• Tidak ada hasil yang ditemukan

GEOGRAFI SESI 1 KARTOGRAFI MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA. A. Pengertian Peta. a. Berdasarkan Isi Peta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GEOGRAFI SESI 1 KARTOGRAFI MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA. A. Pengertian Peta. a. Berdasarkan Isi Peta"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

1

GEOGRAFI

01

SESI 1

KARTOGRAFI

A. PengertiAn PetA

Peta merupakan gambaran konvensional dan selektif dari permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan skala.

B. MAcAM PetA a. Berdasarkan isi Peta

1. Peta Umum (tanpa tema)

Peta yang menggambarkan segala sesuatu yang bersifat umum dari kenampakan yang ada di permukaan bumi.

• Peta Topografi (Peta Rupa Bumi) Tanpa tema dengan garis kontur.

Contoh:

- Peta Topografi Bogor - Peta Rupa Bumi Jawa Barat - Peta Topografi Pulau Jawa - Peta Rupa Bumi Indonesia • Peta Korografi

Tanpa tema dan tanpa garis kontur.

MATERI D

AN L

ATIHAN SO

AL SBMPTN

TOP LE

VEL - XII SM

A

(2)

2

contoh:

- Peta Kawasan DKI Jakarta - Peta Daerah Madura - Peta Wilayah Indonesia - Peta Kawasan Eropa - Peta Dunia

2. Peta Khusus (Peta Tematik)

Peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan tertentu di permukaan bumi. contoh: • Peta Pertambangan Indonesia • Peta Geologi Pulau Jawa • Peta Pariwisata Jawa Barat • Peta Iklim Dunia • Peta Penduduk • Peta Navigasi

b. Berdasarkan Jenis Peta 1. Peta Foto

Dari mozaik foto udara. 2. Peta Garis

Dalam bentuk titik, garis, dan arah.

c. Jenis Peta Lain 1. Peta Dasar

Hanya menggambarkan garis pantai dan sungai. 2. Atlas

Kumpulan beberapa peta yang dibukukan. Indeks atlas menunjukkan letak (posisi) objek.

contoh:

Pada indeks Kota Kairo, tertulis C5.55. Itu artinya Kota Kairo terletak pada halaman 55, kolom C, baris ke 5.

c. UnsUr (KoMPonen) PetA

a. Judul: menunjukkan isi peta dan jenis peta. b. Tanda orientasi: menunjukkan arah mata angin. c. Garis astronomi: menunjukkan letak (lokasi).

(3)

3

e. Simbol: tanda-tanda konvensional (umum).

f. Warna: untuk membedakan keadaan tempat yang digambarkan.

contoh:

1. Biru: tubuh air (sungai, danau, rawa, laut 2. Hijau: dataran rendah

3. Kuning: dataran tinggi 4. Coklat: pegunungan.

g. Legenda: keterangan dari simbol.

contoh:

1. ∆ = gunung.

2. = rel kereta api

h. Lettering: sistem penulisan pada peta.

contoh:

1. Tubuh air ditulis miring. 2. Objek lainnya ditulis tegak.

i. Insert menunjukkan posisi peta pada daerah yang lebih luas. j. Sumber data menunjukkan dari mana asal data.

k. Garis tepi dibuat rangkap dua. l. Proyeksi peta.

D. siMBoL PetA

a. titik (Dot)

Bersifat kuantitatif dan menyatakan persebaran (penyebaran). Contoh:

1. Persebaran penduduk 2. Persebaran tambang 3. Persebaran kota 4. Persebaran gunung api

5. Persebaran titik pusat pelayanan: sekolah, SPBU, masjid, dan pasar.

b. garis (Linear)

1. Bersifat kualitatif

Garis yang bersifar kualitatif menyatakan objek yang punya panjang.

contoh:

Jalan, rel kereta api, sungai garis pantai, garis batas wilayah, dan angin. 2. Bersifat kuantitatif

contoh:

(4)

4

c. Area (Luasan)

Area (luasan) bersifat kualitatif dan menyatakan objek yang punya luas.

contoh:

Hutan, danau, rawa, laut, kawasan industri, kawasan pemukiman, daerah kapur, daerah gurun, wilayah sensus, dan wilayah pertanian.

d. Lingkaran dan Batang

Lingkaran dan batang bersifat kuantitatif, menyatakan jumlah (produktivitas) dan luasan.

e. Bola

Bola bersifat kuantitatif dan menyatakan isi volume.

f. Warna Bergradasi

1. Bersifat kualitatif

Menyatakan jenis. Contoh: jenis tanah, jenis vegetasi, jenis batuan, jenis penggunaan lahan, jenis wilayah.

2. Bersifat kuantitatif

Contoh: jenis ketinggian, ketinggian suhu, ketinggian tekanan udara, ketinggian curah hujan, kepadatan penduduk, jumlah objek, volume objek, luasan objek.

e. sKALA DAn Jenis PetA a. skala numerik (angka)

1:5.000.000

Artinya, jarak 1 cm di peta = 5.000.000 cm (50 km) di lapangan.

b. skala grafik (garis/Batang)

0 20 km

Artinya, jarak 1 cm di peta = 5 km di lapangan.

1. Keunggulan skala grafik: jika peta diperbesar atau diperkecil dengan fotokopi maka perbandingan ukuran skalanya tetap.

2. Kelemahan skala grafik: hanya cocok untuk peta berskala besar (wilayah sempit).

F. MenentUKAn sKALA PetA

Skala peta dapat ditentukan dengan cara:

a. Membandingkan jarak di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan. b. Membandingkan jarak di peta dengan jarak lintang/bujurnya di lapangan.

1º lintang/bujur = 111 km 1º 60’ (60 menit)

(5)

5

c. Membandingkan peta yang skalanya tidak diketahui dengan peta lain/foto udara yang memiliki skala.

g. MengUBAh UKUrAn PetA

Ukuran peta bisa diubah (diperbesar atau diperkecil) dengan cara: a. Metode grid (square method)

b. Fotokopi c. Fotografi d. Pantograf e. Scan

f. Mengubah skala peta

h. interPretAsi PetA

a. Sungai lurus menunjukkan daerah tersebut tinggi (miring) dengan gradien sungai besar.

b. Sungai berbelok-belok (ber-meander) menunjukkan bahwa daerah tersebut datar dengan gradien sungai kecil.

c. Sungai yang tiba-tiba hilang (putus-putus) menunjukkan bahwa daerah tersebut medan karst, berlitologi kapur.

d. Peta penyebaran penduduk menunjukkan kepadatan penduduknya atau sebaliknya.

e. Peta yang banyak gunung, lembah, pegunungan, ngarai, bukit, sungai menunjukkan bahwa daerah tersebut berelief kasar.

f. Iso lines merupakan garis yang menghubungkan tempat-tempat yang sama kondisi fisiknya.

contoh:

1. Isoterm, sama temperatur (suhu) 2. Isobar, sama tekanan udara 3. Isohyet, sama curah hujan 4. Isoseista, sama kekuatan gempa 5. Isohline, sama salinitas

(6)

6

CONTOH SOAL

1. Jarak A – B di peta = 4 cm Jarak A – B di lapangan = 12 km Skala peta tersebut = … ?

Pembahasan:

Jarak 4 cm di peta = 12 km di lapangan 1 cm di peta = 3 km di lapangan 1 cm di peta = 300.000 cm di lapangan Skala peta 1 : 300.000

2. Posisi A pada 6º LU Posisi B pada 4º LU

Jarak titik A ke titik B di peta = 10 cm Skala petanya = … ? Pembahasan: 10 cm di peta = (6º - 4º) di lapangan 10 cm di peta = 2º di lapangan 10 cm di peta = (2 × 111 km) di lapangan 10 cm di peta = 222 km di lapangan 1 cm di peta = 22,2 km di lapangan 1 cm peta = 2.220.000 cm di lapangan Skala petanya 1:2.220.000

3. Pada peta I/foto udara jarak A – B = 20 cm Skala peta I/foto udara 1:100.000

Pada peta II jarak A – B = 5 cm Skala peta II = … ?

Pembahasan:

×

=

20 100000

400000

(7)

1

GEOGRAFI

02

SESI 2

PENGERTIAN PROYEKSI PETA

Suatu bentuk harus memenuhi syarat luas, bentuk, dan jarak serta bentuk harus sesuai dengan aslinya karena bentuk permukaan bumi melengkuk maka tidak mungkin dapat dipetakan pada bidang datar tanpa mengalami distorsi. Untuk mengurangi distorsi, perlu dilakukan proyeksi peta sehingga minimal satu syarat terpenuhi.

Proyeksi peta adalah memindahkan koordinat lintang (paralel) dan bujur (meridian) dari global ke peta (dari bidang lengkung ke bidang datar). Di bidang geodesi (pemetaan), proyeksi peta bertujuan untuk memindahkan unsur-unsur titik, garis, dan sudut dari permukaan bumi yang elipsoid ke bidang datar. Dengan demikian, tercapai yang diinginkan.

A. SiStem KoordinAt ProyeKSi PetA

Pemindahan unsur titik, garis, dan sudut dari permukaan bumi ke peta menggunakan sistem koordinat kartesian (grid kartesian) 2 dimensi.

x

y

Sumbu x = bujur (meridian) Sumbu y = lintang (paralel)

MATERI D

AN L

ATIHAN SO

AL SBMPTN

TOP LE

VEL - XII SM

A

(8)

2

B. JeniS ProyeKSi PetA menurut BidAng ProyeKSinyA a. Proyeksi murni

1. Proyeksi Zenithal (Azimuthal)

• Proyeksi globe ke bidang datar.

