mencerminkan mata pencaharian hidup tradisional masyarakat Bali adalah sebuah relief pohon padi di dinding utara atap tumpang gereja TMK (hal ini didasarkan pada persepsi pengguna gereja TMK). Simbol untuk "Roti Kehidupan" pada umumnya adalah tanaman gandum, namun simbol ini kemudian disesuaikan dengan kondisi alam Bali yang menghasilkan makanan pokok berupa beras dari pohon padi (sehingga digolongkan sebagai "tanda lama dengan makna lama").. 3.2.7. Sistem Teknologi dan Peralatan Teknologi yang dipergunakan pada gereja TMK merupakan perpaduan antara teknologi (dan peralatan) tradisional dan modern. Sebagai contoh, detaildetail penyelesaian rangka bangunan (sambungan rangka) mengikuti kaidahkaidah arsitektur tradisional Bali, sedangkan material yang dipergunakan sebagian merupakan material modern seperti keramik untuk lantai dan genteng buatan pabrik untuk overstek. Juga ada kebutuhan akan perabot -misalnya bangku-bangku.

(105) 203. plastik mass productlstacking chair- yang tidak dikenal pada arsitektur tradisional Bali. Dengan demikian, sistem teknologi dan peralatan pada gereja TMK menunjukkan adanya "tanda lama dengan makna lama" (detail sambungan rangka ruang); "tanda baru dengan makna lama" (daun pintu betelan yang berupa pagar besi); dan "tanda baru dengan makna baru" (penggunaan perabot dan material buatan pabrik).. 3.3. Matriks Hasil Analisis 3.3.1. Matriks Transformasi 'Tanda' dan 'Makna' pada Unsur-Unsur Rancang Bangun Desain Interior Gereja Tritunggal Mahakudus Tuka-Dalung Tabel 3.1. Matriks Transformasi 'Tanda' dan 'Makna' pada Unsur-Unsur Rancang Bangun Desain Interior Gereja TMK. Keterangan: TLML = tanda lama - makna lama TLMB = tanda lama - makna baru TBML = tanda baru - makna lama TBMB = tanda baru - makna baru.

(106) 204. 3.3.2. Matriks Transformasi Unsur-Unsur Kebudayaan Bali pada Rancang Bangun Desain Interior Gereja Tritunggal Mahakudus Tuka-Dalung Tabel 3.2. Matriks Transformasi Tujuh Unsur Kebudayaan Bali pada Interior Gereja TMK. Keterangan: TLML = tanda lama - makna lama TLMB = tanda lama - makna baru TBML = tanda baru - makna lama TBMB = tanda baru - makna baru.

(107)

Gambar

Tabel 3.1. Matriks Transformasi 'Tanda' dan 'Makna' pada Unsur-Unsur Rancang Bangun Desain Interior Gereja TMK
Tabel 3.2. Matriks Transformasi Tujuh Unsur Kebudayaan Bali pada Interior Gereja TMK

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan e-Government untuk pelayanan informasi publik telah diimplementasikan oleh Pemerintah Romania [5], bahwa konsep penyajian informasi publik harus dilakukan

Sesuai pencarian data akan muncul pada form penilaian karyawan, semua aktifitas yang sudah diinput pada master aktifitas berdasarkan divisi dan dicari pada penilaian karyawan akan

Untuk melihat higiene pemerahan dari masing-masing peternakan diuji petik dengan mengambil satu seri sampel yang terdiri atas usapan tangan pemerah, air yang digunakan

[3.11] Menimbang bahwa Pemohon pada pokoknya mendalilkan keberatan terhadap Keputusan Termohon berupa Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala

Diberitahukan kepada seluruh warga jemaat GPIB Jemaat Bukit Benuas Balikpapan, bahwa Tim PKA 2018-2019 akan mele- takkan Kotak Saran di pintu depan gereja, yang bertujuan mengajak

Dari pengamatan tersebut terlihat adanya porositas pada spesimen, salah satu kelemashan metalurgi serbuk adalah adanya porositas pada produknya yang tidak dapat dihilangkan sama

Prototipe alat pengaduk dodol menghasilkan mutu dodol yang baik, dengan nilai 12.26 dari hasil uji organoleptik, pada putaran pengadukan 20 rpm dan kapasitas 4 kg, serta