• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA TAHUN 2016"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

11 KATA PENGANTAR

Draf

[Course title]

LAPORAN KINERJA

TAHUN 2016

(2)

12 Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran yang dikelola. Penyusunan laporan kinerja bertujuan untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai serta sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya. Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019. Penyusunan laporan disusun dengan mengacu kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Secara umum materi yang termuat dalam laporan ini memberikan penjelasan mengenai pencapaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA selama Tahun 2016. Capaian Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 sebagai tolak ukur keberhasilan pencapaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA. Analisis atas capaian kinerja terhadap target kinerja ini akan digunakan sebagai umpan balik perbaikan dan peningkatan kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA secara berkelanjutan.

Hasil capaian kinerja sasaran yang telah ditetapkan dapat memenuhi target dan sesuai rencana. Meskipun demikian, berbagai pencapaian target indikator kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunan NAPZA memberikan gambaran bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial terhadap Korban NAPZA secara keseluruhan sangat ditentukan oleh komitmen, keterlibatan dan dukungan aktif segenap komponen aparatur negara, masyarakat, dunia usaha sebagai bagian integral dari upaya penanggulangan kemiskinan untuk mencapai kesejahteraan umum,

Akhirnya laporan ini dapat menjadi sarana evaluasi yang konstruktif dan dapat memberi manfaat yang optimal serta dimaknai secara positif oleh seluruh jajaran Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA bagi peningkatan manajemen kinerja yang lebih baik di masa mendatang.

Jakarta, Desember 2016 Direktur RSKP NAPZA

Waskito Budi Kusumo

RINGKASAN EKSEKUTIF

(3)

13 Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016 merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja dari pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2015-2019 dan Rencana Kinerja Tahunan 2016 yang telah ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahun 2016. Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016 ini pada hakekatnya merupakan kewajiban dan upaya untuk memberikan penjelasan mengenai akuntabilitas kinerja yang telah dilakukan selama tahun 2016. Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016 disusun dengan mengacu pada Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: 53 Tahun 2014. Laporan ini memuat pencapaian kinerja pelaksanaan program/kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA serta Rencana Strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2015 - 2019. Pada Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA ini dijelaskan upaya pertanggungjawaban keberhasilan maupun kegagalan dalam pelaksanaan program/kegiatan Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA pada tahun 2016.

Dalam upaya merealisasikan good governance, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA telah melaksanakan berbagai kegiatan, dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran, untuk mewujudkan visi dan misi yang telah dituangkan dalam Rencana Strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2015 -2019.

Dalam dokumen Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016 menetapkan 1 sasaran program/kegiatan dengan 6 indikator kinerja. Sasaran kegiatan yang dimaksud adalah Meningkatnya penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA dengan 6 (enam) indikator kinerja, antara lain: (1) jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan rehabilitasi dan perlindungan sosial sesuai standar pelayanan; (2) Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang berhasil dilayani, diberi bantuan dan mendapatkan rehabilitasi sosial di dalam dan di luar panti sesuai standar pelayanan; (3) Jumlah korban penyalahgunaan napza yang mendapatkan bantuan sosial; (4) Jumlah lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan bantuan social; (5) Jumlah SDM yang meningkat kapasitasnya dalam memberikan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA (orang); (6) Jumlah Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA yang telah dikembangkan/dibantu.

Secara umum pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam tahun 2016 telah sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pencapaian indikator kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

(4)

14 Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016. Pada tahun 2016, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA mendapatkan total alokasi anggaran sebesar Rp. ..., - yang bersumber dari Anggaran Pembangunan Belanja Negara (APBN) dengan realisasi anggaran mencapai Rp. ... (...%). Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA akan senantiasa berupaya dan bekerja lebih keras lagi, serta menyempurnakan kebijakan yang ada untuk lebih mengoptimalkan pencapaian sasaran kegiatan, sehingga diharapkan di masa yang akan datang capaian semua sasaran kegiatan dapat lebih optimal. Melalui Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016 ini diharapkan dapat menjadi bahan perbaikan kinerja kegiatan untuk tahun selanjutnya.

Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA ini merupakan laporan kinerja yang dilaksanakan melalui kegiatan Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA, Dekonsentrasi dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) setingkat Esselon III. Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA berisi laporan capaian kinerja yang mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA yang di dalamnya menyajikan dan melaporkan kegiatan yang dilakukan berdasarkan tugas dan fungsi Kementerian Sosial khususnya di bidang Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA selama tahun anggaran 2016.

Laporan Kinerja dimaksudkan sebagai laporan Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA sebagai bentuk pertanggungjawaban keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan visi dan misi yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam Rencana Kinerja Tahunan dan Perjanjian Kinerja. Pada Laporan Kinerja dilakukan Pengukuran Kinerja Tahun 2016 yang dijadikan umpan balik untuk memacu perbaikan kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA di tahun yang akan datang, dengan menganalisa capaian kinerja, terutama sasaran yang bersifat strategis dengan indikator kinerja yang terukur dan akuntabel.

Capaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA tahun 2016 tercapai dengan baik, meskipun kurang dapat menyerap anggaran seluruhnya. Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran strategis, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA yang terdiri dari kantor Pusat, 2 UPT dan 34 Provinsi melalui dana dekonsentrasi, Target sasaran yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja yaitu : Meningkatnya kemampuan kelompok marginal yang terpenuhi hak dasarnya, Meningkatnya sarana aksesibilitas bagi kelompok masyarakat marjinal oleh K/L, pemerintah, kab/kota dan dunia usaha/masyarakat, meningkatnya lembaga dan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial pada bidang rehabilitasi sosial. Pencapaian target pada tahun 2016 secara fisik Yang ditandai dengan adanya indikator kegiatan peningkatan kapasitas SDM dengan

(5)

15 pelaksanaan bimbingan teknis bidang rehabilitasi sosial baik yang dilaksanakan di Dit. RSKP NAPZA dan Dinas Sosial sebanyak 6.705 petugas rehabilitasi sosial, lembaga rehabilitasi KPN baik yang dibantu/dikembangkan sebanyak 213 lembaga baik yang di bentuk oleh Dit. RSKP NAPZA maupun binaan Dinas Sosial, Buku pedoman bidang rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZ semula sebanyak 6 pedoman (Panduan PIE, Pembentukan PIE, Standar Nasional Rehabilitasi Sosial, Penyempurnaan Buku Peksos, Penyempurnaan Buku Konselor Adiksi, Pedoman Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA bagi anak dan perempuan, penanganan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA melebihi capaian sebanyak 23.114 orang

Permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial terhadap Korban Penyalahgunaan NAPZA adalah berkaitan dengan masalah SDM pelaksanan rehabilitasi sosial yang menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan rehabilitasi sosial khususnya pelaksanaan di daerah yang memerlukan pendampingan, pemantauan dan pelaporan yang tepat. Tantangan lainnya berkaitan dengan belum maksimalnya keterlibatan dunia usaha dan masyarakat dalam mewujudkan hak-hak Korban Penyalahgunaan NAPZA.

