• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengangguran merupakan permasalahan diberbagai negara, baik di negara maju maupun negara berkembang. Namun pada umumnya tingkat pengangguran dinegara berkembang lebih tingggi (Siregar et al., 2021), seperti halnya di negara ASEAN yaitu Singapura. Hal ini juga bisa kita liat dinegara negara ASEAN lainnya yaitu Brunei Darussalam, Filiphina, Indonesia, Myanmar, Malaysia, Vietnam, Laos, Thailand. Di Indonesia sendiri pada tahun 2018 menduduki angka tertinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Angka pengangguran di negara Indonesia mencapai 5.34 persen atau sebesar 7 juta jiwa, sedangkan urutan kedua diduduki oleh negara Filipina sebesar 5.20 pesen. Selanjutnya yaitu Malaysia sebesar 3.20 persen, Singapura 2.20 persen, Vietnam 2.18 persen, Thailand 0.80 persen, Myanmar 0.80 persen, Laos 0.68 persen (Kevin, 2019). Indonesia dan Filipina termasuk negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN. Penyebab tingginya angka pengangguran tersebut karena terbatasnya kesempatan kerja yang ada dinengara tersebut karena terbatasnya kesempatan kerja yang ada dinegara tersebut dan juga tidak ada kecocokan kompetensi yang dimiliki tenaga kerja dengan pasar kerja (Seruni, 2012).

Masalah pengangguran juga dihadapi oleh negara maju, penyelesaiannya tidak membutuhkan waktu yang lama. dimana masalah tingkat pertambahan penduduk dan tingkat pengangguran yang terdapat di negara maju tidak terlalu serius dibandingkan dengan berkembang, karena teknologi yang digunakan untuk produksi sudah tercukupi, selain itu juga tersedia tenaga ahli dan tenaga usahawan yang professional, tingginya tingkat tabungan masyrakat dan tersedianya alat-alat modal, dan seluruh kegiatan perekonomian merupakan sektor industry (Siregar et al., 2021) . Sedangkan dinegara berkembang, berbagai masalah sempitnya lapangan pekerjaan, ledakan penduduk, kelangkaan investasi, maupun masalah sosial politik (Listiana & -, 2020) memperparah tingginya angka pengangguran.

Masalah Pengangguran di Indonesia ini merupakan masalah krusial yang tidak hanya tidak bisa diselesaikan oleh negara tetapi juga oleh setiap rezim yang memerintah. Angka Pengangguran di era orde baru pemerintah soeharto pada tahun 1990 silam sebesar 2.55 persen atau sebesar 2.3 juta jiwa, sedangkan pada tahun 1997 tingkat pengangguran terdapat 4,69 persen atau sebesar 5.8 juta jiwa (Lydiasari, 2019). Pada Era Reformasi

(2)

2

angka pengangguran tertinggi pada periode kedua pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2011 yaitu sebesar 7.48 persen atau sebesar (Prajoko, 2020), Sedangkan angka pengangguran terendah pada era Reformasi pada tahun 2017 dan 2018 pada masa Presiden Joko Widodo sebesar 5.5 persen atau sebesar 6.87 juta jiwa dan 5.34 persen atau sebesar 7 juta jiwa . Oleh karena masalah pengangguran selalu menjadi isu nasional (HM, 2018).

Penangguran yang ada di Indonesia ini adalah suatu hal yang amat dangat sulit dihilangkan utnuk kehidupan masyarakat Indonesia. Akan tetapi dengan adanya permasalahan dalam pengangguran ini tidak untuk dibiarkan dengan begitu saja oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun pemerintah desa. Berdasarkan badan pusat stastistik angka tingkat pengangguran terbuka diindonesia pada tahun 2017 sebesar 5,50 persen sedangkan pada tahun 2018 angka tingkat pengangguran terbuka diindonesia mengalami penurunan menjadi sebesar 5,34 persen (BPS, 2018). Sedangkan pada tahun 2019 tingkat pengangguran terbuka Indonesia sebesar 5.23 persen dan tahun 2020 sebesar 7,70 persen (BPS, 2019).

