• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP

INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN

POST OPERASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA

1/3 DISTAL DI RUANG FLAMBOYAN I

RSUD SALATIGA

DI SUSUN OLEH

RUSTAM EFENDI

NIM. P.13114

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

i

INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN

POST OPERASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA

1/3 DISTAL DI RUANGFLAMBOYAN I

RSUD SALATIGA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH

RUSTAM EFENDI

NIM. P.13114

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(3)

ii

Nama : Rustam Efendi

NIM : P13114

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATANNy. S POST OPERASIFRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG FLAMBOYAN I RSUD SALATIGA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar – benar karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil jiplakan, makan saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 11 Mei 2016 Yang Membuat Pernyataan

Rustam Efendi NIM. P13114

(4)

iii

Nama : Rustam Efendi

NIM : P13114

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : Pemberian Guided Imagery Terhadap Nyeri pada Pasien Post Operasi FrakturRSUD Salatiga

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/tanggal : Senin, 30 Mei 2016

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ns. S. Dwi Sulisetyawati, M.Kep ( ) NIK.200984041

Penguji I :Ns. Joko Kismanto, S.Kep ( )

NIK. 200670020

Penguji II : Ns. S. Dwi Sulisetyawati, M.Kep ( ) NIK.200984041

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes KusumaHusada Surakarta

Ns. MeriOktariani, M.Kep NIK. 200981037

(5)

iv

berkat rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian Tehnik Relaksasi guided imageryTerhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal di RSUD Salatiga.”

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di STIkes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ns. Meri Okatriani M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Ns. S.Dwi Sulisetyawati,M.Kep,selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing penulis dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi penulis demi kesempurnaan studi kasus ini.

5. Ns. Joko Kismanto, S.KepSelaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, membimbing penulis dengan cermat, memberikan masukan-masukan ,inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi penulis demi kesempurnaan studi kasus ini.

6. Semua dosen program studi DIII Keperawtan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

(6)

v

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu yang memberikan dukungan.

Semoga laporan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta, 11 Mei 2016

(7)

vi

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 4

C. Manfaat Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori ... 6 1. Fraktur ... 6 2. Asuhan Keperawatan ... 15 3. Nyeri ... 23 4. GUIDED IMAGERY ... 32 B. Kerangka Teori ... 37

BAB III METODE PENULISAN APLIKASI RISET A. Subyek Aplikasi Riset ... 38

B. Tempat dan Waktu ... 38

C. Media dan Alat yang digunakan ... 38

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ... 39

E. Alat Ukur Evaluasi ... 39

BAB IV LAPORAN KASUS A. Identitas Pasien ... 40

B. Pengkajian ... 41

C. Daftar Perumusan Masalah ... 49

(8)

vii

B. Perumusan Masalah Keperawatan ... 68

C. Perencanaan ... 71

D. Implementasi Keperawatan ... 76

E. Evaluasi Terapi Guided Imagery... 78

F. Evaluasi ... 81

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

viii

Gambar 2.2 Verbal Deskriptif Scale (VDS) ... 31

Gambar 2.3 Pain Assesment Behavioral Scale (PABS) ... 31

Gambar 2.4 Kerangka Teori ... 37

Gambar 3.1 Numeric Rating Scale (NRS) ... 40

(10)

ix 2 Lembar konsultasi Karya tulis Ilmiah 3 Surat Pernyataan

4 Daftar Riwayat Hidup 5 Jurnal Utama

6 Asuhan Keperawatan 7 Lembar Pendelegasian

(11)

1 A. Latar belakang Kecelakaanmerupakanmasalah kesehatan yangsangatseriusdidunia,masalahyangsamajuga di hadapidiberbagainegara.DiNegaraamerikaangkakematianakibatkecelakaanlal ulintassebesar53,8per100.000pendudukEropa47,6per100.000penduduk(Ni

Made Dewi Ratnasari, Wahyu Ratna, Mohamad

Judha).HasilpenelitiandirumahsakitlimaprovinsidiIndonesiamenunjukanceder ayangpalingbanyakyaitudikepala,kaki,dantangan.Proporsicederapatahtulangat au

frakturakibatkecelakaanlalulintassekitar9,1%angkainilebihtinggidibandingkan denganangkanasional4,9%(Helmi,2012;4).

Berdasarkan survey tim DepkesRI didapatkan25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45 mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas dan bahkandepresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Rohimin, 2009).Penanganan fraktur dilakukan melalui jalan operasi. Pasca dilakukannya operasi pasienakan merasakan nyeri yang menimbulkan ketidaknyamanan. Klien yang mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari dan nyeri yang berat dapat menghambat gaya hidup seseorang apabila tidak segera diatasi maka

(12)
(13)

sosial, depresi dan perubahan konsep diri.Oleh karena itu peran perawat sangat diperlukan untuk membantu klien dan anggota keluarga dalam upaya mengatasi nyeri.Penting juga perawat memahami makna nyeri secara holistik pada setiap individu sehingga dapat mengembangkan strategi penatalaksanaan nyeri selain pemberian analgetik yaitu terapi non farmakologi (Potter & Perry, 2005).

