PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK NOMOR : 03/Pid.SusAnak/2014/PN.Gsk. DITINJAU
DARI DIVERSI SISTIM PERADILAN ANAK
Oleh
Dwi Wachidiyah Ningsih
ABSTRAK
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat kaidah–kaidah dan norma–norma hukum yang berfungsi sebagai benteng dalam kehidupan sehari–hari, agar dalam kehidupan bermasyarakat terjamin akan keamanan dan ketertiban, maka perlu adanya aturan–
aturan sebagai pedoman hidup bermasyarakat, akan tetapi dengan bergesernya waktu, maka perilaku bermasyarakat banyak berubah, kaidah–kaidah dan norma–norma hukum yang dulu sangat ditaati oleh masyarakat kini ditinggalkan dan semakin merosotnya budaya bermasyarakat. Dalam penelitian ini, penulis ingin melakukukan penelitian tentang, penerapan unsur-unsur Pasal 80 ayat (3) Undang–Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 Jo Pasal 65 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang dijadikan dasar hukum atas pertanggungjawaban pembunuhan dalam putusan pengadilan Nomor : 03/Pid.Sus Anak/2014/PN.Gsk. serta pertimbangan hukum yang dipakai hakim. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian Hukum Normatif (yuridis Normatif), dengan pendekatan permasalahan secara statute approach yaitu pendekatan perundangan-undangan dan pendekatan permasalahan secara case approach yaitu pendekatan kasus. Penelitian Hukum Normatif (yuridis Normatif), merupakan penelitian hukum doktriner atau penelitian perpustakaan, karena penelitian ini hanya ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis sehingga penelitian ini sangat erat hubungannya pada perpustakaan karena membutuhkan data-data yang bersifat sekunder.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, anak Dian Sasmita Alias Andy Alias Udin telah melakukan pembunuhan berencana yang melanggar peraturan perundang–
undangan sebagai berikut, yaitu Melanggar Pasal 80 ayat (3) Undang–Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 Jo Pasal 65 ayat (1) dan (2) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana, peristiwa tersebut telah menyebabkan korban meninggal dunia.
Dan Anak dian Sasmita Alias Andy Alias Udin dijatuhi hukuman pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dan pidana pelatihan kerja selama 1 (satu) tahun di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA).
Kata Kunci : Putusan Pengadilan Nomor : 03/Pid.Sus Anak/2014/PN.Gsk.
Perlindungan Anak
Latar Belakang Masalah
Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki harkat dan martabat sebagai
manusia seutuhnya. Untuk menjaga
harkat dan martabatnya, anak berhak
mendapatkan perlindungan khusus, terutama perlindungan hukum dalam system peradilan. Setiap anak yang lahir wajib mendapatkan hak–haknya tanpa anak tersebut memintanya. Hal ini sesuai sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention on the Raights of the Child) yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990, kemudian dituangkan dalam Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah Bangsa dan Negara. 1 Dengan peran anak yang sangat penting ini, hak anak telah dinyatakan secara tegas, sebagaimana bunyi Pasal 28-B ayat(2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 sebagai berikut : “ Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi “ Maka dari itu jangan sampai anak menjadi korban kekerasan, maupun terjerumus kedalam perbuatan–
perbuatan jahat maupun perbuatan tidak terpuji lainnya. 2 Anak yang dibesarkan dalam suasana konflik, cenderung mengalami kekerasan jiwa, yang mendorong anak melakukan tindakan- tindakan negatif, yang dikategorikan sebagai kenakalan anak. Kenakalan anak tersebut, dapat dipengaruhi oleh latar belakang kehidupannya.
Kenakalan anak bukan hanya merupakan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat,
1
Setya Wahyudi. Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Anak di Indonesia. Genta Publising. Yogyakarta. 2011.
h. 1.
2
ibid
tetapi juga merupakan ancaman bagi masa depan bangsa dan bernegara.