Jumlah pengangguran secara nasional tentu saja dipengaruhi dengan jumlah pengangguran di daerah baik itu diperkotaan maupun diperdesaan (Gunawan Sumodiningrat & Mulyadi, 2016). Adapun angka tingkat pengangguran terbuka pada provinsi Banten sendiri pada tahun 2017 dan 2018 mengalami urutan kedua setelah Provinsi Maluku. Berikut data angka tingkat pengangguran terbuka tahun 2017-2019 Provinsi Banten.

Tabel 1.1 Data Angka Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Banten Tahun 2017- 2019

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

No Kabupaten / kota Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 1. Kabupaten

Pandeglang

8.30 persen 8.33 persen 8.71 persen

2. Kabupaten Lebak 8.88 persen 7.69 persen 8.05 persen 3. Kabupaten

Tanggerang

10.57 persen 9.70 persen 8.91 persen

4. Kabupaten Serang 13.00 persen 12.77 persen 10.65 persen

(3)

3

Berdasarkan tabel 1 bisa kita lihat bahwa angka pengangguran pada provinsi banten pada tahun 2017 mencapai 9 persen atau sebesar 471.424 jiwa dari jumlah penduduk, sedangkan padatahun 2018 sebesar 8.52 persen atau sebesar 550.842 jiwa dan tahun 2019 sebesar 8.11 atau sebesar 533.953 Jiwa untuk daerah berkawasan industry ini banten sendiri dikatan cukup tinggi angka penganggurannya, yang mana diketahui juga bahwa provinsi banten pada tahun 2017-2019 merupakan urutan kedua setelah Maluku tingkat pengangguran diindonesia. Pada provinsi Banten sendiri bisa kita lihat pada tabel diatas bahwa kabupaten Serang menduduki angka pengangguran tertinggi di provinsi Banten.

dimana bisa kita simpulkan bahwa angka pengangguran di mayoritasi oleh masyarakat pedesaan di provinsi Banten. tinggginya penangguran di desa ini sangat berpengaruh sekali dengan tingginya angka pengangguran di nasional. Masyarakat yang ada didaerah, khususnya pada pedesaan ini masih banyak menghadapi keterbelakangan, kemiskinan, kesulitan dalam mengakses pelayanan publik, serta masih banyaknya pengangguran. Seperti halnya di desa Kadubeurem kecamatan Pabuaran yang terletak di kabupaten Serang, Menurut ketua Badan Usaha Milik Desa bahwasanya tingkat pengangguran di desa Kadubureum pada tahun 2018 mencapai 3.908 jiwa. tentu pemerintah tidak akan tinggal diam dalam permasalahan ini. Dalam permasalahan ini tentunya pemerintah membuat berbagai solusi untuk mengurangi angka pengangguran salah satunya pemberdayaan masyarakat.

Adunpun Karakteristik pengangguran didesa Kadubeurem bahwasanya masyarkat pengangguran didesa kadubeureum itu sebagian mempunyai pekerjaan tetapi pekerjaan yang mereka miliki itu tidak tetep (serabutan), sehingga masyarakat pengangguran di desa kaubeurem itu tidak mempunyai gaji tetap. Mayoritas sumber pencaharian di desa kadubuereum yaitu sebgai petani, petani yang memanfaatkan sumber daya alam yang ada 5. Kota Tanggerang 7.16 persen 7.13 persen 7.13 persen

6. Kota Cilegon 11.88 persen 9.33 persen 9.68 persen

7. Kota Serang 8.43 persen 8.16 persen 8.08 persen

8. Kota Tanggerang Selatan

6.83 persen 4.67 persen 4.79 persen

Provinsi Banten 9.28 persen 8.52 persen 8.11 persen

(4)

4

di desa kadubeureum. Pengangguran di desa kadubeureum ini disebabkan karena minimnya tingkat pendidikan masyarakat.

