• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA STRATEGIS TAHUN"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2014 - 2018

DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN ENREKANG

2017

(2)

KEPUTUSAN BUPATI ENREKANG NOMOR : 321/KEP/VI/2017

TENTANG

RENCANA STRATEGIS

DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN ENREKANG TAHUN 2014-2018

BUPATI ENREKANG,

Menimbang : a. bahwa Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Enrekang Tahun 2014 – 2018 telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Enrekang Tahun 2014 - 2018;

b. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Rancangan Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang telah sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), disahkan dengan Keputusan Kepala Daerah;

c. bahwa Rancangan Rencana Strategis Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Enrekang Tahun 2014 – 2018, sehingga perlu disahkan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, huruf b, dan huruf c perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah tingkat II di Sulawesi

(3)

2. Undang-Undang Nomor Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

(4)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

11. Peraturan Menteri Dalam Negari Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

12. Peraturan Daerah Kabuapten Enrekang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Sistim Perencanaan Partisipatif Pembangunan Daerah Kabupaten Enrekang (Lembaran Daerah Kabupaten Enrekang Tahun 2008 Nomor 10);

13. Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Enrekang Tahun 2008-2028 (Lembaran Daerah Kabupaten Enrekang Tahun 2008 Nomor 14);

14. Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Enrekang Tahun 2014-2018 (Lembaran Daerah Kabupaten Enrekang Tahun 2014 Nomor 7);

15. Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Enrekang (Lembaran Daerah Kabupaten Enrekang Tahun 2016 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Enrekang Nomor 22);

16. Peraturan Bupati Enrekang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Penyesuaian Nomenklatur Satuan Kerja Perangkat Daerah Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Enrekang Tahun 2014 – 2018.

(5)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

KESATU : Mengesahkan Rencana Strategis Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang Tahun 2014-2018, sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini.

KEDUA : Rencana Strategis sebagaimana dimaksud diktum KESATU memuat :

1. Visi;

2. Misi;

3. Tujuan;

4. Strategi;

5. Kebijakan;

6. Program; dan 7. Kegiatan.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Enrekang Pada tanggal 8 Juni 2017 BUPATI ENREKANG,

MUSLIMIN BANDO

(6)

LAMPIRAN

KEPUTUSAN BUPATI ENREKANG NOMOR : 321/KEP/VI/2017 TENTANG

RENCANA STRATEGIS DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN ENREKANG TAHUN 2014-2018

BAB I PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka sebagai salah satu pelaku pembangunan di daerah yang merupakan bagian dari pembangunan nasional, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang menyusun Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2014-2018.

Dokumen Rencana Strategis Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang Tahun 2014-2018 merupakan salah satu dokumen perencanaan yang bersifat indikatif, memuat Program-Program Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Enrekang yang akan dilaksanakan langsung oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang untuk kurun waktu tahun 2014-2018. Renstra disusun sebagai arah dan acuan sekaligus kesepakatan bagi seluruh komponen Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan sesuai visi, misi dan arah kebijakan pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang disepakati bersama sebagai bentuk penjabaran visi, misi Bupati terpilih dan arah kebijakan pembangunan di Kabupaten Enrekang Tahun 2014-2018. Renstra digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten

(7)

Enrekang. Usaha mewujudkan visi, misi dan arah kebijakan yang tertuang dalam dokumen Renstra ini perlu didukung dengan strategi umum, yang kemudian diterjemahkan ke dalam program- program pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dan selanjutnya diuraikan kedalam kegiatan- kegiatan yang mendukung masing-masing program tersebut.

Penyusunan Rencana Strategis ini dilakukan dengan memperhatikan Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sulawesi Selatan dan Renstra Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI serta merupakan satu kesatuan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Enrekang. Dengan demikian Rencana Strategis Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang mensinergikan perencanaan pembangunan nasional dan daerah di bidang kesehatan melalui pelaksanaan Program-Program Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Enrekang. Selain itu urgensi penyusunan Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang ini adalah :

1. Menjadi acuan penyusunan Rencana Kerja Tahunan Dinas Kesehatan (RENJA);

2. Dasar penilaian kinerja Kepala SKPD;

3. Menjadi acuan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang juga dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting agar pembangunan dapat berjalan secara lebih sistematis, komprehensif dan tetap fokus pada pemecahan masalah- masalah mendasar yang dihadapi Kabupaten Enrekang, khususnya di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

1.2 . Landasan Hukum

Rencana Strategis Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang disusun berdasarkan :

(8)

1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822);

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

3) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720);

4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5332);

5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4604) ;

(9)

7) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

8) Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011;

9) Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang tahapan, tatacara Penyusunan Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

10) Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Sistem Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

11) Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Indikator Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Perempuan dan Perlindungan Anak;

12) Peraturan Bupati Enrekang Nomor 40 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang.

1.3 . Maksud dan Tujuan

Rencana Strategis Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang Tahun 2014-2018 disusun dengan maksud dan tujuan untuk :

1. Penjabaran visi dan misi serta kebijakan lainnya dengan merumuskan program dan kegiatan sebagai langkah dan strategi untuk mencapai visi, misi serta tujuan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang.

(10)

2. Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam jangka waktu lima tahun dari tahun 2014 sampai dengan 2018 yang akan menjadi pedoman pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kabupaten Enrekang.

3. Tersusunnya tujuan dan sasaran pembangunan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

4. Tersusunnya berbagai Kebijakan di Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan rencana pembangunan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam kurun waktu satu tahun sampai lima tahun.

5. Memberikan arah terhadap kebijakan keuangan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, strategi dan program-program pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif selama 5 (lima) tahun.

6. Sebagai pedoman dalam pengukuran keberhasilan atau kegagalan yang tertuang dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang.

1.4 . Sistematika Penulisan

Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang tahun 2014-2018 disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan.

Bab II. Gambaran Pelayanan SKPD.

Bab III. Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi.

Bab IV. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan.

(11)

Bab V. Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif.

Bab VI. Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD.

Bab VII. Penutup.

