• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKONOMI DAN FISKAL DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EKONOMI DAN FISKAL DAERAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Periode 26 April – 7 Mei 2021

Astera Primanto Bhakti • Harry Z. Soeratin • Putut Hari Satyaka • Adriyanto • Bhimantara Widyajala • Agung Widiadi

Subandono • Amrul Yusroni • Yadi Hadian • Jackwin Simbolon • Mulyono • Kurnia • Radies Kusprihanto Purbo •

Miftah Chalamsa • Adrian Kusuma Pratama • Purwandi Santoso • Arifudin Miftakhul Huda • Mario Agustino • Eko

Arisyanto • Britany Alasen Sembiring

Desy Puspita Anggraeni • Nabillah Rahma • Nadia Nurul Nisa KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PERKEMBANGAN

EKONOMI DAN

FISKAL DAERAH

(2)

KINERJA PEREKONOMIAN DAERAH

Aktivitas Perekonomian Berdasarkan Mobility Index

Aktivitas perekonomian, berdasarkan mobility index*, mengalami kenaikan dalam jangka waktu 13 April sampai dengan 4 Mei 2021, yaitu dari -0.131 menjadi 0,009.

Berdasarkan analisis kuadran dengan menggunakan variabel mobility index dan COVID-19 intensity index change per 4 Mei 2021, seluruh provinsi sudah mengalami peningkatan aktivitas perekonomian, bahkan Maluku Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur berada di Kuadran I, yaitu aktivitas perekonomian maupun kesehatannya sudah membaik.

*Data CSIS

KINERJA TKDD DAERAH

Realisasi TKDD 2021 s.d. 11 Mei 2021

Secara YoY, realisasi TKDD s.d. 11 Mei 2021 sebesar Rp261,3 T mengalami kenaikan 7,0% dibandingkan realisasi s.d. 11 Mei 2020 sebesar Rp244,2 T.

DAU mengalami penurunan sebesar 11,5% karena terdapat pemda yang belum memenuhi persyaratan kinerja. Sedangkan DBH mengalami kenaikan sebesar 61,2%, DTK naik 59,8%, dan Dana Desa menurun sebesar 12,1%.

Realisasi BLT Desa sebesar Rp2.384,14 M kepada 110.644 Desa.

Realisasi s.d. 11 Mei 2021 YoY

2020 2021 (dalam triliun)

22,9 36,9

161,7 143,1

21,5 18,9

DBH DAU DTK DID OTSUS DAIS DANA DESA

35,5 56,8

0,8 0,2

4,8

Jatim

2,3

(3)

KINERJA FISKAL DAERAH

*Realisasi 2021 bersifat sementara dari 504 Pemda yang sudah menyampaikan data ke SIKD

Realisasi APBD s.d. April - YoY

Realisasi Pendapatan 2021 terkontraksi sebesar 18,6% secara YoY dari Rp269,1 T menjadi Rp219,1 T. Penurunan terjadi di PAD sebesar 27,4%

yang salah satunya disebabkan karena penurunan Pajak Daerah sebesar 20,4%.

Realisasi Belanja 2021 terkontraksi sebesar 20,27% secara YoY dari Rp181,1 T menjadi Rp144,4 T, dengan penurunan tertinggi di Belanja Lainnya sebesar 44,2%, diikuti dengan Belanja Barjas turun 31,8% dan Belanja Modal turun 22,2%. Belanja yang masih mengalami kenaikan adalah Bansos sebesar 18,0% dari Rp1,5 T menjadi Rp1,8 T.

Pembiayaan Neto turun sebesar 23,7% secara YoY yang sumber utamanya adalah penurunan di Penggunaan SILPA TA Sebelumnya sebesar 23,1% dari Rp30,2 T menjadi Rp23,2 T, sedangkan Penerimaan Pinjaman justru naik sebesar 128,9% dari Rp0,7 T menjadi Rp1,5 T.

• Fungsi yang mengalami penurunan realisasi terbesar adalah Pariwisata sebesar 75,9% dan Perumahan & Fasum sebesar 60,9%.

• Fungsi Pendidikan dan Perlindungan Sosial relatif terjaga realisasinya, yaitu berturut-turut hanya turun sebesar 1,7% dan 6,2%.

Size realisasi belanja masih didominasi dari Pulau Jawa.

• Perilaku belanja s.d. April 2021 masih didominasi oleh Belanja Pegawai.