• Menyinggung bola bumi pada salah satu kutub. • Untuk menggambarkan wilayah kutub (lintang tinggi). 2. Proyeksi Kerucut (Conical)

• Proyeksi globe ke bidang kerucut.

• Menyinggung bola bumi antara kutub dan ekuator. • Untuk menggambarkan wilayah lintang tengah (sedang). 3. Proyeksi Silinder (Cylindrical)

• Proyeksi globe ke bidang silinder (tabung). • Menyinggung bola bumi pada garis ekuator.

• Untuk menggambarkan wilayah ekuator (lintang rendah).

b. Proyeksi gubahan (Arbitrarry/Unique)

1. Proyeksi Gall untuk peta dunia. 2. Proyeksi Eckart untuk peta dunia. 3. Proyeksi Mollweide untuk peta bumi.

4. Proyeksi Stereographic untuk wilayah sekitar kutub. 5. Proyeksi Mercator untuk wilayah luar kutub. 6. Proyeksi Polyender untuk wilayah di luar kutub.

7. Proyeksi Polu Conic untuk wilayah lintang tengah (sedang).

C. JeniS ProyeKSi PetA menurut KeduduKAn BidAng ProyeKSinyA

a. Proyeksi normal, kedudukan bidang proyeksinya berhimpit dengan sumbu bumi (menyinggung kutub).

b. Proyek transversal, kedudukan bidang proyeksinya berhimpit dengan ekuator (menyinggung ekuator).

c. Proyeksi obligue (miring), kedudukan bidang proyeksinya antara sumbu bumi dan ekuator (menyinggung antara kutub dan ekuator).

Berdasarkan tiga jenis proyeksi yang ada, sistem proyeksi peta yang sering digunakan, antara lain:

1. Sistem proyeksi UPS (Universal Transverse Stereographic)Proyeksi Zenithal–Normal–Konform.

(9)

3

2. Sistem proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator)Proyeksi Silinder–Transversal–Konform.

• Untuk menggambarkan wilayah 84⁰LU - 80⁰LS dengan arah utara-selatan. 3. Sistem proyeksi Polyeder

Proyeksi Kerucut–Normal–Konform.

• Untuk menggambar wilayah lintang tengah (sedang) dengan arah barat–timur. Peta-peta wilayah Indonesia menggunakan Sistem Proyeksi Peta UTM dan Polyeder.

d. PetA toPogrAfi (PetA ruPA Bumi)

Peta topografi menggambarkan permukaan bumi, reflief, serta dimensinya. Relief adalah tinggi rendahnya permukaan tanah, seperti bukit, tebing, lembah, dan dataran. Relief digambarkan dengan garis kontur.

a. Garis kontur menunjukkan: 1. Ketinggian tempat

2. Kemiringan (kecuraman lereng) 3. Jarak 2 titik

4. Arah titik satu ke titik yang lain b. Garis kontur memiliki sifat:

1. Memisahkan wilayah yang lebih tinggi dengan wilayah yang lebih rendah 2. Tidak berpotongan

3. Tidak bercabang

4. Garis yang rapat (berhimpit) berarti curam (terjal) 5. Garis yang renggang (berjauhan) berarti landai 6. Garis pantai ditandai angka nol

7. Kedalaman laut diberi tanda negatif

e. menentuKAn SKAlA PetA toPogrAfi Contour interval (Ci) = 1 x

2000 penyebut skala

(10)

4

f. menentuKAn KemiringAn PetA toPogrAfi

Kemiringan Lereng=

Countur Interval (m)

Jarak Titik (m)

x100%

CONTOh SOAl

1. Peta topografi dengan interval garis kontur 25 meter memiliki skala ....

Pembahasan : Ci = 1 2000× penyebut skala 25 = 1 2000×p.s p.s = 25 × 2000 = 50000

Skala peta topografi adalah 1:50.000

2. Interval garis kontur sebuah peta topografi berskala 1:50.000 adalah ....

Pembahasan : Ci = 1 2000×p.s Ci = 1 2000× 50000 Ci = ½ × 50 = 25 meter

3. Peta topografi berskala 1:100.000

Titik A berada pada ketinggian 2.500 meter Titik B berada pada ketinggian 3.000 meter.

(11)

5

Pembahasan :

a. Contour interval = 3.000 m – 2.500 m = 500 m b. Skala peta 1:100.000

1 cm di peta = 100.000 cm (1.000 m) di lapangan Jarak titik A – B 5 cm di peta = 5.000 m di lapangan. c. Kemiringan lereng= 500 100% 10%

(12)

1

GEografi

03

SESI 3

REMOTE SENSING

A. PengertiAn PengindrAAn JAuh (indrAJA)

Pengindraan jauh (remote sensing) adalah cara memperoleh data atau informasi tentang objek/gejala/daerah dengan sensor buatan tanpa kontak langsung.

B. AsAs indrAJA sistem FotogrAFik

1. S u m b e r Tenaga 2. Atmosfer (medium) 3. Objek 4. Sensor 5. Wahana 6. Keluaran Pantulan Pancaran

MATERI D

AN L

ATIHAN SO

AL SBMPTN

TOP LE

VEL - XII SM

A

(13)

2

C. unsur indrAJA FotogrAFik

a. sistem tenaga (energi)

1. Sinar matahari 2. Sinar bulan 3. Sinar buatan

Tenaga sinar matahari berupa gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik terdiri dari 7 spektrum, yaitu:

SINAR GAMMA SINAR X ULTRA VIOLET TAMPAK MATA INFRAMERAH GELOMBANG MIKRO GELOMBANG RADIO

Dari ketujuh spektrum tersebut, spektrum yang digunakan untuk inderaja fotografik hanya 3 spektrum, yaitu spektrum inframerah, tampak mata, dan ultraviolet.

b. Atmosfer (Zat Perantara)

Tenaga sinar matahari (gelombang elektromagnetik) masuk ke bumi melalui atmosfer karena banyak hambatan dari partikel-partikel atmosfer seperti: awan, debu, uap air, hujan, kabut, CO2, dan ozon. Sehingga hanya sebagian kecil spektrum elektromagnetik yang mencapai bumi. Bagian atmosfer yang dapat melanjutkan spektrum elektromagnetik sampai ke bumi dan dapat ditangkap oleh sensor disebut ‘jendela atmosfer’.

c. objek

Objek yang di indraja berada di:

1. Daratan dan lautan: litosfer, biosfer, antroforper, dan hidrosfer. 2. Udara: atmosfer

3. Antariksa

Objek berinteraksi dengan elektromagnetik berupa serapan dan pantulan.

Contoh:

1. Objek kering, tidak menyerap sinar sehingga sinar yang dipantulkan objek sensor banyak maka citranya cerah.

2. Objek basah, menyerap sinar sehingga sinar yang dipantulkan objek sedikit maka citranya gelap.

d. sensor (Alat Perekam data)

1. Sensor fotografik berupa kamera

• Kamera kartografik (metrik) untuk pemetaan. • Kamera tinjau untuk merekam kualitas objek.

• Kamera multispektral untuk memotret satu objek dengan beberapa kamera atau satu kamera dengan beberapa lensa.

(14)

3

2. Detektornya berupa film

• Film pankromatik, menggunakan spektrum tampak dengan 7 saluran: me.ji. ku.hi.bi.ni.u.

• Film ortokromatik, menggunakan saluran biru + ½ hijau. • Film inframerah, menggunakan spektrum inframerah.

• Film inframerah modifikasi, menggunakan spektrum inframerah + saluran jingga/hijau.

• Film ultraviolet, menggunakan spektrum ultraviolet.

Wujud terkecil yang dapat direkam oleh film disebut resolusi spasial. Semakin kecil wujud objek yang dapat direkam, semakin baik mutu sensor dan semakin tinggi resolusinya.

e. Wahana (kendaraan Pembawa sensor)

1. Balon udara (balon stratosfer) 2. Burung merpati

3. Pesawat terbang 4. Satelit

f. keluaran (hasil)

Hasil pengindraan jauh berupa citra. Citra adalah gambaran objek yang tampak pada sensor atau yang sudah dicetak. Sensor fotografik menghasilkan:

1. Foto udara

Hasil pemotretan kamera dari balon udara/merpati/pesawat terbang. • Foto pankromatik hitam putih

• Foto pankromatik berwarna (true color) • Foto ortokromatik

• Foto inframerah (false color) • Foto inframerah modifikasi • Foto ultraviolet

• Foto multispektral 2. Foto satelit

Hasil pemotretan kamera dari satelit. • Foto gemini

Foto mercury • Foto apollo • Foto skylab

Objek yang digambarkan pada foto udara dan foto satelit terbatas pada objek yang tampak. Objek di bawah tanah/tertutup vegetasi, tidak dapat tergambarkan pada foto. Namun, ada objek yang tidak tampak dapat ditafsirkan berdasarkan objek yang tampak.

(15)

4

Contohnya, jenis tanah pasir dapat ditafsirkan berdasarkan vegetasi penutupnya (kelapa) dan lokasinya (di tepi laut).

Dibandingkan foto satelit, foto udara menyajikan informasi lebih rinci karena wahananya lebih rendah. Semakin rendah terbang wahana, semakin besar citranya. Semakin besar skalanya, semakin sempit cangkupan wilayahnya. Jadi, jarak pemotretan memengaruhi besar atau kecilnya citra yang diperoleh. Contohnya, foto udara skala 1:5.000 dapat membedakan jenis truk dan bis dengan jenis sedan dan jip.

d. indrAJA nonFotogrAFik sistem gelomBAng mikro

a. Istilah nonfotografik berarti nonkamera (sensornya bukan kamera). Sistem gelombang mikro artinya menggunakan spektrum gelombang mikro sebagai tenaga. Indraja menggunakan spektrum gelombang mikro ada dua, yaitu:

1. Sistem pasif (sistem gelombang mikro) 2. Sistem aktif (sistem radar)

b. Asas sistem pasif (sistem gelombang mikro)

c. Unsur sistem gelombang mikro 1. Sumber tenaga

Menggunakan tenaga elektromagnetik yang berasal dari pancaran: objek bumi, awan, gas-gas di atmosfer, atmosfer, sinar matahari, dan sinar dari angkasa (sinar alami). Karena pancaran lemah, kualitas (resolusi spasial) citranya rendah dibandingkan kualitas citra radar, citra inframerah termal, dan foto udara.