(12)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN

DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

2.1. Tugas Pokok dan Fungsi 2.1.1.Kepala Dinas

Tugas Pokok :

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab Kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah yang mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan di bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Fungsi :

a. Perumusan Kebijakan Teknis di bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Kesekretariatan Dinas;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Uraian Tugas :

a. Merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan serta menetapkan kebijakan teknis di bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

b. Melaksanakan pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

c. Menyelenggarakan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

d. Membina, mengkoordinasikan dan mengelola data dan informasi yang terkait dengan Pemberdayaan Perempuan dan

(13)

e. Membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan program dan kegiatan di bidang Pengarusutamaan Gender (PUG);

f. Membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan program dan kegiatan di bidang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan;

g. Membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan program dan kegiatan di bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak;

h. Membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan program dan kegiatan di bidang Data dan Informasi;

i. Membina dan mengarahkan Kepala Sekretariat dan para Kepala Bidang dalam melaksanakan tugasnya;

j. Melakukan pembinaan terhadap kedisiplinan dan peningkatan kualitas sumber daya pegawai dalam lingkup Dinas;

k. Melakukan pembinaan dan pengendalian atas pengelolaan keuangan;

l. Melakukan pembinaan dan pengendalian atas pengelolaan perlengkapan dan peralatan Dinas;

m. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi atau unit kerja terkait;

n. Menilai prestasi kerja Kepala Sekretariat dan kepala Bidang dalam rangka pembinaan dan pengembangan karier;

o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2.1.2.Sekretariat Tugas Pokok :

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris, berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala dinas dan mempunyai tugas membantu kepala dinas menyiapkan bahan dalam rangka penyelenggaraan dan koordinasi pelaksanaan sub bagian umum dan kepegawaian, perencanaan dan keuangan serta memberikan pelayanan administrasi dan fungsional kepada semua unsur dalam lingkup Dinas Pemberdayaan Pemberdayaan dan Perlindungan Anak.

(14)

Fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan, umum dan kepegawaian serta keuangan;

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan di bidang perencanaan, umum dan kepegawaian serta keuangan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan, umum dan kepegawaian serta keuangan;

d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Uraian Tugas:

a. Merencanakan, mengkoordinasikan, menggerakkan dan mengendalikan serta menetapkan kebijakan dibidang perencanaan, umum dan kepegawaian, keuangan serta perlengkapan;

b. Menyusun rencana kegiatan tahunan, sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

c. Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkup Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

d. Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan perencanaan;

e. Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan umum dan kepegawaian;

f. Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan keuangan;

g. Mengelola dan mengkoordinasikan urusan perlengkapan;

h. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan administrasi umum, kepegawaian, keuangan dan perlengkapan;

i. Mengkoordinasikan penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan lingkup Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

j. Menilai prestasi kerja para Kepala Sub Bagian dalam rangka pembinaan dan pengembangan karir;

k. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas yang diberikan oleh pimpinan.

(15)

2.1.3.Bidang Pengarusutamaan Gender Tugas Pokok :

Bidang Pengarusutamaan Gender dipimpin oleh seorang Kepala Bidang dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan kegiatan teknis bidang Pengarusutamaan Gender.

Fungsi :

a. Penyusunan program dan kegiatan Bidang Pengarusutamaan Gender;

b. Perumusan kebijakan teknis bidang Pengarusutamaan Gender;

c. Pelaksanaan program dan kegiatan Bidang Pengarusutamaan Gender;

d. Pelaksanaan pembinaan dan koordinasi bidang Pengarusutamaan Gender;

e. Pelaksanaan pendokumentasian bidang Pengarusutamaan Gender;

f. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Pengarusutamaan Gender.

Uraian Tugas:

a. Penyiapan perumusan kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, sosial, politik, hukum dan kualitas keluarga;

b. Penyiapan forum koordinasi penyusunan kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, sosial, politik, hukum dan kualitas keluarga;

c. Persiapan perumusan kajian kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, sosial, politik, hukum dan ketahanan keluarga;

d. Penyiapan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, sosial, politik, hukum dan kualitas keluarga;

e. Penyiapan fasilitasi, sosialisasi dan distribusi kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan

(16)

perempuan dibidang ekonomi, sosial, politik, hukum dan kualitas keluarga;

f. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi penerapan kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, sosial, politik, hukum dan kualitas keluarga;

g. Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan penerapan kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, sosial, politik, hukum dan kualitas keluarga;

h. Penyiapan pelembagaan pengarusutamaan gender;

i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

2.1.4.Bidang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan Tugas Pokok :

Bidang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan kegiatan teknis bidang perlindungan dan pemberdayaan perempuan.

Fungsi :

a. Penyusunan program dan kegiatan Bidang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan;

b. Perumusan kebijakan teknis Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan;

c. Pelaksanaan program dan kegiatan Bidang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan;

d. Pelaksanaan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan

e. Pelaksanaan pendokumentasian bidang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan;

f. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan perlindungan dan pemberdayaan perempuan.

(17)

Uraian Tugas:

a. Penyiapan perumusan kebijakan dibidang pencegahan dan penanganan, perlindungan dan pemberdayaan perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga, di bidang ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan kondisi khusus serta dari tindak pidana perdagangan orang;

b. Penyiapan forum koordinasi penyusunan kebijakan dibidang pencegahan dan penanganan, perlindungan dan pemberdayaan perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga, dibidang ketenaga kerjaan, dalam situasi darurat dan kondisi khusus serta dari tindak pidana perdagangan orang;

c. Penyiapan perumusan kajian kebijakan di bidang pencegahan dan penanganan, perlindungan dan pemberdayaan perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga, dibidang ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan kondisi khusus serta dari tindak pidana perdagangan orang;

d. Penyiapan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan dibidang pencegahan dan penanganan, perlindungan dan pemberdayaan perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga, dibidang ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan kondisi khusus serta dari tindak pidana perdagangan orang;

e. Penyiapan fasilitasi, sosialisasi dan distribusi kebijakan dibidang pencegahan dan penanganan, perlindungan dan pemberdayaan perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga, dibidang ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan kondisi khusus serta tindak pidana perdagangan orang;

f. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi penerapan kebijakan di bidang pencegahan dan penanganan, perlindungan dan pemberdayaan perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga, dibidang ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan kondisi khusus serta dari tindak pidana perdagangan orang;

g. Penyiapan penguatan dan pengembangan lembaga penyedia layanan perlindungan perempuan di bidang pencegahan dan penanganan, perlindungan dan pemberdayaan perempuan

(18)

korban kekerasan didalam rumah tangga, dibidang ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan kondisi khusus serta dari tindak pidana perdagangan orang;

h. Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan penerapan kebijakan dibidang pencegahan dan penanganan, perlindungan dan pemberdayaan perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga, dibidang ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan kondisi khusus serta dari tindak pidana perdagangan orang.

2.1.5.Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Tugas Pokok :

Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak dipimpin oleh seorang Kepala Bidang dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan kegiatan teknis bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak.

Fungsi :

a. Penyusunan program dan kegiatan Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak;

b. Perumusan kebijakan teknis Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak;

c. Pelaksanaan program dan kegiatan Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak;

d. Pelaksanaan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak;

e. Pelaksanaan pendokumentasian bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak;

f. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak.

