• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Scabei, skabies merupakan penyakit yang masih menjadi pusat perhatian dunia terutama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Scabei, skabies merupakan penyakit yang masih menjadi pusat perhatian dunia terutama"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh Tungau Sarcoptes Scabei, skabies merupakan penyakit yang masih menjadi pusat perhatian dunia terutama di daerah tropis dengan angka kesakitan yang masih tinggi sebesar 73% (Karimkhan et all, 2017). Penyakit scabies disebabkan oleh tungau scabei akan berkembang pesat jika kondisi lingkungan buruk dan tidak didukung dengan perilaku hidup bersih dan sehat oleh. Scabei menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela jari, siku, selangkangan. Scabies banyak menyerang pada orang yang hidup dengan kondisi personal hygiene di bawah standar atau buruk, sosial ekonomi rendah, kepadatan penduduk, dan perkembangan demografik serta ekologik, skabies dapat mengenai semua umur terutama remaja dan anak sekolah dengan frekuensi laki-laki dan perempuan (Zaelany, 2017).

Pada penelitian Zaira naftassa tahun 2018 di temukan bahwa perempuan cenderung terkena penyakit skabies daripada laki-laki . Penelitian Baur et al tahun 2013 di India dan juga Chowsidow di Inggris menunjukkan bahwa wanita cenderung memiliki prevalensi skabies yang lebih tinggi sebesar 56% dibandingkan laki-laki. Depkes RI berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia tahun 2015 adalah 5,6%-12,95%. Scabies di Indonesia menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering (Azizah 2014). Insiden dan prevalensi skabies masih sangat tinggi di Indonesia terutama pada lingkungan masyarakat pesantren. Hal ini diperkuat dengan penelitian (

(2)

Nugraheni, 2016) yang menyatakan Penyakit ini sangat signifikan bagi kesehatan masyarakat karena merupakan kontributor yang substansial bagi morbiditas dan mortalitas global. Prevalensi scabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus pertahunnya ( Nugraheni, 2016). Dari penelitian (Viona, Edia Sari 20016) menyatakan bahwa hasil penelitian didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah status gizi santri kelompok kasus skabies , yakni sebesar 66,67 %. .

Dampak dari skabies jika tidak tertangani adalah skabies dapat menyebabkan kerak dan sisik pada seluruh permukaan tubuh. Pada fase ini skabies sangat sulit disembuhkan dan sangat menular. Umumnya terjadi pada seseorang dengan Penurunan daya tahan tubuh, misal pada HIV-AIDS, leukemia (Pb Sopi, 2015)

Tingkat prevalensi scabies ditinjau dari wilayah, usia maupun jenis kelamin relatif ada hampir di seluruh di dunia dengan tingkat yang bervariasi. Penelitian untuk mengobati penyakit scabies telah banyak dilakukan oleh peneliti, namun masih menyisakan masalah resistensi dan efek samping obat. Selain itu adanya infeksi sekunder Skabies merupakan penyakit kulit menular yang setiap tahunnya sekitar 300 juta orang di seluruh dunia (bandi et all , 2014).

Hasil studi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti pada Pondok Pesantren KHA.Wahid Hasyim Bangil dengan jumlah santri 324 siswa, didapat hasil bahwa sebesar 45% santriwati mengalami scabies. Hal tersebut sering terjadi kepada santriwati dikarenakan fasilitas pondok pesantren berupa laundry yang mana semua seragam santriwati harus dilaundry karena setiap 2 hari sekali seragam diniyyah pondok selalu ganti sehingga ada fasilitas laundry. Selain itu santriwati tidak memeriksakan

(3)

penyakitnya sebelum benar benar parah. Beberapa santriwati mengatakan berperilaku hidup sehat seadanya serta kebersihan diri dan mengkonsumsi makanan yang seadanya.

Menurut World Health Organitation ( WHO ) tahun 2015 Skabies merupakan penyakit kulit di wilayah beriklim tropis dan sub tropis. Penyakit (M & Sari Yunita M, 2015)Skabies telah ditemukan pada semua negara berkembang, prevalensinya berkisar antara 7-35% dari populasi umum dan insiden tertinggi terdapat pada kelompok anak usia 12-17 tahun sebesar 51,51% (WHO 2015). Skabies merupakan penyakit kulit yang umum di seluruh dunia, khususnya di negara-negara maju. Meningkatnya migrasi di Jerman membuktikan bahwa skabies adalah diagnosis paling umum dikonfirmasi di Jerman ( Dressler et all, 2016).

