ABSTRAK
ANALISIS BUTIR SOAL
ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL
MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS TINGKAT SMA RAYON BANTUL TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017
Studi Kasus: SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan
Heribertus Agus Purwaka Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 dengan Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan. Kulitas butir soal ini ditinjau dari aspek validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan efektivitas pengecoh.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPS dari SMA Pangudi Luhur ST. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan program Anates Versi 4.
Hasil dari penelitian menunjukkan: (1) Berdasarkan Validitas Isi, soal tersebut sudah baik, dari segi Validitas Item, soal valid berjumlah 35 (87,5%) sedangkan soal tidak valid berjumlah 5 (12,5%); (2) Berdasarkan Reliabilitas dapat disimpulkan butir soal reliabel, karena memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi yaitu sebesar 0,80; (3) Berdasarkan Daya Beda, butir soal yang memiliki daya pembeda tidak baik berjumlah 1 butir ( 2,5%), butir soal yang memiliki daya pembeda jelek berjumlah 8 butir ( 20%), butir soal yang memiliki daya pembeda cukup berjumlah 15 butir (37,5%), butir soal yang memiliki daya pembeda baik berjumlah 16 butir (40%); (4) Berdasarkan Tingkat Kesukaran, butir soal yang tergolong sukar berjumlah 4 butir (10%), butir soal tergolong sedang berjumlah 26 butir (65%), butir soal tergolong mudah berjumlah 10 butir (25%); (5) Berdasarkan Efektivitas Pengecoh, terdapat 6 butir soal (15%) memiliki pengecoh yang sangat baik, 13 butir soal (32,5%) memiliki pengecoh yang baik, 11 butir soal (27,5%) memiliki pengecoh cukup baik, 8 butir soal (20%) memiliki pengecoh kurang baik, dan 2 butir soal (5%) memiliki pengecoh yang tidak baik; (6) Berdasarkan Analisis Kualitas Soal Keseluruhan, soal yang berkualitas baik yakni terdapat 19 butir soal (47,5%), soal cukup baik yakni terdapat 21 butir soal (52,5%).
ABSTRACT
TEST ITEM ANALYSIS OF THE FIRST SEMESTER FINAL EXAMINATION OF 2016/ 2017 ACADEMIC YEAR ON ECONOMICS
FOR THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SENIOR HIGH SCHOOL IN BANTUL REGENCY
A Case Study on Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School and State 2 Banguntapan Senior High School
Heribertus Agus Purwaka Sanata Dharma University
2017
This research aims to determine the item quality of the first semester of final examination of 2016/ 2017 academic year on Economics for the eleventh grade students of Senior High School in Bantul Regency. It is a case study on Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School and State 2 Banguntapan Senior High School. The item quality was examined by content validity, reliability, item discrimination, level of difficulty and distractor efficiency.
This research is a descriptive quantitative research. The subjects were the students of the eleventh grade students of the Social Sciences Department of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School and State 2 Banguntapan Senior High School. The data collection technique was documentation. The data were analyzed by using Anates Version 4 program.
The results of this research are: (1) Item quality based on content validity is good. Based on items validity, 35 or 87,5% of the questions, 5 items of 12,5% is not valid. (2) Based on, item quality, the reliability shows that the item is reliable because it has high reliability namely 0,80; (3) Based on item quality level of difficulty, the items that have not good item discrimination was one or 2,5%, items which were in low level of item discrimination was eight or 20%, while there were 15 items or 37,5% belong to a moderate level. Items which were in high level were 16 or 40%; (4) Based on item of difficulty, there were four items or 10%, items that were categorized as moderate level were 26 or 65% and the easy items were ten or 25%; (5) Based on distractor efficiency, there were six (15%) items that had very good distractor. Items that had good distractor were 13 items (32,5%), while there were 11 items (27,5%) that had quite good quality. Less good quality items were eight (20%) and there were two items (27,5%) classified is not good quality; (6) Based on the overall analysis, items which were categorized in good quality were 19 (47,5%) and there were 21 items (52,5%) which were categorized in quite good quality.
i
ANALISIS BUTIR SOAL
ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL
MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS
TINGKAT SMA RAYON BANTUL
TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017
Studi Kasus: SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan
SMA N 2 Banguntapan
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh:
Heribertus Agus Purwaka
131334031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena kasih setiaNya
v
MOTO
Teman dan saudara membuatku merasa teramat kaya karena mereka membuatku
memiliki sesuatu yang tak ternilai dibandingkan dengan apa pun
Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang
pada perjanjianNya dan peringatan-peringatanNya
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Juni 2017
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Heribertus Agus Purwaka
Nomor Mahasiswa : 131334031
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS TINGKAT SMA
RAYON BANTUL TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017
Studi Kasus: SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan
SMA N 2 Banguntapan
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 16 Juni 2017
Yang menyatakan
viii
Studi Kasus: SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan
Heribertus Agus Purwaka Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 dengan Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan. Kulitas butir soal ini ditinjau dari aspek validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan efektivitas pengecoh.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPS dari SMA Pangudi Luhur ST. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan program Anates Versi 4.