• Serapan belanja secara agregat tertinggi ada di Provinsi Gorontalo sebesar 16,9%, sedangkan Provinsi Papua mempunyai serapan belanja agregat terendah sebesar 6,0%.

(4)

KINERJA DAERAH TERTINGGAL

Sesuai dengan statusnya, kinerja daerah-daerah tertinggal dibawah kinerja rata-rata nasional, baik indikator sosial ekonomi maupun kondisi infrastruktur daerah, kecuali satu indikator yakni Tingkat Pengangguran Terbuka. Hal ini menunjukkan perlunya fokus pembangunan (afirmasi) terhadap daerah tertinggal agar pada tahun-tahun berikutnya semakin sedikit daerah yang berkategori tertinggal.

Indikator Tahun Daerah

Tertinggal (Rata-rata)

Nasional (Rata-rata)

Status (di atas/bawah

Nasional)

Tingkat Pengangguran Terbuka 2019 3,25 4,77 bawah

Balita Stunting (%) 2019 35,03 27,96 atas

Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 2020 7,11 8,48 bawah

Harapan Lama Sekolah 2020 12,13 12,98 bawah

Penduduk Miskin (%) 2020 19,85 9,78 atas

PDRB (juta rupiah) 2020 7.176.040 25.728.060 bawah

IPM 2020 63,17 71,94 bawah

IKK 2020 135,24 108,69 atas

Kondisi Jalan Mantap (%) 2019 43,10 58,73 bawah

Rumah Tangga Air Minum Layak (%) 2019 72,88 89,27 bawah

Rumah Tangga Sanitasi Layak (%) 2019 57,61 77,39 bawah

catatan: daerah tertinggal adalah data 122 kabupaten/kota

Pada sisi fiskal daerah, APBD pada daerah-daerah tertinggal masih memiliki kemandirian yang lebih rendah dari rerata nasional. Hal ini berarti pula masih tingginya tingkat ketergantungan daerah-daerah tertinggal terhadap dana transfer.

6.51%

rata-rata daerah tertinggal

13.83%

rata-rata nasional

77.76%

rata-rata nasional

87.32%

rata-rata daerah tertinggal

2020 APBD

status: di bawah nasional

Proxy Kemandirian (PAD/Total Pendapatan)

Proxy Ketergantungan (TKDD/Total Pendapatan)

status: di atas nasional

sumber: APBD 2020 dari 122 daerah tertinggal

(5)

EDITORIAL

Pembangunan ekonomi Indonesia yang mampu tumbuh rata-rata sekitar 5-6% per tahun dalam beberapa dekade terakhir membawa Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Meskipun demikian, pembangunan ekonomi Indonesia belum merata dengan masih banyaknya daerah yang masih tertinggal. Dalam RPJMN 2020-2024, terdapat 3 kebijakan pokok pembangunan Indonesia, salah satu kebijakan yang terkait dengan pembangunan daerah tertinggal adalah pengembangan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan afirmatif untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal. Pola afirmatif diarahkan untuk perluasan akses pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan, penyediaan sarana dan prasarana perumahan, air bersih dan sanitasi, listrik, peningkatan konektivitas dan pengembangan jaringan telekomunikasi.

Pembangunan daerah tertinggal difokuskan kepada 62 daerah yang tersebar di 5 pulau besar yaitu Pulau Sumatra, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku-Nusa Tenggara dan Pulau Papua. Berdasarkan wilayah provinsi, distribusi daerah tertinggal meliputi 22 kabupaten di Provinsi Papua, 8 kabupaten di Papua Barat, 13 kabupaten di Nusa Tenggara Timur, 1 kabupaten di Nusa Tenggara Barat, 6 kabupaten di Maluku, 2 kabupaten di Maluku Utara, 3 kabupaten di Sulawesi Tengah, 4 kabupaten di Sumatra Utara, 1 Kabupaten di Sumatra Barat, 1 kabupaten di Sumatra Selatan dan 1 Kabupaten di Lampung. Dengan demikian, sebagian besar daerah tertinggal di Indonesia berada di Kawasan timur, khususnya Provinsi Papua, NTT dan Papua Barat, sehingga fokus pembangunan daerah tertinggal harus diarahkan untuk daerah-daerah tersebut.

Namun demikian, pembangunan dan pengembangan daerah tertinggal bukanlah sebuah tugas yang mudah. Terdapat berbagai tantangan yang berpotensi untuk menghambat pembangunan di daerah tertinggal.

