MAKNA SIMBOL TOR-TOR ILAH MARDOGEI PADA
MASYARAKAT SIMALUNGUN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh :
SEFRINA WAHYUNI
NIM. 2103340059
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Maret 2014
i
ABSTRAK
Sefrina Wahyuni, 2103340059, Makna Simbol Tor-tor Ilah Mardogei pada Masyarakat Simalungun. Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2015
Tor-tor Ilah Mardogei disajikan pada pesta Rondang Bintang. Tor-tor Ilah Mardogei menceritakan tentang kegiatan masyarakat Simalungun pada saat panen
raya. Tor-tor Ilah Mardogei diiringi dengan syair lagu yang dilantunkan langsung oleh para penarinya sebagai tempo dari gerak Tor-tor tersebut.
Teori-teori yang digunakan dalam penuangan hasil penelitian serta teori pendukung yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu teori bentuk, teori makna, teori simbol, pengertian makna simbol, teori tari, dan pengertian Tor-tor. Waktu penelitian yang digunakan untuk membahas tentang Makna Simbol
Tor-tor Ilah Mardogei pada Masyarakat Simalungun dilakukan selama 2 bulan, yaitu
pada bulan Desember 2014 sampai bulan Februari 2015. Tempat penelitian adalah di Huta III Silau Malela Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun. Populasi pada penelitian ini adalah warga biasa, tokoh adat, dan seniman-seniman Simalungun.. Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi, yaitu 2 orang seniman dan 2 orang Tokoh Adat yang mengerti dan memahami serta berkecimpung pada Tor-tor Ilah Mardogei. Teknik pengumpulan data meliputi studi kepustakaan, wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang kemudian di analisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa bentuk dari Tor-tor Ilah Mardogei adalah lima rangkaian gerak yakni, manabi omei,
mardogei, manjomur omei, mangipas dan mamurpur omei, dan manunjung omei.
Makna yang terdapat dalam Tor-tor Ilah Mardogei termasuk dalam makna mimetik dan metaforik, karena Tor-tor ini menggambarkan tentang kegiatan bertani pada masyarakat Simalungun tepatnya pada saat musim panen. Simbol yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei dapat dilihat dari gerak, musik, dan busana.
ii
KATA PENGANTAR
Asslamua’alaikum Warahmatullahi wa Barakatuh,
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadiarat Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ni yang berjudul “Makna Simbol Tor-tor Ilah Mardogei pada Masyarakat Simalungun”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang sudah ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan, tata bahasa dan penyampaian ide penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun perbaikan dimasa yang akan datang.
Dalam penelesaian tugas akahir ini, penulis juga mengalami berbagai kendala. Namun berkat doa dan bantuan dan semangat dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Disini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni. 3. Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku ketua Jurusan Sendratasik
4. Nurwani S.S.T M.Hum selaku Dosen pembimbing Akademik sekaligus Ketua Prodi Pendidikan Tari
5. Drs. Inggit Prasetiawan, M.Sn selaku Dosen Pembimbing I 6. Dra. Tuty Rahayu M.Si selaku Dosen Pembimbing II 7. Martozet, S.Sn, M.A selaku Narasumber
8. Bapak Iskandar Muda, M.Sn selaku Narasumber
iii
10. Terkhusus dan teristimewa yang paling penulis sayangi dan cintai Ayahanda Abdullah, S.Pd dan Ibunda Nurhayati Ginting, S.Pd, terimakasih ayah, mama berkat do’a, dukungan, perhatian, kesabaran, jerih payah, dan pengorbanan Ayah dan Mama sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya dan dapat
membanggakan Ayah dan Mama.
11. Teristimewa untuk adik penulis tersayang Fajrin Laily Rahma, Ikhsan Agi Try, Rafly Hafiz Maulana, dan kakak sepupu Ester Novalinda Saragih
yang selalu memberikan perhatian, pengertian, do’a, dukungan dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan studi ini.
12. Sahabat sekaligus teman seperjuangan penulis Faisal Reza, Jelita Fitri, Sheila Roisyah Hutasuhut dan Putri Norma Sari Hasibuan, S.Pd yang telah banyak
menghabiskan waktu, tenaga, kenangan, kisah dan peristiwa persahabatan yang
menjadi keluarga. Terimakasih buat do’a dukungan serta pengertiannya.
13. Teman-teman Pendidikan Tari Stambuk 2010 terimakasih atas perhatian do’a, dukungan, saran, ide, dalam proses penyelesaian Skripsi.
