• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 2020, (Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2020) hlm. 1 2 Ibid, hlm. 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 2020, (Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2020) hlm. 1 2 Ibid, hlm. 2"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu poin kesepakatan dari seluruh bangsa di dunia yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs) adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Di berbagai negara, upaya untuk menekan angka kemiskinan juga masih belum menunjukkan capaian yang memuaskan. Oleh karena, para pemimpin dunia menyepakati 17 tujuan pembangunan berkelanjutan dalam Sustainable Development Goals (SDGs), dan kemiskinan tetap merupakan salah satu poin penting yang ada dalam SDGs.1

Seperti yang tertuang dalam SDGs bahwa tahun 2030 kemiskinan harus di hilangkan. Suatu penduduk dapat di katakana sebagai penduduk miskin apabila memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan merupakan suatu representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan dan kebutuhan pokok bukan makanan. Garis Kemiskinan merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan Non Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan itu diwakili oleh 52 jenis komoditi yang meliputi padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain. Sedang Garis Kemiskinan Non Makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan yang diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.2

Kemiskinan merupakan masalah yang telah menjadi agenda wajib bagi semua negara untuk diatasi dengan berbagai macam solusi, baik negara maju ataupun negara berkembang memiliki tingkat kemiskinan, hanya saja negara

1Sulthan Hanifa Nefertiti, Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Jawa Barat Maret

2020, (Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2020) hlm. 1

(2)

berkembang pasti memiliki tingkat kemiskinan yang tergolong lebih tinggi di banding dengan negara maju3. Kemiskinan merupakan salah satu masalah mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Hampir di semua negara berkembang, standar hidup dari sebagaian besar penduduknya cenderung sangat rendah, jika dibandingkan dengan standar hidup orang-orang di negara maju, atau dengan golongan elit di negara mereka sendiri. Standar hidup yang rendah tersebut terwujud salah satunya dalam bentuk tingkat pendapatan yang sangat rendah atau kemiskinan.4

Tabel 1.1

UMP, PDRB, Zakat dan Kemiskinan Periode 2015-2020

Tahun UMP PDRB ZAKAT KEMISKINAN

2015 1.000.000 1 524 974,83 20.081.149.742 4.486 2016 1.313.355 1 653 238,40 15.689.797.101 4.168 2017 1.420.624 1 788 117,36 14.581.787.616 3.774 2018 1.544.360 1 960 627,70 21.254.773.884 3.539 2019 1.668.372 2 124 043,62 23.901.879.988 3.376 2020 1.810.350 2 088 038,74 14.547.245.273 4.188

Sumber: Data Diolah (2021)

Dari tabel di atas menunjukan bahwa angka kemiskinan Provinsi Jawa Barat dari tahun 2015-2020 mengalami penurunan yaitu 4.486 sampai 3.376. Namun jika dilihat pada tahun 2020 data kemiskinan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 3.399 sampai 4.188 dengan penambahan sekitar 789 jiwa. Hal tersebut harus menjadi perhatian pemerintah provinsi jawa barat dalam menekan tingkat kemiskinan.

Salah satu indikator keberhasilan menekan tingkat kemiskinan yang dapat dijadikan tolar ukur secara makro ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, meskipun telah digunakan sebagai indikator pembangunan, pertumbuhan ekonomi masih bersifat umum dan belum mencerminkan kemampuan masyarakat

3

Putu Nata Mahesa Putra, Nyoman Mahaendra Yasa, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Kemiskinan di Kepulauan Nusa Tenggara, E-Jurnal EP Unud, Vol.9. 2019

4Michael P. Todaro, Stephen C.Smith, Pembangunan Ekonomi: Edisi Kesebelas, (Jakarta:

(3)

secara individual. Pembangunan daerah diharapkan akan membawa dampak positif pula terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dicerminkan dari perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah.5 Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari kombinasi faktor produksi dan bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto di sini mencakup komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan nlai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.6

Data atas menunjukan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2015 sebesar 1,524 triliun sampai pada tahun 2019 sebesar 2,124 triliun, penurunan terjadi pada tahun 2020. Namum meskipun terjadi penurunan, secara umum data tersebut menunjukan pertumbuhan yang positif. Kemiskinan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu tingkat upah yang masih dibawah standar, tingkat pengangguran yang tinggi, dan pertumbuhan ekonomi yang lambat. seseorang dikatakan miskin bila dia belum bisa mencukupi kebutuhanya atau belum berpenghasilan.7

Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), indikator keberhasilan pelaksanaan pengentasan kemiskinan yang dapat dijadikan tolak ukur secara makro adalah Upah Minimum Provinsi (UMP). Upah Minimum Provinsi adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi.