Untuk mengatasi kendala tersebut, dilakukan beberapa pemecahan masalah sebagai berikut : (1) diperlukan upaya pengembangan program dan strategi baru dalam penanganan masalah Korban Penyalahgunaan NAPZA; (2) perlunya peningkatan kompetensi SDM pelaksana rehabilitasi sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA, sesuai dengan perkembangan issue; (3) Mendorong dan memotivasi semua pihak agar turut berpartisipasi dan terlibat dalam penanganan masalah sebagai bagian dari masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Keberhasilan DKorban Penyalahgunaan NAPZA dalam mengakses dunia kerja akan sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung lainnya. Selain dari dalam diri, diperlukan juga lingkungan yang kondusif yang dapat memberikan kesempatan dan ruang bagi mereka untuk dapat mengaktualisasikan diri. Di samping itu Kemensos perlu berkoordinasi dan bekerjasama dengan kementerian terkait. Dan tentunya kesempatan yang diberikan oleh masyarakat seluas-luasnya kepada Korban Penyalahgunaan NAPZA untuk berperan sesuai dengan kapasitas yang dimiiki.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i RINGKASAN EKSEKUTIF ... ... ii DAFTAR ISI ... xi

(6)

16 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum ... 1 B. Dasar Hukum ... ... 6 C. Aspek Strategis ... ... 7 D. Sistematika Penyajian ... ... 8

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA A. Pembangunan Jangka Menengan Nasional 2015 – 2019 ... 9

B. Rencana Strategis 2015 - 2019 ... .11

C. Penetapan Kinerja 2015 ... ... 14

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2015 ... ... 18

B. Analisis Capaian Kinerja Tahun 2015 ... ... 22

C. Akuntabilitas Keuangan ... ... 55

BAB IV PENUTUP ... ... Tabel 1 Struktur dan Susunan Organisasi Dit. RSKP NAPZA ... 2

Tabel 2 UPT Bidang NAPZA Milik Kementerian Sosial RI ... 5

Tabel 3 Sasaran Strategis tahun 2015 – 2019 Dit. RSKP NAPZA ... 12

Tabel 4 Indikator Kinerja Utama Dit. RSKP NAPZA 2015 – 2019 ... 13

Tabel 5 Penetapan Kinerja Tahun 2015 Dit. RSKP NAPZA ... 14

Tabel 6 Tingkat Capaian Kinerja Tahun 2015 Dit. RSKP NAPZA ... 18

Tabel 7 Pencapaian Target Kinerja Sasaran Strategis 1 ... 22

Tabel 8 Penyebaran Penerima UEP/BPUEP Th 2015 Berdasarkan Provinsi ... 23

Tabel 9 Penyebaran Penerima UEP/BPUEP Th 2015 Berdasarkan Jneis Usaha ....24

(7)

17

Tabel 11 Penyebaran Penerima Bimb.Keter. Kerja Th 2015 Jenis Usaha ... 26

Tabel 12 Bantuan Biaya RSKP NAPZA ... 27

Tabel 13 Bantuan Dukungan Fasilitas RSKP NAPZA ... 29

Tabel 14 Data Penjangkauan/Pendampingan ... 34

Tabel 15 Pencapaian target kinerja sasaran Strategis 2 ... 35

Tabel 16 Pencapaian target kinerja sasaran Strategis 3 ... 37

Tabel 17 IPWL Baru Penerima Bantuan Fasilitas Th 2015 ... 44

Tabel 18 IPWL Baru Operasional LKS Non IPWL Th 2015 ... 48

Tabel 19 Realisasi Anggaran Per Program/Output Tahun Anggaran 2015... 55

Tabel 20 Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja s/d 31 Desember 2015... 55

BAB I

P E N D AH U L U A N

A. Gambaran Umum

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu unit teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial - Kementerian Sosial dan berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI No. 20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial, maka tugas pokok dan fungsi Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai berikut :

(8)

18

DIREKTORAT

REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA SUBBAGIAN TATA USAHA Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut Mental Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya Asistensi& Subdirektorat Pemulihan KPN Subditrektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi Seksi Analisis dan Identifikasi Permasalahan Seksi Seksi Pemetaan dan Analisis Kelembagaan Potensi Sumber Daya Seksi Seksi Reintegrasi Seksi Seksi Pemulihan KPN Dalam Institusi Seksi 1. Tugas

Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.

2. Fungsi:

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya;

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya;

e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya; dan

f. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat

Struktur organisasi Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI No. 20/2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI.

(9)

19 Tabel 1:

Struktur Organisasi Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA a. Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi;

b. Subdirektorat Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA; c. Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut;

d. Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya; dan e. Subbagian Tata Usaha.

1. Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi

Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang Identifikasi dan Rencana Intervensi. Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang analisis dan identifikasi, serta rencana intervensi;

b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan identifikasi, serta rencana intervensi;

c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis dan identifikasi, serta rencana intervensi;

d. penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang analisis dan identifikasi, serta rencana intervensi;

e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan identifikasi, serta rencana intervensi.

Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi terdiri atas : a. Seksi Analisis dan Identifikasi Permasalahan; dan

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis dan identifikasi permasalahan.

b. Seksi Rencana Intervensi

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rencana intervensi.

(10)

20 2. Sub Direktorat Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA

Mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA Sub Direktorat Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA mernyelenggarakan fungsi : a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang Pemulihan korban penyalahgunaan

NAPZA dalam dan luar institusi;

b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di hidang Pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA dalam dan luar institusi;

c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang Pemulihan korban penyalahgunan NAPZA dalam dan luar institusi;

d. penyiapanbahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang Pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA dalam dan luar institusi dan;

e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dibidang Pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA dalam dan luar institusi

Subdirektorat Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA terdiri atas: a. Seksi Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA Dalam Institusi;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, sytandar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemulihan penyalahgunaan NAPZA dalam institusi.

b. Seksi Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA Luar Institusi;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, sytandar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknisdan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemulihan penyalahgunaan NAPZA luar institusi.

3. Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut

Mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA.

Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut menyelenggarakan fungsi :

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA;

b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA;

c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA;

d. penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA;

e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA.

Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut terdiri atas: a. Seksi Reintegrasi;

(11)

21 Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang reintegrasi bekas korban penyalahgunaan NAPZA.

b. Seksi Pembinaan Lanjut

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA.

4. Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya

Mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kelembagaan dan sumber daya

Subdirektorat Sumber Daya menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pemetaan dan analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya;

b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang bidang pemetaan dan analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya;

c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang bidang pemetaan dan analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya; d. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang bidang pemetaan

dan analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya;

e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang bidang pemetaan dan analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya.

Sub Direktorat Kelembagaan dan Sumber Daya terdiri atas:

a. Seksi Pemetaan dan Analisis Kelembagaan dan Potensi Sumber Daya;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemetaan dan analisis kelembagaan dan potensi sumber daya.

b. Seksi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Sumber Daya

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya

5. Subbagian Tata Usaha

Mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, dan rumah tangga serta administrasi perencanaan program dan anggaran Direktorat.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA telah menjabarkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam suatu Renstra yang didalamnya tertuang Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran tahunan yang diukur dengan seperangkat indikator kinerja berupa output dan outcome beserta target tahunan yang jelas.

