• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hastuti et. al../pharmacoscript, Volume 3, No, 2, Agustus 2020, Pharmacoscript Volume 3 No. 2 Agustus 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hastuti et. al../pharmacoscript, Volume 3, No, 2, Agustus 2020, Pharmacoscript Volume 3 No. 2 Agustus 2020"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

150

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN GEL EKSTRAK DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill)

Resti Hastuti*, Srie Rezeki Nur Endah, Ali Nofriyaldi

Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

*Email: restihastuti99@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Ekstrak Daun

Alpukat (Persea americana. Mill). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula yang

paling baik dari sediaan gel ekstrak daun alpukat dengan variasi basis HPMC, meliputi evaluasi sediaan gel yang dilakukan dengan pengamatan organoleptis, pengamatan homogenitas, uji pH,

uji daya sebar, pengukuran viskositas dan pengujian cycling test. Formulasi dan Uji Stabilitas

Fisik Sediaan Gel Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana. Mill) dilakukan tiga formula

dengan berbagai variasi konsentrasi HPMC yaitu 15%, 20% dan 25%. Pengujian ini dilakukan triplo dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga jenis sediaan berwarna merah kecoklatan, memiliki bau khas mawar, dan memiliki bentuk semisolid kental. Homogenitas ketiga jenis sediaan yaitu homogen. Daya sebar basis HPMC 15% yaitu 6,43~0,39 HPMC 20% yaitu 5,01~0,44 dan HPMC 25% yaitu 4,04~0,73. pH dari ketiga jenis sediaan yaitu 6. Pengujian viskositas basis HPMC 15% yaitu 280,8~3,48 HPMC 20% yaitu 494,93~1,22 dan HPMC 25%

yaitu 653,07~5,44 dan pengujian cycling test yang menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan pada ketiga jenis sediaan gel.

Kata kunci: Ekstrak daun alpukat, gel, HPMC, dan uji stabilitas. ABSTRACT

Research on the Formulation and Physical Stability Test of Antiacne Gel Preparation from Avocado Leaf Extract (Persea americana. Mill) has been conducted. This study aims to determine the best formula of avocado leaf extract gel preparations with HPMC base variations, including evaluation of gel preparations made with organoleptic observations, homogeneity observations, pH tests, scatterability tests, viscosity measurements and cycling tests. Formulation and Physical Stability Test of Gel Preparation from Avocado Leaf Extract (Persea americana. Mill) were carried out in three formulas with various variations of HPMC concentrations of 15%, 20% and 25%. This test was carried out in a triplo with the results of the study showing that the three types of preparations were brownish red, had a distinctive smell of roses, and had a thick semisolid form. The homogeneity of the three types of preparations was homogeneous. The base spreadability of HPMC 15% is 6.43 ~ 0.39 HPMC 20% is 5.01 ~ 0.44 and HPMC 25% is 4.04 ~ 0.73. The pH of the three types of preparations, namely 6.The HPMC base viscosity test of 15%, namely 280.8 ~ 3.48 HPMC 20%, namely 494.93 ~ 1.22 and 25% HPMC namely 653.07 ~ 5.44 and the cycling test showed a significant difference in the three types of gel preparations.

(2)

151 PENDAHULUAN

Saat ini pasar kosmetik telah memasarkan berbagai produk perawatan kulit yang digunakan untuk memperbaiki penampilan kulit dengan klaim sebagai

antioksidan, mencerahkan kulit, serta

mencegah penuaan dini, tidak hanya untuk dilakukan dengan tujuan menghasilkan kosmetik yang aman tetapi dapat menjadi fokus bagi perkembangan industri kosmetik (Juncan, 2011).

Di Indonesia kosmetik yang berasal dari bahan alam dengan kandungan berupa tanaman telah banyak dikarenakan lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya. Salah satu pengobatan dari bahan alam untuk jerawat adalah daun

alpukat (Persea americana. Mill)

(Soemarie, dkk., 2016). Kandungan daun

alpukat antara lain saponin

(1.29±0.08mg/100g) alkaloid (0.51±0.21 mg/100g) flavonoid (8.11±0.14 mg/100g) tanin (0.68±0.06 mg/100g) sterol (1.21±0.14 mg/100g) fenol (3.41±0.64 mg/100g) dan quersetin yang bersifat sebagai antiradang dan antibakteri (Arukwe, dkk., 2012).