Penatalaksanaan nyeri di bagi menjadi dua yaitu dengan farmakologi dan non farmakologis.Penatalaksanaanfarmakologimeliputimeliputidari berbagai tindakan penanganan fisik meliputi stimulus kulit, stimulus elektrik saraf kulit, akupuntur dan pemberian placebo. Intervensi prilaku kognitif meliputi tindakan distraksi, tehnik relaksasi, imajinasi terbimbing (guide imagery), umpan balik biologis, hypnosis dan sentuhan terapeutik (Tamsuri, 2006). Guidedimagerymerupakandanpenyembuhyangefektif.Teknik inidapatmenguranginyeri,mempercepatpenyembuhandanmembantutubuhmen gurangiberbagaimacampenyakitsepertidepresi,alergidanasma(Priyanto,2011). Guided imagery adalahmetoderelaksasiuntukmengkhayalkantempatdankejadianberhubungand enganrasarelaksasiyangmenyenangkan.Khayalantersebutmemungkinkanklien memasukikeadaanpengalamanrelaksasi(Kaplan&Sadock,2010).Imajinasibersi fatindividudimanaindividumenciptakangambaranmentaldirinyasendiri,atau bersifatterbimbing.Banyakteknikimajinasimelibatkanimajinasivisualtapitehni

(14)

kinijugamenggunakaninderapendengaran,pengecapdanpenciuman (Potter&Perry,2009). Manfaatguidedimaginarydiantaranyamengurangistressdankecemasan, menguranginyeri,mengurangiefeksamping,mengurangitekanandarahtinggi,me ngurangilevelguladarahataudiabetes,mengurangialergidangejalapernafasan,m engurangisakitkepala,mengurangibiayarumahsakitdanmeningkatkanpenyemb uhanluka(Alimul,2006). Padajurnalpenelitianoleh(NiMadeDewiRatnasari,WahyuRatna,MohamadJuda )di ketahuibahwapenulisanguided imagerymenurunkannyeripadapasienpostoperasi. Berdasarkanuraianlatarbelakangtersebutpenulistertarikuntukmelakuka nimplementasipemberiantindakanguided imagery terhadappasienpostoperasifraktur yangdisusundalamKaryaTulisIlmiadengan

judul Pemberiantindakanguided imagery

terhadapnyeripadapasienpostoperasifraktur.

Hasil wawancara di rumah sakit umum daerah RSUD Salatiga bahwa manajemen nyeri di bangsal di lakukan dengan pemberian analgetik, yang apabila reaksi obat sudah habis pasien akan mulai merasakan nyeri. Perawat belum mengaplikasikan secara maksimal manajemen non farmakologi untuk mengatasi nyeri pasien .manajemen nyeri non farmakologi yang mudah di aplikasikan untuk mengatasi nyeri pasien post operasi antara lain dengan guided imagery. berdasarkan latar belakang terebut maka penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan Asuhan Keperawatan yang dituangkan dalam

(15)

Karya Tulis Iilmiah dengan judul “Pemberian Tehnik guided imageryTerhadap Intensitas Nyeri Pada Asuhan Keperaatan Ny. S Dengan Post Oprasi Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal.

B. TujuanPenulisan 1. TujuanUmum

Mengaplikasikanguided imagery terhadapnyeripadaNy. Spostoperasifraktur 2. TujuanKhusus a. PenulismampumelakukanpengkajiandatapadaNy. S postoperasifraktur. b. PenulismampumenengakkandiagnosakeperawatanNy. Spostoperasifraktur. c. PenulismampumenyusunrencanaasuhansecaramenyeluruhpadaNy. Spostoperasifraktur. d. Penulismampumelaksanakanasuhankeperawatansecaralangsungpada Ny. Spostoperasifraktur. e. Penulismampumengevaluasiefektifitasasuhanyangtelahdiberikanpad aNy. Spostoperasifrsktur. f. Penulismampumenganalischasilpemberianguided imagery terhadapnyeripadaNy. S postoprasifraktur.

(16)

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan

DiharapkanAsuhanKeperawataninidapatmenjadireferensibacaanil miahuntukpenelitianberikutnyayangsejeniskhususnyapenggunaanpasienp ostoprasifraktur.

2. Bagi Rumah Sakit

Memberikanmasukanbagipihakrumahsakituntukmenambahpenget ahuankhususnyatentangpenanganannyeripadapasienpostoprasifraktur. 3. BagiPerawat Meningkatkanpengetahuanperawatdanpenerapantekniknonfarmak ologiterhadappasienpostoperasiuntukmengatasinyeri. 4. BagiPasien

Diharapkanpasiendapat teknik-teknik non farmakologi yang sudah diajarkan.Sehinggajikasewaktu-waktunyerimuncul, pasien dapatmelakukannyasecaramandiriuntukmengurangiintensitasnyeri

(17)

6 A. Tinjauan Teori

1. Fraktur

a. Pengertian

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial (Rasjad, 2007).Fraktur atau patah tulang juga merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat, 2005).Selain itu menurut LeMone & Burke (2008) fraktur dapat tejadi pada semua kelompok usia, terutama pada orang yang mengalami trauma dan usia tua.

b. Etiologi

Menurut Sachdeva (1996) dalam Jitowiyono (2012) penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Cedera Traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:

a) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya

(18)

menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.

b) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

2) Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut:

a) Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.

b) Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.

c) Rakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang memperoleh semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

(19)

d) Secara spontan: disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

c. Klasifikasi

Menurut Rasjad (2007) Klasifikasi fraktur sebagai berikut: 1) Klasifikasi Etiologis:

a) Fraktur traumatik : terjadi karena trauma tiba-tiba. Trauma bersifat langsung dan tidak langsung. Trauma bersifat langsung yaitu trauma yang menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan (Fraktur yang terjadi biasanya kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan).Trauma bersifat tidak langsung yaitu trauma yang dihantarkan ke tempat yang lebih jauh dari daerah fraktur. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menimbulkan fraktur klavikula.

b) Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang atau tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit paget, metastasis tulang, tumor). c) Fraktur stress terjadi karena adanya trauma yang terus

menerus pada suatu tempat. 2) Klasifikasi Klinis:

a) Fraktur terbuka (Compound Fracture) adalah fraktur yang ada hubungannya dengan dunia luar melalui luka pada kulit

(20)

dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau From Without (dari luar). Menurut Smeltzer dan Bare (2002) Fraktur terbuka digradasi menjadi : grade I dengan luka bersih sepanjang kurang dari 1 cm; grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif; dan grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.

b) Fraktur tertutup adalah fraktur yang tidak ada hubungannya dengan dunia luar.

c) Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya:malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.

3) Klasifikasi Radiologis:

a) Lokalisasi : terbagi atas diafisial, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi

b) Konfigurasi:

(1) Fraktur Transversal adalah fraktur sepanjang garis tengah tulang.

(2) Fraktur Oblique atau Z adalah fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

(3) Fraktur Spiral adalah fraktur memuntir seputar batang tulang.

(21)

(4) Fraktur Segmental adalah fraktur garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan

(5) Fraktur Kominutif adalah fraktur tulang pecah menjadi beberapa fragmen.

(6) Fraktur Depresi adalah fraktur fragmen patahan terdorong ke dalam.

(7) Fraktur baji adalah fraktur biasanya pada vertebra karena tulang mengalami kompresi.

(8) Fraktur Avulsi adalah fraktur tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya (9) Fraktur pecah (burst) adalah fraktur dimana terjadi

fragmen kecil yang berpisah

(10) Fraktur Epifiseal adalah fraktur melalui epifisis.

(11) Fraktur Impaksi adalah fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya

c) Menurut ekstensi:

Fraktur Greenstick (salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok), Fraktur total, Fraktur tidak total, Fraktur garis rambut, dan Fraktur Buckle atau torus.

d) Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya : terbagi atas tidak bergeser dan bergeser.

(22)

d. Manifestasi Klinis 1) Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti:

a) Rotasi pemendekan tulang b) Penekanan tulang

2) Bengkak

Edema muncul secra cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

3) Echumosis dari perdarahan subculaneous. 4) Spasme otot spasme involunters dekat fraktur 5) Tenderness/keempukan

6) Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan strukur didaerah yang berdekatan. 7) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya

saraf/perdarahan) 8) Pergerakan abnormal

9) Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

(23)

e. Patofisiologi

Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu: 1) Fase Hematum

a) Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur

b) Setelah 24 jam suplai darah disekitar fraktur meningkat 2) Fase granulasi jaringan

a) Terjadi 1-5 hari setelah injuri

b) Pada tahap phagositosis aktif granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast.

3) Fase formasi callus

a) Terjadi 6-10 hari setelah injuri

b) Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus 4) Fase ossificasi

a) Mulai pada 2-3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh

b) Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah.

5) Fase consolidasi dan remadelling

Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas oksifitas osteoblat dan osteuctac (Black, 1993:19) dalam Jitowiyono (2012).

(24)

f. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien fraktur antara lain; x-ray, magnetic resonance imaging (MRI), dan scan tulang sangat dimanfaatkan dalam orthopedi. X-Ray atau rontgen adalah pemeriksaan diagnostik yang biasa dihunakan untuk mengetahui masalah fraktur. Karena tulang lebih padat daripada jaringan yang lain maka x-ray tidak dapat menembusnya, bagian yang padat ditunjukkan dengan warna putih pada x- ray. X-ray menyediakan informasi tentang kelainan bentuk, kepadata tulang, dan klasifikasi jaringan lunak (Lewis, 2011).

g. Komplikasi

1) Delayed union, menurut Rasjad (2007) fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu yang 3-5 bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah). Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat gambaran tulang baru pada ujung-ujung fraktur, ada gambaran kista pada ujung- ujung tulang karena adanya dekalsifikasi tulang, gambaran kalus yang kurang disekitar fraktur. Terapi konservatif : pemasangan plester selama 23 bulan, Operatif bila union diperkirakan tidak terjadi maka dilakukan fiksasi interna dan dilakukan pemberian bone graft.

