• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBARAN LOKAL ASTEROIDEA (ECHINODERMATA) DI PULAU TIKUS, GUGUSAN PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU MUHAMMAD FAJRI RAMADHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEBARAN LOKAL ASTEROIDEA (ECHINODERMATA) DI PULAU TIKUS, GUGUSAN PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU MUHAMMAD FAJRI RAMADHAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SEBARAN LOKAL ASTEROIDEA (ECHINODERMATA) DI

PULAU TIKUS, GUGUSAN PULAU PARI, KEPULAUAN

SERIBU

MUHAMMAD FAJRI RAMADHAN

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(2)

ABSTRAK

MUHAMMAD FAJRI RAMADHAN. Sebaran Lokal Asteroidea di Pulau

Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh TRI

ATMOWIDI dan PRADINA PURWATI.

Penelitian ekologis tentang bintang laut anggota famili Asteroidea

dilakukan pada tahun 2007 di Pulau Tikus Kepulauan Seribu. Tujuan penelitian

adalah membandingkan densitas Asteroidea berdasarkan metode transek dan

metode pemetaan, serta memperkirakan jumlah dan habitat Archaster typicus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di P. Tikus sebelah selatan terdapat 4 jenis

Asteroidrea yaitu A. typicus, Linckia laevigata, Culcita novaeguinea dan Nordoa

tuberculata. A. typicus merupakan spesies yang dominan. Densitas Asteroidea

yang diperoleh dari metode pemetaan lebih tinggi dibandingkan dengan densitas

hasil teknik transek. Selain itu, penggunaan metode pemetaan memungkinkan

diperolehnya informasi tipe sebaran dari setiap jenis Asteroidea. A.typicus

cenderung menempati area berdekatan dengan darat, dengan tutupan lamun

0-30% dan ukuran partikel substrat 0,5-2 mm. Studi ini menunjukkan bahwa teknik

pemetaan memberikan data jumlah individu yang lebih akurat dan pola

penyebaran tiap populasi di Pulau Tikus.

ABSTRACT

MUHAMMAD FAJRI RAMADHAN. Local Distribution of Asteroidea in

Tikus Island, Pari Island Group, Seribu Islands. Supervised by TRI ATMOWIDI

and PRADINA PURWATI.

Ecological studies on Asteroidea have been conducted at Tikus Island,

Seribu Islands in 2007. The objestives were to compare asteroid densities based

on mapping and transect technique, and to estimate individual number and habitat

characteristics of Archaster typicus. The results showed that the sothern shallow

waters of Tikus Island deposited 4 asteroid species, which were A. typicus,

Linckia laevigata, Culcita novaeguinea and Nordoa tuberculata. The first

mentioned species was found in groups with the highest individual number.

Applying mapping techniques resulted in higher density than transect one, and

provided the distribution pattern of each population. A. typicus tended to occupy

area closer to the land, where the coverage of seagrass ranged from 0 to 30% with

dominant particle size of the sediment 0,5-2 mm. This study showed that mapping

technique provided more accurate data on individual numbers and distribution

pattern of each population in Tikus Island.

(3)

SEBARAN LOKAL ASTEROIDEA (ECHINODERMATA) DI PULAU

TIKUS, GUGUSAN PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU

MUHAMMAD FAJRI RAMADHAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(4)

Judul Skripsi : Sebaran Lokal Asteroidea (Echinodermata) di Pulau Tikus,

Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu

Nama

: Muhammad Fajri Ramadhan

NRP

: G34103053

Menyetujui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Drs. Tri Atmowidi, M.Si.

Pradina Purwati, M.Sc.

NIP. 132 055 226

NIP. 320 006 522

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA

NIP. 131 578 806

(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat serta

rizki-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Shalawat serta salam

penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, sang pembawa kebenaran

hakiki.

Penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Bapak Tri Atmowidi, Ibu

Pradina Purwati dan Ibu Hilda Akmal atas saran serta bimbingannya, kepada

kedua orang tua atas segala doa, pengorbanan dan kasih sayangnya, kepada Pusat

Penelitian Oceanografi-LIPI Jakarta, kepada Taufiq, Ramsi, Eko, Iwa, Hasep,

Sagita, Dian, Citra dan teman-teman bio 40 atas bantuannya dan kebersamaannya,

sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan, kepada Pak Rusmin dan Mas Indra

atas bantuannya selama di lapang.