Penduduk miskin 2018

IPM 2015

82%

elektrifikasi 2015

Sisi Kualitas Sumber Daya Manusia

IPM daerah tertinggal pada 2015 hanya 59,91 (status low human development).

Oleh karena itu, peningkatan IPM menjadi salah satu fokus kebijakan pemerintah dalam mengembangkan daerah tertinggal. Studi dari Anindyntha., et.al (2018) di daerah tertinggal di Papua menunjukkan, bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap peningkatan IPM di Papua adalah PDRB per kapita, angka harapan hidup, dan angka harapan sekolah, sedangkan jumlah penduduk miskin tidak berkorelasi dengan peningkatan IPM. Temuan ini memberikan indikasi bahwa fokus kebijakan penguatan kualitas SDM perlu terus didorong untuk penguatan pembangunan di daerah tertinggal.

Tingginya angka kemiskinan di daerah tertinggal

Pada tahun 2018, saat RPJMN 2019-2024 disusun, persentase penduduk miskin di daerah tertinggal sebesar 26,12%. Data tersebut jauh di atas persentase penduduk miskin nasional pada tahun 2018 sebesar 9,82%. Hal ini juga didukung dengan masih banyaknya jumlah desa berstatus tertinggal hingga sangat tertinggal, di mana pada 2018, dari 18,2 ribu desa di daerah tersebut, 83%

berstatus tertinggal dan sangat tertinggal.

Terbatasnya infrastruktur dan akses

Keterjangkauan wilayah daerah di daerah tertinggal juga menjadi tantangan pembangunan di kawasan tersebut. Data menunjukkan bahwa di tahun 2015, tingkat elektrifikasi di bawah 82% (angka nasional di atas 96%). Rasio elektrifikasi tersebut terus ditingkatkan, sehingga di tahun 2019 dapat mencapai 99,15%. Demikian pula dengan infrastruktur layanan publik lainnya seperti jarak ke sekolah maupun puskesmas, dimana di tahun 2016 rata-rata jarak pemukiman ke sekolah dasar adalah 13,5 km dan jarak menuju puskesmas terdekat mencapai 14 km di daerah tertinggal di Provinsi Papua. Oleh karena itu, strategi pembangunan saat ini yang ditempuh terfokus untuk mengatasi ketiga hal tersebut.

(6)

EDITORIAL

Pembangunan daerah tertinggal tidak bisa disamakan dengan pembangunan daerah lainnya, karena daerah tertinggal mempunyai lebih banyak keterbatasan, antara lain masalah SDM, infrastruktur, dan penguasaan teknologi. Dalam rangka mendukung pembangunan daerah tertinggal tersebut, pemerintah telah menyusun kebijakan dalam percepatan pembangunan daerah tertinggal yaitu:

Kunci pengentasan derah tertinggal adalah penyelesaian terhadap penyebab ketertinggalan yang meliputi 6 tema besar yaitu perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana prasarana, aksesibilitas, kapasitas keuangan daerah, dan karakteristik daerah. Adapun sasaran yang diharapkan akan dicapai di tahun 2024 adalah persentase Penduduk Miskin 25.85% di tahun 2019 turun menjadi 23,5% - 24% pada tahun 2024, kemudian Indeks Pembangunan Manusia 58,91 di tahun 2019 naik menjadi 62,2 - 62,7 dan jumlah daerah tertinggal dari 62 kabupaten berkurang menjadi 37 kabupaten (25 kabupaten terentaskan).

Untuk itu, perlu dilakukan penyusunan Master Plan secara nasional, yang meliputi sinergi program dan kegiatan yang akan dilaksanakan secara kolaboratif oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan pihak lain seperti BUMN/BUMD dan masyarakat. RPJMN dan RPJMD, Renstra setiap K/L dan Renstra SKPD terkait membutuhkan benang merah yang tegas agar tidak terjadi tumpang tindih program dan kegiatan, dan yang lebih penting adalah adanya keterkaitan dan saling mendukung satu sama lain dalam sebuah sistem.

