• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini setiap organisasi atau perusahaan bisnis dituntut untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat bersaing dengan perusahaan sejenisnya. Oleh karena itu, keberadaan manusia atau sumber daya manusia merupakan faktor yang memegang peran penting atau dominan yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Karena keberhasilan dan berjalannya perusahaan dengan baik sepenuhnya bergantung pada bagaimana sumber daya manusia atau karyawan yang ada di perusahaan itu berkontribusi dalam setiap aktivitas dan pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Sumber daya manusia atau karyawan yang memiliki potensial dan berkualitas baik dapat menjadi modal dasar bagi organisasi atau perusahaan bisnis agar tujuan-tujuan yang diinginkan dapat tercapai sesuai apa yang telah diharapkan sebelumnya.

Dalam mencapai tujuan dari sebuah organisasi atau perusahaan bisnis yang telah ditetapkan, salah satu unsur penting dan perlu diperhatikan secara serius adalah sumber daya manusia atau karyawan yang merupakan faktor utama penentu tercapai atau tidaknya tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Pencapai suatu tujuan perusahaan akan terlihat dari bagaimana kinerja karyawan dalam menjalankan tugasnya sesuai apa yang diberikan oleh perusahaan. Menurut Mangkunegara (2011:67), kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksaakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Aerofood ACS sebagai trademark dari PT Aerofood Indonesia merupakan unit usaha dari PT. Aerowisata yang juga menjadi bagian dari Garuda Indonesia. Aerofood Indonesia mulai beroperasi pada tahun 1974 yang bergerak dalam bidang bisnis catering penerbangan. Aerofood ACS telah mempertahankan reputasinya dalam memberikan layanan premium terbaik di kelas produk makanan dan minuman hingga saat ini di 40 tahun berdirinya perusahaan ini. Berdasarkan laporan kinerja karyawan di PT Aerofood Indonesia dapat dilihat dengan menurunnya kinerja dalam sisi produksi yang belum mencapai target sesuai dengan yang telah ditetapkan. Hal ini tersaji dalam Tabel 1.1

(2)

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Produksi PT Aerofood Indonesia Jakarta Tahun 2010 2011 2012 2013 Produksi 15,5 juta meals / tahun 16 juta meals / tahun 17 juta meals / tahun 15 juta meals / tahun

Sumber: Data Perusahaan

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari sisi produksi pada tahun 2013 mengalami penurunan 2 juta meals dari tahun sebelumnya. Dengan adanya penuruan dari sisi produksi, maka hal ini mengindikasikan bahwa kinerja karyawan di perusahan ini belum optimal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Training Coordinator PT. Aerofood Indonesia Jakarta diketahui bahwa permasalahan adanya kinerja karyawan yang belum optimal yang terjadi di perusahaan ini disebabkan oleh faktor pelatihan yang diberikan kepada karyawannya memiliki tingkat efektif sekitar 70% dan dirasa belum terlaksana secara maksimal dalam mengembangkan pribadi para karyawannya dalam bekerja serta lingkungan kerja yang membuat para karyawannya kurang merasa nyaman melihat bahwa lokasi kantor berada di kawasan bandara yang jauh dan kurang dari kata sejuk demi menunjang kegiatan mereka dalam bekerja yang akan memengaruhi kuat atau rendahnya motivasi pada diri karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya serta yang akan berdampak pada kinerja karyawannya pada perusahaan tersebut.

Perilaku nyata yang ditampilkan karyawan untuk perusahaan harus didukung dengan keahlian dasar pada diri mereka masing-masing agar tercapainya kinerja tersebut. Maka dengan itu, untuk mengembangkan keahlian dasar para karyawan, perusahaan perlu memberikan pelatihan yang terbaik dan mempunyai subjek pelatihan yang selalu baru yang akan diberikan kepada para karyawannya seiring dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan yang ada pada saat ini agar keahlian dasar para karyawan pun tetap terus berkembangan seiring dengan munculnya hal-hal yang baru dan tetap dapat bersaing di era globalisasi ini demi tercapainya tujuan organisasi atau perusahaan tempat mereka bekerja.