2. Objek

(16)

5

konsentrasi es di laut, angin laut, suhu laut, kandungan uap air, dan kandungan curah hujan, kecuali kutub utara dan kutub selatan.

3. Sensor

• Radiometer terdiri dari:

- Antena yang dipasang tetap (tidak bergerak).

- Amplifier untuk memperkuat sinyal gelombang mikro yang lemah.

- Perekam dan penyaji data.

- Tenaga yang dipancarkan benda-benda di bumi diterima antena lalu diperkuat sinyal oleh amplifier, kemudian direkam oleh sensor.

• Penyiam

Komponennya sama dengan radiometer. Perbedaannya antena bergerak-gerak dengan arah tegak lurus terhadap jalur terbang.

4. Wahana

• Pesawat terbang (dari dirgantara) • Satelit (dari antariksa)

5. Keluaran

Hasilnya citra gelombang mikro. d. Interpretasi citra gelombang mikro

Interpretasi citra gelombang mikro berdasarkan tinggi atau rendahnya suhu objek dan nilai pancarannya yang menghasilkan rona pada citra.

Contoh:

• Sungai dan sawah pancarannya lemah dan ronanya gelap.

• Topografi kasar dan vegetasi hutan pancarannya kuat dan ronanya cerah. e. Keunggulan citra gelombang mikro

• Dapat beroperasi siang dan malam. • Dapat menembus awan dan hujan.

Hal ini penting bagi daerah yang selalu tertutup awan, seperti beberapa daerah di Sumatera, Kalimantan, dan Papua, serta daerah lintang tinggi di musim dingin dengan malam hari yang lebih panjang.

f. Kelemahan citra gelombang mikro

Resolusi spasialnya rendah (kualitas citranya rendah). g. Kegunaan citra gelombang mikro

1. Pemetaan penutupan lahan 2. Pemetaan penggunaan lahan 3. Pemetaan kelembaban tanah 4. Bidang pertanian

(17)

6

Karena resolusi spasialnya rendah, citra gelombang mikro lebih cocok untuk inderaja secara global dari satelit.

e. indrAJA nonFotogrAFik sistem rAdAr

Radar merupakan singkatan dari radio detection and ranging, mendeteksi jarak objek berdasarkan gelombang radio.

a. Asas sistem Aktif (sistem radar)

b. unsur sistem radar

1. Sumber tenaga

Sistem radar disebut ‘sistem aktif’ karena menggunakan tenaga elektromagnetik yang dibangkitkan pada sensor (sinar buatan). Tenaga ini berupa “pulsa” bertenaga tinggi yang dipancarkan sensor ke arah tertentu. Jika pulsa radar mengenai objek, maka pulsa tersebut akan dipantulkan kembali oleh objek ke sensor. Kemudian: • Sensor akan mengukur dan mencatat ‘waktu’ (dari saat pulsa dipancarkan sensor,

sampai kembali ke sensor), sehingga dapat mengetahui jarak dan posisi objek. • Sensor akan mengukur dan mencatat intensitas (kekuatan) tenaga balik pulsa,

sehingga dapat mengetahi ‘jenis’ objek. 2. Objek

Permukaan bumi sampai kutub, di bawah tanah dan lapisan udara. 3. Sensor

Menggunakan sensor SLAR (Side Looking Airbone Radar) yang dapat merekam daerah lawan dari sampling. Sensor SLAR terdiri dari:

• RAR (Real Aperture Radar), antena panjang.

• SAR (Synthetic Aperture Radar), antena pendek tetapi berfungsi sebagai antena panjang.

(18)

7

4. Wahana • Pesawat terbang • Satelit • Permukaan tanah 5. Keluaran • Data noncitra

- Sistem radar doppler

Perubahan frekuensi sinyal yang dipancarkan sensor dan kembali ke sensor akan mengubah nada bunyi klakson (sirene) saat kendaraan mendekati dan menjauhi radar. Efek doppler ini berguna untuk megukur kecepatan kendaraan, seperti pesawat terbang, satelit, dan kapal. - Radar PPI (Plan Position Indicator)

Gambaran pada layar lintas udara dan lingkaran akibat dari antena radar yang terus berputar. PPI berguna untuk:

~ Pengawasan lalu lintas udara dan pelayaran.

~ Penerbangan dan pelayaran saat malam gelap, contohnya pesawat pengebom.

~ Mendeteksi lintasan pesawat dan kapal. ~ Merekam daerah lawan dari samping. ~ Prakiraan cuaca.

• Citra radar

c. interpretasi radar Citra

Dengan mengamati rona:

1. Objek yang permukaan kasar (jalan terjal, hutan rimba), pantulan kasar, dan ronanya cerah.

2. Objek yang lembab (delta sungai, hutan rawa), pantulannya besar, dan ronanya cerah.

3. Logam (jembatan, rel K.A.), pantulannya besar, dan ronanya cerah.

4. Objek yang permukaannya halus (jalan aspal) dan objek kering (batuan), pantulannya kecil, dan ronanya gelap. Jadi, cerah atau gelapnya objek tergantung dari kekasaran dan kelembaban objek.

d. keunggulan Citra radar

1. Dapat mengatasi segala hambatan cuaca, khususnya di daerah tropis yang selalu tertutup awan.

2. Dapat menembus tanah khususnya tanah kering, seperti menembus struktur geologi dan situs perkampungan zaman batu pada kedalaman ;ebih dari 2 meter.

3. Dapat beroperasi siang maupun malam hari.

(19)

8

5. Liputan ke arah samping menimbulkan bayangan yang memperjelas kondisi relief. 6. Sangat peka terhadap kekasaran dan kelembapan objek sehingga bermanfaat di

bidang vegetasi, geologi, dan geomorfologi.

e. kelemahan Citra radar

1. Harganya mahal sehingga jarang dipakai.

2. Resolusinya rendah sehingga tampilan objek tidak rinci.

F. indrAJA nonFotogrAFik sistem termAl

Indraja sistem termal bertujuan untuk mengukur suhu objek, tepatnya mengukur perbedaan suhu objek yang menyebabkan perbedaan ke sensor sehingga objek dapat dikenali.

a. Asas sistem termal

1. Sensor noncitra

Proses Digital (elektrik) Keluaran

Objek (sumber pancaran inframerah)

Detektor: mengubah tenaga pancaran menjadi sinyal elektrik, sehingga dapat diproses secara digital (secara elektrik).

Optik: pengumpul tenaga pancaran (tenaga elektromagnetik) dari objek. • Sensor pembentukan citra Keluaran Perekam Inframerah Detektor Inframerah Optik Mekanik

(20)

9

b. unsur sistem termal

• Sumber tenaga

Berasal dari tenaga pancaran objek yang masuk ke sensor melalui ‘jendela atmosfer’. Karena suhu objek berubah setiap saat sehingga jumlah tenaga termal yang dipancarkan juga berubah-ubah. Perekaman dilakukan pada saat objek mengalami perubahan suhu yang sangat besar. Misalkan, setelah matahari terbit dan menjelang senja.

• Objek

Semua benda di permukaan bumi, baik yang tampak mata maupun tidak tampak mata.

• Sensor

Sensor terdiri dari pembentuk citra dan noncitra • Wahana

Wahana terdiri dari pesawat terbang dan satelit • Keluaran

Keluaran terdiri dari:

~ Citra inframerah termahal

Berupa gambaran 2 dimensi (gambarn piktorial) seperti televisi. ~ Noncitra

Berupa garis (kurva spektral) satu angka atau serangkaian angka yang mencerminkan suhu pancaran objek dari waktu ke waktu.

c. interpretasi citra inframerah termal

Interpretasi citra inframerah termal selalu melihat karakteristik temporal (waktu perekaman)

• Siang: tubuh air dan pohon lebih dingin daripada tanah dan batuan sehingga air dan pohon ronanya gelap.

• Malam: tubuh air dan pohon lebih panas daripada tanah dan batuan sehingga air dan pohon ronanya cerah.

• Siang: rumput dan vegetasi rendah lebih panas daripada pohon sehingga rumput dan vegetasi rendah ronanya cerah.

• Malam: rumput dan vegetasi rendah lebih dingin daripada pohon sehingga rumput dan vegetasi rendah ronanya gelap.

• Siang dan malam:

~ Tanah lembab lebih dingin (gelap) daripada tanah kering (cerah). ~ Permukaan logam lebih dingin (gelap) daripada sekitarnya. ~ Aspal dan batu kerikil lebih panas (cerah) daripada sekitarnya.

Jadi, objek yang panas maka nilai pancarannya tinggi. Oleh karena itu, ronanya cerah. Objek yang dingin nilai pancarannya rendah sehingga ronanya gelap.

(21)

10

d. keunggulan citra inframerah termal

1. Perekaman dapat dilakukan siang maupun malam 2. Dapat merekam wujud yang tidak tampak

Contoh:

• Merekam kebocoran pipa gas bawah tanah.

• Merekam kebakaran tampang batu bara bawah tanah. • Merekam ttik panas pada bangunan industri.