5Suryono, Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Belanja Pemerintah dan Tenaga Kerja

terhadap PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2001-2011, (Universitas Hasanudin, 2010)

6

https://www.bps.go.id/subject/52/produk-domestik-regional-bruto--lapangan-usaha-.html, Diakses pada tanggal 15 Februari 2021.

7Himawan Yudistira Dama, Agnes L Ch Lapian, Jacline I. Sumual, Pengaruh Produk

Domestik Regional Bruto (Pdrb) Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kota Manado (Tahun 2005-2014), Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Volume 16, 2016

(4)

semakin rendahnya UMP maka semakin rendah juga standar pendapatan seseorang di kabupaten/kota tersebut, begitupun sebaliknya dengan tingginya UMP maka maka semakin tinggi juga standar pendapatan seseorang di kabupaten/kota tersebut, sehingga asumsi sederhananya bahwa akan stabil juga tingkat ekonomi seseorang tersebut.

Data di atas menunjukan bahwa Upah Minimum Provinsi (UMP) Jawa Barat mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut berindikasi terhadap asumsi awal bahwa semakin meningkat UMP tersebut maka standar pendapatan seseorang di kabupaten/kota tersebut akan mengalami peningkatan juga. Sehingga dengan meningkatnya pendapatan seseorang maka akan dipastikan juga dapat memenuhi kewajibannya sebagai seorang muslim yang baik yaitu membayar zakat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode nisab perak untuk menentukan seseorang wajib membayar zakat karena terdapat beberapa jenis kekayaan yang di sebutkan dan diperingati dalam Al-Qur’an untuk di keluarkan zakatnya yaitu emas dan perak8 “orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak membelanjakannya pada jalan Allah, sampaikanlah kepada mereka berita gembira azab yang sangat pedih”.9 Berdasarkan Badan Amil Zakat Nasional nisab perak sebesar 595 gram dengan kadar zakatnya 2,5 %. Saat ini harga perak Rp. 13.10010 di kali 595 gram maka total sebesar Rp. 7.794.500. Dapat diilustrasikan bahwa apabila seseorang pada tahun 2020 mendapatkan penghasilan berdasarkan UMP Rp. 1.810.350 di kali 12 bulan maka totalnya sebesar Rp. 21.724.200. Sehingga orang tersebut sudah wajib membayar zakat dan yang harus di keluarkan sebesar Rp. 543.105.

Data di atas bahwa total penghimpunan dana zakat profesi pada Baznas Provinsi Jawa Barat mengalami fluktuatif, pada periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020. Zakat merupakan salah satu instrument dalam ekonomi Islam yang berperan meningkatkan sosial-ekonomi masyarakat pada umumnya dengan

8 Yusuf Qrdawi, Hukum Zakat, (Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 2007), hlm. 122 9 QS. Al-Taubah : 34

(5)

golongan asnaf pada khususnya.11 Zakat juga merupakan salah satu asas dan rukun Islam yang lima12, menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat bahwa Zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat sehingga perlu diatur untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat Islam. di Indonesia pengelolaan zakat di atur oleh dua lembaga secara umum yaitu Baznas merupakan Lembaga pemerintah dan Laznas merupakan Lembaga swasta. Secara struktural Baznas ada tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/kota.

Pengelolaan dana zakat harus di manajemen dengan baik sesuai dengan UU Nomor 23 tahun 2011 yaitu oleh Lembaga. Pengelolaan dana zakat jika di himpun di Lembaga seperti Baznas maka akan terdistribusikan dengan baik dan merata, karena pendistribusian berdasarkan asesmen dan manajemen terlebih dahulu mengedepankan kepentingan umum dengan peruntukan sesuai golongan atau asnaf. Salah satu pendistribusian yang baik adalah adanya keadilan yang sama di antara semua golongan yang telah Allah tetapkan sebagai penerima zakat, juga keadailan bagi setiap individu di setiap golongan penerima zakat.13