Menurut analisis data statistik Islam tahun 2014, Pondok Pesantren yang memiliki jumlah tertinggi siswa yang terletak di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten, sekitar 78,6% dari total pesantren di Indonesia, pada lingkungan masyarakat pesantren. Hal ini diperkuat dengan penelitian Ma’rufi et al. (2005) bahwa prevalensi Scabies pada pondok pesantren di Kabupaten Lamongan 64,2%.

Kuspriyanto (2005) juga menyebutkan di Pasuruan prevalensi Scabies di pondok pesantren adalah 70%.

Penyakit dalam kehidupan manusia sehari – hari orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok manusia, selain udara (oksigen). Terdapat Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah untuk memelihara proses tubuh untuk pertumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi guna melakukan kegiatan

(4)

sehari – hari, mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain. Berhubungan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap segala macam penyakit. Agar makanan dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka makanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sembarang makanan. Makanan harus menggunakan yang mengandung zat-zat tertentu sehingga dapat memenuhi zat-zat yang disebut dengan gizi ( Marmi, 2013).

Status gizi adalah keadaan yang di akibatkan oleh status keseimbangan dari jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang di inginkan (requieremen) dari tubuh untuk berbagai fungsi biologis ( pertumbuhan fisik, perkembangan, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, dll ) . Status gizi dapat juga di artikan sebagai suatu kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk atau yang di keluarkan dari tubuh ( Marmi, 2013 )

Status gizi ialah suatu kondisi gizi manusia yang dihitung dengan melihat kondisi fisik manusia. status gizi yang buruk dapat menyebabkan tingkat imunitas individu menurun dan akhirnya meningkatkan kejadian suatu penyakit dalam diri individu serta komunitas Menurut World Health Organitation ( WHO ) tahun 2014.

Status gizi kurang tidak hanya karena makanan yang kurang, tapi juga karena penyakit. Anak yang mendapatkan makanan yang cukup baik tapi sering terkena diare atau demam akhirnya bisa terdapat gizi yang kurang. Begitu juga sebaliknya, anak yang kurang asupan gizi bisa menyebabkan menurunnya imunitas akan mudah diserang oleh penyakit infeksi. Sehingga terlihat interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan penyakit infeksi termasuk 2 hal yang berkaitan (Ani Margawati, 2011)

(5)

Hasil penelitian sebelumnya oleh (Rina Gustia, 2015) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara skabies dengan status gizi, sedangkan di penelitian Fitriawati tahun 2014 menyatakan bahwa skabies dan status gizi ada hubungan factor terjadinya skabies.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Status Gizi dengan Scabies pada Santriwati Pondok Pesantren KHA Wahid Hasyim Bangil”. 1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitan ini adalah :

Apakah ada hubungan status gizi dengan penyakit scabies Santri di Pondok Pesantren KHA Wahid Hasyim Bangil ?

1.3 Tujuan

13.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan penyakit scabies di Pondok Pesantren KHA Wahid Hasyim Bangil

13.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi kejadian skabies pada santri di Pondok Pesantren KHA Wahid Hasyim Bangil

2. Untuk mengindentifikasi status gizi santri penderita skabies di Pondok Pesantren KHA Wahid Hasyim Bangil

(6)

3. Untuk menganalisis hubungan status gizi dengan penyakit scabies santri di Pondok KHA Wahid Hasyim Bangil

1.4 Manfaat Penelitian 14.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, khususnya pengembangan wawasan keperawatan komunitas

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk penelitian selanjutnya dalam bidang Ilmu Keperawatan, khususnya menyangkut peran perawat sebagai edukator

14.2 Manfaat praktis

1. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang hubungan penyakit skabies dengan status gizi santri

2. Manfaat Bagi Pesantren

Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi terkait hubungan penyakit skabies dengan status gizi

3. Manfaat bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang akan meneliti tentang faktor yang menyebabkan status gizi yang mengalami skabies

(7)