• Merekam perbedaan air panas dengan air dingin. Ini semua bermanfaat untuk pengelolaan lingkungan.

e. kelemahan citra inframerah termal

Distorsinya (penyimpangan) lebih besar dibandingkan dengan penyimpangan foto udara.

f. kegunaan citra inframerah termal

Bidang Penggunaan Sasaran Penginderaan

Pertanian 1. Jenis tanah Jenis tanaman Penyakit tanaman Sensus hewan Hidrologi 2.

Mata air dingin dan mata air panas Batas air tawar dan air asin

Batas air dan es

Muara sungai bawah tanah Meteorologi

3.

Profil suhu

Komponen atmosfer Sebaran suhu horizontal

Geologi 4.

Jenis batuan Patahan dan lipatan Gunung api aktif

Deteksi gua di daerah karst

Kabakaran tambang batubara bawah tanah

Kekotaan 5.

Kebocoran pipa gas bawah tanah Konsentrasi energi

Titik panas bangunan industri Model penggunaan listrik Konservasi energi

(22)

11

Vegetasi 6.

Evapotranspirasi Kebakaran hutan

Gangguan hama pada hutan

g. indrAJA nonFotogrAFik sistem sAtelit

a. unsur satelit landsat

1. Sumber tenaga

Berupa tenaga elektromagnetik dengan spektrum tampak, spektrum gelombang mikro, dan spektrum inframerah termal. Jika menggunakan spektrum tampak, hasilnya foto satelit. Jika menggunakan spektrum gelombang mikro atau spektrum inframerah termal, hasilnya citra satelit dan data digital (non-citra).

2. Objek • Bumi • Antariksa 3. Sensor satelit landsat

Kamera RBV (Return Beam Vidicon)

~ Bekerja secara elektronik (digital) dengan detektor foto konduktor, sedangkan foto udara bekerja secara fotografik dengan detektor film. ~ Merekam secara serentak wilayah seluas 185 km x 185 km

~ Hasil rekamannya disebut ‘citra landsat RBV’, dalam bentuk gambar (analog).

Penyiam MSS (Multi Spectral Scanner)

~ Merekam bagian demi bagian wilayah seluas 56 m x 79 m (1 pixel). ~ Hasil rekamannya disebut ‘citra landsat MSS’, dalam bentuk citra hitam

putih dan citra komposit warna.

Keduanya dapat mengatasi hambatan atmosfer.

b. Asas

1. Asas RBV

dikirim ke stasiun penerima data di bumi

Kamera RBV

Daerah liputan 185 km x 185km

(23)

12

2. Asas MSS

c. Jenis satelit

1. Jenis satelit berawak

Sensornya fotografik, hasilnya foto satelit. • Gemini

• Merkurius • Apollo

Skylab: stasiun eksperimen antaraiksaSurveyor: memotret bulan

Mariner: memotret Mekurius, Venus, MarsPioneer: memotret Jupiter

Vayoger: memotret Jupiter dan Saturnus 2. Jenis satelit tak berawak

Sensornya nonfotografik, hasilnya citra satelit.

Satelit sumber daya bumi: landsat, spot, ERS, MOS, dan seasat.Satelit cuaca: NOAA, Nimbus, GOES, dan Meteosat.

d. kegunaan

1. Identifikasi jenis tanah/tanah. 2. Identifikasi jenis tanaman.

3. Inventarisasi tanaman padi pada sawah irigasi. 4. Menaksir produk perhektar.

(24)

13

5. Menaksir luas tanaman, luas hutan.

6. Perhitungan luas permukaan air dan volume air. 7. Menilai kerusakan hutan.

8. Pemetaan: intruksi batuan beku, perubahan garis pantai, klasifikasi hutan. 9. Klasifikasi bentuk penggunaan lahan.

10. Mendeteksi bentang budaya: kota, jalan raya.

11. Mendeteksi: objek di bawah permukaan air, kualitas air, garis batas antara air, dan daratan.

12. Pembedaan lahan kota dengan lahan desa. 13. Perencaan wilayah.

14. Pemetaan jaringan transportasi. 15. Mendeteksi akibat bencana alam.

(25)

1

GEografi

04

SESI 4

REMOTE SENSING

A. PERBEDAAN SENSOR FOTOGRAFIK DENGAN SENSOR NONFOTOGRAFIK

Sensor Fotografik Sensor Elektronik

Berupa kamera a.

Skala lebih besar b.

Wilayah cakupan lebih sempit c.

Hasilnya lebih rinci d.

Resolusi lebih rinci e.

Biayanya lebih murah f.

Caranya sederhana g.

Integritas geometri bagus h.

Dapat menghindari awan i.

Hasilnya berupa foto penginderaan j.

jauh (foto udara dan foto satelit)

Nonkamera (alat elektronik) a.

Skala lebih kecil b.

Wilayah cakupan lebih luas c.

Hasilnnya kurang rinci, tetapi lebih d.

tepat

Resolusi lebih rendah e.

Biayanya lebih mahal f.

Caranya rumit g.

Integritas geometri buruk h.

Dapat mengatasi hambatan i.

atmosfer

Hasilnya berupa citra pengindraan j.

jauh (citra dan data noncitra)

MATERI D

AN L

ATIHAN SO

AL SBMPTN

TOP LE

VEL - XII SM

A

(26)

2

B. MENENTuKAN SKAlA CITRA

Skala Citra =

panjang fokus sensor (cm)

jarak objek ke sensor (cm)

C. INTERPRETASI CITRA

Interpretasi, yaitu:

a. Menafsirkan dan mengklasifikasi citra berdasarkan karakteristiknya sehingga objek dapat dikenali.

b. Menganalisis citra dengan melakukan pemisahan wujud rona atau warna objek. c. Menganalisis citra berdasarkan unsur objek.

D. uNSuR INTERPRETASI CITRA

a. Rona

Rona adalah cerah atau gelapnya objek.

Contoh:

1. Pada foto pankromatik hitam putih, air tampak gelap. 2. Pada foto inframerah hitam puih, air tampak gelap sekali. Ronanya objek dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu:

1. Karakteristik objek

2. Waktu pemotretan/perekaman 3. Cuaca

4. Letak objek, jenis objek, jarak objek dari sensor 5. Bahan (emulsi film) yang digunakan

6. Proses

b. Warna

Warna terbentuk oleh proses aditif (biru, hijau, merah) dan proses substratif (cyan, kuning, magenta). Warna lain terbentuk sesuai dengan jenis emulsi filmnya.

Contoh:

1. Pada foto pankromatik berwarna, air dan pohon tampak hijau.

2. Pada foto inframerah berwarna, air tampak biru dan pohon tampak magenta.

c. Bentuk

(27)

3

Contoh:

Gunung api dan pohon pinus berbentuk kerucut, lapangan sepak bola berbentuk persegi, dan gedung sekolah berbentuk letter I.L.U.

d. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail objek atau memperjelas profil objek.

Contoh:

Tembok stadion dan gawang sepak bola, cerobong asap, dan menara yang bayangannya sangat tampak. Bayangan objek menunjukkan posisi objek di daerha tinggi, miring, atau terjal.

e. Situs

Situs adalah letak objek terhadap objek lain.

Contoh:

Situs pemukiman di tepi jalan, rel kereta api, sungai, pantai, dan tanggul alam; situs teh di pegunungan.

f. Pola

Pola adalah susunan keruangan, contohnya: 1. Pola pemukiman transmigrasi, teratur.

2. Pola pemukiman di tepi jalan/rel kereta api/sungai/pantai memanjang.

3. Pola delta di muara, menandakan DAS hulu mengalami kerusakan (erosi besar).

g. Asosiasi

Asosiasi adalah hubungan antarobjek, contohnya: 1. Gawang berasosiasi dengan lapangan sepak bola. 2. Rel kereta yang bercabang berasosiasi dengan stasiun.

3. Perkampungan berasosiasi dengan jalan dan lahan pekarangan.

h. Tekstur

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra, contohnya: 1. Hutan bertekstur kasar.

2. Belukar bertekstur sedang. 3. Sawah bertekstur halus.

4. Air bergelombang bertekstur kasar.

i. ukuran

Ukuran antara lain jarak, luas, tinggi, kemiringan, volume, contohnya: 1. Ukuran rumah berbeda denga pabrik.

(28)

4

E. KARAKTERISTIK CITRA

Karakteristik citra, antara lain:

a. Karakteristik spektral: rona warna.

b. Karakteristik spasial: bentuk, bayangan, situs, asosiasi, tekstur, ukuran. c. Karakteristik temporal: waktu pemotretan, unsur objek, umur objek.

F. TAhAPAN INTERPRETASI CITRA

Ada pun tahapan interpretasi citra, yaitu: a. Deteksi

b. Identifikasi c. Analisis d. Dedukasi e. Klasifikasi

G. DASAR-DASAR INTERPRETASI CITRA FOTOGRAFIK

Berikut dasar-dasar interpretasi citra fotografik, yaitu:

a. Rona gelap: hutan hujan tropis, hutan rawa/mangrove, hutan sagu, hutan bakau, laut, dan sungai.

b. Rona agak gelap: hutan musim/gugur, hutan bambu, perkebunan tebu, perkebunan kelapa, dan kelapa sawit.

c. Rona cerah/terang: hutan lumut (tunra), nipah, savana, stepa, sawah, rawa, gurun, delta, kipas aluvial, jalan raya, rel kereta api, dan stasiun.

d. Tekstur kasar, gelap: hutan hujan tropis, hutan rawa/mangrove, hutan sagu, hutan bakau, laut, dan jalan bergelombang.

e. Tekstur sedang, agak gelap: hutan musim, hutan bambu, perkebunan tebu, perkebunan kelapa, dan kelapa sawit.

f. Tekstur halus, cerah/terang: hutan lumut, stepa, sungai, delta, kipas aluvial, sawah, rawa, gurun, jalan raya, rel kereta api, dan sekolah.

g. Tinggi tidak seragam, gelap: hutan hujan tropis, hutan rawa, dan hutan sagu. h. Tinggi seragam, cerah/agak gelap: hutan musim, stepa, nipah, hutan bambu,

perkebunan tebu, perkebunan kelapa dan sawit, hutan baku, hutan lumut, sawah, serta pemukiman desa.

i. Bertajuk bintang: sagu, nipah, kelapa sawit, dan palem. j. Bentuk kerucut: pinus dan gunung api.

h. KEuNGGulAN CITRA PENGINDERAAN JAuh

a. Cara kerja cepat, akurat, dan tepat. b. Hemat waktu, biaya, dan tenaga. c. Dapat meliput daerah yang luas.