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas di kemudian

hari.

Bogor, Januari 2008

Muhammad Fajri Ramadhan

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Mei 1985 dari pasangan

Bapak Suratman Syafsidinal dan Ibu Bainarwati. Penulis adalah anak keempat

dari empat bersaudara.

Setamat dari SMUN 89 jakarta pada tahun 2003, penulis diterima di

Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) Program Studi Biologi. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah

menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi TPB, Botani Umum,

Kewirausahaan, Biologi Prokariot dan Vertebrata untuk S1 Biologi. Penulis juga

pernah menjabat sebagai anggota seksi ikan hias dan kascing (Bioworld) Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB. Penulis melakukan studi

lapang dengan judul Herpetofauna di Situ Gunung. Penulis juga melakukan

praktik lapangan dengan judul Produksi Pupuk Organik Bokashi di P4S Antanan

Pancawati.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR LAMPIRAN...vii PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 1

Waktu dan Tempat ... 1

METODE ... 2

HASIL ... 3

Karakteristik Habitat Perairan ... 3

Jenis dan Jumlah Individu bintang laut ... 3

Karakter Habitat A. typicus ... 6

PEMBAHASAN ... 7

SIMPULAN ... 9

SARAN ... 9

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah individu Asteroidea berdasarkan metode transek dan pemetaan………... 6

2 Ukuran tubuh Asteroidea………...………. 6

3 Keragaman Asteroidea di Indonesia…..………. 8

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Peta lokasi penelitian………. 2

2 Posisi belt transect di Pulau Tikus………..……….. 2

3 Cara pengukuran individu bintang laut………. 3

4 Gambaran umum lokasi penelitian……… 3

5 Pembenaman diri Archaster typicus (a) Subambulakral spine dan pediselaria (panah) (b) Superomarginal plate dan Primary spine... 4

6 Culcita novaeguineae (a) Bintil poligon dan pori-pori pada celah antar bintil (panah)(b)………. 4

7 Linckia laeviga……….. 4

8 Nordoa tuberculata (a) Actinal row sampai ujung lengan (b) Bagian actinal plate (c) Bintil-bintil pada bagian dorsal, pita berwarna kecoklatan (panah)(d)... 5

9 Sebaran bintang laut di Pulau Tikus... 6

10 Mikrohabitat A. Typicus... 6

11 Variasi habitat berdasarkan persentase tutupan lamun... 7

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Tabel pasang surut... 12

2 Petunjuk lapang identifikasi lamun Westpac... 13

3 Petunjuk lapang persentase tutupan McKenzie 2003... 14

4 Karakter-karakter untuk identifkasi... 15

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Asteroidea atau bintang laut termasuk dalam filum Echinodermata. Hewan ini umumnya berbentuk menjari dan mempunyai skeleton eksternal yang disusun oleh lempengan-lempengan (plates). Lempengan-lempengan skeleton ini dibentuk dari bahan kristal kalsit, yang menyebabkan tubuh bintang laut kaku dan keras saat kering (Brusca & Brusca 1990).

Seperti anggota Echinodemata yang lain, Asteroidea memiliki sistem transport air (water vascular system) yang berfungsi dalam respirasi, lokomosi, dan sensor (Groves & Hunt 1980).

Di Indonesia diperkirakan ada 64 jenis bintang laut. Hewan-hewan ini umumnya ditemukan pada daerah berpasir seperti anggota Astropecten, daerah padang lamun seperti anggota Protoreaster dan daerah berkarang atau terumbu karang seperti jenis

Acanthaster planci yang dikenal sebagai

pemangsa polip koral (Aziz 1981; Susetiono 2004).