(25)

2) Non union, menurut Rasjad (2007) fraktur tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga didapatkan pseudoarthrosis ( sendi palsu). Ada beberapa tipe antara lain : (1) Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting, (2) Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, proses union tidak akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama. Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang tidak memadahi, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis).

3) Malunion, adalah fraktur menyembuh pada saatnya tetapi terdapat deformitas. Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi (Rasjad, 2007).

h. Penatalaksanaan

Pada waktu menangani fraktur ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan yaitu rekognisi, reduksi, retensi dan rehabilitasi.

(26)

1) Rekognisi meliputi diagnosis dan penilaian fraktur, dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan radiologis (Rasjad, 2007). 2) Reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragmen fraktur

dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima (Rasjad, 2007).

3) Rehabilitasi adalah mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal mungkin (Rasjad, 2007). Rencana rehabilitasi harus segera dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur (Price & Wilson, 2006).

2. Asuhan Keperawatan a. Pengkajian

1) Identitas Klien

Meliputi : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, no. registrasi.

2) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.Nyeri tersebut bisa akut / kronik tergantun dar lamanya serangan. Unit memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien digunakan :

Provoking inciden : Apakah ada peristiwa yang menjadi factor prepitasi nyeri.

(27)

Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut / menusuk.

Region Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar / menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.

Saverity (scale of pain) : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala nyeri / pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari / siang hari.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien fraktur/ patah tulang dapat disebabkan oleh trauma / kecelakaan, degenerative dan patologis yang didahului dengan perdarahan, kerusakan jaringan sekirat yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat / perubahan warna kulit dan kesemutan.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini (fraktur) atau pernah punya penyakit menular / menurun sebelumnya.

(28)

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Pada keluarga pasien ada / tidak yang menderita osteoporosis, arthritis dan tuberkolosis / penyakit lain yang sifatnya menurun atau menular.

6) Pola Fungsi Kesehatan

a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada fraktur akan mengalami perubahan / gangguan pada personal hygiene, misalnya mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK.

b) Pola nutrisi dan metabolisme

Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan, meskipun menu berubah misalnya makan dirumah gizi tetap sama sedangkan di RS disesuaikan dengan penyakit dan diet pasien.

c) Pola eliminasi

Kebiasaan miksi / defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi dikarenakan imobilisasi, feses warna kuning dan konsistensi defekasi, pada miksi pasien tidak mengalami gangguan.

d) Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.

(29)

e) Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan akibat dari fraktur femur sehingga kebutuhan pasien perlu dibantu oleh perawat / keluarga.

f) Pola persepsi dan konsep diri

Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena terjadi perubahan pada dirinya, pasien takut cacat seumur hidup / tidak dapat bekerja lagi.

g) Pola sensori kognitif

Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedang pada pola kognitf atau cara berfikir pasien tidak mengalami gangguan.

h) Pola hubungan peran

Terjadi perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa tidak berguna lagi dan menarik diri.

i) Pola penanggulangan stress

Perlu ditanyakan apakah membuat pasien menjadi stress dan biasanya masalah dipendam sendiri / dirundingkan dengan keluarga.

(30)

j) Pola reproduksi seksual

Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka akan mengalami pola seksual dan reproduksi, jika pasien belum berkeluarga pasien tidak akan mengalami gangguan. k) Pola tat nilai dan kepercayaan

Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien meminta perlindungan / mendekatkan diri dengan Allah SWT.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan 2) Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan imobilisasi

3) Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakitnya

4) Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya

c. Perencanaan

1) Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau dapat teratasi.

(31)

Kriteria Hasil :

a) Nyeri berkurang skala nyeri 1-3 b) Tidak ada perilaku distraksi c) Klien tampak rileks

d) TTV dalam batas normal : TD : 110-120/80-90 mmHg ND : 60-100 x/ menit RR : 16-24 x/ menit S : 36,5-37,50C Rencana Tindakan :

a) Berikan penjelasan pada pasien dam keluarga tentang penyebab nyeri

R/ Dengan memberikan penjelasan diharapkan pasien tidak merasa cemas dan dapat melakukan sesuatu yang dapat mengurangi nyeri

b) Ajarkan pada pasien tentang teknik mengurangi rasa nyeri R/ Diperolehnya pengetahuan tentang nyeri akan memudahkan kerjasama dengan askep untuk memecahkan masalah

c) Beri posisi senyaman mungkin

R/ Memperlancar sirkulasi pada daerah luka / nyeri d) Observasi TTV

(32)

e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik R/ Obat analgesik diharapkan dapat mengurangi nyeri 2) Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan psikologis (cemas)

berhubungan dengan ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x

24 jam diharapkan cemas berkurang Kriteria Hasil :

a) Pasien tampak tenang (rileks) b) Pasien istirahat dengan nyaman

c) Pasien dapat mempertahankan fungsi tubuh secara maksimal

Rencana Tindakan :

a) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur tindakan pengobatan

R/ Pasien kooperatif mengenai prosedur tidakan pengobatan b) Kaji tingkat kecemasan pasien

R/ Dengan diberikan informasi bisa menurunkan cemas c) Observasi TTV

3) Diagnose Keperawatan 3 : Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan imobilisasi

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas sebatas kemampuan

(33)

Kriteria Hasil :

a) Pasien mengerti pentingnya melakukan aktivitas b) Pasien bisa duduk, makan dan minum tanpa dibantu

c) Pasien dapat mempertahankan fungsi tubuh secara maksimal

Rencana Tindakan :

a) Lakukan pendekatan kepada pasien untuk melakukan aktivitas sebatas kemampuan

R/ Dengan pendekatan yang baik diharapkan pasien akan lebih kooperatif dalam melakukan aktivitas

b) Observasi sejauh mana pasien belum melakukan aktivitas R/ Dengan observasi diharapkan pasien sudah bisa melakukan aktivitas

c) Beri motivasi pada pasien untuk melakukan aktivitas

R/ Dengan adanya motivasi diharapkan pasien bisa lebih bersemangat dalam melatih aktivitas.

(Nasrul Effendy, 1995:2-3) dalam buku KMB 2 Andra (2013).

(34)

3. Nyeri

a. Pengertian

Definisi menurut IASP, 1979 (Intenational Association for Study of Pain) nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Tamsuri, 2007).Sedangkan menurut Jamie (2006), nyeri merupakan segala sesuatu yang dikatakan seseorang dan dirasakannya berhubungan dengan rasa tidak nyaman.Berdasarkan Dari ketiga definisi yang terdapat diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang dirasakan oleh seseorang dan bersifat individual yang berkaitan dengan kerusakan jaringan baik aktual dan potensial yang menyangkut dua aspek yaitu aspek psikologis dan aspek fisiologis.

b. Tanda dan Gejala Nyeri

Menurut NANDA (2013) Tanda dan Gejala Nyeri yaitu 1) Insomnis

2) Gelisah

3) Gerakan tidak teratur 4) Pikiran tidak terarah 5) Raut wajah kesakitan 6) Pucat

(35)

c. Fisiologi Nyeri

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Proses fisiologi terkait nyeri dapat disebut nosisepsi. Menurut Potter & Perry (2006) menjelaskan proses tersebut sebagai berikut:

1) Resepsi

Semua kerusakan seluler yang disebabkan oleh stimulus termal, mekanik, kimiawi atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang menghasilkan nyeri.Stimulus tersebut kemudian memicu pelepasan mediator biokimia (misalnya prostaglandin, bradikinin, histamin, substansi P) yang mensensitisasi nosiseptor.Nosiseptor berfungsi untuk memulai transmisi neural yang dikaitkan dengan nyeri.

2) Transmisi

Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian.Bagian pertama nyeri merambat dari bagian serabut perifer ke medulla spinalis.Bagian kedua adalah transmisi nyeri dari medulla spinalis menuju batang otak dan thalamus melalui jaras spinotalamikus.Bagian ketiga, sinyal tersebut diteruskan ke korteks sensori somatic tempat nyeri dipersepsikan.Impuls yang ditransmisikan tersebut mengaktifkan respon otonomi.

(36)

d. Klasifikasi

1) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Awitan

Menurut Tamsuri (2006) menjelaskan bahwa nyeri berdasarkan waktu kejadian dapat dikelompokkan sebagai nyeri akut dan kronis.

a) Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu atau durasi 1 detik sampai dengan kurang dari 6 bulan.Nyeri akut biasanya menghilng dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan menyembuhkan. b) Nyeri kronis

Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari 6 bulan.Nyeri kronis umumnya timbul tidak teratur, intermitten, atau bahkan persisten.Nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik bagi penderitanya. 2) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi

Berdasarkan lokasi nyeri, nyeri dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu nyeri superfisial, nyeri somatik dalam, nyeri viseral, nyeri alih, nyeri sebar, dan nyeri bayangan (fantom) (Tamsuri, 2006).

a) Nyeri superfisial adalah nyeri yang timbul akibat stimulasi terhadap kulit seperti pada laserasi, luka bakar, dan

(37)

sebagainya. Nyeri jenis ini memiliki durasi yang pendek, terlokalisir, dan memiliki sensasi yang tajam.

b) Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi pada otot tulang serta struktur penyokong lainnya, umumnya nyeri bersifat tumpul dan distimulasi dengan adanya perenggangan dan iskemia.

c) Nyeri viseral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ internal. Nyeri yang timbul bersifat difus dan durasinya cukup lama. Sensasi yang timbul biasanya tumpul.

d) Nyeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viseral yang menjalar ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada beberapa tempat atau lokasi.

e) Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal ke jaringan sekitar. Nyeri jenis ini biasanya dirasakan oleh klien seperti berjalan/ bergerak dari daerah asal nyeri ke sekitar atau ke sepanjang bagian tubuh tertentu. Nyeri dapat bersifat intermiten atau konstan.

f) Nyeri baying (fantom) adalah nyeri khusus yang dirasakan oleh klien yang mengalami amputasi. Nyeri oleh klien dipersepsi berada pada organ yang telah diamputasi seolah-olah organnya masih ada.

(38)

e. Respon Fisiologis Terhadap Nyeri

1) Stimulasi Simpatik : (nyeri ringan, moderat, dan superficial) a) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate b) Peningkatan heart rate

c) Vasokontriksi perifer, peningkatan BP d) Penigkatan nilai gula darah

e) Diaphoresis

f) Peningkatan kekuatan otot g) Dilatasi pupil

h) Penurunan motilitas GI

2) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam) a) Muka pucat

b) Otot mengeras

c) Penurunan HR dan BP d) Nafas cepat dan irregular e) Nausea dan vomitus f) Kelelahan dan keletihan

f. Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri 1) Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak.Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.Pada lansia cenderung memendam

(39)

nyeri yang diallami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

2) Jenis Kelamin

Laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi factor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).

3) Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

4) Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.

5) Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri

(40)

yang menurun.Teknik relaksasi, guided imagery bmerupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

6) Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.

7) Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

8) Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptif akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

9) Support keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman-teman-teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.

(41)

g. Pengukuran Nyeri

Menurut Potter & Perry (2006) alat ukur nyeri sebagai berikut: 1) Numeric Rating Scale (NRS)

Lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebeum dan setelah intervensi terapeutik.Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm.

Gambar 2.1 Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,

(42)

tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.

10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

2) Verbal Deskriptif Scale (VDS)

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”

Gambar 2.2 3) Pain Assesment Behavioral Scale (PABS)

Alat ukur nyeri dengan rentang skala nyeri 0 : tidak nyeri, 1-3: nyeri ringan, 4-6: nyeri sedang, >7: nyeri berat.

0 1 2 3 4 5 6 >7

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri nyeri ringan sedang berat

(43)

4. Guided Imagery a. Definisi

Menurut Kaplan & sadock, 2010 dalam Novaretna, 2013 mengatakan bahwa teknik guided imagery adalah metode relaksasi untuk menghayalkan tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan klien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi.

Guided imagery menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu yang direncanakan secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.Imajinasi bersifat individu dimana individu menciptakan gambaran mental dirinya sendiri, atau bersifat terbimbimng.Banyak teknik imajinasi melibatkan imajinasi visual tapi tehnik ini juga menggunakan indera pendengaran, pengecapan dan penciuman (Potter & Perry, 2009 dalam Novaretna, 2013).Guided imagery merupakan tehnik yang menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer, Bire, Hinkle & Cheever, 2010 dalam Patasiket al, 2013).

b. Tujuan

Guided imagery mempunyai elemen yang secara umum sama dengan relaksasi, yaitu sama-sama membawa klien kearah relaksasi. Tujuan dari tehnik guided imagery yaitu menimbulkan respon psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam fungsi imun (Potter & Perry, 2009 dalam Novarenta, 2013). Penggunaan guided

(44)

imagery tidak dapat memusatkan perhatian pada banyak hal dalam satu waktu oleh karena itu klien harus membayangkan satu imajinasi yang sangat kuat dan menyenangkan (Brannon & Freist, 2000 dalam Novarenta, 2013).

c. Manfaat

Manfaat dari tehnik guided imagery yaitu sebagai intervensi perilaku untuk mengatasi kecemasan, stres dan nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Novarenta, 2013). Menjelaskan aplikasi klinis guided imagery yaitu sebagai penghancur sel kanker , untuk mengontrol dan mengurangi rasa nyeri, serta untuk mencapai ketenangan dan ketentraman (Potter & Perry, 2009 dalam Novarenta, 2013).

Guided imagery merupakan imajinasi yang direncanakan secara khusus untuk mencapai efek positif. Dengan membayangkan hal-hal yang menyenangkan maka akan terjadi perubahan aktifitas motorik sehingga otot-otot yang tegang menjadi rileks, respon terhadap bayangan menjadi semakin jelas. Hal tersebut terjadi karena rangsangan imajinasi berupa hal-hal yang menyenagkan akan menjalankan kebatang otak menuju sensor thalamusuntuk diformat. Sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus, sebagian lagi dikirim ke korteks serebri. Sehingga pada korteks serebriakan terjadi asosiasi pengindraan. Pada hipokampus hal-hal yang menyenangkan akan diproses menjadi sebuah memori.

(45)

Ketika terdapat rangsangan berupa imajinasi yang menyenagkan memori yang tersimpan akan muncul kembali dan menimbulkan suatu persepsi. Dari hipokampus rangsangan yang telah mempunyai makna dikirim ke amigdala yang akan membentuk pola respon yang sesuai dengan makna rangsangan yang diterima. Sehingga subjek akan lebih mudah untuk mengasosiasikan dirinya dalam menurunkan sesuai nyeri yang dialami (Novarenta, 2013:187).

Mekanisme imajinasi positif dapat melemahkan psikoneuroimmunologi yang mempengaruhi respon stress, selain itu dapat melepaskan endorphin yang melemahkan respon rasa sakit dan dapat mengurangi rasa sakit atau meningkatnya ambang nyeri (Hart, 2008 dalam mariyam dan widodo, 2012:230).

d. Langkah-langkah

Tehnik ini dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan untuk membuat damai dan tenang (Rahmayati, 2010 dalam patasik et al, 2013).

Menurut Kozier & Erb, (2009) dalam Novarenta, (2013), mengatakan bahwa langkah-langkah dalam melakukan guided imagery yaitu :

(46)

1) Untuk persiapan, mencari lingkungan yang nyaman dan tenang, bebas dari distraksi. Lingkungan yang bebas dari distraksi diperlukan oleh subjek guna berfokus pada imajinasi yang dipilih. Untuk pelaksanaan, subjek harus tahu rasional dan keuntungan dari tehnik imajinasi terbimbing. Subjek merupakan partisipan aktif dalam latihan imajinasi dan harus memahami secara lengkap tentang apa yang harus dilakukan dan hasil akhir yang diharapkan. Selanjutnya memberikan kebebasan kepda subjek. Membantu subjek keposisi yang nyaman dengan cara: membantu subjek untuk bersandar dan meminta menutup matanya. Posisi nyaman dapat meningkatkan fokus subjek selama latihan imajinasi. Menggunakan sentuhan jika hal ini tidak membuat subjek terasa terancam. Bagi beberapa subjek, senthan fisik mungkin menganggu karena kepercayaan budaya dan agama mereka.

2) Langkah berikutnya menimbulkan relaksasi. Dengan cara memanggil nama yang disukai. Berbicara jelas dangan nada yang tenang dan netral. Meminta subjek menarik nafas dalam dan perlahan untuk merelaksasikan semua otot. Untuk mengatsi nyeri atau stress, dorong subjek untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan. Setelah itu embantu subjek merinci gambaran dari bayanganya. Mendorong subjek untuk

(47)

menggunakan semua inderanya dalam menjelaskna bayangan dan lingkungan bayangan tersebut.

3) Langkah selanjutnya meminta subjek untuk menjelaskan perasaan fisik dan emosional yang ditimbulkan oleh bayanganya. Dengan mengarahkan subjek untuk mengeksplorasi respon terhadap bayangan karena ini akan memungkinkan subjek memodifikasi imajinasinya. Respon negatif dapat diarahkan kembali untk emberikan hasil akhir yang lebih positif. Selanjutnya memberikan umpan balik kontinyu kepada subjek. Dengan memberi komentar pada tanda-tanda relaksasi dan ketentraman. Setelah itu membawa subjek keluar dari bayangan. Setelah pengalaman imajinasi dan emndiskusikan perasaan subjek mengenai pengalamnya tersebut. Serta mengidentifikasi setiap hal yang dapat meningkatkan pengalaman imajinasi. Selanjutnya motivasi subjek untuk mempraktikan tehnik imajinasi secara mandiri.

(48)

B. Kerangka Teori

Susana elall (2007) Dan Prasetyo (2010)

Gambar 2.4 Kerangka Teori Kecelakaan Jatuh Cedera Tumor Tulang Infeksi Rakhitis Fraktur Nyeri Tindakan Non Farmakologis seperti terapi GUIDED IMAGERY Penurunan Nyeri

Tanda dan gejala 1) Insomnis 2) Gelisah 3) Gerakan tidak teratur 4) Pikiran tidak terarah 5) Raut wajah

(49)

38

BAB III

METODE PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAHAPLIKASI

RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Subyek aplikasi ini adalah pasien post operasi fraktur pada hari ke dua setelah oprasi. Pemberian terapi tehnik guided imagery di berikan sebelum pemberian analgesit.

B. Tempat dan Waktu 1. Waktu

Aplikasi tindakan pengaruh pemberian guided imagery ini di lakukan pada bulan januari 2016

2. Tempat

Tindakan pengaruh guided imagery di lakukan di Ruang Plamboyan I di RSUD Salatiga

C. Media dan Alat yang Digunakan

(50)

D. Presedur Tindakan Berdasarkan Riset

Prosedur tindakan yang akan di lakukan pada aplikasi riset tentang pengaruh guided imagery terhadap penurunan nyeri terhadap post oprasi fraktur .prosedur tindakan guided imagery sebagai berikut :

1. Memerintahkan klien untuk menutup mata

2. Membayangkan atau mengambarkan hal yang menyenangkan

3. Membimbing klien untuk mengambarkan bayangannya tanyakan tentang suara, cahaya , benda yang tampak dan yang terbayangkan

4. Minta klien untuk menggambarkan dengan lebih rinci.

E. Alat Ukur Evaluasi dari Aplikasi Berdasarkan Riset

Alat ukur dari aplikasi tindakan guided imagery Relaksasi adalah lembar observasi dan Numerical Rating Scale (NRS).

Gambar 3.1 Numeric Rating Scale (NRS)

(51)

40 BAB IV LAPORAN KASUS

Dalam bab ini menjelaskan tentang laporan Asuhan Keperawatan Ny.S dengan Post Operasi Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal, yang dilaksanakan pada tanggal 12 sampai 14 Januari 2016. Asuhan Keperawatan ini mulai dari pengkajian, Diagnosa Keperawatan atau rumusan masalah, Intervensi Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi. Kasus ini diperoleh dari Autoanamnesa dan Alloanamnesa, mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat.