Dalam konsep Critical Systems Heuristics (Werner Ulrich, 1983), sistem perencanaan pembangunan yang baik perlu dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran di antaranya penerima manfaat yang dituju (beneficiaries), para pelaku (perumus kebijakan, pelaksana, penjamin, dan pendana), sumber daya yang dibutuhkan (skill, people, money, time), termasuk pihak yang akan terdampak (affected people) dan analisa lain seperti lingkungan dan sosial. Selanjutnya, kolaborasi tersebut perlu melibatkan aparat pengawasan pemerintah untuk mengawasi pelaksanaan setiap kegiatan, baik pengawasan aspek keuangan maupun kinerja. Pengawasan tersebut diharapkan dapat menjaga agar program kerja tetap sejalan dengan perencanaan yang adaptif.

Pengembangan perekonomian masyarakat (antara lain melalui pelatihan digitalisasi pemasaran, akses permodalan, dan membuka

peluang pasar ekspor);

Peningkatan SDM (antara lain melalui peningkatan kualitas tenaga kesehatan dan guru)

Percepatan pembangunan sarana-prasarana/infrastruktur

wilayah

Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik

lainnya

Peningkatan ketangguhan dan kemandirian daerah melalui pengembangan ekonomi lokal

Penanganan dan pemulihan ekonomi daerah pascapandemi

Covid-19 antara lain melalui peningkatan ketahanan sosial ekonomi masyarakat, revitalisasi ekonomi perdesaan dan daerah tertinggal yang terintegrasi dalam

program pemulihan ekonomi daerah dan nasional.

(7)

INOVASI DAERAH

Kabupaten Pesisir Barat merupakan kabupaten termuda di Provinsi Lampung dan masuk dalam klaster daerah tertinggal yaitu kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional.

Kabupaten Pesisir Barat merupakan hasil pemekaran Kabupaten Lampung Barat di tahun 2012. Kabupaten Pesisir Barat telah melakukan pendekatan pembangunan untuk mengubah klaster kategori tertinggal menjadi kabupaten yang lebih baik dengan penguatan sistem inovasi daerah.

Kabupaten Pesisir Barat telah menerima penghargaan sebagai "Daerah Terinovatif Kategori Daerah Tertinggal"

berdasarkan indeks inovasi daerah, dalam ajang Penganugerahan Innovative Goverment Award (IGA) 2020 yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri. Penghargaan ini sebagai bentuk apresiasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan, khususnya pelayanan publik dan tata kelola pemerintahan melalui cara-cara yang inovatif.

Inovasi Daerah Tatanan Normal Baru Produktif dan Aman Covid-19 pada Sektor Pasar Tradisional.

Pemkab Pesisir Barat meraih penghargaan terbaik ketiga pada ajang Lomba Inovasi Daerah Tatanan Normal Baru Produktif dan Aman Covid-19 pada Sektor Pasar Tradisional Kategori Daerah Tertinggal Se- Indonesia. Inovasi yang dilakukan pemda antara lain pemberian hadiah gula pasir 0,5 kg bagi pengunjung pasar yang membawa tas belanjaan sendiri dan mematuhi protokol kesehatan. Atas inovasi daerah tersebut Pemkab pesisir barat memperoleh reward berupa Dana Insentif Daerah sebesar Rp.1.000.000.000,- (Satu milyar Rupiah).

Sistem Kendali Administrasi Media Diskominfo Online atau “SIKAMDO”. Sistem ini adalah layanan komunikasi dua arah secara online antara Pemkab dengan kalangan media. Kalangan pers media yang ingin menjalin kerjasama dapat melakukan dengan Registrasi Akun, Pengiriman Berkas Administrasi, hingga Pengiriman Bukti Tayang serta Pengarsipan Data secara online. Manfaat menggunakan layanan Sikamdo antara lain: data arsip pengajuan kerjasama media/berkas administrasi/bukti tayang media sudah dalam bentuk digital, sehingga memudahkan dalam pencarian arsip, dapat diakses kapanpun dan dimanapun dengan perangkat komputer atau mobile. Penerapan SPBE tetap terjaga dan tercipta tata kelola pemerintah yang baik dan transparan.

Sistem Pengaduan Pelayanan Perizinan Daerah DPMPTSP atau “SIPANDA”. Permasalahan yang paling strategis adalah mekanisme pelaporan aduan dilakukan secara manual dan belum ada upaya verifikasi atas laporan yang masuk. Permasalahan tersebut menjadi prioritas untuk diintervensi dengan inovasi penyiapan pedoman pelaporan aduan perizinan dalam media elektronik. Manfaat yang didapatkan dengan adanya sistem ini adalah terwujudnya peningkatan iklim usaha/investasi yang kondusif. Sedangkan manfaat yang diperoleh stakeholder internal dan eskternal pemerintah adalah meningkatnya pelayanan dalam mengatasi pengaduan perizinan oleh masyarakat melalui mekanisme berbasis online/web oleh semua SKPD yang terlibat (OPD terkait Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PUPR dan Bappeda) dan manfaat bagi stakeholder Eksternal Non Pemerintah adalah tertanganinya keluhan masyarakat akan layanan perizinan.