(29)

5

d. Gambar/citra yang direkam bersifat permanen.

e. Dapat menghasilkan gambar 3 dimensi jika dilihat dengan stereoskop. f. Merupakan satu-satunya cara pemetaan daerah bencana.

g. Merupakan alat pemantau terhadap perubahan bentang alam dan bentang budaya.

h. Tanpa resiko yang besar.

i. Ketelitiannya dapat diandalkan khususnya daerah terestrial (daratan).

I. KElEMAhAN CITRA PENGINDRAAN JAuh

Kelemahan citra pengindraan jauh, yaitu tidak dapat mengenali: a. Saat (waktu) terjadinya bencana.

b. Komposisi tanah, batuan, dan bahan tambang(harus dianalisis di laboratorium). c. Batas wilayah dan batas persil kepemilikan tanah (harus dicek langsung di

lapangan).

d. Status tanah, status bangunan, pemiiliki tanah, dan pemilik bangunan. e. Status penduduk dan komposisi penduduk.

f. Sensor fotografik dengan tenaga elektromagnetik hanya bisa beroperasi siang hari.

J. ASAS STEREOSKOPIK

Pengamatan stereoskop menafsirkan citra dengan menggunakan stereoskop sehingga menghasilkan gambaran atau foto 3 dimensi. Umumnya, pengamatan stereoskopik dilakukan pada citra foto udara. Perwujudan 3 dimensi menunjukkan beda tinggi dan kemiringan lereng sehingga bermanfaat untuk pembuatan peta kontur (peta topograf). Pengamatan stereoskopik juga bisa dilakukan dengan cara:

a. Sepasang foto udara bertabrakan yang menggambarkan daerah yang sama. b. Masing-masing foto disinari proyektor. Proyektor kiri dipasang filter hijau dan

proyektor kanan dipasangi filter merah.

c. Sinar proyektor yang mengenai foto, yaitu sinar hijau mengenai foto kiri dan sinar merah mengenai foto kanan.

d. Pengamat menggunakan kaca mata filter. Filter hijau di kiri dan filter merah di mata kanan.

e. Mata kiri melihat foto kiri dan mata kanan melihat foto kanan. Dengan demikian, terjadi fusi otak yang menimbulkan gambaran 3 dimensi.

K. MANFAAT PENGAMATAN STEREOSKOPIK

Kenampakan 3 dimensi memudahkan pengenalan objek, menghasilkan modul medan ikonik (mirip wujud aslinya), mengetahui tinggi, dan lereng dengan teliti.

(30)

6

l. MANFAAT CITRA PENGINDRAAN JAuh

Berikut ini manfaat dari citra pengindraan jauh berdasarkan bidang-bidangnya, antara lain:

a. Bidang pertanian

1. Pengenalan jenis tanaman dan jenis pohon. 2. Evaluasi kondisi tanaman.

3. Estimasi jumlah produksi. 4. Sensus hewan ternak. 5. Identifikasi situs pertanian.

6. Memantau penggunaan lahan pertanian dan lahan ternak.

b. Bidang kehutaan

1. Identifikasi spesies pohon dan kerusakan lahan hutan. 2. Perkiraan volume kayu.

3. Inventarisasi hasil hutan.

4. Memantau perkembangan hutan.

5. Memetakan kerusakan hutan oleh kebakaran hutan.

c. Manfaat pada bidang sumber daya bumi

1. Pemetaan tanah, bentuk lahan, dan tata guna lahan. 2. Inventarisasi sumber daya alam.

3. Mendeteksi pencemaran.

4. Evaluasi kerusakan alam oleh banjir.

d. Bidang perlindungan satwa liar

1. Mendeteksi habitat.

2. Mendeteksi pencacahan jumlah populasi hewan.

e. Bidang lingkungan hidup

Penilaian dampak lingkungan akibat ulah manusia, seperti: 1. Peningkatan zat pencemaran.

2. Perubahan kondisi aliran air, erosi, dan sedimentasi. 3. Perubhana suhu, perubahan kekeruhan air.

4. Perubahan vegetasi akibat penebangan. 5. Perubahan populasi.

f. Bidang perencanaan kota dan wilayah

1. Penaksiran jumlah penduduk. 2. Studi kualitas perumahan.

3. Pemilihan letak berbagai bangunan.

(31)

7

5. Pemilihan jalur transmisi. 6. Menentukan batas wilayah kota. 7. Pemetaan penggunaan lahan kota.

g. Bidang oseanografi

1. Mendeteksi garis batas daratan dan laut.

2. Mendeteksi suhu permukaan air laut, salinitas air laut, arus laut dan gelombang, pencemaran air laut, sedimentasi pelabuhan, banjir rob, dan pengelolaan ikan. 3. Mengamati perubahan pantai.

h. Bidang hidrologi

1. Mendeteksi air permukaan: air sungai, danau, rawa, mata air, geyser, dan saluran irigasi.

2. Analisis pola aliran sungai, sebaran salju, kondisi es, serta batas air tawar dan air asin.

3. Pemetaan DAS, banjir, dan kelembaban tanah.

i. Bidang geologi

1. Mengenali jenis batuan, patahan dan lipatan, pegunungan dan daratan, serta gunung api aktif.

2. Mendeteksi gua di daerah karst. 3. Eksplorasi mineral.

4. Inventarisasi sumber daya mineral dan struktur litologi (batuan dan tanah).

j. Bidang meteorologi

1. Mendeteksi komposisi atmosfer. 2. Pemetaan profil suhu atmosfer. 3. Prakiraan cuaca.

4. Mendeteksi kecepatan angin dan kandungan uap air di atmosfer.

k. Bidang kartograf

1. Pemetaan topografi wilayah. 2. Pemetaan korografi.

(32)

8

CONTOh SOal

1. Sebuah pesawat terbang dengan ketinggian 3.000 m, terpasang kamera dengan panjang fokus 30 cm. Maka foto yang dibuat mempunyai skala ...

Pembahasan :

Skala Citra =

panjang fokus sensor (cm)

jarak objek ke sensor (cm)

30 cm

3000 m

150 mm

300000 cm

1

10000

=

=

=

= 1:10000

2. Sebuah pesawat yang terbang pada ketinggian 5.000 m, ketinggian objek 2.000 m di atas muka laut. Panjang fokus perekam objek 150 mm. Berapa skala foto yang dihasilkan?

Pembahasan :

Skala Citra =

panjang fokus sensor (cm)

jarak objek ke sensor (cm)

150 mm

5000-2000 m

150 mm

3000 cm

1

300000 mm

1

20000

=

=

=

=

= 1:10000

(33)

1

geografi

05

SESI 5

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

A. PengertiAn Sig

SIG adalah teknik menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi alam dan sosial dengan bantuan data spasial dan data atribut. SIG merupakan sistem informasi yang berbasis komputer dan menekankan pada unsur ‘informasi geografi’, posisi objek dan keterangan-keterangan/atributnya.

B. ASAS Sig

Data Input

Hardware

Sig:

Output

Data

Software

Data

Manajemen:

Manipulasi

Analisis

C. KomPonen Sig

a. Perangkat keras (hardware): komputer (PC), mouse, digitizer, plotter, scanner, dan printer.

b. Perangkat lunak (software): modul program atau sistem.

MATERI D

AN L

ATIHAN SO

AL SBMPTN

TOP LE

VEL - XII SM

A

(34)

2

c. Data dan informasi geografi.

d. Manajemen orang-orang yang memiliki keahlian SIG.

D. SiStem KerjA Sig

Data input

a. Peta: topograf, tematik b. Foto udara Foto satelit Citra dirgantara Citra satelit c. Pengukuran lapangan Hasil sensus Statistik Monografi daerah Tabel laporan d. Data digital e. Data lainnnya Penyimpan (Data Base) Data manajemen dan manipulasi Pengambilan Pengolahan a. Manipulasi b. Modifikasi c. Klasifikasi DATA OuTPuT a. Peta tematik b. Tabel c. Diagram d. Histogram e. Grafik f. Informasi digital g. Laporan

e. SumBer DAtA Sig

Data-data yang diolah SIG berasal dari: a. Peta

1. Peta topografi 2. Peta korografi 3. Peta tematik b. Hasil penginderaan jauh

1. Foto udara 2. Foto satelit 3. Citra dirgantara 4. Citra satelit 5. Data noncitra c. Hasil survei lapangan

1. Hasil sensus 2. Statistik 3. Monografi daerah 4. Administrasi peternakan 5. Perusahaan-perusahaan 6. Lokasi usaha 7. Lokasi bencana

(35)

3

8. Pemukiman 9. Cagar alam 10. Tata guna tanah d. Data digital dari komputer

Data yang berasal dari peta dan foto udara atau satelit harus diubah menjadi data digital dengan alat digitizer. Data yang berasal dari citra satelit sudah dalam bentuk digital sehingga dapat langsung digunakan.