(12)

22 Permasalahan penyalahgunaan NAPZA terkait dengan berbagai dimensi kehidupan penyalahguna, yaitu medis, psikiatris, maupun psiko-sosial. Ditinjau dari model bio-psiko-sosial penyalahguna NAPZA dipandang sebagai penyakit yang sering kambuh (relapsing) yang berakibat pada proses pemulihan seumur hidup. Permasalahan tersebut mengakibatkan penyalahguna NAPZA yang telah mendapatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial sulit untuk kembali dalam kehidupan secara wajar karena masih adanya stigma di masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan wadah yang kondusif dan pendampingan secara terarah dan berkesinambungan, dapat membantu mereka dalam menumbuhkan kepercayaan dirinya, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosial mereka secara wajar, baik yang dilaksanakan di dalam panti maupun luar panti yang melalui dana lewat Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Dekonsentrasi tahun 2016 untuk 34 propinsi. Panti Sosial Korban NAPZA merupakan perwakilan Kemensos sebagai instansi vertikal di daerah yang menangani masalah NAPZA baik layanan dalam panti juba memberikan layanan penjangkauan dengan sistim luar panti agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Panti yang memberikan pelayanan dan rehabilitasi dibawah pembinaan Direktorat adalah : Tabel 2 :

UPT Bidang NAPZA Milik Kementerian Sosial RI - Dekonsentrasi

NO Program Alamat Kapta Anggaran

2016 1 PSPP Insyaf Medan Jl. Berdikari No. 37 Desa Lau Bakeri,

Kab. Deli Serdang – Medan – Sumut 300 org 2 PSPP Galih Pakuan Jl. H. Miing No. 71 Putat Nutug

Ciseeng – Parung Bogor – Jawa Barat 280 org

3 Dekonsentrasi 34 Provinsi 3.790 org

Unit Pelaksana Teknis (UPT) tersebut melayani Korban Penyalahgunaan NAPZA merupakan unit Eselon III. Selain melalui UPT, pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA juga dilakukan dengan melibatkan Dinas Sosial. Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA (Dit. RSKP NAPZA) melaksanakan program Rehabilitasi Sosial yang dilakukan bersifat terkoordinasi dan terpadu, dalam rangka pemenuhan hak-hak. Adapun kegiiatan rehabilitasi sosial melalui progam rehabilitasi sosial yang mencakup asistensi sosial, advokasi sosial, bimbingan keterampilan, mental dan keagamaan, bimbingan sosial, dan latihan vokasional untuk meningkatkan kemampuan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam masyarakat. Kegiatan Rehabilitasi sosial yang dilakukan melalui satker daerah, yaitu dengan mekanisme dekonsentrasi.

Tabel 2 : Dekonsentrasi

No Satker Pagu Anggaran 2016 1 DKI Jakarta 323.430.000 2 Jawa Barat 591.280.000 3 Jawa Tengah 275.245.000 4 DI Jogjakarta 346.740.000

(13)

23 5 Jawa Timur 501.705.000 6 Aceh 386.880.000 7 Sumatera Utara 364.180.000 8 Sumatera Barat 299.855.000 9 Riau 254.845.000 10 Jambi 359.805.000 11 Sumatera Selatan 454.980.000 12 Lampung 291.605.000 13 Kalimantan Barat 395.205.000 14 Kalimantan Tengah 321.280.000 15 Kalimantan Selatan 384.137.000 16 Kalimantan Timur 236.865.000 17 Sulawesi Utara 447.205.000 18 Sulawesi Tengah 382.251.000 19 Sulawesi Selatan 263.979.000 20 Sulawesi Tenggara 280.967.000 21 Maluku 274.480.000 22 Bali 281.280.000 23 Nusa Tenggara Barat 371.505.000 24 Nusa Tenggara Timur 316.080.000 25 Papua 169.070.000 26 Bengkulu 254.755.000 27 Maluku Utara 549.020.000 28 Banten 241.267.000 29 Bangka Belitung 461.719.000 30 Gorontalo 391.890.000 31 Kepulauan Riau 215.630.000 32 Papua Barat 180.670.000 33 Sulwesi Barat 163.930.000

(14)

24

34 Kalimantan Utara 85.020.000

B. Dasar Hukum

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu unit teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial - Kementerian Sosial yang melaksanakan tugasnya berdasarkan Peraturan Perundangan-undangan, antara lain :

1. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

3. Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005.

5. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

6. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial 7. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

8. PP No. 20, 21, 24 dan 25 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.

9. Peraturat Pemerintah No. 25/2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika. 10. Peraturat Pemerintah No. 29/2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 11. Inpres RI No. 12/2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika tahun 2011 – 2015 12. Peraturan Menteri Keuangan No. 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akuntansi Standar. 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.02/2011, Tanggal : 27 Juni 2011 tentang

Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL

14. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 190/PMK.05/2013, tanggal 29 November 2013 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN.

15. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 84/PMK.02/2011 tanggal 23 Mei 2011 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2013.

16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birikrasi No. 35/2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

17. Peraturan Menteri Sosial RI No. 03/HUK/2013 tentang Standar Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA.

18. Peraturan Menteri Sosial RI No. 26/HUK/2013 tentang Standar Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

19. Peraturan Menteri Sosial No. 08/2014 tentang Pedoman Rehabilitasi Sosial Penacndu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan NAPZA yang Berhadapan Dengaan Hukum di Lembaga Rehabilitasi Sosial

20. Peraturan Menteri Sosial RI No. 20/2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI.

(15)

25 21. Surat Kepmensos RI No. 78/HUK/2010 tentang Penunjukan Panti/Lembaga Pelayanan dan

Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA

22. Surat Edaran Mahkamah Agung RI No 04/2010 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke dalam lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial

23. Peraturan Dirjen Perbendahaan Nomor : Per-66/PB/2005, tanggal 28 Desember 2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban APBN.

C. Aspek Strategis

Pelayanan dan rehabilitasi sosial lain yang berkembang berdasarkan kebutuhan yang harus disikapi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan Napza. Berdasarkan amanat UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, rehabilitasi sosial korban penyalah- gunaan Napza menjadi kewenangan Kementerian Sosial yang kemudian ditindak- lanjuti dengan diterbitkan PP No. 25 Tahun 2011 Tentang Pelaksana Wajib Lapor dan berlakunya Surat Edaran Bersama (SEB) No. 04/2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan, Korban dan Pecandu Narkotika ke- dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial.

Populasi Korban Penyalahgunaan NAPZA yang terdata di Dit. RSKP NAPZA/Dinas Sosial Provinsi berjumlah 478.665 orang (tahun 2011) Pengguna terbesar adalah mereka yang masuk dalam kelompok usia potensial dan produktif antara 10 s/d 59 tahun, sedangkan jumlah yang sudah tertangani dari tahun 2010 – 2016 baru terehabilitasi 60.102 orang (12,55%) baik yang ditangani dalam panti maupun luar panti (UPT Kemensos, UPTD, IPWL, Dit. RSKP NAPZA dan Dekonsentrasi).

Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia sudah darurat narkoba, dimana terdapat 4,5 juta orang yang terkena narkoba, dan 1,2 juta orang sudah tidak bisa direhabilitasi (9;Des;2014). Data ini akan terus bertambah jika pencegahan penyebaran Napza tidak menimbulkan efek jera bagi para pelaku (produsen, pengedar, dan pemakai/korban) dan upaya penanganan korban penyalahgunaan Napza tidak dilakukan secara optimal serta lemahnya kesadaran penduduk akan resiko bahaya narkoba.

Kementerian Sosial juga mendapat tugas rujukan reintegrasi serta menyiapkan institusi bagi penyalahgunaan Napza, Selain melakukan rehabilitasi sosial. Berdasarkan Kepmensos No. 41/HUK/2014 tentang Penunjukkan Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya sebagai Istitusi Penerima Wajib Lapor Bagi Korban Penyalahgunaan Napza Tahun 2014, Kementerian Sosial menyiapkan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL), sebagai upaya preventif dan rehabilitatif. Dalam perkembangannya hingga saat ini telah ditetapkan 160 IPWL yang terdiri dari 2 UPT (di PSPP Insyaf Medan dan PSPP Galih Pakuan Ciseeng-Bogor), 5 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), dan 153 milik masyarakat di 28 Provinsi, baik dalam bentuk panti sosial maupun lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan masyarakat (LKS).

IPWL yang ada masih sangat terbatas baik jumlah, sarana infrastruktur maupun sumber daya pelaksana layanan. Disamping penambahan penyediaan IPWL, Kementerian Sosial juga membutuhkan pekerja sosial (rehabilitasi korban Napza) dan konseling adiktif yang dapat memberikan solusi pencegahan dan rehabilitasi bagi keluarga dan korban yang ingin sembuh dari ketergantungan narkotika. Mengingat posisi Indonesia yang strategis dan menjadi arus masuk narkotika dari luar negeri, penyediaan IPWL dan pekerja sosial/konseling adiktif dimaksud menjadi suatu kebutuhan yang perlu disiapkan dan ditingkatkan fungsi, peran dan keterampilannya.

Di samping menyiapkan IPWL, Kementerian Sosial memberikan pelayanan psikososial dalam panti untuk menghilangkan ketergantungan dan meningkatkan keberfungsian sosial korban penyalahgunaan Napza. Selama periode 2010-2014 korban penyalahgunaan Napza yang mendapatkan pelayanan sebanyak

(16)

26 22.107 orang melalui pelayanan dalam panti dan luar panti. Penanganan korban penyalahgunaan Napza saat ini yang diperlukan adalah regulasi yang memberikan kewenangan penuh bagi Kementerian Sosial dalam pelayanan psikososial dan pelayanan rehabilitatif (adiktif).

D. Sistematika Penyajian

Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini adalah untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA selama tahun 2016. Capaian kinerja (performance result) 2016 tersebut diperbandingkan dengan Rencana Kinerja (performance plan) 2016 sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Dengan pola pikir tersebut, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang aspek strategis dan struktur organisasi.

Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja 2016, menjelaskan muatan rencana strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA tahun 2015-2019 dan Penetapan Kinerja 2016.

Bab III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan analisis pencapaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dikaitkan dengan pertanggung jawaban publik terhadap pencapaian strategis untuk tahun 2016.

Bab IV Penutup, menjelaskan kesimpulan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan untuk perbaikan kinerja di masa yang akan datang.

Lampiran :

1. Rencana Kinerja Tahunan tahun 2016 Dit. RSKP NAPZA 2. Indikator Kinerja tahun 2016 Dit. RSKP NAPZA

3. Indikator Kinerja Utama tahun 2016 Dit. RSKP NAPZA 4. Penetapan Kinerja tahun 2016 Dit. RSKP NAPZA

(17)

27

BAB II

PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 20/2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial di Pasal 281 Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis, dan supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar efektif, efisien dan akuntabel, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA berpedoman pada dokumen perencanaan yang terdapat pada :

a. RPJMN 2015 - 2019;

b. Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA 2015 - 2019; c. Penetapan Kinerja Tahun 2015.

(18)

28 A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 - 2019 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Visi Pembangunan Nasional Jangka Panjang 'terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong

royong. Upaya mencapai visi jangka panjang tersebut harus disusun secara sistematik dan

berkesinambungan, terorganisir, dan dilaksanakan dengan penuh ketekunan, disiplin, dan kerja keras yang dinyatakan dalam rumusan misi dan sasaran .

Misi pembangunan 2015 - 2019 adalah :

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang mandiri, maju, dan sejahtera

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan

Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan amanah diatas maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015 - 2019 ini juga diarahkan untuk menjadi sebuah rencana kerja jangka menengah yang bersifat menyeluruh. Persoalan yang bersifat lintas sektor harus ditangani secara holistik dan tidak terfragmentasi sehingga dapat menyelesaikan persoalan yang sebenarnya. Pencapaian kinerja pembangunan tersebut menjadi komitmen semua pihak khususnya instansi pemerintah untuk dapat merealisasikannya secara sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia. Sementara itu ada juga 9 program unggulan yang diberi nama nawacita, salah satunya tentang komitmennya dalam pemberantasan korupsi. Komitmen inilah yang saat ini dinantikan seluruh rakyat Indonesia agar Presiden Jokowi mengambil langkah tegas menyelamatkan KPK.

Berikut 9 program unggulan Presiden :

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintah yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya

(19)

29 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor sektor strategis ekonomi domestic

8. Melakukan revolusi karakter bangsa

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia B. Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA 2015 - 2019 merupakan perencanaan jangka menengah yang berisi tentang gambaran sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun. Rencana penanganan masalah penyalahgunaan NAPZA pada Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA melihat perlu adanya pengembangan program dan kegiatan, tentunya tidak terlepas dari konteks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Meningkatkan advokasi regulasi dan kebijakan di tingkat pusat dan daerah untuk pemenuhan hak dasar penduduk penyandang disabilitas, lansia, masyarakat adat, dan kelompok masyarakat marjinal lain. Termasuk dalam proses perencanaan, penganggaran dan implementasi yang berpihak pada kelompok tersebut, untuk itu disusun Rencana Aksi Nasional (RAN). Untuk itu, maka arah kebijakan pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial tahun 2015-2019 telah disusun dan telah disesuaikan dengan perkembangan sehingga ditetapkan oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial mengemban dan melaksanakan tugas sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, yaitu untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. untuk mewujudkan masyarakat yang inklusif dan terakses semua pihak termasuk korban penyalahgunaan NAPZ sesuai yang terkandung dalam amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, PP No. 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor dan berlakunya Surat Edaran Bersama (SEMA) N0.4/2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan, Korban dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial. Setiap warga negara termasuk korban penyalahgunaan NAPZA mempunyai hak yang sama untuk memperoleh taraf kesejahteraan sosial dan kualitas hidup yang sama dalam hidup bermasyarakat.