Inovasi yang telah dilakukan Pemkab Pesisir Barat:

4,94 5,30 5,33 5,35 5,39

2015 2016 2017 2018 2019

Inovasi-inovasi yang telah dilaksanakan ini menjadikan Kabupaten Pesisir Barat tumbuh perekonomiannya. Dari tahun ke tahun pertumbuhan PDRB terus meningkat dan konstan dikisaran 5%, mulai dari 4.94% di 2015 menjadi 5.39% di tahun 2019.

KAB. PESISIR BARAT SEBAGAI DAERAH TERINOVATIF TAHUN 2020

KATEGORI DAERAH TERTINGGAL

(8)

KABAR DAERAH

1 KAB. ACEH SINGKIL

Kabupaten Aceh Singkil, masih sandang status daerah dengan persentase kemiskinan tertinggi di Provinsi Aceh. Untuk itu, Pemkab Aceh Singkil telah mengeluarkan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

tahun 2018-2022 agar

penanggulangan kemiskinan lebih terarah, tepat sasaran dan lebih cepat. Pemkab Aceh Singkil, juga telah menetapkan program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, berbasis pemberdayaan masyarakat, dan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil.

https://aceh.tribunnews.com/

2 KAB. BOGOR

Pemkab Bogor menargetkan untuk menghapus desa tertinggal pada tahun 2021 ini, setelah berhasil menyisakan empat dari 45 desa tertinggal pada tahun 2018. Upaya tersebut dilakukan melalui bantuan sewa toko dan bantuan peralatan pemasaran UMKM, bantuan bibit ikan, pembangunan enam lumbung pangan, bantuan mesin peralatan dan optimalisasi toko tani, serta kawasan rumah pangan lestari.

Pemkab juga menyiapkan program

"samisade" atau Rp 1 miliar satu desa untuk pembangunan infrastruktur desa.

https://www.beritasatu.com/

3 KAB. NDUGA

Kapal Tol Laut mulai merambah ke wilayah pengunungan tengah Papua melalui Kabupaten Nduga.

Hal ini akan meningkatkan usaha jasa pelabuhan dalam ekosistem Tol Laut, serta menjadikan Nduga sebagai pintu masuk selatan untuk wilayah Pengunungan Tengah (Lapago). Beberapa unsur pendukung wilayah Tol laut ini adalah kapal, jaringan trayek, dan pelabuhan. Daerah ini menjadi salah satu fokus penyelenggaraan Tol Laut pelayanan distribusi logistik yang terjadwal dan teratur.

https://www.liputan6.com (Diunduh 8 Mei 2021)

4 KAB. PANDEGLANG

Pemkab Pandeglang bertekad untuk keluar dari zona ketertinggalan. Guna mencapai itu, Pemkab Pandeglang berupaya mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan menarik investor masuk ke Pandeglang.

Saat ini, kondisi infrastruktur dasar Pandeglang mulai pendidikan, kesehatan hingga poros jalan masih tertinggal. Pemkab berupaya menekankan kolaborasi

pembangunan sehingga

pemerataan pembangunan dapat terealisasi dengan baik.

https://www.rmolbanten.com/

5 KAB. ENDE

Program Kemitraan Tiga Batu Tungku yang dilaksanakan di Kabupaten Ende, Prov NTT berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan akhirnya mampu menjadikan Ende keluar dari kategori daerah tertinggal 2020–2024. Program Tiga Batu Tungku merupakan program kemitraan yang melibatkan tiga unsur yakni Pemerintah, Tokoh agama dan Mosalaki (Tokoh masyarakat) melalui penyusunan rencana program kerja tahunan secara bersama.

https://www.gatra.com (Diunduh 9 Mei 2021)