F. jeniS DAtA Sig

a. Data spasial, grafis, atau data keruangan adalah data yang mengidentifikasi kenampakan yang menunjukkan lokasi atau tempat-tempat di permukaan bumi. Data spasial berasal dari peta dan hasil indraja. Bentuk data spasisal berupa:

1. Titik: sekolah, SPBu, rumah sakit, restoran, kota, bandara, gunung, masjid, kuburan, dan sumur.

2. Garis: jalan, rel kereta api, pipa PAM, saluran pembuangan, dan jaringan pipa kabel.

3. Poligon: batas kota, batas persil tanah, hutan, danau, pemukiman, dan kawasan industri.

b. Data nonspasial, nongrafis, atribut, dan deskriptif berupa penjelasan tentang kuantitas dan kualitas objek. Kuantitiasnya, yaitu ketinggian tempat, luas lahan, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, kerapatan hutan, produktivitas lahan, dan kadar pencemaran. Kualitasnya berupa jenis tanah, jenis tambang, kelas jalan, tata guna lahan, status tanah, dan kode pos habitat. Data nonspasial berasal dari hasil survei lapangan, data teritis, atau data teristrial.

g. moDel DAtA SPASiAl

Data spasial disajikan dengan dua model, yaitu:

a. Model data vektor berupa titik, garis, dan poligon. Model ini menyimpan dan menampilkan data spasial berupa titik-titik, garis-garis (kurva), dan poligon dengan sistem koordinat kartesian 2 dimensi (x,y). Poligon disimpan sebagai sekumpulan titik-titik tempat titik awal dan akhir memiliki nilai koordinat yang sama (poligon tertutup sempurna).

(36)

4

b. Model data raster berupa pixel, grid, dan matriks. Model ini menyimpan dan menampilkan data spasial beruap pixel atau struktur matriks yang membentuk grid, contoh data raster. Data raster, yaitu citra satelit, citra radar, dan model ketinggian digital.

H. CArA KerjA Sig

SIG merepresentasikan dunia nyata di monitor komputer. Menyimpan informasi deskriptif sebagai atribut dalam basis data kemudian menyimpan dalam tabel. Setelah itu, SIG menghubungkan unsur dalam peta dengan atribut dengan bentuk tabel.

(37)

5

tabel

No. Lokasi Luas Tanah Status Tanah Tata guna tanah 1. 2. 3. 4. i. KeunggulAn Sig

a. Memiliki kemampuan analisis spasial dan nonspasial.

b. Dapat menggunakan data spasial dan data atribut secara terintegrasi. c. Dapat mengubah presentasi dalam berbagai bentuk.

d. Dapat memvisualkan data spasial berikut atribut-atributnya. e. Manipulasi data dapat dilakukan dengan mudah dan fleksibel. f. Dapat menurunkan sata secara otomatis.

g. Dapat menghasilkan peta tematik hanya dengan memanipulasi atributnya. h. Dapat menghasilkan peta dan gambaran 3D.

i. Hasilnya cepat, tepat, dan akurat. j. Dapat membuat kontur 3D.

k. Dapat melakukan overlay 3D dengan peta tematik atau citra tertentu.

j. AnAliSiS Sig

Analisis spasial SIG memiliki beberapa fungsi, yaitu: a. Klasifikasi

1. Dengan menggunakan data ketinggian tempat, dapat dibuat data kemiringan atau gradien permukaan bumi.

2. Dengan menggunakan data kadar air dan kedalaman air tanah, dapat dibuat data kesuburan tanah.

b. Overlay

Overlay (teknik tumpang susun) memiliki tiga data, yaitu data ketinggian tempat, jenis tanah, dan kadar air tanah. Overlay dapat menghasilkan wilayah yang sesuai untuk budidaya tanaman tertentu.

c. Analisis 3D

Analisis 3D untuk menetapkan manfaat suatu tempat yang harus meninjau tiga data, yaitu data tata guna tanah, jaringan jalan, dan kemiringan tempat.

(38)

6

K. APliKASi Sig

a. Bidang Sumber Daya Alam

1. Inventarisasi dan manajemen kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

2. Perencanaan tata guna lahan. 3. Analisis daerah rawan bencana alam.

b. Bidang Perencanaan Wilayah

1. Perencanaan pemukiman transmigrasi. 2. Perencanaan tata ruang wilayah. 3. Perencanaan kota.

4. Perencanaan lokasi dan relokasi industri. 5. Perencanaan pemukiman dan pasar.

c. Bidang Kependudukan

1. Penyusunan data penduduk.

2. Penyediaan informasi sensus penduduk. 3. Sisitem informasi untuk pemilihan umum.

d. Bidang lingkungan

1. Pemantauan pencemaran sungai, danau, dan laut.

2. Evaluasi pengendapan lumpur di sekitar danau, sungai, dan pantai. 3. Pemodalan pencemaran udara dan limbah berbahaya.

e. Bidang Utility

1. Inventarisasi dan manajemen informasi jaringan PA.

2. Perencanaan pemeliharaan jaringan PAM dan jaringan listrik. 3. Sistem informasi pelangganan PAM dan listrik.

4. Inventarisasi infrastruktur/fasum.

f. Bidang Bisnis

untuk penentuan lokasi bisnis yang prospektif untuk bank, swalayan, mesin ATM, counter, outlet, dan gudang.

g. Bidang Perpajakan

1. Menaksir potensi pendapatan dari pajak bumi bangunan (PBB). 2. Sistem informasi untuk penarikan pajak.

(39)

7

h. Bidang kelautan

untuk inventarisasi dan manajemen stasiun pengamatan pasang surut, daerah pesisir pantai, daerah wisata laut, dan tanah laut.

i. Bidang pendidikan

1. Penentuan kesesuaian lokasi pendidikan. 2. Sistem informasi akademis.

j. Bidang transportasitasi

1. Inventarisasi jaringan transportasitasi.

2. Perencanaan perluasan jaringan transportasitasi. 3. Analisis rawan kemacetan dana bahaya kecelakaan. 4. Analisis alternatif rute tersingkat.

k. Bidang kesehatan

1. Penyediaan data spasial dan data atribut yang menggambarkan pola penyebaran penderitaan suatu penyakit.

2. Inventarisasi tenaga medis dan fasilitas pendukungnya.

l. KomPonen geoDeSi untuK DAtA SPASiAl

Data spasial, seperti sekolah, jalan, dan pemukiman harus berefrensi geografi. Alat referensi data spasial, yaitu konsep geodesi (geodesi merupakan ilmu pengukuran dan pemetaan permukaan bumi). Konsep geodesi menentukan posisi (koordinat) horizontal, yaitu posisi berdasarkan lintang dan bujur. Posisi horizontal ini dikonversikan ke sistem koordinat 2D dengan ketinggiannya atau kedalamannya dikonversikan ke sistem koordinat kartesian 3D.

x

x,y

y

z

y

x

Sistem koordinat Sistem koordinat kartesian 2D kartesian 3D

(40)

1

geografi

06

SESI 6

INDUSTRI

A. PengertiAn industri

a. Semua kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat produktif.

b. Semua kegiatan yang bersifat mengubah atau mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

B. syArAt BerdirinyA industri

a. Tersedia modal

b. Tersedia bahan mentah c. Tersedia tenaga kerja d. Tersedia energi

e. Tersedia pasar (konsumen)

f. Tersedia alat transportasi dan komunikasi g. Stabilitas politik dan keamanan terjamin h. Melaksanakan AMDAL

C. FAktor yAng MenentukAn LokAsi industri

a. Dekat dengan bahan mentah atau baku b. Dekat tenaga kerja

c. Dekat energi d. Dekat pasar

MATERI D

AN L

ATIHAN SO

AL SBMPTN

TOP LE

VEL - XII SM

A

(41)

2

e. Transportasi lancar f. Air cukup

g. Lahan luas dan datar

h. Ada manajemen yang handal i. Ada kebijakan pemerintah

d. suBstitusi industri

Substitusi industri adalah kebijakan substitusi impor dengan cara memproduksi barang-barang yang diimpor.

a. Manfaat substitusi impor (si)

1. Mengurangi ketergantungan pada impor 2. Memperkuat sektor industri

3. Memperkuat kesempatan kerja sehingga tenaga kerja yang melimpah di sektor pertanian dapat diserap oleh sektor industri tanpa mengurangi pengeluaran sektor pertanian

4. Menghemat devisa

b. kelemahan substitusi impor

1. Menguntungkan perusahaan asing yang menanam modal di sektor industri SI 2. Menimbulkan gejala monopoli (pembatasan produsen)

e. kLAsiFikAsi industri

a. Aneka industri : makanan, minuman, dan kerajinan. Industri logam : besi, baja, timah, dan mesin.

Industri kimia : pupuk, obat, semen, ban, kertas, dan cat. Industri kecil/tekstil : batik, pemintalan, rajutan, dan konveksi. b. Berdasarkan bahan mentah

1. Industri agraris: bahan mentahnya hasil pertanian. Contoh: minyak goreng, teh, gula, kopi, dan tekstil.

2. Industri non-agraris: bahan mentahnya dari hasil pertambangan. Contoh: besi, baja, semen, dan minyak bumi.

c. Berdasarkan proses produksi

1. Industri hulu: mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Contoh: kertas, koran, kain, lembaran karet, lembaran besi, dan aluminium. 2. Industri hilir: mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi.

Contoh: kertas koran menjadi koran, lembaran karet menjadi ban, dan aluminium menjadi alat-alat dapur.

