• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pendahuluan I. 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Arahan dalam RPJPN dan RPJMN terkait pembangunan infrastruktur permukiman merupakan amanat yang harus diemban bersama oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dijelaskan dalam UU 23 Tahun 2014 bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota berperan sebagai pelaksana pembangunan infrastruktur fisik bidang Cipta Karya, sedangkan Pemerintah Pusat bertindak sebagai pengatur, pembina, dan pengawas pembangunan infrastruktur permukiman di Indonesia.

Hal ini sesuai kebijakan desentralisasi yang dilakukan di Indonesia saat ini, dimana pemerintah daerah dituntut untuk lebih berperan aktif dalam melayani dan mensejahterakan masyarakat.Agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, pemerintah daerah perlu merencanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara terpadu dengan mendayagunakan sumber daya secara optimal, efisien, dan efektif sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, dalam mengemban tugasnya sebagai perumus dan pelaksana kebijakan dan standar teknis bidang Cipta Karya, mengambil inisiatif untuk mendukung pemerintah kabupaten/kota dalam menyiapkan perencanaan program yang terpadu bidang Cipta Karya yang diberi nama Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM), berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya No.

06/SE/DC/2014 Tanggal 24 Maret 2014 perihal Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM).

Sasaran penyusunan program bidang Cipta Karya 2015-2019 adalah terpenuhinya penyediaan air minum 100% dan sanitasi 100% untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung menuju kota tampah kumuh 0%. Dalam konteks pembangunan ekonomi nasional, Sumatera Utara menjadi bagian dari Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekan Baru dan WPS baru terpadu Sibolga-Padang- Bengkulu. Kegiatan keterpaduan infrastruktur pembangunan perkotaan metro berada pada kawasan Mebidangro dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke. Dalam mendukung pembangunan kemaritiman, pembangunan diawali dari desa-desa. Provinsi Sumatera Utara memiliki TPI/PPI tersebar lebih dari 20 lokasi yang perlu mendapat perhatian. Sementara dalam rangka pengembangan tol laut, secara nasional akan dikembangkan 24 pelabuhan strategis. Pelabuhan yang akan dikembangkan di Provinsi

(3)

Pendahuluan I. 2 diikuti dengan pengembangan sektor infrastruktur permukiman.

Salah satu upaya dalam mewujudkan otonomi daerah adalah melaksanakan kegiatan peningkatan kemampuan daerah. Kegiatan ini diarahkan kepada upaya untuk mengembangkan pemerintah dan sIstem rencana pembangunan yang baik, yaitu terencana, konsisten dan berkelanjutan melalui peran pemerintah bersama dengan masyarakat secara interaktif.

Kota Gunungsitoli sebagai daerah otonom baru yang terbentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor : 47 Tahun 2008, dalam mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya, membutuhkan berbagai dokumen perencanaan pembangunan yang berfungsi sebagai kerangka acuan dalam mengimplementasikan upaya pembangunan, yang akan dilakukan secara berjenjang, terpadu, terarah dan berkelanjutan menurut dimensi waktu perencanaan yang dibutuhkan.

Undang-undang nomor : 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan adanya kewajiban penyelenggara pemerintahan pusat dan daerah untuk menyusun dokumen perencanaan dalam jangka panjang, menengah dan tahunan dengan melibatkan para pemangku kepentingan pembangunan.

RPI2JM merupakan dasar pemrograman dan penganggaran di lingkungan Ditjen Cipta Karya. Mengingat fungsinya yang cukup penting, maka RPI2JM sudah sepatutnya memiliki kualitas yang baik serta disiapkan secara rasional, inklusif, dan terpadu.

