• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG KONFLIK DALAM HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN SIVITAS AKADEMIKA PERGURUAN TINGGI NEGERI DAN SWASTA : Suatu Penelitian di IKIP Bandung dan Universitas Pasundan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI TENTANG KONFLIK DALAM HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN SIVITAS AKADEMIKA PERGURUAN TINGGI NEGERI DAN SWASTA : Suatu Penelitian di IKIP Bandung dan Universitas Pasundan."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG KONFLIK DALAM HUBUNGAN

SEX LINGKUNGAN SIVITAS AKADEMIKA

PERGURUAN TINGGI NEGERI DAN SWASTA

(Suatu Penelitian di IKIP Bandung dan Universitas Pasundan)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

J&

Oleh :

SIIRIAKUSUMAHA.M 397/XVI-8

sSSPa

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG
(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAH OLEH TIM PEMBIMBING

(Prof Dr H^h^ari Fakrv Gfrfar M. Ed.)

PemDirnbing I

(Prof. Dr. H Abdul Azis Wahab M.A.) Pembimbing II

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(3)

Disyahkan oleh :

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(prnfnr H. ThAAbin Syamsuddin Makmun. M.A.)

(4)

ABSTRAK

Suriakusumah (2002)

T.,rf,il Tesis Studi Tentang Konflik Dalam Hubungan Kerja di Lingkungan Sivitas

itdemTka Pe'glan Ting'gi Negen dan Swasta (Suatu Penelitian di IKIP Bandung

dan Universitas Pasundan).

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang menjadi pemicu timbulnya

konfirdalam hubungan kerja sivitas akademika IKIP Bandung dan Universitas

Pasundan serta upaya penanggulangannya. . . , , , , „

Masalah pokok yang akan diungkapkan melalui penelitian mi adalah bagaimana

mengelola dan mengendalikan konflik pada tahap kejadian sehari-hari tahap

tantangan dan tahap pertentangan dalam hubungan kerja sivitas akadermka IKIP

Bandung dan Universitas Pasundan sehingga dapat tercapai adanya efektivitas kerja.

Indikator yang diteliti meliputi : kondisi anggota sivitas akademika dalam

melakukan penyesuaian din dengan lingkungan kerja di perguruan tinggi, kepuasan

kerja yang dialami, kemungkman terdapatnya ketegangan atau tekanan dalam

hubungan kerja, serta upaya pengembangan yang dilakukan berdasarkan sumber jems

danTahapan konflik khususnya dalam mengembangkan Model pelatihan dalam

mengelola konflik. , , ,

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif sedangkan bentuk

penelitian adalah studi kasus rnelalui tekmk wawancara dan diskusi terhadap

pimpinan Rektorat IKIP Bandung dan Universitas Pasundan, para pimpinan Fakultas,

pimpinan Jurusan, dosen dan mahasiswa baik dilakukan secara formal maupun

informal. . . .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menjadi pemicu

timbulnya konflik dalam hubungan kerja sivitas akademika IKIP Bandung dan

Universitas Pasundan meliputi : adanya perbedaan penafsiran mengenai tujuan yang

akan dicapai, ketidakseimbangan peran (tugas) dosen, kekurangtegasan sikap pihak

pimpinan, prosedur kerja yang kurang jelas serta hubungan kerja struktural antar

Fakultas yang tidak jelas dan berbeda. Demikian pula upaya penanggulangan yang

dilakukan selama ini belum menyeluruh dan tuntas sesuai dengan sumber, jenis dan

tahapan konflik, serta belum dilaksanakannya sistim pelatihan dalam mengelola

°n Atas dasar hal tersebut, diusulkan agar setiap anggota sivitas akademika IKIP

Bandung dan Universitas Pasundan selalu berupaya melakukan penyesuaian dm

dengan lingkungan kerja (akademis), ditingkatkannya kepuasan kerja melalui

manajemen terbuka, mengurangi ketegangan dan tekanan melalui komunikasi yang

berkesinambungan serta upaya pengembangan orgamsasi berdasarkan sumber jems

dan tahapan konflik, khususnya melalui peranserta anggota sivitas akademika dalam

Pelatihan mengelola konflik. Pada pelatihan mengelola konflik ini materi latihan

^erd-ri dari ^0o/- tecri tentang teknik human relations, teknik komunikasi dan tekmk

mengelola konflik serta 70% berkaitan dengan praktek dimana para peserta

dihaFapkan mampu mengidentifikasikan konflik yang akan dikaji, mengumpulkan

berbagai informasi dari berbagai sumber, mengkaji pemecahan masalah, menyusun

berbagai kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi konflik dan terakhir menyusun

rencana tindakan.

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

1. Kecenderungan Timbulnya Konflik di kalangan sivitas akademika

Perguruan Tinggi.

Dewasa ini di kalangan sivitas akademika Perguruan Tinggi terdapat

adanya kecenderungan yang kuat tentang perlunya dikembangkan hubungan yang harmonis diantara pimpinan Perguruan Tinggi , pimpinan Fakultas, pimpinan Jurusan, Dosen dan Asisten, para mahasiswa serta pegawai Tata

Usaha, guna tercapainya efektivitas kerja.

Hal ini didasarkan pada pengalaman yang menunjukkan, bahwa

interaksi diantara sivitas akademika menimbulkan benturan nilai,ide, sikap serta keyakinan din yang dapat menimbulkan konflik. Dari proses interaksi

tersebut sering menyebabkan timbulnya perbedaan maupun pertentangan

pandangan atau pendapat dari masing-masing pihak.

Pada masa lalu, konflik dianggap sebagai suatu kondisi yang sangat

membahayakan organisasi dan hal itu menunjukkan kelemahan pihak

manajer >ang harus segera dicari pemecahannya guna menghilangkan

konflik. Dewasa ini pertentangan atau konflik di dalam suatu organisasi merupakan suatu kenyataan dan merupakan hal biasa yang tidak dapat

dihindarkan dan malahan pada kondisi tertentu dapat mendorong setiap

anggota organisasi untuk berkompetisi secara sehat agar lebih berprestasi

dalam bekerja. Konflik selalu terdapat pada setiap organisasi dan melekat dalam kehidupan organisasi dan hal itu menandakan bahwa organisasi itu

hidup dan berkembang secaradinamis.

Namun demikian, dilain pihak apabila konflik tersebut kurang terawasi

dan dibiarkan berlarut-larut, akan mengarah kepada hal yang negatif dan

akan merugikan seluruh sivitas akademika.

Dengan demikian, konflik diakui keberadaannya dalam suatu

organisasi dan setiap pimpinan perlu memahami latar belakang timbulnya

(6)

untuk menarik keuntungan dalam menciptakan suasana kerja dalam

organisasi yang berguna bagi peningkatan efektivitas kerja organisasi.

Masalah konflik ini juga dialami oleh sivitas akademika di lingkungan

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung serta Universitas Pasundan. Kemungkinan terjadinya gangguan psikologis, baik psikoneurosis maupun psikosomatis terhadap sivitas akademika kedua perguruan tinggi tersebut

dapat mengakibatkan menurunnya efektivitas kerja.

Menurut dugaan penulis penyebab neurosis dewasa ini umumnya berasal dari lingkungan hidup.

Timbulnya gangguan psikoneurosis dan psikosomatis terhadap anggota

sivitas akademika merupakan akibat rasa cemas. Titik tangkap dari keluhan

yang pertama adalah pada jiwanya, sedangkan keluhan dari yang kedua

terletak pada organ-organ tubuh.

Sebagaimana diketahui bahwa suatu organisasi, instansi atau lembaga

diciptakan dengan harapan bahwa angpota organisasi memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai serta berorientasi pada

tercapainya tujuan organisasi. Namun demikian, dalam kenyataan sering terjadi bahwa seseorang ataupun sekelompok orang, baik secara sadar maupun tidak, memiliki tingkah laku yang tidak sesuai dengan tujuan organisasi.

Tujuan institusional perguruan tinggi dirumuskan dalam Tridharma Perguruan Tinggi yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 5 tahun 1980, tentang Pokok-Pokok Organisasi Universitas/ Institut Negeri,

khususnya dalam Bab II, Pasal 3, yang berbunyi:

Tugas pokok universitas/ institut adalah menyelenggarakan pendidikan

dan pengajaran di atas perguruan tingkat menengah dan yang memberikan pendidikan dan pengajaran berdasarkan kebudayaan kebangsaan Indonesia dengan cara ilmiah yang meliputi pendidikan dan

pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Selanjutnya dalam babyang sama, Pasai 4 berbunyi:

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada Pasal 3, universitas/

institut mempunyai fungsi:

(7)

b menyelenggarakan penelitian dalam rangka pengembangan

kebudayaan khususnya ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan dan

seni;

c menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat;

d. menyelenggarakan pembinaan sivitas akademika dan hubungannya

dengan lingkungannya;

e. menyelenggarakan kegiatan pelayanan administratif.

Untuk mencapa-' tujuan institusional perguruan tinggi tersebut,

diperlukan adanya kerjasama yang terpadu dan setiap anggota sivitas

akademika. Dalam pelaksanaannya kerjasama di antara sivitas akademika

sulit diterapkan akibat adanya konflik diantara anggota dalam hubungan

kerja yang mempengaruhi tingkah laku masing-masing pihak. Dalam hal ini

terdapat hubungan yang erat antara anggota sivitas akademika dengan

lingkungan tugas atau pekerjaannya yang dapat menyebabkannya

mengalami tekanan psikologis.