Dengan terkumpulnya dana zakat yang cukup banyak oleh lembaga resmi seperti Baznas maka dipastikan akan semakin baik juga dalam penanganan pendistribusian untuk sektor-sektor yang strategis dalam meningkatkan indek Pendidikan. Sehingga pemerintah dan swasta perlu terus berupaya untuk meningkatkan akses pemerataan pendidikan. Hal ini diyakini sebagai salah satu indikator yang dapat mengurangi pertumbuhan Indek Pembangunan Manusia (IPM). Jika tidak, maka Indonesia akan menghadapi social catastrophe yang membuat masyarakat semakin jauh dari sejahtera.14 Zakat yang di masksud penulis dalam penelitian ini yaitu meliputi zakat profesi. Zakat profesi

11 Zakaria Bahari, Peran Zakat dalam Pendidikan Masyarakat Islam: Ulasan Kasus

Zakat Pulau Pinang, Media Syariah, Vol. XVI No. 1 Juni 2014, hlm. 175

12

Al Ghazali, Mutiara Ihya Ulumuddin, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 1990), hlm. 97

13 Yusuf Qardawi, Spektrum Zakat dalam Membagun Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta

Timur: Zikrul Hakim, 2005), hlm.148

14 Dicky Djatnika Ustama, Peranan Pendidikan dalam Pengentasan Kemiskinan,

(6)

/penghasilan adalah zakat yang di kenakan atas penghasilan atau pendapatan yang diperoleh oleh seseorang sebagai imbalan atas pekerjaan yang ia usahakan, secara sendiri maupun secara Bersama-sama.15

Dari data di atas terdapat masalah atau kesenjangan yang peneliti lihat bahwa dengan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto dan Upah Minimum Provinsi melalui total dana zakat tersebut mampu menjadi solusi dalam pengentasan kemiskinan yang ada di jawa barat. Sehingga berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukanpenelitian dengan judul “Pengaruh Kenaikan Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Barat Pada Melalui Total Dana Zakat Sebagai Variabel Mediasi Periode 2015-2020”.

B. Rumusan Masalah

Mengacu kepada latar belakang masalah di atas, peneliti berpendapat bahwa tingginya Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diduga berpengaruh Tingkat Kemiskinan di Jawa Barat melalui Total Dana Zakat sebagai variabel mediasi. Selanjutnya peneliti merumuskannya ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah terdapat pengaruh Kenaikan Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Total Dana Zakat pada Baznas Provinsi Jawa Barat ?

2. Apakah terdapat pengaruh Total Dana Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Barat ?

3. Apakah terdapat pengaruh Kenaikan Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Barat melalui Total Dana Zakat sebagai variabel mediasi ?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada rumusan masalah yang disampaikan di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

15https://puskasbaznas.com/publications/officialnews/425-ketentuan-dan-tata-cara

(7)

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh Kenaikan Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Total Dana Zakat pada Baznas Provinsi Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh Total Dana Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh Kenaikan Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Barat melalui Total Dana Zakat sebagai variabel mediasi.

D. Manfaat Hasil Penelitain

Penelitian ini memiliki kegunaan baik secara akademis maupun secara praktis, seperti peneliti uraikan berikut.

1. Kegunaa Akademis

a. Mendeskripsikan pengaruh kenaikan Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Tingakt Kemiskinan di Provinsi Jawa Barat melalui Total Dana Zakat sebagai variable mediasi pada Baznas Provinsi Jawa Barat.

b. Mengembangkan konsep dan teori kenaikan Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Barat melalui Total Dana Zakat sebagai variable mediasi pada Baznas Provinsi Jawa Barat.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala berpikir serta menambah pengalaman dalam bidang pengelolaan dan penghimpunan dana zakat terutama untuk tingkat kemiskinan

b. Bagi Muzakki, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar penyemangat dalam melakukan penunaian kewajiban membayar zakat, karena dengan berzakat ke Baznas atau Lembaga resmi maka akan lebih luas kebermanfaatan yang bisa di akses salah satunya untuk pengentasan kemiskinan

(8)

c. Bagi masyarakat umum, di harapkan penelitian ini menjadi referensi dan literasi untuk mengetahui kebermanfaatan dana zakat apabila dikelola dengan manajemen yag baik, sehingga akan menghasilak output yang baik pula dan memberikan dampak yang seluas-luasnya.

E. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan satu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Mengacu kepada konsep dasar dan teori dan hasil analisis yang telah di kemukakan sebelumnya, maka perlu adanya penggambaran untuk menjelaskan hubungan antara Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Tingkat Kemisknan melalui Total Dana Zakat sebagai variabel mediasi dapat di gambarkan kedalam kerangka pemikiran sebagai berikut.