Sediaan topikal telah banyak

digunakan untuk pengobatan jerawat yaitu sediaan gel, karena sediaan gel dengan pelarut etanol 96% yang polar lebih mudah

dicuci dari permukaan kulit setelah dipakai,

memberikan efek dingin pada kulit,

penyebarannya yang baik di kulit dan tidak

mengandung minyak yang dapat

meningkatkan keparahan pada jerawat (Sasanti et al., 2012).

Komponen gelling agent dalam

formulasi gel merupakan faktor terpenting yang dapat mempengaruhi sifat fisika gel yang dihasilkan. Menurut Penelitian Nursiah dkk. (2011) menunjukkan bahwa gelling agent HPMC memiliki kestabilan fisik

paling optimal pada sediaan gel

dibandingkan dengan karbopol dikarenakan HPMC mempunyai resistensi yang baik terhadap serangan mikroba dan penggunaan HPMC sebagai basis yang bersifat hidrofilik juga memiliki kelebihan di antaranya menghasilkan daya sebar pada kulit yang

baik, efeknya mendinginkan, tidak

menyumbat pori-pori kulit, mudah dicuci dengan air, dan pelepasan obatnya baik. Keunggulan HPMC dapat membentuk gel yang jernih, mudah larut dalam air, mudah diaplikasikan pada kulit, tidak mengiritasi kulit, nyaman digunakan pada kulit serta memiliki viskositas yang stabil pada

penyimpanan jangka panjang (Rowe et al.,

(3)

152

Berdasarkan latar belakang tersebut,

maka dilakukan penelitian untuk

memformulasikan ekstrak daun alpukat dalam bentuk gel dengan menggunakan

variasi konsentrasi basis yaitu Hydroxy

Prophyl Methyl Cellulose (HPMC).

Selanjutnya dilakukan uji stabilitas fisik gel untuk menentukan formula gel ekstrak daun alpukat yang paling baik.

Daun alpukat (Persea america Mill)

memiliki kandungan zat aktif yaitu saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol, quersetin yang bersifat antiradang, antidiuretika, dan antibakteri. Senyawa tersebut sebagian besar larut dalam pelarut polar salah satunya pelarut air. Lamb dan Cushnie (2005) menyatakan bahwa flavonoid mempunyai aktivitas sebagai antifungi, antiviral dan antibakteri.

Tanaman alpukat berupa pohon dengan ketinggian 3-10 m, ranting tegak dan berambut halus, daun berdesakan diujung ranting, bentuk bulat telur atau corong,

awalnya berbulu pada kedua belah

permukaannya dan lama kelamaan menjadi licin. Bunga alpukat berupa malai dan terletak di dekat ujung ranting, bunganya sangat banyak berdiameter 1-1,5 cm, berwarna kekuningan, berbulu halus dan benang sari dalam 4 karangan, buah alpukat berbentuk bola lampu sampai bulat telur,

berwarna hijau kekuningan berbintik ungu, halus, dan harum, biji berbentuk bola dan hanya terdapat satu biji dalam 1 buah (Materia Medika Indonesia, 1995; Hika Citra, 2009).

Tanaman daun alpukat memiliki daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata agak menggulung keatas, bertulang menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda warnanya kemerahan dan berambut rapat, daun tua warnanya hijau dan gundul (Prihatman 2000; Andi, 2009).

Gel adalah sistem semisolida yang merupakan suspensi yang dibangun oleh

molekul besar organik atau partikel

anorganik halus yang diinterpenetrasi oleh suatu cairan (Goeswin, 2012). Menurut definisi gel adalah sistem semi padat dimana ada interaksi antar partikel koloid dalam pembawa cair. Pembawa terus menerus berinteraksi dengan partikel koloid dalam jaringan tiga dimensi yang terbentuk oleh ikatan partikel berdekatan. Partikel koloid dapat berupa padatan terdispersi seperti kaolin dan bentonit. Pembawa cairnya bisa menggunakan air dan alkohol (Jones, 2008).

