ABSTRAK
EFEK ANTELMINTIK
AKAR LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Burm. f.) TERHADAP Ascaris suum IN VITRO
Nidia Afrah, 2005 Pembimbing 1 : Budi Widyarto L, dr.
Pembimbing 2 : Meilinah Hidayat, dr,Mkes
Ascaris diketahui sebagai cacing gilik yang bersifat kosmopolit dan menginfeksi kira-kira 25% penduduk dunia. Di negara-negara tropis frekuensi kejadian dari 70% sampai 90%, umumnya terjadi pada anak-anak. Tanaman obat dapat menjadi alternatif yang baik untuk anthelmintik di masyarakat jika telah melewati beberapa penelitian dan terbukti kemanjurannya secara ilmiah di bawah pengawasan ahli
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah akar lidah buaya berefek antelmintik terhadap Ascaris suum in vitro.
Penelitian ini menggunakan 30 ekor cacing Ascaris suum untuk setiap kelompok dan direndam dalam larutan kontrol NaCl 0.9%, larutan piperazine sitrat 20%, serta infusa akar lidah buaya dengan berbagai konsentrasi (30%, 45%, 60%, 75%) selama 3 jam dalam suhu 37°C. Analisis data memakai persamaan regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa akar lidah buaya dengan berbagai konsentrasi yaitu 30%, 45%, 60%, 75% mempengaruhi kematian dan kelumpuhan Ascaris suum. Konsentrasi akar lidah buaya 30% dapat menyebabkan kematian dan kelumpuhan sebanyak 2,7% dari total populasi. Konsentrasi akar lidah buaya 45% dapat menyebabkan kematian dan kelumpuhan cacing sebanyak 6,6% dari total populasi. Sedangkan pada konsentrasi 60% dan 75% masing-masing menyebabkan kematian dan kelumpuhan dari total populasi sebanyak 10% dan 11,1%. LD50 akar lidah buaya terhadap Ascaris suum in vitro adalah 56,1%. Akar
lidah buaya dengan konsentrasi 59,1% memiliki kesetaraan efek dengan piperazine sitrat 20%.
Hasil penelitian ini adalah akar lidah buaya berefek antelmintik terhadap Ascaris suum in vitro.
Saran agar dilakukan penelitian lanjutan tentang uji toksisitas, dosis, sediaan serta penggunaan akar lidah buaya sebagai obat alternatif terhadap Ascaris lumbricoides.
Kata kunci: antelmintik, akar lidah buaya, Aloe vera L. Burm.f
ABSTRACT
THE ANTHELMINTIC EFFECT OF (Aloe vera (L.) Burm. f.) ROOT
ON Ascaris suum IN VITRO
Nidia Afrah, 2005 1st Tutor : Budi Widyarto L, dr. 2nd Tutor: Meilinah Hidayat, dr, Mkes
Ascaris, known as the roundworm infects more than 25% people world wide. It may affect 70% to 90% of persons in some tropical regions, mostly happen in childrens. Traditional medicine could be a good alternatif for anthelmintic after passing some scientific researchto know the efficacy.
The aim of this study is to know whether aloe vera root has anthelminthic effect on Ascaris
This research used 30 Ascaris suum for each group soaked in control solutions NaCl 0,9%, piperazine and varying aloe vera root infuse concentrations( 30%, 45%, 60%) during 3 hours at 37°C. Regresi linierwas used for statistical data analysis.
All aloe vera root with various concentrations that were 30%, 45%, 60%, 75% had anthelmintic effect to Ascaris. Aloe vera root infuse with 30% concentration caused 2,7% death and paralysis from total population, the 45% concentration caused 6,6% death and paralysis from total population and the 60%, 75% concentration, each caused 10% and 11,1% death and paralysis from total population. LD50 aloe vera root on Ascaris suum in vitro is 56,1%. Aloe vera root infuse with 59,1% concentration hadthe same effect with piperazine sitrat 20%. The conclusion of this experiment is that aloe vera roots has anthelminthic effect on Ascaris suum in vitro.
Further research on toxicity, doses and preparation of Aloe vera root is needed to use it as an alternatif medicine for Ascaris lumbricoides.
