• Tidak ada hasil yang ditemukan

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi % 2 Dok 2 Dok 100 kebijakan teknis peraturan/keputusan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi % 2 Dok 2 Dok 100 kebijakan teknis peraturan/keputusan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1 IKHTISAR EKSEKUTIF

Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sebagai salah satu Unit Kerja Eselon II Lingkup Badan Karantina Pertanian, mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati. Pelaksanaan tugas ini diuraikan pada tugas pokok dan fungsi bidang-bidang yang mengelola untuk melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan, serta evaluasi perkarantinaan tumbuhan benih, non benih dan pengawasan Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT), invasive alien species (IAS), agens hayati (AH), produk rekayasa genetika (PRG), benda lain (BL) serta media pembawa lain (MBL) melalui kegiatan operasional perkarantinaan tumbuhan impor, ekspor serta antar area yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran.

Terkait tugas pokok dan fungsi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati, pada Tahun 2015 telah ditetapkan Perjanjian Kinerja antara Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dengan Kepala Badan Karantina Pertanian dengan sasaran :

1. Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan

2. Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian 3. Meningkatnya kemampuan deteksi risiko

Hasil capaian kinerja tahun 2015 menunjukkan Bahwa Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati telah mencapai sasaran kegiatan yang ditargetkan, sebagai berikut :

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi % 1 Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan Jumlah peraturan/keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan kemanan hayati nabati

2 Dok 2 Dok 100

Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

10 Dok

Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarya OPTK dan keamanan hayati nabati

6 Lap 6 Lap 100

2 Meningkatnya kualitas

laboratorium UPT

Jumlah UPT yang laboratoriumnya

terakreditasi sesuai ruang

(2)

2 karantina pertanian lingkup tugasnya 3 Meningkatnya kemampuan deteksi risiko

Jumlah dokumen Analisis Risiko OPT

(3)

3 I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Terwujudnya good governance dalam praktik-praktik pemerintahan dan kenegaraan merupakan harapan semua pihak. Saat ini setiap tindakan dan kebijakan dalam pelaksanaan pemerintahan akan selalu dikaitkan dengan konsep tata pemerintahan yang baik dengan 3 (tiga) pilar utamanya, yaitu Partisipasi, Transparansi dan Akuntabiitas.

Asas Akuntabilitas adalah salah satu azas dalam penyelenggaraan pemerintahan yang memiliki konsekuensi bahwa setiap instansi pemerintah diharapkan mampu mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP). Substansi dari Sistem AKIP pada intinya adalah penyelerasan antara produk perencanaan dan realisasinya dengan orientasi kepada hasil (result oriented).

Proses penyelerasan ini dilakukan melalui penyusunan suatu Rencana Stratejik dalam jangka menengah (5 Tahun), Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja yang merupakan kontrak kinerja serta Laporan Pertanggungjawaban Kinerja setiap tahunnya.

Maksud dan Tujuan Laporan Akuntabilitas Kinerja ini adalah sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati. Dari laporan ini diharapkan dapat diperoleh suatu kesimpulan pencapaian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta dapat digunakan sebagai titik tolak dan bahan analisis dalam rangka meningkatkan kinerja Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati ditahun-tahun berikutnya. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan dan fungsi utama LAKIP yaitu sebagai media pertanggungjawaban dan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja suatu organisasi.

2. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/OT.140/8/ 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian menyatakan bahwa kedudukan, tugas pokok dan fungsi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sebagai berikut:

2.1. Tugas Pokok

Tugas pokok Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati adalah Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati.

Secara rinci tugas pokok Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati adalah sebagai berikut :

a. Bidang Karantina Tumbuhan Benih mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan tumbuhan benih; b. Bidang Karantina Tumbuhan Non Benih mempunyai tugas

(4)

4 teknis, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan perkarantinaan tumbuhan non benih;

c. Bidang Keamanan Hayati Nabati mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan, serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien species, agensia hayati, produk rekayasa genetika, benda lain dan media pembawa lain impor, ekspor serta antar area;

d. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut diatas, Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis dan pemantauan serta evaluasi di bidang perkarantinaan tumbuhan benih; b. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis dan

pemantauan serta evaluasi di bidang perkarantinaan tumbuhan non benih;

c. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis dan pemantauan serta evaluasi di bidang pengawasan pangan segar asal tumbuhan, invasive alien species, agensia hayati, produk rekayasa genetika, benda lain dan media pembawa lain impor, ekspor serta antar area.