Berbagai macam upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Menurut Azizah pemberdayaan masyarakat diera globalisasi pada zaman seperti sekarang ini, merupakan menjadi bagian yang amat penting karena merupakan salah satu solusi untuk menyelesaikan sebuah permasalahan angka pengangguran diindonesia (Azizah et al., 2015). Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang desa pasal 1 ayat (12), dijelaskan dalam Undang-undang tersebut bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengembangkan kemandirian masyarakat dan juga dapat mensejahterakan masyarakat indonesia dengan meningkatkan pengetahuan, dan juga sikap, perilaku, kemampuan, selanjutnya kesadaran, juga serta memanfaatkan sumber daya dengan melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat di daerah tersebut.

Pemberdayaan sosial sebagai sebuah upaya yang pemerintah lakukan dalam mengatasi masalah pengangguran, dari permasalahan pengangguran pemerintah pusat melakukan berbagai dukungan diwujudkan memlalui kebijakan mupun pengadaan fasilitas dan stimulus lainnya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintahan pusat yaitu melalui program pemberdayaan, pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat merupakan sistem dan proses perubahan yang dikehendaki dan direncanakan secara konseptual untuk memberdayakan masyarakat yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat baik fisik dan non fisik melalui lembaga kemasyaraatan dengan tujuan mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat (Gunawan Sumodiningrat &

Mulyadi, 2016).

Penanganan pengangguran di tingkat daerah, dimana halnya jelaskan oleh peneliti terdahulu menjelaskan bahwa permasalahan di negara Indonesia ini dalam angka tingakat pengangguran adalah sebuah permasalahan yang ada pada sejak peradaban manusia lahir, karena dengan adanya kehadirannya merupakan sebuah kondisi diluar kesejahteraan.

Kabupaten Sampang adalah salah satu kabupaten yang berada dipulau Madura yang mengalami kesenjangan pada sosial ekonomi, akibat dari adanya perbedaan pendapatan masyarakat, oleh karena itu pemerintah di kabupaten sampan ini berupaya untuk mengurangi pada tingkat angka pengangguran di kabupaten Sampang dengan berbagai program, yang mana ada beberapa program yaitu yang pertama PNPM Mandiri, kedua

(5)

5

UMKM, ketiga P2KP, dan juga PPKH ataupun program pemberdayaaan lainnya. Adanya kegiatan program yang di buat oleh pemerintah Sampang ini bahwasanya setiap tahunnya belum ada penurunan. Maka dari itu pemerintah provinsi melalui dinas sosial tenagakerja dan transmigrasi kabupeten Sampang, berupaya dalam mengurangi angka pengangguran yang ada di kabupaten sampan ini dengan kegiatan program pemberdayaan masyarakat.

program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan ini merupakan kegiatan bentuk teknologi tepat guna, padat karya dan tenaga kerja mandiri. Kegiatan yang dibuat oleh pemerintah kabupaten sampan dalam pemberdayaan masyarakat ini sangat bermanfaat untuk mengubah suatu perilaku penganggur, baik pengetahuannya maupun sikapnya. Usaha produktif yang dilakukan dalam beberapa kelompok ini juga membuka kesempatan kerja untuk para penganggur, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di kabupaten Sampang (Azizah et al., 2015).

Fokus kajian penanganan pengangguran selama ini berpusat pada kajian peran pemerintah pusat, provini dan kabupaten kota. Padahal selama ini tingkat pengangguran berpusat di pedesaan. Seperti halnya dijelaskan pada Undang-undang No.6 tahun 2014 tentang Desa Pasal 67 ayat 2 juga menyebutkan bahwa desa berkewajiban untuk mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa. hal ini djuga dijelaskan dipenelitian sebelumnya bahwa pedesaan juga bisa menanangai masalah pengangguran, penelitian yang dilakukan oleh Neneng Rini Ismawati dalam judul "Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Badan Usaha Milik Desa" berlokasi di desa Teluk kecamatan Kramatwatu kabupaten Serang. Adapun latar belakang pemberdayaan masyarakat melalui BUMDES ini disebabkan oleh mayoritas masyarakatnya sebagai petani dan menggantungkan nasibnya dari hasil panen, namun kini sudah banyak lahan pertanian yang diratakan sehingga mengharuskan masyarakat desa Teluk Ternate untuk mencari mata pencaharian baru.