Key words: anthelminthic, aloe vera roots, Aloe vera L. Burm. f
DAFTAR ISI
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian 27
3.2 Bahan dan Alat 27
3.2.1 Bahan Penelitian 27
3.2.2 Alat-alat yang digunakan 27
3.3 Metode Penelitian 27
3.3.1 Variabel Penelitian 27
3.3.2 Prosedur Penelitian 28
3.3.3 Analisis Data 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan dan Pembahasan 30 4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 32
5.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 35
RIWAYAT HIDUP 39
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Ascaris suum 5
Gambar 2.2 Bibir pada Ascaris 6
Gambar 2.3 Ascaris lumbricoides jantan dan betina 7 Gambar 2.4 Telur Ascaris umbricoides 8 Gambar 2.5 Daur hidup Ascaris 15 Gambar 2.6 Kumpulan cacing yang melewati traktus intestinal 18 Gambar 2.7 Ascaris dalam biliaris sistem 19
Gambar 2.8 Aloe vera 22
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Efek akar lidah buaya terhadap Ascaris
dalam berbagai perlakuan……….30
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A : Perhitungan LD50………..………35
Lampiran B : Perhitungan kesetaraan efek………..37 Lampiran C : Determinasi Tumbuhan ……. ………. 38
LAMPIRAN
Lampiran A : Perhitungan LD 50
36
= 55 – 71,4 4 = - 4.1
Y = a + b X
15 = -4,1 + 0,34 X 15 + 4,1 = 0,34 X X = 19,1
37
Lampiran B : perhitungan dosis kesetaraan efek akar lidah buaya dan piperazine sitrat 20%
Perhitungan : Regresi linier
Persamaan regresi : Y = -4,1 + 0,34 X
Y = banyaknya jumlah cacing yang mati dan lumpuh X = konsentrasi akar lidah buaya
Diket : Y = 16
16 = -4,1 + 0,34 X 16 + 4,1 = 0,34 X 20,1
39
RIWAYAT HIDUP
Nama : Nidia Afrah
Nomor Pokok Mahasiswa : 0110115
Alamat : Jl. Sukamekar 1 No. 9 Bandung.
Riwayat Pendidikan : SDN Selatan V, Cikampek, 1995 SLTPN 2, Cikampek, 1998 SMUN 1, Karawang, 2001
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Ascaris diketahui sebagai cacing gilik yang bersifat kosmopolit dan
menginfeksi kira-kira 25% penduduk dunia. Kasus dari askariasis jarang terjadi di iklim sedang, parasit ini tumbuh subur di daerah tropis. Di negara-negara tropis frekuensi kejadian dari 70% sampai 90%, umumnya terjadi pada anak-anak. (Goodman, Gilman’s, 1991).
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada di paru-paru dapat timbul batuk, demam dan eosinofilia. Cacing dewasa dalam usus apabila dalam jumlah besar dapat menimbulkan gangguan gizi bahkan menimbulkan obstruksi usus (Onggowaluyo,2002). Penderita cacingan akan kurang gizi, anemia, obstruksi usus, penurunan daya tahan tubuh, juga penurunan kemampuan belajar pada anak, dan produktivitas kerja. (Radiopoetro, 1986).
Sejak dahulu di Indonesia telah banyak digunakan tanaman obat tradisional untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing. Seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, dilakukan berbagai penelitian mendalam tentang khasiat dan zat-zat kimia yang terkandung dalam tumbuhan obat (Hembing,2003).
Tanaman obat dapat menjadi alternatif yang baik untuk anthelmintik di masyarakat jika telah melewati beberapa penelitian dan terbukti kemanjurannya secara ilmiah di bawah pengawasan ahli, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti salah satu tanaman obat tersebut yaitu
lidah buaya sebagai obat anti cacing.
1.2 Identifikasi Masalah
¾ Apakah akar Lidah buaya berefek antelmintik terhadap Ascaris suum
2
¾ Berapakah pengaruh tiap konsentrasi infus akar lidah buaya terhadap
kematian dan kelumpuhan Ascaris suum in vitro
¾ Berapakah LD50 akar lidah buaya terhadap Ascaris suum in vitro
¾ Pada akar lidah buaya dengan konsentrasi berapakah terdapat efek yang
setara dengan kematian dan kelumpuhanAscaris suum oleh larutan
piperazine sitrat 20%
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud penelitian :
1. Mengetahui efek anthelmintik Lidah buaya terhadap Ascaris suum 2. Mengetahui pengaruh konsentrasi infusa akar lidah buaya terhadap
kematian dan kelumpuhan Ascaris suum in vitro
3. Mengetahui LD50 akar lidah buaya terhadap Ascaris suum in vitro
4. Mengetahui kesetaraan konsentrasi dari akar lidah buaya dengan
piperazine sitrat 20%
1.3.2 Tujuan penelitian : Mengetahui efek akar lidah buaya sebagai obat anticacing tradisional
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan praktis : Mengetahui tanaman obat yang berkhasiat terhadap Ascaris
1.4.2 Kegunaan akademis : Memperluas pengetahuan tentang tanaman obat khususnya Lidah buaya.
1.5 Kerangka pemikiran
Lidah buaya mengandung aloenin, aloin, aloe-moedin, barbaloin termasuk kedalam golongan antrakuinon, asam folat, asam amino, niasinamida, selulosa, kalium, saponin, lignin, vitamin, mineral, lemak
dan air. (Hembing, 2003)
3
(Faust’s, 1970). Kandungan kimia yang berperan sebagai antelmintik adalah lignine, bekerja dengan cara mempresipitasikan protein dan merusak kutikula yang merupakan kerangka hidrostatik sehingga cacing akan paralisis kemudian mati (Schmidt,Roberts,1985)
1.6 Metode penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental deskriptif bersifat komparatif. Data yang diukur adalah jumlah cacing hidup, paralisis, mati. Analisis data menggunakan regresi linier.
1.7 Lokasi dan waktu
Lokasi : Laboratorium Farmakologi dan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Akar lidah buaya (Aloe vera L.) dengan konsentrasi 30%, 45%, 60%, 75% berpengaruh terhadap kematian dan kelumpuhan Ascaris suum in vitro.
5.1.2 Akar lidah buaya (Aloe vera L.) dengan konsentrasi 30% dan 45% memiliki efek lebih lemah dibandingkan dengan larutan Piperazine sitrat 20%. Sedangkan konsentrasi 60% dan 75% memiliki efek yang lebih kuat.
5.1.3 LD50 akar lidah buaya terhadap Ascaris suum in vitro adalah 56,1%
5.1.4 akar lidah buaya dengan konsentrasi 59,1% memiliki kesetaraan efek dengan piperazine sitrat 20%.
5.2 Saran
Penelitian lanjutan tentang uji toksisitas, dosis dan sediaan serta penggunaan akar lidah buaya sebagai obat alternatif terhadap Ascaris lumbricoides.
DAFTAR PUSTAKA
Biosci Ohio State
http://www.biosci.ohio-state.edu/~parasite/ascaris.html 18 mei 2005 Blacklock, Southwell. 1968. A Guide to human parasitology. 8th
ed. London.
BPPT. Tanaman obat. Invertebrata
http://www.iptek.net.id/ind/cakra_obat/tanaman_idx.php. 27 Des 2005 http://www.iptek.net.id/ind/cakra_inver/invert_idx.php?id=15. 27 Des 2005.
Brown HW.1979. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: PT. Gramedia. Bundy.DAP & De Silva N. 2002. Intestinal Nematodes That Migrate
through Lung (Ascaris) dalam Manson Tropical Disease. 21st ed. London.ELBS. Greenberg. MD. MPH.
Chandler, A.C.& C.P Read. 1961. Introduction to Parasitology. 10th
ed. New York : John Wiley & Son Inc.
Faust’s E.C, Russell P.F. 1970. Craig and Faust’s Clinical Parasitology.
Edisi 7. Philadelphia: Lea& febinger.
Gordon Cook. 1996. Manson Tropical Disease. London.
ELBS.1374-1381.
Gracia LS, Bruckner DA. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: EGC, 138-145.
Goodman LS, Gillman A. 1970. The Pharmacological therapy. Edisi 5
New york: Macmillan Publishing. Haburchak David. Ascariasis
(http://www.emedicine.com/cgibin/picture=\website\med\image\large\172 liver.jpg) 2 Agustus 2005
Hembing Wijayakusuma. Mei 2003. Penyembuhan Dengan Lidah Buaya
(Aloe vera L.). Jakarta : Milenia Populer. Hoffman, Mills
34
http://www.ann.com.au/subindex_department.htm18 Mei 2005
Jangkung Samidjo Onggowaluyo. 2002. Parasitologi medik helmintologi.
Jakarta: EGC 12-17
Johnstone,C. 2000, Parasites and Parasitic Diseases of Domestic
Animals, University of Pennsylvania.
Kansas State Univ. Animal Parasitology
http://www.K-State.edu/parasitology/classes/biol625.html. Des 2005 Levine, N.D, 1968, Nematode Parasites of Domestic Animal and of Man,
Urbana: University of Illinois Mohlenbrock.
http://plants.usda.gov:8080/plants/classificationservlet?source=profile&sy mbol=ALVE2&display=63. 26 Des 2005.
Morsy E.M. 1973. The Final Technical Report on : Aloe vera. 5th ed.
CITA International. USA.
Radiopoetro. 1986. Zoology. Cetakan 3. Jakarta: Erlangga.
Sawitz WG. 1956. Clinical Parasitology. USA : Mc Graw-Hill book
Company,Inc, 82-86.
Schmidt GD, Robert LS. 1985. Foundation of Parasitology. Edisi 3,
Missouri: Times Mirror Morby College Publishing.
Smyth JD. 1976. Introduction to animal parasitology. Edisi 2. New york:
John Wiley & Son. 1976
Storer, Usinger, Stebbins, Nybakken. 1979. General zoology. 6th
ed. USA: McGraw-Hill Book Company.
Sukarno, Sardjono. 1989. Antelmintik dalam Ganiswara SG (editor).
Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI, 523-536.
Timothy Field Allen. Aloe
http://www.homeoint.org/books5/allenprimer/index.htm. 2005
Viqar Zaman, Loh Ah Keong, Bintari Rukmono, Sri Oemijah, Wita
Pribadi. 1998. Parasitologi Kedokteran. Bandung. Washington University in St Louis. Ascaris suum