3. Organisasi dan Tata Kerja

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati terdiri dari unsur-unsur: Bidang Karantina Tumbuhan Benih, Bidang Karantina Tumbuhan Non Benih dan Bidang Keamanan Hayati Nabati serta Kelompok Jabatan Fungsional. Secara rinci, struktur organisasi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini :

Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati

PUSAT KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI

BIDANG KARANTINA TUMBUHAN BENIH BIDANG KARANTINA TUMBUHAN NON BENIH BIDANG KEAMANAN HAYATI NABATI SUB BIDANG BENIH IMPOR SUB BIDANG BENIH EKSPOR DAN

ANTAR AREA

SUB BIDANG NON BENIH IMPOR

SUB BIDANG NON BENIH EKSPOR DAN ANTAR AREA SUB BIDANG KEAMANAN HAYATI NABATI IMPOR SUB BIDANG KEAMANAN HAYATI NABATI EKSPOR DAN

ANTAR AREA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

(5)

5 Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan

Hayati Nabati.

4. Landasan Hukum Pelaksanaan Tugas

Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dibentuk berdasarkan dasar hukum sebagai berikut :

a) Undang Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan;

b) Undang Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;

c) Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Convenction Keanekaragaman Hayati;

d) Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan;

e) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;

f) Permentan Nomor 43/Permentan/OT.140/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pertanian.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, pelaksanaan Karantina Tumbuhan bertujuan untuk:

a. Mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan karantina dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Repubik Indonesia;

b. Mencegah tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan karantina dari suatu area ke area lain dalam wilayah Negara Republik Indonesia;

c. Mencegah keluarnya organisme pengganggu tumbuhan dari wilayah Negara Republik Indonesia, apabila negara tujuan menghendakinya.

Sedangkan pelaksanaan pengawasan keamanan hayati nabati termasuk pengawasan keamanan pangan sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan bertujuan untuk:

a. Tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia Indonesia;

b. Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; dan c. Terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan

terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Kedua Undang-undang tersebut di atas antara lain ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati.

(6)

6 Terkait dengan Pengawasan Jenis Asing Invasive (IAS), saat ini kajian teknis dan Draft Peraturan Presiden yang telah disusun oleh Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati telah disampaikan ke Kementerian Lingkungan Hidup untuk ditindaklanjuti.

(7)

7 II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Agar pelaksanaan tugas dan fungsi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dapat mencapai kinerja yang ditetapkan, diperlukan Rencana Strategis, yang berguna untuk :

a. Menyusun rencana kinerja (performance plan);

b. Menyusun rencana kerja dan anggaran (workplan and budget); c. Menyusun penetapan kinerja (performance agreement);

d. Melaksanakan tugas, pelaporan, dan pengendalian kegiatan di lingkungan Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati; dan

e. Menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati.

1. Visi

Visi adalah gambaran umum masa depan organisasi yang diinginkan dalam 5 tahun ke depan, sedangkan misi organisasi di bidang pemerintahan adalah ungkapan dari tugas pokok dan fungsi atau merupakan maksud dari keberadaan organisasi.

Visi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati :

“Mendukung Badan Karantina Pertanian menjadi Instansi yang Tangguh dan Terpercaya dalam Perlindungan Kelestarian Sumberdaya Alam Hayati Hewan dan Tumbuhan, Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati serta Keamanan Pangan”

Pengertian Tangguh dan Terpercaya adalah sebagai berikut : Tangguh :

“Penyelenggaraan karantina pertanian pada hakekatnya adalah pewujudan pertahanan negara di bidang kelestarian sumberdaya alam hayati, keanekaragaman hayati serta keamanan pangan dan lingkungan. Prinsip pertahanan dimaksudkan

yaitu tangguh menghadapi serangan dan ancaman OPTK, cemaran kimia berbahaya, produk rekayasa genetik berbahaya, serta spesies asing invasif.”

Terpercaya :

“Penyelenggaraan perkarantinaan dan pengawasan keamanan hayati nabati harus mendapat kepercayaan yang tinggi secara nasional dan internasional. Kepercayaan akan diperoleh antara lain melalui akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dibidang perkarantinaan dan keamanan hayati.”

