BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 1. Kajian Pustaka
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang gayut dengan penelitian ini adalah skripsi Agung Dwi Prasetyo (2006) dari Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Proses Aktualisasi Diri Tokoh Amid dalam Novel Lingkar Tanah Lingkar Air Karya Ahmad Tohari: Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra”. Dalam penelitian ini dideskripsikan kepribadian tokoh Amid. Deskripsi kepribadian tokoh Amid dipengaruhi oleh id, ego, dan super ego. Pada penelitian ini juga dibahas tokoh Amid dalam proses aktualisasi diri mengalami berbagai tahapan pemenuhan kebutuhan, yaitu kebutuhan-kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, dan kebutuhan akan harga diri. Setelah kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat tercukupi, muncul dorongan untuk mengaktualisasikan dirinya. Hambatan yang dihadapi tokoh Amid dalam pemenuhan kebutuhan adalah pemenuhan kebutuhan akan rasa aman, karena tokoh Amid adalah anggota DI/ TII. Aktualisasi diri tokoh Amid dapat tercapai pada saat dirinya dan teman-temannya berperang atas nama republik dalam menumpas gerakan komunis meskipun tokoh Amid tewas dalam pertempuran.
Aktualisasi diri tokoh Amid dapat tercapai karena sikap tokoh Amid yang berani dalam mengambil resiko-resiko serta keadaan lingkungan yang ikut mendukung dalam aktualisasi diri.
8
Mugijatna dan Murtini (2008) Laporan penelitian kompetitif dengan judul
“Rekonstruksi Konflik Antara DI/TII Dengan Tentara Republik Indonesia Dalam
“Lingkar Tanah Lingkar Air” Oleh Ahmad Tohari”. Kesimpulan dari pembahasan ini adalah, pertama, konflik terjadi di satu pihak, disebabkan oleh pemahaman Islam secara eksklusif oleh anggota laskar Hizbullah yang menjadikan mereka tidak mau bergabung dengan tentara Republik Indonesia karena dalam tubuh tentara Republik Indonesia ada orang-orang komunis yang tidak sembahyang. Di lain pihak, unsur- unsur komunis dalam tubuh tentara Republik Indonesia suka memprovokasi laskar Hizbullah sehingga mereka tidak mempunyai pilihan lain kecuali bergabung dengan Kartosuwiryo yang mendirikan Negara Islam (DI/TII) hanya dengan sesama orang- orang Islam. Kedua, melalui rekonstruksi konflik antara DI/TII dengan tentara Republik Indonesia dalam Lingkar Tanah Lingkar Air itu, Ahmad Tohari, di satu pihak, bermaksud mengajak pembaca untuk membaca kembali konflik-konflik secara arif, tidak melihatnya secara hitam-putih. Di lain pihak, Ahmad Tohari bermaksud menyampaikan pesan kepada umat Islam untuk tidak memahami Islam secara ekslusif, agar dapat hidup berdampingan secara inklusif dengan orang-orang lain yang memiliki ideologi berbeda di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketiga, hingga kini orang masih melihat konflik antara DI/TII dan tentara Republik Indonesia itu secara hitam-putih. Di lain pihak, sebagian umat Islam masih memahami Islam secara ekslusif. Melalui pembacaan kembali konflik tersebut secara bijak, tidak melihatnya secara hitam-putih, dan melalui pemahaman Islam secara inklusif, nasionalisme Indonesia dapat diperkokoh. Itulah makna rekonstruksi konflik antara DI/TII dan tentara Republik Indonesia.