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

Keterangan:

= Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan variabel mediasi secara parsial.

= Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui variabel mediasi secara parsial.

Upah Minimum Provinsi X1 Produk Domestik Regional Bruto X2 Total Dana Zakat Z Tingkat Kemiskinan Y Faktor Lain

(9)

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik Regional Bruto merupakan Independent Variable yang dapat mempengaruhi parameter Tingkat Kemiskinan sebagai Dependent Variable. Kemudian untuk menguji pengaruh Independent Variable terhadap Devendent Dariable tersebut digunakan Total Dana Zakat sebagai variabel mediasi/intervening. Ada pula faktor lain yang dapat mempengaruhi terhadap Pengentasan Kemiskinan, faktor-faktor tersebut antara lain adalah tenaga kerja, total dana infak da shadaqah. Teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

a. Teori Ekonomi Makro Syariah

Teori Ekonomi Makro Syariah adalah menjelaskan mengenai analisis pendapatan nasional dan implikasinya pada indikator makro ekonomi lainnya seperti inflasi, pengangguran dan kurs. Kebijakan makro ekonomi islam menjelaskan mengenai kebijakan fiskal dan moneter islam untuk mengatasi permasalahan makro ekonomi seperti pengangguran dan kemiskinan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah sesuai dengan tujuan Maqasid Al-Shariah.

b. Teori Kebijakan Fiskal Syariah

Dalam pemerintahan Islam, kebijakan fiskal telah dikenal sejak zaman Rasulullah Saw, Hingga zaman pertengahan. Pada zaman Rasulullah Saw, dan para Sahabat, Baitul Maal adalah lembaga pengelolaan keuangan Negara sehingga terdapat kebijakan fiskal yang kita kenal saat ini.16 Jenis-jenis penerimaan Baitul maal atau kalo saat ini yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penerimaan tersebut terdiri dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf, fa’i, ghanimah, khums dan kharaj. Kebijakan fiskal dalam Islam yaitu bagaimana pemerintah memaksimalkan penerimaannya dari jenis-jenis penerimaan tersebut, sehingga tugas pemerintah mengatur tata kelola pengeluaran belanja negara untuk menentukan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat seperti menekan tingkat pengangguran, kemiskinan dan kelaparan.

16Nurma Sari, Zakat Sebagai Kebijakan Fiskal Pada Masa Kekhalifah Umar Bin

(10)

c. Teori neoklasik yakni efficiency wage theory (teori upah efisiensi)

Teori upah efisiensi ini berfokus pada upah sebagai tujuan yang memotivasi buruh. Teori upah efisiensi ini juga menyebutkan dengan penetapan upah minimum memungkinkan tenaga kerja meningkatkan nutrisinya sehingga dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitasnya.

d. Teori Trickle-down effect

Teori ini dikembangkan pertama kali oleh Arthur Lewis (1954) dan diperluas oleh Ranis dan Fei (1968). Teori tersebut menjadi salah satu topik pentingdi dalam literatur mengenai pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang (Least Develop Contries/LDCs) pada dekade 1950-an dan 1960-an. Teori trickle-down effect menjelaskan bahwa kemajuan yang diperoleh oleh sekelompok masyarakat akan sendirinya menetes ke bawah sehingga menciptakan lapangan kerja dan membantu golongan masyarakat yang kurang mampu. karena memang merupakan keniscayaan orang muslim harus kaya dan dermawan sehingga hartanya tersebut akan dapat membantu orang yang berada di bawah garis kemiskinan atau kurang mampu. Sehingga dengan kekayaan nya tersebut dapat memenuhi kewajiban sebagai seorang muslim yang baik yaitu membayar zakat.

e. Filantropi Islam

Merupakan praktik kedermawanan dalam tradisi Islam melalui zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF), dengan tujuan untuk membangun pemenuhan dasar dan pemerataan serta mengurangi kesenjangan sosial tidak terlepas dari sistem distribusi.

f. Teori Kemiskinan

Todaro (2006) menjelaskan bahwa tingkat kemiskinan dipengaruhi oleh salah satunya tingkat pendapatan rata-rata daerah tersebut. Semakin tinggi tingkat pendapatanya maka potensi untuk mengalokasikan anggaran guna menyelesaikan masalah kemiskinan akan semakin besar.