Hasil dari penelitian menunjukkan: (1) Berdasarkan Validitas Isi, soal tersebut sudah baik, dari segi Validitas Item, soal valid berjumlah 35 (87,5%) sedangkan soal tidak valid berjumlah 5 (12,5%); (2) Berdasarkan Reliabilitas dapat disimpulkan butir soal reliabel, karena memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi yaitu sebesar 0,80; (3) Berdasarkan Daya Beda, butir soal yang memiliki daya pembeda tidak baik berjumlah 1 butir ( 2,5%), butir soal yang memiliki daya pembeda jelek berjumlah 8 butir ( 20%), butir soal yang memiliki daya pembeda cukup berjumlah 15 butir (37,5%), butir soal yang memiliki daya pembeda baik berjumlah 16 butir (40%); (4) Berdasarkan Tingkat Kesukaran, butir soal yang tergolong sukar berjumlah 4 butir (10%), butir soal tergolong sedang berjumlah 26 butir (65%), butir soal tergolong mudah berjumlah 10 butir (25%); (5) Berdasarkan Efektivitas Pengecoh, terdapat 6 butir soal (15%) memiliki pengecoh yang sangat baik, 13 butir soal (32,5%) memiliki pengecoh yang baik, 11 butir soal (27,5%) memiliki pengecoh cukup baik, 8 butir soal (20%) memiliki pengecoh kurang baik, dan 2 butir soal (5%) memiliki pengecoh yang tidak baik; (6) Berdasarkan Analisis Kualitas Soal Keseluruhan, soal yang berkualitas baik yakni terdapat 19 butir soal (47,5%), soal cukup baik yakni terdapat 21 butir soal (52,5%).
ix
ABSTRACT
TEST ITEM ANALYSIS OF THE FIRST SEMESTER FINAL EXAMINATION OF 2016/ 2017 ACADEMIC YEAR ON ECONOMICS
FOR THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SENIOR HIGH SCHOOL IN BANTUL REGENCY
A Case Study on Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School and State 2 Banguntapan Senior High School
Heribertus Agus Purwaka Sanata Dharma University
2017
This research aims to determine the item quality of the first semester of final examination of 2016/ 2017 academic year on Economics for the eleventh grade students of Senior High School in Bantul Regency. It is a case study on Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School and State 2 Banguntapan Senior High School. The item quality was examined by content validity, reliability, item discrimination, level of difficulty and distractor efficiency.
This research is a descriptive quantitative research. The subjects were the students of the eleventh grade students of the Social Sciences Department of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School and State 2 Banguntapan Senior High School. The data collection technique was documentation. The data were analyzed by using Anates Version 4 program.
The results of this research are: (1) Item quality based on content validity is good. Based on items validity, 35 or 87,5% of the questions, 5 items of 12,5% is not valid. (2) Based on, item quality, the reliability shows that the item is reliable because it has high reliability namely 0,80; (3) Based on item quality level of difficulty, the items that have not good item discrimination was one or 2,5%, items which were in low level of item discrimination was eight or 20%, while there were 15 items or 37,5% belong to a moderate level. Items which were in high level were 16 or 40%; (4) Based on item of difficulty, there were four items or 10%, items that were categorized as moderate level were 26 or 65% and the easy items were ten or 25%; (5) Based on distractor efficiency, there were six (15%) items that had very good distractor. Items that had good distractor were 13 items (32,5%), while there were 11 items (27,5%) that had quite good quality. Less good quality items were eight (20%) and there were two items (27,5%) classified is not good quality; (6) Based on the overall analysis, items which were categorized in good quality were 19 (47,5%) and there were 21 items (52,5%) which were categorized in quite good quality.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha kasih karena berkat limpahan
kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul Analisis Butir
Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS
Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA
Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan yang diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari
berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat selesai. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan dukungan, baik langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian
skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku Ketua PS
Pendidikan Ekonomi, dan Ketus Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan
xi
3. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd selaku Dosen
Pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, dan memberikan
banyak masukan selama penulisan skripsi ini;
4. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Penguji
yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,
memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si selaku Dosen Penguji
yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,
memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
6. Seluruh dosen PAK yang telah memberikan pengetahuan, wawasan,
dan ilmu pengetahuan yang dapat menjadi bekal masa depan
mahasiswa;
7. Kedua orang tua, adik, dan keluarga yang telah memberikan perhatian,
terima kasih untuk ajaran serta untaian doa yang tidak putus untuk
putra-putrinya;
8. Teman-teman angkatan 2013 di Pendidikan Akuntansi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan masukan selama proses
diskusi dalam mata kuliah Seminar Proposal Penelitian dan kerja sama
yang baik selama ini;
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang
xii
Terlepas dari segala kekurangan, semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya, pendidik, dan penulis sendiri.
Yogyakarta, 16 Juni 2017
xviii DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA
103
105
xix
xx Tabel 4.6
Tabel 4.7
Pengecoh………
Distribusi Hasil Keseluruhan Analisi Butir Soal UAS Gasal
Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon
Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA
Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
Banguntapan berdasarkan Validitas, Reliabilitas, Daya
Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Efektivitas Pengecoh…….
Penyebab Kegagalan Butir Soal………
73
95
xxi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Triangulasi Komponen Evaluasi…………..………
Pola Aliran Penelitian……….………
Distribusi Butir Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi
Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun
Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur
St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan
berdasarkan Validitas Item………..…...
Distribusi Butir Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi
Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun
Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur
St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan
berdasarkan Daya Pembeda………..……
Distribusi Butir Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi
Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun
Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur
St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan
berdasarkan Tingkat Kesukaran………...
Distribusi Butir Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi
Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun
Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA Pangudi Luhur
11
44
67
70
xxii Gambar 4.5
Gambar 4.6
St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan
berdasarkan Efektivitas Pengecoh………
Distribusi Hasil Keseluruhan Analisi Butir Soal UAS
Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat
SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi
Kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan
SMA N 2 Banguntapan berdasarkan Validitas,
Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan
Efektivitas Pengecoh………..
Persentase Kegagalan Butir Soal UAS Gasal Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon
Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus SMA
Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
Banguntapan berdasarkan Validitas, Reliabilitas, Daya
Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Efektivitas
Pengecoh………
73
95
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
1. Soal UAS………..
2. Kunci Jawaban………..
1. Skor Data Tes Siswa………
2. Sampel Lembar Jawaban Siswa………
Hasil Analisis Butir Soal………
1. Validitas………
2. Reliabilitas………
3. Daya Pembeda………..
4. Tingkat Kesukaran………..
5. Efektivitas Pengecoh………..
6. Rekap Analisis Butir……….
Perizinan……….
106
120
122
126
127
128
130
146
147
148
157
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang kini semakin melejit memberikan
perubahan yang berpengaruh bagi perkembangan ilmu pendidikan. Hal ini
mengarah pada tuntutan kualitas dan kuantitas pendidikan itu sendiri.
Pendidikan merupakan proses yang dilalui manusia dan tidak akan berhenti
hingga akhir hayat sebagai investasi sumber daya manusia jangka panjang
yang mempunyai nilai bagi kelangsungan hidup manusia. Maka hampir
seluruh negara memprioritaskan pendidikan sebagai hal yang utama dan
penting dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Indonesia sendiri
memprioritaskan pendidikan sebagai hal penting yang dapat kita lihat pada
Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan
nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan dapat diperoleh dengan jalur non formal maupun formal. Jalur
pendidikan yang dipandang memberikan kontribusi dalam aspek
pengetahuan adalah jalur pendidikan formal yaitu sekolah. Sekolah melalui
tenaga guru membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan, baik
bersifat kognitif, psikomotor, ataupun afektif yang akhirnya akan
menghasilkan generasi muda yang siap hidup dengan tantangan zamannya.
Guru dalam hal ini sebagai fasilitator bagi peserta didik yang berperan
menghantarkan atau sebagai perantara dalam memperoleh pengetahuan
untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Oleh karena itu guru perlu
memiliki kompetensi dan profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik. Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil akhir
belajar siswa, dalam pembelajaran terdapat komponen yang meliputi tujuan
pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan hal ini maka
guru perlu dibekali dan memahami tentang evaluasi pembelajaran sebagai
ilmu yang mendukung tugasnya yaitu mengevaluasi hasil belajar peserta
didik.
Pencapaian tingkat pendidikan dapat diketahui melalui kegiatan
evaluasi. Ralph Tyler dalam Arikunto (2012:3) mengungkapkan evaluasi
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Mengevaluasi hasil belajar peserta didik, guru dapat melakukan melalui
teknik tes dan non tes. Arikunto (2012: 46) teknik tes menurut Amir Dalen
dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan adalah suatu alat atau
prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau
keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang
boleh dikatakan tepat dan cepat. Sudijono (2011:76) mengungkapkan bahwa
teknik non tes merupakan teknik penilaian atau evaluasi belajar peserta
didik dilakukan tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan pengamatan
secara sistematis, melakukan wawancara, menyebar angket, dan memeriksa
peran dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah
hidup dan ranah keterampilan. Sedangkan teknik tes lebih banyak
digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah
proses berpikirnya.
Arikunto (2012: 72) mengemukakan bahwa suatu tes dapat dikatakan
baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki
validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis. Maka untuk
mengetahui kuantitas dan kualitas suatu instrumen pengukuran hasil belajar
siswa perlu dilakukan analisis butir soal. Analisis kualitas soal adalah tahap
yang ditempuh untuk mengetahui kualitas soal baik keseluruhan tes maupun
butir soal yang merupakan bagian dari tes. Analisis butir soal ini
mengidentifikasi butir soal mana yang bersifat baik dan kurang baik serta
butir soal mana yang dapat dijadikan bank soal, direvisi, atau dibuang.
Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal (UAS) Mata Pelajaran
Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/
2017 Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N
2 Banguntapan dapat dihitung dengan aspek validitas, reliabilitas, daya
pembeda, tingkat kesukaran, dan efektivitas pengecoh.
Analisis butir soal ini perlu dilakukan karena ingin mengetahui
kualitas soal sebagai instrumen pengukuran hasil belajar siswa. Selain itu
tim pembuat soal atau guru belum mengadakan analisis terhadap Soal UAS
Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul
IX Sedayu dan SMA N 2 Banguntapan dikarenakan keterbatasan pihak tim
pembuat soal atau guru.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Rayon Bantul dengan mengambil
studi kasus pada sekolah negeri dan swasta. Sampel untuk mewakili sekolah
negeri yaitu SMA N 2 Banguntapan, sedangkan sampel untuk mewakili
sekolah swasta yaitu SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. SMA N 2
Banguntapan dan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu menjadi pilihan
peneliti karena sekolah tersebut negeri dan swasta yang memiliki siswa
cukup banyak, sehingga cukup membantu dalam pengumpulan data.
Penelitian serupa pernah dilakukan di wilayah Rayon Bantul yaitu hanya
menganalisis soal buatan guru di satu sekolah tertentu saja. Penelitian
dilakukan di Rayon Bantul juga karena Soal UAS Gasal untuk kelas XI IPS
Mata Pelajaran Ekonomi dibuat oleh MKKS sehingga seluruh Rayon Bantul
sama. Di sisi lain berdasarkan hasil ujian nasional 2015/2016 wilayah
Bantul menduduki peringkat ketiga dengan nilai 56,46. Sedangkan untuk
program IPS sendiri menduduki peringkat pertama se-DIY tahun 2016.
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana kualitas suatu alat ukur
terkait evaluasi belajar siswa di wilayah Rayon Bantul ini.
B. Batasan Masalah
Kualitas penelitian ilmiah terletak pada kedalaman dalam mengkaji
permasalahan. Agar masalah dapat dikaji secara mudah, maka permasalahan
1. Kompetensi dasar yang digunakan dalam penyusunan soal didasarkan
pada sistem pendidikan Kurikulum 2006.
2. Butir soal yang diteliti adalah Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi
Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017
Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
Banguntapan.
3. Soal-soal yang dianalisis adalah soal bentuk objektif pilihan ganda.
4. Kualitas soal dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran soal, dan efektivitas pengecoh dengan menganalisis lembar
jawaban siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Tingkat SMA
Rayon Bantul Studi Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
dan SMA N 2 Banguntapan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI
IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi
Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
Banguntapan ditinjau dari segi Validitas?
2. Bagaimana kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI
Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
Banguntapan ditinjau dari segi Reliabilitas?
3. Bagaimana kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI
IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi
Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
Banguntapan ditinjau dari segi Daya Pembeda?
4. Bagaimana kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI
IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi
Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
Banguntapan ditinjau dari segi Tingkat Kesukaran?
5. Bagaimana kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI
IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi
Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
Banguntapan ditinjau dari segi Efektivitas Pengecoh?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas
XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi
Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
2. Mengetahui kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas
XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi
Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
Banguntapan ditinjau dari segi Reliabilitas.
3. Mengetahui kualitas Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS
Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi Kasus
di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
Banguntapan ditinjau dari segi Daya Pembeda.
4. Mengetahui kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas
XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi
Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
Banguntapan ditinjau dari segi Tingkat Kesukaran.
5. Mengetahui kualitas Soal UAS Gasal Mata Pelajaran Ekonomi Kelas
XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Studi
Kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dan SMA N 2
Banguntapan ditinjau dari segi Efektivitas Pengecoh.
E. Manfaat Penelitian
Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak antara lain:
1. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
pihak Dinas Pendidikan dan sekolah-sekolah jenjang SMA Rayon
dan langkah-langkah yang efektif di bidang pendidikan, terutama yang
berhubungan dengan evaluasi.
2. Bagi guru, dalam penyusunan Soal UAS Mata Pelajaran Ekonomi
Kelas XI IPS Tingkat SMA Rayon Bantul, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan soal yang akan
datang sehingga dapat menyempurnakan atau memperbaiki kualitas
soal yang kurang baik, dan sebagai referensi dalam memilih soal-soal
serta dapat dijadikan umpan balik dalam peningkatan hasil belajar siswa
pada periode selanjutnya.
3. Bagi siswa, memberikan informasi tingkat penguasaan materi dan
pencapaian kompetensi dasar. Jika hasil evaluasi menunjukkan siswa
belum mampu mencapai kompetensi maka siswa dapat diberikan
motivasi untuk belajar lebih giat lagi.
4. Soal yang dianalisis dan hasil menjunjukkan kualitas dalam arti
memenuhi syarat validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran, dan efektivitas pengecoh dapat dijadikan sebagai kumpulan
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Tinjauan Tentang Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata evaluation. Evaluasi dimaknai sebagai
penilaian sistematik tentang manfaat atau penguatan suatu objek,
Menurut Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1997) dalam (Sudijono,
2011: 1), evaluation refer to the act or process to determining the value
of something. Dari definisi tersebut, maka istilah evaluasi ini menunjuk
pada pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu. Menurut Stufflemeam dkk (Majid, 2014: 32) evaluasi
merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan
informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Menurut
Ralph Taylor (Arikunto, 2012: 3), evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan
bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Majid (2014: 33)
mengungkapkan pada bidang pendidikan, evaluasi dapat dimaknai
sebagai kegiatan yang dilakukan seorang evaluator untuk mengetahui
tingkat keberhasilan suatu program telah tercapai yang dilakukan secara
berkesinambungan.
2. Tujuan atau Fungsi Penilaian
Arikunto (2012:18-19) memaparkan tujuan atau fungsi penilaian adalah
sebagai berikut :
a. Penilaian berfungsi selektif
Dengan mengadakan penilaian, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Seleksi ini dapat digunakan untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu, siswa yang mendapat beasiswa dan siswa yang dinyatakan lulus.
b. Penilaian berfungsi diagnostik
Penilaian dapat berfungsi sebagai diagnostik kepada peserta didik mengenai kebaikan dan kelemahannya. Apabila telah diketahui sebab-sebab kelemahan ini, lebih mudah dicari cara untuk mengatasi kelemahan tersebut.
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Penilaian juga dapat digunakan untuk menentukan dengan pasti di kelompok mana siswa harus ditempatkan.Penempatan siswa ini dilakukan dengan mengelompokkan siswa-siswa yang mempunyai hasil penilaian yang memiliki kategori yang sama. d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi sebagai pengukur keberhasilan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Pendidikan atau proses pembelajaran harus dievaluasi agar dapat diketahui apakah pendidikan atau proses pembelajaran tersebut berhasil mencapai tujuan ataukah justru sebaliknya sehingga dapat diidentifikasi penyebabnya untuk kemudian dibenahi atau diperbaiki.
3. Prinsip-prinsip Evaluasi
Menurut Arikunto (2012: 38), ada satu prinsip umum dan penting
dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat
tiga komponen, diantaranya:
a. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari
b. Kegiatan pembelajaran atau KBM
Kegiatan pembelajaran merupakan proses yang mengandung
serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi pendidikan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan sebuah proses menentukan hasil yang telah
dicapai dari beberapa kegiatan yang direncanakan untuk
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.
Triangulasi ketiga komponen tersebut dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut (Arikunto, 2012: 38-39):
Tujuan
KBM Evaluasi
Penjelasan dari bagan triangulasi di atas adalah:
a. Hubungan antara tujuan dengan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk
rencana mengajar mengacu pada tujuan yang hendak dicapai,
sehingga kegiatan pembelajaran atau KBM tentunya juga akan
mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. KBM akan
diselaraskan dengan tujuan pembelajaran sehingga berbagai
kegiatan yang telah dilaksanakan dimaksudkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
b. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur
sejauh mana tujuan sudah tercapai. Sehingga dalam menyusun alat
dan teknik untuk evaluasi harus mengacu pada tujuan yang sudah
dirumuskan.
c. Hubungan antara KBM dengan Evaluasi
Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu
atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Misalnya, bila
dalam kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru lebih
berorientasi pada keterampilan, maka evaluasinya juga harus
B. Tinjauan Pengukuran Hasil Belajar 1. Pengertian Tes
Mardapi (2008: 67) mengemukakan tes merupakan sejumlah
pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan
sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau
sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan
mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkapkan aspek
tertentu dari orang yang dikenai tes. Menurut Sudijono (2011: 67) tes
adalah cara yang digunakan atau prosedur dalam rangka pengukuran
dan penilaian di bidang pendidikan. Sedangkan menurut Zainul dan
Nasution (Majid, 2014: 37) tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau
tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atriibut psikologis
tertentu.