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA sebagai penanggung jawab terselenggaranya Rehabilitasi Sosial dengan melaksanakan berbagai kegiatan dan program yang berhasil dilindungi, direhabilitasi baik di dalam maupun di luar panti guna mewujudkan pemenuhan hak-hak agar dapat terpenuhinya kebutuhan dasar hidup, dan mandiri. Pelaksanaan rehabilitasi sosial di iringi dengan peningkatan sumber daya manusia di bidang rehabilitasi sosial agar tercipta profesionalitas dalam memberikan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA dengan meningkatkan kompetensi atau kemampuan dalam bidang rehabiltasi.

C. Tujuan

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dalam melakukan rehabilitasi sosial, tujuan yang ingin dicapai :

1. Mencegah masyarakat dari penyalahgunaan NAPZA

2. Meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial korban NAPZA

3. Melaksanakan program resosialisasi dan pembinaan lanjut korban NAPZA 4. Meningkatkan mutu pelayanan administarsi dan perencanaan

(20)

30 Hal ini dilakukan dengan meningkatkan pelayanan rehabilitasi sosial, penjangkauan, peningkatan kesadaran orang tua, keluarga, masyarakat terhadap hak dasar dan layanan dasar. Begitu juga dengan adanya pendampingan untuk dapat berpartisipasi aktif dalam dalam pengambilan keputusan, termasuk perencanaan, penganggaran.

1. Sasaran

Berdasarkan tujuan di atas, dalam menjabarkan sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun 2016. Sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai alat ukur keberhasilan sasaran strategis selama tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 3 :

Sasaran Strategis tahun 2015 - 2019 Dit. RSKP NAPZA Tujuan Strategis -

Sasaran Program Th. 2015 - 2019

Sasaran Strategis Th. 2015 - 2019

Indikator Program (IKP) - -

Sasaran Kegiatan

Meningkatnya

kemampuan kelompok marginal yang terpenuhi hak dasarnya

Prosentase (%) Korban Napza yang tidak relapse

Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial korban napza di dalam lembaga dan Luar Lembaga yang sesuai standar Meningkatnya sarana aksesibilitas bagi kelompok masyarakat marjinal oleh K/L, pemerintah Provinsi/Kab/Kota dan dunia usaha /Masyarakat

1. Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

2. Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota, Dunia Usaha

/Masyarakat yang sudah memiliki sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

1. Tersedianya regulasi terkait pengembangan akses lingkungan inklusif bagi kelompok minoritas.

2. Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

Meningkatnya Lembaga dan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial pada bidang rehabilitasi sosial

Persentase (%) Lembaga Rehabilitasi Sosial yang telah terakreditasi / Memberikan layanan

Meningkatnya Lembaga yang terakreditasi dalam

penyelenggaraan

kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial.

Prosentase Tenaga Kesejahteraan Sosial yang terlatih dalam

pelayanan rehabilitasi sosial

Meningkatnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersertifikasi dalam penyelenggaraan

(21)

31

kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial

Rehabilitasi Sosial bertujuan memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami kecanduan agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar, karena korban penyalahgunaan NAPZA pada umumnya belum tersentuh dengan rehabilitasi sosial maka perlu disiasati dengan adanya perluasan pelayanan rehabilitasi sosial melalui penjangkauan. Oleh karenanya peningkatan jangkauan dan akses terhadap rehabilitasi sosial merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai dalam penyelenggaraan layanan. Di samping itu, meluasnya jangkauan pelayanan rehabilitasi sosial harus dapat diimbangi dengan peningkatan kompetensi, keterpaduan, dan kualitas rehabilitasi sosial.

2. Indikator Kinerja Utama (IKU) - Sasaran Kegiatan

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) secara berjenjang, sebagai ukuran keberhasilan organisasi secara dalam mencapai sasaran strategis organisasi. Indikator kinerja utama ditetapkan dengan memilih indikator-indikator kinerja yang ada di dalam Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA tahun 2015 - 2019, sebagai berikut :

Tabel 4 :

Indikator Kinerja Utama Direktorat RSKP NAPZA tahun 2015 – 2019

NO Sasaran Strategis

Th. 2015 – 2019

IKU - Sasaran Kegiatan

1 Prosentase (%) Korban Napza yang tidak relapse

Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial korban napza di dalam lembaga dan Luar Lembaga yang sesuai standar 2 1. Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi,

dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

2. Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota, Dunia Usaha / Masyarakat yang sudah memiliki sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

1. Tersedianya regulasi terkait pengembangan akses lingkungan inklusif bagi kelompok minoritas.

2. Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

3 Persentase (%) Lembaga Rehabilitasi Sosial yang terakreditasi

Meningkatnya Lembaga yang telah terakreditasi / memberikan layanan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial. 4 Prosentase Tenaga Kesejahteraan Sosial yang

terlatih dalam pelayanan rehabilitasi sosial

Meningkatnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersertifikasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial

(22)

32 D. Penetapan Kinerja Tahun 2016

Rencana kinerja (Performance Plan) tahun 2009 merupakan penjabaran lebih lanjut dari Renstra Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, di dalamnya memuat seluruh target kinerja yang hendak dicapai pada tahun 2016. Rencana Kinerja Tahun 2016 merupakan tahun kedua dari periode Renstra 2015 – 2019. Berdasarkan atas rencana kinerja tahunan tersebut, selanjutnya menyusun Rencana Kerja Kegiatan dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKA/KL). Setelah mendapatkan persetujuan anggaran, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA telah menyusun Penetapan Kinerja Tahun 2016 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsi. Penetapan kinerja tersebut merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja unit organisasi yang bersangkutan pada akhir tahun 2016 dan akan dilaporkan dalam LAKIP tahun 2016 sekaligus sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organsasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagi dasar evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA telah membuat penetapan kinerja tahun 2016 ditandatangi oleh Direktur RSKP NAPZA pada Januari 2016 dan adanya perubahan Penetapan Kinerja pada September 2016 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsi yang ada. Penetapan kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA tahun 2016 disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kerja tahun 2016 yang telah ditetapkan. Ringkasan Rencana Kerja Tahun 2016 dan Penetapan Kinerja Tahunan 2016 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4

Rencana Kinerja Tahunan 2016 Tujuan Strategis - Sasaran Program Th. 2015 – 2019 Sasaran Strategis Th. 2015 - 2019 Target Meningkatnya kemampuan kelompok marginal yang terpenuhi hak dasarnya

Prosentase (%) Korban Napza yang tidak relapse

Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial korban napza di dalam lembaga dan Luar Lembaga yang sesuai standar

Meningkatnya sarana aksesibilitas bagi kelompok masyarakat marjinal oleh K/L, pemerintah Provinsi/Kab/Kota dan dunia usaha / masyarakat

3. Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

4. Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota, Dunia Usaha / masyarakat yang sudah memiliki sarana dan prasarana yang

3. Tersedianya regulasi terkait pengembangan akses lingkungan inklusif bagi kelompok minoritas.

4. Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

(23)

33

dapat diakses oleh kelompok marginal.