(11)

F. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian, hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah tersebut bisa berupa pernyataan tentang hubungan dua variabel atau lebih, perbandingan (komparasi), atau variabel mandiri (deskripsi).17 Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran maka akan dirumuskan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Upah Minimum Provinsi dan terhadap Produk Domestik regional Bruto Total Dana Zakat

Ho = Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik regional Bruto tidak

berpengaruh positif terhadap Total Dana Zakat pada Banznas Provinsi Jawa Barat.

Ha = Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik regional Bruto

berpengaruh positif terhadap Total Dana Zakat pada Banznas Provinsi Jawa Barat.

2. Upah Minimum Provinsi terhadap Tingkat Kemiskinan

Ho = Upah Minimum Provinsi tidak berpengaruh positif terhadap Tingkat

Kemiskinan Provinsi Jawa Barat.

Ha = Upah Minimum Provinsi berpengaruh positif terhadap Tingkat

Kemiskinan Provinsi Jawa Barat.

3. Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik regional Bruto terhadap Tingkat Kemiskinan melalui Total Dana Zakat

Ho = Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik regional Bruto tidak

berpengaruh positif terhadap Pengentasan Kemiskinan melalui Total Dana Zakat sebagai variabel mediasi pada Baznas Provinsi Jawa Barat. Ha = Upah Minimum Provinsi dan Produk Domestik regional Bruto

berpengaruh positif terhadap Pengentasan Kemiskinan melalui Total Dana Zakat sebagai variabel mediasi pada Baznas Provinsi Jawa Barat.

(12)

G. Hasil Penelitian Terdahulu

Terdapat sejumlah hasil penelitian tedahulu yang berhubungan dengan Upah Minimum Provinsi, Produk Domestik Regional Bruto, Dana Zakat dan Tingkat Kemiskinan. Hal ini perlu dikaji kembali untuk menunjang terhadap penulisan tesis ini diantaranya:

Pertama, Dina Meiliana dan Eddy Suprapto (2019). Jurnal tentang Analisis Pengaruh Upah Minimum Dan Distribusi Dana Zakat, Infaq, Shadaqah Terhadap Jumlah Kemiskinan Di 21 Provinsi Indonesia Tahun 2014-2017. Isi pokok dari jurnal tersebut adalah UMP berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kemiskinan di 21 provinsi Indonesia tahun 2014-2017. Semakin besar naiknya UMP maka akan menaikan jumlah kemiskinan. Kemudian juga Distribusi dana ZIS berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah kemiskinan di 21 provinsi Indonesia tahun 2014-2017. Semakin besar naiknya distribusi dana ZIS maka akan menurunkan jumlah kemiskinan. Sehingga Variabel UMP dana distribusi dana ZIS secara bersama-sama berpengaruh signifikan dalam mempengaruhi jumlah kemiskinan di 21 provinsi Indonesia tahun 2014 2017.18

Kedua,Ririn Rusmawati (2019). Jurnal Tentang Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum Regional (UMR) dan Jumlah Penduduk Terhadap Penghimpunan Zakat Infaq dan Shodaqoh (ZIS) di Indonesia Tahun 2012-2016. Isi pokok dari jurnal tersebut bahwa variabel IPM tidak berpengaruh signifikan, sedangkan variabel PDRB, UMR dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap penghimpunan Zakat, Infaq dan Shadaqah. Dimana variabel PDRB berpengaruh positif dan signifikan dengan koefisien regresi sebesar 317792.5 dan tingkat signifikansi sebesar 0.0000. Nilai tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,01. Variabel UMR berpengaruh positif dan signifika dengan koefisien regresi sebesar 4515.948 dan tingkat signifikansi sebesar 0.0939. Nilai tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,10. Variabel Jumlah Penduduk berpengaruh negatif dan signifikan dengan koefisien regresi sebesar -13382107 dan tingkat

18 Dina Meiliana dan Eddy Suprapto, Analisis Pengaruh Upah Minimum Dan Distribusi

Dana Zakat, Infaq, Shadaqah Terhadap Jumlah Kemiskinan Di 21 Provinsi Indonesia Tahun 2014-2017, (Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya, 2019).