6 KAB. TIMOR TENGAH UTARA

Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) merupakan kabupaten dengan angka kemiskinan tertinggi di NTT sekitar 62%. Untuk itu, Pemkab TTU meramu sejumlah program unggulan untuk mendongkrak pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Salah satu programnya adalah program Padat Karya Pangan, yakni mengonversi beras raskin yang diberikan kepada KK miskin secara gratis dengan kompensasi KK miskin tersebut harus menambah luas garapan pertaniannya seluas 25 Ha per-tahunnya.

https://daerah.sindonews.com/

(9)

KAJIAN DAERAH

KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS AFFIRMASI DALAM MEMBANTU PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

Dalam mewujudkan Indonesia yang adil dan merata, masih terdapat tantangan pembangunan, antara lain adanya beberapa daerah yang masuk sebagai kategori daerah tertinggal. Daerah tertinggal menurut Perpres No 63 Tahun 2020 tentang Penetapan daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Permasalahan utama yang dihadapi daerah tertinggal di Indonesia saat ini, yaitu rendahnya konektivitas menuju kawasan daerah tertinggal, terbatasnya aksesibilitas terhadap pelayanan dasar, serta terbatasnya infrastruktur dasar yang mengakibatkan terhambatnya kegiatan ekonomi.

Salah satu upaya akselerasi pembangunan infrastruktur di daerah tertinggal yaitu dengan memberikan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selain DAK Reguler, Pemerintah Pusat juga memberikan DAK Tambahan atau Affirmasi untuk daerah yang termasuk kategori daerah tertinggal. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan kinerja pelayanan publik di daerah tertinggal mulai dari tahun 2012 sampai dengan 2016 yang dilihat dari beberapa indikator pelayanan dasar. Pelayanan dasar publik yang dianalisis adalah pelayanan di bidang kesehatan, pendidikan, jalan, air minum, dan sanitasi. Adapun daerah sampel yang dipilih adalah 7 (tujuh) Pemerintah Daerah, yaitu di Kab. Lebak, Kab. Nias, Kab. Sintang, Kab. Sigi, Kab. Lombok Timur, Kab. Bangkalan, dan Kab. Pandeglang.

Hasil Penelitian

Untuk perbaikan indikator pelayanan dasar publik (∆) antara tahun 2012 dan 2016 di 7 Daerah Sampel terdapat beberapa daerah yang nilainya positif dan beberapa yang negatif sebagai berikut:

Untuk indikator Angka Harapan Hidup, semua daerah sampel memiliki perbaikan indikator yang

baik, berkisar antara 0,11 tahun – 1,77 tahun.

Pada indikator persalinan ditolong tenaga kesehatan terdapat 2 daerah yang nilai perbaikan indikatornya diatas rata-rata

nasional, yaitu Kab. Lebak dan Kab.

Pandeglang.

Pada indikator APM SD terdapat 6 daerah yang menunjukkan perbaikan indikator dengan range nilai 2.61% - 5.10%.

Akses Sanitasi Layak di daerah sampel menunjukkan ada 3 daerah

sampel yang peningkatannya di atas rata-rata nasional yaitu Kab.

Nias, Kab. Sigi, dan Kab. Bangkalan.

Untuk Indikator Angka Melek Huruf semua daerah sampel menunjukkan adanya perbaikan indikator, namun hanya Kab.

Nias yang nilai perbaikannya di atas rata- rata kabupaten secara nasional.

Untuk nilai APM SMP di daerah sampel, terdapat 3 daerah yang nilai perbaikan indikatornya diatas rata-rata nasional, yaitu Kab. Nias,

Kab. Sigi, dan Kab. Bangkalan.

Indikator Akses Air Bersih pada 4 daerah sampel menunjukkan peningkatan di atas rata-rata nasional, yaitu Kab. Lebak, Kab. Sintang, Kab.

Lombok Timur, dan Kab. Pandeglang.

Untuk indikator kemantapan Jalan di daerah sampel terdapat 3 daerah yang menunjukkan penurunan yaitu Kab. Nias, Kab. Sintang, dan Kab. Bangkalan.

(10)

KAJIAN DAERAH

(Direktorat Evaluasi dan Sistem Informasi , DJPK)

Secara ringkas, hasil kajian terhadap pelaksanaan DAK Affirmasi dalam membantu percepatan pembangunan di Daerah Tertinggal sebagai berikut:

Rata-rata indikator di daerah tertinggal masih dibawah rata-rata kabupaten non tertinggal maupun rata- rata kabupaten secara nasional. Berdasarkan hasil FGD dengan Pemda dan data capaian indikator, dari 3 dari 8 indikator memiliki nilai yang masih relatif kecil yaitu kemantapan jalan, akses air bersih, dan akses sanitasi layak.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan masih rendahnya perbaikan kualitas pelayanan dasar publik di daerah tertinggal yaitu: a. Keterbatasan konektivitas. b. Biaya untuk pembangunan infrastruktur yang tinggi. c. Keterbatasan anggaran karena kapasitas fiskal yang rendah. d. Kualitas SDM yang masih rendah.