(4)

153 Gel memiliki kandungan air lebih

dari 90%. Senyawa pembentuk gel biasanya berupa polimer dengan konsentrasi beberapa

persen, yang memberikan konsistensi

formulasi semi padat dengan baik secara fisik atau kimia. Konsistensi ini akan mengurangi penyerapan dari formulasi itu sendiri dan memperpanjang efek obat

tersebut. Permukaan mukosa ditutupi

dengan lapisan lendir, ketika pemberian bentuk sediaan ke jaringan mukosa; polimer dalam formulasi dapat berinteraksi dengan lapisan lendir (Katdare, 2006).

Komposisi sediaan gel seperti

gelling agent dan humektan merupakan

bagian yang penting dan mempengaruhi pada kualitas fisik gel. Viskositas gel akan meningkat karena peningkatan jumlah

gelling agent yang dapat memperkuat

struktur gel (Zatz dan Kushla, 1996).

Humektan merupakan bahan yang

mengontrol perubahan kelembaban suatu sediaan dengan udara (Soeratri dkk., 2004).

Selain gelling agent dan humektan,

komposisi gel lainnya, yaitu pengawet yang merupakan bahan yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan gel.

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex),

blender (Miyako®), timbangan analitik (Fujitsu), mortir dan stemper, cawan porselin, tabung reaksi, batang pengaduk, spatula logam, corong pisah, pipet tetes, waterbath, desikator, bejana maserasi, oven

(Memmert), rotary vaporator (Buchi

Rotavapor R-114), pH indikator

(MColorpHast™), Viskometer Brookfield

(DV-I Prime), dan alat uji daya sebar.

Daun alpukat yang tua dan segar diperoleh dari Indihiang, etanol 96% (PT.

Dipa Prasada Husada), aquadest, aluminium

foil, plastik wrapper dan kertas saring, HCl 2N, HCl pekat, larutan gelatin 1%, amil

alkohol, pereaksi Mayer, pereaksi

Dragendorff, serbuk magnesium, FeCI3 1%,

Hydroxy Prophyl Methyl Cellulose (HPMC)

(PT. Brataco), gliserin, methylparaben, dan minyak mawar.

Jalannya Penelitian

Pembuatan Ekstrak Daun Alpukat

Daun Alpukat segar ditimbang dan dibersihkan dengan air mengalir, kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari ditutup kain hitam sampai berubah menjadi warna kecoklatan. Daun

(5)

154

kering disortasi, kemudian dijadikan serbuk

dan diayak, ditimbang berat serbuk

keringnya. Serbuk daun alpukat diambil sebanyak 1000 gram kemudian ditambah pelarut etanol 96% untuk menghasilkan ekstrak yang kental (murni) sehingga mempermudah dalam proses identifikasi. Diambil sebanyak 10.000 ml (dengan perbandingan 1:10). Dilakukan selama 3 x 24 jam dengan 6 jam pertama dilakukan pengadukan sesekali dan 18 jam berikutnya

didiamkan dengan tujuan untuk

mempercepat ekstraksi karena pelarut

pertama kemungkinan sudah jenuh oleh senyawa sehingga tidak dapat melarutkan

kembali senyawa yang diharapkan.

Selanjutnya disaring, filtrat dari rendaman tersebut dilakukan proses remaserasi supaya penarikan ekstraksi lebih sempurna. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan kemudian

dipekatkan pada rotary evaporator dan

diuapkan di waterbath sampai didapat

ekstrak kental daun alpukat (Menkes RI, 2009).

Formulasi gel

Pertama-tama basis gel HPMC

didispersikan dalam aquadest 30 ml pada

suhu (80º-90ºC) supaya mengembang dan terbentuk gel. Kemudian didinginkan dalam lemari pendingin selama 24 jam dengan tujuan untuk menghilangkan buih yang

terbentuk dari proses dispersi.

Methylparaben dilarutkan dalam gliserin

dan ditambah ekstrak daun alpukat.

Ditambahkan dispersi HPMC, diaduk

hingga homogen ± 10-15 menit dengan pengadukan secara manual. Ditambahkan minyak mawar dan diaduk hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam wadah gel dan diberi etiket.

Evaluasi Sediaan Gel Uji Organoleptis

Pengujian organoleptis dilakukan secara langsung dengan dilihat dari warna , bentuk, dan bau dari sediaan gel yang dibuat

(Guleri and Preet, 2013). Gel biasanya

jernih dan transparan dengan konsistensi semisolid kental.