Dengan demikian anak sangat perlu dilindungi dari perbuatan–perbuatan yang merugikan, agar anak sebagai generasi penerus bangsa tetap terpelihara demi masa depan bangsa dan Negara. 3
Kartini Kartono menerangkan bahwa kriminalitas itu pada umumnya merupakan kegagalan dari sistem pengontrol diri terhadap aksi–aksi instinktif, juga menampilkan ketidak mampuan seseorang mengendalikan emosi–emosi primitif untuk disalurkan pada perbuatan yang bermanfaat. 4
Salah satu prinsip yang digunakan dalam perlindungan anak adalah anak itu modal kelangsungan hidup manusia, bangsa, dan keluarga, untuk itu hak–
haknya harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi sendiri hak–haknya, banyak pihak yang mempengaruhi kehidupannya. Negara dan masyarakat berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak–hak anak. 5
Sistem peradilan anak (Juvenile Justice System) berbeda dengan sistem peradilan pidana bagi orang dewasa dalam berbagai segi. Peradilan pidana anak meliputi segala aktivitas pemeriksaan dan pemutusan perkara yang menyangkut kepentingan anak.
Menekankan atau memusatkan pada “ kepentingan anak “ harus merupakan pusat perhatian dalam pemeriksaan perkara pidana anak.
Sistem peradilan pidana anak adalah suatu sistem penegakan hukum pidana anak yang dilaksanakan secara terpadu oleh 4 (empat) sub sistem kekuasaan, yaitu kekuasaan penyidikan,
3
Maidin Gultom. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan PidanaAnak di Indonesia. PT.Refika Aditama.Bandung. 2010. h. 2.
4
ibid.
5
ibid. h. 39.
kekuasaan penuntutan, kekuasaan mengadili / menjatuhkan pidana, dan kekuasaan eksekusi / pelaksanaan pidana. 6 Penempatan kata “anak” dalam peradilan anak menunjukkan batasan atas perkara yang ditagani oleh badan peradilan yaitu perkara anak. Proses untuk mewujudkan keadilan berupa rangkaian tindakan yang dilakukan oleh badan–badan peradilan disesuaikan dengan bentuk–bentuk serta kebutuhan anak. Peradilan anak meliputi segala aktivitas pemeriksaan dan pemutusan perkara yang menyangkut kepentingan anak. 7
Peradilan anak bertujuan memberikan yang paling baik terhadap anak, tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat dan tegaknya keadilan.Tujuan peradilan anak tidak berbeda dengan peradilan yang lainnya. 8 Dalam mengadili, Hakim berusaha menegakkan kembali hukum yang telah dilanggar. Salah satu usaha penegakkan hukum itu adalah melalui Peradilan Anak, sebagai suatu usaha perlindungan anak untuk mendidik anak tanpa mengabaikan tegaknya keadilan.
Peradilan anak diselenggarakan dengan tujuan untuk mendidik kembali dan memperbaiki sikap dan perilaku anak sehingga dapat meninggalkan perilaku buruk yang selama ini telah lakukan.
Perlindungan anak, yang diusahakan dengan memberikan bimbingan / pendidikan dalam rangka rehabilitasi dan resosialisasi, menjadi landasan peradilan anak. 9
Mewujudkan kesejahteraan anak, menegakkan keadilan merupakan tugas pokok badan peradilan menurut undang–undang Nomor 11 Tahun 2011.
Peradilan tidak hanya mengutamakan penjatuhan pidana saja, tetapi juga
6
Setya Wahyudi. Op.cit. h. 74.
7
Maidin Gultom.Op.cit. h. 74.
8
ibid. h. 77.
9
ibid
perlindungan bagi masa depan anak, merupakan sasaran yang dicapai oleh Peradilan Pidana Anak. Filosofi Peradilan Pidana Anak adalah untuk mewujudkan kesejahteraan anak, sehingga terdapat hubungan erat antara Peradilan Pidana Anak dengan Undang – Undang Kesejahteraan Anak (Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979). Peradilan Pidana Anak hendaknya memberi pengayoman, bimbingan, pendidikan melalui putusan yang dijatuhkan. Aspek perlindungan anak dalam Peradilan Pidana Anak ditinjau dari segi psikologis bertujuan agar anak terhindar dari kekerasan, keterlantaran, penganiayaan, tertekan, perlakuan tidak senonoh, kecemasan, dan sebagainya. Oleh sebab itu perlu ada hukum yang melandasi, menjadi pedoman dan sarana tercapainya kesejahteraan dan kepastian hukum guna manjamin perlakuan maupun tindakan yang diambil terhadap anak.