Uraian Tugas:

a. Mengumpulkan dan mengelola data tentang pemenuhan hak- hak anak;

b. Menyiapkan bahan dan melaksanakan inventarisasi kegiatan perlindungan anak di daerah;

(19)

c. Menyiapkan bahan pengintegrasian hak-hak anak dalam program-program pembangunan daerah;

d. Menyiapkan bahan informasi dan sosialisasi perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak di daerah;

e. Menyiapkan bahan dan mengembangkan kerjasama antara lembaga terkait dalam peningkatan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak;

f. Menyiapkan bahan dan penyususnan laporan pelaksanaan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak;

g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan tanggung jawab bidang.

2.1.6.Bidang Data dan Informasi Tugas Pokok :

Bidang Data dan Informasi dipimpin oleh seorang Kepala Bidang dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan kegiatan teknis bidang Data dan Informasi.

Fungsi :

a. Penyusunan program dan kegiatan Bidang Data dan Informasi.

b. Perumusan kebijakan teknis bidang Data dan Informasi .

c. Pelaksanaan program dan kegiatan Bidang Data dan Informasi;

d. Pelaksanaan pembinaan dan koordinasi Data dan Informasi;

e. Pelaksanaan pendokumentasian bidang Data dan Informasi;

f. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Data dan Informasi Uraian Tugas:

a. Menyelenggarakan pengumpulan data, informasi, permasalahan peraturan perundang- undangan dan kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengolahan data;

b. Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan bidang data Informasi dan pengembangan sistem;

c. Menyelenggarakan upaya pemecahan masalah yang berkaitan dengan pengelolaan data, informasi;

d. Menyelenggarakan kegiatan pengelolaan data informasi;

(20)

e. Menyelenggarakan pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi;

f. Menyelenggarakan perekaman hasil data dan informasi;

g. Menyelenggarakan analisis dan pengembangan kinerja bidang;

h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

STRUKTUR ORGANISASI

DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN ENREKANG

2.2. Sumber Daya

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang didukung oleh 38 orang pegawai yang sebagiannya menduduki jabatan struktural seperti tertera pada struktur di atas.

Selain itu, untuk menunjang pelaksanaan tugas pada masing-masing bagian diperbantukan beberapa pegawai dengan jumlah dan jenis kelamin sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.1 berikut :

Kepala Dinas

Kelompok Jabatan Fungsional

Sekretaris

Sub. Bag.

Perencanaan Sub. Bag.

Keuangan Sub. Bag. Umum dan Kepegawaian

Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Bidang Pengarusutamaan

Gender Bidang Perlindungan dan

Pemberdayaan Perempuan Bidang Data dan

Informasi

Seksi Ketahanan dan Kualitas Keluarga Seksi Kesetaraan

Gender

Seksi Pengembangan Layanan Perindungan

Perempuan Seksi Pelayanan dan

Perlindungan Hak Perempuan

Seksi Perlindungan Khusus Anak Seksi Pemenuhan Hak

Anak

Seksi Evaluasi dan Pelaporan Seksi Pengelolaan

dan Analisis Data dan Informasi

(21)

Tabel 2.1

Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin per Bidang pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kabupaten Enrekang Tahun 2017

No Unit Kerja Laki-

Laki Perempuan Jumlah

1 Kapala Dinas - 1 1

2 Sekretariat 9 9 18

3 Bidang Pengarusutamaan

Gender - 5 5

4 Bidang Perlindungan dan

Pemberdayaan Perempuan - 4 4

5 Bidang Perlindungan Anak 1 3 5

6 Bidang Data dan Informasi 3 3 6

Jumlah 13 25 38

Jumlah pegawai tersebut di atas terdiri dari pejabat struktural sebanyak 15 orang, staf 7 orang dan tenaga sukarela sebanyak 16 orang. Jumlah pegawai yang ada pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Enrekang masih termasuk kurang. Ada 2 Jabatan Struktural setingkat Kepala Seksi yang belum terisi. Disamping itu ada bidang yang belum memiliki staf yang berstatus PNS. Sedangkan berdasarkan aspek kepangkatan dan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2

Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan dan Pendidikan pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kabupaten Enrekang Tahun 2017

No Unit Kerja Golongan Tingkat Pendidikan II III IV SLTA D3 S1 S2 JML

1 Kapala Dinas 1 1 1

2 Sekretariat 5 5 1 6 1 9 1 17

3 Bidang

Pengarusutamaan

Gender - 1 1 - - 3 1 4

4

Bidang

Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan

- 2 2 - 1 2 1 4

5 Bidang

Perlindungan

Anak - 2 - 1 3 2 - 6

6 Bidang Data dan

Informasi - 2 1 - 1 5 - 6

TOTAL 5 12 5 6 6 22 4 38

(22)

Dilihat dari aspek pangkat dan pendidikan sebagaimana tersebut dalam Tabel 2 di atas, tergambar bahwa kekuatan pegawai Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak relatif sudah terpenuhi terutama kalau dikaitkan dengan persyaratan jabatan, dimana sudah ada pejabat yang menduduki jabatan struktural yang memenuhi persyaratan pangkat awal bahkan ada yang sudah mencapai pangkat maksimal. Sedangkan dari aspek persyaratan pendidikan seluruhnya terpenuhi, bahkan 4 orang diantaranya berpendidikan S-2 atau melebihi dari persyaratan minimal.

2.3. Kinerja Pelayanan

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang dibentuk sebagai organisasi perangkat daerah untuk membantu Bupati Enrekang dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Menyikapi kelima misi Kabupaten Enrekang, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang memberikan konstribusi sesuai tugas pokok dan fungsinya. Dalam menjalankan tugas pokoknya, Dinas PP-PA Kabupaten Enrekang memiliki fungsi sebagaimana yang telah di sebutkan di atas.

Namun demikian dalam mengemban tugas pokok dan fungsi tersebut Dinas PP-PA Kabupaten Enrekang mengalami berbagai kendala dan terkadang sulit untuk diatasi. Hal ini terkait dengan fungsi koordinasi, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta faktor-faktor internal dan eksternal lainnya. Dalam hal perencanaan dapat saja dikatakan berjalan sesuai dengan aturan yang ada dengan mengacu pada Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Perencanaan pembangunan tahun yang akan datang dilaksanakan pada awal tahun yang berjalan. Dimulai dari Musrenbangdes kemudian Musrenbang Kecamatan dilanjutkan dengan Musrenbang Kabupaten, Musrenbang Provinsi dan berakhir pada Musrenbang Nasional. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan mekanisme dan jadwal yang telah disepakati bersama.