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul “Hubungan Penyakit Skabies Dengan status gizi Santri Di Pondok Pesantren KHA Wahid Hasyim Bangil ” belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian sebelumya yang dapat di jadikan acuan antara lain :

1.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Fitriawati 2014 , dengan judul “Hubungan Faktor Personal Hygiene, Sanitasi Lingkungan, Dan Status Nutrisi Dengan Kejadian Scabies Pada Santriwati Di Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta ’’ . Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah, penelitian ini ialah penelitian Deskriptif Kolaresional dengan menggunakan waktu cross sectional , Sampel pada penelitian ini adalah semua santriwati Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta sebanyak 73. Teknik analisis data menggunakan chi square. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada masalah yang diteliti. Peneliti sebelumnya meneliti tentang hubungan kejadian skabies dengan Hubungan Faktor Personal Hygine, Sanitasi Lingkungan , Dan Status Nutrisi di Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta. Sedangkan dalam penelitian ini mengidentifikasi hubungan penyakit skabies dengan status gizi di Pondok Pesantren KHA Wahid Hasyim Bangil.

1.5.2 Penelitian yang di lakukan oleh Nuraini, 2017 metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain cross sectional. Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan faktor penyebab dengan kejadian Scabies. Tujuannya supaya penanganan masalah kesehatan sama dengan faktor penyebabnya. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan

(8)

di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember. Alamat jalan Tawangmangu Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember pada bulan Maret Tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua santri di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember. Seluruh jumlah total santri berjumlah 56 orang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dengan metode sampling.Pengumpulan data dilakukan dengan cara beberapa tahap,yaitu: pertama, memberikan kuisioner ke responden yaitu santri. Kedua, melakukan anamnesis dan pemeriksaan dermatologi untuk menegakkan diagnosis skabies dengan dokter peneliti.Hasil analisis merupakan pengolahan data kuesioner dan hasil pemeriksaan responden yang diolah dengan softwar pengolahan data dan dianalisis menggunakan uji chi square. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada masalah yang diteliti. Peneliti sebelumnya meneliti tentang hubungan kejadian skabies dengan Hubungan Jenis kelamin Dan Tingkat Pengetahuan di Pondok pesantren Nurul Islam Jember. Sedangkan dalam penelitian ini mengidentifikasi hubungan penyakit skabies dengan status gizi di Pondok Pesantren KHA Wahid Hasyim Bangil.

1.5.3 Penelitian yang di lakukan oleh Btari Sekar Saraswati Ardana Putri 2011, dengan judul “Hubungan Higiene Perseorangan, Sanitasi Lingkungan Dan Status gizi Terhadap Kejadian Skabies Pada anak” metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah observasional yang dilakukan dengan cara studi cross sectional. Populasi dan sampel adalah anak usia 10-12 tahun yang bersekolah di SD Negeri 3 Madyogondo kelas 4, 5 dan 6. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Komponen kuesioner meliputi sanitasi lingkungan dan higiene perseorangan Sedangkan dalam

(9)

penelitian ini mengidentifikasi hubungan penyakit skabies dengan status gizi di Pondok Pesantren KHA Wahid Hasyim Bangil.

Referensi

Dokumen terkait

Gangguan yang diakibatkan oleh jitter (gangguan pada komunikasi digital maupun analog yang disebabkan oleh perubahan sinyal karena referensi posisi waktu.jitter dapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi seluruh aspek utama yang menjadi dasar pertimbangan petani dalam merubah komposisi jenis tanaman dan pola tanam

Penggunaan media uang yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah dengan cara melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media uang sesuai

Explore the common components of a neural network and its essential operations Conclude this lesson by exploring a trained neural network created using TensorFlow... What are

Dalam hubungan dengan introduksi inovasi teknologi PTT Kedelai di Provinsi Jambi, persoalannya adalah: (1) Bagaimanakah model percepatan adopsi inovasi teknologi PTT

Beberapa kondisi di luar kurikulum yang perlu diperhatikan perguruan tinggi karena hal-hal tersebut mendukung suksesnya implementasi pendidikan karakter menurut Melinda

sumber daya manusia yang berkualitas, maka tujuan rumah sakit tidak akan..

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah, Mengungkap perencanaan pembelajaran IPA tentang kosep perubahan sifat benda di kelas V dengan