Tabel 1. Rancangan Formula Gel Ekstrak Daun Alpukat

Nama Bahan Fungsi Konsentrasi (%)

1 2 3

Ekstrak Daun Alpukat Bahan aktif 18 18 18

HPMC Gelling agent 15 20 25

Gliserin Humektan 5 4 3

Methylparaben Pengawet 0,2 0,2 0,2

Minyak mawar Pengaroma 0,1 0,1 0,1

(6)

155 Uji pH

Uji pH dilakukan dengan

mencelupkan kertas untuk uji pH ke dalam setiap formula gel. Diamkan selama 10 detik dan diangin-angin, kemudian barulah dilihat warna yang terjadi dan dicocokkan dengan warna standar yang sudah diketahui nilai pH-nya. Rentang nilai pH yang aman untuk kulit yaitu sekitar 4,5-6,5 (Retno, 2007). Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan cara gel dioleskan pada sekeping kaca transparan. Kemudian diamati sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ida dan Noer, 2012).

Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan dengan cara gel ditimbang 0,5 g kemudian diletakkan diatas kaca dan ditumpu lagi oleh kaca lainnya diatas masa gel tersebut. Kemudian dihitung diameter gel dengan panjang diameter dari beberapa sisi, ditambahkan beban tambahan 50g, 100g, 150g, 200g, dan 300g didiamkan selama 1 menit setiap penambahan beban kemudian diukur diameter gel seperti sebelumnya

(Fery, Yuniarto et al., 2014). Daya sebar gel

yang baik yaitu antara 5 sampai 7 cm. Uji Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan

dengan menggunakan Viskometer

Brookfielddengan cara menuangkan sampel

kedalam gelas ukur 50 ml yang telah disediakan, kemudian pasangkan spindle yang sesuai dengan sediaan tersebut lalu diputar sampai spindle tersebut terendam kedalam sampel yang ada didalam gelas ukur tersebut. Barulah setelah itu atur kecepatannya yaitu 50 rpm dan tekan tombol ON. Catat nilai yang sering muncul pada layar tersebut dan setelah didapat barulah tekan tombol OFF.

Uji Stabilitas Cycling Test

Sediaan gel diletakkan pada suhu

4⁰C selama 24 jam dilanjutkan dengan

meletakkan sediaan gel pada suhu 40⁰C

selama 24 jam (1 siklus). Pengujian dilakukan sebanyak 6 siklus dan diamati

persetiap siklusnya apakah terjadi

perubahan fisik dari sediaan gel pada awal dan akhir siklus yang meliputi organolpetis, homogenitas, pH dan daya sebar (Joshita dkk., 2009).

Analisis Data

Data dari hasil setiap uji evaluasi tersebut diolah secara statistik dengan

menggunakan software SPSS. Analisis yang

(7)

(Shapiro-156

Wilk) dan uji homogenitas (Uji Levene). Sedangkan untuk melihat hubungan atau perbedaan antara kelompok perlakuan,

dilakukan analisis varian satu arah

(ANOVA) jika data terdistribusi normal dan homogen. Apabila data terdistribusi tidak normal dan tidak homogen, maka dilakukan

analisis Kruskal-Wallis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Simplisia daun alpukat yang telah dihaluskan memiliki bentuk serbuk halus dengan warna hijau dan rasa pahit. Dari 5000 gram daun alpukat diperoleh 1000 gram serbuk. Susut pengeringan yang telah memenuhi standar yaitu <10% (Depkes RI,

1994).Dimana simplisia daun alpukat yang

didapatkan yaitu 6,9% berarti telah

memenuhi standar dari susut pengeringan.

Ekstraksi daun alpukat

dilakukan dengan metode maserasi

menggunakan pelarut etanol 96% untuk menghasilkan ekstrak yang kental (murni) sehingga mempermudah dalam proses identifikasi. Hasil akhir ekstraksi diperoleh ekstrak kental berwarna hijau kecoklatan.

Rendemen ekstrak 21,023%. Dimana

ekstrak sudah bebas dari pelarut etanol 96% ditunjukkan dengan tidak terbentuknya bau yang khas dari alkohol dengan pengujian skrining fitokimia.

Dalam pembuatan gel, ekstrak daun alpukat berfungsi sebagai bahan aktif.