Bintang laut hidup di dasar laut, bentuknya mengikuti kontur permukaan bebatuan. Pada umumnya hewan ini selalu menempati daerah yang digenangi air. Pada beberapa habitat yang mengalami kekeringan pada saat air surut, terjadi beberapa penyesuaian, antara lain pembenaman diri dalam pasir (Groves & Hunt 1980, Aziz 1981).

Menurut Aziz (1997), beberapa jenis bintang laut menyukai dasar berlumpur, ini berkaitan dengan kebiasaan makannya sebagai pemakan endapan (deposit feeder). Anggota yang lain menyukai perairan yang bersih dan jernih (Pearson & Rosenberg 1978 dalam Aziz 1997).

Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, 16 jenis bintang laut telah teridentifikasi. Mereka hidup di daerah berpasir (3 jenis), padang lamun (4 jenis), daerah pertumbuhan algae (8 jenis), dan bagian tubir (9 jenis) (Aziz 1981).

Penelitian bintang laut di Indonesia masih jarang dilakukan. Informasi kelompok hewan ini biasanya merupakan hasil studi ekologi dan dipublikasikan sebagai bagian dari filum Echinodermata (Aziz 1980; Aziz 1981; Robert dan Darsono 1984; Jangoux et

al. 1989; Lumingas 1996; Yusron dan

Susetiono 2006).

Dalam menghitung besarnya populasi bintang laut, kebanyakan peneliti di

Indonesia tidak menggunakan transek pendahuluan untuk menentukan berapa luas kuadran yang representatif untuk biota dan habitat yang dipilih. Dari beberapa

penelitian, luas kuadran 1 m2 sering dipakai

untuk analisis sebaran individu beberapa kelompok anggota Echinodermata (Rajab dan Yusron 1994; Prahoro et al. 1992; Darsono & Aziz 2001; Yusron 2007). Teknik ini juga sangat umum dilakukan pada biota lain seperti Moluska (Cappenberg dan Pangabean 2005; Cappenberg 2006; Dody et

al. 2000).

Hasil penghitungan populasi dapat berbeda jika metode yang digunakan berbeda. Metode pemetaan dilakukan dengan cara menandai lokasi setiap hewan yang ditemukan dengan menggunakan

Global Positioning System (GPS). Metode

ini telah diterapkan pada timun laut (Holothuroidea) di perairan Lombok Barat (Purwati 2006). Keuntungan menggunakan metode pemetaan antara lain tidak mengulang penghitungan individu yang sama, mengetahui distribusi lokal setiap spesies yang ada dan memberi batasan mikrohabitat setiap spesies. Mengingat mobilitas dan ukuran tubuh yang relatif sama dengan timun laut, maka metode pemetaan dapat diterapkan untuk analisis sebaran individu bintang laut.

Dalam penelitian ini digunakan dua metode, yaitu metode transek yang telah populer, dan metode pemetaan dengan GPS yang relatif baru dan belum banyak digunakan. Metode pemetaan memberi kemungkinan untuk meneliti mikrohabitat suatu populasi, sehingga dalam penelitian ini dilakukan juga observasi karakter mikrohabitat salah satu jenis bintang laut yang ditemukan dominan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk 1) membandingkan densitas bintang laut berdasarkan metode transek dan metode pemetaan, 2) menghitung jumlah dan menentukan sebaran lokal Archaster typicus. Disamping itu, penelitian ini memperkirakan luas penutupan lamun dan ukuran partikel sedimen sebagai habitat A. typicus.

Waktu dan Tempat

Lokasi penelitian adalah Pulau Tikus

(5,862o-5,865o LS; 106,578o-106,583o BT)

pada gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu (Gambar 1). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan

(10)

2

September 2007. Pengumpulan data lapangan dilakukan tanggal 17 Juni 2007 dan pengolahan data dilakukan di Pusat Penelitian Oceanografi-LIPI, Jakarta.