Rachmad Bayu Aji (2009) dari Universitas Gadjah Mada dengan judul
“Konflik Sosial Politik dalam Novel Tapol Karya Ngarto Februana: Analisis Sosiologi Sastra”. Dalam pembahasan ini, Aji menekankan bahwa terdapat
kesejajaran terhadap konflik sosial dan politik masyarakat Indonesia pada 1965 dan 1989 dengan konflik yang ada dalam novel Tapol. Konflik sosial dan politik yang ada dalam Tapol meliputi peristiwa demonstrasi mahasiswa dan G30SPKI yang semua konflik tersebut berdampak pada terciptanya tahanan politik yang diakrnonimkan menjadi tapol. Dalam penelitiannya, Aji menyimpulkan bahwa latar belakang sosial geografis pengarang ketika tinggal di Yogyakarta berpengaruh pada pengumuman nama-nama daerah di sana. Pengalaman pengarang ketika aktif dalam pergerakan mahasiswa dan pekerjaan pengarang di bidang jurnalistik juga berdampak pada kematangan pengarang dalam berkarya.
Rossa Witha Armaya (2010) dari Universitas Gadjah Mada dengan judul
“Rancangan Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi dalam Teks Drama Sidang Susila Karya Ayu Utami: Analisis Sosiologi Sastra Ian Watt”. Dalam
pembahasan ini Armaya memfokuskan analisisnya terhadap permasalahan sosial terkait adanya Rancangan Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi (RUU APP). Kejelasan pengelompokan terhadap segala sesuatu yang dianggap porno dan tidak porno menjadi hal yang kemudian dipertanyakan validitasnya.
Wahyudi Wijianto (2012) dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul
“Metode Penggambaran Tokoh Dalam Novel Lingkar Tanah Lingkar Air Karya Ahmad Tohari”. Dalam penelitian ini bahasan yang pertama, Amid adalah tokoh utama (sentral) dilihat dari keterlibatannya dalam cerita, sebagai tokoh utama Amid
lebih sering dimunculkan oleh pengarang, selain itu tokoh Amid sangat berpengaruh terhadap jalannya cerita. Dilihat dari wataknya tokoh Amid adalah tokoh yang kompleks karena wataknya dapat berubah. Tokoh tambahan yang dapat dijelaskan peranannya adalah Kiram, Suyud, Jun dan Kiai Ngumar. Dilihat dari wataknya tokoh tambahan ini merupakan tokoh statis yaitu tokoh yang dalam ceritanya tokoh tambahan ini sedikit sekali sifatnya berubah dan hampir tidak pernah berubah. Kedua, metode penggambaran yang dilakukan pengarang terhadap tokoh-tokoh dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari ini menggunakan dua metode
sekaligus metode langsung dan metode tidak langsung, tetapi pengarang lebih dominan menggunakan metode tidak langsung.
Berbeda dengan penelitian ini, novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari ditelaah menggunakan pendekatan sosiologi sastra Ian Watt. Hal tersebut dilakukan mengingat permasalahan yang ditemukan oleh peneliti pada novel Lingkar Tanah Lingkar Air adalah cerminan masyarakat terutama masyarakat Jawa
Banyumasan yang taat beragama dan saling bermasyarakat. Peneliti juga membahas fungsi sosial yang terdapat pada novel tersebut.
2. Landasan Teori
Teori yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian ini adalah teori sosiologi sastra Ian Watt. Sosiologi sastra memiliki konsep-konsep penting yang dapat menjawab masalah dalam penelitian ini. Ada dua klasifikasi yang diungkapkan oleh Ian Watt.
a. Sastra Sebagai Cermin Masyarakat
Konsep pencerminan masyarakat yang dimaksud adalah mengacu pada sampai sejauh mana sastra dapat dianggap sebagai mencerminkan keadaan masyarakat. Pengertian “cermin” di sini sangat kabur, dan oleh karenanya banyak disalahtafsirkan dan disalahgunakan. Sifat pribadi pengarang memengaruhi fakta- fakta sosial dalam karyanya. Hal yang menjadi perhatian adalah Pertama, ersastra mungkin tidak dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu ia ditulis, sebab banyak ciri masyarakat yang ditampilkan dalam karya sastra itu sudah tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis. Kedua, sifat “lain dari yang lain” seorang pengarang sering memengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya. Ketiga, genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu, dan bukan sikap sosial seluruh masyarakat. Keempat, sastra yang berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat secara secermat-cermatnya mungkin saja tidak bisa dipercaya sebagai cerminan masyarakat. Demikian juga sebaliknya, karya yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat secara teliti barangkali masih dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mengetahui keadaan masyarakat. Pandangan sosial pengarang harus diperhitungkan apabila kita menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat (Watt via Damono, 1979: 4).
Sastra sebagai cermin nilai dan perasaan yang akan merujuk pada tingkatan perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang berbeda dan juga cara individu menyosialisasikan diri melalui struktur sosial. Perubahan dan cara individu bersosialisasi biasanya akan menjadi sorotan pengarang yang tercermin melalui teks.
Cermin tersebut dapat berupa pantulan langsung segala aktivitas kehidupan sosial.
Maksudnya, pengarang secara nyata memantulkan keadaan masyarakat melalui kenyataannya tanpa terlalu banyak diimajinasikan (Damono: 1979: 4).
b. Fungsi Sosial Sastra
Fungsi sosial sastra berkaitan dengan seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial dan sampai seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial (Watt via Damono, 1979: 4). Dalam kaitan ini ada tiga hal yang perlu diungkap.
1. Sudut pandang yang menganggap bahwa sastra sama derajatnya dengan karya pendeta atau nabi. Dalam pandangan ini, tercakup juga pandangan bahwa sastra harus berfungsi sebagai pembaharu dan perombak.
2. Sudut pandang lain yang menganggap bahwa sastra bertugas sebagai penghibur belaka. Dalam hal ini gagasan-gagasan seni untuk seni misalnya, tidak ada bedanya dengan usaha untuk melariskan dagangan agar menjadi best seller.
3. Sudut pandang kompromistis seperti tergambar dalam sastra harus mengajarkan dengan cara menghibur,
Pendekatan sosiologi sastra tidak akan terlepas dari pembahasan yang menghubungkan pengarang dengan karya sastra yang diciptakannya. Hal itu dikatakan sebagai kegiatan kreatif seorang pengarang sebagai anggota masyarakat, bila ada hubungannya dengan kehidupan sebagai manusia tindakan (Damono, 2002:
17).
SOSIOLOGI SASTRA
Bagan 1 Konsep Sosiologi Sastra
Dengan demikian, sosiologi sastra Ian Watt menganalisis karya sastra melalui dua konsep penting. Pertama, karya sastra berupa drama dilihat dari segi teks yang merupakan cermin yang dipahami sebagai refleksi kehidupan dan sebaliknya. Kedua, karya sastra dari segi fungsionalnya yang dipahami sebagai perombak masyarakat, sebagai penghibur, dan sebagai pendidik sekaligus sebagai penghibur.
B. Kerangka Pikir
Untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang akan diteliti, maka dalam bab ini penulis akan menjelaskan kerangka pikir untuk memperjelas penelitian ini. Dalam penelitian terhadap novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari ini peneliti menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Adapun teori yang digunakan adalah teori Ian Watt untuk menganalisis cermin masyarakat dan fungsi sosial yang terdapat di dalam novel.
Adapun kerangka pikir yang akan digunakan untuk menganalisis novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari adalah sebagai berikut.
Sastra sebagai cermin masyarakat
Fungsi sosial sastra
1. Pada analisis awal peneliti membaca novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari terlebih dahulu, lalu memilahkan masalah-masalah yang akan dikaji.
2. Pada tahap kedua, peneliti lalu mulai menganalisis masalaha-masalah yang sudah ditemukan yaitu cermin masyarakat dan fungsi sosial yang terdapat dalam novel Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari dengan menggunakan teori sosiologi sastra Ian Watt.
3. Pada tahap ketiga, peneliti menarik kesimpulan dari semua pembahasan yang sudah dikaji.
Bagan 2 Kerangka Pikir
Lingkar Tanah Lingkar Air
Fungsi Sosial Sastra
Simpulan
Teori Sosiologi Sastra Ian Watt Sastra Sebagai Cermin
Masyarakat