Tekanan psikologis dalam arti psikoneurosis dapat berupa timbulnya perasaan lelah, tertekan, perasaan tegang, kekhawatiran, rasa cemas perasaan

takut, perasaan rendah diri dan kadang-kadang dapat kehilangan rasa harga

diri.

Selanjutnya John Rowan Wilson mengungkapkan adanya neurosis

ditunjukkan oleh gejala yang berbeda-beda yaitu :

Keadaan cemas : Setiap konflik emosional menyebabkan adanya

sejumlah kecemasan tertentu. Bila konflik itu hebat, maka begitu pula

kecemasannya. Bila tidak ada penyelesaian yang mudah untuk suatu

konflik emosional yang serius, si penderita mungkin hams hidup dengan

konflik tersebut sebaik-baiknya. Kadang kala konflik itu mungkin di tekan ke bawah sadar dan kadang kala muncul, tetapi selalu

menyebabkan kecemasan besar.

Hipokondria : Bilamana si penderita neurosis yang cemas

mengungkapkan kecemasannya dan mencoba hidup dengan masalahnya,

penderita "hipokondria" mencoba melarikan diri sebagai jalan

pemecahannya. .

Seorang pekerja yang takut akan pemimpinnya mungkin mendenta

gejala-gejala kecemasan bila melihat sang pemimpin mendekati. Dia

mengeluh karena sakit. Jika sekali berhasil menghindari pertemuan yang tidak menyenangkan dengan jalan pengebatan, dia mungkin akan merasa

sakit setiap kali mengetahui adanya pertemuan lain yang tidak

mengenakkan. .

Pendenta hipokondria lebih banyak menciptakan masalah danpada

memecahkannya. Akhirnya tidak hanya kemampuan kerja, tetapi

(8)

Histeria • Kadang kala seorang neurotik akan melarikan din dan

kmfliknya dengan proses melemah sampai menampakkan gejala-gejala

fisik akan adanya penyakit yang sungguh-sungguh.

Fobia • "Fobia" berarti takut, dan fobia neurotik adalah ketakutan

irasional akan sesuatu yang menggantikan ketakutan yang sebenamya, tetapi tersembunyi.

Depresi •Depresi nuerotik adalah suatu keadaan kesedihan dan kelesuan

yang berlarut-larut . Keadaan ini mungkin diakibatkan oleh suatu

penyakit keras atau kehilangan sesuatu, dan selama im pendenta terus

menerus dihinggapi perasaan kecil hati, gagal dan rendah dm. Dia

memberi suatu tafsiran suram bahkan pada hal-hal yang berjalan baik

baginya. Depresi neurotik menunjukkan bukannya suatu pelanan dan

rasa takut tetapi justru menyerah kepada rasa takut ini.

(Wilson, 1979, h. 58-59)

Sedangkan psikosomatis merupakan suatu penyakit akibat gangguan faal

jiwa dan memperlihatkan kelaman-kelainan serta penyakit pada tubuh antara

lain : sakit kepala, tidak berdaya mengkonsentrasikan pikiran, selalu merasa

lemah , susah tidur, tidak ada nafsu makan , sakit perut, kenngat dingin,

impotensi, sakit waktu haid dan Iain-lain.

Apabila gangguan tersebut lebih tinggi kualitasnya dan dalam waktu yang

cukup lama, maka gejala yang mungkin timbul memiliki kualitas yang lebih

berat lagi seperti :tekanan darah tinggi, sakit jantung, sakit maag, penyakit

kulit dan Iain-lain dan gejala-gejala ini dialami oleh banyak anggota sivitas

akademika di perguruan tinggi.

Memang kondisi setiap orang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, sehingga terdapatnya kemungkinan adanya anggota sivitas akademika

yang dapat mengatasi masalah, sedangkan pada anggota lain menghadapi

kegagalan.Kelompok yang terakhir ini menghadapi suatu tekanan atau stress

yang sangat mengganggu stabilitas kerjanya.

W. Clay Hamner dan Dennis W. Morgan mengungkapkan pengertian stress

sebagai berikut:

Stress is defined by a set dfcircumstances under which and individual

cannot respond adequately or instrumentally to environmental stimuli, or carl so respond onlv at the c»St of excessive wear and tear on the

organism - for example, dhtonic fatigue, tension, worry, physical

damage, nervous breakdown, or loss ofselfesteem.

(9)

Apabila anggota sivitas akademika perguruan tinggi mengalami

keluhan-keluhan tersebut pada jam-jam tugasnya, dapat dibayangkan kerugian negara

atau kerugian pada individu tersebut, karena jika sivitas akademika tidak

efektifakanmenurunkan kualitas lulusan perguruan tinggi.

Guna mengatasi hal-hal tersebut di atas, diperlukan adanya hubungan kerja

yang serasi dan harmonis antara pimpinan perguruan tinggi, dekan, ketua

jurusan, dosen dan asisten, mahasiswa serta tata usaha. Salah satu upaya

dalam membina hubungan yang baik itu adalah dengan mengembangkan serta memantapkan human relations yang sesuai dengan kondisi lingkungan

perguruan tinggi guna efektivitas kerja.

Dengan pengembangan dan pemantapan human relations itu diharapkan dapat meniadakan situasi yang mengganggu, dan dapat lebih memperbaiki situasi yang telah mengarah kepada hal-hal yang baik, serta dapat dilakukan

pengadaan situasi-situasi yang membantu situasi yang baik.

b. Indikator perkembangan konflik dalam hubungan kerja

Setiap anggota sivitas akademika perguruan tinggi baik di lingkungan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung maupun Universitas Pasundan, sebagaimana manusia biasa memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu mereka tidak mampu untuk

memuaskan semua kebutuhannya dengan efisien dan ekonomis tanpa

bekerjasama dengan anggota sivitas akademika lainnya. Akan tetapi

sebagaimana sifat manusia umumnya, setiap sivitas akademika pada dasamya adalah mahluk yang egois, karena itu hendaknya dijaga agar supaya jangan sampai mereka berusaha mencapai tujuan pribadinya dengan samasekali melupakan tugas dan kewajiban mencapai tujuan lembaga

perguruan tinggi. Menurut K.E. Boulding sebagaimana dikutip oleh W. Clay

Hamner dan Dennis W. Morgan, mengemukakan ada erripat unsur dalam

konflik, yaitu "the parties, the field ofconflict, the dynamics ofthe situation, and the management control, or resolution of conflict ". (K.E. Boulding,

1978,h.342).

Yang dimaksud dengan parties dari uraian di atas, adalah pihak-pihak yang sedang berada dalam konflik dan minimal terdiri dari dua orang.

(10)

Rektor dengan Dekan, Dekan dengan Ketua Jurusan, Ketua Jurusan dengan

Dosen, Dosen dengan Mahasiswa atau diantara kelompok itu sendiri. Dengan demikian konflik dapat pula terjadi diantara para mahasiswa,

diantara para dosen, diantara para Ketua Jurusan dan seterusnya.

Unsur kedua dalam konflik, yaitu the field of conflict, atau areas of conflict atau medan laga dari konflik. Dalam kaitannya dengan masalah ini K.E. Boulding menjelaskan " the whole set of relevant possible states of

social system. "Any state ofthe social system which either ofthe parties to a

conflict considers relevant is, of course a relevant state" (K.E.

Boulding,]97S,h.342).

Dengan demikian, dalam unsur tersebut Boulding memasukkan semua

kemungkinan arah perkembangan konflik. Khusus pada penelitian ini

penulis mencoba menginventarisir keseluruhan medan laga daripada konflik berupa konflik di bidang akademis, sesuai dengan tahapan-tahapan konflik.

Selanjutnya unsur ketiga adalah the dynamics of the situation yaitu

dalam hal mana masing-masing pihak berusaha melakukan pendekatan

terhadap pihak ketiga yang dianggap memiliki kedudukan setingkat atau

lebih tinggi dan pihak yang menjadi lawannya. Situasi mi berkaitan erat dengan keadaan lingkungan dimana konflik itu sedang terjadi.

Sedangkan unsur ke empat adalah the management control or

resolution of conflict. Dalam unsur ini terkandung suatu pengertian bahwa

konflik dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, tidak secara jelas

dibedakan kapan mulainya dan kapan pula berakhimya. Dalam hubungannya

dengan masalah ini Hamner dan Morgan mengemukakan "Conflict obviously emerges out ofa preexisting situation, and it does not usually end

with a settlement, even though the intensity of the conflict may shift, as one

would expect in a dynamic situation" (W. Clay Hamner dan Dennis W.

Morgan, 1978,h.342).

Dari uraian tersebut di atas, dapat penulis rumuskan beberapa indikator

terjadinya konflik dalam hubungan kerja antara sivitas akademika,yaitu :

a. Terdapatnya perbedaan pendapat atau pandangan diantara. anggota sivitas akademika baik Rektor, Dekan, Ketua Jurusan, Dosen dan Asisten

(11)

b. Adanya perubahan yang terjadi baik berasal dari dalam lingkungan

maupun luar perguruan tinggi yang mempengaruhi setiap anggota sivitas

akademika. Pengaruh tersebut semakin lama semakin meluas terhadap

setiap anggota sivitas akademika dan dapat berupa pengaruh positif

maupun negatif.

c. Terdapatnya perbedaan harapan atau kebutuhan antara kebutuhan

organisasi perguman tinggi dengan kebutuhan anggota sivitas akademika

(Disequilibrium).

d. Terdapatnya pertentangan diantara kelompok yang ada di perguruan tinggi, misalnya antara kelompok mahasiswa dengan pihak dosen, atau

antara kelompok dosen yunior dengan dosen senior dan Iain-lain.