Meningkatnya Lembaga dan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial pada bidang rehabilitasi sosial

Persentase (%) Lembaga Rehabilitasi Sosial yang telah terakreditasi / memberikan layanan

Meningkatnya Lembaga yang terakreditasi dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial.

Prosentase Tenaga Kesejahteraan Sosial yang terlatih dalam

pelayanan rehabilitasi sosial

Meningkatnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersertifikasi dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial

Tabel 5 :

Penetapan Kinerja Tahun 2016 Direktorat RSKP NAPZA

SASARAN STRATEGIS Th. 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) - - Sasaran Kegiatan

TARGET Th. 2015

Prosentase (%) Korban Napza yang tidak relapse

Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial korban napza di dalam lembaga dan Luar Lembaga yang sesuai standar

- 300 orang penerima Bintek keterampilan kerja Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif (BPUEP),

- 50 orang penerima

pengembangan dan pembinaan lanjut bagi KPN melalui managemen kewirausahaan - 50 orang penerima pendekatan 12

langkah bagi KPN pasca rehabilitasi

- 100 orang penerima rehabsos melalui capacity building metode ESQ bagi KPN

- 1.000 orang penerima

pengembangan keterampilan kerja - 15.000 orang penerima

Rehabilitasi Sosial melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

1. Jumlah K/L,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan

1. Tersedianya regulasi terkait pengembangan akses lingkungan inklusif bagi kelompok minoritas.

- Buku panduan pusat informasi dan edukasi pencegahan

penyalahgunaan NAPZA - Buku panduan pembentukan pusat

informasi dan edukasi pencegahan penyalahgunaan NAPZA

(24)

34

prasarana yang dapat diakses oleh dan kelompok marginal.

2. Jumlah K/L,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota, Dunia Usaha / masyarakat yang sudah memiliki sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

2. Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal.

- Buku pedoman penyelenggaraan bantuan di lingkungan Dit. RSKP NAPZA

- Buku standar nasional rehabilitasi sosial NAPZA

- Penyempurnaan buku saku pekerja sosial KPN - Penyempurnaan buku saku

konselor adiksi KPN

- Buku pedoman RSKP NAPZA nak dan perempuan

- Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

- Laporan evaluasi program tahun 2016

- Kampanye Sosial

- Pembuatan lagu dan Video Clip Narkoba

- Peningkatan kapasitas tokoh agama dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA - Koordinasi antar instansi - Koordinasi antar instansi dalam

kota

- Pelaksanaan kegiatan Dit. RSKP NAPZA melalui dana

dekonsentrasi - Bintek ekonomi kreatif - Verifikasi ekotif

- Monitoring dan evaluasi ekotif - Penyusunan perencanaan

program dan anggaran dekonsentrasi tahun 2017 - Penyusunan perencanaan

program dan anggran Dit. RSKP NAPZA 2017

- Asistensi penyusunan dan pelaksanaan UPT

- Pembekalan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

(25)

35

- Perencanaan Prograam Dit RSKP NAPZA melalui Aplikasi Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK) - Honor Petugas Dit. RSKP NAPZA - Operasional perkantoran - Kendaraan bermotor - Pengadaan peralatan mesin - Pengadaan sarpras PIE - Pengadaan printer - Pengadaan Sarpras IPWL - Sarpras PIE

- Pengembangan gedung dan bangunan IPWL

- Pengembangan gedung dan bangunan PIE

Persentase (%) Lembaga Rehabilitasi Sosial yang terakreditasi

Meningkatnya Lembaga yang telah terakreditasi / memberikan layanan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial.

- Bantuan dukungan fasilitas - Biaya operasional

- Peran lembaga keagamaa dalam rehabsos KPN

- Penguatan IPWL bidang Administrai kelembagaan - Bintek penguatan lembaga non

IPWL dalam penanggulangan Korban NAPZA

- Verifikasi - Bantuan Ekotif

- Identifikasi dan Analisis IPWL - Pembinaan IPWL

Prosentase Tenaga Kesejahteraan Sosial yang terlatih dalam pelayanan rehabilitasi sosial

Meningkatnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersertifikasi dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial

- Bimbingan teknis pencegahan penylahgunaan NAPZA di daerah terluar/terdepan/terbelakang - Bimbingan teknis family suport

group bagi keluarga KPN - Bimbingan teknis bagi petugas

intervensi komunitas melalui RBM - Honor Peksos/TKS/K.Adiksi bidang

(26)

36

- Honor tim pengelola SDM Peksos/ TKS/K.Adiksi bidang NAPZA - Monitoring dan evaluasi peksos

/TKS/K.Adiksi bidang NAPZ di IPWL

- Bimbingan teknis pelaksanaan tugas bagi peksos/TKS/K.Adiksi di IPWL

- Bimbingan teknis petugas pendamping UEP dan BPUEP melalui IPWL

- Bimbingan tekins petugas pendampingan Dinas Sosial - Semarak IPWL menuju Indonesia

bebas NAPZA di lokasi PIE dan IPWL

- Rapat koordinasi pimpinan IPWL / LKS bidang NAPZA

- Rapat koordinasi pimpinan IPWL / LKS bidang NAPZA – II

- Bimbingan teknis pengembangan ekonomi kreatif melalui IPWL - Bimbingan tekinis bagi pengurus

TPPNBM

- Reflikasi – pemetaan permasalahan NAPZA

- Reflikasi – identifikasi potensi dan analisis permasalahan

- Reflikasi – pembekalan/penguatan masyarakat lokal

- Reflikasi – monev penguatan dan potensi masyarakat

- Bimbingan teknis rehsos bagi petugas IPWL

- Supervisi dan bintek di IPWL - Bintek bagi petugas PIE dalam

memberikan informasi pencegahan penyalahgunaan NAPZA

(27)

A. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016

Capaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA adalah memfokuskan semua aktivitasnya pada layanan prima (service excellence) dalam rangka melaksanakan tugasnya baik di lingkungan Kementerian Sosial RI maupun eksternal Kementerian Sosial RI. Perencanaan strategis bukanlah sesuatu yang statis, akan tetapi merupakan suatu proses yang dinamis dan harus terus menerus dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan jaman. Sebagai unit dibawah Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, dalam membentuk aparatur yang akuntabel diharapkan mampu untuk mendorong akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah pusat.

SAKIP adalah suatu sistem manajemen kinerja sektor publik yang berorientasi pada hasil (result oriented government). Penerapan sistem manajemen kinerja yang baik, mewajibkan menuntut setiap instansi pemerintah untuk memiliki suatu tatanan, instrumen, dan metode pertanggungjawaban yang meliputi tahapan perencanaan kinerja, pelaksanaan, pengukuran dan pelaporan kinerja dalam bentuk siklus akuntabilitas kinerja yang terpadu. SAKIP, meliputi: perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, serta pemanfaatan informasi dan evaluasi kinerja.