Dalam kesejahteraan anak, anak perlu diadili oleh suatu badan peradilan tersendiri. Usaha untuk mewujudkan kesejahteraan anak adalah bagian dari meningkatkan pembinaan bagi semua anggota masyarakat, yang tidak terlepas dari kelanjutan dan kelestarian peradaban bangsa, yang penting bagimasa depan bangsa dan Negara. 10
Salah satu contoh kenakalan anak zaman sekarang, anak sudah berani melakukan tindak pidana pembunuhan berencana, yang dilakukan oleh Dian Sasmita Bin Suwarno yaitu seorang anak yang berumur 17 (tujuh belas) Tahun 10 (sepuluh) bulan, yang telah melakukan tindak pidana pembuhuan berencana dan telah diputus bersalah dalam putusan Pengadilan Negeri
Gresik Nomor
03/Pid.SUS.Nak/2014/PN.Grs, yaitu Dian Sasmita bin Suwarno telah
10
ibid. h. 78.
dinyatakan besalah karena telah menghilangkan 2 (dua) nyawa atau melakukan tindak pidana, melakukan kekejaman, kekerasan atau penganiayaan yang menyebabkan orang mati dan tindak pidana dengan sengaja melakukan kekerasan, memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya sesuai dengan pasal 80 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Jo Pasal 65 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. 11
Dian Sasmita Bin Suwarno merupakan salah satu contoh anak nakal dan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindakan pidana
“pembunuhan berencana” sehingga Pengadilan Negeri Gresik menjatuhkan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dan 1 (satu) Tahun kerja sosial.
Sesuai dengan amanat dalam Pasal 4 ayat (2) Undang–Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Pasal 20 Undang–Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, diatur bahwa apabila anak melakukan tindak pidana pada batas umur yang dimaksud, tetapi diajukan ke sidang pengadilan setelah anak yang bersangkutan melampui batas umur tersebut namun belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun, maka tetap diajukan ke sidang anak. Berdasarkan ketentuan tersebut maka petugas dituntut ketelitiannya dalam memeriksa surat yang berhubungan dengan bukti kelahiran anak tersebut.
Metode Penelitian
Dalam penyelesaian penyusunan skripsi maka metedologi penelitian merupakan cara utama yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk mencapai tujuan dimana metode tersebut harus tepat dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti atau
11
Putusan Pengadilan Negeri Gresik Perkara Nomor 03/Pid.Sus Anak/2014/PN.Grs.
penulis. Untuk penentuan metode ini peneliti harus cermat sehingga diperoleh hasil yang akurat dengan kebenaran dan dapat dipertanggung jawabkan.
Dasar Pertimbangan Hakim Dalam menjatuhkan Putusan Perkara
Nomor :03/Pid.Sus
Anak/2014/PN.Gsk.
Hakim yang menangani perkara pidana anak sedapat mungkin mengambil tindakan yang tidak memisahkan anak dari orang tuanya, atas pertimbangan rumah yang jelek lebih baik dari Lembaga Pemasyarakatan Anak yang baik (a bad home is better than a good institution/prison). Dalam mengambil putusan hakim harus benar-benar memperhatikan kedewasaan emosional, mental, dan intelektual anak. Dalam mengambil keputusan hakim wajib mendengarkan dan mempertimbangkan hasil penelitian Petugas Penelitian Kemasyarakatan. Bila tidak ada pilihan lain kecuali menjatuhkan pidana terhadap anak, maka patut diperhatikan pidana yang tepat yaitu patut dikemukakan sifat kejahatan yang dilakukan, perkembangan jiwa anak, tempat menjalankan hukuman. 12
Pertimbangan dijatuhinya pidana adalah dengan harapan selama berada didalam Lembaga Pemasyarakatan Anak, mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari Pembimbing Kemasyarakatan. Dalam menjatuhkan pidana terhadap anak nakal hakim mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan. 13
Dalam menjatuhkan putusan terhadap Perkara Nomor :03/Pid.Sus
Anak/2014/PN.Gsk. dasar
pertimbangan hakim yaitu :
a. apakah Anak Dian Sasmita alias Andy Alias Udin sebagai anak yang
12
Maidin Gultom. Op.Cit .h.120.
13