Dan indikator tersebut di atas, terlihat bahwa suasana kerja sangat

rnenentukan terjadinya konflik dari pihak-pihak yang sedang bersengketa .

Hubungan kerja yang demokratis serta sifat keterbukaan merupakan harapan

setiap organisasi perguruan tinggi. Ciri hubungan kerja yang demokratis

ditandai oleh adanya hubungan kerja informal. Yang dimaksud dengan

hubungan kerja informal yaitu suatu pola tata kerja yang tidak terikat pada

garis struktur organisasi. Namun di lain pihak dapat terjadi bahwa dengan

ditonjolkannya hubungan kerja informal akan berakibat kewibawaan

terhadap pimpinan dapat menurun. Sebaliknya, apabila prosedur formal

terlalu menonjol, maka akan timbul kekakuan dalam hubungan kerja. Setiap

pimpinan perguruan tinggi sebenamya dapat saja menggunakan kekuasaan

(power) dan kewenangan (authority) guna mencapai tujuan perguman tinggi

yang telah ditetapkan, namun penulis berpendapat bahwa cara seperti itu

tidak mungkin dapat dipertahankan secara terns menerus ; kondisi atau suasana yang penuh dengan tekanan dan ketegangan akan menutup kreativitas serta gairah kerja sivitas akademika. Oleh karena itu dalam

membina hubungan kerja diperlukan keserasian hubungan, baik formal

maupun informal. Dengan demikian setiap anggota sivitas akademika perguruan tinggi ciiakui kepribadiannya, diperlakukan secara wajar clan atas

dasar kewajaran itu mereka akan dapat menerima keberadaannya.

Selanjutnya penulis melihat, bahwa konflik merupakan suatu bentuk hubungan-antar manusia yang memiliki perbedaan-perbedaan, yang tidak

(12)

Pendidikan maupun di Universitas Pasundan. Hal ini diajuk

penulis berkeyakinan bahwa dimanapun orang-orang berkumpul

berhubungan baik untuk beberapa waktu maupun untuk jangka wa

panjang maka konflik akan selalu ada. Oleh karena itu merupakan tugas setiap pimpinan perguman tinggi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

konflik yang tidak pemah akan berhasil untuk dihilangkan samasekali. Demikian pula berbagai macam tantangan yang dihadapi para sivitas

akademika dalam pembahan sosial di masyarakat luas yang begitu cepat,

apalagi dalam era reformasi dewasa ini, menambah banyaknya permasalahan

konflik yang dihadapi.

Penulis dalam hal ini berpendapat, bahwa apabila pimpinan perguruan

tinggi mampu menemukan sebab-sebab serta sumber-sumber konflik yang terjadi diantara sivitas akademika (dalam hal ini adalah pimpinan IKIP

Bandung mewakili perguman tinggi negeri dan pimpinan Universitas Pasundan yang mewakili perguruan tinggi' swasta), mengetahui jenis-jems

konflik dan dalam hal apa saja terjadi frustrasi, mengetahui tahapan-tahapan konflik, mengadakan koreksi mengenai pendekatan human relations yang selama ini dilakukan, maka upaya untuk mewujudkan keharmonisan hubungan kerja di kemudian hari akan lebih efektif.

B. Perumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang masalah penelitian seperti diuraikan di atas, sudah dapat

ditarik suatu pemikiran bahwa masalah pokok yang akan diungkapkan melalui

penelitian ini adalah meneliti bagaimana mengelola dan mengendaUkan konflik

pada tahap kejadian sehari-hari, tahap tantangan dan tahap pertentangan dalam hubungan kerja sivitas akademika IKIP Bandung dan Universitas Pasundan

sehingga dapat tercapai adanya efektivitas kerja.

Guna memudahkan perumusan masalah penelitian tesis ini, berikut ini akan

penulis jelaskan makna yang terkandung dalam judul tesis, yaitu :

1. Yang dimaksud dengan konflik dalam tesis ini adalah suatu benturan

atau ketidak sesuaian pendapat, pandangan atau ide yang terjadi pada

setiap sivitas akademika yang timbul karena adanya kekurangan atau ketidakmampuan pada pihak diri. Di samping itu terjadinya konflik

(13)

lingkungannya.

Sebagaimana diketahui

bahwa setiap organisasi

perguruan tinggi memiliki suatu sistem. Sistem inilah yang menyatukan

bermacam bagian yang terdapat di dalam organisasi agar terwujudnya

kerjasama dari masing-masing bagian. Kerjasama ini diusahakan untuk

terns dipertahankan. Di sinilah mulai timbul sumber pertentangan,

karena demi efisiensi kerja diperlukan adanya kekuasaan, struktur

maupun prosedur-prosedur guna menghindari terjadinya pemecahan dari

bagian-bagian yang ada.

Dengan demikian, konflik dapat terjadi karena masing-masing pihak

yang berbeda tugasnya tidak dapat menerapkan keserasian,

keseimbangan dan keselarasan dalam mencapai tujuan organisasi

perguman tinggi.

Di samping itu terdapat pula adanya unsur-unsur baik yang datang dan

dalam maupun luar perguman tinggi yang .tidak sependapat mengenai

tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi. Terdapatnya

perubahan-pembahan sosial di masyarakat, perbedaan adat serta kebiasaan,

perbedaan tingkat pengetahuan dan ketrampilan dari sivitas akademika

mempakan pula faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya konflik. Akibat dari konflik ini, menyebabkan setiap anggota merasa tidak dapat mencapai tujuannya. Apabila anggota sivitas akademika

merasa bahwa ia dihalangi atau dihambat dan mereka tidak mampu untuk melawan, maka akan timbullah frustrasi. Fmstrasi ini kemudian

dapat berbentuk agresi, yaitu anggota yang mengalami kegagalan lalu

bertindak agresif baik langsung maupun tidak langsung terhadap obyek

yang menyebabkan kegagalan tadi. Atau dapat bempa regresi, yaitu anggota yang bersangkutan memperlihatkan tingkah laku yang mundur

dan kemungkinan ia lari dari kenyataan. Dalam keadaan yang demikian

penulis berpendapat bahwa anggota sivitas akademika tersebut akan sering bolos, sedangkan mereka yang mengalami frustrasi dan menjadi

agresif akan memberikan perlawanan, baik secara tertutup maupun secara terbuka. Konflik yang berkembang dan dibahas dalam tesis ini

erat hubungannya dengan berbagai benturan yang dihadapi pimpinan

perguman tinggi, dekan, ketua jurusan, dosen serta para mahasiswa baik

(14)

2. Yang dimaksud dengan hubungan kerja adalah aturan per ia$jgR|jpP. ||

kerjasama antar pejabat, dosen, mahasiswa atau antar unird^^

baik secara intern organisasi maupun secara ekstem.. Vo^st**^,

Dalam hubungan kerja sivitas akademika baik di IKIP Bandung

Universitas Pasundan, dibatasi dalam hubungan kerja akademik guna

meningkatkan semangat kerja dosen, terciptanya saluran komunikasi

yang efektif, menumbuhkan sikap dan perbuatan anggota sivitas

akademika yang positif serta menumbuhkan suasana kerja yang menyenangkan serta mampu mendukung efektivitas kerja. Sebagaimana diungkapkan oleh Murdick dan Ross " Effectiveness is the degree to which the organization achieves its goals " (Murdick and Ross, 1983, h.93). Selanjutnya Reddin mengemukakan pandangannya mengenai

efektivitas secara komprehensif sebagai berikut:

Managerial effectiveness : The extent to which a manager achieves the output requirements of his position.

Effectiveness areas : General output requirements of managerial

position.

Effectiveness standards : Specific output requirements and measurement

criteria of a managerial position. (Reddin,1971h.23)

Dari pandangan Reddin tersebut terlihat bahwa dalam konsep efektivitas terdapat adanya suatu kondisi yang melukiskan adanya pengaruh dari suatu performansi sistem dalam bentuk keluaran (output) yang dihasilkan oleh suatu jabatan managerial. Efektivitas kerja sivitas akademika perguman tinggi menumt penulis apabila dikoordinasikan secara baik

dengan setiap anggota organisasi di lingkungan IKIP Bandung maupun

Universitas Pasundan, maka akan tercapai efektivitas perguruan tinggi

secara keselurahan dan hal ini berarti tujuan perguman tinggi dapat

diwujudkan. Dengan mempcrhatikan berbagai aspek yang terdapat dalam pennasalahan yang menjadi obyek penelitian ini, penulis dapat

merumuskan berbagai pokok masalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini pertama-tama mencoba menemukan apakah anggota

sivitas akademika IKIP Bandung dan Universitas Pasundan mampu

(15)

11

perguman tinggi, apakah terdapat hambatan dalam penyesuaian diri

tersebut.

b. Penelitian ini juga mempennasalahkan mengenai kepuasan kerja

yang dialami sivitas akademika, terutama kepuasan yang diperoleh

dengan memperkecil kesenjangan antara harapan dengan kenyataan

yang ada di lapangan. Dengan dipenuhinya kebutuhan anggota sivitas

akademika, maka kepuasan kerja akan terwujud.

c. Penelitian ini juga ingin mengungkapkan tentang kemungkinan

terdapatnya ketegangan ataupun tekanan yang dihadapi sivitas

akademika yang akan mengarah kepada fmstrasi.

d. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengungkapkan berbagai upaya pengembangan termasuk berbagai kebijakan pimpinan perguruan tinggi dalam menerapkan berbagai macam cara pendekatan berdasarkan sumber, jenis dan tahapan konflik. Dalam

upaya pengembangan ini penulis irigin mengetahui apakah telah

Jiterapkan berbagai pelatihan (training) khususnya yang berkaitan

dengan pelatihan dalam mengelola konflik sehingga efektivitas kerja

IKIP Bandung dan Universitas Pasundan dapat dicapai.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bagaimana pimpinan mampu mengelola dan mengendalikan konflik yang berkaitan dengan kemampuan melakukan penyesuaian diri, diperolehnya kepuasan kerja,

ditiadakannya ketegangan atau tekanan serta dilakukannya upaya

pengembangan sivitas akademika sesuai dengan tahapan konflik yaitu

konflik tahap satu berkaitan dengan peristiwa sehari-hari, konflik tahap

dua berkaitan dengan tantangan dan konflik tahap tiga berkaitan dengan

pertentangan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran

(16)

12

tinggi negeri dan swasta, khususnya IKIP Bandung dan Universitas

Pasundan.

2. Tujuan Khusus

Beberapa tujuankhusus penelitian iniadalah:

a Untuk memperoleh informasi mengenai kondisi anggota sivitas

akademika dalam melakukan penyesuaian. diri dengan lingkimgan kerja di

perguman tinggi.

b. Untuk memperoleh informasi tentang kepuasan kerja yang dialami sivitas

akademika dalam hubungan kerja akademis.

c. Untuk mengungkapkan kemungkinan adanya ketegangan atau tekanan

yang dihadapi sivitas akademika dalam hubungan kerja akademis.

d. Untuk mengevaluasi upaya pengembangan termasuk berbagai kebijakan

pimpinan perguruan tinggi dalam menempuh berbagai macam cara

pendekatan berdasarkan sumber, jenis dan tahapan konflik khususnya

dalam menyusun Model pelatihan mengelola konflik.

D. Manfaat Yang Diharapkan Dapat Dicapai.

Sebagaimana telah dikemukakan pada judul maupun pembahasan pokok

permasalahan , bahwa penelitian ini ditujukan kepada dua perguman tinggi

yaitu Institut Keguman dan Ilmu Pendidikan Bandung yang mewakili perguman tinggi negeri dan Universitas Pasundan yang mewakili perguman tinggi swasta.

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik teoritis maupun

praktis.

Secara teoritis penelitian ini dimaksudkan untuk menguji keberlakuan berbagai

konsep dan teori tentang human relations, konflik manajemen, efektivitas kerja,

komunikasi dan hubi-ingan kerja akademis di lingkungan perguruan tinggi negeri

dan swasta.

Secara praktis penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan nilai praktis yang lebih tinggi, khususnya bagi Institut Keguman dan Ilmu Pendidikan Bandung dan Universitas Pasundan yang penulis teliti, temtama sebagai suatu

masukan bam dalam membina hubungan kerja diantara sivitas akademika.

Manfaat yang secara khusus diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini

dapat diperinci sebagai berikut:

1. Dengan diketahuinya sumber-sumber atau pemicu timbulnya konflik

(17)

13

baik di lingkungan IKIP Bandung maupun Universitas Pasundan akan lebih

mudah mengidentifikasi dan merumuskan langkah-langkah

penanggulangannya secara tepat sesuai dengan kondisi perguruan tinggi

masing-masing. Dengan demikian akan dapat ditentukan kebijakan untuk

meniadakan situasi yang mengganggu, lebih memperbaiki situasi yang telah

mengarah menjadi baik serta pengadaan situasi-situasi yang membantu situasi

yang baik.

2. Dengan diketahuinya data tentang jenis konflik yang sering muncul serta

pada tahap mana konflik berkembang, baik tahap satu, tahap dua atau tahap

tiga, maka akan dapat dicari langkah pemecahannya serta aspek-aspek mana

yang tinggal dipertahankan dan dikembangkan.

3. Dengan diketahuinya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang

dihadapi sivitas akademika baik di IKIP Bandung maupun Universitas

Pasundan, maka akan dapat ditentukan kebijakan-kebijakan apa yang perlu

diperiontaskan, diperbaiki dan dikembangkan oleh pihak pimpinan perguman

tinggi.

4. Dengan diketahuinya pengaruh konflik terhadap hubungan kerja akademik,

maka setiap anggota sivitas akademika baik pihak pimpinan, staf maupun

dosen dan para mahasiswa akan dapat melakukan introspeksi terhadap diri

masing-masing, dimana kelemahan-kelemahan mereka serta dimana

kelebihan pihak lainnya, untuk kemudian diadakan upaya perbaikan dan

meningkatkan kerjasama yang efektif.

Ke empat manfaat yang diharapkan dapat dicapai melalui penelitian ini, baik

secara terpisah maupun dalam bentuk suatu kebulatan yang terpadu, diharapkan

akan dapat memberikan dasar bagi upaya peningkatan hubungan kerja yang

jefektif bagi sivitas akademika di lingkungan Institut Keguman dan Ilmu

Pendidikan Bandung serta Universitas Pasundan.

E. Model Penelitian

Pada bagian ini akan digambarkan model penelitian tests ini, yaitu

ringkasan dari kettfrrgka berfikir yang mengandung variabel yang diteliti

(18)

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir

Hubungan Kerja

Sivitas Akademika

1. Rektor

2. Dekan

3. Ketua Jurusan

4. Dosen

5. Mahasiswa

^

*

:

;

Konflik

Tahap 1

Peristiwa sehari-hari

Tahap 2

Tantangan

Tahap 3

Pertentangan

Upaya Pendekatan 1. Mencari sumber

konflik

2. Menekan frustrasi

3. Mengembangkan pola komunikasi

4. Kebijakan

pimpinan yang

efektif %

(Pelatihan meng-. elola Konflik)

1. Penyesuaian diri /

keluwesan

2. Kepuasan kerja

3. Ketiadaan

ketegangan /

tekanan

4. Pengembangan

Efektivitas

(19)
(20)

BABUl

PROSEDUR PENELITIAN

Pada bagian pendahuluan (BAB I), telah dikemukakan tentang latar belakang

masalah penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan yang hendak dicapai

dengan penelitian yang dilakukan serta manfaat yang diharapkan dapat dicapai.

Pada bagian ini dikemukakan tentang hal yang berkenaan dengan tujuan operasional,

sumber data yang meliputi lokasi penelitian serta populasi dan sampel, bagaimana cara yang dilakukan unluk mendapatkan data tersebut dan bagaimana cara

menganalisisnya.

A. Tujuan Operasional

Penelitian ini secara khusus dimaksudkan untuk meneliti faktor-faktor yang

menjadi pemicu timbulnya konflik dalam hubungan kerja sivitas akademika IKIP

Bandung dan Universitas Pasundan serta upaya penanggulangannya.

Tata cara pendekatan dilakukan dengan membandingkan teori tentang konflik dengan

pelaksanaannya di lapangan.

Oleh karena mang lingkup penelitian yang sangat luas maka dalam penelitian

ini dibatasi pada permasalahan konflik yang dihadapi dosen (sebagai tenaga edukatif) .. dan para mahasiswa yang dapat timbul akibat dari berbagai kebijakan yang

dikeluarkan oleh para pimpinan mulai dari Rektor, Dekan, Ketua Jumsan maupun

dari tindakan dan perilaku dosen dan para mahasiswa itu sendiri, baik di IKIP

Bandung maupun di Universitas Pasundan.

Upaya pendekatan yang dilakukan terhadap konflik dalam hubungan kerja akademik

sebagaimana yang sudah dikemukakan pada bab pendahuluan meliputi:

1. Sumber-sumber atau sebab timbulnya konflik serta jenis-jenis pertentangan yang

dapat menghambat tercapainya tujuan IKIP Bandung dan Universitas Pasundan.

2. Timbulnya fmstrasi di kalangan sivitas akademika IKIP Bandung dan Universitas Pasundan, baik bempa frustrasi toleransi atau frustrasi emosional serta

pengaruhnya terhadap kinerja sivitas akademika.

(21)

87

3. Mengungkapkan pola komunikasi yang dikembangkan dalam hubungan kerja

diantara sivitas akademika IKIP Bandung dan Universitas Pasundan.

4. Mengungkapkan berbagai kebijakan yang telah dilakukan oleh unsur pimpinan

perguruan tinggi dalam menerapkan teknik human relations serta upaya apa yang perlu dilakukan agar teknik pendekatan tersebut lebih berhasil.

Sedangkan evaluasi hubungan kerja yang efektif dilakukan dengan membandingkan teori efektivitas organisasi dengan pelaksanaannya di lapangan.

Dalam penelitian ini digunakan kriteria efektivitas organisasi sebagai berikut:

1. Kemampuan menyesuaikan diri - keluwesan.

2. Kepuasan kerja.

3. Ketiadaan ketegangan/tekanan.

4. Pengembangan.

(Richard M. Steers,!977,h.52)

Kriteria efektivitas organisasi ini sesuai dengan argumentasi Georgopolous dan

Tannenbaum yang dikutip Richard M. Steers berikut ini:

Namun karena alasan-alasan teoritis, sebaiknya kita memandang konsep

efektivitas organisasi dari sudut pandangan sistem itu sendin dan keselumhan

organisasi yang sedang dibahas dan bukan dari sudut beberapa bagiannya atau dari sudut masyarakat yang lebih luas.