(4)

Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta II. 1

BAB. 2

ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

2.1. KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA

Undang-undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan agar Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Di sisi lain, dalam hal penganggaran dan pengelolaan keuangan Negara, Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa Keuangan Negara harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Hal hal yang perlu diperhatkan dalam mendorong pembangunan bidang Cipta Karya dengan menitikberatkan pada keterpaduan antar sektor Cipta Karya dalam suatu kawasan dengan berpedoman pada RTRW. Untuk itu perlu mengkonsolidasikan lokasi-lokasi keterpaduan bidang Cipta Karya di Kabupaten/Kota masing-masing. Keterpaduan pembiayaan melalui berbagai alternatif pembiayaan menjadi sangat penting dalam pencapaian target 100-0-100. Pemerintah Provinsi perlu memfasilitasi dan menjadi think tank dalam mengidentidikasi alternatif pembiayaan di Kabupaten/Kota masing-masing.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)Kota Gunungsitoli merupakan dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode lima tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat maupun oleh Masyarakat/Swasta, yang mengacu pada rencana tata ruang, untuk menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat yang berkualitas dan mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang berkelanjutan.

Sasaran penyusunan program pembangunan kedepan adalah penajaman program dan sinkronisasi antar sektor yang dapat mengatasi isu wilayah yang berlandaskan pada penataan ruang mengacu kepada dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM).

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

(5)

Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta II. 2 Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, disebutkan salah satunya adalah Kawasan Strategis Nasional (KSN). Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.

Cipta Karya akan memprioritaskan program/kegiatannya pada Kabupaten/Kota strategis nasional. Kabupaten/Kota tersebut yang tercakup dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan Kabupaten/Kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK dan MP3EI).

Kabupaten/Kota tersebut juga telah memiliki Perda RTRW dan tergabung dalam Program Kota Hijau, Kota Pusaka, dan Perdesaan Lestari dan telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas di bidang Cipta Karya berupa Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten/Kota. Direktorat Jenderal Cipta Karya juga mendukung dalam pemenuhan Standart Pelayanan Minimal (SPM) bagi yang telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas, memiliki komitmen tinggi dan responsif program serta usulan-usulan daerah yang bersifat inovasi baru (creative program) bagi daerah yang berprestasi.

Gambar. 2.1. Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya

Sumber : Ditjen Cipta Karya 2012.

(6)

Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta II. 3

(7)

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya Karya III. 1

BAB. 3

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA

3.1. RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya sebagaimana yang telah ditetapkan pada PP No. 26 Tahun 2008. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1.1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Beberapan kriteria penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah:

1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional.

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

Posisi geografis Kota Gunungsitoli berada di kepulauan, dimana Kepulauan Nias merupakan kawasan strategis nasional sesuai dengan nawacita presiden 2014-2019 yang mengamanatkan bahwa prioritas kegiatan kemaritiman dan pengembangan kawasan PPI.

3.1.2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Beberapan kriteria Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah:

1. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

(8)

Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya Karya III. 2 2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri

dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

3.1.3. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (PKSN)

Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan kriteria:

1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

1. Pertahanan dan keamanan;

2. Pertumbuhan ekonomi;

3. Sosial dan budaya;

4. P endayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau 5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Referensi

Dokumen terkait

Karena merasa tidak akan dapat mengalahkan kujang pusaka yang dimiliki Patih Jaya Santana, Baginda Kalaboja itu pun dengan jujur mengakui kekalahannya.. “Baiklah...,

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat terdapat perbedaan kemampuan disposisi matematis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal ini menunjukkan

masing kuat tekan beton melakukan variasi pada ) dari 50 KNm dengan kenaikan Berdasarkan hasil peneliti lakukan, maka pembuatan konstruksi optimum didapatkan MPa,

Perancangan alat “Tongkat Pemandu Tuna Netra Menggunakan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler Arduino”, ini dimulai dengan membangun ide awal yang dilanjutkan

Bapak Rudy Susanto, S.kom, selaku Kepala Bengkel Universitas Bina Nusantara dan pengurus Lab LitBang Sistem Komputer (BENGKEL) yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang

Tujuan pengolahan data adalah untuk memberikan keterangan yang berguna, serta untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Dengan demikian,

Variasi Geotextil (Tanah Terganggu Wopt = 32.5%) Pemodelan 1 Perbaikan Tanah Dengan Geotextil Dari hasil hubungan pembebanan, faktor keamanan dan penurunan maka di ambil

Predisposing factors:  Faktor Demografi : - Umur - Pendidikan - Pekerjaan  Pengetahuan  Sikap Reinforcing factors:  Dukungan petugas kesehatan  Dukungan Keluarga