SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum Prodi Hukum Acara Peradilan dan Kekeluargaan Jurusan Peradilan
Pada Fakultas Syaria’ah dan Hukum
UIN Alaudin Makassar
Oleh
IQRAMULYO NUGROHO NIM. 10100114204
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN ALAUDDIN MAKASSAR
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : IQRAMULYO NUGROHO
Nim : 10100114204
Tempat/Tgl. Lahir : SINJAI, 29 Mei 1996
Jurusan : Peradilan
Fakultas : Syariah dan Hukum
Judul : PENYELESAIAN SERTIPIKAT GANDA DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL GOWA PERPEKTIF HUKUM ISLAM
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar
adalah hasil karya penyusunan sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, dibuat atau dibantu orang lain secara
keseluruhan (tanpa campur tangan penyusun) maka skripsi dan gelar yang
diperoleh batal demi hukum.
Makassar, 10 Januari 2019
Penyusun
IQRAMULYO NUGROHO
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini
sebagaimana mestinya.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan
dukungan yang sangat berarti dari berbagai pihak terutama Irsan Mustafa S.Hut,
M.M dan Mardianah S.kep, NS selaku orang tua tercinta dan juga untuk nenek
saya tercinta Hj. Subaedah, yang senantiasa memberikan penulis curahan kasih
sayang, nasihat, perhatian, bimbingan serta doa restu yang selalu diberikan sampai
saat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudariku yang
tercinta beserta keluarga besar penulis, terima kasih atas perhatian dan kasih
sayangnya selama ini dan serta berbagai pihak yang tulus dan ikhlas memberikan
andil sejak awal hingga usainya penulis menempuh pendidikan di Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
(S1) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar. Dalam menyusun skripsi ini tidak sedikit kekurangan dan kesulitan
yang dialami oleh penulis, baik dalam kepustakaan, maupun hal-hal lainnya.
Tetapi berkat ketekunan, bimbingan, petunjuk serta bantuan dari pihak lain
akhirnya dapatlah disusun dan diselesaikan skripsi ini menurut kemampuan
penulis. Kendatipun isinya mungkin terdapat banyak kekurangan dan kelemahan,
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini disusun dan diselesaikan berkat
petunjuk, bimbingan dan bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, sudah pada
tempatnyalah penulis menghanturkan ucapan penghargaan dan terima kasih yang
tak terhingga kepada semua pihak yang telah rela memberikan, baik berupa moril
maupun berupa materil dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang terdalam dan tak terhingga
terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. selaku Rektor UIN Alauddin Makassar;
2. Bapak Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar beserta jajarannya;
3. Bapak Dr. Supardin M.HI.selaku Ketua Jurusan Peradilan UIN Alauddin Makassar beserta ibu Dr. Hj. Patimah, M.Ag. selaku Sekertaris Jurusan
Peradilan;
4. Ibunda Dr. Hj. Patimah, M.Ag . selaku pembimbing I. yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, masukan
sehingga skripsi ini selesai dengan baik;
5. Ibunda Dr. Musyfikah Ilyas, M.H.I . selaku pembimbing II. Beliau, di tengah kesibukan dan aktifitasnya bersedia meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran untuk memberikan petunjuk dan bimbingan dalam proses
v
6. Dr. Supardin M.HI selaku penguji I dan Ibu DRS. Hadi Daeng Mapuna. selaku penguji II. yang telah memberikan bimbingan serta kritik dan
saran dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini;
7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf akademik dan pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar;
8. Teman-teman dan sahabat-sahabat Peradilan E 2014 yang memberikan banyak motivasi, dorongan, bantuan dan menjadi teman diskusi yang
baik bagi penulis. serta sahabat lainnya yang tak dapat penulis sebutkan,
terimakasih telah menjadi sahabat terbaik, siap membantu jika dalam
kesulitan, menemani suka dan duka, memberikan semangat dan
dukungan.
9. Seluruh teman KKN UIN Alauddin Makassar Angkatan 58 khususnya posko Desa Tassese, Kec. Manuju, Kab. Gowa, Kherul, Fajar, Nur
hidaya tilla, chica, Irma, ulfa, albar . Terima kasih atas doa, dukungan
dan kekeluargaannya selama dan setelah masa KKN, semoga langkah
kita dimudahkan oleh Allah dalam mencapai impian masing-masing;
10. Seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan yang tiada hentinya buat penulis.
11. Teman teman seperjuangan skripsi Ramayana, Maqbul, tibiyan, Imma, Tamir, Ichsan, Aswin dan dwy yang selalu menghibur dan membantu
penulis dalam memberikan kritikan dalam penyelesaian skripsi ini;
12. Kepada Seruni Wulantika Ahmad Amd.kep, yang senantiasa memberi motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan studi.
vi
13. Teman-teman seangkatan Peradilan 2014 dan berbagai pihak yang namanya tidak dapat dituliskan satu per satu terima kasih telah
membantu penulis dengan ikhlas dalam banyak hal yang berhubungan
dengan penyelesaian studi penulis;
Atas segala bantuan, kerjasama, uluran tangan yang telah diberikan dengan
ikhlas hati kepada penulis selama menyelesaikan studi hingga rampungnya skripsi
ini.Begitu banyak bantuan yang telah diberikan bagi penulis, namun melalui doa
dan harapan penulis, Semoga jasa-jasa beliau yang telah diberikan kepada penulis
mendapat imbalan pahala yang setimpal dengannya dari Allah swt.
Akhirnya dengan penuh rendah hati penulis mengharap tegur sapa
manakala terdapat kekeliruan menuju kebenaran dengan mendahulukan ucapan
terima kasih yang tak terhingga.
Makassar, 10 Januari 2019
Penulis
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1-9 A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 6
C. Rumusuan Masalah ... 7
D. Kajian Pustaka ... 7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10-43 A. Tinjauan Umum Pendaftaran Tanah di Indonesia ... 10
B. Tinjauan Umum Tentang Sertipikat Hak Atas Tanah ... 19
C. Tinjauan Umum Tentang Sertipikat Palsu dan Sertipikat Ganda ... 34
D. Proses Penyelesaian Sengketa yang Berkaitan Dengan Sertipikat Palsu dan Sertipikat Ganda ... 36
E. Tinjauan Umum Tentang Kepemilikan Tanah Dalam Islam ... 38
F. Tinjauan Tentang Penyelesaian Atas Tanah ... 41 BAB III. METODE PENELITIAN... 44-50
viii
A. Jenis Penelitian ... 44
B. Lokasi Penelitian ... 45
C. Pendekatan Penelitian ... 45
D. Sumber Data Penelitian ... 45
E. Teknik Pengumpulan Data ... 47
F. Instrumen Penelitian... 49
G. Teknik Pengelolaan Dan Analisis Data... 49
H. Pengujian Keabsahan Data ... 50
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51-78 A. Gambaran Umum Kabupaten Gowa ... 51
B. Kondisi Geografis wilayah ... 52
C. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional Gowa ... 53
D. Apa Faktor Penyebab Munculnya Sertipikat Ganda di Badan Pertanahan Nasional Gowa ... 59
E. Bagaimana Peneyelesaian yang di Lakukan Badan Pertanahan Nasional Gowa Dalam Menyelesaiakan Masalah Sertipikat Ganda ... 68