Tahun anggaran 2016 Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA telah menyelenggarakan penyusunan LAKIP tahun 2016 dengan mengacu kepada 5 (lima) sasaran. Sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan berdasarkan pada analisis indikator kinerja utama, pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam penetapan kinerja dengan realisasinya. Realisasi sampai akhir tahun 2016 menunjukkan bahwa sebanyak 5 sasaran tersebut telah dapat dicapai dengan hasil baik. Tingkat capaian kinerja berdasarkan hasil pengukurannya dapat diilustrasikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 6 :

Tingkat Capaian Kinerja Tahun 2016 Direktorat RSKP NAPZA Sasaran Strategis

2015

Indikator Kinerja Utama (IKU)

Target Realisasi Capaian

(%)

Prosentase (%) Korban Napza yang tidak relapse

Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial korban napza di dalam lembaga dan Luar Lembaga yang sesuai standar - 300 orang penerima Bintek keterampilan kerja Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif (BPUEP),

- 50 orang penerima pengembangan dan pembinaan lanjut bagi

(28)

XXXVIII KPN melalui managemen kewirausahaan - 50 orang penerima pendekatan 12 langkah bagi KPN pasca rehabilitasi - 100 orang penerima

rehabsos melalui capacity building metode ESQ bagi KPN - 1.000 orang penerima pengembangan keterampilan kerja - 15.000 orang penerima Rehabilitasi Sosial melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota yang sudah memiliki regulasi terkait pengadaan sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal. Tersedianya regulasi terkait pengembangan akses lingkungan inklusif bagi kelompok minoritas.

- Buku panduan pusat informasi dan edukasi pencegahan

penyalahgunaan NAPZA -

- Buku panduan pembentukan pusat informasi dan edukasi pencegahan penyalahgunaan NAPZA - - Buku pedoman penyelenggaraan bantuan di lingkungan Dit. RSKP NAPZA -

- Buku standar nasional rehabilitasi sosial NAPZA

- - Penyempurnaan buku

saku pekerja sosial KPN - - Penyempurnaan buku

saku konselor adiksi KPN - - Buku pedoman RSKP

NAPZA nak dan perempuan - Jumlah K/L, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kab./Kota, Dunia Usaha yang sudah memiliki sarana Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal. - Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah -

- Laporan evaluasi program tahun 2016

- - Kampanye Sosial - - Pembuatan lagu dan

Video Clip Narkoba

- - Peningkatan kapasitas

tokoh agama dalam

(29)

XXXIX dan prasarana yang dapat diakses oleh kelompok marginal. penanggulangan penyalahgunaan NAPZA - Koordinasi antar instansi - - Koordinasi antar instansi

dalam kota

- - Pelaksanaan kegiatan Dit.

RSKP NAPZA melalui dana dekonsentrasi

-

- Bintek ekonomi kreatif - - Verifikasi ekotif - - Monitoring dan evaluasi

ekotif

- - Penyusunan perencanaan

program dan anggaran dekonsentrasi tahun 2017

-

- Penyusunan perencanaan program dan anggran Dit. RSKP NAPZA 2017

-

- Asistensi penyusunan dan pelaksanaan UPT - - Pembekalan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) - - Perencanaan Prograam Dit RSKP NAPZA melalui Aplikasi Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK)

-

- Honor Petugas Dit. RSKP NAPZA - - Operasional perkantoran - - Kendaraan bermotor - - Pengadaan peralatan mesin - - Pengadaan sarpras PIE - - Pengadaan printer - - Pengadaan Sarpras IPWL - - Sarpras PIE - - Pengembangan gedung

dan bangunan IPWL

- - Pengembangan gedung

dan bangunan PIE

- - Bantuan dukungan

fasilitas

(30)

XL Persentase (%) Lembaga Rehabilitasi Sosial yang terakreditasi Meningkatnya Lembaga yang telah terakreditasi / memberikan layanan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial. - Biaya operasional - - Peran lembaga keagamaa

dalam rehabsos KPN

- - Penguatan IPWL bidang

Administrai kelembagaan -

- Bintek penguatan lembaga non IPWL dalam penanggulangan Korban NAPZA

-

- Verifikasi - - Bantuan Ekotif - - Identifikasi dan Analisis

IPWL - - Pembinaan IPWL - Prosentase Tenaga Kesejahteraan Sosial yang terlatih dalam pelayanan rehabilitasi sosial Meningkatnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersertifikasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial bidang rehabilitasi sosial - Bimbingan teknis pencegahan penylahgunaan NAPZA di daerah terluar/terdepan/terbelaka ng -

- Bimbingan teknis family suport group bagi keluarga KPN

-

- Bimbingan teknis bagi petugas intervensi komunitas melalui RBM - - Honor Peksos/TKS/K.Adiksi bidang NAPZA -

- Honor tim pengelola SDM Peksos/ TKS/K.Adiksi bidang NAPZA

-

- Monitoring dan evaluasi peksos /TKS/K.Adiksi bidang NAPZ di IPWL

-

- Bimbingan teknis pelaksanaan tugas bagi peksos/TKS/K.Adiksi di IPWL

-

- Bimbingan teknis petugas pendamping UEP dan BPUEP melalui IPWL

-

- Bimbingan tekins petugas pendampingan Dinas Sosial

-

- Semarak IPWL menuju Indonesia bebas NAPZA di lokasi PIE dan IPWL

(31)

XLI

- Rapat koordinasi pimpinan IPWL / LKS bidang NAPZA

-

- Rapat koordinasi pimpinan IPWL / LKS bidang NAPZA – II

-

- Bimbingan teknis pengembangan ekonomi kreatif melalui IPWL

-

- Bimbingan tekinis bagi pengurus TPPNBM - - Reflikasi – pemetaan permasalahan NAPZA - - Reflikasi – identifikasi

potensi dan analisis permasalahan - - Reflikasi – pembekalan/penguatan masyarakat lokal - - Reflikasi – monev penguatan dan potensi masyarakat

-

- Bimbingan teknis rehsos bagi petugas IPWL

- - Supervisi dan bintek di

IPWL

- - Bintek bagi petugas PIE

dalam memberikan informasi pencegahan penyalahgunaan NAPZA

-

- -

Rata-rata capaian kinerja

B. A

NALISIS

C

APAIAN

K

INERJA

T

AHUN

2016

Pengukuran tingkat capaian Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran sebgai berikut :

SASARAN STRATEGIS 1

(32)

XLII Tabel 7 :

Pencapaian target kinerja sasaran Strategis 1

Indikator Kinerja (IKU) Target Realisasi Capaian

(%)

Terlaksananya pelayanan rehabilitasi sosial korban napza di dalam lembaga dan Luar Lembaga yang sesuai standar

- 300 orang penerima Bintek keterampilan kerja Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif (BPUEP), - 50 orang penerima

pengembangan dan pembinaan lanjut bagi KPN melalui managemen kewirausahaan - 50 orang penerima

pendekatan 12 langkah bagi KPN pasca rehabilitasi - 100 orang penerima rehabsos

melalui capacity building metode ESQ bagi KPN - 1.000 orang penerima

pengembangan keterampilan kerja

- 15.000 orang penerima Rehabilitasi Sosial melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah:

Korban Penyalahgunaan NAPZA sebanyak 15.400 orang yang mendapatkan rehabilitasi sosial menuju tidak relapse untuk dapat kepulihan dan kemandirian. 1. Bimbingan teknis keterampilan kerja bagi eks klien IPWL penerima Usaha Ekonomi Produktif

(UEP) bagi 300 orang klien

a. Bimbingan teknis keterampilan kerja bagi eks klien IPWL penerima Usaha Ekonomi Produktif (UEP)/ Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif (BPUEP)

Target Sasaran penerima UEP/BPUEP sejumlah 300 orang dengan realisasi keuangan terserap sebesar 100 % (Rp. 245.600.000,-) dari total anggaran (Rp. 245.600.000,-) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 3,77 % (Rp. 6.200.000,-) dikarenakan adanya pengembalian sisa perjalanan dinas pada, bantuan yang diberikan melalui Dana Hibah Dalam Negeri.