(8)

8 2. Misi

Dengan mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi serta Prioritas Nasional dan Kebijakan Kementerian Pertanian, dengan Misi Badan Karantina Pertanian sebagai berikut:

a. Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan penyakit hewan karantina (HPHK) dan Organisme Penganggu Tumbuhan Karantina (OPTK);

b. Mendukung terwujudnya keamanan pangan.

c. Menfasilitasi perdagangan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan akses pasar komoditas pertanian;

d. Meningkatkan citra dan kualitas layanan publik.

Selanjutnya misi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati adalah sebagai berikut:

a. Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati nabati dari ancaman OPTK/OPTP;

b. Mendukung terwujudnya sistem keamanan pangan yang sehat dan pengawasan keamanan lingkungan dari ancaman spesies asing invasif (JENIS ASING INVASIF) dan produk rakayasa genetik serta kerusakan lapisan ozon.

c. Mempertahankan dan meningkatkan akses pasar komoditas pertanian;

d. Meningkatkan citra dan kualitas layanan publik perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati.

3. Tujuan

Visi dan Misi memiliki sifat yang relatif sulit diukur oleh karena itu perlu diturunkan/diderivasi menjadi tujuan dan sasaran strategis. Tujuan merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai oleh Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dalam kurun 5 tahun ke depan.

Sesuai tugas pokok dan fungsinya yaitu melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang Karantina Tumbuhan Benih, Non Benih, serta Pengawasan Keamanan Hayati Nabati, maka tujuan Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dalam tahun 2015-2019 adalah:

Menyiapkan kebijakan teknis perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan perkarantinaan tumbuhan nasional.

4. Sasaran Strategis

Sasaran strategis merupakan penjabaran dari tujuan dengan arah yang lebih terukur. Sasaran Strategis Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati terbagi dalam 2 (dua) kelompok utama yaitu sasaran prioritas misi dan sasaran prioritas pengembangan sumberdaya.

(9)

9 Prioritas misi berorientasi pada proses internal utama yang berkaitan dengan tugas pokok yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang undangan, sedangkan prioritas misi berkontribusi langsung pada pencapaian tugas pokok Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati.

Strategi pengembangan sumberdaya berkaitan dengan dukungan manajemen yang mendukung langsung pencapaian sasaran prioritas misi. Strategi pengembangan sumberdaya atau lazim juga disebut ‘capacity building’ berhubungan dengan perencanaan teknis secara umum, penyediaan dan pelaksanaan angggaran yang optimal.

Sasaran strategis Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati adalah :

1. Tersusunnya Kebijakan Teknis Perkarantinaan

2. Meningkatnya kualitas laboratorium UPT Karantina Pertanian: 3. Meningkatkanya kemampuan deteksi risiko.

Melalui sasaran strategis tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pelaksanaan kebijakan teknis perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati dalam rangka mencegah masuk, tersebar dan keluarnya OPTK/OPTP dan bahan pangan yang tidak sehat/aman, serta pengawasan jenis asing invasif dan produk rekayasa genetik.

Indikator kinerja tercapainya sasasan strategis tersebut dapat dilihat dari jumlah rumusan kebijakan teknis operasional karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati yang dihasilkan/disempurnakan.

Pencapaian Sasaran Strategis tersebut dijabarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

(10)

10 Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati 2015 - 2019

No Program Kegiatan Prioritas

Sasaran Indikator Target Alokasi Anggaran Baseline

Kegiatan Priorotas (Milyar Rp) 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 Peningkatan sistem perkarantinaan tumbuhan dan keamanan hayati nabati Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan Jumlah peraturan/keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati 2 2 2 2 2 2 Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

10 10 10 10 10 10

Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahab masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

(11)

11 Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian

Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya

4 3 3 3 3 4

Meningkatnya kemampuan deteksi risiko

Jumlah dokumen Analisis Risiko OPTK

(12)

12 5. Kebijakan dan Program

5.1. Kebijakan

Dalam rangka mencapai misi pusat karantina tumbuhan dan keamanan hayati nabati, ditetapkan kebijakan utama penyiapan kebijakan teknis pelaksanaan perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati di Pre-Border, At-Border dan Post-Border yang ditentukan melalui analisis risiko.

5.2. Program

Kebijakan utama perkarantinaan tumbuhan dan keamanan hayati nabati diuraikan melalui program utama dan pendukung.

Program Utama 1. Pre-Border

a. Menyusun kebijakan teknis, Pedoman dan Petunjuk pelaksanaan perkarantinaan tumbuhan dan keamanan hayati nabati;

b. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan Pre-Shipment Inspection dengan negara mitra dagang;

c. Menyusun kebijakan teknis tentang Pengakuan (Recognition) dan Perjanjian Ekivalensi dengan negara mitra dagang di bidang perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan pangan segar asal tumbuhan dengan negara mitra dagang;

d. Melakukan verifikasi sistem perkarantinaan tumbuhan dan keamanan pangan dengan negara mitra dagang;

e. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kebijakan perkarantinaan tumbuhan dan keamanan hayati nabati;

2. At-Border

a. Menyusun kebijakan teknis operasional perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran;

b. Menyusun kebijakan teknik dan metode pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati;

c. Menyusun SOP umum pelaksanaan pelayanan karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati;

d. Menyusun kebijakan janji layanan (Service Level Arangement) dan sistem penjaluran media pembawa OPTP/OPTK berdasarkan analisis resiko OPTP/OPTK;

e. Menyusun kebijakan teknis instalasi karantina tumbuhan;

f. Menyusun kebijakan teknis laboratorium perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati.

(13)

13 3. Post-Border

a. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan kawasan karantina tumbuhan; b. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan sistem peringatan dini (early

warning systems);

c. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan pemantauan dan monitoring daerah sebar OPT/OPTP/OPTK;

d. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan program eradikasi (eradication program) OPTP/OPTK dengan melibatkan instansi terkait;

e. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan tindakan pengasingan dan pengamatan;

f. Menyusun kebijakan teknis mekanisme pelaporan adanya OPT/OPTK (Pest Reporting);

g. Menyusun Kajian Teknis Pedoman Karantina Pasca Masuk (Post Entry Quarantine);

h. Melakukan koordinasi dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi di bidang perkarantinaan tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati nabati.

Program Pendukung

Dalam rangka akselerasi ekspor media pembawa maka dilakukan program pendukung sebagai berikut:

a. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan In-line Inspection; b. Menyiapkan infomasi teknis persyaratan SPS negara tujuan; c. Menyiapkan kebijakan teknis instalasi karantina tumbuhan;

d. Menyiapkan kebijakan teknis tindakan perlakuan karantina tumbuhan; e. Menyiapkan kebijakan teknis implementasi sistem skim audit;

f. Menyusun kebijakan teknis dalam rangka pertukaran informasi teknis prosedur NPPO dengan negara mitra dagang.

6. Perjanjian Kinerja

Perjanjian kinerja antara Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati dengan Kepala Badan Karantina Pertanian yang akan dicapai berdasarkan anggaran yang telah disetujui pada Tahun 2015 adalah : 1. Tersusunnya Kebijakan Teknis Perkarantinaan

2. Meningkatnya kualitas laboratorium UPT Karantina Pertanian: 3. Meningkatkanya kemampuan deteksi risiko.

(14)

14 III. AKUNTABILITAS KINERJA

1. Capaian Kinerja Organisasi

Pengukuran kinerja kegiatan di lingkup Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing sasaran dengan indikator kinerja. Keberhasilan dan ketidakberhasilan setiap sasaran ditentukan dengan persentase pencapaian target yang telah ditetapkan, dengan kisaran sebagai berikut :

B. Sangat berhasil : ≥ 96 % C. Berhasil : 76 - 95 % D. Cukup Berhasil : 61 - 75 % E. Kurang Berhasil : ≤ 60 %

Sasaran dan Indikator Kinerja

Sasaran dan Indikator Kinerja Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati yang telah ditetapakan adalah sebagai berikut :

1. Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan, dengan indikator kinerja : a. Jumlah peraturan/keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan

menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

b. Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

c. Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

2. Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian, dengan indikator kinerja Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya;

3. Meningkatnya kemampuan deteksi risiko, dengan indikator kinerja jumlah dokumen Analisis Risiko OPT.

Hasil Pengukuran Kinerja Tahunan

No Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja Target Realisasi %

1 Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan Jumlah peraturan /keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan kemanan

(15)

15 hayati nabati

Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

10 Dok

Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarya OPTK dan keamanan hayati nabati

6 Lap 6 Lap 100 2 Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian

Jumlah UPT yang laboratoriumnya

terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya

4 Dok 7 Dok 175

3 Meningkatnya kemampuan deteksi risiko

Jumlah dokumen Analisis Risiko OPT

40 Dok 91 Dok 227,5

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata capaian indikator kinerja dengan hasil skor 140,5 %. Skor ini melebihi target yang telah ditetapkan, yaitu ≥ 96 % (Sangat Berhasil)

2. Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas Kinerja

1.1. Sasaran ke-1, “ tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan”

Dengan Indikator ke-1, Jumlah peraturan/keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati dengan target 2 dokumen telah tercapai, yaitu :

1. Peraturan Menteri Pertanian No. 04/Permentan/PP.340/2/2015 tentang Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan;

2. Peraturan Menteri Pertanian No.51/Permentan/KR.010/9/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina.

Kedua Peraturan Menteri Pertanian tersebut merupakan bahan kebijakan yang telah dilakukan pembahasan pada tahun sebelumnya, sehingga pada tahun 2015 tidak dimasukan dalam anggaran Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati

(16)

16 Dengan Indikator ke-2, Jumlah Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati dengan target 10 dokumen, yaitu :

1. Prosedur Ekspor Benih Per Komoditas;

2. Prosedur Pengeluaran dan Pemasukan Benih Dari Suatu Area ke Area Lain Di Dalam Wilayah Negara RI;

3. Pedoman Koleksi OPT/OPTK Kelompok Serangga dan Arhtrhopoda; 4. Pedoman Pemantauan Dini/Monitoring Lalat Buah OPTK A1;

5. Standar Perlakuan Fumigasi Sulfuryl Flouride 6. Standar Fumigasi Kapal

7. Pedoman Sistem Sertifikasi Ekspor Komoditas Alpukat dan Duku

8. Pedoman Tindakan Karantina terhadap Pemasukan MP OPTK Jagung dan Kedelai dari Negara Endemis SALB

9. Kebijakan Mitigasi Impor Gandum Bahan Industri dari Rusia 10. ……….(Bidang Kehati)

Prosedur/Pedoman/Standar telah disusun oleh Pusat Karantina Tumbuhan dan telah diserahkan dalam bentuk Nota Dinas dari Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati ke Sekretaris Badan Karantina Pertanian untuk ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian.

Dengan Indikator ke-3, Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati dengan target 6 dokumen, yaitu :

1. Bimbingan Teknis Pelaksanaan Kebijakan Karantina Tumbuhan Benih 2. Bimbingan Teknis Karantina Tumbuhan Non Benih

3. BimbinganTeknis Keamanan Hayati Nabati

4. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan Benih

5. Monitoring dan Evaluasi Karantina Tumbuhan Non Benih 6. Monitoring dan Evaluasi Keamanan Hayati Nabati

Kegiatan Bimbingan Teknis dan Monitoring dan evaluasi telah dilaksanakan di UPT Karantina Pertanian yang disesuaikan dengan Tugas Pokok dan Fungsi Bidang di Lingkup Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati.

1.2. Sasaran ke-2, “ meningkatnya kualitas laboratorium UPT Karantina Pertanian”

(17)

17 Dengan indikator, Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya, yaitu :

1. BKP Kelas I Banjarmasin (Fusarium solani); 2. BKP Kelas I Mataram (Helminthosporium solani); 3. BKP Kelas I Lampung;

4. BKP Kelas I Jambi (Helminthosporium solani);

5. BKP Kelas II Cilegon (Ustilaginoidea virens dan Tribolium confusumn); 6. BKP Kelas II Kendari (Necrobia rufipes, Carpophilus dimidiatus,

Tribolium castaneum);

7. SKP Kelas I Banda Aceh (Sitophilus oryzae);.

1.3. Sasaran ke-3, “meningkatnya kemampuan deteksi risiko”

Dengan indikator, Jumlah dokumen Analisis Risiko OPT sebanyak 91 Dokumen AROPT, teridiri dari 82 Dokumen AROPT Benih dan 9 Dokumen AROPT Non Benih.

Negara asal MP terbanyak yang sudah di AROPT adalah Australia, Jerman, Jepang, Perancis, Thailand, Malaysia dan Vietnam

Kelompok tanaman terbanyak yang telah dilakukan AROPT adalah Hortikultura, Perkebunan, Tanaman Pangan dan Tanaman Pakan Ternak (rumput-rumputan)

(18)

18 IV. PENUTUP

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa seluruh Penetapan Kinerja yang teridiri dari 3 (tiga) sasaran kegiatan yang telah ditetapkan mencapai 140,5 %. Kendala utama yang dihadapi adalah mengenai konsistensi waktu pelaksanaan dan beberapa pada ruang lingkup output yang ditargetkan menjadi cenderung lebih spesifik. Hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya kegiatan yang melibatkan peserta dan atau tim penyusun dalam waktu yang bersamaan serta kondisi lingkungan strategis yang menuntut adanya perubahan waktu pelaksanaan dan perubahan output kegiatan.

Sehubungan dengan hal tersebut, ke depan diharapkan konsistensi dalam hal pengaturan jadwal dan target output dapat diantisipasi sebagai salah satu titik kritis dengan melakukan perencanaan dan melaksanakan persiapan kegiatan lebih awal dan matang.

(19)

19

(20)

20 Lampiran 1. Penetapan Kinerja

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2015 BADAN KARANTINA PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dr. Ir. Antarjo Dikin, M.Sc

Jabatan : Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Selanjutnya disebut pihak pertama.

Nama : Ir. Banun Harpini, M.Sc.

Jabatan : Kepala Badan Karantina Pertanian Selanjutnya disebut pihak kedua.

Pihak pertama pada tahun 2015 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab pihak pertama.

Pihak kedua akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan akan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.

Jakarta, Februari 2015

Pihak Kedua, Pihak Pertama,

(21)

21 FORMULIR PENETAPAN KINERJA

BADAN KARANTINA PERTANIAN

Unit Organisasi Eselon II : Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati

Tahun Anggaran : 2015

NO SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

1 Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan

Jumlah peraturan/keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

2 Dok

Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan

menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

10 Dok

Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

6 Lap

2 Meningkatnya kualitas laboratorium UPT Karantina Pertanian

Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya

4 Dok

3 Meningkatnya kemampuan deteksi risiko

Jumlah dokumen Analisis Risiko OPT

40 Dok

Jumlah Anggaran:

Peningkatan Sistem Perkarantinaan Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sebesar Rp 7.713.024.000,-

Kepala Badan Karantina Pertanian, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati,

(22)

22 Lampiran 2. Pengukuran Kinerja

Unit Organisasi Eselon II : Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati

Tahun Anggaran : 2015

No Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisas i % 1 Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan Jumlah peraturan/keputusan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

2 Dok 2 Dok 100

Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

10 Dok 10 Dok 100

Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya OPTK dan keamanan hayati nabati

6 Lap 6 Lap 100 2 Meningkatnya kualitas laboratorium UPT Karantina Pertanian

Jumlah UPT yang

laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup

tugasnya

4 Dok 7 Dok 175

3 Meningkatnya kemampuan deteksi risiko

Jumlah dokumen Analisis Risiko OPT

Gambar

Gambar 1.    Struktur Organisasi Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan  Hayati Nabati

Referensi

Dokumen terkait

Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

Untuk pengembangan mutu, spesifikasi dan desain dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dan merupakan hak penuh pengembang. Ilustrasi yang ditampilkan

Ketika sejumlah manusia terinfeksi virus AI H5N1 pada tahun 1997, amantadine secara cepat diimpor ke Hongkong. Obat anti-influenza ini mencegah infeksi dengan mengganggu aktivitas

Nilai ini didapatkan dari perhitungan energi panas reaksi proses reduction kiln #1, perhitungan energi panas oleh material dalam debu, perhitungan energi panas yang dibawa

Dan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Qoyum pada tahun 2017 dengan judul penelitian ‘’The impact of good corporate governance company size and Corporate social

k) Berdasarkan sasaran pengelolaan dampak tersebut, maka disusun rancangan pengelolaan dampak penting yang menghasilkan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

Dari semua parameter yang diuji hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pen- ampungan semen pada pukul 06.00 menghasilkan kualitas semen segar domba garut tipe laga

14 Karnaen Purwaatmadja, Apa dan Bagaimana Bank Islam (Yogyakarta: PT. Pengantar Hukum Perbankan.. Zeithaml dan Biner 16 berpendapat bahwa kepuasan nasabah lebih