Menurut Garry Dessler (2011:280), pelatihan adalah proses mengajar keterampilan yang dibutuhkan karyawan baru untuk melakukan pekerjaannya. Menurut Ivancevich (2008:45) pelatihan sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan

(3)

dijabatnya segera. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training) adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya. Pelatihan akan menjadi efektif jika di dalam pelatihan harus mencakup suatu pembelajaraan atas pengalaman-pengalaman sebelumnya. Pelatihan harus menjadi kegiatan keorganisasian yang direncanakan dan dirancang di dalam menanggapi kebutuhan-kebutuhan yang teridentifikasi. Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling umum dan para pemimpin mendukung adanya pelatihan karena melalui pelatihan, para karyawan akan menjadi lebih terampil dan karenanya akan lebih produktif sekalipun manfaat-manfaat tersebut harus diperhitungkan dengan waktu yang tersita ketika pekerja sedang dilatih.

Pelatihan yang diterapkan PT. Aerofood Indonesia Jakarta pada dasarnya mempunyai macam-macam kegiatan pelatihan yang beda sesuai dengan jabatan karyawan yang mengikuti pelatihan. Namun pelatihan umum yang diberikan oleh perusahaan pada setiap karyawannya yaitu pelatihan yang lebih mengarah ke product knowledge, food production course, ISO 22000 food safety management systems, airlines meals, table manner, serta pelatihan mengenai basic skill para karyawannya. Pelatihan yang diberikan oleh perusahaan biasanya dilakukan selama 3 bulan diawal tahun dan pada akhir tahun biasanya para peserta pelatihan diberikan semacam evaluasi diri untuk mengetahui apakah pelatihan yang diberikan dan diikuti para karyawan sebelumnya sudah diterapkan dengan baik dalam pekerjaannya mereka masing-masing.

Selain pelatihan, dapat kita ketahui bahwa lingkungan kerja juga merupakan hal penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan demi mendukung berlangsungnya kegiatan-kegiatan perusahaan yang akan dijalankan oeh para karyawan mereka. Perusahaan harus menciptakan suasana kerja atau lingkungan kerja yang kondusif di sekitar tempat para karyawan melakukan aktifitasnya. Dalam suatu kutipan Awaladi, Director of Talent & Rewards Tower Watson Indonesia di Beritasatu.com (Jumat, 28/11) mengatakan bahwa “Faktor yang menyebabkan

(4)

karyawan Indonesia bertahan dalam suatu perusahaan selain faktor gaji adalah lingkungan kerja yang nyaman dan lamanya dalam perjalanan ke kantor. Banyak perusahaan di Indonesia gagal memahami ini, sehingga 66 persen karyawan di Indonesia cenderung meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja dalam kurun waktu 2 tahun, sementara hanya 34 persen mengemukakan niat untuk bertahan di perusahaan tempatnya bekerja saat ini". Dapat dilihat dari kutipan di atas bahwa lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif akan menciptakan hubungan kerjasama yang baik antar individu dari semua elemen dengan perusahaan yang tidak memandang secara subyektif dan melihat dengan berbagai pertimbangan dalam keadilan.

Menurut Nitisemito (2009:190), lingkungan kerja sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat memengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan. Lingkungan kerja dibagi menjadi dua yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Namun lingkungan kerja lebih dititikberatkan pada keadaan fisik tempat kerja karena dengan tidak adanya gangguan dalam lingkungan bekerja maka karyawan akan dapat bekerja dengan baik. Menurut Sedarmayanti (20011:26) lingkungan kerja dititikberatkan pada lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat memengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. PT. Aerofood Indonesia Jakarta telah merancang sebaik mungkin lingkungan kerja dari dimensi ke dimensi demi mendukung kinerja karyawan dan meningkatkan kerjasama di antaranya ada pada segi tata letak setiap ruangan seperti ruang bakery dan pastry yang berdekatan dengan cold kitchen serta ruang butcher yang berdekatan dengan hot kitchen. Dari segi pencahayaan, di setiap ruangan maupun koridor kantor berikan beberapa lampu yang dapat memberikan pencahayaan yang baik dalam menunjang kegiatan para karyawannya. Penempatan tata letak alat-alat kantor juga disesuaikan dengan kegaiatan kerja yang berlangsung. Perusahaan juga merancang sebaik mungkin lingkungan kerja di kantor dalam suhu ruangan yang salah satunya adalah ruang tempat penyimpanan dan ruang portioning di mana ruangan ini adalah tempat untuk menyimpan makanan sebelum dikonsumsi oleh konsumen. Pada ruangan tempat penyimpanan seperti frozen harus mempunyai suhu penerimaan < -18 Celcius dan suhu penolakan > -18 Celcius dan pada ruangan portioning diberikan suhu ruangan maksimal 21 Celcius.