106.57 106.58 106.59 106.6 106.61 106.62 106.63 -5.87 -5.86 -5.85

METODE

1. Identifikasi spesimen

Untuk keperluan identifikasi, setiap jenis yang berbeda diambil, difoto dengan kamera digital kodak C340 dan kemudian diawetkan dalam alkohol 70%. Semua spesimen kemudian disimpan di ruang koleksi P2O, LIPI. Penentuan nama jenis bintang laut dilakukan dengan merujuk pada Clark & Rowe (1971) dan Purwati & Lane (2000). Pengamatan juga dilakukan menggunakan mikroskop binokuler stereo Leica MZ8, dan difokuskan terutama pada rasio R/r (perbandingan antara panjang lengan dan jari-jari cakram), bentuk podia (kaki tabung), lempeng yang membatasi ambulakral, lempeng penyusun permukaan tubuh, serta keberadaan duri dan pori.

2. Penentuan densitas

Densitas ditentukan dengan menerapkan dua teknik di lokasi yang sama. Teknik pemetaan dilakukan lebih dahulu karena

penerapannya memakan waktu lebih pendek. Pengumpulan data dimulai jam 09.30 WIB, saat kondisi laut surut jauh, koefesien pada tabel pasang surut Hidro-Oseanografi TNI AL 2007 berkisar 0.0-0.1(Lampiran 1). Ketinggian air saat pengamatan berkisar antara 0 sampai 10 cm di sekitar pantai dan di dekat tubir ± 120 cm.

a) Teknik transek pita (belt transect)

Teknik transek yang digunakan adalah

belt transect (transek pita) yang diadopsi

dari Brower et al. (1977), karena distribusi Asteroidea yang tidak merata dan jumlah populasinya yang relatif sedikit (Gambar 2). Lebar setiap pita adalah 2 meter, diawali dari garis pantai sampai tubir. Jarak antar transek 10 meter. Posisi transek ditandai menggunakan GPS. Setiap spesimen yang ditemukan dalam transek pita dicatat jenis dan jumlahnya.

b) Teknik pemetaan dengan GPS

Data dikumpulkan dengan cara memberi tanda posisi tiap spesimen dengan GPS, dan dicatat nama spesiesnya. Data kemudian diolah dan dipetakan dengan menggunakan program Surfer 8.

3. Ukuran tubuh bintang laut

Setiap individu bintang laut diukur untuk mengetahui ukuran tubuhnya. Ukuran tubuh yang diukur adalah panjang lengan (R) dan jari-jari cakram (r) dengan

106.5816 106.582 106.5824 106.5828 -5.8646 -5.8644 -5.8642 -5.864 -5.8638 -5.8636 -5.8634 -5.8632 -5.863 -5.8628 -5.8626 P. Tikus

Gambar 2 Posisi belt transect (1-6 ) di Pulau Tikus. Tanda panah menunjukkan arah berjalan saat penghitungan.

1 2 3 4 5 6

Gambar 1 Lokasi penelitian (→) di Pulau

Gambar

Gambar 2 Posisi belt transect (1-6 ) di  Pulau Tikus. Tanda panah  menunjukkan arah berjalan  saat penghitungan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian masyarakat tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat di daerah Bale-Bale khususnya remaja yang mempunyai jiwa

Berdasarkan berita acara hasil evaluasi dokumen kualifikasi nomor 10/PK- ULP.MRS/PIV.109/APBD- DPUK/IV/2015 tangggal 22 September 2015 , perusahaan saudara dinyatakan lulus

Metode karbonisasi terbuka artinya karbonisasi tidak didalam ruangan sebagaimana mestinya. Resiko kegagalan lebih besar karena udara langsung kontak dengan bahan

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui karakteristik (kimia adan fisik) dari modifikasi tepung umbi suweg dan menentukan suhu serta waktu pemasanan

Penyusunan anggaran kas sangat perlu dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga perusahaan akan dapat membandingkan antara anggaran kas yang telah

Segala puji syukur kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Penerapan

PURWOREJO, FP – Fat (38) warga RT 03 RW 01 Desa Hargorojo Kecamatan Bagelen tidak visa berkutik saat ditangkap anggota Unit Reskrim Polsek Bagelen Rabu (31/5).. Fat

Dalam temuan penulis, misi perdamaian Uni Afrika untuk Sudan, AMIS, tidak berhasil melakukan tugasnya dalam usaha mendamaikan pihak-pihak yang terlibat dalam perseteruan