Permasalahan konektivitas menjadi isu utama bagi daerah tertinggal. Berdasarkan data kondisi infrastruktur jalan di daerah tertinggal, masih terdapat 90 daerah tertinggal yang persentase kemantapan jalannya dibawah rata-rata Kabupaten Non Tertinggal.

Beberapa infrastruktur dasar lainnya di daerah tertinggal masih perlu mendapatkan perhatian dari Pemerintah Pusat, antara lain: (a) Akses Terhadap Air Bersih. Rata-rata di daerah tertinggal sebesar 54,76%, sedangkan rata-rata kabupaten Non Tertinggal sebesar 63,65%. (b) Akses Terhadap Sanitasi yang Layak. Rata-rata di daerah tertinggal sebanyak 41,49% dan rata-rata Kabupaten Non Tertinggal 61,56%.

Pendanaan untuk pembangunan infrastruktur di daerah tertinggal masih sangat bergantung pada Pemerintah Pusat dalam hal ini TKDD.

1 2 3 4

5

Rekomendasi

Berdasarkan kondisi sebagaimana dipaparkan, maka dalam rangka percepatan pembangunan pelayanan dasar publik di daerah tertinggal direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

Membuka Konektivitas di Daerah Tertinggal

a. Penetapan status jalan yang masih belum memiliki status (jalan nasional, jalan provinsi, atau jalan kabupaten).

b. Kesinambungan menu DAK untuk pembangunan atau peningkatan jalan non status pada juknis DAK Afirmasi Transportasi untuk mengakomodir kebutuhan pembangunan jalan non status.

c. Pembangunan infrastruktur yang menunjang konektivitas antar daerah perlu diperbanyak untuk membuka aksesibilitas, sehingga dapat memacu peningkatan ekonomi di daerah tertinggal.

Perlu adanya kesinambungan menu DAK Affirmasi untuk akses air bersih dan sanitasi.

Perlu adanya bidang atau menu DAK untuk peternakan dan perikanan darat, karena komoditi tersebut merupakan unggulan di beberapa daerah tertinggal.

Percepatan pembangunan daerah tertinggal melalui penguatan peran dana desa.

Perlu adanya sinergi pendanaan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Perencanaan di Pusat dan Daerah harus sinkron agar ketimpangan antar daerah di Indonesia dapat berkurang.

Diperlukan peningkatan efektifitas forum koordinasi antar Kementerian/Lembaga untuk menghasilkan penajaman rencana pembangunan daerah tertinggal dan penganggarannya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang sudah dilakuka, terdapat beberapa saran agar kedepannya frontend aplikasi mobile e-recruitment menggunakan flutter dapat dimanfaatkan dengan lebih

Dengan fenomena tersebut, penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana metanol dapat menyebabkan kematian dan untuk mengetahui kerusakan organ yang didapat pada

7.. Struktur sekolah dibahagikan kepada empat peringkat utama= tiga tahun pertama di sekolah rendah, Prathom 1-2, adalah untuk kumpulan umur 6 hingga D tahap kedua, Prathom 7 hingga

Tampilan Form Pelatihan Masukkan nama karakter dari coretan huruf pada textbox, tekan tombol “Proses Ekstraksi Ciri” untuk melakukan proses ekstraksi ciri terhadap

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa dengan menggunakan setting parameter terbaik dapat menghasilkan tur kota terpendek dalam waktu eksekusi yang dapat

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan hasil dari  percobaan mengamati anatomi buah dan biji daintaranya pada sampel buah adas adas ( Foeniculum

Keberhasilan dan kesuksesan Sosro dalam berpromosi untuk mempertahankan brand-nya sebagai top of mind versi majalah marketing dan tetap bertahan di pasaran,

Orang tua calon peserta didik yang dinyatakan diterima dan telah melakukan daftar ulang wajib mengikuti Sosialisasi Hasil Observasi Psikologi pada tanggal yang telah ditentukan5.