HPMC berfungsi sebagai gelling agent

dalam sediaan gel ekstrak daun alpukat karena memiliki stabilitas yang baik pada suasana asam dan basa (pH 3-11). Gliserin berfungsi sebagai humektan yang akan

mempertahankan dan menstabilkan

kandungan air selama penyimpanan.

Methylparaben berfungsi sebagai pengawet karena sediaan gel memiliki kandungan air yang tinggi yang dapat dengan mudah ditumbuhi mikroba dan minyak mawar berfungsi sebagai pewangi. Kandungan senyawa dalam daun alpukat yaitu alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Hasil evaluasi formula gel ekstrak daun alpukat dilakukan secara triplo dapat dilihat pada Tabel 2.

Suatu gel dikatakan homogenitas yang baik karena memiliki kesamaan warna yang merata dan tidak adanya butiran kasar

ketika diberi tekanan pada kaca.

Konsistensi, nilai pH dan daya sebar gel kaitannya dengan kenyamanan pemakaian sediaan. Sediaan gel yang diinginkan yaitu memiliki konsistensi, nilai pH dan daya sebar yang sesuai dengan parameter kriteria. Konsistensi bentuk gel yang semisolid kental menyebabkan gel lebih mudah merata, mudah terserap oleh kulit dan terkesan lembut dikulit. Nilai pH gel yang

(8)

157 baik yaitu berkisar antara 4,5-6,5 yang aman

dikulit (Retno, 2007). Apabila sediaan gel

terlalu asam dari pH kulit akan

menyebabkan iritasi kulit tetapi apabila terlalu basa maka kulit akan kering.

Hasil daya sebar sediaan gel yang baik yaitu antara 5-7 cm. Dari hasil analisis

statistika One Way ANOVA didapatkan

perbedaan konsentrasi yang memberikan pengaruh berbeda pada diameter daya sebar gel yang dihasilkan. Sebelum dilakukan uji ANOVA maka dilakukan tes lainnya yaitu normalitas dan homogenitas. Pertama adalah

tes normalitas, menggunakan Shapiro-Wilk

karena data <50 dan hasil yang diperoleh adalah hasil ρ-value formula 1 (0,846), formula 2 (0,905) dan formula 3 (0,898) yang artinya lebih besar dari 0,05 sehingga diketahui bahwa kelompok data memiliki distribusi normal. Pada tes homogenitas

menggunakan uji statistika Levene diperoleh

hasil 0,302 ρ-value yang artinya lebih besar dari 0,05 jadi dapat dikatakan setiap kelompok data bersifat homogen atau sama. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata yang berbeda secara bermakna terletak pada formula I, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi konsentrasi HPMC maka daya sebar akan menurun.

Hasil uji viskositas gel dengan

analisis statistika One Way ANOVA

menunjukkan perbedaan konsentrasi dari pengaruh yang berbeda terhadap viskositas gel yang dihasilkan. Sebelum dilakukan uji ANOVA maka dilakukan tes lainnya yaitu normalitas dan homogenitas. Pertama adalah

tes normalitas, menggunakan Shapiro-Wilk

karena data <50 dan hasil yang diperoleh adalah hasil ρ-value formula 1 (0,220), formula 2 (0,637) dan formula 3 (0,424) yang artinya lebih besar dari 0,05 sehingga diketahui bahwa kelompok data memiliki distribusi normal. Pada tes homogenitas

varian menggunakan uji statistika Levene

diperoleh hasil ρ-value 0,093 yang artinya lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan setiap kelompok data bersifat homogen atau sama. Pada uji One Way ANOVA, ρ-value dari analisis statistika adalah sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil

dari 0,05 sehingga perlu dilakukan uji Post

Hoc yaitu pada Uji Tukey HSD, untuk

menguji semua rata-rata perlakuan.

Formula dengan penambahan

konsentrasi basis akan menyebabkan

viskositas menjadi meningkat dibandingkan dengan formula dengan konsentrasi basis yang rendah. Jadi semakin besar konsentrasi

(9)

158

HPMC yang digunakan maka sediaan akan

semakin kental (Martin et al., 2008).

Nilai viskositas gel yang baik berada

pada rentang 50-1000 dPa.s dengan

viskositas optimal 200 dPa.s (Nurahmanto

et al., 2017).