Melalui Badan Usaha Milik Desa sabar subur ini bisa menghadirkan ditengah ditengah masyrakat desa Teluk Ternate sehingga lembaga upaya peningkatan ekonomi masyarakat desa Teluk Ternate. Salah satu unit yang berpengaruh yaitu LKMS yang diberi nama baitul bai'i. Unit ini menggunakan sistem bagi hasil, dimana diberi pembiayaan untuk usaha, sepertu usaha kripik singkong. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti ini banyak sekali dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat desa salah satunya yaitu BUMDES Sabar Subur juga memberikan lapangan pekerjaan dengan memebrikan pelatian menjadi security yang akan dipekerjakan sebagai security dipabrik-pabrik disekirar Keramatwatu, salah satunya yaitu usaha kripik singkong yg mana usaha ini berawal dari

(6)

6

hasil peminjaman Di unit LKMS (Ismawati, 2021). Belum banyak yang melakukan kajian tentang peran pemerintah desa dalam menanggulamngi pengagguran di desa. secara administrative desa memiliki kemampuan, seperti hal ini juga dilakukan oleh pemerintah desa Kadubeurem, pemerintah desa yang mana Pemberdayaan masyarakat melalui BUMDES UKM rumah ajaib.

Pemerintah desa Kadubeurem melakukan Pemberdayaan Masyarakat untuk mengurangi tingkat masyarakat pengangguran yang ada di desa Kadubeurem.

Pemberdayaan masyarakat desa di desa Kadubeurem ini dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1 Badan Usaha Milik Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola asset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa Kadubeureum salah satu tujuannya untuk membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat desa pengangguran, seperti hal nya di jelaskan pada pada Peraturan Mentri Desa Nomor 4 tahun 2015 pasal 3 yang menjelaskan tujuan BUMDes, salah satu tujuannya yaitu membuka lapangan pekerjaan.

Badan Usaha Milik Desa Kadubeureum ini mempunyai beberapa unit usaha salah satunya unit usaha UKM rumah ajaib, yang tertuang pada Peraturan Desa Nomer 6 Tahun 2018 tetntang BUMDES. Unit usaha UKM rumah ajaib ini dibuat untuk membuka lapangan pekerjaan di desa Kadubeureum ini, dimana UKM rumah ajaib ini juga memanfaatkan sumber daya alam yang ada di desa Kadubeureum. Unit usaha UKM rumah ajaib ini berdiri tahun pada tahun 2018, unit usaha UKM rumah ajaib ini merupakan unit usaha pembuatan kripik ubi balut coklat dan juga bolu ubi coklat. Oleh karena itu, dari banyaknya angka pengangguran baik tinggkat nasional maupun desa, yang mana salah satu solusi yang dilakukan oleh desa Kadubeurem untuk mengurangi angka pengangguran yaitu dengan pemberdayaan masyarakat desa yang di lakasanakan oleh Badan Usaha Milik Desa melalui UKM rumah ajaib ini. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui BUMDES UKM rumah ajaib ini dalam menanggulangi pengangguran di desa Kadubeurem.

(7)

7 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasaan pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :“Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Melalui UKM Rumah Jaib Dalam Menanggulangi Penganggurana Di desa Kadubeureum?”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimanaPemberdayaan Masyarakat Melalui UKM Rumah Ajaib Dalam Menanggulangi Pengangguran di Desa Kadubeureum, Untuk mengetahui dampak yang dirasakan oleh masyarkat desa Kadubeureum setelah adanya BUMDes UKM Rumah Ajaib, dan yag terakhir Untuk mengetahui bentuk-bentuk BUMDes Melalui unit usaha UKM Rumah Ajaib yang diberikan oleh pemerintah desa Kadubeurem untuk pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan pengangguran.

1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1) Memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Peran BUMDes khususnya dalam bentuk Pemberdayaam masyarakat di desa Cibeurem- Banten

2) Penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan khususnya di pemberdayaan masyarakat guna untuk menciptakan Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan masyarakat pengangguran yang lebih baik

b. Secara praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan saran ataupun kepada Badan Usaha Milik Desa Kadubeurem terkait dengan pemberdayaan masyarakat desa memalui BUMDes UKM Rumah Ajaib serta dapat memberikan gambaran dan sumbangan pemikiran tentang prlaksanaan Badan Usaha Milik Desa dalam pemberdayaan masyarakat. Bagi masyarakat hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagi bahan pemahaman terhadap pemanfaatan potensi desa.