Akhirnya kata penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada seluruh pihak
yang turut membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua Wasslamua’alaikum Warahmatullahi wa Barakatuh,
Medan, Maret 2015
Penulis
SEFRINA WAHYUNI
iv
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 11
A.LandasanTeoritis ... 11
1. Pengertian Bentuk ... 11
2. Teori Makna.. ... 12
3. Teori Simbol .... ... 13
4. Pengertian Makna Simbol ... 14
5. Teori Tari ... 14
6. Pengertian Tor-tor ... 15
B. KerangkaKonseptual ... ... 16
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
A.MetodePenelitian ... ... 17
B. LokasidanWaktuPenelitian ... ... 18
1. LokasiPenelitian ... ... 18
2. WaktuPenelitian ... ... 18
C.PopulasidanSampel ... ... 18
1. Populasi ... 18
2. Sampel ... 19
D.TeknikPengumpulanData ... ... 19
1. Studi Kepustakaan... ... 20
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 25
1. Letak Geografis dan Luas Kecamatan Nagori ... 25
2. Jumlah Penduduk ... 27
v
4. Mata Pencaharian ... 39
5. Sistem Religi... 31
B.Tor-tor Ilah Mardogei ... 33
1. Bentuk Tor-tor Ilah Mardogei ... 33
2. Makna Gerak Tor-tor Ilah Mardogei ... 46
3. Simbol Gerak Tor-tor Ilah Mardogei ... 47
BAB V PENUTUP ... 57
A.Kesimpulan ... 57
B.Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Agama ... 31
Tabel 4.2 Ragam Gerak Tor-tor Ilah Mardogei ... 34
Tabel 4.3 Deskripsi Gerak Tor-tor Ilah Mardogei ... 35
Tabel 4.4 Makna Gerak Tor-tor Ilah Mardogei ... 46
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 16
Gambar 4.1 Peta Kecamatan Gunung Malela ... 25
Gambar 4.2 Diagram Mata Pencaharian Masyarakat Silau Malela ... 30
Gambar 4.3 Ragi Sattik. ... 52
Gambar 4.4 Suri-suri (Hadang-hadangan) ... 53
Gambar 4.5 Heoi Bookou ... 54
Gambar 4.6 Hati Rongga ... 55
Gambar 4.7 Suri-suri ... 55
Gambar 4.8 Mange-mange... 56
1
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa suku batak yaitu suku Batak Toba, Batak Pakpak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing – Angkola, dan Batak Simalungun. Batak Simalungun merupakan salah satu suku Batak yang menetap di Wilayah Kabupaten Simalungun. Mayoritas masyarakat Simalungun bermata pencaharian sebagai petani, ini disebabkan karena sebahagian masyarakat Simalungun tinggal didaerah pegunungan yang tanahnya subur, hawanya sejuk sehingga sesuai dengan bercocok tanam sehingga dari dulu hingga sekarang mereka hidup dari lahan pertanian. Adapun jenis tanaman yang mereka tanam adalah padi dan jagung, karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi.
Sama halnya dengan Batak Toba, Batak Pakpak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing – Angkola, yang memiliki sistem kekerabatan begitu juga dengan Batak Simalungun. Sistem kekerabatan yang dimiliki oleh masyarakat Simalungun adalah berdasarkan Tolu Sahundulan (tiga sama duduk) yang komposisinya terdiri dari:
Sanina, yakni orang-orang semarga (saudara semarga)
Tondong, yakni pihak pemberi istri (pihak orang tua istri)
2
Setiap suku memiliki adat istiadat serta perbedaan budaya yang mengungkapkan ciri khas mereka masing-masing, misalnya dalam hal bahasa, pakaian adat, kesenian, baik itu seni tari, seni musik, seni rupa. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia yang diciptakan sebagai media ungkap untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan dilaksanakan pada berbagai kegiatan baik itu upacara, hiburan, maupun pertunjukan. Kesenian merupakan warisan nenek moyang terdahulu yang sejak dulu sudah membudaya dan harus dikembangkan karena dapat menjadi identitas pribadi suatu masyarakat. Kesenian itu sendiri terbagi beberapa cabang diantaranya seni tari, seni rupa, seni musik dan seni teater. Semua bentuk kesenian ini menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
3
kepada penikmat seni di dalam berbagai kegiatan. Tari dalam masyarakat Simalungun disebut juga dengan Tor-tor, salah satunya adalah Tor-tor Ilah
Mardogei.
Tor-tor Ilah Mardogei disajikan pada acara Pesta Rondang Bintang.
Khususnya di Simalungun, para pemuka adat bersama tokoh masyarakat yang disebut dengan Partuha Maujana (Patuha= tokoh adat, Maujana=Cendikiawan), sejak 20 tahun silam mencoba menggali dan melestarikan budaya Simalungun adengan menggelar Pesta Rondang Bintang.
Pesta Rondang Bintang merupakan pesta kebudayaan masyarakat Simalungun yang dulu disebut Pesta Pariama (pesta muda-mudi) yang dilakukan pada saat Rondang Bintang (bulan purnama) seusai musim panen raya. Kegiatan ini dulunya merupakan pesta adat yang menggambarkan ungkapan rasa syukur atas panen raya yang dilakukan, selain itu pada Pesta Rondang Bintang ini juga dimanfaatkan sebagai ajang petemuan menjalin kasih atau mencari jodoh dan pembinaan semangat gotongroyong para remaja sebagai generasi penerus. Pesta
Rondang Bintang diadakan dengan tujuan agar kesenian Simalungun dapat
dilestarikan dan menjadi aset kebudayaan yang menandakan ciri khas masyarakat Simalungun. Pada Pesta Rondang Bintang banyak sekali pertunjukan yang ditampilkan seperti musik tradisional Simalungun yaitu Gondang Somba,
Gondang Simonang-monang, Gonrang Sipitu-pitu, Gong, dan Sarunei. Ada juga
4
Tor-tor Sitalasari, Tor-tor Toping-toping/ Huda-huda, Tor-tor Usihan dan Tor-tor
Ilah . Ada beberapa jenis Tor-tor Ilah yang ditampilkan pada Pesta Rondang
Bintang , diantaranya: 1). Ilah Bolon, 2). Ilah Mardogei, 3). Ilah Manduda, 4).
Ilah Majetter, 5). lah Marindong, 6). Ilah Sibuat Gulom
Tor-tor Ilah Mardogei telah ada sejak terbentuknya Simalungun yaitu pada
zaman raja-raja Simalungun. Jika dilihat dari segi fungsinya Tor-tor Ilah
Mardogei adalah sebagai tari pertunjukan yang dipertunjukkan dalam acara Pesta
Rondang Bintang. Tor-tor ini merupakan tarian berpasangan yang dilakukan
secara berkelompok. Tor-tor ini ditarikan oleh muda-mudi (lelaki dan wanita) remaja di Kabupaten Simalungun. Tor-tor Ilah Mardogei merupakan tarian yang gerakannya diiringi lagu yang dinyanyikan langsung oleh penarinya. Tarian ini juga menggambarkan rasa suka cita.
Tor-tor Ilah Mardogei adalah tarian yang menceritakan tentang kegiatan
5
adalah hentakan kaki yaitu gerakan yang menandakan bahwasannya mereka sedang Mardogei (memijak-mijak padi agar bulir padi lepas dari tangkainya). Musik pengiring tari ini adalah musik internal yaitu dimana para penari menyanyikan syair Ilah Mardogei dengan tempo yang telah ditentukan dan dinyanyikan secara bergantian oleh penari wanita dan pria. Adapun syair Ilah
Mardogei adalah:
La i luya barah hujon mardogei aloya….2x
1. Sihala nanirunjei da botou, rap rap sihala bolon
Sattabi bani umbei da botou, hearna lang tarhorom
Tarhorom do na minei da botou, tarsunggul Sidangolon
Nai mada tongon Sonaima ah.... 3x
Gurjab hundi parim tene botou, ase hu gurjab hundi parondo... 2x
2. Dalan hu tinggi raja da botou, lopusan dolok marawan
Megah ma da uhurta da botou, jumpa ma pariama
Nai mada tongon Sonaima ah.... 3x
Gurjab hundi parim tene botou, ase hu gurjab hundi parondo... 2x
3. Marbuah ma lapotei da botou, i lambung ni sihala
Ijon hita mardogei da botou, bai musim pariama
Nai mada tongon Sonaima ah.... 3x
Gurjab hundi parim tene botou, ase hu gurjab hundi parondo... 2x
4. Marbunga pitta-pitta da botou, i dalan juma robu
Megah ma da uhurta da botou, domma dapot pinarstta
6
Age loja marhorja da botou, domma buei omei ta
Nai mada tongon Sonaima ah.... 3x
Tujuan dilaksanakannya Tor-tor Ilah Mardogei ini adalah agar para remaja atau yang sering disebut dengan ABG (Anak Boru Garama) mencintai dan dapat melestarikan kebudayaan. Dikarenakan pada Pesta Rondang Bintang banyak terdapat tarian, nyanyian dan musik yang diciptakan langsung oleh orang-orang Simalungun, yang mencerminkan kebiasaan dan ciri khas masyarakat Simalungun dengan bergotong-royong.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk menggali kembali
Tor-tor Ilah Mardogei dengan mengangkat tari ini sebagai topik penelitian dengan
judul : Makna Simbol Tor-tor Ilah Mardogei Pada Masyarakat Simalungun
B. Identifikasi Masalah
Dalam sebuah topik penelitian, akan ditemukan identifikasi masalah yang banyak berdasarkan uraian dari latar belakang. Identifikasi masalah diperlukan dalam sebuah rancangan penelitian, agar penulis dapat melihat apa-apa saja masalah yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali dalam Marta Sri Ulina (2013:04) yang menyatakan :
“Untuk kepentingan karya ilmiah, sesuatu yang perlu diperhatikan adalah masalah penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu luas. Masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang sempit sebaliknya bila ruang lingkup masalah dipersempit, maka
7
Untuk itu dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis akan membuat identifikasi masalah agar dapat mengetahui hal-hal yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimna bentuk Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat Simalungun ? 2. Apa makna gerak yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada
5. Bagaimana musik pengiring Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat Simalungun ?
6. Bagaimana bentuk penyajian Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat Simalungun ?
C. Pembatasan Masalah
Dalam sebuah topik penelitian, akan ditemukan identifikasi masalah yang banyak berdasarkan uraian dari latar belakang. Identifikasi masalah diperlukan dalam sebuah rancangan penelitian, agar penulis dapat melihat apa-apa saja masalah yang ada. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Surakhmad (1990:36) yang menyatakan bahwa :
8
akan tetapi juga menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan dalam memecahkan masalah, waktu, ongkos, dan lain
sebagainya”
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perlunya pembatasan masalah dalam sebuah penelitian, maka untuk itu dalam penelitian ini penulis menentukan batasan-batasan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat Simalungun ? 2. Apa makna yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat
Simalungun ?
3. Apa simbol yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat Simalungun ?
D. Rumusan Masalah
Dalam sebuah penelitian, sebelum melakukan pengumpulan data di lapangan, diperlukan rumusan dari topik atau kajian yang menjadi dasar dalam melaksanakan penelitian berdasarkan dari batasan masalah yang sudah ditentukan. Dalam perumusan masalah kita akan mampu untuk lebih memperkecil batasan-batasan yang telah dibuat dan sekaligus berfungsi untuk lebih mempertajam arah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryeani (2005:14) bahwa :
9
Berdasarkan pendapat diatas, sekaligus berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut “ Bagaimana bentuk dan makna simbol yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat Simalungun.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan suatu pemikiran mengenai apa yang ingin dibahas dan diteliti dalam kegiatan penelitian. Menurut pendapat Arikunto dan Suharsini (1995:69) menyatakan bahwa “penelitian adalah suatu rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil yang diperoleh setelah penelitian ini selesai”. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan bentuk Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat Simalungun.
2. Mendeskripsikan makna yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat Simalungun.
3. Mendeskripsikan simbol yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat Simalungun.
F. Manfaat Penelitian
10
1. Sebagai bahan informasi bagi lembaga yang membutuhkan, khususnya kepada mahasiswa jurusan Sendratasik, dimana penulis menuntut ilmu di Program Studi Seni Tari.
2. Sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang bersangkutan dalam pelestarian dan perkembangan kesenian Simalungun.
3. Menjadi sumber informasi bagi para pembaca mengenai Tor-tor Ilah
Mardogei pada masyarakat Simalungun.
4. Sebagai bahan referensi bagi penulis lainnya yang hendak meneliti bentuk kesenian ini lebih lanjut.
57
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari semua penelitian yang telah diteliti dilapangan berdasarkan dengan uraian yang sudah dijelaskan mulai dari latar belakang sampai dengan pembahasan maka peneliti dapat menyimpulan keseluruhan dari hasil penelitian terhadap Tor-tor Ilah Mardogei di Huta III Silau Malela Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun sebagai berikut :
1. Tor-tor Ilah Mardogei menggambarkan tentang kegiatan masyarakat
Simalungun pada saat musim panen yang dilakukan secara bergotong-royong pada malam Rondang Bintang. Mereka bekerja sambil menari dan menyanyi. Tor-tor ini merupakan tarian berpasangan yang dilakukan secara berkelompok. Tor-tor ini ditarikan oleh muda-mudi (lelaki dan wanita). Adapun rangkaian gerak tarian ini dimulai dari gerakan manabi omei,
mardogei, manjomur omei, mangipas dan mamurpur omei, gerakan terkhir
adalah manunjung omei. Ciri khas dari Tor-tor Ilah Mardogei adalah hentakan kaki yaitu gerakan yang menandakan bahwasannya mereka sedang
Mardogei (memijak-mijak padi agar bulir padi lepas dari tangkainya).
2. Terkait dengan bentuk, pada Tortor Ilah Mardogei mencakup berbagai simbol yang memiliki makna. Adapun makna simbol yang terdapat pada geraknya, yaitu dimulai dari gerakan manabi omei (menyabit atau memotong padi), mardogei (memijak-mijak padi agar bulir padi lepas dari
58
tangkainya), manjomur omei (menjemur padi), mangipas dan mamurpur
omei (Padi dikipas agar bulir padi yang kosong terbang dan terbuang dan
akan mendapatkan hasil padi yang baik) dan gerakan terkhir adalah
manunjung omei (mengangkat padi dengan cara membawanya di atas
kepala)
3. Musik iringan pada Tortor Ilah Mardogei merupakan musik internal yang berasal dari dalam tubuh penari (hentakan kaki dan vocal).
4. Busana yang digunakan penari pada Tor-tor Ilah Mardogei untuk pria adalah Ragih Pane, Heoi bokkou. Sedangkan untuk penari wanita adalah
Hati Rongga, suri-suri dan untuk aksesorisnya yang digunakan adalah
mangei-mangei dan daun sirih.
B.Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas maka peneliti dapat memberikan beberapa saran, yaitu :
1. Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap kepada pemerintah daerah Simalungun agar memberikan perhatian khusus pada tari tradisi lainnya agar tarian yang dimiliki masyarakat Simalungun dalam penyajiannya dapat diangkat kepermukaan agar tetap menjadi seni budaya yang tetap dijunjung tinggi.
59
akan tetap dilestarikan dengan baik dan dibudidayakan kembali oleh masyarakat Simalungun
60
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Erond L. (2012). Peradaban Simalungun. Pematangsiantar : Komite Penerbit Buku Simalungun
Hariani, Dini. (2012). Makna Simbol Tor-tor Naposo Nauli Bulung pada
Masyarakat Angkola. Medan :Universitas Negari Medan.
Hidayat, Aziz Alimut. (2007). Pemecahan Masalah dalam Penelitian. Bandung Mardiana. (2007). Bentuk dan Makna Kajian Tor-tor Sombah. Medan
Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara
Mery, LA. (1986). Dance Composition The Basis Elements. Terjemahan Soedarsono. Yogyakarta : Legaligo
Nasution, Afni Dayanti. (2014). Makna Teks Tari Ilah Bolon dalam Upacara
Rondang Bintang. Medan :Universitas Negari Medan.
Nurwani. (2008) Pengantar Pengetahuan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni. Medan : Universitas Negari Medan
Ningsih, Susi Surah. (2012). Keberadaan Horja Harangan Pada Masyarakat Simalungun. Medan : Universitas Negeri Medan
Purba, Jamin. (2011). Uapacara Adat Marhajabuan Pada Masyarakat Simalungun Studi Analisis Terhadap Tor-tor. Medan : Universitas Negeri Medan
Patuha Maujana Simalungun. (2008). SINALSAL, Sahap Pakon Aksara Simalungun. : Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Simalungun Indonesia.
Royce, Anya Peterson. (2010) The Antropology of Dance Terjemahan F.X Widaryanto. Bandung : STSI Press Bandung
Soedarsono, R.M. (1976). Pengantar Pengetahuan Tari. Yogyakarta : ASTI Soedarsono, R.M. (1978) Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari.
Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia
Sri Ulina, Marta. (2013). Tor-tor Bodan Na Haudanan Sebagai Seni Pertunjukan
dalam Pesta Rondang Bintang di Kecamatan Raya Kabupaten
61
Sugiono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Surakhmad, W. (1990). Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia
Suharsini, Arikunto. (1995). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya
Yuningtyas, Risty. (2014). Perkembangan Pesta Rondang Bintang Pada Masyarakat Simalungun. Medan : Universitas Negeri Medan
62
DAFTAR ACUAN INTERNET
http://www.kebudayaanSimalungun.com
http://www.google.pengertiansampelmenurutparaahli.html http://id.m.wikipedia.org/wiki.Tor-tor