Uji stabilitas yang dilakukan pada

penelitian ini adalah uji cycling test pada

suhu 4⁰C selama 24 jam dilanjutkan pada

suhu 40⁰C selama 24 jam (1 siklus).

Pengujian dilakukan sebanyak 6 siklus (2 minggu). Pengamatan terdiri dari uji organoleptis, homogenitas, pH dan daya sebar. Hasil uji statistika SPSS dengan

menggunakan One Way ANOVA

menghasilkan sig. 0,000 yaitu kurang dari 0,05 yang menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara daya sebar sebelum

cycling test dengan setelah cycling test.

Tabel 2. Hasil Evaluasi Formula Gel Ekstrak Daun Alpukat

Evaluasi Parameter Kriteria Hasil

1 2 3

Organoleptis Bentuk semisolid

kental Merah kecoklatan, khas mawar dan semisolid kental* Merah kecoklatan, khas mawar dan semisolid kental* Merah kecoklatan, khas mawar dan semisolid kental*

Homogenitas Homogen Homogen* Homogen* Homogen*

pH 4,5-6,5 6* 6* 6*

Daya Sebar 5-7 cm 6,43* 5,01* 4,04

Viskositas 50-1000 dPa.s 280,8* 494,93* 653,07*

Keterangan:

1: Formula dengan konsentrasi HPMC 15% 2: Formula dengan konsentrasi HPMC 20% 3: Formula dengan konsentrasi HPMC 25% *: sesuai dengan parameter kriteria

KESIMPULAN

Formula optimum gel ekstrak daun alpukat diperoleh pada formula I dengan pengujian evaluasi yang telah memenuhi suatu sediaan gel yang baik dimana konsentrasi HPMC 15% dan gliserin 5%. Sedangkan gel ekstrak daun alpukat pada pengujian stabilitas penyimpanan gel hanya

mempengaruhi daya sebar gel, namun tidak

mempengaruhi homogenitas, pH dan

organoletis gel.

DAFTAR PUSTAKA

Andi C, Inggrid M. H., Verawati. 2009.

Pengaruh pH dan Jenis Pelarut pada Perolehan dan Karakterisasi Pati

(10)

159

dari Biji Alpukat. Bandung:

Lembaga Penelitian dan Pengabdian

kepada Masyarakat, Universitas

Katolik Parahyangan.

Arukwe, U. et al. 2012. Chemical

Composition Of Persea americana

Leaf, Fruit and Seed. IJRRAS, 11 (2).

Cushnie, T. P and Lamb, A. J. , 2005.

Antimicrobial Avtivity of

Flavonoid., International Journal of

Antimicrobial Agents Elsevier

United Kingdom 26 : Hal 343-356.

Depkes RI. 1994. Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia

Nomor: 661/MENKES/SK/VII/1994

tentang Persyaratan Obat

Tradisional, Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan RI, 1995. Materia

Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta:

Cetakan I. Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan, hal. 321-325.

Djajadisastra, Joshita. 2009. Formulasi Gel Topikal Dari Ekstrak Nerii Folium

Dalam Sediaan Antijerawat. Jurnal

Farmasi Indonesia, Vol. 4.

Fery, Yuniarto P., Sri, Rejeki E. dan Ekowati D. 2014. Optimasi Formula

Gel Buah Apel Hijau (Pyrus malus

L.) sebagai Antioksidan dengan

Kombinasi Basis Carbopol 940 dan

Gliserin secara Simplex Lattice

Design. Jurnal Farmasi Indonesia,

11 (2) : Hal 130-138.

Goeswin A. 2012. Sediaan Farmasi Likuida

– Semisolida (SFI-7). Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Guleri, K.T. & Preet K.L. 2013.

Formulation and evaluation of

topical gel of aceclofenac. J Drug

Deliv Ther, 3(6) : Hal 51-53.

Ida, N dan Noer, S.F. 2012. Uji Stabilitas

Fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe

vera L.). Majalah Farmasi dan

Farmakologi 16 (2) : Hal 79-84. Jones, D. 2008. Fasttrack: Pharmaceutics –

Dossage Form and Design. London and Chicago: Pharmaceutical Press.

Juncan, A. M. 2011. Determination of Synthetic and Natural Antioxidants in Cosmetic Preparations by Solid-Phase Extraction and Subsequent Gas and High Performance Liquid Chromatographic Analysis. REV. CHIM. (Bucharest),

62 (4).