(23)

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan

Untuk memenuhi tuntutan perkembangan birokrasi yang professional sebagi konsekuensi derasnya arus informasi dan arus globalisasi , maka Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang akan mengambil langkah- langkah menuju perubahan dan mempersiapkan guna menyempurnakan hal – hal yang diperlukan guna menyempurnakan kekurangan selama ini dalam menghadapi tantangan yang akan datang yang sudah barang tentu permasalahan yang akan dihadapi akan semakin kompleks.

Langkah- langkah dan persiapan tersebut sangat perlu dilakukan sebagai deskripsi mengenai apa yang akan terjadi didalam lingkungan internal maupun lingkungan eksternal yang dapat memberikan pengaruh terhadap rencana strategik. Maka dari itu diperlukan langkah-langkah persiapan yang perlu diambil guna mewujudkan profesionalisme, akuntabilitas, kredibilitas serta memiliki integritas yang tinggi dalam hal perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta koordinasi kegiatan.

Kekurangan dan kelemahan dimasa lalu dapat disempurnakan dimasa yang akan datang, kualitas perencanaan lebih ditingkatkan, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi dapat berjalan dengan efektif, efisien dan menyeluruh. Koordinasi lintas program juga perlu dilakukan dalam upaya untuk mengurangi ego sektoral masing-masing.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah tujuan organisasi yang jelas, lingkungan organisasi terutama yang berkaitan erat dengan tugas pokok dan fungsi, adaptif yang artinya penyesuaian terhadap perkembangan yang muncul untuk memanfaatkan peluang yang ada karena capaian terhadap indikator kinerja dan mengukur kemajuan capaian hasil tetap akan menjadi focus utama dalam rencana strategi.

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang mempunyai urusan wajib dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Dalam mewujudkan pencapaian keberhasilan pengembangan pelayanan ada beberapa faktor –faktor mempengaruhi yaitu :

(24)

Tantangan Pelayanan yang mempengaruhi pelayanan pada Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Bidang Perlindungan Anak adalah:

1. Belum optimalnya koordinasi antar SKPD terkait program yang responsif gender;

2. Belum optimalnya koordinasi SKPD dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana dan pemberdayaan perempuan;

3. Sumber Daya apartur SKPD yang masih rendah dalam memahami gender dan masih bias gender;

4. Sumberdaya manusia Perempuan yang masih rendah dalam mengakses dibidang pendidikan, kesehatan, social, budaya, ekonomi, politik, hukum, dan ekonomi;

5. Belum optimalnya peran dan fungsi advokasi dalam pendampingan penangan kasus kekerasan perempuan dan anak 6. Belum optimalnya peran dan fungsi advokasi kelembagaan pelayanan KB dan pemberdayaan perempuan, perlindungan anak;

7. Belum optimalnya pembentukan Kelembagaan P2TP2A;

8. Belum terbentuknya Rumah Aman bagi korban kekerasan, trafficking,

9. Belum optimalnya ketersediaan data terpilah;

10. Belum optimalnya penganggaran yang serponsif gender.

11. Belum ada Lembaga Pemesyarakatan Khusus anak;

12. Adanya tuntutan masyarakat terhadap penyelesaian kasus- kasus kekerasan perempuan dan anak;

13. Adanya tuntutan masyarakat terhadap produk hukum perlindungan perempuan dan anak;

14. Adanya tuntutan masyarakat terhadap program-program yang berpihak pada perempuan dan anak.

Peluang Pelayanan yang terdiri dari :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota memperjelas pembagian kewenangan pengelolaan Program Pemberdayaan

(25)

Perempuan dan Perlindungan Anak ditingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

2. Komitmen Mitra Kerja yang cukup baik dalam mendukung kebijakan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

3. Adanya Komitmen Bupati Enrekang, DPRD untuk mendukung pelaksanaan program yang responsif gender.

4. Kesempatan dan peluang kerjasama dengan berbagai pihak lembaga-lembaga pemerhati perempuan dan anak;

5. Telah terbentunya Kelembagaan P2TP2A yang berfungsi sebagai wadah pengaduan dan penanganan perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan di tingkat Kabupaten.

(26)

BAB III

ISU-ISU STRTEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

Pada era globalisasi saat ini, keadilan dan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan isu strategis yang menjadi perhatian dunia. Berbagai upaya untuk meningkatkan peran perempuan pada posisi strategis dalam rangka memecahkan berbagai masalah dan memberikan perlindungan bagi anak terus dikembangkan. Dalam mencapai upaya ini, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak diharapkan dapat memberikan peran secara optimal. Namun dalam menjalankan tugas dan fungsinya Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang harus fokus melakukan kegiatan untuk menjawab persoalan dan masalah-masalah yang dihadapi oleh perempuan dan anak di Kabupaten Enrekang sebagai berikut :

1. Masih rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan.

2. Masih tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.

3. Masih rendahnya kesejahteraan dan perlindungan anak.

4. Masih terdapat peraturan dan kebijakan yang bias gender, diskriminatif terhadap perempuan, dan belum peduli anak.

5. Masih lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak, termasuk ketersediaan data dan rendahnya partisipasi masyarakat.

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Dengan mempertimbangkan kemajuan yang telah dicapai pada periode 2008-2013; memperhatikan hasil analisis isu strategis;

mengacu visi dan visi Bupati/Wakil Bupati Enrekang yang terpilih untuk masa bakti 2014 – 2018; dan perioritas pembagunan nasional yang tercantum dalam RPJMN 2015 – 2019; serta merujuk pada tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, maka Visi Pembangunan Kabupaten Enrekang Tahun 2014 – 2018 adalah :

(27)

“Terwujudnya Kabupaten Enrekang Maju, Aman dan Sejahtera (EMAS) menuju Daerah Agropolitan Berwawasan Lingkungan”.

Berdasarkan visi pembangunan tersebut ditetapkan misi pembangunan Kabupaten Enrekang Tahun 2014-2018 adalah :

1. Meningkatkan kualitas dan ketersediaan infrastruktur pelayanan publik

2. Meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing dan aplikasi teknologi

3. Mewujudkan tata kelolah pemerintahan yang baik dan disertai dengan jaminan rasa aman dalam berbagai aktifitas kehidupan masyarakat tanpa deskriminasi laki-laki dan perempuan

4. Meningkatkan perekonomian daerah dan pendapatan masyarakat berbasis agrobisnis dan agroindustri

5. Meningkatkan pengelolaan SDA secara optimal dan berwawasan lingkungan.

Tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Enrekang yang akan dicapai dalam lima tahun mendatang dirumuskan berdasarkan visi dan misi pembangunan Kabupaten Enrekang tahun 2014-2018 yang berhubungan dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah tujuan dan sasaran yang terkait dengan misi ketiga, yaitu mewujudkan tata kelolah pemerintahan yang baik dan disertai dengan jaminan rasa aman dalam berbagai aktifitas seluruh masyarakat tanpa diskriminasi laki-laki dan perempuan. Maka tujuan dan sasaran pembangunan yang akan dicapai dalam sisa dua tahun mendatang adalah sebagai berikut:

1. Memperkuat kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak serta peningkatan partisipasi perempuan.

2. Mewujudkan rasa aman pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah.

3. Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai aspek.

3.3. Telahaan Renstra Kementrian PP-PA Republik Indonesia dan Renstra Dinas PP-PA Propinsi Sulawesi Selatan

(28)

Secara garis besar, arah kebijakan pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak nasional tahun 2015 – 2019 adalah sebagai berikut :

1. Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Pertama, meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan, dengan strategi: 1) Peningkatan pemahaman dan komitmen tentang pentingnya pengintegrasian perspektif gender dalam berbagai tahapan, proses, dan bidangpembangunan, di tingkat nasional maupun di daerah; 2) Penerapan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) diberbagai bidang pembangunan, di tingkat nasional dan daerah; 3) Pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil PUG,termasuk PPRG; serta 4) Peningkatan pemahaman masyarakat dan dunia usaha tentang kesetaraan gender.

Kedua, meningkatkan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan, termasuk TPPO, dengan strategi: 1) Penyediaan data dan informasi Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) secara lengkap dan kontinyu; 2) Peningkatan advokasi dan sosialisasi KtP kepada pemangku kepentingan terkait serta memperkuat mekanisme koordinasi antar K/L/SKPD dan antara pusat dengan daerah dalam pencegahan dan penanganan KtP; 3) Penegakan hukum, melalui pemberian sanksi yang tegas terhadap pelaku KtP untuk memberikan efek jera; 4) Peningkatan efektivitas layanan bagi perempuan korban kekerasan (layanan pengaduan, rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, penegakan dan bantuan hukum, serta pemulangan dan reintegrasi sosial); 5) Penguatan mekanisme kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam pencegahan dan penanganan KtP; dan 6) Penguatan mekanisme kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam pencegahan dan penanganan KtP.

Ketiga, meningkatkan efektivitas kelembagaan PUG dan kelembagaan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan dengan strategi: 1) Peningkatan kapasitas SDM

(29)

lembaga koordinator dalam mengkoordinasikan dan memfasilitasi kementerian/lembaga/pemerintah daerah tentang PUG/PPRG, termasuk data terpilah; 2) Penguataan lembaga/jejaring PUG di pusat dan daerah, termasuk dengan perguruan tinggi, pusat studi wanita/gender, dan organisasi masyarakat; 3) Peningkatan sosialisasi dan pelatihan tentang pedoman pelaksanaan PPRG di berbagai bidang pembangunan/pemerintah daerah; 4) Pengembangan sistem penyediaan, pemutakhiran, dan pemanfaatan data terpilah untuk penyusunan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan/ program/kegiatan pembangunan; 5) Identifikasi dan revisi peraturan perundangundangan dan kebijakan terkait KtP yang disharmonis; 6) Penyusunan aturan pelaksanaan peraturan perundang-undangan terkait dengan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan, termasuk TPPO; 7) Sosialisasi peraturan perundangundangan dan kebijakan terkait KtP kepada semua pemangku kepentingan;

8) Penguatan mekanisme koordinasi antar K/L/SKPD dan antara pusat dengan daerah dalam pencegahan dan penanganan KtP; 9) Peningkatan efektivitas pelatihan SDM di kementerian/lembaga/SKPD/unit layanan terkait KtP; 10)

Pengembangan insentif untuk SDM di

kementerian/lembaga/SKPD/ unit layanan terkait KtP; dan 11) Pengembangan sistem penyediaan, pemutakhiran, dan pemanfaatan data KtP.

2. Perlindungan Anak

Pertama, meningkatkan akses semua anak terhadap pelayanan yang berkualitas dalam rangka mendukung tumbuh kembang dan kelangsungan hidup dengan strategi: 1) Peningkatan pemerataan ketersediaan dan akses terhadap layanan dasar termasuk penyediaan layanan pendidikan dan kesehatan yang inklusif/khusus untuk anak rentan; 2) Peningkatan layanan PAUD-HI bagi seluruh anak; 3) Percepatan kepemilikan akta kelahiran; 4) Peningkatan dan penguatan kegiatan untuk membentuk karakter dan mengasah kreativitas dan bakat anak;

5) Pengawasan materi dan akses untuk menyediakan informasi layak anak; 6) Peningkatan ketahanan keluarga dalam

(30)

pengasuhan anak; 7) Advokasi dan sosialisasi bagi pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha serta media massa dalam mewujudkan pemenuhan hak anak; dan 8) Perwujudan Kabupaten/Kota Layak Anak, termasuk di dalamnya sekolah ramah anak, puskesmas ramah anak, partisipasi anak serta lingkungan dan ruang bermain ramah anak.

Kedua, penguatan sistem perlindungan anak mencakup pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi anak korban tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya, melalui strategi: 1) Peningkatan upaya pencegahan, termasuk pemberian sanksi hukum yang tegas terhadap pelaku tindak kekerasan pada anak; 2) Pengawasan pelaksanaan penegakan hukum berbasis restorative justice, termasuk pemberian bantuan hukum bagi anak sebagai pelaku, korban, atau saksi tindak kekerasan dan rehabilitasi sosial anak; 3) Peningkatan upaya untuk mencegah perkawinan di usia anak; 4) Peningkatan kualitas pengasuhan anak dalam keluarga pengganti dan pengasuhan alternatif; 5) Perluasan cakupan program perlindungan sosial bagi anak rentan; 6) Penyusunan strategi dan materi KIE yang sesuai dengan konteks lokal masyarakat; 7) Advokasi dan sosialisasi tentang pentingnya melindungi anak dari tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya kepada pemerintah, masyarakat, dunia usaha, lembaga pendidikan, dan media masa; 8) Pelaksanaan gerakan nasional perlindungan anak; dan 9) Peningkatan efektivitas layanan anak korban kekerasan yang mencakup layanan pengaduan, rehabilitasi kesehatan, penegakan dan bantuan hukum, serta pemulangan, reintegrasi sosial, dan pengasuhan alternatif.

Ketiga, peningkatan efektivitas kelembagaan perlindungan anak, melalui strategi: 1) penguatan dan harmonisasi perundang- undangan dan kebijakan terkait perlindungan anak dan melengkapi aturan pelaksanaannya; 2) peningkatan koordinasi antar instansi pemerintah di pusat dan daerah serta organisasi masyarakat melalui jejaring kelembagaan dalam pelaksanaan, pengawasan, pemantauan dan evaluasi secara berkelanjutan; 3)

(31)

penguatan sistem manajemen dan pemanfaaatan data dan informasi lintas kementerian/lembaga/SKPD; dan 4) peningkatan kapasitas SDM instansi pemerintah pusat dan daerah yang memberikan layanan pada anak termasuk dalam perencanaan dan penganggaran yang responsif anak.

Untuk Propinsi Sulawesi Selatan, arah kebijakan pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang tertuang dalam 2 tahun terakhir periode renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tahun 2013-2018 adalah sebagai berikut:

1. Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Pertama, Meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan, dengan strategi : 1) Peningkatan pemahaman dan komitmen tentang pentingnya pengintegrasian perspektif gender dalam berbagai tahapan, proses dan bidang pembangunan di daerah; 2) Penerapan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender (PPRG) di berbagai bidang pembangunan daerah; 3) Peningkatan pemahaman masyarakat/keluarga kesetaraan gender.

Kedua, Meningkatkan efektifitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan dengan strategi : 1) Peningkatan kapasitas SDM lembaga pemerintah/ non pemerintah tentang PUG/PPRG dan pemberdayaan perempuan; 2) Penguatan lembaga/ jejaring PUG di daerah, termasuk dengan perguruan tinggi, pusat studi wanita/gender, dan organisasi masyarakat; 3) Peningkatan sosialisasi dan pelatihan tentang pedoman pelaksanaan PPRG, diberbagai bidang pembangunan/ pemerintah daerah.

2. Perlindungan Perempuan

Pertama, meningkatkan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan, termasuk TPPO, dengan strategi : 1) Penyediaan data dan informasi kekerasan terhadap perempuan (KtP) secara lengkap dan kontinyu; 2) Peningkatan advokasi dan sosialisasi KtP kepada pemangku kepentingan terkait serta memperkuat mekanisme koordinasi antar K/L/SKPD dan antara pusat dengan

(32)

daerah dalam pencegahan dan penanganan KtP; 3) Penegakan hukum melalui pemberian sanksi yang tegas terhadap pelaku KtP untuk memberikan efek jera; 4) Peningkatan efektifitas layanan bagi perempuan korban kekerasan (layanan pengaduan, rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, penegakan dan bantuan hukum, serta pemulangan dan reintegrasi sosial); 5) Penguatan mekanisme kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan media usaha dalam pencegahan dan penanganan KtP; dan 6) Penguatan mekanisme kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam pencegahan dan penanganan KtP.

Kedua, meningkatkan efektivitas kelembagaan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan dengan strategi: 1) Penyusunan aturan pelaksanaan peraturan perundang-undangan terkait dengan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan termasuk TPPO; 2) Sosialisasi peraturan perundang- undangan dan kebijakan terkait KtP kepada semua pemangku kepentingan; 3) Penguatan mekanisme koordinasi antar SKPD dalam pencegahan dan penanganan KtP; 4) Peningkatan efektivitas pelatihan SDM di Kementerian/Lembaga/SKPD/unit layanan terkait KtP; 5) Pengembangan sistem penyediaan, pemutakhira dan pemanfaatan data KtP.

3. Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak

Pertama, meningkatkan akses semua anak terhadap pelayanan yang berkualitas dalam rangka mendukung tumbuh kembang dan kelangsungan hidup dengan strategi : 1) Advokasi dan sosialisasi bagi pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha serta media massa dalam mewujudkan pemenuhan hak dan perlindungan anak; 2) Perwujudan Kabupaten/Kota Layak Anak, termasuk didalamnya sekolah ramah anak, puskesmas ramah anak, partisipasi anak serta lingkungan dan ruang bermain ramah anak;

Kedua, penguatan sistem perlindungan anak mencakup pencegahan, penanganan dan rehabilitasi anak korban tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya,

(33)

melalui strategi: 1) peningkatan upaya pencegahan, termasuk pemberian sanksi hukum yang tegas terhadap pelaku tindak kekerasan pada anak; 2) Pengawasan pelaksanaan penegakan hukum berbasis restorative justice, termasuk pemberian sanksi hukum bagi anak sebagai pelaku, korban atau saksi tindak kekerasan dan rehabilitasi sosial anak; 3) Peningkatan upaya untuk pencegahan perkawinan di usia anak; 4) Peningkatan kualitas pengasuhan anak dalam keluarga pengganti, dan pengasuhan alternatif; 5) Perluasan cakupan program perlindungan sosial bagi anak rentan; 6) Penyusunan strategi dan materi KIE yang sesuai dengan konteks lokal masyarakat; 7) Advokasi dan sosialisasi tentang pentingnya melindungi anak dari tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya kepada pemerintah, masyarakat, dunia usaha, lembaga pendidikan, dan media massa; serta 8) Peningkatan efektivitas layanan anak korban kekerasan yang mencakup layanan pengaduan, rehabilitasi kesehatan, penegakan dan bantuan hukum, serta pemulangan, reintegrasi sosial dan pengasuhan alternatif.

Ketiga, peningkatan efektivitas kelembagaan perlindungan anak, melalui strategi : 1) penguatan dan harmonisasi perundang- undangan dan kebijakan terkait perlindungan anak dan melengkapi aturan pelaksanaannya; 2) peningkatan koordinasi antar instansi pemerintah di daerah serta organisasi masyarakat melalui jejaring kelembagaan dalam pelaksanaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi secara berkelanjutan.

3.4. Telahaan Rencana Tata Ruang Wilayah dan kajian lingkungan hidup Strategis

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Enrekang akan menjadi acuan dalam pengembangan kualitas pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Enrekang kedepan. Dalam mendukung penyelenggaraan rencana tata ruang wilayah dan kajian lingkungan strategis Badan KB dan PP Kabupaten Enrekang mempunyai peran strategis dalam hal :

(34)

a. Melakukan sosialisasi standar pelayanan publik, standar manajemen mutu, dan standard operating procedures (SOP) sebagai upaya untuk membangun persamaan persepsi;

b. Peningkatan peran serta perempuan dalam pembangunan dan kesetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

c. Membangun komitmen dengan perangkat daerah dan instansi terkait dalam rangka pemenuhan hak dan perlindungan anak.

3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis

1. Isu Strategis Internasional, antara lain:

- Human Trafficking.

- Perdagangan organ tubuh manusia lintas negara.

- Eksploitasi perempuan dan anak.

- Kesetaraan gender

2. Isu Strategis Nasional, antara lain:

- Belum optimalnya penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

- Masih rendahnya perlindungan tenaga kerja perempuan yang bekerja di luar negeri.

- Masih rendahnya jumlah perempuan yang menduduki jabatan strategis di eksekutif, legislatif, yudikatif, partai politik dan organisasi-organisasi profesi lainnya.

- Peluang kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan masih jauh lebih rendah dari laki-laki.

- Belum efektifnya kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan.

- Masih tingginya tindak kekerasan terhadap anak.

- Anak berkebutuhan khusus (ABK) belum ditangani dengan baik.

- Belum semua program dan kegiatan pembangunan selaras dengan mandat Konvensi Hak Anak (KHA).

- Masih tingginya angka usia pernikahan anak.

- Masih sedikitnya jumlah puskesmas yang menginisiasi menuju Puskesmas Ramah Anak (PRA).

(35)

- Masih tingginya angka drop out sekolah, masih rendahnya angka partisipasi sekolah, masih sedikitnya sekolah menuju sekolah ramah anak (SRA), belum tersedianya Rute Aman dan Selamat ke/dari sekolah (RASS) dan terbatasnya ruang kreativitas dan ruang bermain ramah anak.

- Belum semua provinsi dan kabupaten/kota memfasilitasi partisipasi anak dalam bentuk forum anak.

3. Isu Strategis Lokal, antara lain:

- Minimnya fasilitas yang tersedia bagi perempuan korban tindak kekerasan.

- Masih rendahnya kontribusi perempuan dalam peningkatan ekonomi keluarga.

- Jumlah kasus tindakan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak masih tinggi.

- Masih tingginya angka putus sekolah pada perempuan khususnya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

- Minimnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam bidang usaha sehingga berdampak pada penghasilan keluarga.

- Belum efektifnya kelembagaan PUG.

- Anak berkebutuhan khusus belum ditangani dengan baik.

- Belum semua program dan kegiatan pembangunan selaras dengan mandat Konvensi Hak Anak (KHA).

- Masih tingginya angka usia pernikahan anak.

- Belum ada puskesmas yang menginisiasi menuju Puskesmas Ramah Anak (PRA).

- Masih tingginya angka drop out sekolah, masih rendahnya angka partisipasi sekolah, masih sedikitnya sekolah menuju sekolah ramah anak (SRA), belum tersedianya Rute Aman dan Selamat ke/dari sekolah (RASS) dan terbatasnya ruang kreativitas dan ruang bermain ramah anak.

- Kelembagaan partisipasi anak dalam proses pembangunan belum optimal.

(36)

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

4.1 Visi dan Misi

Visi merupakan gambaran masa depan yang akan diwujudkan oleh organisasi. Visi mengenai masa depan tersebut penting karena hanya masa depan yang dapat dikendalikan dan direncanakan. Demikian juga semakin pendek visi yang dimiliki maka semakin sempit ruang untuk perencanaan.

Visi perlu dinyatakan atau dituliskan agar terbentuk shared vision sehingga semua personel dalam organisasi memiliki visi yang sama. Visi harus dinyatakan secara ringkas, padat, menantang, memotivasi dan realistis.

Adapun Visi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang adalah “Terwujudnya Kesejahteraan Perempuan dan Anak menuju Enrekang Maju, Aman dan Sejahtera”

Visi ini harus ditopang oleh nilai-nilai :

1. Kesetaraan dan keadilan gender bahwa semua manusia baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara.

2. Kesejahteraan adalah kondisi dimana perempuan dan anak terpenuhi hak dan kebutuhan dasar mereka.

Selanjutnya untuk mencapai visi tersebut maka diimplementasikan kedalam Misi. Misi disusun dengan memperhatikan arah pembangunan RPJMD, keselarasan dengan Misi Bupati Kabupaten Enrekang terpilih, Kondisi Umum Daerah dan unit/satuan kerja serta kontinuitas perencanaan tahun sebelumnya. Memperhatikan semua itu maka ditetapkan Misi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak dalam berbagai bidang.

2. Mengupayakan penghapusan segala bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak.

(37)

3. Memajukan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik.

4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi sehingga rumusannya harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang. Untuk itu tujuan disusun guna memperjelas pencapaian sasaran yang ingin diraih dari masing-masing misi.

Tabel 4.1 MISI DAN TUJUAN

No Misi Tujuan

1 Mewujudkan peningkatan kualitas hidup perempuan di semua sektor kehidupan yang terkait dengan agama, ekonomi, pendidikan,

kesehatan dan

kesejahteraan sosial.

- Meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai insan pembangunan

2 Peningkatan Perlindungan dan kesejahteraan

Perempuan dan Anak.

- Meningkatkan perlindungan kesejahteraan perempuan dan anak dalam rumah tangga / keluarga serta masyarakat

- Menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak 3 Mewujudkan Peningkatan

dan penguatan untuk kemandirian organisasi perempuan dan anak.

- Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi program Pemberdayaan Perempuan dan Anak dengan Organisasi Perempuan di masyarakat

(38)

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai dalam rumusan yang spesifik, terukur, dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.

Tabel 4.2

TUJUAN DAN SASARAN

NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR

SASARAN

TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN

KE -

1 2 3 4 5

1

3

Meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai insan pembangunan

- Meningkatnya kualitas hidup perempuan di semua sektor kehidupan yang terkait dengan agama,

ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial

- Meningkatnya jumlah

pelaksanaan sosialisasi kualitas hidup terkait agama, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial

85

% 85

%

2

3

Meningkatkan perlindungan kesejahteraan perempuan dan anak dalam rumah tangga / keluarga serta masyarakat

- Meningkatnya perlindungan kesejahteraan perempuan dan anak dalam rumah tangga / keluarga serta masyarakat

- Terlaksananya sosialisasi perlindungan kesejahteraan perempuan dan anak dalam rumah tangga / keluarga serta masyarakat

85

% 85

%

(39)

3

3

Menurunkan angka kekerasan terhadap

perempuan dan anak

- Menurunnya angka

kekerasan terhadap

perempuan dan anak

- Terlaksananya Kegiatan Pelatihan bagi Pelatih (TOT) SDM

Pelayanan dan Pendampingan KDRT.

85

% 90

%

4

3

Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi program

Pemberdayaan Perempuan dan Anak dengan Organisasi Perempuan di masyarakat

- Meningkatnya sinkronisasi dan koordinasi program

Pemberdayaan Perempuan dan Anak dengan Organisasi Perempuan di masyarakat

- Prosentase jumlah sinkroni sasi dan

koordinasi program

Pemberdayaan Perempuan dan Anak dengan Organisasi Perempuan di masyarakat

85

% 85

%

4.3 Strategi Dan Kebijakan 4.3.1 Strategi

Penyusunan strategi didasarkan pada analisis SWOT yang mencermati kondisi lingkungan internal organisasi berupa kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses) dan kondisi lingkungan eksternal organisasi, yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threats).Dengan tehnik SWOT dapat diketahui kondisi-kondisi elemen internal organisasi yang sifatnya uncontrollable (yang relative kurang dikuasai) yang berguna untuk mengetahui faktor peluang dan ancaman.Analisis SWOT ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat urgensi dan dampak potensial serta skala prioritasnya.

Dengan pencermatan terhadap lingkungan organisasi dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang sebagai berikut :

(40)

1. Kekuatan (Strengthness)

a. Struktur Organisasi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

b. Tersedianya peraturan dan perundang-undangan c. Kewenangan otonomi daerah

d. Tingginya kemauan kerja sebagian besar SDM e. Penerapan informasi Teknologi yang memadai

f. Meningkatnya disiplin waktu kerja sebagian besar aparat pemerintah

2. Kelemahan (Weakness):

a. Pengelolaan manajemen waktu terhadap tugas-tugas kurang tepat

b. Kuantitas SDM yang kurang mencukupi

c. Belum tersedianya data dan informasi yang akurat

d. Profesionalisme SDM Apartur Dinas PP-PA belum optimal e. Kemitraan antara Dinas PP-PA terhadap organisasi

masyarakat belum optimal

f. Masih kurangnya sosialisasi tentang pengarusutamaan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak 3. Peluang (Opportunity)

a. Respon positif masyarakat terhadap kebijakan Pemerintah b. Organisasi Perempuan di Kabupaten Enrekang semakin

bertambah

c. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah

d. Situasi dan kondisi keamanan yang kondusif.

e. Perkembangan teknologi dan informasi semakin baik, f. Saran, pendapat dan kritikan masyarakat.

4. Ancaman (Threat)

a. Rendahnya pemahaman dan nilai serap terhadap Globalisasi

b. Tingginya perkembangan budaya-budaya yang berasal dari luar Kabupaten Enrekang.

c. Terjadinya diskriminasi dan kekerasan terhadap Perempuan dan anak

d. Prioritas pendidikan bagi perempuan masih rendah,

(41)

e. Masih banyak masyarakat belum memahami pentingnya pendidikan,

f. Masih rendahnya pemahaman Kesetaraan gender di masyarakat .

Berdasarkan hasil analisa lingkungan yang telah dilakukan sebelumnya, berikut ini adalah pilihan-pilihan strategis yang dapat diambil guna menentukan kebijakan- kebijakan sebagai bentuk anatisipasi masa yang akan datang serta untuk perbaikan kondisi saat ini. Pilihan-pilihan strategis di bawah ini adalah hasil analisa SWOT yang dilakukan berdasarkan analisa lingkungan baik internal maupun eksternal organisasi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Enrekang.

Penggunaan strategi di bawah ini lebih bergantung dari cara pandang unit kerja dan unit organisasi dalam memandang setiap permasalahan yang dihadapi. Ada beberapa pilihan strategi yang dapat digunakan untuk waktu dan kesempatan yang berbeda. Pilihan-pilihan strategi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3

Matriks analisa SWOT: Kekuatan (Strength) – Peluang (Opportunities)

Lingkungan Internal

A n

a l

i s

a

Lingkungan Eksternal

Kekuatan (Strength) “S”

1. Struktur Organisasi Dinas PP dan PA

2. Tersedianya peraturan dan perunda-undangan

3. Kewenangan otonomi daerah.

4. Kemauan kerja sebagian besar SDM

5. Penerapan informasi dan teknologi yang memadai

6. Disiplin waktu sebagian besar aparat pemerintah meningkat.

(42)

Peluang (Opportunities) “O”

1. Respon positif masyarakat terhadap kebijakan Pemerintah 2. Organisasi Perempuan di

Kabupaten Enrekang semakin bertambah

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah

4. Situasi dan kondisi keamanan kondusif

5. Perkembangan teknologi dan informasi semakin baik,

6. Saran, pendapat dan kritikan masyarakat.

Menggunakan Kekuatan (Strength) “S” untuk

mendapatkan Peluang

(Opportunities) “O” = “S” + “O”

1. Pendayagunaan wewenang atas fungsi perencanaan dan pengendalian dalam pelaksanaan Otonomi Daerah.

2. Penyusunan time schedule kegiatan prioritas dengan sumber daya pembangunan untuk proses percepatan tujuan dan penentuan kriteria

kendala dan atau

permasalahan.

3. Pemanfaatan saran, pendapat dan kritikan masyarakat yang dituangkan dalam kebijakan daerah,

4. Pemanfaatan sarana, prasarana dan keteraturan administrasi untuk meningkatkan dan memanfaatkan teknologi dan informasi dalam mendukung fungsi Dinas PP-PA.

5. Realisasi kemauan kerja untuk menginventarisir dan mengelola saran, pendapat dan kritik dari masyarakat sebagai dasar yang kuat untuk penetapan program/kegiatan.

Gambar

Tabel 4.1 MISI DAN TUJUAN

Referensi

Dokumen terkait

secara hukum memiliki tanggung jawab penuh untuk mencegah segala bentuk kekerasan dan melindungi perempuan dan anak sebagai anggota keluarga... (1) Untuk mencegah terjadi

S eminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK), merupakan agenda tahunan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, dan tahun 2015

Kelompok bahan makanan pada bulan April 2014 mengalami deflasi 0,33 persen atau terjadi penurunan indeks dari 166,05 pada Maret 2014 menjadi 165,49 pada April 2014.. Dari 11

Tersedianya data, informasi dan laporan pelayanan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak pada Pos Sahabat Perempuan dan Anak (Pos SAPA) di Perguruan Tinggi dan

Bobot basah dan bobot kering tajuk bibit pada sistem perbanyakan bibit kopi asal biji yang lebih baik diduga karena pengaruh dari pertumbuhan baik

Masyarakat Desa R Rejosari dan Desa P1 Mardiharjo melakukan berbagai usaha budidaya baik tanaman (hortikultura, perkebunan dan pangan) maupun ternak dan ikan

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) akan melakukan Penawaran Umum Obligasi Subordinasi III Tahun 2018 dengan pokok obligasi yang ditawarkan sebanyak-banyaknya Rp500

- Jangan sekali-kali menggunakan aksesori atau komponen apa pun dari produsen lain atau yang tidak secara khusus direkomendasikan oleh Philips.. Jika Anda menggunakan aksesori