(5)

Lingkungan kerja yang kondusif membuat para karyawan lebih produktif dalam menjalani pekerjaan mereka serta munculnya loyalitas dari para karyawan terhadap perusahaan. Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien (Sedarmayanti, 2011:12). Maka dengan itu, dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja akan memengaruhi bagaimana para karyawan termotivasi atau tidaknya dalam menjalankan tugas mereka yang telah diberikan oleh perusahaan.

Menurut Hasibuan (2011:141), motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi kegairahan dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Jika para karyawan yang ada di perusahaan termotivasi pada pekerjaannya, maka akan munculnya suatu hasrat dan minat pada diri para karyawan tersebut untuk mengerjakan tugas-tugas mereka dengan baik dan benar yang sesuai dengan apa yang telah diberikan perusahaan kepada mereka. Namun sebaliknya, jika motivasi itu tidak muncul pada diri para karyawan tersebut, maka mereka tidak akan mengerjain tugas-tugas mereka dengan baik dan benar serta tidak akan berjalan dengan baiknya tugas-tugas mereka demi mencapai apa yang menjadi keinginan dan tujuan di perusahaan tersebut.

Dengan adanya hal-hal tersebut, maka akan terciptalah sikap entutiasme dan persistensi para karyawannya dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan mereka melalui pelatihan dan lingkungan kerja nya akan memunculkan motivasi pada diri para karyawan diperusahaan tersebut yang berdampak pada kinerja karyawannya dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan mereka.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperlukan penelitian terhadap masalah yang terjadi diperusahaan dengan judul “ANALISIS PENGARUH PELATIHAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP MOTIVASI SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT AEROFOOD INDONESIA JAKARTA”

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah :

1. Bagaimana pengaruh pelatihan terhadap motivasi pada PT Aerofood Indonesia Jakarta ?

2. Bagaimana pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi pada PT Aerofood Indonesia Jakarta ?

3. Bagaimana pengaruh pelatihan dan lingkungan kerja terhadap motivasi pada PT Aerofood Indonesia Jakarta ?

4. Bagaimana pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan pada PT Aerofood Indonesia Jakarta ?

5. Bagaimana pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan ada PT Aerofood Indonesia Jakarta ?

6. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT Aerofood Indonesia Jakarta ?

7. Bagimana pengaruh pelatihan dan lingkungan kerja terhadap motivasi dengan kinerja karyawan sebagai dampaknya pada PT Aerofood Indonesia Jakarta ?

1.3 Tujuan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh pelatihan terhadap motivasi pada PT Aerofood Indonesia Jakarta.

2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi pada PT Aerofood Indonesia Jakarta.

3. Untuk menganalisis dan mengetahu pengaruh pelatihan dan lingkungan kerja terhadap motivasi pada PT Aerofood Indonesia Jakarta.

4. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan pada PT Aerofood Indonesia Jakarta.

5. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT Aerofood Indonesia Jakarta.

6. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT Aerofood Indonesia Jakarta.

(7)

7. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh pelatihan dan lingkungan kerja terhadap motivasi dengan kinerja karyawan sebagai dampaknya pada PT Aerofood Indonesia.

1.4 Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Menjadi bahan informasi dan bahan masukan bagi PT Aerofood Indonesia dalam menjalankan kegiatan pelatihan dan dalam memperhatikan lingkungan kerjanya agar dapat menciptakan motivasi pada karyawannya yang akan berdampak terhadap kinerja karyawan.

2. Bagi pembaca

a. Sebagai sumber informasi mengenai pelatihan dalam suatu perusahaan. b. Sebagai sumber informasi mengenai lingkungan kerja fisik yang ada

dalam suatu perusahaan

c. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui motivasi yang ada dalam perusahaan.

d. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui bagaimana kinerja karyawan yang ada dalam perusahaan.