(13)

signifikansi sebesar 0.0174. Nilai tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05.19

Ketiga, Natiq Al Aksar (2019). Tesis Tentang Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan Mikro Terhadap Jumlah Penerimaan Zakat di Indonesia. Isi Pokok tersis ini bahwa Faktor makro meliputi Inflasi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), PDRB, Investasi. Sedangkan mikro meliputi Upah Minimum Provinsi (UMP), Jumlah Masjid dan Jumlah Muslim. Penelitian ini menggunakan pendekatan data panel untuk mengestimasi model empiris yang melibatkan 28 provinsi di indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa model Fixed Effect adalah model terbaik untuk menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel IPM dan Investasi memiliki pengaruh positif dan signifikan, sedangkan Jumlah Muslim memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penerimaan zakat di indonesia. Variabel Inflasi dan jumlah masjid memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan, sedangkan variabel UMP dan PDRB memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penerimaan zakat di indonesia.20

Keempat, Himawan Yudistira Dama, Agnes L Ch Lapian, Jacline I. Sumual (2016). Jurnal Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kota Manado (Tahun 2005-2014). Isi Pokon dari Jurnal ini bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga per tahun berjalan, sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun sebagai tahun dasar. Tujuan dalam penelitian ini

19 Ririn Rusmawati, Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum Regional (UMR) dan Jumlah Penduduk Terhadap Penghimpunan Zakat Infaq dan Shodaqoh (ZIS) di Indonesia Tahun 2012-2016, (Jurnal

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2019)

20 Natiq Al Aksar, Pengaruh Variabel Ekonomi Makro dan Mikro Terhadap Jumlah

(14)

adalah untuk mengetahui pengaruh antara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan Kota Manad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Manado.21

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

1 Dina Meiliana dan Eddy Suprapto (2019) Analisis Pengaruh Upah Minimum Dan Distribusi Dana Zakat, Infaq, Shadaqah Terhadap Jumlah Kemiskinan Di 21 Provinsi Indonesia Tahun 2014-2017 Menjadikan Upah Minimum Provinsi sebagai variabel independen 1. Hanya menggunakan mediasi dana zakat 2. Objek Penelitian Hanya di Jawa Barat tidak Indonesia 2 Ririn Rusmawati (2019) Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum Regional (UMR) dan Jumlah Penduduk Terhadap Penghimpunan Zakat Infaq dan Shodaqoh (ZIS) di Indonesia Tahun 2012-2016 Upah Minimum Provinsi menjadi variabel Independen yang berpengaruh terhadap penghimpunan zakat Variabel dependen menggunakan tingkat kemiskinan bukan ZIS 21

Himawan Yudistira Dama, Agnes L Ch Lapian, Jacline I. Sumual, Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kota Manado (Tahun 2005-2014), Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Volume 16, 2016

(15)

3 Natiq Al Aksar (2019)

Pengaruh

Variabel Ekonomi Makro dan Mikro Terhadap Jumlah Penerimaan Zakat di Indonesia Upah Minimum Provinsi menjadi variabel Independen yang berpengaruh terhadap penghimpunan zakat Variabel yang digunakan mencakup ekonomi umum

makro dan mikro

4 Himawan Yudistira Dama, Agnes L Ch Lapian, Jacline I. Sumual (2016) Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kota Manado (Tahun 2005-2014) Menjadikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai variabel X dan kemiskinan menjadi variabel Y 1. Tidak ada variabel Mediasi 2. Objek penelitian di Kota Manado 3. Variabel X hanya PDRB

Gambar

Gambar 1.1  Kerangka Berpikir
Tabel 1.2  Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Tinggi rendahnya nilai Indeks Williamson mengandung arti bahwa ketimpangan rata-rata produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita antar daerah atau

Produk domestik regional bruto (PDRB) sub sektor peternakan dipengaruhi oleh total pengeluaran daerah, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, PDRB sub sektor peternakan

Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto(PDRB), Inflasi, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Ketimpangan Pendapatan di Daerah Istimewa Yogyakarta

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Upah Minimum Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Timur Serta Dampaknya Terhadap Pengangguran dan Kemiskinan Kabupaten

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks pembangunan manusia dan mengetahui seberapa besar pengaruh variabel produk domestik regional bruto (PDRB),

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Nusa Tenggara Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2011-2013

Seperti tahun sebelumnya di dalam publikasi ini, penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan masih menggunakan tahun dasar 2000, artinya seluruh

Pengaruh belanja modal, infrastruktur panjang jalan, dan indeks pembangunan manusia terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/kota di Provinsi