Mardapi (2008: 67-68) memaparkan bahwa hasil tes merupakan
informasi tentang karakteristik seseorang, yang berupa kemampuan atau
keterampilan seseorang. Hasil tes bisa digunakan untuk memantau
perkembangan mutu pendidikan. Hasil tes dengan tujuan demikian
harus baik, yakni memiliki kesalahan pengukuran yang sekecil
mungkin. Kesalahan pengukuran dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu kesalahan acak dan sistemik. Kesalahan acak disebabkan karena
kesalahan dalam menentukan sampel isi tes, variasi emosi seseorang
peserta tes diperiksa secara manual. Sedangkan kesalahan sistemik
adalah kesalahan yang disebabkan karena soal tes terlalu mudah atau
terlalu sukar.
Sebelum membahas lebih jauh tentang tes, perlu diketahui
beberapa istilah yang terkait dengan tes, yaitu
a. Testing, merupakan waktu pelaksanaan tes.
b. Testee, adalah orang yang dikenai tes atau yang mengerjakan tes.
c. Tester, adalah orang yang melaksanakan tes atau pelaksana tes.
2. Ciri-ciri Tes yang Baik
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus
memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:
a. Validitas
Kusaeri dan Suprananto (2012: 75-76) mengungkapkan
bahwa validitas merujuk pada ketepatan, kebermaknaan, dan
kemanfaatan, kesimpulan yang didapat dari interpretasi skor tes.
Validitas merujuk pada ketepatan interpretasi terhadap hasil suatu
tes yang dikenakan terhadap peserta tes, bukan merujuk pada tes
itu sendiri.Validitas berkaitan dengan pengkategorian derajat
tertentu, harus dihindari pemikiran tentang hasil tes sebagai valid
dan tidak valid. Jadi, ketika mendeskripsikan validitas, penting
untuk mempertimbangkan penafsiran secara khusus tentang hasil
memiliki derajat validitas berbeda pada setiap penafsiran yang
dibuat.
b. Reliabilitas
Menurut Kusaeri dan Suprananto (2012: 82-83) reliabilitas
merujuk pada konsistensi dari suatu pengukuran. Artinya,
bagaimana skor tes konsisten dari pengukuran yang satu ke
lainnya. Karakteristik suatu reliabilitas yaitu, Pertama, reliabilitas
merujuk kepada hasil yang didapat melalui sebuah instrumen tes,
bukan merujuk pada instrumennya sendiri. Jadi, lebih tepat
mengatakan bahwa reliabilitas “skor tes” dibandingkan reliabilitas
“tes”. Kedua, reliabilitas merupakan syarat perlu, tetapi belum
cukup untuk syarat validitas. Sebuah tes yang memberikan hasil
tidak konsisten mungkin tidak dapat memberikan informasi yang
valid berkaitan dengan kemampuan yang diukur. Jadi reliabilitas
yang rendah dapat membatasi tingkat validitas yang didapat,
tetapi reliabilitas yang tinggi tidak menjamin terpenuhinya derajat
validitas. Ketiga reliabilitas utamanya berkaitan dengan statistik.
Analisis logis dari suatu tes akan memberikan sedikit bukti
berkaitan dengan reliabilitas skor tes. Tes harus diujikan satu kali
atau lebih pada sekelompok anak yang sama sehingga konsistensi
hasilnya dapat ditentukan. Konsistensi ini biasanya dinyatakan
dalam bentuk koefisien reliabilitas dan kesalahan pengukuran
c. Objektivitas
Menurut Arikunto (2012: 75) sebuah tes dikatakan memiliki
objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor
subjektif yang memengaruhi.
d. Praktikabilitas
Menurut Arikunto (2012:77) sebuah tes dikatakan memiliki
praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis,
mudah pengadministrasiannya.
Arikunto (2012: 77) mengungkapkan tes praktis adalah tes
yang :
a. Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
b. Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skorsingnya. Untuk soal bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban. c. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga
dapat diberikan/ diawali oleh orang lain.
e. Ekonomis
Menurut Arikunto (2012: 77) pelaksanaan tes tidak
membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu
yang lama. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan tes
bermodalkan fotokopi soal dan lembar jawab. Hal ini dirasa tidak
terlalu mahal dibandingkan dengan melakukan evaluasi yang
bersifat nontes. Tenaga yang dibutuhkan dalam tes adalah
berbantu dengan aplikasi komputer sehingga lebih mudah dan
tidak membutuhkan waktu yang lama.
3. Fungsi Tes
Sudijono ( 2011: 67) mengemukakan fungsi tes secara umum adalah:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik, dalam hal ini tes berfungsi untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, dalam hal ini dimaksudkan bahwa melalui tes akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
4. Prinsip-prinsip Dasar Penyusunan Tes
Prinsip-prinsip penyusunan tes hasil belajar perlu diperhatikan
dalam menyusun tes untuk menilai hasil belajar peserta didik agar tes
yang dibuat benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa dan
ketercapaian tujuan pembelajaran. Menurut Sudijono (2011: 97-99)
terdapat prinsip-prinsip dasar dalam menyusun tes hasil belajar, yaitu:
a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas outcomes learning (hasil belajar) yang telah ditetapkan.
b. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan. c. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat
bervariasi.
d. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
e. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan. f. Tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur
keberhasilan siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara belajar guru.
5. Penggolongan Tes
Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur
perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik, yaitu (Sudijono,
2011: 68-73):
a. Tes Seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah ujian saringan atau
ujian masuk. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon
siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon
peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon
yang mengikuti tes.
b. Tes Awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah
materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat
dikuasai oleh peserta didik. Jadi, tes awal adalah tes yang
dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta
didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat mudah.
c. Tes Akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua
materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai
d. Tes Diagnostik
Menurut Sudijono (2011: 70) tes diagnostik adalah tes yang
dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang
dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran
tertentu. Sedangkan menurut Arikunto (2012: 48) tes diagnostik
adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan-kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
Jadi, tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan dan jenis kesukaran yang dihadapi oleh
peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu sehingga dapat
dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
e. Tes Formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk
mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik telah terbentuk
(sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
f.
Tes SumatifTes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Tujuan
utama tes sumatif adalah menentukan nilai yang diperoleh peserta
tertentu, sehingga nilai tersebut dapat menentukan kedudukan
siswa didalam kelompoknya, mengetahui kemampuan siswa
selama proses belajar mengajar, serta sebagai laporan kepada orang
tua siswa dan pihak-pihak yang berkepentingan.
C. Karakteristik Soal Objektif
Bentuk tes yang digunakan di lembaga menurut Mardapi (2008:
69-70) pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes
non objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, siapa saja
yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama.
Tes non objektif adalah sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi
skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes yang objektif adalah yang
sistem penskorannya objektif, sedangkan tes non objektif sistem
penskorannya dipengaruhi subjektivitas pemberi skor.
1. Golongan Tes Objektif
Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, Sudijono (2011: 107-118)
mengungkapkan bahwa tes objektif dapat dibedakan menjadi lima
golongan, yaitu:
a. Tes Benar-Salah (True-False Test)
Tes objektif dengan bentuk benar salah adalah bentuk tes
objektif di mana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil
belajar berupa pernyataan, pertanyaan, atau kalimat mengandung
menentukan pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan
tersebut.
b. Tes Menjodohkan (Matching Test)
Pada tes ini disediakan dua kelompok bahan suatu pertanyaan
dan jawaban selanjutnya testee harus mencari pasangan yang
sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang
terdapat pada kelompok kedua sesuai dengan petunjuk yang
diberikan dalam tes tersebut.
c. Tes Melengkapi (Completion Test)
Bentuk tes melengkapi biasanya berupa cerita atau karangan.
Kata-kata yang dianggap penting dalam cerita atau karangan
tersebut beberapa dikosongkan, kemudian tugas testee adalah
melengkapi bagian yang rumpang tersebut.
d. Tes Isian (Fill in Test)
Pada tes isian ini sebenarnya mirip dengan tes melengkapi.
Letak perbedaannya adalah bahwa pada tes melengkapi bahan
yang diteskan merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes
isian tidak demikian melainkan butir-butir soal tes dapat dibuat
berlainan antara satu dengan yang lain.
e. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Item Test)
Tes pilihan ganda merupakan salah satu bentuk tes objektif
yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum
beberapa kemungkinan jawaban yang disediakan pada tiap-tiap
butir soal yang terkait.
Soal yang akan diteliti adalah soal berbentuk pilihan ganda, maka
yang akan dibicarakan hanyalah bentuk pilihan ganda.
2. Konsep Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Item Test)
Sudijono (2011: 118) mengemukakan tes pilihan ganda yaitu:
salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Basuki dan Hariyanto (2014 : 43) tes
pilihan ganda adalah:
suatu keterangan atau pernyataan tentang suatu konsep yang belum lengkap, untuk melengkapinya peserta didik harus memilih salah satu jawaban yang tersedia berupa pilihan jawaban.
Basuki dan Hariyanto (2014 : 43) mengemukakan tes pilihan
ganda terdiri dari pernyataan yang harus dilengkapi (stem), serta
pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri dari jawaban
sebenarnya dan pengecoh-pengecoh (distractors). Jumlah pilihan
biasanya ada empat atau lima. Semakin tinggi tingkat peserta didik
yang diuji bisanya pilihan jawabannya juga makin banyak. Bagi
tingkat SD kelas IV sampai kelas IX SMP pilihan jawaban sering kali
buah. Hal ini sekadar merupakan kebiasaan dan bukan merupakan
2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang terkandung dalam pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban yaitu pilihan jawaban yang paling benar.
b. Aspek Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan atau materi yang hendak diukur atau ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksud penulis, dan frase, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk kearah jawaban yang benar.
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. 5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar.” Artinya, dengan adanya pilihan jawaban seperti ini maka dari segi materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu hanya merujuk kepada materi dari jawaban sebelumnya.
7) Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut dan pilihan jawaban berbentuk angka menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Pengurutan angka dilakukan dari angka paling kecil ke nilai angka paling besar atau sebaliknya.
8) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat dalam soal harus jelas, terbaca, dan dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal tersebut tetap bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, dan tabel tersebut tidak berfungsi.
9) Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik tidak dapat menjawab benar soal pertama yang berakibat tidak dapat pula menjawab dengan benar soal berikutnya.
c. Aspek Bahasa
1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
2) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika akan digunakan untuk daerah lain atau nasional
D. Analisis Butir Soal
1. Pengertian Analisis Butir Soal
Kusaeri dan Suprananto (2012: 163) mengemukakan bahwa
kegiatan analisis butir soal merupakan kegiatan penting dalam
penyusunan soal agar diperoleh butir soal yang bermutu. Sedangkan
menurut Basuki dan Hariyanto (2014: 129) analisis butir soal adalah
cara yang berharga serta relatif mudah pekerjaannya, dan merupakan
suatu prosedur yang dapat digunakan guru untuk mengetahui
karakteristik pembelajaran.
Basuki dan Hariyanto (2014: 130) mengungkapkan bahwa pada
umumnya, analisis butir soal dirancang dengan tujuan untuk
mengetahui cacat dalam butir tes sehingga dapat diperbaiki sebelum
digunakan pada tes berikutnya, serta untuk menemukan soal yang
terlalu mudah atau terlalu sukar untuk dijawab sehingga soal-soal itu
dapat diganti dengan butir soal yang lain. Dengan kata lain, analisis
butir soal bukanlah suatu tujuan, dan baru bermakna setelah merevisi
butir-butir soal yang tidak relevan.
2. Manfaat Kegiatan Analisis Butir Soal
Basuki dan Hariyanto (2014: 130) mengemukakan manfaat analisis
butir soal secara umum adalah sebagai berikut:
a. Membantu para pengguna tes dalam evaluasi terhadap tes yang digunakan.
d. Memberikan masukan kepada peserta didik tentang kemampuannya.
e. Memberikan masukan kepada guru tentang kesulitan-kesulitan siswa.
f. Memberikan masukan kepada guru tentang efektivitas pembelajaran.
g. Merevisi atau mengganti sama sekali butir soal yang dinilai tingkat kesukarannya terlalu tinggi atau terlalu rendah, yang validitas dan reliabilitasnya rendah.
h. Meningkatkan keterampilan guru dalam penulisan soal.
i. Memberi masukan hal-hal tertentu yang bermanfaat bagi pemgembangan kurikulum.
3. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif
Kusaeri dan Suprananto (2012: 173) mengemukakan penelaahan
soal secara kuantitatif adalah penelaah butir soal didasarkan pada data
empirik. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan.
Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu
a. Pendekatan secara klasik
Proses penelaahan butir soal melalui informasi dari
jawaban peserta tes guna meningkatkan mutu butir soal yang
bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik.
b. Pendekatan secara modern
Penelaahan butir soal dengan menggunakan teori respon
butir. Teori ini merupakan sutu teori yang menggunakan fungsi
matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab
4. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Prinsip validitas adalah
pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip keandalan
instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih
menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan. Menurut
Sudijono (2011: 163) terdapat dua macam validitas yaitu validitas tes
dan validitas item.
a. Validitas Tes
Validitas tes merupakan pengukuran yang digunakan untuk
soal yang akan digunakan secara keseluruhan. Pengukuran
validitas tes dapat dilakukan secara rasional dan secara empirik.
1) Validitas Rasional
Sudijono (2011: 164) memaparkan bahwa validitas
rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil
pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berpikir secara
logis. Dengan demikian maka suatu tes hasil belajar dapat
dikatakan telah memiliki validitas rasional, apabila setelah
dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes
hasil belajar itu memang dengan tepat telah dapat mengukur
Ada dua macam validitas rasional yang dapat dicapai
sebuah instrumen yaitu validitas isi dan validitas konstruksi.
(a) Validitas isi
Sudijono (2011:164) menungkapkan validitas
isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang
diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, pengujian
terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar
tersebut. Validitas isi merupakan validitas yang
ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat
pengukur hasil belajar. Suatu tes dikatakan memiliki
validitas isi apabila tes tersebut dapat mewakili secara
representatif bagi seluruh materi pelajaran yang akan
diujikan.
(b) Validitas Konstruksi
Sudijono (2011: 166) mengemukakan bahwa
validitas konstruksi diartikan sebagai validitas yang
ditilik dari segi susunan, kerangka, atau rekaannya.
Suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes
yang telah memiliki validitas konstruksi apabila tes
hasil belajar tersebut (yang ditinjau dari segi susunan,
kerangka atau rekaannya) telah dapat dengan secara
psikologis, yaitu secara tepat dapat mengukur
aspek-aspek berpikir (kognitif, afektif dan psikomotorik).
2) Validitas Empirik
Sudijono (2011:167) mengungkapkan pendapatnya
bahwa validitas empirik adalah validitas yang bersumber
pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan
(Sudijono, 2011: 167). Tes hasil belajar dapat dikatakan
telah memiliki validitas empirik apabila berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan terhadap data hasil pengamatan di
lapangan, terbukti bahwa tes hasil belajar itu dengan secara
tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya
diukur lewat tes hasil belajar tersebut.
(a) Validitas Ramalan
Sudijono (2011: 168-170) menyampaikan bahwa
validitas ramalan dari suatu tes adalah suatu kondisi
yang menunjukkan seberapa jauh sebuah tes telah dapat
dengan tepat menunjukkan kemampuannya untuk
meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa
mendatang. Selanjutnya utuk mengetahui bahwa suatu
tes memiliki validitas ramalan dapat dilakukan dengan
mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang
diuji dengan hasil belajar setelah peserta tes mengikuti
(b) Validitas Bandingan
Sudijono (2011: 177) menyampaikan bahwa
validitas bandingan juga dapat disebut sebagai validitas
ada sekarang. Validitas ada sekarang menunjuk pada
hubungan antara tes skor yang dicapai dengan keadaan
sekarang. Pada keadaan ini, tes dipasangkan dengan
hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai
kejadian yang lampau sehingga data pengalaman
tersebut sekarang sudah ada. Tes dikatakan memiliki
validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun
waktu yang sama secara tepat telah mampu
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara tes
pertama dengan tes yang dilakukan berikutnya.
b. Validitas Item
Sudijono (2011: 182) mengungkapkan bahwa validitas item
dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh
sebuah item, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat
butir item tersebut.
Arikunto (2012:93) mengemukakan untuk menghitung
validitas item dapat menggunakan rumus:
q p S
M M Y
t p pbi
Keterangan:
Ypbi : koefisien korelasi biserial
Mp : rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi
item yang dicari validitasnya Mt : rerata skor total
St : standar deviasi dari skor total proporsi
p : proporsi siswa yang menjawab benar
q : proporsi siswa yang menjawab salah (q=1-p)
5. Reliabilitas
Menurut Arikunto (2012:100) pengertian reliabilitas tes,
berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes. Didukung pendapat
Arifin (2009: 258) reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi
dari suatu instrumen. Menurut Purwanto (2009:139) keandalan
(reliability) adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu
tes atau alat evaluasi dikatakan andal jika ia dapat dipercaya,
konsisten, atau stabil dan produktif. Jadi, yang dipentingkan di sini
ialah ketelitiannya sejauh mana tes atau alat tersebut dapat dipercaya
kebenarannya.
Arikunto (2012:101-102) memaparkan beberapa hal yang sedikit
banyak mempengaruhi hasil tes yang secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi tiga hal berikut:
b. Hal yang berhubungan dengan Tercoba (Testees). Suatu tes yang diujicobakan kepada kelompok yang terdiri dari banyak siswa akan mencerminkan keragaman hasil yang menggambarkan besar kecilnya reliabilitas tes.
c. Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes. Penyelenggaraan tes yang bersifat administratif, sangat menentukan hasil tes. Hasil tes tersebut akan mempengaruhi reliabilitas soal tes.
Menurut Arikunto (2012: 104-106) ada tiga macam metode dalam
menghitung reliabilitas:
a. Metode Bentuk Paralel
Tes paralel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai
kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir
soalnya berbeda. Kelemahan metode ini bahwa pengetes
pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes dan
membutuhkan waktu yang lama.
b. Metode Tes Ulang
Metode tes ulang dilakukan untuk menghindari penyusunan dua
seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes
hanya memiliki satu seri tes, tetapi dicobakan dua kali.
c. Metode Belah Dua atau Split-half Method
Ada dua cara membelah butir soal, yaitu:
(1) Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang
(2) Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separo
jumlah pada nomor-nomor awal dan separo pada nomor-nomor
akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.
Arikunto (2012: 115) mengungkapkan reliabilitas tes dapat
dihitung dengan rumus K-R.20 yaitu:
∑
Keterangan:
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
(q= 1-p)
Ʃpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q n : banyaknya item
S : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
6. Daya Pembeda
Basuki dan Hariyanto (2014: 139) mengungkapkan daya beda
atau DP adalah daya yang mampu membedakan antara peserta tes
yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan
rendah. Pendapat ahli lain, yakni Kusaeri dan Suprananto ( 2012: 175)
mengungkapkan daya pembeda soal adalah kemampuan butir soal
dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang
ditanyakan dan siswa yang belum menguasai materi yang diujikan.
Sedangkan menurut Arikunto (2012: 226) daya pembeda soal adalah
(berkemampaun tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan
rendah).
Kusaeri (2014: 107) menungkapkan daya pembeda soal memiliki
beberapa manfaat, yaitu:
a. Meningkatkan mutu setiap soal melalui data empirik.
Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap soal dapat diketahui
apakah soal itu baik, perlu direvisi, atau dibuang.
b. Mengetahui seberapa jauh masing-masing soal dapat mendeteksi
atau membedakan kemampuan siswa.
Kusaeri dan Suprananto (2012: 176) menemukakan apabila suatu butir
soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka butir
soal itu dapat dicurigai adanya kemungkinan:
a. Kunci jawaban tidak tepat
Kunci jawaban sebagai patokan dalam memeriksa hasil tes
terkadang tidak tepat, dalam artian kunci jawaban tersebut
malahan salah. Keadaan ini biasanya dipengaruhi oleh kesalahan
penulisan ataupun memang kurang dikaji ulang jawaban yang
tepat.
b. Butir soal memiiki dua atau lebih kunci jawaban yang benar
Kualitas jawaban yang baik dalam pengukuran tes memiliki
jawaban ganda dapat disebabkan kurang teliti dalam penyusunan
soal sehingga perlu diperbaiki. Hal demikian ini tidak layak
c. Kompetensi yang diukur tidak jelas
Kompetensi yang diberikan dalam pengukuran tes harus
dapat untuk mengukur ketercapaian tingkat pemahaman peserta
didik terkait materi tertentu. Misalkan kompetensi „memahami‟
hal ini kurang jelas untuk mengukur ketercapaian materi
pembelajaran.
d. Pengecoh tidak berfungsi
Alternatif pilihan jawaban terkadang terlalu mencolok
sehingga mudah ditebak oleh testee. Alternatif jawaban harus
dibuat secara proporsional dan harus terkait dengan konteks soal
yang dipertanyakan.
e. Materi yang ditanyakan terlalu sulit sehingga banyak siswa yang
menebak
Soal tes dibuat dengan tujuan mengukur ketercapaian
pemahaman materi peserta didik. Komposisi kriteria soal mulai
soal mudah sedang dan sulit harus proporsional. Sehingga soal
tersebut memang benar dapat mengkur kompetensi peserta didik,
tidak hanya tebak jawaban yang dikarenakan pembagian
komposisi tingkat kesulitan.
f. Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan
berpikir ada yang salah informasi dalam butir soal.
Siswa beranggapan bahwa soal salah informasi, hal ini
pernyataan kurang jelas dan menimbulkan persepsi yang berbeda.
Sehingga perlu diperhatikan dalam penyusunan soal, penggunaan
bahasa harus jelas dan mudah dipahami agar tidak menimbulkan
makna ganda.
Kusaeri (2014: 108) mengungkapkan bahwa indeks daya
pembeda berkisar antara -1 sampai dengan +1. Jika daya pembeda
negatif, berarti lebih banyak kelompok bawah (peserta tes yang
kurang pandai) menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas
(peserta tes yang pandai). Sebaliknya, jika daya pembeda positif,
banyak siswa kelompok atas mampu menjawab benar soal dibanding
kelompok bawah. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal, semakin
tinggi kemampuan soal itu membedakan siswa yang pandai dengan
siswa yang kurang. Sudijono (2011: 398-399) menyebutkan bahwa
mengenai teknik analisis daya pembeda item dalam keadaan di mana
jumlah pengikut tes adalah cukup besar (100 orang atau lebih) daya
pembeda item cukup dihitung berdasar 27% pengikut tes kelompok
atas dan 27% dari pengikut tes kelompok bawah. Sedangkan pengikut
tes yang terletak di antara kedua ujung ekterm itu tidak perlu
diikutsertakan dalam perhitungan analisis.
Rumus untuk mencari daya pembeda sebagai berikut (Arikunto,2012:
228-229):