Selanjutnya, kriteria yang diusulkan hams relevan terhadap sistem dan dapat

diterapkan di semua bagian organisasi.

(Richard M. Steers, 1977, h.47)

Dalam hubungannya dengan sivitas akademika perguruan tinggi, penulis

bertitik tolak dari pendapat Edgar L. Morphet yang mengemukakan : "However, the

ultimate purpose of an organization is not to establish conditions that increase

administrative efficiency but to establish conditions that will enhance the

effectiveness of the organization in attaining its goals" (Edgar L. Morphet,1982,h.69).

Dengan demikian diharapkan efektivitas kerja sivitas akademika baik di IKIP

Bandung maupun di Universitas Pasundan dapat dicapai.

Pada sisi lain, diharapkan pula bahwa penelitian ini dapat menjariiig

pennasalahan konflik yang dihadapi sivitas akademika IKIP Bandunbg dan

Universitas Pasundan, sehingga dapat menjadi masukan bagi pimpinan kedua

(22)

88

datang dan minimal dapat memberikan informasi yang jelas mengenai masalah

konflik yang dihadapi dewasa ini.

B. Sumber Data

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di IKIP Bandung dan Universitas Pasundan,

masing-masimg mewakili perguman tinggi negeri dan swasta, temtama ditujukan kepada . permasalahan konflik yang dihadapi sivitas akademika dewasa ini dalam

melaksanakan tugasnya.

Dalam usahanya membina kader-kader tenaga kependidikan, maka IKIP Bandung membina para mahasiswa lewat enam Fakultas dan Program Pasca Sarjana yaitu :

a. Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), b. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial (FPIPS), c. Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), d. Fakultas

Pendidikan matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA), e. Fakultas

Pendidikan Teknologi dan Kejuman (FPTK), f. Fakultas Pendidikan Olah Raga

dan Kesehatan (FPOK), dan Program Pasca Sarjana (PPS).

Jumlah jumsan yang ada dalam fakulas seluruhnya adalah 33 buah, dengan 42

jenis program studi.

Penelitian berikutnya dilaksanakan di Universitas Pasundan Bandung.

Universitas Pasundan membina para mahasiswa melalui enam Fakultas, yaitu . a. Fakulas Hukum, b. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, c. Fakultas Teknik

Industri, d. fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, e. Fakultas Ekonomi dan f.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penelitian yang dilakukan baik di IKIP Bandung maupun Universitas Pasundan,

di samping ditujukan kepada dosen dan mahasiswa, juga para unsur pimpinan

yang menentukan kebijakan seperti Rektor, Dekan dan Ketua Jumsan.

Penulis merasa tertarik melaksanakan penelitian di IKIP Bandung karena

perguruan tinggi ini telah menerapkan ide pembahaman pendidikan, sejak

(23)

89

Pendidikan Tenaga Kependidikan atau PPSPTK.Selain itu pula IKIP Bandung terus menerus bempaya memngkatkan budaya akademik yang diarahkan pada

meningkatkan citra IKIP Bandung sebagai lembaga ilmiah, edukatif dan religius.

Sedangkan alasan penulis memilih Universitas Pasundan mewakili perguruan

tinggi swasta sebagi objek penelitian adalah :

a. Universitas Pasundan sebagai perguruan tinggi swasta, dari tahun ke tahun

menunjukkan peningkatan prestasinya di antara perguruan tinggi swasta di

Jawa Barat yang menghadapi cukup banyak permasalahan konflik dalam

perkembangannya.

b. Universitas Pasundan sedang menerapkan Total Quality Management (TQM),

yaitu suatu sistem manajemen yang bemsaha memanfaatkan potensi manusia

dalam meningkatkan mutu secara berkesinambungan. Sistem ini

menggunakan pendekatan sistem, bekerja secara lintas sektoral, melibatkan

seluruh sivitas akademika pada setiap level serta menekankan pada pembahan

secara berkesinambungan menuju sukses.

c. Sebahagian besar dosen-dosen IKIP Bandung bertugas dan memberi kuliah di

Universitas Pasundan di samping dosen dan perguman tinggi negeri lainnya

sehingga memudahkan menemukan berbagai penyebab konflik yang timbul di

kedua perguman tinggi tersebut karena adanya saling keterkaitan

permasalahan yang dihadapi.

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah "totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari

sifat-sifatnya " (Sudjana, 1992 : 6).

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi ialah keselumhan karaktenstik konflik dalam hubungan kerja akademik yang dihadapi para dosen dan mahasiswa

IKIP Bandung dan Universitas Pasundan.

Di samping para dosen dan mahasiswa, juga peneiitian dilakukan terhadap unsur

pimpinan kedua perguruan tinggi tersebut karena kebijakan yang dikeluarkan

(24)

90

Benkut ini dapat dilihat populasi dan distnbusi dosen IKIP Bandung dan

Universitas Pasundan berdasarkan latar belakang pendidikan.

Pengambilan knteria populasi berdasarkan latar belakang pendidikan, karena

penulis menduga permasalahan konflik dalam hubungan kerja akademik yang

dihadapi dosen dan mahasiswa cenderung bersumber dan aspek tersebut.

Dosen, berbeda halnya dengan tenaga kependid.kan pada lembaga pendidikan

dasar dan menengah, memiliki kewenangan atau otoritas yang lebih dominan

dalam proses "mengolah" para mahasiswa, sehingga latar belakang pendidikan

dosen lkut menentukan hubungan kerja akademik.

Atas dasar knteria tersebut di atas, maka penncian anggota populasi dapat

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi distribusi dosen IKIP Bandung berdasarkan pendidikan

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. FAKULTAS FIP FPIPS FPBS FPMTPA FPTK FPOK

LATAR BELAKANG PENDIDIDKAN

Sarjana 259 137 134 102 145 67 844 Magister 69 84 65 88 37 28 371 Doktor 25 26 8 15 5 4 83 JUMLAH 353 247 207 205 187 99 1298 JUMLAH

Sumber : Informasi IKIP Bandung, 1998 , nQ8

Dengan demikian jumlah seluruh dosen IKIP Bandung adalah sebanyak 1298

orang yang hams melayani sebanyak 15.514 mahasiswa jenjang SI dan SO.

Selanjutnya dapat dilihat populasi distnbusi dosen Universitas Pasundan :

Tabel 3.2 Populasi distribusi dosen Universitas Pasundan berdasarkan

pendidikan No. PENDIDIKAN SARJANA MAGISTER DOKTOR JUMLAH

JUMLAH | PROSENTASE

207 57 6 270 76,7 21,1 2,2 100

Sjmbcr : Lembaga Penelitian UNPAS, 1997

Jumlah dosen Universitas Pasundan sebanyak 270 orang mempakan dosen tetap

(25)

perguman tinggi negeri dan praktisi sebanyak 180 orang untuk melayam 7180

mahasiswa.

Penelitian yang dilakukan di Universitas Pasundan dibatasi pada dosen tetap yaitu dosen bantuan Kopertis dan dosen Yayasan, sesuai dengan kewenangan

profesi dosen tetap berdasarkan pendidikan dan jabatan fungsional. Untuk

jelasnya dapat dilihat dan tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3 Kewenangan profesi dosen tetap Universitas Pasundan berdasarkan

pendidikan dan j abatan tun;jsionsil

~-~~-~^_^ PENDIDIKAN

SARJANA MAG1STER DOKTOR JUMLAH

JABATAN ^ - ^

Tenaga Pengajar 58 2 1 61

Asisten Ahli Madya 41 9 2 52

Asisten Ahli 38 7 n 45

Lektor Muda 37 15 1 53 ( 1 )

Lektor Madya 15 12 0 27 (VI)

Lektor 9 6 1 16 (10)

Lektor Kepala Madya 2 4 / 0 6 (6)

Lektor Kepala 7 0 0 7 (7)

Gupj Besar Madya 0 2 1 j (3)

Guru Besar 0 0 0 0 (0 )

JUMLAH 207

• —

57 6 270 (45)

Sumber: Lembaga Penelitian UNPAS, 1997

Selanjutnya dengan menggunakan teknik sampling purposif penulis mencoba

untuk menarik sampel penelitian.

Menumt Sudjana, "Sampling purposif dikenal juga sebagai sampling pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti. Sampling purposif akan baik hasilnya ditangan seorang ahli yang mengenai populasi dan yang dapat

segera mengetahui lokasi masalah-masalah yang khas".

(Sudjana, 1992 : 168)

Berdasarkan hal tersebut penulis mempertimbangkan penankan sampel

(26)

92

Tabel 3.4 Ukuran sampel dan proporsi penyebaran di IKIP Bandung dan

Universitas Pasundan

No Perguruan Tinggi 1. IKIP Bandung

Universitas Pasundan JUMLAH Anggota Sivitas Akademika Rektor Mantan Rektor Pimpinan FIP Pimpinan FPIPS Pimpinan FPMTPA Ketua Jurusan Dosen Mahasiswa Rektor Pimpinan FKIP Pimpinan FIS1P Pimpinan FTI Ketua Jurusan Dosen Mahasiswa Banyak 30 120 1 1 1 1 3 30 120 315 Keterangan Periode 1988

Adpen. PMPKN

-Pendidikan Fisika

Pendidikan SI-S2-S3

Periode 1988

PMPKN- Adm. Negara Teknik Industri Pendidikan S1-S2-S3

rSarTT^TTleTs^i^^

secara purposif, yang dapat mencermmkan populasi yang diteliti. Alasan ini

diperkuat dari pendapat Prof. Dr. S. Nasution, MA. yaitu :

Sampling yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga

relevan dengan disain penelitian. Peneliti akan bemsaha agar dalam sampel itu

terdapat wakil-wakil dan segala lapisan populasi. Dengan demikian

diusahakannya agar sampel itu memiliki ciri-ciri yang esensial dan populasi

sehingga dapat dianggap cukup representatif. Cin-ciri apa yang esensial, strata

apa yang harus diwakili, bergantung kepada penilaian atau pertimbangan atau

judgement peneliti.