F. Pandangan Hukum Islam Terhadap Penyelesain Sengketa Sertipikat Ganda di Badan Pertanahan Nasional Gowa ... 73
BAB V. PENUTUP ... 80-82 A. Kesimpulan ... 80
B. Implikasi Penelitian ... 81 DAFTAR PUSTAKA ...
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا
alif Tidak dilambangkan tidak dilambangkanب
ba B Beت
ta T Teث
sa ṡ es (dengan titik di atas)ج
jim J Jeح
ha ḥ ha (dengan titk di bawah)خ
kha Kh ka dan haد
dal D deذ
zal Z zet (dengan titik diatas)
ر
ra R erز
zai Z zetس
sin S esش
syin Sy es dan yeص
sad ṣ es (dengan titik dibawah)
ض
dad ḍ de (dengan titik dibawah)
ط
ta ṭ te (dengan titik dibawah)
x
bawah)
ع
‘ain ‘ apostrof terbalikغ
gain G geف
fa F efق
qaf Q qiك
kaf K kaل
lam L elم
mim M emن
nun N enو
wau W weه
ha H haء
hamzah , apostofي
ya Y yeHamzah (
ء
) yang terletak di awal kata mengikuti a n a an a i i an a a a n i a ia a i n a a a i a i a a i i n an an a2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tungggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut :
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َ ا
fatḥah a aَ ا
Kasrah i Ixi
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َ ى
fatḥah an ā’ ai a dan iَ و ى
fatḥah dan wau au a dan u3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :
Harkat dan Huruf
Nama Huruf dan Tanda Nama
...
.. | َا
َى.
fatḥa a ā’ahdan alif ā a dan garis diatas
ى
kasrah an ā’ i i dan garis diatas
وى
ḍammahdan wau ū u dan garis diatas
4. Tā’ Ma ūṭah
Transliterasi untuk tā’ marbūṭahada dua, yaitu: tā’ marbūṭahyang hidup
atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, yang transliterasinya
adalah [t]. Sedangkan tā’ marbūṭahyang mati atau mendapat harkat sukun
xii
Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marbūṭahdiikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka
tā’marbūṭah itu transliterasinya dengan (h).
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydid ( ّ), dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Jika huruf
ى
ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh hurufkasrah
(
ىِى
)
,maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddahmenjadi (i). 6. Kata SandangKata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf
ا
ل
(alif lam ma’arifah).Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandangditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah
maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf
langsung yang mengikutinya.Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
7. Hamzah
Aturan transliterasi a a n a i a hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah
terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia
berupa alif.
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,istilah atau
kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa
xiii
lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Q ’an(dari
al-Qur’ān), alhamdulillah, dan munaqasyah.Namun, bila kata-kata
tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus
ditransliterasi secara utuh.
9. Lafẓ al- a ā a
(
الله
)
Ka a “A a ” an i a i a i i jarr dan huruf lainnya
atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Adapun tā’ marbūṭahdi akhir kata yang disandarkan kepadalafẓ al-Jalālah
ditransliterasi dengan huruf [t].
10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan
huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku
(EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal
nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan
kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang
ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf
A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan
yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang
didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun
xiv ABSRTAK Nama : Iqramulyo Nugroho
NIM : 10100114204
Judul : Penyelesaian Sertipikat Ganda di BPN Gowa Persfektif Hukum Islam
Pokok masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana penyelesaian
sertipikat ganda di Badan Pertanahan Nasional Gowa. Dari pokok masalah tersebut, penuis merumuskan sub masalah yaitu : 1) Faktor-faktor penyebab munculnya sertifikat ganda yang merupakan alat bukti sah kepemilikan tanah? 2) Penyelesaian yang dilakukan pihak Badan Pertanahan Nasional dalam menyelesaikan masalah sertifikat ganda? 3) Pandangan Hukum Islam terhadap penyelesaian sertipikat ganda di Badan Pertanahan Nasional Gowa?.
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan field research kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan ialah pendekatan Yuridis Empiris yaitu pendekatan yang dilakukan dengan melihat kenyataan yang ada dalam praktek di lapangan. Selanjutnya, untuk memperoleh data tentang masalah ini maka di gunakan metode pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dokumentasi, library research dan field research. Lalu, data yang di peroleh kemudian dianalisis dan disimpulkan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab terjadinya sertipikat ganda di Badan Pertanahan Nasional ialah karena adanya kesengajaan atau ketidaksengajan dari pihak pemilik tanah dan pemerintah setempat yang disebabkan oleh faktor teknis dalam artian sistem pemetaan yang masih kurang di karenakan masih kurang Kelurahan/Desa yang memiliki peta, kemudian dari pihak Badan Pertanahan Nasional kesalahan pada proses administrasi, kemudian adanya oknum-oknum pejabat badan pertanahan dengan mudah menerbitkan sertipikat tanpa melihat buku induk sebagai acuan terbitnya sertipikat tanah. Badan Pertanahan Nasional berwenang menyelesaikan sengketa sertipikat ganda dengan cara mediasi memfasilitasi dan mempertemukan kedua bela pihak untuk menyelesaikan kasusnya dan mencarikan solusi. Penyelesaian sengketa sertipikat ganda yang di lakukan Badan Pertanahan Nasional Gowa sama dengan proses penyelesaian sengketa yang di anjurkan oleh AL-Q ’an an Ha i ai perdamaian (ishlah).
Implikasi dari penelitian adalah: 1) Hendaknya Pemerintah mengambil keputusan bahwa satu-satunya lembaga yang mengurus administrasi pertanahan hanyalah Badan Pertanahan Nasional dan lembaga lainya hanya mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang dikeluarkan oleh BPN. Peta pendaftaran tanah yang merupakan basis data pendaftaran tanah yang dimiliki BPN sebaiknya dimanfaatkan secara benar sehingga tidak akan muncul lagi sebidang tanah yang memiliki sertipikat ganda. 2) Badan Pertanahan Nasional sebaiknya mengeluarkan suatu sistem atau cara baru dalam proses pendaftaran tanah.
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai fungsi
penting untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Melihat urgenitas
tersebut maka sudah selayaknya hal itu perlu dimasukkan kedalam konstitusi
sebuah Negara yang berlandaskan atas Ketuhanan Yang Maha Esa seperti yang
tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagai dasar Negara.
Tanah merupakan kebutuhan yang sangat penting dan menentukan.
Keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dari pada tanahnya baik sebagai
sumber penghidupan manusia itu sendiri. Bagi banyak orang tanah tidak dapat
dipisahkan dari pada hidupnya sendiri. Keterikatan orang dengan tanahnya dapat
dilihat melalui pola-pola kehidupan manusia dalam masyarakat.1
UUD 1945 dalam pasal 33 ayat (3) mengatur mengenai pemanfaatan tanah
yang menyatakan bahwa “bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.2
Peraturan ini pemerintah berharap sebagai modal utama
dalam mensejahterakan masyarakat. Dan merupakan hak milik setiap warga
negara bukan milik segelintir orang. Dan sebagai dasar hukum politik pertanahan
nasional dengan satu tujuan yaitu untuk kemakmuran rakyat dengan mekanisme
penguasaan oleh negara yang kemudian dijabarkan lebih lanjut pada
1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pola Penguasaan, Pemilikan dan Penggunaan
Tanah Secara Tradisional (Cet. 1; Ambon, Depdikbud, 1992) h. 1
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok Agraria
(Undang-undang Pokok Agraria).3
Undang-undang pokok agraria merupakan hukum tanah positif yang
berlaku di Indonesia hingga saat ini. Tujuan UUPA itu sendiri sebagaimana yang
dicantumkan dalam Penjelasan umum adalah:
1. Meletakkan dasar-dasar penyusunan hukum agraria Nasional, membawakan kemakmuran kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan
rakyat, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur.
2. Melatakkan dasar-dasar untuk menandakan kesatuan dan kesederhanaan. 3. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai
hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.
Berdasarkan tujuan pokok Undang-Undang Pokok Agraria tersebut di atas
diatur macam-macam hak atas tanah yang dapat diberikan dan dipunyai oleh
setiap orang, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain
ataupun badan hukum. Menurut pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria,
hak-hak atas tanah yang dapat dipunyai dan diberikan kepada setiap orang dan atau
badan hukum adalah hak milik, hak paki dan lai-lain.4 Dengan demikian diberikan
kewenanagan kepada pemegang hak atas tanah untuk memanfaatkan tanah
tersebut sesuai dengan peruntukanya. Namun pada kenyataanya, sehingga saat ini
pelaksanaan pendaftaran tanah belum diwujudkan sepenuhnya, bahkan disebutkan
jumlah bidang tanah yang sudah didaftarkan baru sekitar 31% dari 85 juta bidang
tanah di Indonesia.5
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria Presiden Republik Indonesia
4 Undang-Undang pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria. pasal 16.
5 Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis. Hukum Pendaftaran Tanah Edisi Revisi (Cet. II; Bandung: CV. Mandar Maju)h. 5
Di Indonesia, Sertipikat hak-hak atas tanah berlaku sebagai alat bukti yang
kuat sebagaimana ditegaskan dalam pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA dan pasal 32
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah
yang kini telah dicabut dan ditegaskan kembali Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997.6
Salah satu alat bukti hak atas tanah adalah sertipikat, sertipikat merupakan
Alat Bukti sah yang kuat dan autentik kekuatan Sertipikat Merupakan jaminan
Kepastian Hukum bagi pemegang sertipikat sebagai alat bukti yang sempurna
sepanjang tidak ada pihak lawan yang membuktikan sebaliknya. Seorang atau
badan hukum akan mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas suatu
bidang tanah serta keadaan dari tanah itu, misalnya luas, batas-batas, bangunan
yang ada, jenis haknya beserta beban-beban yang ada pada hak atas tanah itu, dan
sebagainya.7
Lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria, maka terwujudlah salah satu
Hukum Agraria Nasional, yang akan memberikan kepastian hukum bagi seluruh
rakyat dan memungkinkan tercapainya fungsi bumi, air, serta kekayaan alam
sebagimana yang dicita-citakan tersebut. Mengingat Undang-Undang Pokok
Agraria ini sebagai peraturan dasar bagi hukum agraria nasional yang baru, maka
Undang-Undang Pokok Agraria ini hanya memuat asas-asas serta soal-soal pokok
masalah agrarias. Dalam pelaksanaanya undang-undang ini masih memerlukan
berbagai undang-undang terkait dari peraturan perundang-undang lainya.
Masalah pertanahan memerlukan perhatian dan penanganan yang khusus
dari berbagai pihak, karena pembangunan yang terjadi sekarang meluas di
6 Pasal 31 dan Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah (LN Tahun 1997 Nomor, TLN Nomor 3696)
7Adrian Sutedi. Hak Atas Tanah dan Pendaftaranya (Jakarta: sinar grafika, 2012).h. 57
berbagai bidang, sehingga harus ada jaminan hak-hak atas tanah. Untuk
menghindari terjadinya perselisihan antara tiap-tiap manusia yang membutuhkan
tanah tersebut. Maka dibuat peraturan-peraturan tentang pertanahan yang berguna
untuk mengatur segala aktifitas penggunaan tanah di Indonesia yaitu peraturan
Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok Agraria.
Berbagai macam pemasalahan itu salah satunya adalah sertifikat ganda
yang sampai saat ini belum ada penyelesaianya di tingkat Badan Pertanahan
Nasional (BPN). Pemerintah dalam menjamin kepastian hukum di bidang
penguasaan dan pemilikan tanah, menjadikan kepastian letak dan batas setiap
bidang tanah sebagai faktor dan prioritas utama yang tidak dapat diabaikan.
Cukup banyak sengketa tanah yang timbul sebagai akibat letak dan batas
bidang-bidang tanah tidak benar. Karena itu masalah pengukuran dan pemetaan serta
penyedian peta berskala besar unutuk keperluan penyelenggaraan pendaftaran
tanah merupakan hal yang tidak boleh diabaikan dan merupakan bagian yang
penting untuk menjadi perhatian yang serius, bukan hanya dalam rangka
pengumpulan data penguasaan tanah tetapi juga dalam penyajian data pemilik
tanah dan penyimpanan data tersebut. Dalam undang-undang pokok Agraria tidak
pernah di sebutkan sertifikat tanah , namun seperti yang dijumpai dalam pasal 19
ayat (2) huruf C ada disebutkan “surat tanda bukti hak”. Dalam pengertian sehari -hari surat tanda bukti hak ini sering ditafsirkan sebagai sertipikat hak tanah. 8
Untuk menindak lanjuti hal tersebut diatas, telah dikeluarkan peraturan
pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, sebagai
penyempurna peraturan pemerintah sebelumnya. Penyelenggaraan pendafatran
tanah dalam masyarakat merupakan tugas Negara yang diselenggarakan oleh
pemerintah bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan status hak atas
tanah di Indonesia.
Adapun tujuan dari pendaftan tanah menurut peraturan pemerintah nomor
24 Tahun 1997 dalam pasal 3 adalah:
1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang
terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang
hak yang bersangkutan.
2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah memperoleh data yang diperlukan
dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.
3. Untuk terselenggarahnya tertib administrasi pertanahan.9
Walaupun fungsi utama sertifikat hak atas tanah adalah sebagai alat bukti,
tetapi sertifikat bukan satu-satunya alat bukti hak atas tanah. Hak atas tanah
seseorang masih mungkin di buktikan alat bukti lain, seperti misalnya akta
register yang dikeluarkan oleh pemerintah Desa letak tanah tersebut berada.
Sertifikat sebagai alat bukti sangat penting misalnya di dalam hal pemindahan
hak, dan perbuatan hukum pemindahan hak bertujuan untuk memindahkan hak
atas tanah kepada orang lain yaitu berupa jual – beli tanah, hibah atau wasiat dan lainya. Sengketa pertanahan ditanah air telah menjadi permasalahan yang bersifat
struktural. Sengketa-sengketa ini lahir terutama oleh proses-proses hegemonic
melalui proses politik, pembangunan, dan kebijakan. Proses-proses hegemonic ini
jauh lebih menonjol dibanding Proses-proses alamiah. Artinya pemicu sengketa
pertanahan yang terutama adalah tatanan dan proses politik, pembangunan dan
kebijakan pertanahan.10
Sementara hukum pertanahan dalam Islam dapat didefinisikan sebagai
hukum-hukum Islam mengenai tanah dalam kaitanya dengan hak kepemilikan
(milikiyah), pengelolaan (tasharruf), dan pendistribusian (tauzi’) tanah. Dalam pandangan Islam, segala sesuatu yang ada dilangit dan bumi, termasuk tanah
hakikatnya ialah milik Allah swt. Semata, senagaimana dalam firman Allah QS
al-Nur / 24: 42.
Terjemahnya:
“Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi kepada Allah-lah kembali (semua makhluk)”.11
Ayat tesebut menegaskan bahwa pemilik hakiki dari segala sesuatu
(termasuk tanah) adalah Allah swt. Semata. Kemudian, Allah swt sebagai pemilik
hakiki memberikan daya (istikhlaf) kepada manusia untuk mengelola milik Allah
ini sesuai dengan hukum-hukumnya. Kepemilikan (ashlul milik) adalah milik
Allah swt. Dan bahwa manusia tak memiliki hak kecuali memanfaatkan
(tasharruf) dengan cara diridhai Allah. Mengatur pertanahan dengan hukum selain
hukum Allah telah diharamkan oleh-Nya, sebagaimana dalam firman Allah QS
al-Kahfi/18: 26
Terjemahnya:10Rusmadi murad, Menyikap Tabir Masalah Pertanahan Rangkaian Tulisan Dan
Materi Ceramah (Cet.I ; jakarta, Mandar Maju, 2007). h.24
11Kementrian Agama RI, Al-quran dan tercemahanya (solo: Tiga Serangkai, 2014) h. 335.
"Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua) kepunyaannya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatannya dan alangkah tajam pendengarannya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain dari padanya; dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutunya dalam menetapkan keputusan”12
Dengan demikianlah Islam telah menjelaskan dengan gamblang filosofi
kepemilikan tanah dalam Islam. Intinya ada 2 (dua) poin, yaitu: (1) pemilik hakiki
dari tanah adalah Allah swt. (2) Allah swt sebagai pemilik hakiki telah
memberikan kuasa kepada manusia untuk mengelola tanah menurut huku-hukum
Allah.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi fokus
1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah penyelesaian sertifikat ganda di Badan
Pertanahan Nasional, Faktor-faktor penyebab timbulnya Sertifikat Ganda dan
pandangan Hukum Islam terhadap penyelesaianya.
2. Deskripsi Fokus
a. Sertifikat Ganda adalah suatu kondisi sebidang tanah memiliki dua sertifikat dan masing-masing sertifikat dimiliki oleh dua orang yang
berbeda.13
b. Badan Pertanahan Nasional yang disingkat dengan BPN ialah lembaga pemerintah nonkementrian di Indonesia yang mempunyai tugas
melaksanakan pugas pemerintahan dibidang pertanahan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. BPN dahulu dikenal dengan sebutan
Kantor Agraria.
12 Kementrian Agama RI, Al-quran dan tercemahanya (solo: Tiga Serangkai, 2014) h. 296.
13Soni Harsono, Kegunaan Sertifikat dan Permasalahanya (Yogyakarta: Seminar nasional, 9 Juli 1992), h.6
c. Hukum Islam (syari’at Islam) adalah sebuah system hukum yang didasarkan atas syariah Islam dengan sumber hukum utamanya adalah
Al-Qur’an dan Sunnah. System hukum ini biasa disebut dengan
Islamic Law Sistem atau The Moslem Legal Tradition, yang dianut
oleh Negara-negara Islam.14
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas maka rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Faktor-faktor penyebab munculnya sertifikat ganda yang merupakan alat bukti sah kepemilikan tanah?
2. Bagaimana penyelesaian yang dilakukan pihak Badan Pertanahan Nasional Gowa dalam masalah sertifikat ganda?
3. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap penyelesaian sertifikat Ganda di BPN Gowa?
D. Kajian Pustaka
Penelusuran terhadap hasil penelitian ilmiah secara umum . Sepanjang
sepengetahuan penulis, belum ada menemukan hasil penelitian ilmiah mahasiswa
yang langsung memusatkan fokusnya pada proses penyelesaian sertifikat ganda di
BPN Gowa yang di tinjau berdasarkan hukum islam.
Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Chairul Anam Abdullah yang
meneliti tentang ”perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Tanah Dalam Hal Terdapat Sertifikat Ganda (studi kasus di BPN Banten)”
Penelitian ini dan penelitian terdahulu jelas berbeda yang mana pada
penelitian terdahulu hanya membahas tentang perlindungan hak atas terjadinya
14Nurul Qamar, Perbandingan system Hukum dan Peradilan (Cet. 1, Makassar: IKAPI, 2010)h. 17.
sertifikat ganda. Sedang dalam penelitian in membahas tinjauan hukum Islam
terhadap penyelesaian sertifikat ganda.
Penulis juga mempelajari beberapa referensi yang berhubungan dengan
judul skripsi ini, maka peneliti memilih beberapa buku yang relevan dengan
skripsi ini.
Pertama, buku yang berjudul Masalah Agraria Berikut
Peraturan-Peraturan Dan tjontoh-tjontoh yang disusun oleh Prof. Mr. D. Sudargo
Gautamayang membahas tentang izin jaksa untuk memindahkan barang tetap,
penghapusan tanah-tanah partikelir, masalah okupasi ilegal, peraturan baru
dilapangan tanah, penghapusan hak konversi, serta larangan pengasingan tanah.15
Kedua, buku yang berjudul Hukum Agraria Indonesia yang disusun oleh
prof. Mr Boedi Harsono buku ini membahas mengenai hukum pertanahan yang
belaku di Indonesia.16
E. Tujuan penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini iyalah untuk mendalami berbagai aspek
tentang uraian dari latar belakang di atas, maka tujuan yang ingin dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan diterbitkanya sertifikat ganda hak atas tanah yang merupakan bukti sah kepemilikan
tanah oleh kantor pertanahan.
2. Untuk mengetahui cara penyelesaian terhadap sertifikat ganda.
3. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian hukum Islam terhadap sertifikat Ganda.
15 Sudargo Gautama, Masalah Agraria Berikut Peraturan-peraturan Dan
Tjontoh-Tjontoh (Cet. I; Bandung: penerbit alumni, 1973) h. 36
16 Boedi Harsono. Hukum Agraria Indpnesia, Himpunan Peraturan-peraturan Hukum
F. Kegunaan penelitian
Dapat memberikan sumbangan pada pengembangan ilmu hukum dibidang
pertanahan. Selain itu memperluas mengenai peradilan perdata dalam
memnyelesaikan masalah pertanahan guna melindungi pemegang hak atas tanah
dalam hal terdapat sertipikat ganda.
1. Dapat mengetahu prosedur penyelesaian terhadap sertipikat ganda.
2. Penelitiann ini dapat dijadikan acuan mengenai pentingnya pendaftaran tanah dan mengetahui pandangan Islam terhadap penyelesaian sertipikat ganda
tersebut.
3. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyelesaian sertifikat ganda perspektif hukum Islam.
4. Bahwa penelitian yang dilakukan ini akan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah, khususnya. Bagi Badan Pertnahan Nasional,
sebagai bahan masukan sesuai dengan dengan peran dan fungsinya sebagai
lembaga yang bertugas dibidang pertanahan dan masukan dalam
10
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Pendaftran Tanah Di Indonesia
Tinjauan tentang pendaftaran di Indonesia dalam penelitian ini akan
diuraikan tentang pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah, tujuan dan asas
pendaftran tanah, sistem pendaftran tanah, sistem publikasi dalam pendaftaran
tanah dan pelaksaan pendaftaran tanah.
1. Pengertian Dan Dasar Hukum Pendaftaran Tanah
Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Tentang peraturan dasar Pokok-Pokok
Agraria adalah sebuah Undang-Undang yang memuat dasar-dasar pokok Agraria
dibidang Agraria yang merupakan landasan bagi usaha pembaharuan hukum
Agraria guna dapat diharapkan memberikan jaminan hukum bagi masyarakat
dalam memanfaatkan fungsi bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya untuk kesejahteraan dimana masyarakat dapat
secara aman melaksanakan hak dan kewajiban yang di perolehnya sesuai
peraturan yang telah memberikan jaminan perlindungan terhadap hak dan
kewajiban tersebut17
Dasar hukum pendaftaran tanah tercantum dalam Pasal 19
Undang-Undang Pokok Agrari (UUPA). Inti dari ketentuan tersebut menetukan bahwa
pemerintah berkewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan pendaftaran
tanah yang bersifat rechtskadaster di seluruh wilayah indonesia yang diatur
pelaksanaanya dengan Peraturan Pemerintah. Untuk melaksanakan pasal 19 ayat
(1) Undang-Undang Pokok Agraria tersebut maka oleh pemerintah dikeluarkan
17Bachtiar Effendi, pendaftaran tanah di Indonesia dan Peraturan-peraturan
peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang kemudian disempurnakan
dengan peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran tanah.
Penyelenggaraan pendaftran tanah tersebut di atur dalam pasal 19 ayat (2)
UUPA meliputi:
a. Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
Sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah yaitu akan memberikan
kepastian hukum maka pemerintah juga diwajibkan bagi pemegang hak yang
bersangkutanuntuk mendaftrkan setiap ada peralihan, hapus dan pembenan
hak-hak atas tanah seperti yang diatur dalam pasal 21 ayat (2), pasal 32 ayat (2) dan
pasal 38 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria. 18
Pasal 19 ayat (1) UUPA telah menentukan bahwa untuk menjamin
kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah
republik indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan
pemerintah.
Pendaftaran tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan, penyajian serta pemeliharaan data fisik
dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan
termasuk surat pemberian tanda bukti hanya bagi bidang-bidang tanah yang sudah
18 Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, Tentang Peraturan Dasar
haknya, dan hak milik atas satuan rumah susun sert hak tertentu yang
membebaninya.
2. Tujuan Pendaftaran Tanah
Tujuan diselenggarakanya pendaftaran tanah pada hakekatnya sudah di
tetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 5 Tahun 1960, pasal
10 ayat (1) bahwa pendaftaran tanah merupakan tugas pemerintah yang di
selenggarakan dalam rangka menjamin kepastian hukum di bidang pertanahan
(rechts cadaster atau legal cadaster). Selain rechtskadaster, dikenal juga
pendaftran tanah untuk keprluan penetapan klasifikasi dan besarnya pajak.19
Dibawah ini dikutip selengkapnya ketentuan Pasal 19 Undang-Undang
Pokok Agraria:
1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.
2. pendaftaran tersebut dalam ayat (1) Pasal ini meliputi: a.pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah
b pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
c.pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.
Berdasarkan pasal 3 peraturan pemerintah No. 24 Thun 1997 bahwa
pendaftran tanah bertujuan:
a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah dan hak-hak lain yang terdaftar
agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak
19 Bachtiar Effendi. Pendaftaran Tanah Di Indonesia dan Peraturan-peraturan
yang bersangkutan. Untuk kepada pemegang haknya di berikan sertifikat
sebagai surat tanda bvukti hak (pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997).
b. Unruk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
di perlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai
bidang-bidang tanah yang terdaftar. Untuk melaskaskan fungsi formal tersebut,
data fisik dan data yuridis dari bidang tanah .
c. Untuk terselengarahnya tertib administrasi pertanahan. Untuk mencapai tertib administrasi tersebut sebidang tanah dan satuan rumah termasuk
peralihan, dan pembebanan.(pasal 4 ayat (2) peraturan pemerintah
nomor 24 tahun 1997).
d. Berdasarkan pasal 2 peraturan pemrintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang pendaftaran tanah, disebutkan bahwa pendaftran tanah
dilaksankan berdasrkan 5 (lima) asas yaitu:
1) Asas Sederhana
Asas sederhana dalam pendaftran tanah adalah agar ketentuan-kentuan
pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dipahami oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, terutama pemegang hak atas tanah.
2) Asas Aman
Asas aman adalah untuk menunjukan bahwa pendaftran tanah perlu
diselenggarakan secara teliti dan cermat, sehingg hasilnya dapat memberi
jaminan kepastian hukum, sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah itu
sendiri.
Asas terjangkau yang dimaksudkan dalam pendaftran adalah keterjangkauan
bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan memperhatikan
kebutuhan dan golongan ekonomi lemah. Jadi pelayannan yang diberikan
dalam rangka penyelenggaraan tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak
yang memerlukan.
4) Asas Mutahir
Asas mutahir dimaksdukan kelengkapan yang memadai dalam
pelaksanaaanya dan berksinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data
yang tersedia harus menunjukkan keadaan mutahir. Untuk itu perlu diikuti
kewajiban mendaftar dan pencatatn perubahan-perubahan yang terjadi di
kemudian hari.
5) Asas Terbuka
Dengan berlakunya asas terbuka, akan data yang tersimpan di kantor
pertanahan harus selalu sesuai dengan keadaan nyata lapangan dan
masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap
saat.20
3. Sisitem Pendaftaran Tanah
Pada dasarnya sistem pendaftaran tanah mempermasalahkan, apa yang
didaftar, bentuk pentimpanan dan penyajian data yuridisnya serta bentuk tanda
bukti haknya. Oleh karena itu ada 2(dua) macam yang lazim dalam sistem
pendaftaran tanah, yaitu sistem pendaftaran akta (registration of deeds) dan sistem
pendaftaran hak (registration of titles).21
20 Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan Di Indonesia Dan permasalahanya (Cet. II ; Jakarta: Prestasi pustaka, 2004) h.31
21 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-peraturan Hukum
Untuk ringkasnya kedua sistem pendaftaran tanah tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Sistem Pendaftaran Akta (registraton of deeds)
Dalam sistem pendaftaran akta, cacat hukum dalam suatu akta akta nisa
mengakibatkan tidak sahnya perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta
yang dibuat kemudian. Untuk memperoleh data yuridis harus dilakukan
dengan apa yang disebut “title search” apabila kita menggunakan sistem ini kita akan menggunakan waktu yang lama.
Oleh karna kesulitan tersebut sistem yang baru atau disebut “registation of titles” sangat bermanfaat karna hanya akan melihat akta-akta yang ada. 2) Sistem Pendaftaran Hak (registration of titles)
Dalam sitem pendaftaran hak setiap penciptaan hak baru dan
perbuatan-prbuatan hukum yang menimbulkan perubahan kemudian, juga harus
dibuktikan dengan suatu akta. Tetapi dalam penyelenggaraan pendaftaranya,
bukan aktanya yang didaftar melainkan haknya yang diciptakan dan untuk
perubahan-perubahan yang terjadi tersebut disediakan suatu daftar yang
disebut register atau buku tanah.
Akta pemberian hak berfungsi sebagai sumber data yuridis untuk
mendaftar hak yang diberikan dalam buku tanah. Demikian juga akta pemindahan
dan pembebanan hak berfungsi sebagai sumber data untuk mendaftar
perubahan-perubahan pada haknya dalam buku tanah dan pencatatan perubahan-perubahan, kemudian
oleh pejabat pendaftaran tanah (PPT) dilakukan pengujian kebenaran data yang
dimuat dalam akta yang bersangkutan, sehingga ia harus bersikap aktif. Sebagai
tanda bukti hak, maka terbitkan sertifikat, yang merupakan salinan register, yang
terdiri dari salinan buku tanah dan surat ukurdijilid menjadi satu dalam sampul
Sistem ini, buku tanah tersebut di simpan dikantor pejabat pendaftaran
tanah (PPT) dan terbuka untuk umum. Oleh karna itu orang dapat mempercayai
kebenaran data yang disajikan tersebut, tergantung dari sistem publikasi yang
digunakan dalam penyelenggaraan pendaftran tanah oleh tanah negara yang
bersangkutan.
4. Sistem Publikasi dalam Pendaftran Tanah
Pada dasarnya dikenal 2 (dua) sistem publikasi dalam pendaftaran tanah
yaitu:
1) Sistem Publikasi Positif
Dalam publikasi positif selalu menggunakan sistem pendaftran hak. Maka
mesti ada register atau buku tanah sebagai bentuk penyimpanan dan penyajian
data yuridis dan sertifikat hak sebagai tanda bukti hak. Pendaftran atau pencatatn
nama seseorang dalam register sebagai pemegang haklah yang membuat orang
menjadi pemegang hak atas tanah yang bersangkutan,bukan perbuatan hukum
pemindahan hak yang dilakukan.
Menurut sistem ini orang yang namanya terdaftar sebagai pemegang hak
dalam register , memperoleh apa yang disebut indifisible title (hak yang tifdak
dapat diganggu gugat), meskioun kemudian terbukti bahwa yang terdaftar
sebagai pemegang hak tersebut bukan pemegang hak yang sebenarnya.
2) Sistem Publikasi Negatif
Dalam sistem publikasi negatif, bukan pendaftaran tetapi sahnya perbuatan
hukum yang dilakukan yang menentukan berpindahnya hak kepada pembeli.
Pendaftran hak tidak membuat orang yang memperoleh tanah dari pihak yang
tidak berhak, menjadi pemegang haknya yang baru.
Sisistem ini berlaku asas yang dikenal sebagai nemo plus juris yaitu suatu
melebihi apa yang dia sendiri punyai. Maka, data yang disajikan dalam
pendaftaran dengan sistem publikasi negatif tidak boleh begitu saja dipercaya
kebenaranya. Negara tidak menjamin kebenaran data yang disajikan karna
sertifikat sebagai alat bukti yang kuat yang artinya masih dimungkinkan adanya
perubahan kalau terjadi kekeliruan. Biarpun sudah melakukan pendaftaran,
pembeli selalu masih menghadapi kemungkiunan gugatan dari orang yang dapat
membuktikan kalau dialah yang berhak pemegang hak sebenarnya.
Sistem publikasi yang dianut di Undang-Undang Pokok Araria Dan
Peraturan Pemerintsh Nomor 24 Tahun 1997 adalah sistem publikasi negatif yang
menandung unsur positif, karena dinyatakan dalam pasal 19 ayat (2) huruf c,
bahwa pendaftaran menghasilakan surat-surat tanda bukti hak yamg berlaku
sebagai alat bukti yang kuat.22
5. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Pelasanaan pendaftaran tanah diatur dalam pasal 11 sampai dengan 56
Peraturan Pmerintah Nomor 24 Tahun 1997. Berdasarkan pasal-pasal tersebut
pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi:
1. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali (initial registration)
Kegiatan pendaftran tanah untuk pertama kali (initial registration) yaitu
kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah
yang belum didaftar PP No. 10 Tahun 1997. Pendaftaran tanah untuk pertama
kalinya dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan secara
sporadik. Kegiatan penadaftaran tanah untuk pertama kali meliputi (1)
pengumpulan dan pengolahan data fisik, (2) pembuktian hak dan pembukuanya,
(3) penerbitan sertifikat, (4) penyajian data fisik dan data yuridis dan (5)
penyimpanan daftar umum dan dokumen.
22
Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-peraturan Hukum
Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftran tanah untuk
peratama kali yang dilakukan seacara serentak yang meliputi semua objek
pendaftran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.
Sedangkan pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah
untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah salam
wialayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau masal.23
Pemiliharaan data pendaftrana tanah yaitu kegiatan pendaftaran tanah
untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar
tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah dan sertifikat dengan
perubahan-perubahan yang terjadi kemudian.
Perubahan tersebut seperti tercantum dalam pasal 94 peraturan Menteri
Agraria Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang ketentuan
pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran
tanah yaitu:
1) Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilaksankan dengan pendaftaran perubahan data fisik dan atau data yuridis obyek pendaftaran tanah yang telah
terdaftar dengan mencatatnya di dalam daftar umum sesuai dengan ketentuan
dalam daftar umum sesuai dengan ketentuan di dalam peraturan ini.
2) Perubahan data yuridis sebagimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Peralihan hak karena jual beli, tukar menukar, hibah, perseroan, dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainya.
b. Peralihan hak karena kewarisan.
c. Perlaihan hak karena penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi.
d. Pembebanan Hak Tanggungan.
23Adrian Sutedi. Sertifikat Hak Atas Tanah dan Pendaftaranya (Cet. II; Jakarta: Sinar Grafika, 2012) h.90
e. Peralihan Hak Taggungan.
f. Hapusnya hak atas tanah, hak pengelolaan, hak milik atas satuan rumah susun dan Hak tanggungan.
g. Pebagian hak bersama.
h. Perubahan data pendaftran tanah berdasarkan putusan pengadilan atau penetapan ketua pengadilan.
i. Perubahan nama akibat pemegang hak yang ganti nama. j. Perpanjangan jangka waktu halk atas tanah.
3) Perubahan data fisik sebagimana dimaksud dalam ayat (1) berupa: a. Pemecahan bidang tanah
b. Pemisahan sebagian atau beberapa bagian dari bidang tanh. c. Penggabungan dua atau lebih bidang tanah.
B. Tinjauan Umum Tentang Sertipikat Hak Atas Tanah
Selama ini ada kesan pada masyarakat kita bahwa untuk dapat memperoleh
sertipikat hak atas tanah cukup sulit, memerlukan waktu yang cukup lama dan
biaya yang cukup mahal terutama bagi masyarakat biasa dan berada dipedesaan,
yang relatif pendidikanya masih renda dan keadaan ekonomimya masih tertinggal
dan pas-pasan karena sebagian dari mereka adalah petani. Padahal sertipikat
sangat penting bagi kepemilikan hak atas tanah guna menjamin kepastian hukum
terhadap pemegang hak atas tanh tersebut24.
Hal ini disebut dalam pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria yang
berbunyi:
1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam peraturan pemerintah.
2) Pendaftaran tanah dalam ayat (1) ini meliputi : a. Pengukuran, pepetaan, dan pembukuan tanah.
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku senagai alat bukti yang kuat.
1. Pengertian Sertipikat hak Atas Tanah
Pengertian sertifikat hak atas tanah merupakan surat tanda bukti
kepemilikan sah hak atas tanah yang di tentukan oleh Undang-Undang. Dengan
melihat ketentuan Pasal 19 UUPA di ketahui bahwa hasil dari pendaftaran tanah
yaitu dengan di terbitkanya sertifikat hak atas tanah berfungsi sebagai alat bukti
kepemilikan hak yang kuat.
Menurut Boedi Harsono dalam bukunya Hukum Agraria Indonesia,
sertifikat hak atas tanah terdiri atas salinan buku tanah dan surat ukur yang dijilid
menjadi satu dalam sampul dokumen.25 Sehubungan dengan hal tersebut diatas
dapat diketahui bahwa sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang kuat
mengenai data fisik dan data yuridis termuat di dalamnya. Sehingga data fisik dan
data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah
yang bersangkutan.
Sertifikat sebagai tanda bukti yang kuat mengandung arti bahwa selama
tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum
25Boedi Harsosno, Hukum Agraria Indonesia, Peraturan-peraturan Hukum Tanah (Cet. I; Jakarta; Penerbit Djambatan, 1989) h. 57-58
didalamnya harus diterima sebagai data yang benar, sebagaimna juga dapat
dibuktikan dari data yang tercantum dalam buku tanah dan surat ukurnya.
Kata “kuat” dalam hubunganya dengan sistem negatif adalah berarti “tidak mutlak” yang berarti bahwa sertifikat tanah tersebut masih mungkin gugurkan sepanjang ada pembuktian sebaliknya yang menyatakan ketidak absahan sertifikat
tanah tersebut. Dengan demikan sertifikat tanah bukanlah satu-satunya surat bukti
pemegang hak atas tanah dan oleh karna itu masih ada lagi bukti-bukti lain
tentang pemegang hak atas tanah antara lain suarat bukti jual beli tanah adat atau
surat keterangan hak milik adat.26
Sesuai dengan sistem negatif yang diantut dalam pendaftaran tanah di
Indonesia, maka berarti bahwa sertifikat tanah yang diterbitkan itu bukanlah alat
bukti yang mutlak yang tidak bisa diganggu gugat, justru berarti bahwa sertifikat
tanah itu bisa dicabut atau dibatalkan. Oleh karna itu adalah tidak benar bila ada
anggapan bahwa dengan memegang sertifikat tanah berati pemegang sertifikat
tersebut adalah mutlak pemilik tanah dan ia pasti akan menang dalam suatu
perkara, karna setiap tanah adalah alat bukti satu-satunya yang tidak tergoyahkan.
2. Penerbitan Sertipikat Melalui Berbagai Jenis
1) Penerbitan Sertipikat Melalui Pendaftaran Sporadik
Prinsip pendaftaran hak atas tanah adalah untuk menfasilitasi jaminan
keamana atas kepemilikan tanah dan pemindahan haknya. Dalam pendaftaran
tanah dikenal sistem pendaftaran secara sporadik.27pendaftaran tanah secara
sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali menegenai satui
26 Bachtiar Effendi, pendaftaran tanah di Indonesia dan Peraturan-peraturan
Pelaksanaanya (Cet. I; Bandung:Alumni, 1993).h. 71
27 Pasal 8, Pasal 13, Pasal 15, Pasal 18, dan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu
desa/kelurahan secara individual ataupun massal.28dalam pendaftaran secara
sporadik inisiatif datangnya dari pemilik tanah (secarara indivual) atau juga
beberapa pemilik tanah(massal) dengan biaya pemilik tanah.
2) Pensertifikatan Tanah Secara Massal Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria
Dalam memperoleh sertifikat diperlukan waktu yang lama, dan yang
relatif tinggi dan belumadanya sinkronisasi antar instansi pemerintah yang
bersangkutan dengan pendaftaran tanah, serta adanya peraturan daerah yang
menyimpan dari peraturan yang lebih tinggi. Disamping faktor tersebut, terdapat
faktor lain yang bersifat nonteknis yang melatar belakanggi lahirnya hal tersebut,
yakni adanya sifat instansi agraria yang bersikap pasif, menunggu kehadiran
anggota masyarakat (pemegan hak atas tanah) yang berkeinginan mendaftarkan
hak atas tanahnya. Dengan demikian maka pekerjaan ini menjadi sangat lambat,
kemudian di jumpai oknum aparat yang mempunyai mentalitas yang tidak terpuji,
bukan membantu rakyat, tetapi jusstru membodohinya, karna hal tersebutbtimbul
citra tidak baik teryadap instansi agrarian. Kedua siklus agrarian pada waktu itu
kurang terpadu, artinya tugas dan fungsi ke agrariaan dengan segala seginya
belum berjalan sebagaimana mestinya. masing-masing fungsi berjalan
sendiri-sendiri berkotak-kotak.29
Dengan kompleksnya masalah pendaftaran tanah tersebut, pemerintah
menyelenggarakan proyek operasi Nasional Agraria berupa persertifikatan tanah
28 Herman Hermit, Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Milik, Tanah Negara dan
Tanah Pemda (Cet 1; Bandung: Mandar maju; 2007) h. 139
29 Herman Hermit, Cara Memperoleh Sertifikat Tanah milik, Tanah Negara dan Tanah
secara massal dan peneyelesaian sengketa-sengketa tanah yang bersifat stategis.
Diaman tujuan di selenggarakanya prona anatara lain; 1) memberikan rangsangan
kepada masyarakat khususnya pemegang hak atas tanah, untuk bersedia membuat
sertifikat, 2) menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam bidang
pertanahan, 3) membantu pemerintah dalam hal menciptakan suasana kehidupan
masyarakat yang aman dan tentram, 4) menumbuhkan partisipasi masyarakat,
khususnya pemiulik tanah dalam menciptakan stabilitas politik serta
pembangunan dibidang ekonomi, 5) menimbulkan rasa kebersamaan dan turut
membantu pemerintah dalam memnyelesaikan sengketa-sengketa pertanahan, 6)
memberikan kepastian hukum kepada pemegang hak atas tanah, 7) membiasakan
masyarakat pemilik tanah untuk mempunyai alat bukti autentik atas haknya
tersebut.30 Dari tujuh tujuan yang diselnggarakan prona, rtujuan yanh paling
utama adalah: 1) melakukan program persertifikatan tanah secara massal di
sekuruh indonesia, 2) menyelesaikan secara tuntas sengketa yang bersifat
srategis.31
3) Pensertifikatan Tanah Secra Sistematik Melalui Proyek Administrasi Pertanahan
Proyek Administrasi Peratanahan Indonesia (PAP) dimaksudkan untuk
mendukung program percepatan registrasi hak kepemilikan tanah, memberikan
bantuan teknis serta bantuan lain bagi Badan Pertanahan Nasional. PAP juga
merupakan suatu tinjauan administrasi tanah dalam konteks hukum dan kebijakan.
Program pendaftran tanah ini mencatat bidang tanah dan kepemilikan dalam Buku
30 Mudjiono, Hukum Agraria (Cet. 1; Yogyakarya, Liberty, 1992) h. 85
31 A.P Perlindungan, Kapita Selekta Hukum Agraria (Cet I; Bandung: Alumni, 1981) h. 31
Tanah Nasional yang disimpan Badan Pertanahan Nasional sertya sertifikat Tanah
bagi pemilik yang telah terdaftar.
Penanganan Aplikasi PAP biasnya dilakukan ecara kolektif, artinya
masyarakat menyerahkan dokumen persyaratan kepada ketua RT, Kemudian
ketua RT melakukan pengecekan terhadap dokumen tersebut dan mengurus
persyaratan pendukung yang disediakan desa/kelurahan serta yakin sesuai sengan
permintaan, maka ketua RT menyerahkan dokumen tersebut kepada tim ajudikasi.
Sementara itu, peran dari aparat desa biasanya berkaitan dengan penyedian
pernyataan tertulis apabila ada dokumen (yang merupakan persyaratan ) hilang,
atau tidak ditemukan memverifikasi salinan(fotocopy) dokumen dan menerbitkan
kartu identifikasi apabila diperlukan letter C atau Grik atau surat jual beli dab
dokeumn lain seperti foto kopi KTP dan KK, surat tanda lunas PBB sebagaimana
tertulis dalam petunjuk dari Badan Pertanahan Nasional.32
3.Prosdur Penerbitan Sertipikat
1. Kegiatan Sebelum Penerbitan Sertipikat Tanah (Penetapan Hak atas Tanah)
Kegiatan pendaftaran tanah sebelum penerbitan sertifikat tanah berupa
penetapan hak atas tanah dalam rangka kegiatan administrasi pendaftaran tanah
terdiri dari:
a) Konveksi Hak atas Tanah (pembuktian hak lama)
Konveksi hak atas tanah dikenal sebagai istilah yang diciptakan oleh
Undang-Undang Pokok Agraria dalam bagian kedua mengenai
32 Adrian Sutedi. Hak Atas Tanah dan Pendaftaranya. ( Cet. II: Jakarta: sinar grafika, 2012) h. 85
ketentuan konversi. UUPA tidak memberikan definisi terkait konversi
tersebut. Konveksi hak atas tanah adalah sebagaimana pengaturan hak atas
tanah tanah yang ada sblum berlakunya UUPA untuk masuk dala sistem
dari UUPA.33yaitu kegiatan menyesuaikan (bukan memperbarui) hak-hak
lama menjadi hak-hak baru yang dikenal dalam UUPA. Baik hak itu
bersifat publik maupun private yang dimiliki oleh orang-sorang atau badan
hukum privat atau publik. Kemudian dalam sistem pendaftaran tanah
menurut peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, pelaksanaa
konveersi tersebut masuk dalam bagian pembuktian hak dan
pembukaanya, dalam hal ini tentunya hak lama.
Latar belakang pemberlakuan konversi ini didsarkan pada
pemikiran bahwa Hukum Agraria di indonsia di dasarkan pada hukum
adat, hal itu di artikan bahwa hukum agrarian harus sesuai kesadaran
hukum dari rakyat banyak yang hidup dan berkembang dinamis sesuai
dengan tuntutan zaman. Hukum adat yang di maksudkan dalam hal ini
sesuai penjelsan umum angka III ayat (1) UUPA adalah hukum asli dari
rakyat indonesia yang di sempurnakan dan disesuaikan dengan kpentingan
masyarakat dalam negara yang modern dan dalam hubunganya dengan
dunia internasional, atau hukum indonesia asli yang tiudak tertulis dalam
bentuk perundangan-unfangan Republik Indonesia.
b) Pengakuan Hak dan Penegasan Hak
Pengakuan dan penegasan hak merupakan bagian dari kegitan
konversi hak atas tanah hak lama, namun hanya untuk bekas hak milik
adat, sedangkan untuk bekas hak-hak barat setelah tanggal 24 september
33 A.P Perlindungan, Kapita Selekta Hukum Agraria (Cet I; Bandung: Alumni, 1981) h. 50
1980 (sesuia keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979), tidak dapat lagi
dilaksanakan konversi siatasnya, kendati masih ditemukan bukti-bukti
lama dan hanya dapat dilakukan pemberian hak atas tanah.
Dalam pasal 24 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor Tahun
1997 diatur bahwa dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap
alat-alat pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukaan hak
dapat dilakukan berdasarkan kenyataan pengusaan fisik bidang tanah yang
bersangkutan selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut
oleh pemohon pendaftaran atau pendahulu-pendahulunya, dengan syarat:
Penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah,
serta diperkuat oleh ksaksian orang-orang yang dapat dipercaya.
Penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama penguuman
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 26 tidak
dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau
desa/kelurahan yang bersangkutan atraupun pihak lainya.
Kemudian proses selanjutnya dari pengakuan hak tersebut
adalah dilakukan dengan pengukuran, penelitian data yuridis dan
pengumuman sebagaimana dilakukan terhadap proses konversi.34
a) Pemberian Hak Atas Tanah (Pembuktian Hak Baru)
Dalam pasal 22 ayat (2), Pasal 31 dan pasal 37 UUPA
disebutkan bahwa terjadinya hak atas tanah salah satunya melalui
penetapan pemerintah. Penetapan Pemerintah tersebut selain dilakukan
34 Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftran Tanah (cet. III; Bandung CV. Mandar maju, 2012 ) h. 115
terhadap obyek tanah yang bukti haknya merupakan hak-hak lama (baik
bekas hak barat maupun bekas hak adat) juga yang lebih tegas
dilakukan terhadap obyek tanah yang statusnya berasal dari tanah yang
dikuasai langsung oleh negara. Isis dari penetapan pemerintah tersebut
adalah pemberian atau penetapan hak atas tanah kepada subyek hak baik
perorangan maupun badan hukum dengan obyek suatu bidang tanah
tertentu.
Berdasarkan ketentuan pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 pembebrian hak atas tanah termasuk dalam kategori
pembuktian hak baru. Pembuktian hak baru tersebut di dahului dengan
suatu penetapan pemberian hak atas tanah dari pejabat yang berwenang
membiarkan hak tersebut menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b) Penolakan Pemberian Haka Atas Tanah
Tentang penilaian hak atas tanah ini tidak ada ketentuan yang
tegas mengaturnya baik yang menjelaskan menegenai penegertian dari
penolakan hak maupun tata caranya sebagaimna diatur dalam peraturan
Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999, namun
terdapat formulir isian 401 a dari lampiran peraturan Menteri
Agraria/Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 tersebut yang
mencantumkan contoh yang akan diajadikan acuan dalam pembuatan
keputusan kepala kantor pertanahan kabupaten/kota tentang penolakan
permohonan haknatas tanah.
Penerbitan keputusan tentang penolakan hak atas tanah tersebut
didasarkan atas tidak terpenuhinya syarat-syarat atau kelengkapan