3. Penelitian ini hal paling bagi penulis karena berguna untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah tersebut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Manfaat mengetahui ruang lingkup penelitian adalah agar peneliti dapat memanfaatkan perhatiannya pada bidang penelitian. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Pelatihan

b. Lingkungan Kerja c. Motivasi

d. Kinerja Karyawan

Penelitian ini dilakukan untuk seluruh karyawan PT Aerofood Indonesia Jakarta. Penelitian ini dibatasi pada masalah manajemen sumber daya manusia (MSDM),

(8)

khususnya pengaruh pelatihan, lingkungan kerja fisik, dan motivasi terhadap kinerja karyawannya.

1.6 State of The Art

Penelitian ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Pelatihan dan Lingkungan Kerja Terhadap Motivasi Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Aerofood Indonesia Jakarta”, bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pelatihan dan lingkungan kerja terhadap motivasi yang akan berdampak pada kinerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan pada sektor catering service industry ini menunjukan bahwa pelatihan dan lingkungan kerja memiliki hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi serta berdampak pada kinerja karyawan pada PT. Aerofood Indonesia Jakarta. Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Muhammad Ikhlas Khan (2012) namum pada sektor yang berbeda, menyatakan setuju bahwa pelatihan dan lingkungan kerja mempunyai hubungan yang signifikan terhadap motivasi yang akan berdampak pada kinerja karyawan. Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa jika organisasi memiliki rencana pelatihan yang disusun dengan baik bagi karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang baik akan memotivasi diri karyawan dalam melaksanakan tugasnya dan memengaruhi kinerja mereka bagi perusahaan. Pelatihan dan lingkungan kerja memiliki kontribusi besar terhadap tumbuhnya motivasi pada diri karyawan yang akan berdampak pada kinerja mereka dibandingkan dengan faktor-faktor lain seperti teknologi, perilaku manajemen, dan lain-lain.

Hasil penelitian-penelitian lainnya yang juga mendukung penelitian ini terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Sadaf Zahra, et al (2014), Sari Andamdewi (2012), Sultana Afsgan, et al (2012), Mohammad Sadegi & Nina Munira Naharuddin (2013), serta Hashim Zameer, et al (2014), yang menjelaskan bahwa pelatihan memiliki hubungan yang positif terhadap motivasi, lingkungan kerja memiliki hubungan yang positif terhadap motivasi, motivasi memiliki hubungan yang positif terhadap kinerja karyawan, pelatihan memiliki hubungan yang positif terhadap kinerja karyawan, serta lingkungan kerja memiliki hubungan yang positif terhadap kinerja karyawan. Tetapi terdapat perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu karena penelitian-penelitian yang diambil pada PT. Aerofood Indonesia Jakarta ini menggunakan metode Path Analysis, sedangkan penelitian sebelumnya

(9)

lebih banyak menggunakan metode korelasi dan regresi. Walaupun penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan metode yang berbeda, namun hasil yang di dapat menunjukkan hasil yang sama yaitu pelatihan dan lingkungan kerja memiliki hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi serta dampaknya terhadap kinerja karyawan. Di sisi lain, penelitian ini dapat berkontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang manajemen sumber daya manusia yang akan meerapankan model pelatihan dan lingkungan kerja dalam meningkatkan motivasi dan melihat bagaimana dampaknya pada kinerja karyawan di sebuah organisasi.

Gambar

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Produksi PT Aerofood Indonesia Jakarta  Tahun  2010  2011  2012  2013  Produksi  15,5  juta  meals / tahun  16 juta meals / tahun  17 juta meals / tahun  15 juta meals / tahun

Referensi

Dokumen terkait

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk

Hasil uji Signifikansi Parsial (Uji-t) menunjukkan bahwa variabel Market Value Added (MVA) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Pendapatan Saham,

Ringkasnya, meskipun struktur kristal serbuk ferit hasil sintesis telah sama dengan produk komersial, namun sifat-sifat magnetik magnet yang dihasilkan masih belum dapat

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan permainan sains dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok B TK Mojorejo 3