(S. Nasution, 1982, h. 113)

Dari ukuran sampel tersebut di atas, penulis memperkirakan dapat mewakili

populasi dari sivitas akademika IKIP Bandung dan Universitas Pasundan.

C Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Penelitian

(27)

c.

termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat mengenai fte^j&n^ginj:-. '

sesuatu, dapat pula memberikan gambaran tentang keadaan yang ada^S.Nasulion,

1982, h. 36)

V^~Vsi

Studi kasus juga mempakan penelitian secara mendetail terhadap suafirteadaarP atau suatu subjek tunggal, atau suatu dokumen, atau suatu peristiwa penting. (R.C.

Bogdan dan S.K. Biklen, 1982, h. 58)

Selanjutnya perlu diketahui bahwa studi kasus merupakan studi secara intensif

mengenai latar belakang, status masa kini dan interaksi-interaksi dari suatu unit

sosial, seperti individu, kelompok, lembaga atau masyarakat (S. Issac dan W.B.

Michael, 1982, h. 48).

Dengan studi kasus sebagai suatu studi intensif terhadap suatu permasalahan,

maka berbagai teknik penelitian dapat dilakukan, seperti observasi, wawancara,

angket, studi dokumentasi dan Iain-lain. Di samping itu, studi kasus dapat

melibatkan berbagai pihak yang dapat dijadikan sebagai sumber mfonnasi yang

dibutuhkan dalam hubungan dengan permasalahan yang ditehti.

Digunakannya metode studi kasus dalam penelitian ini, didasarkan pada beberapa

pertimbangan sebagai berikut

a. Bahwa permasalahan konflik, melibatkan berbagai unsur sivitas akademika

yang berkaitan dengannya, seperti pimpinan Institut atau Universitas, Dekan,

Ketua Jumsan, para dosen dan asisten serta para mahasiswa, dan hal ini

memeriukan berbagai teknik untuk memperoleh informasi-informasi yang

dibutuhkan.

b. Permasalahan konflik dan frustrasi sebagai suatu kondisi psikologis yang

dilatarbelakangi oleh berbagai macam hal pada sivitas akademika IKIP Bandung dan Universitas Pasundan sulit untuk diungkapkan hanya dengan

menggunakan data kuantitatif saja dan hanya melalui beberapa indikator saja,

karena permasalahan yang dihadapi bersifat tertutup (closed area), dan hanya dapat dirasakan oleh masing-masing individu yang bersangkutan saja.

Dalam menilai efektivitas kerja sivitas akadenuka IKIP Bandung dan

(28)

94

saja, karena melibatkan berbagai aspek penilaian dan menyangkut berbagai

pihak yang pertentangan di perguruan tinggi.

d. Dengan hasil studi kasus, memungkinkan temjinya kebenaran teori-teori yang dijadikan sebagai dasar (asumsi) yang digunakan dalam penelitian ini.

Dengan studi kasus, maka permasalahan dalam penelitian ini akan dicoba

ditelaah secara mendalam melalui pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

dikembangkan guna memperoleh data yang diperlukan.

Pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut, mempakan rambu-rambu atau

pedoman di dalam memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan.

Dengan menggunakan metode studi kasus, penelitian ini tidaklah

dimaksudkan untuk menguji hipotesis, akan tetapi menjawab berbagai pertanyaan

penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Rangkaian kegiatan yang penulis lakukan dalam upaya pengumpulan data,

meliputi berbagai langkah mulai dari persiapan pelaksanaan pengumpulan data, sampai dengan data tersebut diklasifikasikan dan dikonstruksi dalam laporan

penelitian.

Secara terperinci kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah

sebagai berikut:

a. Tahapan persiapan

Berdasarkan surat pengantar yang dikeluarkan oleh Program Pasca Sarjana IKIP Bandung yang ditemskan kepada Rektor IKIP Bandung, penulis

menghubungi Direktorat Sosial Politik Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat, khususnya untuk mengadakan penelitian pada Instansi di luar IKIP Bandung, yaitu Universitas Pasundan. Sedangkan untuk penelitian di lingkungan IKIP

Bandung, cukup dengan surat pengantar dari Rektcr IKIF Bandung.

b. Tahap pengumpulan data

Perekaman data hasil wawancara dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama

dengan wawancara yang berstmktur, yaitu penulis telah mempersiapkan rumusan

(29)

95

wawancara yang jawabannya langsung dicatat oleh pewawancara. Kedua, adalah

wawancara tak berstruktur dimana penulis mengajukan berbagai macam

pertanyaan tentang konflik yang dihadapi sivitas akademika IKIP Bandung dan

Universitas

Pasundan secara bebas sehingga responden secara spontan

mengeluarkan segala sesuatu yang ingin dikemukakannya sehingga dapat

memperkaya pandangan peneliti tentang permasalahan konflik.

Teknik pengamatan (observasi), penulis lakukan untuk memperoleh

informasi tentang perilaku sivitas akademika dalam hubungan kerja akademik

sehari-hari baik diantara para mahasiswa, antara dosen serta diantara para staf

pimpinan. Observasi dilakukan pada waktu pertemuan dosen, perkuliahan dengan

para mahasiswa atau pada rapat-rapat di Jumsan dan di tingkat Fakultas.

Observasi ini penulis lakukan baik sebagai partisipan maupun sebagai non

partisan, sehingga dapat mengumpulkan keterangan yang diperlukan.

Studi dokumenter dilakukan dengan mempelajari berbagai berkas-berkas

tentang mahasiswa yang gagal (drop-out), dosen-dosen yang pindah instansi

karena alasan -alasan tertentu, berkas-berkas kenaikan pangkat dosen, evaluasi

beban kerja dosen, serta berbagai berkas lainnya yang dapat memberikan

gambaran tentang situasi konflik yang dihadapi baik yang terdapat di Jurusan

maupun Fakultas, khususnya di IKIP Bandung dan Universitas Pasundan.

D. Pedoman Pengolahan dan Analisis Data

Sesuai dengan sifat penelitian ini sebagai penelitian kualitatif, maka data yang

diperoleh diolah dan dianalisis secara kualitatif.

Data yang dapat dihimpun melalui teknik pengumpulan data seperti yang telah

dikemukakan, kemudian diolah dengan memperhatikan prosedur pengolahan data

sebagai berikut :

1. Pemeriksaan terhadap berkas dan dokumen yang sudah dikumpulkan,

2. Mengelompokkan hasil wawancara, baik wawancara berstiuktur maupun

wawancara tidak berstruktur yang jawabannya ditolis oleh pewawancara.

(30)

96

Berdasarkan prosedur tersebut dapat diperoleh data yang memberikan gambaran

variabilitas berbagai sumber konflik, serta jenis-jenis pertentangan yang dihadapi

Sivitas akademika IKIP Bandung dan Universitas Pasundan yang dapat menghambat

tercapainya tujuan perguruan tinggi. Melalui cara bertahap seperti itu akan

tergambarkan secara sistematik performansi konflik yang dihadapi sivitas sivitas

akademika IKIP Bandung dan Universitas Pasundan yang dapat menghambat

tercapainya tujuan perguman tinggi.

Gambaran variabilitas itu diduga menimbulkan corak atau performansi konflik secara

menyelumh mulai dari Rektor, Dekan, Ketua Jumsan, Dosen serta para mahasiswa.

Berikut dilakukan upaya untuk merekonstruksi dan mendeskripsikan pengaruh konflik tersebut terhadap efektivitas kerja sivitas akademika IKIP Bandung dan Universitas Pasundan berdasarkan kriteria hubungan kerja akademik yang efektif

sebagaimana dikemukakan pada tujuan operasional penelitian im.akademika

sekaligus dengan kriteria evaluatiftentang efektivitas organisasi yang meliputi :

a. Kemampuan menyesuaikan diri, keluwesan dari anggota sivitas akademika

terhadap berbagai macam aturan dan kebijakan yang telah digariskan oleh

pimpinan IKIP Bandung serta pimpinan Universitas Pasundan dan penyesuaian

diri antara seseorang dengan orang lain dalam hubungan kerja akademik.