1.5 Definisi Konseptual

a. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat menurut Sumodiningrat yaitu Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki, adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua

(8)

8

kelompok yang asaling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan (Totok mardikanto &

Soebiato, 2013).Sedangkan menurut undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang desa pasal 1 ayat (12), bahwasanya menjelaskan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah dalam mengembangkan kemandirian dan juga mensejahterakan masyrakat dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat, sikap masyarakat, serta perilaku, dan juga kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui sebuah penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat di daerah tersebut.

Pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif masyarakat yang difasilitasi oleh para pelaku pemberdayaan. Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah mereka yang lemah dan tidak memiliki daya, kekuatan atau kemampuan untuk mengakses sumber daya produktif atau masyarakat yang terpinggirkan dalam pembangunan. Tujuan akhir dari proses pemberdayaan masyarakat adalah menjadikan anggota masyarakat mandiri sehingga dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. (Mayarni et al., 2020)

b. Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)

BUMDes merupakan suatu lembaga usaha desa yang pengelolaannya dilaksanakan oleh masyarakat dan juga pemerintah desa dalam rangka memperkuat perekonomian desa serta pembentukannya didasarkan atas kebutuhan dan potensi desa. Namun demikian dibentuknya BUMDes ini harus tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Menurut (Adawiyah, 2018) Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) merupakan salah satu instrument yang ada di pemberdayaan ekonomi lokal dengan adanya berbagai ragam jenis usaha, dengan potensi desa yang dimiliki. Adapun pengembangan dalam potensi ini yaitu memiliki tujuan dalam meningkatkan sebuah kesejahteraan ekonomi warga desa, dengan melalui kegiatan pengembangan usaha ekonomi. Adapun disamping itu, adanya keberadaan BUMDES ini juga membawa dampak positif terhadap suatu peningkatan sumber pendapatan asli desa (PAD) yang dapat memungkinkan suatu desa untuk mampu melakukan sebuah pembangunan dan juga untuk peningkatan kesejahteraan secara lebih optimal. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1 Badan Usaha Milik Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan

(9)

9

guna mengelola asset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

Badan usaha milik Desa/ BUMDES memliki tujuan yang mana dijelaskan pada peraturan mentri desa nomor 4 tahun 2015 pasal 3 yang menjelaskan tujuan-tujuan bumdes antara lain sebagai berikut: yang pertama yaitu untuk meningkatkan perekonomian Desa, kedua sebagai mengoptimalkan asset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa, yang ketiga untuk meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa, dan yang keempat yaitu sebgai mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dengan pihak ketiga, yang kelima untuk menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga, membuka lapangan kerja, dan yang terajhir sebagai meningkatkan kesejateraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli desa.

c. Penanggulangan Pengangguran

Menurut (Gunawan Sumodiningrat & Mulyadi, 2016) Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial dalam pembangunan. Dalam hal ini lapangan kerja menjadi wahana untuk menempatkan manusia pada posisi sentral pembangunan. Karena itu, penyediaan lapangan kerja merupakan salah satu prioritas pembangunan di Indonesia, sebagai cara untuk memperluas pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya agar rakyat dapat hidup layak.

Menurut Peraturan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2013 Pengangguran merupakan masalah nasional dan merupakan tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat, sehingga dalam penanggulangannya harus dilakukan oleh semua stakeholder terkait secara bersama dan terintegrasi antar lintas sector dan masyarakat, dengan cara mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik dalam maupun diluar hubungan kerja.

d. UKM Rumah Ajaib

Ukm rumah ajaib merupakan salah satu unit usaha yang di lakukan oleh Badan Usaha Milik Desa Kadubeurem, yang tertuang pada Peraturan desa No 6 Tahun 2018 Tentang BUMDES, yang mana ukm rumah ajaib ini berdiri pada tahun 2018. Ukm rumah ajaib dibuat oleh badan usaha milik desa Kadubeurem untuk menanggulangi angka pengangguran di desa Kadubeurem. Ukm rumah ajaib merupakan usaha pembuatan kripik

(10)

10

ubi balut coklat dan juga bolu ubi coklat. Usaha ukm rumah ajaib ini didanai oleh pemerintah desa, untuk memberdayakan masyarakat pengangguran dengan mencipatakan langan pekerjaan. UKM rumah ajaib ini tidak hanya bekerja sama dengan pemerintah saja, tetapi juga bekerja sama dengan para petani ubi di desa Kadubeurem dana juga bekerja sama dengan warung-warung yang ada di desa Kadubeurem. Para pekerja di ukm rumah ajaib ini merupakan masyarakat desa Kadubeurem sendiri.

1.6 Definisi operasional

Definisi operasional merupakan alat untuk mengukur sebuah indikator dalam penelitian, atau bisa dikatakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan indikator penelitian.

Berikut Definisi operasional dalam penelitian kali ini yaitu terkait dengan bagaimana Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa Kadubeurem Melalui Unit Usaha UKM Rumah Ajaib dalam Penanggulangan masyarakat Pengangguran yang kemudian dilihat dari beberapa indikator – indikator diantaranya:

a. Pemberdayaan masyarakat Melalui UKM Rumah Ajaib Dalam Menanggulangi Pengangguran Di Desa Kadubeureum

a) Design dan perencanaan pemberdayaan masyarakat melalui UKM rumah ajaib b) Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui UKM Rumah ajaib

1. Bantuan Modal Usaha 2. Memberikan Pelatihan

3. Pengelolaan Ucok dan Piscok 4. Memperluas Pemasaran 5. Monitoring dan Evaluasi

c) Dampak Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Angka Pengangguran Didesa Kadubeureum

b. Faktor Penghambat Pemberdayaan Masyarakat Melalui UKM Rumah Ajaib a. Minimnya Partisipasi Masyarakat

b. Pealataan Pembuatan Ucok dan Piscok yang Belum Maksimal c. Kurangnya Sosialisasi Dari Pemerintah Desa

1.7 Metode Penelitian a. jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bogan dan Taylor (1992) penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang

(11)

11

diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu yang dikaji dari sudut pandang utuh, komprehensif, dan holistic (Tersiana, 2018). Selanjutnya Penelitian kualitatif menurut (Jaya, 2020) adalah penelitian yang mengasilkan beebrapa temuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).

Penelitian ini mengupayakan untuk untuk mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana Desa Kadubeureum dan BUMDes Kadubeurem dalam melakukan Pemberdayaan masyarakat oleh BUMDEs kadubeureum. Pemberdayaan masasyarakat ini ini di lakukan oleh BUMDes Kadubeureum dalam Unit usaha UKM Rumah Ajaib sebagai Penanggulanagan masyarakat penangguran. Penelitian yang digunakan oleh peneliti dengan menggunakan metode deskriptif ini bahwasanya peneliti menganalisa data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, dengan berupa kata-kata dan juga gambar. Data yang digunakan oleh peneleliti berasal dari naskah wawancara yang telah di laukaukan oleh peneliti, serta catatan lapangan, foto-foto, video, dokumen pribadi, dan juga catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya. Berdasarkan penjelesan-penjelasan tersebut maka digunakannya jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Dimana pada penelitian ini menggambarkan fakta dan juga fenomena yang terjadi dilapangan terkait pelaksanaan BUMDES UKM Rumah Ajaib dalam Pemberdayaan masyarakat dalam menanggulangin pengangguran. Selain itu akan di jelaskan juga bagaimana masyarkat pengangguran di desa kadubeureum setelah adanya BUMDES UKM Rumah Ajaib.

b. Sumber data 1. Data primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung dapat memberikan data untuk pengumpul data. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwasanya sumber utama dari penelitian kualitatif adalah kata-kata serta tindakan. Dalam penelitian ini sumber data primer akan didapatkan Kepala Desa Kadubeurem dan anggota staff desa dibidang pemberdayaan masyarakat serta Ketua BUMDes melalui, observasi, kegiatan wawancara, catatan tertulis, perekaman dan foto yang diupayakan dari informasi utama yang terpercaya.