(42)

3

d. Berdasarkan hasil produksi

1. Industri berat: menghasilkan mesin-mesin dan alat-alat produksi. Contoh: baja, mesin-mesin pabrik, dan kendaraan.

2. Industri ringan: menghasilkan barang jadi yang langsung dipakai masyarakat. Contoh: makanan, minuman, obat-obatan, hasil kerajinan, dan tekstil.

e. Berdasarkan asal modal

1. Industri PMDN: modal dari penanaman modal dalam negeri (pemerintah dan pengusaha swasta nasional)

2. Industri PMA: modalnya dari penanam modal asing.

3. Industri patungan: modalnya dari swasta nasional dan modal asing. f. Berdasarkan pasarnya

1. Industri lokal: pasarnya di negeri saja karena mudah rusak. Contoh: kue basah, ikan segar, dan daging segar.

2. Industri dasar: pasarnya di dalam dan di luar negeri. Contoh: tekstil, mebel, dan pesawat.

g. Berdasarkan produktivitas perdagangan

1. Industri primer: menghasilkan barang-barang tanpa pengolahan lebih lanjut. Contoh: anyaman bambu, kerajinan tanah liat, dan kulit.

2. Industri sekunder: menghasilkan barang-barang yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut.

Contoh: benang, kain, terigu, karton, kawat, coklat, pipa, besi, dan plastik. 3. Industri tertier: bergerak di bidang jasa, pelayanan, atau fasilitas.

Contoh: transportasi, keuangan, pendidikan, kesehatan, dan asuransi. h. Jenis-Jenis industri lain

1. Industri campuran: menghasilkan lebih dari satu macam barang karena saling membutuhkan.

2. Industri trafik: semua bahan mentahnya dari impor. Contoh: wol, anggur, dan bir.

3. Industri ekstraktif: bahan mentahnya langsung diambil dari alam.

Contoh: ikan asin, bandeng, udang, anyaman bambu dan rotan, buah, bunga hias, besi, serta emas.

F. orientAsi LokAsi industri

a. Industri Berlokasi Dekat Bahan Baku.

1. Contohnya industri semen, batu bara, dan kayu lapis. Faktor penyebab: • Butuh bahan baku banyak.

• Indeks material (IM) lebih besar dari satu.

(43)

4

2. Contoh industri susu, gula, dan gas. Faktor penyebab: • Butuh bahan baku banyak.

• Indeks material labih besar dari satu.

• Ongkos angkut bahan baku lebih mahal dibandingkan ongkos angkut barang jadi.

• Bahan baku cepat rusak.

Indeks Material =

Berat Bahan Baku

Barang-barang Jadi

b. industri Berlokasi dekat Pasar

Contohnya makanan, keramik, kaca, dan pakaian. Faktor penyebab: 1. Bahan baku sedikit dan ada di mana-mana.

2. Indeks material lebih kecil dari satu.

3. Ongkos angkut barang jadi lebih mahal dibandingkan ongkos angkut bahan baku. 4. Barang jadinya cepat rusak.

c. industri Berlokasi di dekat tenaga kerja

Industri berlokasi di dekat tenaga kerja disebut juga industri padat karya. Contohnya, tekstil, garmen, sepatu, rokok, batik, jamu, elektronik, mie, ukir-ukiran, dan pahatan. Faktor penyebabnya, yaitu kebutuhan tenaga kerja yang banyak, baik tenaga ahli atau terampil maupun tenaga kasar.

d. industri Berlokasi dekat energi

Contohnya industri peleburan bauksit menjadi alumunium, peleburan besi, dan nikel menjadi baja. Faktor penyebabnya, industri ini membutuhkan energi yang cukup banyak.

g. teori LokAsi industri

a. teori susut ongkos

1. Semakin besar susutnya, lokasi pabrik semakin mendekati bahan baku.

2. Semakin besar ongkos transportasinya, lokasi pabrik semakin mendekati pasar.

b. teori Lokasi industri Alfred Weber

Lokasi industri berada di tempat-tempat yang ongkos transportasinya paling murah.

(44)

5

1. Teori lokasi industri

• Unit fasilitas homogen dalam iklim, topografi dan penduduknya, kondisi pasar dalam persaingan sempurna.

• Bahan baku terdapat di daerah tertentu. • Pasar terdapat di daerah tertentu. • Tenaga kerja berada di daerah tertentu. • Alat transportasi hanya satu jenis. • Lokasi pabrik hanya di satu tempat.

• Biaya transportasi tergantung pada bobot produk dan jarak. 2. Menurut Weber, biaya produksi dipengaruhi beberapa faktor • Biaya transportasi bahan baku ke lokasi industri. • Biaya transportasi produk jadi ke pasar.

• Biaya tenaga kerja (upah). • Harga bahan baku. 3. Segitiga Lokasional Weber

P

LI

ABB

ABB

P : Pasar

LI: Lokasi Industri ABB: Asal Bahan Baku

• Jika IM > 1 maka mendekati bahan baku. • Jika IM < 1 maka mendekati pasar.

Indeks Material =

Berat Bahan Baku

(45)

6

c. teori tempat sentral/Central Place Theory (W. Christaller)

Lokasi industri harus berada di tempat yang sentral, yaitu tempat yang banyak penduduknya. Jadi, penduduk tersebut dapat berperan sebagai produsen dan konsumen.

1. Teori Christaller

• Topografi wilayah seragam.

• Tingkat ekonomi penduduk homogen. 2. Syaratnya produsen

Range: jangkauan pasar, jarak yang harus ditempuh penduduk untuk memenuhi kebutuhannya.

Threshold: jumlah minimal penduduk yang diperlukan bagi kelancaran suplai barang.

Luasan pemasaran tergantung pada tingkat kepadatan penduduk. Makin tinggi kepadatan penduduk, maka makin kecil wilayah pemasarannya.

d. teori Lokasi industri (Losch)

Lokasi industri dipilih berdasarkan permintaan terbesar sehingga dapat menjangkau wilayah pemasaran yang luas. Losch memandang suatu permukaan lahan yang datar dan homogen jika suplai oleh pusat (industri) akan menghasilkan volume penjualan yang berbentuk kerucut. Artinya, semakin jauh dari pusar industri, volume penjualan barang semakin tinggi sebagai akibat dari naiknya biaya transportasi yang dibutuhkan.

(46)

1

GEografi

07

SESI 7

TEORI LOKASI PERTANIAN (VON THUNEN)

Teori lokasi pertanian menitikberatkan pada dua hal, yaitu jarak lokasi pertanian ke pasar dan sifat produk pertanian (keawetan, harga, dan beban angkut).

Harga sewa lahan pertanian berbeda-beda tergantung dari tata guna lahannya. Lahan yang dekat kota atau pusat pasar lebih mahal dibandingkan lahan yang jauh dari kota atau pusat pasar karena semakin jauh jarak, semakin besar biaya transportasinya.

Teori ini membandingkan hubungan biaya produksi dan biaya transportasi dengan harga pasar. Kewajiban petani adalah memaksimalkan keuntungan dari harga pasar, biaya produksi, dan transportasi. Aktivitas yang paling produktif, seperti berkebun, berternak ayam potong, berternak ayam telur, produksi susu sapi, dan aktivitas yang membutuhkan biaya transportasi tinggi (produk kayu bakar yang lokasinya harus dekat dengan pasar.)

MATERI D

AN L

ATIHAN SO

AL SBMPTN

TOP LE

VEL - XII SM

A

(47)

2

A. IntensIfIkAsI dAn ekstensIfIkAsI IndustrI

a. Intensifikasi Industri

1. Peningkatan produktivitas 2. Peningkatan keterampilan

3. Perbaikan infrastruktur (saran pendukung) 4. Pengembangan teknologi

5. Perlindungan tenaga kerja

6. Revitalisasi (menggiatkan kembali)

7. Verifikasi (pemeriksaan kebenaran laporan)

b. ekstensifikasi Industri

1. Peningkatan volume

2. Peningkatan jumlah barang/aset 3. Peningkatan jumlah tenaga kerja 4. Perluasan lahan produksi

(48)

3

B. IndustrI regIonAl

Regional adalah bagian permukaan bumi yang memiliki karakteristik khusus. Industri regional merupakan industri yang mendorong investasi lokal untuk memperkuat usaha komoditas unggulan daerah. Contohnya, industri regional I (Medan) dan industri regional II (Padang).

No. Jenis Industri Lokasi Industri 1 Tekstil

Bandung, Karawang, Purwakarta, Bekasi, Tangerang, Serang, Pemalang, Yogyakarta, Malang, dan Makassar.

2 Semen

Padang (PT Indarung I, II, III, dan IV), Cibinong (PT Semen Cibinong), Cirebon (PT Semen Tiga Roda), Cilacap (PT Semen Nusantara), Gresik (PT Semen Gresik), Makassar (PT Tonasa), Kupang (PT Semen Kupang).

3 Kayu Lapis Sumatera, Kalimantan, Maluku, Papua

4 Pupuk

Palembang (PT Pupuk Sriwijaya), Cikampek (PT Pupuk Kujang), Bontang (PT Pupuk Kalimantan), Aceh (PT Pupuk ASEAN).

5 Besi Baja Cilegon (Banten) 6 Galangan Kapal Surabaya, Jakarta

7 Kertas Pematang Siantar, Padalarang, Banyuwangi, Martapura

8 Perakitan dan Perbengkelan

Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Palembang, Makassar

C. Bentuk kerjAsAmA IndustrI

Permukaan bumi memiliki perbedaan dan persamaan sehingga terjadi hubungan kerja sama yang bersifat saling membutuhkan dan menguntungkan. Kerja sama industri meliputi beberapa bidang, yaitu:

a. Permodalan

Indonesia meminjam modal dari beberaoa negara maju, seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman. Di sisi lain untuk pembangunan industri, pemerintah Indonesia juga berusaha semaksimal mungkin memberi modal pada pengusaha besar dan kecil.