Dalam hubungan antar individu tersebut, diharapkan seseorang dapat lebih

mengenai dirinya dan dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain dapat lebih

mengenai perilaku rekan sekerja, sebagai anggota organisasi baik IKIP Bandung

maupun Universitas Pasundan dapat memilih strategi yang tepat untuk berbuat

sebagaimana staf yang dinamis terhadap pimpinannya, sebagai sumber informasi

yang giat dipertukarkan terhadap teman setingkatnya, sebagai pengambil

keputusan yang demokratis terhadap bawahannya, sebagai tenaga pendidik yang

profesional dalam melaksanakan tugasnya serta sebagai mahasiswa yang kreatif

dalam melaksanakan Tri Dharma Perguman Tinggi.

b. Kepuasan kerja, yaitu di pihak dosen adanya perasaan senang dan bangga bekerja

sebagai tenaga edukatif, adanya motivasi pengembangan diri sedangkan di pihak

(31)

97

hasrat untuk meningkatkan prestasi belajarnya, meningkatnya pengetahuan dan

sikap terhadap cara belajar dan di pihak pengambil keputusan (Rektor, Dekan dan

Ketua Jurusan) terdapat adanya perasaan bangga akan keberhasilan

kepemimpinannya.

c. Ketiadaan ketegangan/tekanan, khususnya pada sivitas akademika IKIP Bandung

dan Universitas Pasundan yang tergambarkan dalam hubungan kerja. Juga akan

terlihat dari semakin berkurangnya keluhan-keluhan sivitas akademika dalam

melaksanakan tugasnya sehari-hari.

d. Pengembangan sivitas akademika, dalam hal im ditinjau dan tiga sudut

pandangan, yaitu :

1) Pengembangan tingkah laku,

2) Pengembangan pengetahuan,

3) Pengembangan ketrampilan

Pengembangan tingkah laku, dalam arti bahwa setelah setiap anggota sivitas

akademika mengkaji ulang masing-masing tugasnya yang secara minimal dapat ia

terima, kemudian harus memilih strategi yang tepat guna menyelesaikan tugas-tugas

tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan tingkah laku dimana

setiap anggota sivitas akademika mampu menyusun keputusan mengenai cara

mengatur tindakan ke arah tujuan yang diinginkan serta upaya yang dilakukan secara

berkesinambungan terutama melakukan berbagai inovasi melalui terobosan-terobosan

dan tidak tenggelam dalam peimasalahan yang selalu muncul setiap saat. Hal ini

dapat dilakukan dengan banyak belajar tentang sifat-sifat din sendiri dan sifat-sifat

orang lain.

Pengembangan pengetahuan, yaitu dengan meningkatkan kegiatan ilmiah melalui Tri

.Dharma Perguman Tinggi dengan melakukan berbagai inovasi dan selalu "belajar"

dari lingkungan dimana kita berada.

Sedangkan pengembangan ketrampilan, dengan cara menerapkan pengetahuan dan

tingkah laku kepada kegiatan-kegiatan yang langsung bermanfaat bagi kehidupan

(32)

98

Sela„jutnya d,bahas tahapan-tahapan konfhk baik mehputt konfhk tahap satu yattu

^isuwa sehari-hari, konflik tahap dua tantangan serta konflik tahap ttga

pertentangan serta upaya penanggulangannya yang dapa. dilakukan meia.ui Pelatthan

mengelola konflik.

Dengan penggunaan kritena dan analists tersebut di atas, diharapkan akan dapat

menjawab masalah penelitian.

E. Definisi Operasional, Penetapan Kriteria dan Asumsi yang digunakan

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, yattu bagatmana mengelola dan

me„gendalikan konflik pada tahap kejadian sehan-hari, tahap tantangan dan tahap

pertentangan dalam hubungan kerja sivitas akadem.ka Perguruan Tingg, Neger, dan

Swasta, sehmgga dapat tereapai adanya efekttvitas kerja, penulis menehf empat

aspek, yaitu:

1 Aspek kemampuan menyesuaikan diri dan keluwesan

Secara operasional, kemampuan menyesuaikan din dan keluwesan dapat

diartikan sebagai suatu tindakan untuk dapat menenma kekurangan dan kelebihan

orang lain dalam proses kerjasama guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Untuk menentukan bahwa seseorang mampu melakukan penyesuaian diri dan luwes,

ditetapkan sejumlah kriteria sebagai berikut:

a. Seseorang hendaknya memahami dan mengenai dinnya sendin baik

kekurangan-kekurangan dirinya maupun kelebihan-kelebihan yang dimilikmya. Knteria ini

didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:

1) Seseorang yang mengenai dirinya dengan baik akan dapat terhindar dan

konflik dalam diri (intra personal conflict) yang dapat memgikan kesehatan

mentalnya.

2) Seseorang yang mengenai dinnya dengan bark akan dapat lebih pereaya dm

dan akan memiliki sikapkematangan.

b. Seseorang hendaknya memahami dan mengenai kelebihan dan kekurangan orang

lain.

(33)

99

1) Seseorang yang mengenai orang lam dengan baik akan memtlikr stop

tenggang rasa dan menghormati orang lain.

2) Seseorang yang mengenai orang lain dengan baik akan memiliki stkap

keterbukaan.

Berdasarkan pada kedua kritena tersebut maka ditentukanlah -judgement" sebagai

berikut:

1) Konflik dalam diri seseorang (intra personal conflict) akan dapat diatas, apabtla

individu tersebut mengenai dtrinya dengan baik, dalam art, mengenai

kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihannya.

2) Konflik ekstemal akan dapa. d.salurkan dengan baik, apabila seseorang mengenai

perilaku orang lain, dalam arti mengenai kelebihan - kelebthan dan

kekurangan-kekurangannya.

2. Aspek kepuasan kerja

Secara operasional, kepuasan kerja dapat diartikan sebagai pemenuhan

kebutuhan seseorang sesuai dengan harapannya.

Untuk menentukan bahwa seseorang memperoleh kepuasan kerja, drtetapkanlah

kriteria sebagai berikut:

Kepuasan yang terjadi dalam kondis, tanpa kesenjangan, bila didukung oleh

faktor-faktor yang memberikan nilai positifakan mencapai tarafyang lebm ba.k.

Kriteria ini didasarkan pada asumsi - asumsi sebagai berikut:

1) Dengan mengenai dan dapat memenuhi kebutuhan seseorang maka kepuasan

kerja akan dapat tercapai.

2) Kebutuhan seseorang berubah dan berkembang terus menerus, un.uk ,tu

diperlukan pendekatan yang herkesinambungan.

Berdasarkan kri.eria tersebut di atas, maka ditentukanlah "judgement- sebaga,

berikut:

Konflik internal dan ekstemal akan dapat dikurangi, apabila terdapat pemenuhan

kepuasan kerja dengan cara pemenuhan kebutuhan seseorang yang dilaKukan secara

berkesinambungan.

(34)

100

Secara operasional, ketegangan dan tekanan dapat diartikan sebagai suatu

kondisi dimana seseorang berada dalam keadaan cemas dan sulit mengungkapkan

pikirannya secara rasional, objektif dan ilmiah.

Untuk menentukan bahwa seseorang berada dalam kondisi tegang dan tertekan

ditetapkanlah kriteria sebagai berikut:

Seseorang berada dalam keadaan tegang dan tertekan karena ia tidak mampu

menghadapi berbagai pengamh yang datang dari lingkungannya.

Kriteria ini didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:

1) Ketegangan dan tekanan akan dapat dikurangi, apabila seseorang telah

mempersiapkan secara matang situasi yang akan dihadapinya.

2) Ketegangan dan tekanan dapat dikurangi, apabila seseorang mampu mengenai

dengan baik persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan kntena tersebut di atas, maka ditentukanlah "judgement" sebagai

berikut:

Konflik akan lebih berbahaya, apabila seseorang tidak mampu mengatasi ketegangan

dan tekanan pada dirinya.

4. Aspek pengembangan

Secara operasional, pengembangan dapat diartikan mempakan suatu upaya

yang dilakukan secara sadar untuk maju.

Untuk menentukan bahwa seseorang itu berkembang, ditePpkanlah knteria sebagai

berikut:

Seseorang yang selalu merasakan adanya masalah dalam melaksanakan tugasnya, ia

akan bempaya terns menems mengatasinya sehingga kondisinya akan lebih baik dan

sebelumnya.

Kriteria ini didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:

1) Seseorang yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan kerjanya selalu

bempaya untuk meningkatkan kinerjanya.

2) Sikap ingin maju akan mendorong seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih

baik dari sebelumnya.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka ditentukanlah "judgement"

(35)

101

Konflik merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada setiap organisasi, namun kita

tidak boleh lengah dan konflik dengan cara melakukan berbagat upaya

pengembangan organisasi.

Dalam Tesis ini penulis mencoba mengembangkan Model Pelatihan Mengelola

Konflik (Training Model of Management Conflict), yang dapat diterapkan dalam

setiap organisasi yang mengalami konflik khususnya konflik yang terjadi di

(36)
(37)

BABV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah mengadakan pengkajian (analisis) terhadap data lapangan,

mengadakan pembahasan tentang hasil penelitian dan membandingkannya dengan

dasar-dasar konseptual ataupun teori-teori yang berhubungan langsung dengan

masalah yang dibahas, pada bagian ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan.

1. Masih terdapatnya kelemahan penyesuaian diri secara timbal balik antara pihak

pimpinan (IKIP Bandung dan Universitas Pasundan) dengan anggota sivitas

akademika, antara lain ditunjukkan oleh adanya kekurangsadaran anggota sivitas

akademika tentang pentingnya saling ketergantungan (interdependent) diantara mahasiswa, dosen, pimpinan Jurusan, pimpinan Fakultas dan Rektor.

Kurangsadarnya anggota sivitas akademika akan interdependent tersebut akibat

dari masih kurangnya frekuensi komunikasi, karena masing-masing pihak

disibukkan oleh urusannya masing-masing. Hal inilah yang kemudian

menimbulkan konflik pada anggota sivitas akademika yang dapat mengganggu

hubungan kerja yang efektif. Kondisi anggota sivitas akademika dalam melakukan

penyesuaian diri dengan lingkungan kerja berdampak positif dan negatif terhadap

tugas-tugas yang meliputi : a. Dampak positif antara lam : 1) Para staf dan

pimpinan perguruan tinggi bempaya melakukan introspeksi terhadap kinerjanya

selama ini guna perbaikan, 2) Berbagai konflik yang muncul diangkat sebagai

topik dalam diskusi-diskusi atau pertemuan Jurusan dan Fakultas yang dilakukan

secara terbuka, sehingga dapat mengurangi konflik yang negatif, 3) Frekuensi

komunikasi antara sivitas akademika yang masih kurang semakin bertambah baik

yang dilakukan melalui pendekatan kekeluargaan maupun hubungan kerja

kedinasan. b. Dampak negatif antara lain : 1) Terdapatnya anggota sivitas akademika khususnya dosen dan mahasiswa yang belum memiliki tingkat

kematangan (matiirity characteristic) dalam berorganisasi menghadapi stress dan

frustrasi, 2) bertambahnya beban kerja para pejabat pimpinan mulai dari Ketua

Jurusan, Dekan dan Rektor yang harus menyusun berbagai strategi dalam

(38)

156

perguman tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta dan munculnya sikap saling

mencurigai.

2. Kepuasan kerja anggota sivitas akademika dari kedua perguruan tinggi ini belum

memadai yang ditandai oleh belum diterapkannya manajemen terbuka secara

keselumhan sehingga menimbulkan sikap saling curiga mencurigai. Tugas-Pgas

yang dilakukan selan.a im belum merata khususnya diantara dosen yang memberi

kuliah di perguruan tinggi. Masih banyak dosen yang memegang mata kuliah

terlalu banyak, sedangkan dosen lainnya sedikit, walaupun secara administratif

terdapat pemerataan hal tersebut hanya mempakan kamuflase sebagai bahan

laporan kepada Inspektorat Jenderal sehingga dianggap mematuhi peraturan. Bagi

dosen perguruan tinggi negen memegang banyak mata kuliah berarti memiliki

hak untuk memben kuliah pada Perguman Tinggi Swasta pada mata kuliah yang

sama dan hal ini berpengamh terhadap insentif yang diterima di samping jabatan

pimpinan. Sedangkan bagi dosen Universitas Pasundan ketidakpuasan muncul

akibat dan jabatan pimpinan seperti Ketua Jumsan dan Dekan yang dipegang oleh

dosen senior dan perguruan tinggi negen, sehingga menutup kaner mereka.

Ketidakpuasan anggota sivitas akademika juga berasal dari sumber penghasilan

yang diperoleh selama ini belum memadai, harapan anggota sivitas akademika

yang masih jauh dan kenyataan, informasi yang kurang dimengerti khususnya

yang berkaitan dengan berbagai kebijakan pimpinan serta fasilitas kerja yang

belum memadai. Pengamh dan kondisi tersebut dapat dilihat dan hasil pekerjaan

yang selama ini berjalan belum efektif. Kepuasan kerja memang bukan

mempakan tujuan utama dari mengatasi konflik, namun sebagai landasan untuk

adanya efektivitas kerja, khususnya tenaga edukatif.

3. Tingkat ketegangan akibat tekanan pada umumnya sangat rendah dalam hubungan

kerja sivitas akademika baik di KIP Bandung maupun di Universitas Pasundan.

Hal ini disebabkan karena dunia perguman tinggi berbeda dengan instansi

pemerintah lainnya dimana konflik yang berkembang mempakan konflik terbuka.

Hubungan kerja antara anggota sivitas akademika cukup demokratis walaupun

masih terdapat kelemahan-kelemahan seperti masih kurangnya frekuensi

komunikasi, informasi yang belum jelas dan simpang siur serta adanya sikap

apatisme dari sebagian anggota sivitas akademika terhadap kebijakan-kebijakan

pimpinan. Ketegangan ini dapat dilihat dan munculnya rasa cemas yang

(39)

157

kesulitan yang lebih parah menjadi konflik tahap dua atau konflik tahap tiga.

Konflik terbuka (inter personal conflict) lebih dominan daripada konflik tertutup

(intra personal conflict) dan hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan

yang seimbang serta adanya kematangan berorganisasi diantara sivitas akademika.

Namun demikian ada pula anggota sivitas akademika yang mengalami frustrasi

dan bersikap masa bodoh (apatisme) dalam menghadapi berbagai permasalahan

temtama apabila permasalahan tersebut menyangkut hal-hal yang berkaitan

dengan masalah akademis, namun akan bembah menjadi agresif apabila ada

kaitannya dengan masalah materi. Sikap apatisme muncul untuk menutupi

kekurangaktifan dosen dalam berperanserta pada masalah akademis dan pada

umumnya bertindak sebagai penonton daripada pemain. Hal ini akan berakibat

negatif bagi perkembangan mutu akademis IKIP Bandung dan Universitas

Pasundan. Masalah ini terjadi karena sikap apatisme merambat dan seorang individu ke individu lainnya dan pada tingkat tertentu dapat memsak kerjasama dan keutuhan organisasi IKIP Bandung dan Universitas Pasundan. Fmstrasi yang

terjadi di kalangan sivitas akademika bervariasi antara individu yang satu dengan

yang lain sesuai dengan permasalahannya masing-masing. Dari kondisi tersebut di

atas terdapat kecendemngan menurunnya kepuasan kerja yang berarti akan

mengurangi prestasi kerja secara optimal.

4, Upaya pengembangan sivitas akademika baik di IKIP Bandung maupun di

Universitas Pasundan telah dilakukan secara berkesinambungan, baik meliputi

pengembangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan namun masih terdapat adanya

beberapa kelemahan, seperti pengembangan pengetahuan dosen-dosen senior yang

belum memiliki spesialisasi atau pendidikan sederajat S2 dan S3. Dalam hal im

pada tingkat Fakultas peran dari Pembantu Dekan I bidang Akademis belum

berjalan sebagaimana yang diharapkan. Demikian pula hasil dari karya ilmiah

para mahasiswa belum dapat diterapkan secara langsung kepada masyarakat dan

bam pada tingkat sebagai salah saP syarat untuk mengikuti ujian sidang. Secara

umum hasil penelitian menunjukkan bahwa baik pimpinan IKIP Bandung maupun

Universitas Pasundan cukup toleran dalam memberikan berbagai macam

kebijakan kepada sivitas akademika yang dilakukan secara terbuka. Namun

(40)

berbeda-beda dan memberi peluang kepada mereka yang memanfaatkannya untuk

melakukan penyimpangan-penyimpangan. Berbagai sumber, jenis dan tahapan

konflik yang perlu dievaluasi oleh pimpinan perguman tinggi meliputi :Sumber

konflik dalam hubungan kerja sivitas akademika baik di IKIP Bandung maupun Universitas Pasundan terdapat pada : a. Tujuan. Konflik tujuan muncul karena

adanya beberapa alasan. Pertama, tujuan yang ingin dicapai oleh IKIP Bandung

serta Universitas Pasundan belum secara jelas dimengerti oleh sivitas akademika

dan sering salah dalam menafsirkan tujuan serta membohongi Pjuan yang ingin

dicapai oleh kedua perguman tinggi tersebut. Banyak mahasiswa maupun dosen

yang merasa malu bila menyebutkan kuliah atau alumni atau bekerja di IKIP

Bandung. Demikian pula dengan mahasiswa dan alumni Universitas Pasundan

yang merasa malu bila menyebutkan kuliah atau lulusan Universitas Swasta.

Mereka menganggap bahwa IKIP Bandung dan Universitas Pasundan sebagai "the

second class University". Kedua, tujuan yang ingin dicapai sudah jelas, namun

terdapat perbedaan pendapat mengenai strategi atau cara yang akan digunakan

atau karena adanya motif untuk kepentingan pribadi. Salah satu tujuan IKIP

Bandung sebagai Universitas Pembina bagi Universitas Swasta sehamsnya

mengantar Universitas Swasta itu menjadi dewasa dan mampu berdiri sendiri,

disalah tefsirkan oleh dosen senior bahwa mereka hams menjadi pejabat

pimpinan di Swasta sepanjang karier mereka. b. Peran. Konflik peran ini meliputi

1) Saratnya peran (role overload) yaitu dosen-dosen senior yang frekuensi

memberi kuliah di Universitas Swasta terlalu banyak sehingga menelantarkan

tugas pokoknya di IKIP Bandung.2) Ambiguitas peran (role ambiguity) yaitu

peran asisten yang tidak didefinisik

Referensi

Dokumen terkait

Dimensi pendidikan moral karakter di Labschool Unsyiah secara prinsip.. memiliki keserasian karakteristik dengan konsepsi pendidikan karakter

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah bentuk kegiatan dan peranan gugus kendali mutu pada masa dakwah Rasulullah.. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah

Karena hasil Penelitian dapat digunakan untuk kepentingan tertentu yang akan menimbulkan kerugian / bencana bagi kehidupan.. Contoh: Penyalahgunaan

Sebagai Negara kreditor terbesar didunia Amerika Serikat memberikan bantuan/pinjaman kepada Negara – Negara berkembang, Negara Barat yang hancur

1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi. 2) Sediaan Farmasi,

Hasil pengukuran kinerja knowledge management perspektif human capital Bank X dapat dilihat pada Tabel

Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) merupakan pembejalaran yang diberikan kepada siswa sekolah dasar kelas rendah. MMP memfokuskan pada pembelajaran yang bertujuan

yang didapatkan dari Tenaga Kesehatan Tim Nusantara dalam Program Nusantara Sehat sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2015