(33)

XLIII Tabel 8 :

Penyebaran Penerima UEP/BPUEP Tahun 2016 Berdasarkan Wilayah Provinsi

No PROVINSI JUMLAH PENERIMA

1 Sumut Klien 2 Sumbar Klien 3 Jambi Klien 4 Sumsel Klien 5 Lampung Klien 6 DKI Jakarta Klien 7 Jabar Klien 8 Jateng Klien 9 Banten Klien 10 Jatim Klien 11 DIY Klien 12 Bali Klien 13 NTB Klien 14 Kalsel Klien 15 Sulsel Klien 16 Sultra Klien Jumlah Klien

(34)

XLIV Tabel 9

Penyebaran Penerima UEP/BPUEP Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Usaha

No Jenis Usaha Jumlah Penerima

1 Bengkel Las Orang

2 Depot Air Minum Orang

3 Perbengkelan Orang

4 Kerajinan/souvenir Orang

5 Jasa Orang

6 Warungan Orang

7 Peternakan air tawar Orang

8 Service Elektronik Orang

9 Menjahit Orang 10 Meubel Orang Orang b. h b. Bantuan / Stimulan

Target di ... Provinsi, capaiannya 99,3 % (Rp. 1.490.000.005,-), dari anggaran Rp. 1.500.000.000,- selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 0,67 % (Rp. 9.999.995,-) dikarenakan adanya pengembalian sisa perjalanan dinas dan Honor, Pelaksanaan ini bantuan ditransfer langsung melalui rekening bank atas nama lembaga,

c. Monitoring dan Evaluasi.

Target sebanyak 40 lokasi, capaiannya 98,5 % (Rp. 446.939.000,-), dari anggaran Rp. 453.900.000,- selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 1,5 % (6.960.200,-) dikarenakan Pelaksanaan ini bantuan ditransfer langsung melalui rekening bank atas nama lembaga,

(35)

XLV 2. Pengembangan dan Pembinaan Lanjut Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA Melalui

Managemen Kewirausahaan

Target peserta sebanyak 50 orang dengan 50 orang dengan realisasi keuangan terserap sebesar 100 % (Rp. 297.550.000,-) dari total anggaran (Rp. 297.550.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 0 % (Rp. 0,-),

3. Pendekatan 12 langkah bagi korban penyalahgunaan NAPZA pasca rehabitasi.

Target peserta sebanyak 50 orang dan capaian 50 orang dengan realisasi keuangan terserap sebesar 100 % (Rp. 282.800.000,-) dari total anggaran (Rp. 282.800.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 0 % (Rp. 0,-)

4. Rehabilitasi Sosial melalui Capacity Building Metode ESQ bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA

Target pseserta sebanyak 100 orang dan capaian 100 orang dengan realisasi keuangan terserap sebesar 99,7 % (Rp. 347.000.000,-) dari total anggaran (Rp. 348.200.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 0,34 % (Rp. 1.200.000,-) dikarenakan adanya sewa yang tidak terserap, dilaksanakan di Bandung (Jawa Barat)

5. Bimbingan Pengembnagan Keterampilan Kerja bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA melalui IPWL

a. Verifikasi Pengembangan Keterampilan Kerja bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA

Target Sasaran 27 provini 107 lokasi dengan realisasi keuangan terserap sebesar 97,8 % (Rp. 413.900.000,-) dari total anggaran (Rp. 423.400.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 2,2 % (Rp. 9.500.000,-) dilaksanakan di ...

b. Bantuan Pengembangan Keterampilan Kerja bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA

Target Sasaran klien 1.000 orang dan capaian ... orang dengan realisasi keuangan terserap sebesar 98,5 % (Rp. 4.595.025.000,-) dari total anggaran (Rp. 4.665.000.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 1,5 % (Rp. 69.975.000,-)

c. Monitoring Pengembangan Keterampilan Kerja bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA

Target Sasaran 27 provini 45 lokasi dan capaian ... lokasi dengan realisasi keuangan terserap sebesar 95,3 % (Rp. 212.800.000,-) dari total anggaran (Rp. 223.380.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 4,7 % (Rp. 10.580.000,-)

d. Pembuatan Laporan Pengembangan Keterampilan Kerja bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA Target Sasaran 1 paket dan capaian 0 (nol) paket lokasi dengan realisasi keuangan terserap sebesar 0 % (Rp. 0,-) dari total anggaran (Rp. 500.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 0 % (Rp. 0,-)

e. Dukungan program keterampilan kerja

Target Sasaran 1 paket dan capaian 1 paket dengan realisasi keuangan terserap sebesar 100 % (Rp. 200.000.000,-) dari total anggaran (Rp. 200.020.000) selisih anggaran yang tidak terealisasi sebesar 0 % (Rp. 20.000,-)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Prayudi Atmosudirjo (1998:107), kepribadian sekretaris yang baik yaitu ’’Bersikap Sumeah’’ (Simpatik, menyenangkan hati, menawan), pandai

Dari uraian di atas, siswa mengalami beberapa proses pembelajaran secara kontekstual, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa.

Kejelasan Sasaran Anggaran, Sistem Pengendalian Intern, Good Governance dan Profesionalisme baik secara parsial maupun simultan berpengaruh positif dan signifikan,

Untuk reaktor riset RSG- GAS dengan tekanan 1 bar dan temperatur diatas 1oO °c maka fraksi void pada temperatur saturasi sekitar 0,01 %.(5) Karena koefisien

Dalam permodelan poligon ini, sebuah bangun ruang, atau objek tiga dimensi yang akan dibangun dapat dengan leluasa dibuat karena bagaimanapun juga, prinsip dari

Puncak perkembangan Sepakbola wanita di Indonesia terjadi pada tahun 1978 dengan dibentuknya sebuah wadah yang secara formal menghimpun seluruh aspirasi tentang

menggunakan Model pembelajaran yang sama di SMP Swasta Harapan III pada materi pokok getaran dan gelombang. Model Quantum Teaching dengan kerangka pengajaran TANDUR ini

(triangulasi metode) yaitu menggunakan berbagai metode pengumpulan data.Sesuai dengan jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, agar data yang