(49)

4

b. Tenaga kerja

Pengiriman tenaga kerja dari suatu negara ke negara lain. Hanya saja ada kendalanya, yaitu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki pekerja masih kurang.

c. Pemasaran

Bentuk kerja sama di bidang pemasaran, seperti saling membeli dan menjual. d. Bahan Baku

e. Teknologi

d. fAktor Pendukung dAn PenghAmBAt PemBAngunAn IndustrI

a. faktor Pendukung

1. Kaya bahan mentah 2. Tenaga kerja banyak

3. Jumlah penduduk banyak sebagai konsumen 4. Letak geografis yang menguntungkan 5. Sumber tenaga/energi yang mencukupi 6. Stabilitas politik dan kebijaksanaan pemerintah 7. Banyaknya sarana dan prasarana industri

b. faktor Penghambat

1. Teknologi kurang canggih 2. Mutu barang masih rendah 3. Promosi keluar masih kurang 4. Modal masih kecil

5. Jenis barang tertentu bahan bakunya masih tergantung dari luar 6. Sikap mental yang lebih menyukai produk luar negeri

7. Iklim usaha yang tidak sehat (monopoli)

e. dAmPAk PosItIf dAn negAtIf PemBAngunAn IndustrI

a. dampak Positif

1. Memperluas lapangan kerja 2. Terpenuhinya berbagai kebutuhan

3. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat 4. Menambah devisa negara

5. Menunda usia nikah

6. Mengurangi kebergantungan pada produk luar begeri

b. dampak negatif

1. Terjadi pencemaran lingkungan 2. Konsumtif

(50)

5

3. Terjadi perubahan mata pencarian 4. Terjadi urbanisasi

5. Timbul pemukiman kumuh (Slum Area) 6. Berkurangnya lahan pertanian

7. Terjadi perubahan perilaku

f. AglomerAsI IndustrI

Aglomerasi industri adalah pemusatan berbagai macam industri di suatu lokasi. Aglomerasi industri terjadi karena:

a. Terkonsentrasinya beberapa faktor produksi pada satu lokasi. b. Adanya keterkaitan dalam produksi.

c. Meminimalisasi biaya angkut yang tinggi sehingga mengurangi biaya produksi. d. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap.

Pemusatan industri dilakukan dengan membentuk kawasan industri, contohnya kawasan industri Pulo Gadung dan Sunter (Jakarta), Cikarang (Bekasi), Cilegon (Banten), Cilacap (Jawa Tengah), Rungkut (Surabaya), Makassar (Sulawesi Selatan), Batam, dan Medan (Sumatera Utara). Tujuan dibentuknya kawasan industri:

a. Mempercepat pertumbuhan industri

b. Memberikan kemudahan bag kegiatan industri, misalnya lokasi, perizinan, serta sarana dan prasarana.

c. Mendorong kegiatan industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut. d. Menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan.

e. Menghemat biaya produksi.

g. kAwAsAn BerIkAt/Bounded Zone/export processing Zone

Kawasan berikat adalah suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di wilayah pabean dengan ketentuan khusus. Ketentuan khusus tersebut pada barang yang dimasukkan dari luar atau dalam daerah pabean tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea cukai sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor, ekspor, atau re-ekspor. Barang-barang yang diproduksi sebagian besar untuk ekspor.

Kawasan berikat berfungsi untuk tempat penyimpanan, penimbunan, dan pengolahan barang-barang yang berasal dari dalam dan luar negeri. Industri berikat memiliki keterkaitan proses, produk, jasa, dan subkontak. Contohnya, K.B. Nusantara (Marunda– Jakarta) terbesar di Indonesia, K.B. Tanjung Priok (Jakarta), K.B. Tanjung Mas (Semarang), dan K.B. Tanjung Perak (Surabaya).

(51)

6

h. relokAsI IndustrI

Pemindahan lokasi industri dari negara maju ke negara berkembang.

a. Penyebab

1. Mahalnya upah tenaga kerja 2. Terbatasnya bahan mentah 3. Ketatnya aturan pemerintahan 4. Mengurangi polusi di negara maju 5. Memperluas usaha industri 6. Memperluas pasar

b. kondisi negara tujuan

1. Upah tenaga kerja murah 2. Bahan mentah banyak

3. Aturan pemerintah tidak ketat

4. Jumlah penduduk banyak sebagai konsumen

c. dampak Positif

1. Menambah lapangan pekerjaan 2. Menambah devisa

3. Menambah pendapatan 4. Terjadi pengalihan teknologi 5. Terjadi pengalihan modal

d. dampak negatif

1. Mengurangi sumber daya alam 2. Menambah polusi

e. Beberapa negara yang merelokasi industrinya di Indonesia

1. Proyek peleburan biji alumunium di proyek Asahan bekerja sama dengan Jepang. 2. Kerja sama industri di lingkungan ASEAN dengan mendirikan pabrik pupuk urea di

Aceh.

3. IPTN bekerja sama dengan perusahaan penerbangan CASA Spanyol membuat pesawat untuk jarak pendek yang diberi nama Tetuko.

4. IPTN juga bekerja sama dengan Jerman merencanakan membuat produksi bersama pesawat MMB dan dengan Amerika Serikat membuat pesawat Boeing.

(52)

7

5. Kerja sama dengan UNIDO (United Nations Industrial Development Organization), mendapat bantuan teknis tentang program-program pelatihan, penelitian, dan menyediakan berbagai informasi yang berkaitan dengan peluang peningkatan kegiatan perdagangan dan industri.

6. Bekerja sama dengan Australia dalam bidang pariwisata dengan adanya jalur penerbangan Jakarta-Denpasar-Port Darwin.

(53)

1

geografi

08

MATERI D

AN L

ATIHAN SO

AL SBMPTN

TOP LE

VEL - XII SM

A

SET 08

KERUANGAN DESA

A. PENGERTIAN DESA

Desa adalah wilayah hukum adat yang memiliki hak otonomi.

B. KLASIFIKASI DESA

a. Desa Tradisional (Pra desa)

1. Sangat tergantung pada alam. 2. Adat istiadat yang sangat kuat.

3. Tertutup (tidak ada interaksi dengan pihak luar). 4. Desa terpencil, suku terasing.

b. Desa Swadaya

1. Kegiatan penduduk dipengaruhi keadaan alam. 2. Profesi homogen sebagai petani.

3. Hasil pertanian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri (Subsistence Farming).

4. Produktivitas tanah rendah. 5. Tingkat pendidikan rendah. 6. Lembaga sosial masih sederhana. 7. Interaksi lambat.

(54)

2

9. Berada di bukit-bukit dan pegunungan. 10. Adat istiadatnya masih kuat.

11. Semangat gotong royong masih kuat.

c. Desa Swakarya

1. Mata pencaharian mulai beraneka ragam (heterogen) tidak hanya agraris. 2. Kelebihan hasil pertanian mulai dijual ke daerah lain.

3. Mulai berinteraksi dan mulai terpengaruh budaya luar. 4. Roda pemerintahan mulai berkembang.

5. Lembaga sosial mulai berkembang.

6. Kesadaran membangun desa mulai tumbuh. 7. Gotong royong mulai luntur.

8. Telah mampu meningkatkan ekonomi.

9. Adat istiadat mulai longgar (sedang mengalami perubahan/transisi).

d. Desa Swasembada

1. Dapat memenuhi kebutuhan sendiri. 2. Tingkat pendidikan tinggi.

3. Interaksi tinggi.

4. Kesadaran pada kesehatan tinggi. 5. Sudah menyerap tenaga terampil/ahli. 6. Dapat memanfaatkan potensi desa. 7. Peralatan modern, sarana lengkap. 8. Lembaga sosial berfungsi dengan baik. 9. Administrasi desa teratur.

10. Adat istiadat sudah ditinggalkan.

11. Mata pencaharian sangat beragam cenderung ke sektor industri, seperti, perdagangan dan jasa.

12. Gotong royong hampir hilang.

C. DESA MENURUT AKTIVITASNYA

a. Desa Industri

Desa yang memiliki kegiatan industri primer / industri kecil seperti: Industri anyaman, gerabah, genteng , bata dll.

b. Desa Agraris

Desa yang memiliki kegiatan pertanian dan perkebunan seperti: perkebunan teh, pertanian dll.

Gambar

Tabel 1. Pusat Wilayah Pembangunan di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Selama penerapan etika syariah marketer di lapangan tidak selamanya akan berjalan sesuai dengan keinginan tentunya terdapat kendala yang dihadapinya dimana marketer

Dengan ini memberikan ijin kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar selaku penyelenggara Kompetisi Video Edukasi (KVE) untuk menggunakan karya

Desain sistem informasi ini merupakan solusi dari permasalahan yang ada dan metode full costing dapat digunakan sebagai perhitungan barang agar cocok untuk

Segmentasi pasar atau pengelompokan pasar merupakan suatu proses pembagian pasar dari suatu produk ke dalam beberapa kategori jenis atau segmen konsumen, sehingga

128–496 MB dari memori yang tersedia di Raspberry Pi adalah dua kali minimum 64 MB yang diperlukan untuk menjalankan Slackware Linux pada sistem ARM atau i386..

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel sense, feel, act dan relate serta pengaruh yang positif dan tidak signifikan untuk

Dari hasil penelitian, maka didapatkan karakteristik skabies berdasarkan tanda kardinal yang banyak timbul pada siswa tingkat II Madrasah Tsanawiyah di Pesantren

Putri, Vanya Amalia. Ideology Construction on the Presidential Election News 2014 of Kompas Newspaper. Study Program of English, Department of Languages and Literatures,