Katdare, A. 2006. Excipient Development

for Pahrmaceutical, Biotechnology,

and Drug Delivery System. New

York: Taylor & Francis Group, LLC; 204.

(11)

160

Lopez, V.M.G. 2002. Fruit

Characterization of High Oil Content Avocado Varieties. Sci.

agric. (Piracicaba, Braz.) Vol.

59 No.2.

Menkes RI. 2009. Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta:

Depkes RI.

Nurahmanto D., Mahrifah I.R., Firda R., Imaniah N. dan Rosyidi V.A. 2017. Formulasi Sediaan Gel Dispersi Padat Ibuprofen : Studi Gelling Agent dan Senyawa Peningkat.

Ilmiah Manuntung, 3 (1) : Hal 96-105.

Nursiah, H., Faradiba, Baharuddin, G. A., 2011, Formulasi gel sari buah

belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi

L.), Universitas Hasanuddin dan

Universitas Muslim Indonesia

Makassar, Majalah Farmasi dan

Farmakologi, 15 (1) : Hal 5-9.

Prihatman, K. 2000. Tentang Budidaya

Pertanian: Kedelai. Jakarta: Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan

dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi.

Puti, Hika Citra Handayani Asril. 2009. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol 96% Biji Alpukat

(Persea Americana Mill) Terhadap Formulasi Sabun Padat Transparan. [Skripsi]. Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Rowe, Raymond C., sheskey, Paul J., dan

Quinn, Marian E. 2009. Handbook of

Pharmaceutical Excipients, 6th ed.,

Washington DC and London:

American Pharmacist Assiciation and Pharmaceutical Press,

Sasanti, T.J., Wibowo, MS., Fidrianny, I.

dan Caroline, S. 2012. Formulasi

gel ekstrak air teh hijau dan

penentuan aktivitasantibakterinya

terhadap propionibacterium acnes.

Bandung: School of Pharmacy ITB,

Gedung Lab Tek VII.

Soemarie, Budianti Y., Astuti T. dan

Rochmah N. 2016. Formulasi

Sediaan Salep Ekstrak Etanol Daun

Alpukat (Persea americana Mill.)

Sebagai Antiacne, Jurnal Ilmiah

Manuntung,2(2) Hal 224-232.

Soeratri, W., Rosita, N. & Himawati, E.R. 2004. Pengaruh jenis humektan terhadap pelepasan asam sitrat dari

basis gel secara in-vitro. Airlangga

Journal of Pharmacy.

Herbert A Lieberman., Martin M

Rieger., Gilbert S Banker. 1996.

(12)

161 disperse systems. Volume 2. New

Gambar

Tabel 1. Rancangan Formula Gel Ekstrak Daun Alpukat
Tabel 2. Hasil Evaluasi Formula Gel Ekstrak Daun Alpukat

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terjadi karena adanya pelapukan serasah yang berasal dari tanaman yang terdapat di atas permukaan tanah terutama dari tegakan kenari, sehingga

Akan tetapi meskipun dalam tafsir tersebut menyebutkan diperbolehkan mengangkat pemimpin non-Muslim dengan syarat syarat tertentu tetapi telah jelas dalam al-Quran surah

Berdasarkan hasil analisis data, persentase daya hambat pada uji antagonis secara in vitro antara isolat bakteri anggota spesies Streptomyces spp.. Berdasarkan uji

-Menghitung efisiensi dari penggunaan faktor produksi unit penangkapan pukat cincin -Penggunaan faktor-faktor produksi/trip - Daya mesin kapal -Jumlah lampu -Tinggi jaring

(3) Tidak terdapat D interaksi antara model D pembelajaran TAI berkombinasi A Drill and Practice dan Problem Solving berbantuan Peer Tutoring dengan kemampuan

Kurva TGA Sekam Padi yang telah dicuci menggunakan HCl dan pemanasan (sampel 2) dengan laju pemanasan 1 ◦ C/menit diolah dengan menggunakan persmaan 8 untuk mendapatkan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi eksportir kopi sumsel, khususnya PT Inti Baru Sejati dalam menembus pasar

Dari data hasil dan analisis tinggi tanaman terlihat bahwa pemberian jenis kompos dan perbedaan waktu pemberian serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata