PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TRANSLITERASI
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KEAKSARAAN
(Studi Eksperimen Pada Majelis Taklim Pondok Pesantren Hamada Kampung Cirompek Kelurahan Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung).
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Program PLS
Oleh
Novi Widiastuti
1103472
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
SEKOLAH PASCA SARJANA
Novi Widiastuti, 2013
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TRANSLITERASI
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KEAKSARAAN
(Studi Eksperimen Pada Majelis Taklim Pondok Pesantren Hamada Kampung Cirompek Kelurahan Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung).
Oleh Novi Widiastuti S.Pd UPI Bandung, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
© Novi Widiastuti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Novi Widiastuti, 2013
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
HALAMAN PENGESAHAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M. Ed. NIP. 195501011981011001
Dosen Pembimbing II
Dr Iip Saripah, M. Pd. NIP. 197012101998022 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
ABSTRACT
Novi Widiastuti (2013), Application of the Trans-literacy Teaching and Learning Method to Increase the Learning Outcome of the Literacy Participants. (An Experiment Study at Majelis Taklim of Pondok Pasentren Hamada in Cirompek- Cimenyan Regence in the Village of Mekarmanik in Bandung District).
This research was conducted using trans-literacy teaching method in teaching literacy to participants of Pondok Pasentren Hamada. The main objective was to establish an innovative trans-literacy teaching method and also to understand: (1) how to implement a trans-literacy teaching method in teaching literacy in a Pasentren; and (2) the difference before and after the method was implemented. The literature review of the research comprised: learning theory, literacy and trans-literacy, and literacy education. The research was conducted using a quantitative approach with a pre-experiment one group pre-test post-test. The data was got through pre-test and post-test, interview and observation of 10 learners who were the respondents of the research. The findings of the research: (1) the innovative trans-literacy learning method was named “Transria Hamada” conducted in 12 phases as the determined phases; (2) t-test was conducted using t test related sample obtaining t count 26.23, t table 2.101, revealing that t count>t table. So, Ho is rejected. The conclusion is that there is a significant difference between the learning outcome before and after the trial was conducted. The post-literacy program was implemented through majelis taklim by working on the
learning materials until the learners’ reading, writing and counting competences
improved.
Novi Widiastuti, 2013
ABSTRAK
Novi Widiastuti (2013), Penerapan Metode Pembelajaran Transliterasi dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Keaksaraan. (Studi Eksperimen pada Majelis Taklim Pondok Pesantren Hamada Kampung Cirompek Kecamatan Cimenyan Kelurahan Mekarmanik Kabupaten Bandung).
Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran transliterasi dalam pembelajaran keaksaraan pada masyarakat di lingkungan pondok pesantren Hamada. Tujuan utamanya adalah melahirkan metode pembelajaran transliterasi yang inovatif, dan untuk mengetahui: (1) Penerapan metode pembelajaran transliterasi dalam pembelajaran keaksaraan di Pondok Pesantren Hamada; (2) Perbedaan hasil belajar sebelum diberi perlakuan dengan setelah diberi perlakukan;
Kajian pustaka penelitian ini adalah teori belajar, literasi dan transliterasi, dan pendidikan keaksaraan. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pra eksperimen one group pre test post test. Metode pengumpulan data melalui pretest dan
posttest pada 10 warga belajar yang menjadi responden.
Hasil penelitian (1) metode pembelajaran transliterasi yang inovatif diberi nama Transria Hamada diterapkan melalui12 tahapan yang telah ditentukan; (2) uji t menggunakan t test sample related diperoleh t hitung 26,23, t tabel 2,101. t hitung>t tabel maka H0
ditolak. Simpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar sebelum diberi perlakuan dengan setelah diberi perlakukan.
Kesimpulannya bahwa metode pembelajaran transliterasi berpengaruh terhadap hasil belajar keaksaraan pada warga belajar di lingkungan pondok pesantren Hamada. Program pembinaan pasca pembelajaran keaksaraan dilakukan melalui kegiatan majelis taklim dengan menyelipkan materi-materi keaksaraan sehingga kemampuan baca tulis hitung warga belajar mulai terlatih dan terpelihara, bahkan mengalami peningkatan.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6
C.Tujuan Penelitian ... 7
D.Manfaat Penelitian ... 8
E.Struktur Organisasi Tesis ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 10
A.Hakekat Belajar ... 10
1. Definisi Belajar ... 10
2. Teori Belajar ... 13
3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 16
4. Jenis-Jenis Belajar ... 24
5. Strategi Pembelajaran ... 26
6. Metode Pembelajaran ... 27
B. Hakekat Literasi dan Transliterasi ... 41
1. Pengertian Literasi ... 41
2. Pengajaran Literasi ... 42
3. Pengertian Transliterasi ... 43
4. Pedoman Transliterasi ... 45
Novi Widiastuti, 2013
1. Buta Aksara ... 48
2. Konsep Pendidikan Keaksaraan ... 48
3. Tujuan Pendidikan Keaksaraan ... 49
4. Karakteristik Pendidikan Keaksaraan ... 49
5. Identifikasi Kebutuhan Pembelajaran Keaksaraan ... 50
6. Materi Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan ... 52
7. Strategi Pembelajaran Keaksaraan ... 52
8. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Keaksaraan ... 55
9. Pola Pembelajaran Keaksaraan ... 60
D. Kerangka Pemikiran ... 63
E. Paradigma Variabel Penelitian ... 70
F. Hipotesis Penelitian ... 70
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 71
A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 71
B. Metode Penelitian ... 71
C. Definisi Operasional ... 75
1. Transliterasi Sebagai Metode Pembelajaran ... 75
2. Hasil Belajar ... 75
3. Pembelajaran Keaksaraan ... 76
4. Warga Belajar ... 76
D. Instrumen Penelitian ... 76
E. Proses Pengembangan Instrumen ... 77
F. Pengujian Hipotesis ... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81
A.Profil lembaga ... 81
1. Sejarah Lembaga ... 81
2.Visi-Misi ... 82
3. Struktur Organisasai ... 82
4. Kegiatan ... 82
6. Kemitraan ... 85
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 85
1. Penerapan Metode Pembelajaran Transliterasi (Transria Hamada) ... 85
2. Hasil Belajar Sebelum dan Setelah Diberi Perlakuan (pretest dan posttest) ... 92
3. Pengujian Hipotesis ... 94
C. Pembahasan ... 96
1. Metode Pembelajaran Transliterasi ... 96
2. Perbedaan Hasil Belajar Sebelum dan Setelah Diberi Perlakuan ... 100
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 103
A.Simpulan ... 103
B. Rekomendasi ... 105
Novi Widiastuti, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Kondisi belajar yang disukai dan tidak disukai oleh orang dewasa ... 23
2.2 Pedoman Transliterasi Nasional ... 46
2.3.Pedoman Transliterasi Hamada ... 47
2.4.Standar Kompetensi Keaksaraan (SKK) Tingkat dasar ... 54
2.5 Standar Kompetensi Keaksaraan Metode Transria Hamada ... 55
3.1 Validitas Pretest – PostTest ... 79
3.2 Reliabilitas Pre test – Post Test ... 79
3.3 Rumus t test ... 80
4.1.Tabel Penolong Uji t ... 95
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Model Bahasa dalamKonteks Sosial ... 42
2.2 Contoh Metode PPB ... 56
2.3 Contoh Metode SAS ... 57
2.4 Contoh Metode Metode Suku Kata ... 58
2.5 Contoh Metode Abjad ... 59
2.6 Contoh Metode Iqra ... 60
2.7 Kerangka Berpikir ... 63
2.8 Paradigma Variabel Penelitian ... 70
3.1 One Group Pretest Posttest Design ... 71
4.1 Usia Warga Belajar ... 83
4.2 Tingkatan Kemampuan Membaca Huruf Hijaiyah ... 83
4.3 Pengalaman Belajar Keaksaraan Warga Belajar ... 84
4.4. Contoh Lirik Lagu Rukun Islam ... 86
4.5. Contoh Lirik Lagu Rukun Iman ... 87
4.6. Contoh Lirik Lagu dalam huruf Hijaiyah ... 87
4.7 Contoh Kartu Huruf ... 88
4.8 Contoh Eja Kata dan Huruf ... 88
4.9 Contoh Otak Atik Huruf dan Suku Kata ... 89
4.10 Contoh Kalimat Baru ... 89
4.11 Aspek Membaca ... 92
4.12 Aspek Menulis ... 93
4.13 Aspek Berhitung ... 93
Novi Widiastuti, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Surat Keterangan Pembimbing Tesis ... 111
2 Surat Keterangan Penelitian ... 112
3 Kisi-Kisi Penelitian ... 113
4 Soal Pretest dan Posttest ... 114
5 Skor Validitas Instrumen pretest dan posttest ... 126
6 Data Responden ... 127
7 Jadwal Pembelajaran ... 128
8 Materi Pembelajaran ... 129
9 Hasil Pretest ... 159
10 Hasil Posttest ... 171
11 Skor Pretest Posttest dan Gain ... 183
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pembangunan nasional dirumuskan ke dalam tiga tugas utama yang perlu
dilakukan oleh sebuah negara (Edi Suharto, 2005:5) yaitu “pertumbuhan ekonomi (Economic Growth), perawatan masyarakat (Community Care), dan
pengembangan manusia (Human Development)”. Sejalan dengan hal tersebut,
menurut Menko Kesra Agung Laksono, “Human Development Index (HDI) Indonesia pada 14 Maret 2013 dilaporkan naik tiga peringkat dari tahun 2012
yaitu urutan ke 124 dari 178 negara menjadi urutan ke 121 dari 185 negara”
(www.satunews.com)
Terdapat beberapa indikator dalam pengukuran HDI yaitu pendidikan,
kesehatan, dan daya beli masyarakat. Kondisi ini menuntut Indonesia untuk
berkembang lebih pesat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat,
berakhlak mulia dan sejahtera.
Pendidikan merupakan salah satu strategi dalam mewujudkan pembangunan
nasional. Pendidikan yang paling mendasar adalah pendidikan keaksaraan. Melek
aksara merupakan modal awal dalam memperoleh informasi di dunia ini. Agama
Islam pun mengajarkan “Iqra” yang artinya adalah “baca”. Melek aksara bukan
hanya sekedar mampu membaca tulis dan hitung, sebagaimana disebutkan dalam
sebuah artikel yang berjudul A new tool for assessing and monitoring literacy
(http://hdr.undp.org/en/media/HDR2003_lamp.pdf) yaitu:
Measuring literacy is not just a matter of saying who can read and who cannot. Many different levels of literacy skills are needed, from writing one’s name to understanding instructions on a medicine bottle to learning from books. With literacy at the top of the development agenda, good data are needed to help design and target appropriate actions, whether at the national or local level.
Pada tahun 2012 menurut data Kementerian Pendidikan Nasional, angka
2
Novi Widiastuti, 2013
perempuan. Jumlah ini menurun dari tahun 2004 lalu yaitu dengan angka 15 juta
penduduk buta huruf. Keberhasilan tersebut membuat Indonesia mendapatkan
penghargaan UNESCO‟s Literacy Prizes for 2012 bersama Bhutan, Rwanda dan
Kolumbia. Namun walaupun demikian, angka tersebut masuk dalam kategori
angka buta aksara terbesar di dunia. http://www.voaindonesia.com.
Angka buta aksara di Jawa Barat pada tahun 2012 untuk usia 15 tahun ke
atas mencapai 1.072.160 orang atau 3,52% dari jumlah penduduk Jawa Barat usia
tersebut sebanyak 30.459.084 jiwa. http://pusdalisbang.jabarprov.go.id
Kabupaten Bandung ikut gencar dalam menargetkan penghapusan buta
aksara pada tahun 2012 sebagaimana tertulis dalam Bandung Ekspress.com bahwa
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung menargetkan menghapus buta aksara sebanyak 10 ribu pada tahun ini. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung pada 2010, tercatat masih ada 35.443 warga buta aksara.
Bebas buta aksara ini bukan berarti semua warga sudah cerdas dan mampu
membaca secara aktif, karena tidak menutup kemungkinan bahwa ada yang buta
aksara kembali akibat kurangnya pembinaan pasca pembelajaran keaksaraan yang
pernah diikuti baik secara formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.
Hal ini yang dialami oleh warga Kampung Cirompek yang buta aksara kembali
dikarenakan kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang pernah
dimilikinya tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan identifikasi awal kepada ibu-ibu pengajian diperoleh data
bahwa 10 orang dari 36 jemaah adalah buta aksara kembali karena semuanya
pernah mengikuti pendidikan SD,tetapi hasil pretest membuktikan bahwa rata-rata
dari 10 orang tersebut hanya bisa mengerjakan 31,71% dari keseluruhan tes.
Berdasarkan data pretest, maka warga belajar sebanyak 10 orang dikategorikan
buta aksara dasar sebagaimana disebutkan bahwa indikator keaksaraan tingkat
dasar menurut Acuan Penyelenggaraan Program Pendidikan Keaksaraan, Dikmas
(2006)
3
2) Penduduk yang pernah menikmati pendidikan sekolah, namun drop out yang disebabkan oleh berbagai alasan seperti lemah kemampuan ekonominya atau tidak puas dengan layanan pendidikan.
3) Kelompok masyarakat yang sebenarnya telah bisa membaca, namun kemampuan menulisnya masih lemah, hal ini disebabkan minimnya latihan dan atau kemampuan membaca dan menulis yang telah dimilikinya itu tidak biasa dipergunakan kembali;
4) Kelompok masyarakat yang lebih mengenal huruf dan juga bilangan, namun tidak bisa merangkainya. Hal ini disebabkan oleh minimnya latihan dan tidak ada rangsangan untuk mau dan mampu membelajarkan diri; 5) Penduduk yang telah mengenal huruf, namun apabila dihadapkan pada
huruf-huruf ganda seperti ng, ny, dan kh mengalami kesulitan untuk membacanya.
Kondisi ini mendorong peneliti untuk mencari metode pembelajaran yang
tepat dalam pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung pada masyarakat
anggota majelis taklim yang pada dasarnya sudah mampu membaca huruf
hijaiyah. Beberapa penelitian yang menjadi rujukan yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Ii Wahyudin (2012) bahwa transliterasi sebagai model merupakan
sebuah inovasi belajar dalam program keaksaraan pada masyarakat yang agamis.
Transliterasi mengalihbahasakan huruf-huruf hijaiyah pada huruf latin.
Pendapat tersebut diperkuat oleh pakar linguistik yaitu Prof. Dr. Shihabudin,
M.Pd yang kini menjabat sebagai Ketua Prodi Linguistik, menurutnya
„transliterasi sebagaisuatu cara untuk memperkenalkan suatu bahasa”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) transliterasi adalah
“penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain”.
Penggantian abjad dalam penelitian ini dikhususkan dari huruf hijaiyah ke huruf
latin.
Beberapa catatan yang dikemukakan oleh Wahyudin (2012:11) mengenai
penggunaan transliterasi adalah sebagai berikut :
4
Novi Widiastuti, 2013
Pembelajaran keaksaraan yang menggunakan transliterasi pernah diterapkan
pada masyarakat NU di Karawang sebagai success story pada artikel dengan
judul Illiteracy Eradication Model Integrated in Competitive Funding Program –
Human Development Index in West Java Province (CFP-HDI) (Case: Creative
Innovation of Karawang Regency)
Pembelajarannya menggunakan tahapan sebagai berikut :
1. Membuka pertemuan dengan membaca do‟a. 2. Menjelaskan manfaat berdo‟a.
3. Menjelaskan dan menguraikan jenis-jenis dan waktu shalat wajib (fardlu). 4. Menulis di papan tulis dengan huruf Arab.
5. Meminta peserta didik untuk membacanya. 6. Menulis tiap kata tersebut kedalam huruf latin.
7. Memperkenalkan huruf-huruf latin seperti: s, h, l, t, b, dz, r, m, g, h. 8. Membaca huruf latin, kemudiaan diikuti oleh peserta didik.
Tahapan pembelajaran di atas terlihat monoton, sehingga kemungkinan
warga belajar cepat merasa jenuh mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang
menggunakan transliterasi juga dilakukan oleh Andriyana Dwi Astuti pada tahun
2008 dengan melahirkan metode pembelajaran baru yang dinamakan transkeho
(transliterasi, kata, eja, hafal, dan otak-atik). Metode ini tidak mengenalkan
huruf-huruf terlebih dahulu, melainkan memadukan antara transliterasi dengan keho
nya, Mengalihkan tulisan angka dan huruf arab ke latin kemudian dieja, setelah itu
dihafal, dan selanjutnya di otak-atik yang dapat menghasilkan kata baru dan
kalimat baru.
Berdasarkan pada pengalaman-pengalaman di atas, maka peneliti mencoba
untuk menambahkan beberapa hal pada penerapan pembelajaran transliterasi yang
sebelumnya dengan harapan memberikan kontribusi positif dalam penyempurnaan
pembelajaran keaksaraan. Pembelajaran transliterasi yang akan diujicobakan
dalam penelitian ini adalah “Transria Hamada” diambil dari Tranliterasi Ceria
yang diciptakan di Pondok Pesantren Hamada.
Transria ini diadopsi dari transkeho dengan menambahkan kegiatan
bernyanyi dan kartu huruf untuk menciptakan suasana belajar yang lebih
5
menulis dan berhitung dalam huruf latin. Seseorang akan belajar apabila memiliki
dorongan yang kuat untuk belajar. Dorongan untuk belajar disebut sebagai
motivasi belajar. Mc Donald (Sardiman, 2001 : 71) menyatakan bahwa „motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
perasaan dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan‟. Seseorang akan
mengarah pada tujuan apabila memiliki motivasi untuk melakukan hal tersebut.
Pembelajaran yang baik seharusnya mampu meningkatkan motivasi belajar
warga belajarnya. Sebagaimana disebutkan oleh Sardiman (2001:75) bahwa
motivasi belajar dapat ditingkatkan melalui beberapa cara yaitu :
1. menyediakan sarana dan prasarana belajar 2. menciptakan kondisi belajar yang kondusif
3. menciptakan hubungan yang baik antara tutor dan warga belajar
4. merancang materi dan metode dan teknik belajar yang menarik dan menyenangkan
5. menggunakan alat pendidikan seperti penghargaan dan ganjaran (reward and punishment).
Ketika warga belajar sudah termotivasi untuk belajar, maka akan berdampak
pada hasil belajar. Menurut (N. Sudjana, 1998 : 39) bahwa :
Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri warga belajar itu dan faktor yang datang dari luar diri warga belajar atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari warga belajar terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan warga belajar besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981) bahwa hasil belajar seseorang 70% dipengaruhi oleh kemampuan dirinya dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki oleh orang tersebut, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Pernyataan di atas menarik para peneliti untuk melihat seberapa jauh
kontribusi/ sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil belajar.
Faktor dari dalam diri sudah pasti akan memberikan pengaruh yang signifikan
karena pada dasarnya belajar adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang dalam
upaya perubahan tingkah laku. Menurut N. Sudjana (1998:40), “faktor dari luar
6
Novi Widiastuti, 2013
Sudjana ini diperkuat oleh Bloom (1976) “tiga variabel utama dalam teori belajar
adalah karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa”.
Kualitas pengajaran dikemas melalui teknik, strategi, metode, pendekatan
dan model pembelajaran yang mampu memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar. Abdulhak (2000:8) bahwa “orang yang memiliki motivasi tinggi
memperoleh hasil belajar yang jauh berbeda dengan orang yang tidak memiliki
motivasi.” Jika seseorang memiliki dorongan yang kuat untuk belajar, akan mengikuti pembelajaran dengan senang hati tanpa paksaan.
Abdulhak (2000:9) juga menyebutkan bahwa :
Penelitian yang dilakukan pada tahun 1973 oleh Walberg dan Uguroglu menganalisis 232 korelasi tentang motivasi belajar dalam kegiatan akademik, dan hasil analisisnya menjelaskan bahwa korelasi motivasi belajar dengan prestasi warga belajar sangat signifikan.
Pembelajaran dengan metode transliterasi yang dirancang dengan menarik
ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu peneliti
mengangkat judul Penerapan Metode Pembelajaran Transliterasi dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Keaksaraan (Studi Eksperimen pada Majelis
Taklim Pondok Pesantren Hamada Kampung Cirompek Kelurahan Mekarmanik
Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung).
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Letak geografis yang tidak strategis dalam mengakses pendidikan formal
menyebabkan terbelakangnya pendidikan masyarakat. Berdasarkan data yang
diperoleh dari ketua RW 5 yaitu 70% SD (32% drop out dan 38% lulusan SD),
10% lulusan SMP, 2% lulusan SMA, dan 18% tidak sekolah.
2. Maraknya kasus aliran sesat kini sudah merebak pada masyarakat dengan
tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. Karena pemahaman yang
kurang mengenai agama dan serta kemampuan membaca yang rendah
mengakibatkan tidak sedikit masyarakat tertipu dan hampir terjerumus oleh
ajakan para penganut aliran sesat.
3. Masyarakat yang mengikuti kegiatan keagamaan di pesantren sebanyak 10
7
Data ini diperoleh dari hasil identifikasi bahwa dari lima orang diketahui
pernah mengikuti pembelajaran keaksaraan, tetapi tidak diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, dan sisanya hanya mengikuti sebagian dari
pembelajaran sehingga tidak tuntas.
4. Pembinaan pasca pembelajaran keaksaraan belum dilaksanakan secara
maksimal dan kesibukan masyarakat juga menjadi penghambat dalam
pembelajaran. Selain itu dorongan dalam diri masyarakat pun masih rendah
sehingga kemampuan membaca tulis dan hitung tidak terlatih.
5. Transliterasi belum pernah diterapkan pada masyarakat kampung Cirompek.
Namun dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti
menunjukkan bahwa transliterasi ini efektif untuk diterapkan pada masyarakat
yang agamis dan memiliki kemampuan baca huruf hijaiyah namun buta aksara
latin.
6. Majelis taklim menjadi wadah pembinaan yang dapat dikombinasikan dengan
pembelajaran keaksaraan sehingga kemampuan baca tulis hitung dapat terus
dilatih.
Berdasarkan hasil identifikasi di atas, maka peneliti membatasi masalah
penelitian yaitu penerapan transliterasi sebagai metode pembelajaran mampu
meningkatkan hasil belajar berupa kemampuan membaca, menulis dan berhitung
dalam angka dan huruf latin.
Perumusan masalah tersebut disusun dalam beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran transliterasi dalam pembelajaran
keaksaraan di Pondok Pesantren Hamada?
2. Bagaimana perbedaan hasil belajar sebelum diberi perlakuan dengan setelah
diberi perlakukan?
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan utama penelitian ini adalah melahirkan inovasi metode
8
Novi Widiastuti, 2013
1. Penerapan metode pembelajaran transliterasi dalam pembelajaran keaksaraan
di Pondok Pesantren Hamada;
2. Perbedaan hasil belajar sebelum diberi perlakuan dengan setelah diberi
9
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat baik pada tataran
teoritik maupun praktik. Adapun beberapa harapan kebermanfaatan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Mengembangkan keilmuan mengenai inovasi metode pembelajaran dalam
mendukung program penuntasan buta aksara.
b. Mengembangkan dan mengaplikasikan metode pembelajaran transliterasi
dalam program keaksaraan di lingkungan pesantren;
2. Manfaat praktis
a. Melahirkan inovasi pembelajaran transliterasi yang mampu meningkatkan
hasil belajar.
b. Meningkatkan pengetahuan para praktisi, dan akademisi pendidikan luar
sekolah mengenai program keaksaraan fungsional berbasis pesantren;
c. Memberikan masukan pada pemerintah mengenai metode pembelajaran
program keaksaraan bagi masyarakat di lingkungan pesantren yang buta
aksara.
d. Mencerdaskan bangsa dengan membantu masyarakat melek aksara dan
tidak kembali buta aksara melalui pembinaan yang dilakukan oleh
pesantren.
E. Struktur Organisasi Tesis
BAB I : Pendahuluan, yang didalamnya membahas latar belakang
masalah, identifikasi masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan struktur organisasi tesis.
BAB II : Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis yang
berisi mengenai konsep/teori/dalil/hukum dan turunannya dalam bidang yang
dikaji, penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti termasuk
prosedur, subjek dan temuannya, posisi teoretik peneliti yang berkenaan dengan
10
Novi Widiastuti, 2013
BAB III : Metode Penelitian yang berisi penjabaran mengenai : lokasi
dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional,
instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, dan metode pengumpulan
data.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari pengolahan dan
analisis data untuk menghasilkan temuan, serta pembahasan dan analisis temuan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di lokasi yang memiliki karakteristik responden yang
sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini ingin menguji penerapan metode
pembelajaran transliterasi dalam program keaksaraan pada masyarakat yang buta
huruf latin namun melek aksara arab atau aksara Al-Qur’an. Pesantren Hamada
yang dipilih menjadi lokasi penelitian, karena memang memiliki sasaran didik
yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Pesantren ini terletak di Kampung
Cirompek Kecamatan Cimenyan Kelurahan Mekarmanik Kabupaten Bandung
atau sekitar 6 km dari jalan raya A.H. Nasution.
Subyek penelitian sebagaimana disebutkan oleh Arikunto (2002: 102) :
Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang dan tempat dimana data yang dipermasalahkan melekat. Responden penelitian adalah orang yang dapat merespon, memberikan informasi tentang data penelitian. Sedangkan sumber data adalah benda, hal, atau orang dan tempat dimana peneliti mengamati, membaca, atau bertanya tentang data.
Sumber data penelitian ini adalah warga belajar yang mengikuti program
pengajian rutin sebanyak 36 orang di pesantren Hamada. Menurut hasil
identifikasi, terdapat 10 diantaranya adalah buta aksara latin kembali. Pemilihan
warga belajar sebanyak 10 orang ini dilakukan dengan penelitian pendahuluan
kepada seluruh anggota majelis taklim, kemudian diperkuat dengan pernyataan
pengelola pesantren. Untuk membuktikan hal tersebut, maka dilakukan pretest
untuk 10 orang tersebut.
B.Metode Penelitian
Metode pembelajaran transliterasi bukan hal baru dalam dunia pendidikan,
namun belum banyak yang menerapkan metode ini dalam pembelajaran
keaksaraan. Jika ini adalah sebuah inovasi dalam pembelajaran, maka
72
Novi Widiastuti, 2013
karena itu metode penelitian yang dianggap tepat adalah melalui metode pra
eksperimen dengan One-Group Pretest-Posttest Design dengan pendekatan
kuantitatif.
Gambar 3.1.
One- Group Pretest Posttest Design
Keterangan :
O1 : Nilai pretest (hasil belajar sebelum diberi perlakuan)
X : Metode Pembelajaran Transliterasi (perlakuan)
O2 : Nilai posttest (hasil belajar setelah diberi perlakuan)
Sugiyono (2012:74) bahwa “Pra experimental designs dikatakan bukan merupakan eksperimen sungguhan karena masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap variabel dependen”. Namun metode ini tidak memperhitungkan faktor lain yang berpengaruh.
1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Berdasarkan diskusi dengan pengelola pondok pesantren terkait mengenai
pembelajaran keaksaraan, maka kami sepakat untuk memberikan pembelajaran
selama tiga minggu. Adapun beberapa pertimbangan yang diajukan oleh
pengelola adalah kekhawatiran yang akan timbul pasca pembelajaran.
Kekhawatiran tersebut adalah kejenuhan untuk belajar. Oleh karena itu, untuk
menjaga konsistensi belajar, maka pembelajaran dilakukan selama tiga minggu.
Oleh karena itu kompetensi capaian pembelajaran merujuk pada penelitian Susan
Yulianti pada tahun 2009. Pada tahap ini peneliti bersama dengan pengelola
pondok pesantren melakukan beberapa kegiatan yaitu :
1) Identifikasi kemampuan sasaran
73
Identifikasi sasaran dilakukan melalui wawancara terlebih dahulu dengan
pengelola mengenai warga belajar yang buta aksara latin. Kemudian untuk
memastikan hasil wawancara tersebut, maka dilakukan pretest. Pretest dilakukan
sebagai pijakan awal untuk memulai pembelajaran. Pada akhirnya akan terlihat
perkembangan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung warga belajar dari
sebelum dengan setelah diberi perlakuan yaitu pembelajaran keaksaraan dengan
metode Transria Hamada.
2) Pembentukan kelompok
Setelah diketahui bahwa terdapat 10 warga belajar yang buta aksara dasar,
maka kegiatan selanjutnya adalah pembentukan kelompok belajar. Pada tahap ini.
tutor memberikan beberapa pengarahan mengenai program yang diberikan. Hal
ini dilakukan untuk memberikan pemahaman awal mengenai pentingnya seorang
manusia memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Setelah
menyamakan persepsi, maka warga belajar diharapkan tidak akan merasa orang
paling bodoh karena berada pada kelompok yang memiliki kemampuan yang
sama. Ini akan mengurangi rasa tidak percaya diri pada diri warga belajar.
3) Kontrak belajar
Pendidikan orang dewasa berpusat pada warga belajar. Oleh karena itu,
perlu melibatkan dan menghargai pendapat warga belajar melalui kegiatan
menyusun kontrak belajar yang berlaku selama pembelajaran. Adapun yang
menjadi bahan diskusi pada penyusunan kontrak belajar adalah mengenai waktu
belajar dan lamanya belajar. Waktu belajar dilakukan pukul 15.30 – 17.30 Wib
selama tiga minggu atau 21 hari.
4) Menentukan tema belajar
Tema belajar ditentukan tutor bersama warga belajar. Pembelajaran berpijak
pada hal-hal yang pernah dipelajari oleh warga belajar. Hal ini untuk
mempermudah warga belajar dalam menerima hal baru. Sebagaimana disebutkan
pada bab sebelumnya bahwa orang dewasa memiliki pengalaman belajar.
74
Novi Widiastuti, 2013 b. Pelaksanaan
Setelah merencanakan waktu belajar, lamanya belajar, serta tema belajar,
maka diasumsikan bahwa warga belajar sudah siap untuk melakukan
pembelajaran. Pembelajaran dilakukan melalui tahapan-tahapan Transria Hamada
secara garis besar sebagai berikut :
1) Tutor mengenalkan huruf arab dengan huruf latin (Pedoman transliterasi
Hamada);
2) Tutor mengajak warga belajar bernyanyi mengenai tema yang sudah
ditentukan misalnya tema rukun iman;
3) Tutor menuliskan lirik lagu tersebut dalam huruf arab. Jika terdapat
huruf-huruf yang tidak dapat ditransliterasikan, maka ditulis dalam huruf-huruf latin;
4) Melalui kartu huruf dengan sisi pertama huruf hijaiyah, dan sisi yang lainnya
adalah huruf latinnya, tutor mengajak warga belajar bermain dengan
mengambil kartu huruf dalam huruf hijaiyah sesuai dengan kata-kata yang
sudah ditulis di papan tulis;
5) Kartu huruf tersebut kemudian disusun sesuai dengan kata yang tertulis;
6) Tutor meminta warga belajar untuk membalik kartu tersebut dan menuliskan
kata yang sama tetapi dalam huruf latin yang sudah tertera pada balik kartu.
7) Kata-kata tersebut kemudian di eja menjadi suku kata, kemudian huruf.
8) Warga belajar mengahapal huruf-huruf tersebut.
9) Kata-kata yang telah dihafal, kemudian diotak-atik sehingga dapat bertambah
kosa kata dari dasar kata yang diberikan tutor
10) Setiap warga belajar memiliki satu kata hasil otak-atik tersebut, lalu
menempelnya di papan tulis;
11) setelah semua warga belajar menempel kartu tersebut, kemudian semua kata
tersebut ditulis dalam buku masing-masing.
12) Tutor bersama warga belajar menyusun kalimat sederhana dari huruf arab ke
huruf latin.
75
Evaluasi dilakukan untuk mengukur perkembangan kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung warga belajar setalah diberikan perlakuan. Alat
76
Novi Widiastuti, 2013
C.Definisi Operasional
1. Transliterasi sebagai metode pembelajaran
Transliterasi merupakan sebuah sarana yang diperlukan untuk menjembatani
keadaan saling tidak mengerti antar bangsa yang disebabkan perbedaan bahasa
dan tulisan.
Menurut Kridalaksana, transliterasi merupakan penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain dan terkadang sering lepas dari lafadz sebenarnya. Sedangkan menurut Daily, transliterasi sebagai mengganti suatu alfabet dengan alfabet lain (Zuvara, 2008:29).
Dalam pembelajaran bahasa menurut hasil wawancara dengan pakar
linguistik Prof. Dr. Shihabuddin, M. Pd. (2013) menyatakan bahwa
Transliterasi adalah metode atau cara mengenalkan satu huruf ke huruf lain. Transliterasi ditempuh karena tidak ada kata padanannya, memiliki kata yang spesifik, seperti nama orang, nama jalan, dan lain sebagainya yang tidak dapat diterjemahkan. Oleh karena itu diperlukan transliterasi.
Transliterasi dalam penelitian ini sejalan dengan pernyataan di atas yaitu
sebagai metode pembelajaran yang digunakan untuk mengenalkan huruf latin
pada warga belajar keaksaraan yang pada dasarnya sudah mengenal huruf
hijaiyah. Metode pembelajaran ini dilakukan dengan maksud untuk
memanfaatkan kemampuan awal warga belajar sehingga diharapkan dapat
mempermudah proses pembelajaran dalam mencapai tujuan belajar. Metode
transliterasi yang diterapkan disini adalah metode Transria Hamada yang diadopsi
dari beberapa penelitian terdahulu dengan menambah beberapa tahapan untuk
menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan.
2. Hasil Belajar
Menurut N. Sudjana (1998:39) merangkum definisi hasil belajar dari
beberapa pakar sebagai berikut
77
dan Briggs (1979) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang itu melakukan sesuatu.
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
membaca,tulis dan hitung dalam huruf latin.
3. Pembelajaran Keaksaraan
Menurut Acuan Penyelenggaraan Program Pendidikan Keaksaraan (2006)
Pembelajaran keaksaraan adalah program layanan pendidikan luar sekolah untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam menguasai dan menggunakan keterampilan baca-tulis-hitung, kemampuan mengamati dan menganalisa, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekitarnya.
Pembelajaran keaksaraan disini dilakukan selama tiga minggu atau 21 hari.
Lamanya belajar adalah 2 jam atau 120 menit. Oleh karena itu, standar
pencapaiannya pun merujuk pada penelitian Susan Yulianti pada tahun 2009 yang
mengujicobakan pembelajaran keaksaraan dengan pola 21 hari.
4. Warga Belajar
Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
Bab I Pasal 1 Ayat 4 menyebutkan bahwa “warga belajar atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Warga belajar yang menjadi subjek penelitian atau responden diambil dari
anggota majelis taklim yang berjumlah 36 secara keseluruhan. Namun diperoleh
10 orang yang dinyatakan buta huruf latin kembali dikarenakan faktor kurangnya
latihan. Dari 10 orang populasi tersebut, maka diambil seluruhnya untuk dijadikan
sampel penelitian. Jika sampel adalah seluruh populasi, maka dikatakan sampel
total.
D.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian untuk mengukur variabel hasil belajar melalui pretest
78
Novi Widiastuti, 2013
merupakan acuan penyusunan instrumen yang disusun secara sistematis sesuai
dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Kisi-Kisi penelitian disajikan
terlampir.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui cara yang sesuai dengan
variabel yang diteliti yaitu melalui tes (pretest dan postest). Tes ini diberikan
untuk mengukur kemampuan baca tulis hitung warga belajar. Tes dilakukan
sebelum program yaitu pretest, dan setelah program dilaksanakan yaitu posttest.
Peningkatan hasil belajar perlu dilihat dari sebelum diberi perlakuan dan setelah
diberi perlakuan.
E.Proses Pengembangan Instrumen
a. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2002:144). Suatu instrumen yang
valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah. Apabila alat ukurnya tidak valid dan
reliabel, maka akan diperoleh data hasil penelitian yang bias atau diragukan
kebenarannya.
Mengingat pengumpulan data ini dilakukan melalui tes, maka faktor
kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan merupakan suatu hal yang
sangat penting. Penerapan tes ini bertujuan untuk mengetahui taraf kesesuaian
antara yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya sesuai
dengan kenyataan. Maka, tes yang dijadikan sebagai alat pengumpul data tersebut
harus mampu mengukur data penelitian atau mengukur apa yang diukurnya.
Validitas terdiri dari dua yaitu validitas konstruk dan validitas isi. Validitas
konstruk dilakukan oleh pakar dalam bidang pengukuran. Sedangkan validitas isi
dilakukan melalui uji coba angket. Pedoman wawancara dan tabel pengamatan
motivasi belajar hanya dilakukan validitas konstruk, karena tidak dapat
diujicobakan. Uji coba tes dilakukan pada masyarakat yang sudah melek aksara
79
Menguji tingkat validitas instrumen penelitian digunakan Korelasi Product
Moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus dua yaitu menggunakan
angka kasar sebagai berikut:
(rumus 3.1)
Keterangan:
rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.
Σ X = Jumlah skor dari tiap item dan seluruh responden
Σ Y = Jumlah skor total seluruh item dan seluruh responden N = Banyaknya sampel (Arikunto, 2002:146)
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan suatu instrumen.
Instrumen yang baik mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang
kurang baik memiliki validitas yang rendah. Uji validitas dikenakan pada setiap
item pertanyaan. Hasil koefisien korelasi tersebut kemudian dikonsultasikan ke
dalam tabel t Product Moment dengan taraf signifikasi α = 0,5 atau pada taraf
kepercayaan 95 %.
Untuk menguji signifikan item-item pada instrumen penelitian, dihitung
dengan rumus t-student, yaitu sebagai berikut:
(rumus 3.2)
Keterangan:
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah Responden
t = Harga Hitung (Sugiyono, 2012:150)
Dari perhitungan harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t
tabel dengan ketentuan bila harga t hitung lebih besar dari t tabel maka butir item
80
Novi Widiastuti, 2013
Tabel 3.1.
Validitas Pretest- posttest (r tabel = 0,44)
No. Item r. Hitung Keterangan No. Item r. Hitung Keterangan
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen ini untuk mengukur tingkat kemantapan
instrumen yang telah diujicobakan. Instrumen yang reliabel akan sama hasilnya
apabila di teskan pada kelompok yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda.
Pada pengukuran gejala sosial selalu diperhitungkan kesalahan
pengukuran (Measurement Error) makin kecil kesalahan pengukuran, makin
reliabel alat pengukur dan sebaliknya. Pengukuran reliabilitas menggunakan
rumus Alfa Cronbach dengan SPSS 17 :
Tabel 3.2.
Reliabilitas instrumen pretest dan posttest
Cronbach's Alpha N of Items
.843 25
Diketahui r hitung sebesar 0,843 sedangkan r tabel dengan N 20 yaitu
sebesar 0,444 sehingga instrumen dikatakan reliabel karena r hitung > r tabel.
81
Berdasarkan hipotesis penelitian, maka pengujian dilakukan melalui uji
beda. Bila sampel berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum
dan sesudah perlakuan, atau membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok
eksperimen, maka digunakan t test sample related (rumus 3.3) Sebagaimana
dipaparkan pada persyaratan sebelumnya dan menurut Sugiyono (2012:197) “Bila
sampel berkorelasi/berpasangan misalnya membandingkan sebelum dan sesudah
perlakuan atau membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen,
makan digunakan t-test sample related”.
Tabel 3.3. Rumus t - test
(rumus 3.3 t test sample related)
Selanjutnya t hitung tersebut dibandingkan dengan t tabel. Dalam hal ini
berlaku ketentuan bahwa, bila t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel, maka
H0 diterima. Sebaliknya jika t hitung lebih besar dari t tabel, maka H1 diterima
yaitu hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
103
Novi Widiastuti, 2013
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Simpulan
1. Metode Pembelajaran Transliterasi
Metode pembelajaran transliterasi yang digunakan melalui tahapan berikut :
1) Tutor mengenalkan huruf arab dengan huruf latin (Pedoman transliterasi
Hamada);
2) Tutor mengajak warga belajar bernyanyi mengenai tema yang sudah
ditentukan;
3) Tutor menuliskan lirik lagu tersebut dalam huruf arab. Jika terdapat
huruf-huruf yang tidak dapat ditransliterasikan, maka ditulis dalam huruf-huruf latin;
4) Melalui kartu huruf dengan sisi pertama huruf hijaiyah, dan sisi yang lainnya
adalah huruf latinnya, tutor mengajak warga belajar bermain dengan
mengambil kartu huruf dalam huruf hijaiyah sesuai dengan kata-kata yang
sudah ditulis di papan tulis;
5) Kartu huruf tersebut kemudian disusun sesuai dengan kata yang tertulis;
6) Tutor meminta warga belajar untuk membalik kartu tersebut dan menuliskan
kata yang sama tetapi dalam huruf latin yang sudah tertera pada balik kartu.
7) Kata-kata tersebut kemudian di eja menjadi suku kata, kemudian huruf.
8) Warga belajar mengahapal huruf-huruf tersebut.
9) Kata-kata yang telah dihafal, kemudian diotak-atik sehingga dapat bertambah
kosa kata dari dasar kata yang diberikan tutor
10) Setiap warga belajar memiliki satu kata hasil otak-atik tersebut, lalu
menempelnya di papan tulis;
11) setelah semua warga belajar menempel kartu tersebut, kemudian semua kata
tersebut ditulis dalam buku masing-masing.
12) Tutor bersama warga belajar menyusun kalimat sederhana dari huruf arab ke
104
Transria Hamada ini dipilih sebagai metode pembelajaran keaksaraan
dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut :
a. Warga belajar sudah mengenal huruf hijaiyah, dan trasnliterasi memang
diterapkan bagi masyarakat dengan karakteristik tersebut;
b. Warga belajar buta aksara kembali karena kurangnya latihan, sehingga
diperlukan metode yang menyenangkan agar menumbuhkan motivasi belajar.
c. Dalam satu tema, warga belajar mendapatkan banyak kosa kata baru dengan
mengotak atik suku kata dan huruf yang sudah ada.
Karakteristik tutor yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Tutor adalah orang dari kelompok tersebut, artinya bukan orang di luar
masyarakat tersebut;
2) Pendidikan tutor adalah sarjana pendidikan Islam.
3) Tutor mampu menguasai kelas dikarenakan sudah mengenal warga belajarnya.
4) Tutor bersifat humoris, sifat ini diperlukan untuk menciptakan suasana santai,
kekeluargaan dan menyenangkan.
Materi belajar dipilih dari materi yang dekat dengan kehidupan warga
belajar, dan sudah tidak asing di telinga mereka. Materi belajar disampaikan
dengan menggunakan bantuan media belajar yang menarik.
2. Perbedaan Hasil Belajar Sebelum dan Setelah Diberi Perlakuan
Kemampuan awal warga belajar melalui pretest yaitu rata-rata kemampuan
membaca warga belajar adalah 38,00 atau sekitar 38,78% sedangkan setelah
diberikan perlakuan, rata-rata kemampuan membaca warga belajar meningkat
hingga 88,9 atau 90,71% dari kemampuan total membaca yang harus dimiliki
yaitu skor 98. Begitu pula dengan rata-rata kemampuan menulis warga belajar
adalah 19 atau sekitar 15,57 % sedangkan rata-rata kemampuan menulis setelah
diberi perlakuan adalah 109,7 atau sekitar 89,92 % dari kemampuan total menulis
yang harus dimiliki yaitu skor 122.Sedangkan rata-rata kemampuan berhitung
warga belajar sebelum diberi perlakuan adalah 37,8 atau 47,85 % sedangkan
105
Novi Widiastuti, 2013
Kemampuan awal responden dari seluruh aspek rata-rata 94,8 atau 31,71%
Sedangkan kemampuan setelah diberi perlakuan rata-rata 270 atau 90,5% dari
keseluruhan standar capaian kompetensi melek aksara Hamada.
Pengujian hipotesis di atas menggunakan t test sample related. diperoleh t
hitung 26,23 sedangkan t tabel untuk dk = 18 adalah 2,101. Terlihat bahwa t
hitung> t tabel. Maka H0 ditolak dan H1 Hipotesis penelitian diterima.
Simpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara antara hasil belajar
sebelum diberi perlakuan dengan setelah diberi perlakukan.
Metode pembelajaran transliterasi ini memberikan pengaruh yang positif
terhadap hasil belajar. Meskipun terdapat faktor lain yang tidak diperhatikan
dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan beberapa hal
demi kesempurnaan penelitian ini.
B.Rekomendasi
Rekomendasi ingin disampaikan kepada :
1. Warga belajar
a. Pembelajaran bukan hanya pada saat program berlangsung, namun harus
menjadi kebutuhan yang jika tidak dipenuhi akan merasa kurang sehingga
harus segera dipenuhi.
b. Warga bealajr harus mampu memanfaatkan kemampuan yang telah diperoleh
dalam kehidupan sehari-hari agar kemampuan tersebut tidak hilang begitu saja.
c. Belajar bukan hanya di madrasah, tetapi dimanapun adalah tempat belajar.
2. Tutor
a. Tutor melanjutkan pembelajaran keaksaraan pada majelis taklim setiap hari
sabtu untuk memelihara kemampuan yang diperoleh pada saat pembelajaran
keaksaraan.
b. Tutor memberikan motivasi dan penghargaan agar warga belajar memiliki
kepercayaan diri yang kuat untuk terus belajar.
c. Tutor diharapkan mampu mengemas metode pembelajaran tranliterasi ini lebih
menarik.
106
Metode pembelajaran transliterasi ini bukan metode pembelajaran yang
terbaik, bahkan masih jauh dari kesempurnaan. Namun peneliti berharap metode
pembelajaran ini dapat terus disempurnakan. Para ilmuwan lah yang dinilai
mumpuni melakukan hal tersebut. Semoga akan bermunculan metode-metode
pembelajaran keaksaraan yang semakin menarik dan mampu meningkatkan
motivasi belajar. Metode pembelajaran ini perlu diujicobakan kembali dengan
adanya kelompok kontrol sebagai pembanding dan memperhatikan faktor-faktor
lain yang akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar.
4. Praktisi
Para praktisi keaksaraan diharap mampu mengembangkan dan menyusun
metode pembelajaran keaksaraan yang diterapkan di lingkungannya
masing-masing. Karena para praktisi sangat memungkinkan untuk memodifikasi
pembelajaran sesuai dengan kondisi warga belajar. Hal yang lebih penting adalah
para praktisi diharapkan dapat mempublikasikannya pada para praktisi lain untuk
bisa terus menjadi rujukan dalam pengembangan metode pembelajaran
keaksaraan. Semakin banyak berbagai pengalaman mengenai pembelajaran
107
Novi Widiastuti, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdulhak, I. (2000). Strategi Membangun Motivasi dalam Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung:Andira.
Arif, Z. (1986). Andradogi. Bandung:Angkasa.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmaja, B.S. (1986). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Karunika.
Bloom, B.S. (1976). Human Characteristics and School Leraning. New York: McGrow Hill Book Co.
Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.
Dalyono. (2005). Psikologi Pendididkan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B. (2000). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati, M .(2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hatimah, I. (2000). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Andira.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Jakarta: Gramedia Pustaka.
Kusnadi. (2005). Pendidikan Keaksaraan. Folisofi, Strategi, Implementasi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat.
Marno dan Idris. (2012). Strategi dan Metode Pengajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Nasution, M.A. (2010). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.
Rogers, J. (2007). Adult Learning. Polands: London.
Rohani, A. (2010). Pengelolaan Pengajaran Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional. Jakarta : Rineka Cipta.
Rohani, A dan Ahmadi A. (2007). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
108
Sudjana, D. (2000). Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah, Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Azas. Bandung : Falah Production.
______________(2005). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production
Sudjana, N. (1998). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kalitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharto. E. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial). Bandung:Aditama.
Suprijono, A. (2009). Cooperatif Leraning (Teori Aplikasi PAIKEM). Surabaya: PT. Pustaka Belajar.
Supriyadi, D. (2005). Membangun Bangsa melalui Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryadibrata, S. (1990). Psikologi Pendidikan. Rajawali Press:Jakarta).
Suwatno dan Priansa, D (2011). Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung:Alfabeta.
Syah, M. (1999). Psikologi. PT Logos Wacana Ilmu : Jakarta).
Uno, B. Hamzah (2008). Teori motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
_______________ (2010). Model Pembelajaran (menciptakan proses belajar dan mengajar yang efektif dan kreatif). Jakarta : Bumi Aksara.
Literatur Negara
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Acuan Penyelenggaraan Program Pendidikan Keaksaraan. Direktorat Pendidikan Luar Sekolah. Direktorat Pendidikan Masyarakat.
Direktorat Pendidikan Masyarkat. (2013) “Succeess Story. Illiteracy Eradication
Model Integrated in Competitive Funding Program – Human Development Index in West Java Province (CFP-HDI) (Case: Creative Innovation of Karawang Regency, Transliteration Training Model in Illiteracy Eradication by Muslimat NU (Case: East Java)”.
109
Novi Widiastuti, 2013
Aritonang, K. (2008). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Penabur. 7 (10). 11-21.
Hamdu, G. dan Agustina, L. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan. 12 (1). 90-95.
Puslitbang Lektur Agama (1986).”Transliterasi Arab Latin” Dialog. 2 (20) 63-67.
Karya Akademik
Wahyudin, I. (2012). Model Pembelajaran Literasi Sebagai Inovasi dalam Meningkatkan Kompetensi Warga Belajar Program Keaksaraan Fungsional. Disertasi Prodi PLS UPI. Bandung. tidak diterbitkan.
Yulianti, S. (2009). Akselerasi Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Tingkat Dasar. Skripsi Jurusan PLS UPI. Bandung. tidak diterbitkan.
Zuvara, R.A. (2008). Aplikasi Transliterasi dan Transkripsi Isim „Alam Bahasa Arab Modern dalam Situs BBC ARABIC. Skripsi. Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.Tidak diterbitkan.
Internet
Agung Laksono.(2013). Maret 2013, HDI Indonesia Naik Tiga Peringkat. [online] tersedia: (www.satunews.com/read/20034/2013/03/20/maret-2013-hdi-indonesia-naik-tiga-peringkat--html). (22 Juli 2013)
Astuti, A.D (2008). Transkeho Sebagai Pembelajaran Keaksaraan Fungsional. [online]. tersedia : http://imadiklus.com (2 Maret 2013).
Bandung Ekspress. (2013). Masih Banyak yang Buta Huruf. [online] tersedia: www.bandungekspress.com. (22 Juli 2013).
Fathurrohman. (2007). Memahami cara memilih metode pembelajaran yang tepat.
[online]. tersedia :
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/18/memahami-cara-memilih-metode-pembelajaran-yan- tepat/. (5 Mei 2013).
Purwanto, R. (2011). Peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada Kompetensi sistem koordinasi melalui metode Pembelajaran teaching game team terhadap siswa kelas XI IPA SMA Smart Ekselensia Indonesia tahun ajaran 2010-201. [online]. tersedia : http://www.smartekselensia.net/wp- content/uploads/2012/08/Peningkatan-Motivasi-dan-Hasil-Belajar-Siswa-dengan-Teaching-Game-Team.pdf. (15 April 2013).
110
ontent&view=article&id=311:sejuta-warga-jawa-barat-buta-aksara&catid=28:berita. (15 April 2013).
Sudrajat, A. (2008). Teori-Teori Motivasi.[online]: tersedia
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/)
UNDP. (2003). A New Tool For Assessing and Monitoring Literacy. tersedia [Online]: (http://hdr.undp.org/en/media/HDR2003_lamp.pdf). (19 Maret 2013).
Voice of America. (2013). UNESCO Beri Indonesia Penghargaan Terkait
Program Buta Aksara. [online]. Tersedia:
http://www.Voaindonesia.Com/Content/Unesco-Beri-IndonesiaPenghargaan-Terkait-Program-Buta-Aksara/1494826.Html. (15