• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. 5 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. 5 Universitas Kristen Petra"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut para ahli dalam bidan perpajakan. Rochmat Soemitro, mengemukakan pengertian pajak sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa negara adalah suatu organisasi yang besar, yaitu mempunyai tujuan ingin mensejahterakan rakyatnya.

Untuk mensejahterakan rakyatnya negara mempunyai kegiatan-kegiatan, kegiatan-kegiatan tersebut memerlukan biaya. Biaya-biaya tersebut dibayar oleh rakyat dan dikembalikan ke rakyat berupa fasilitas-fasilitas. Pemungutan dilakukan dengan berdasarkan Undang-undang sehingga pemerintah tidak semena-mena memungut pajak dan rakyat tidak semaunya membayar pajak.

Pengertian wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu

Wajib pajak adalah subyek yang menerima atau memperoleh penghasilan.

Yang menjadi subyek pajak adalah:

1. Orang pribadi

2. Warisan yang belum terbagi 3. Badan

4. Bentuk usaha tetap

Obyek pajak adalah penghasilan yaitu tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapaun.

(2)

2.2. Kewajiban Pajak

Pengertian Kewajiban Pajak adalah suatu tanggung jawab ataupun keharusan yang harus dilakukan oleh wajib pajak untuk memenuhi tanggungan perpajakannya. Contoh Kewajiban Pajak adalah Kewajiban mencatat, membayar dan melaporkan laporan keuangan yang dimilikinya.

2.3. Langkah-langkah dalam Perhitungan PPh terutang, PPh kurang bayar/lebih bayar

Penghasilan XXX

Kompensasi Kerugian ( XXX)

PKP XXX

Tarif pasal 17 (XXX)

Kredit Pajak 1 (XXX)

(PPh psl 22,23,24)

PPh dibayar sendiri XXX

Kredit Pajak 2 (XXX)

(pph psl 25 + fiskal luar negeri)

PPh msh harus di bayar / PPh lebih bayar XXX

Dari langkah-langkah perhitungan PPh di atas maka dapat kita uraikan satu per satu bagiannya yaitu sebagai berikut :

1. Penghasilan

Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak , baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat di pakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

(3)

2. Kompensasi kerugian

Kerugian yang disebabkan karena biaya lebih besar dari pada penghasilan, yang bisa di bebankan kepada penghasilan tahun pajak berikutnya berturut – turut sampai dengan 5 ( lima ) tahun.

3. PKP ( Penghasilan Kena Pajak )

Penghasilan yang menjadi dasar dari perhitungan PPh terutang 4. Tarif pasal 17

4.1. Wajib Pajak orang pribadi

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

sampai dengan Rp. 25.000.000 5%

di atas Rp. 25.000.000 s.d Rp. 50.000.000 10%

di atas Rp. 50.000.000 s.d Rp. 100.000.000 15%

di atas Rp. 100.000.000 s.d Rp. 200.000.000 25%

di atas Rp. 200.000.000 35%

4.2.Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

di atas Rp. 0 s.d Rp. 50.000.000 10%

di atas Rp. 50.000.000 s.d Rp. 100.000.000 15%

di atas Rp. 100.000.000 30%

5. Kredit Pajak I

Berisi PPh 21 , PPh 22 , PPh 23 , PPh 24 5.1. PPh 21

Pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.

(4)

5.2. PPh 22

Pemungutan Pajak sehubungan dengan penyerahan barang kepada Bendaharawan Pemerintah dan Pemungutan pajak dari wajib pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor.

5.3. PPh 23

Pemotongan pajak atas penghasilan Subjek Pajak Dalam Negeri dan Badan Usaha Tetap yang berasal dari Capital Income, Service Income dan penghasilan dari kegiatan selain yang telah dipotong PPh 21.

5.4. PPh 24

Pajak yang dibayar atau terutang di luar negri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan undang – undang ini dalam tahun pajak yang sama.

6. PPh dibayar sendiri

Hasil pengurangan dari PPh terutang dengan kredit pajak I 7. Kredit Pajak II

Berisi PPh 25, dan Fiskal Luar Negeri 7.1. PPh 25

Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan .

7.2. Fiskal Luar negeri

Besarnya Pajak yang harus dibayar ketika seseorang melakukan perjalanan luar negeri.

8. PPh Kurang bayar / Lebih bayar

Hasil dari pengurangan antara PPh di bayar sendiri dengan kredit pajak II.

Sebelum menghitung PPh yang harus di bayar tersebut , maka perusahaan harus melakukan koreksi fiscal terlebih dahulu. Koreksi fiscal adalah koreksi yang dilakukan terhadap laporan keuangan komersial perusahaan dengan mempertimbangkan peraturan-peraturan yang berlaku di dalam peraturan perpajakan di Indonesia. Koreksi Fiskal dapat dilakukan pada penghasilan-

(5)

penghasilan yang sudah dikenai pajak penghasilan bersifat final seperti yang diatur dalam PPh pasal 4 ayat ( 2 ) maupun pada biaya – biaya yang tidak diperbolehkan di dalam pajak seperti dalam PPh pasal 9 ayat ( 1 ).

2.3.1. Obyek Pajak Penghasilan , menurut PPH pasal 4 ayat ( 1 ) yaitu :

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang – undang ini.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan c. Laba usaha

d. Keuntungan Karen penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : 1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

2. Keuntungan yang diperoleh perseroan , persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota

3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan perusahaan.

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus atau derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak – pihak yang bersangkutan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang

(6)

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

h. Royalti

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva n. Premi asuransi

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

2.3.2. Penghasilan-penghasilan yang sudah dikenai pajak penghasilan bersifat final sesuai PPh pasal 4 ayat ( 2 ) yaitu :

1. Bunga deposito dan tabungan – tabungan lainnya dengan tarif 20 % yang bersifat final.

2. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek dengan tarif 0.1 % yang bersifat final

3. Pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan dengan tarif 5 % yang bersifat final.

4. Penyewaan harta berupa tanah dan atau bangunan dengan tarif 10 % yang bersifat final.

5. Penghasilan yang berasal dari hadiah undian dengan tarif 25 % yang bersifat final.

(7)

2.3.3. Bukan obyek pajak penghasilan, menurut PPH pasal 4 ayat ( 3 ) antara lain:

a. 1) bantuan sumbangan , termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.

2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajad, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh menteri keuangan;

Sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak - pihak yang bersangkutan.

b. warisan.

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 1 ) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah.

e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, BUMN/D, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :

1. Dividen berasal dari cadangan laba di tahan.; dan

2. bagi perseroan terbatas, BUMN/D yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut.

(8)

g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar pemberi kerja maupun pegawai.

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pension sebagaimana yang dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.

j. bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha.

k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian dari laba dari badan pasangan usaha dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :

1. merupakan pengusaha kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sector – sector usaha yang ditetapkan dengan KMK; dan

2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

2.3.4. Biaya yang tidak boleh dikurangkan menurut UU No. 17 Pasal 9 ayat 1:

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota.

(9)

c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;

h. Pajak penghasilan;

i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;

j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

k. Sanksi administrasi berupa bunga, dengan dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang- undangan di bidang perpajakan.

(10)

Pada biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan di atas tidak semuanya relevan untuk Wajib Pajak Badan yang berbentuk Pt, yang relevan adalah price, dana cadangan, natura, jumlah yang melebihi kewajaran, PPh kecuali Pasal 26, sanksi administrasi, dan biaya entertainment, representasi, jamuan.

Dari penjelasan di atas diharapkan perusahaan mengambil keuntungan sebesar-besarnya, dari berbagai pengecualian yang diperbolehkan Undang- undang. Contoh: bila perusahaan mempunyai penghasilan kena pajak yang tinggi akan dikenakan tarif tertinggi, maka sebaiknya perusahaan membelanjakan sebagian laba perusahaan secara langsung untuk hal-hal yang bermanfaat dengan catatan biaya yang dikeluarkan adalah biaya yang dapat dikurangkan yaitu: biaya riset, biaya perbaikan kantor, biaya pelatihan pegawai dan sebagainya

2.3.5. Biaya yang boleh dikurangkan menurut UU No. 17 Pasal 6 ayat 1:

a. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, grafitasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya berjalan, biaya pengolahan limbah, premi asumsi, biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan;

b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;

c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri keuangan;

d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harga yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

e. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing;

f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;

g. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan;

(11)

h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:

1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.

2. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan.

3. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan

4. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Setelah dilakukan koreksi fiscal maka perusahaan dapat menghitung penghasilan kena pajak .Dan setelah itu perusahaan dapat menghitung pajak penghasilan yang harus perusahaan bayar dan pajak penghasilan ini menjadi Kewajiban Pajak perusahaan

2.4.Perencanaan Pajak

Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Secara umum perencanaan pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba yang diharapkan.

Tujuan Perencanaan Pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar

2. Usaha efisiensi untuk mencapai laba yang seharusnya.

Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari:

2.4.1. Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak adalah salah satu fungsi utama dari manajemen pajak.

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak.

(12)

Pengertian perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya berada dalam posisi minimal, sepanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

a. Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Apabila suatu perencanaan pajak ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, bagi wajib pajak merupakan resiko yang berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak. Karena itu, sebaiknya wajib pajak menghindari hal tersebut karena dapat sangat merugikan wajib pajak sendiri.

b. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh perusahaan baik jangka pajang maupun jangka pendek, maka perencanaan pajak yang tidak masuk akal akan memperlemah perencanaan itu sendiri.

c. Bukti-bukti pendukungnya memadai, misalnya dukungan perjanjian, faktur dan juga perlakuan akuntansinya.

Perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan wajib pajak. Strategi mengefisiensikan beban pajak tersebut (penghematan pajak) yang dilakukan oleh perusahaan haruslah yang bersifat legal supaya tidak dapat menghindari sanksi-sanksi pajak di kemudian hari. Secara umum penghematan pajak menganut prinsip the least and latest, yaitu membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada waktu terakhir yang masih diizinkan oleh Undang- undang dan peraturan perpajakan. Strategi mengefisiensikan beban pajak tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura dan kenikmatan dapat sebagai salah satu pilihan untuk menghindari lapisan tarif maksimum.

Karena pada dasarnya pemberian dalam bentuk natura/kenikmatan dapat dikurangkan sebagai biaya oleh pemberi kerja sepanjang pemberian tersebut diperhitungkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak bagi pegawai yang menerimanya.

b. Melalui pemilihan metode penyusutan yang diperbolehkan peraturan perpajakan yang berlaku.

(13)

Jika perusahaan mempunyai prediksi laba yang cukup besar maka dapat dipakai metode penyusutan yang dipercepat (saldo menurun) sehingga atas biaya penyusutan tersebut dapat mengurangi laba kena pajak dan sebaliknya jika diperkirakan pada awal-awal tahun investasi belum bisa memberikan keuntungan atau timbul kerugian maka pilihannya adalah menggunakan metode penyusutan yang memberikan biaya yang lebih kecil (garis lurus) supaya biaya penyusutan dapat ditunda untuk tahun berikutnya.

c. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan, untuk ini wajib pajak harus jeli untuk memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan.

Sebagai contoh PPh Pasal 22 atas pembelian solar dari Pertamina bersifat final jika pembeliannya dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang penyaluran migas, tetapi jika pembeliannya dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang pabrikan maka PPh Pasal 22 tersebut dapat dikreditkan dengan PPh Badan. Karena dengan dimasukkannya di dalam biaya hanya dapat mengurangi Penghasilan kena Pajak saja dan jika dimasukkan ke dalam Kredit Pajak akan dapat mengurangi Pajak Penghasilan yang terutang.

d. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang berlaku.

Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dapat dilakukan dengan cara menguasai peraturan perpajakan yang berlaku.

Motivasi yang mendasari dilakukannya perencanaan pajak:

1. Kebijaksanaan Perpajakan (Tax Policy)

Kebijaksanaan perpajakan merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan. Dari berbagai aspek kebijaksanaan pajak, berikut akan diuraikan faktor-faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak yaitu:

a. Siapa yang akan dijadikan subjek pajak?

Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut “the classical system” di mana ada pemisahan antara Badan Usaha dengan pribadi pemiliknya (pemegang saham) akan menimbulkan pajak ganda.

Adanya perbedaan perlakuan perpajakan atas pembayaran deviden dari

(14)

Badan Usaha kepada pemegang saham perorangan dan kepada pemegang saham berbentuk badan usaha maka disini menimbulkan usaha untuk perencanaan pajak dengan baik agar beban pajaknya rendah dan meringankan arus kas perusahaan sehingga bisa dimanfaatkan untuk tujuan yang lain. Disamping itu adanya pertimbangan untuk menunda pembayaran deviden dengan cara meningkatkan jumlah laba yang ditahan (retained earning) bagi perusahaan juga akan menimbulkan penundaan pembayaran pajak.

b. Apa saja yang merupakan obyek pajak?

Adanya perlakuan perpajakan yang berbeda atas obyek pajak yang secara ekonomis hakikatnya sama akan menimbulkan usaha perencanaan pajak agar beban pajaknya rendah..

c. Berapa besarnya tarif pajak?

Adanya tarif yang diterapkan di Indonesia mengakibatkan seorang perencana pajak akan berusaha sedapat mungkin dikenakan tarif yang paling rendah.

2. Undang-undang Perpajakan (Tax Law)

Pada kenyataannya dimanapun tidak ada Undang-undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna, maka dalam pelaksananya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain (Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak), maka tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan Undang- undang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan dalam mencapai tujuan yang lain yang ingin dicapainya.

Keadaan ini menyebabkan munculnya celah bagi Wajib Pajak untuk menganalisis dengan cermat atas kesempatan tersebut untuk digunakan perencanaan pajak yang baik.

(15)

2. 4.2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation)

Apabila pada tahap perencanaan telah diketahui faktor-faktor yang akan dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikannya baik secara formal maupun material.

Untuk dapat mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu dikuasai dan dilaksanakan, yaitu:

a. Memahami ketentuan peraturan perpajakan

Dengan mempelajari peraturan perpajakan seperti Undang-undang, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Dirjen Pajak, dan Surat Edaran Dirjen Pajak kita dapat mengetahui peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menghemat beban pajak.

b. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat

Pembukuan merupakan sarana yang sangat penting dalam penyajian informasi keuangan perusahaan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan dan menjadi dasar dalam menghitung besarnya jumlah pajak terutang.

2.5. Langkah-Langkah dalam Perencanaan Pajak

a. Dalam membuat suatu perencanaan pajak harus memperhatikan strategi perencanaan perusahaan secara keseluruhan agar perencanaan pajak yang dilakukan dapat berhasil sesuai yang diharapkan. Adapun upaya perencanaan pajak yang dapat dilakukan:

1. Mengubah jenis biaya

Ada beberapa biaya yang menurut Undang-undang perpajakan tidak dapat dikurangkan, diubah menjadi biaya yang dapat dikurangkan tanpa melanggar Undang-undang perpajakan. Contoh: sumbangan Hansip diubah menjadi biaya keamanan yang maha hal ini berlaku apabila perusahaan tidak membayar gaji Satpam.

2. Bonus dan jasa produksi

Perusahaan biasanya memberikan bonus dan jasa produksi pada karyawan. Keduanya dapat dibebankan dengan cara dibebankan dalam tahun berjalan yang mana bonus dan jasa produksi pada bulan

(16)

Desember.Bila perusahaan dalam keadaan laba lebih baik dibebankan pada tahun berjalan sehingga labanya akan lebih kecil dan beban pajaknya berkurang. Tetapi bila sebaliknya, tidak menjadi masalah akan dibebankan pada tahun berjalan atau tahun berikutnya karena bila dibebankan pada tahun berjalan akan menambah kompensasi kerugian perusahaan yang akan dikurangkan di tahun berikutnya. Bila dibebankan tahun berikutnya akan mengurangi penghasilan kena pajak tahun berikutnya.

3. Pemberian natura

Pada perusahaan yang memperoleh penghasilan kena pajak yang telah dikenakan tarif tertinggi (di atas Rp. 100.000.000) dan pengenaan PPh Badan tidak Final, diupayakan seminimal mungkin memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak dibebankan sebagai biaya.

Pada perusahaan yang PPh Badannya dikenakan tarif pajak final, sebaliknya memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan karena pemberian tersebut tidak termasuk Pph Pasal 21, sedangkan pengeluaran untuk pemberian natura dan kenikmatan tidak mempengaruhi besarnya PPh Badan karena dihitung dari prosentase atas penghasilan bruto sebelum dikurangi dengan biaya- biaya.

Jika perusahaan rugi, pemberian natura dan kenikmatan akan menurunkan PPh Pasal 21 sementara PPh Badan tetap nihil..

4. Pemberian tunjangan makan atau menyediakan catering.

Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai tidak dianggap sebagai penghasilan bagi karyawan, namun dikurangkan sebagai biaya oleh perusahaan makanan dan natura lainnya dapat direncanakan seperti perusahaan memberikan beras atau menyediakan catering untuk karyawan. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal pajak nomor: KEP 213/PJ/2001 menyatakan bahwa penyediaan makanan dan minuman bagi pegawai tidak dianggap sebagai penghasilan bagi karyawan namun sebagai biaya oleh perusahaan.

(17)

Selain itu seperti tunjang beras atau uang makan, pemberian tersebut merupakan penghasilan yang kena pajak bagi karyawan dan dapat dikurangkan sebagai biaya bagi perusahaan. Dengan demikian kedua hal tersebut tidak membawa keuntungan bagi perusahaan, namun jika perusahaan menyediakan makanan dan minuman bagi pegawai maka pegawai tetap tidak kena PPh Pasal dan perusahaan tetap dapat mengurangkan sebagai biaya untuk perhitungan pajak penghasilan perusahaan. Jadi agar kesejahteraan karyawan pegawai dapat lebih meningkat, sebaiknya disediakan makanan dan minuman.

2.6. Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak penghasilan Pasal 21 merupakan pajak yang terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban wajib pajak untuk membayarnya.

Penghasilan yang dimaksud adalah gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

2.7 Perencanaan Pajak PPh Pasal 21

Perencanaan pajak untuk PPh 21 dapat dilakukan dengan cara memberikan tunjangan pajak pada karyawan yaitu dengan:

1. Memberikan tunjangan kesehatan 2. Memberikan bonus

3. Memberikan tunjangan pajak (metode gross up)

Metode Gross Up adalah pajak yang terutang sama besarnya dengan tunjangan pajak. Tunjangan pajak karyawan tersebut dapat menjadi biaya perusahaan, sehingga biaya perusahaan bertambah dan laba perusahaan menjadi berkurang. Dan Pajak yang harus di bayar perusahaan semakin kecil.

Pada bagian terakhir ini akan membahas lebih lanjut mengenai 2 (dua) sistem imbalan jasa untuk karyawan yaitu imbalan bruto atau take home pay, karena kedua hal tersebut menimbulkan implikasi perpajakan yang berbeda.

(18)

Imbalan bruto berarti karyawan akan menerima imbalan sejumlah tertentu kemudian oleh perusahaan akan dipotong PPh 21 sesuai dengan tarip yang berlaku sehingga karyawan akan memperoleh uang sejumlah imbalan dikurangi PPh 21 yang harus dipotong.

Take home pay berarti karyawan akan menerima imbalan sesuai dengan jumlah tertentu yang sudah disetujui pada awal bekerja dan perusahaan yang akan menanggung PPh 21 yang harus dipotong dan disetor. Ada dua alternative perlakuan dari transaksi tersebut diatas, yaitu :

• PPh 21 diakui sebagai natura/kenikmatan (pajak yang dibayar ditanggung perusahaan) perhitungannya akan sama dengan Imbalan bruto.

Tunjangan PPh 21 yang disetor Non Taxable dan Non Deductible

• PPh 21 diakui sebagai biaya perusahaan atau penghasilan dari karyawan, lebih dikenal dengan istilah gross up. PPh 21 yang disetor Taxable dan Deductible.

Biasanya point a diatas diterapkan bagi perusahaan yang masih mengalami kerugian, sedangan point b lebih sering diterapkan bagi perusahaan yang untung. Pemilihan pengakuan diatas biasanya dilakukan berdasarkan tax planning yang dibuat perusahaan sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

mengetahui apakah UMKM melakukan pencatatan jika terjadi lebih bayar atau kurang bayar pada saat pembayaran pajak penghasilan (PPh 21), pengumpulan data diperoleh dari

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ”Sistem informasi adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi yang

Penulis memilih panelis yang tidak terlatih dikarenakan Doerry (1995) menyatakan bahwa, potensi diterimanya suatu produk oleh konsumen ditentukan oleh sebagian

Karena ketika percobaan dimulai dengan memasukan udara ke dalam tabung 1 dan tabung 2 dengan tekanan udara yang berbeda (dalam keadaan kedua tabung krannya tertutup),

Bersama ini kami kirimkan Laporan Realisasi Pendapatan PNBP Bulan Agustus 2017 pada Satuan Keija Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura.. Demikian kami sampaikan dan

Kenapa seorang fisikawan bisa menghasilkan konsep-konsep yang sekarang dipakai dalam matematika, hal ini dikarenakan fenomena-fenomena alam yang ada di fisika

Heizer dan Render (2011), menyatakan manajemen kualitas total mengacu pada penekanan kualitas yang meliputi organisasi secara keseluruhan mulai dari pemasok sampai

Secara umum minat dapat dikatakan sebagai dorongan yang datangnya dari dalam terhadap suatu barang dan jasa karena dia merasa bahwa barang atau jasa itu ada manfaatnya bagi