(12)

12 2. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber dari data yang tidak langsung, dimana data tersebut memberikan hasil kepada peneliti, misalnya dari referensi seperti buku- buku tentang pemberdayaan masyarakat melalui BUMDES, jurnal-jurnal pemberdayaan masyarakat melalui BUMDES, serta media masa, dan juga peraturan perundang-undangan dan penelitian terdahulu yang mana sama dengan penelitian yang diangkat oleh peneliti sekrang ini, yang selaras serta berbagai informasi lainnya yang bersangkutan dalam penelitian. Data sekunder merupakan data pendukung atau tambahan, data sekunder ini sangatlah penting dalam mennjang peneliti dalan kelelngkapan data penelitiannya, dan juga sumber ini dapat melengkapi penelitian sehingga informasi menjadi lebih jelas.adapundata yang didapatkan oleh peneliti yaitu melalui dokumen-dokumen desa Kadubeureum dan juga BUMDES Kadubeureum, jurnal-jurnal, buku-buku, dan juga Peraturan Perundang-undangan, serta Peraturan desa (Perdes), dan lain sebagainya yang dianggap sesuai dengan fokus penelitian.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban atas fenomenan atau masalah yang diteliti. Lokasi penelitian tersebut merupakan tempat penelitian yang diharapkan mampu memberikan informasi terkait data yang dibutuhkan untuk penelitian. Penelitihan ini dilakukan pada Desa Kadubeureum dan Badan Usaha Milik Desa Kadubeureum.

d. Teknik pengumpulan data

Menurut Creswell bahwasanyan pengumpulan data merupakan suatu proses pengambilan suatu data-data yang didapat oleh peneliti terhadap objek/responden dalam penelitian. Adapun dalam penelitian kualitatif pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi:

1). Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan percakapan dan juga tanya jawab secara langsung atau bertatap muka dengan informan ataupun juga dapat memanfaatkan alat telekomunikasi adapun proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti tersebut guna untuk mendapatkan data yanglebih valid lagi yang berkaitan dengan menjawab permasalahan mengenai penelitian yang diangkat oleh peneliti. Kemudian Creswell

(13)

13

menjelaskan bahwasanya adalah bentuk komunikasi satu arah antara peneliti dan responden (W.Creswell, 2016). Adapun dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Desa Kadubeureum dan Ketua Badan Usaha Milik Desa Kadubeurem, serta wawancara staff desa di bidang permberdayaan masyarakat.

2). Observasi

Peneliti melakukan beberapa observasi langsung atau melakukan pengamatan secara langsung yang ada dilapangan, guna untuk lebih memperkuat data yang di dapatkan atau informasi yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan ketua BUMDES ataupun dengan sekertaris desa Kaduebureum, sehingga keabsahan data lebih kuat, bentuk observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah keikutsertaan peneliti secara langsung dalam melihat bagaimana kondisi di lapangan ataupun pengimplementasian program yang telah dibuat. Menurut Creswell Observasi adalah proses dimana para peneliti mengeksplorasi atau dengan bersentuhan secara langsung dengan objek dan juga subjek yang dikaji, sehingga pemahaman terhadap permasalahan yang dikaji lebih kuat (W.Creswell, 2016). Dimana dalam penelitian kali ini berupa keikutsertaan peneliti dalam melihat Pemberdayaan Masyarakat dalam penanggulangan masyarakat pengangguran Melalui UKM Rumah Ajaib.

3). Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini merupaka bukti bahwa peneliti benar terlibat langsung dalam sebuah proses mengkaji permasalahan yang diangkat oleh peneliti serta sebagai tambahan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian, dokumentasi kali ini dapat berupa foto-foto kegiatan BUMDES Kadubuereum yaitu dalam unit UKM Rumah ajaib, dan juga dokumen-dokumen serta arsip ataupun rekaman audio wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terkait dengan penelitiannya, sejalan dengan pendapat Creswell bahwasanya beliau membagi dokumentasi kedalam 2 macam yaitu, yang pertama dokumentasi yang dapat diakses oleh publik secara bebas baik melalaui website ataupun media sosial dan yang ke dua yaitu dokumentasi dimana dalam pengambilannya dokumentasinya harus mendapatkan izin dari otoritas yang berwenang, data dokumentasi dapat berupa dokumen, audiovisual, jurnal serta rekaman yang berhubungan dengan penelitian yang dikaji (W.Creswell, 2016).

(14)

14 e. Teknik Analisis Data

Dalam menggunakan metode penelitian Kualitatif deskriptif, Analisis data sangat berkaitan erat dengan mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan yang ditemukan dilapangan lainnya, dalam menganalisis data terdapat proses dimana dilakukannya pengolahan, memisahkan, dan mengumpulkan segala informasi yang diperoleh dilapangan dan disajikan dalam bentuk laporan penelitian sehingga dapat diinformasikan kepada orang lain. Menurut Miles &

Huberman (1984:23) dalam (Dr.farida Nugrahani, 2014) analisis data ini memiliki tiga komponen, yaitu: (1) reduksi data, (2) sajian data, dan (3) penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Kompnen yang pertama yaitu dalam analisis data kualitatif adalah reduksi data. Dimana dalam mengguankan reduksi data ini peneliti melakukan proses pemilihan atau seleksi, serta pemusatan perhatian atau pemfokusan, dan juga penyederhanaan, dan pengabstrakan dari semua jenis informasi yang mendukung data penelitian yang diperoleh dan dicatat selama proses penggalian data dilapangan. Adapun proses reduksi ini dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian masih berlangsung, dan pelaksanaannya dimulai sejak peneliti memilih kasusu yang dikaji.

2. Sajian Data

Komponen kedua dalam analisis kualitatif adalah sajian data. Sajian data adalah sekumpulan informan yang memeberi kemungkinan kepada peneliti untuk menarik simpulan dan pengambilan tindakan. Sajian data ini mrupakan suatu rakitan organisasi informasi, dalam bentuk deskripsi dan narasi yang lengkapn, yang disusun berdasarkan pokok-pokok temuan yang terdapat dalam reduksi data, dan disajikan menggunakan bahasa peneliti yang logis, dan sistematis, sehingga mudah dipahami.

3. Penarikan Simpulan

Penarikan simpulan merupakan kegiatan penafisran terhadap hasil analisis dan interpensi data. Penarikan simpulan ini hanyalah salah satu kegiatan dalam konfigurasi yang utuh. Hal ini sangat berbeda dengan penerikan simpulan dalam penelitian kuantitatif yang berkaitan dengan pengujian

(15)

15

hipotesis. Simpulan perlu diverifikasi selama penelitian berlangsung agar dapat dipertanggungjawabkan.

Gambar

Tabel 1.1 Data Angka Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Banten Tahun 2017- 2017-2019

Referensi

Dokumen terkait

Penelitai yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dilakukan oleh Nuryanti (2019) yang meneliti strategi pengembangan badan usaha milik desa pada Mitra Sejahtera

Bahwa sesuai ketentuan Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dinyatakan bahwa Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang

Badan Usaha Milik Desa yang didefinisikan Pasal 1 angka 6 UU No. 6/2014 tentang Desa, adalah :“Badan usaha milik desa selanjutnya disebut BUMDes, adalah badan usaha yang seluruh

Dalam Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa menyebutkan Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUMDES adalah badan usaha yang seluru atau sebagian

Menurut Direktorat Jenderal Pajak dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23)

Dalam Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Bab I, Pasal 1 angka 11b. restrukturisasi sektoral yang pelaksanaannya disesuaikan

56 (lima puluh enam) Desa yang telah membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di 18 (delapan belas) Pemerintahan Kabupaten yang telah menerbitkan Peraturan

Bagi Badan Usaha Milik Desa BUMDes Kuala Alam Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Badan Usaha Milik Desa BUMDes Kuala Alam maupun Badan Usaha Milik Desa BUMDes di