A. Identitas Klien

Dari data pengkajian tersebut didapatkan data identitas pasien, bahwa pasien bernama Ny.S umur 31 tahun, agama islam, pendidikan DII PGSD, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Tegalrejo Tengaran Semarang, tanggal masuk rumah sakit 11 Januari 2016 dengan diagnosa medis Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal, No. Registrasi 321744, dokter yang merawat adalah dr.J. yang bertanggung jawab adalah Tn.C umur 35 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan buruh, alamat Tegalrejo Tengaran Semarang, Hubungan dengan pasien adalah suami Ny.S.

(52)

B. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan

Hasil pengkajian, keluhan utama adalah nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri, nyeri dirasakan pada saat post operasi. Pada riwayat penyakit sekarang didapatkan pasien mengalami kecelakaan lalu lintas pada tanggal 11 januari jam 06:00 WIB pasien di bawa di puskesmas terdekat yaitu puskesmas Ngampel di puskesmas pasien hanya mendapatkan perawatan luka saja karena peralatan puskesmas yang tidak memadai kemudian pada jam 10:00 pasien di rujuk di RSUD Salatiga di IGD pasien mendapatkan terapi infus Asering 20tpm, Ranitidin 25mg, dan Ketorolac 10mg kemudian pasien di Rontgent didapatkan diagnosa Fraktur Radius Sinistra 1/3 Distal dan akan dilakukan operasi pemasangan ORIF, kemudian pasien dirawat dibangsal.

Pada hasil pengkajian riwayat penyakit dahulu didapatkan data bahwa pasien pernah dirawat di RSUD Salatiga saat melahirkan anaknya yang kedua. Klien belum pernah mengalami kecelakaan maupun operasi. Klien tidak mempunyai alergi terhadap obat atau makanan.

Hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga didapatkan bahwa Ny.S adalah anak pertama dari dua bersaudara, kemudian menikah dengan suaminya dan memiliki dua orang anak laki-laki, dalam silsilah keluarga Ny.S tidak ditemukan penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, TBC dan lain-lain.

(53)

Gambar 4.1 genogram Ny.S Keterangan : :laki-laki :Perempuan :Pasien :Yang meninggal ... : Tinggal serumah : Garis keturunan

Pada pengkajian riwayat kesehatan lingkungan didapatkan bahwa lingkungan tempat tinggal pasien bersih, jauh dari tempat pembuangan sampah.

(54)

2. Pola Pengkajian Primer

Pengkajian primer yang dilakukan pada Ny.S didapatkan data Air way atau jalan nafas tidak ada sumbatan, breathing terlihat pengembangan dada kanan kiri simetris, pada vokal premitus kanan kiri sama, perkusi sonor, Auskultasi tidak terdapat sumbatan jalan nafas, tidak ada suara nafas tambahan dan pernafasan 20 kali permenit, circulation nadi teraba 80 kali permenit, tekanan darah 130/80 mmHg, cappylary reffil kurang dari dua detik, mukosa bibir lembab. Dissability, kesadaran pasien composmentis. Kekuatan otot ekstremitas kanan atas 5, ekstremitas kiri atas 3, ekstremitas kanan bawah 5, ekstremitas kanan atas 5.

3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional

Pengkajian pola fungsional kesehatan menurut Gordon, pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pasien mengatakan bahwa sehat itu enak bisa main kemana-mana dan keluarga pasien mengatakan sehat itu penting dan mahal harganya maka dijaga kesehatannya karena saat kita sehat dapat beraktivitas sesuai kemampuan masing-masing.

Pola nutrisi dan metabolik, sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari satu porsi habis dengan nasi, sayur, lauk, air putih. Selama sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan makanan yang disediakan di rumah sakit habis satu porsi.

Pola eliminasi, sebelum sakit BAK, frekuensi 5-6 kali sehari, jumlah urin kurang lebih 200cc, warna kuning kemerahan bau khas, dan

(55)

tidak ada keluhan, BAB sebelum sakit, frekuensi 1 kali sehari, lunak berbentuk, dan tidak ada keluhan. Pola eliminasi selama sakit BAK frekuensi 5-6 kali sehari, jumlah urin kurang lebih 200cc, warna kuning kemerahan bau khas, dan tidak ada keluhan, BAB frekuensi 1 kali sehari, lunak berbentuk, dan tidak ada keluhan.

Pola aktivitas dan latihan pada kemampuan perawatan diri, sebelum sakit didapat semua kemampuan perawatan diri seperti makanan dan minuman, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM semuanya didapat score 0 atau mandiri. Sedangkan kemampuan perawatan diri selama sakit seperti makanan dan minuman, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM semua didapatkan score 2 atau di bantu orang lain.

Pola istirahat dan tidur, sebelum sakit pasien mengatakan bisa tidur nyenyak baik malam hari maupun siang hari. Tidur malam hari kurang lebih 7 jam dan siang hari kurang lebih 1 jam. Selam sakit, pasien mengatakan dapat tidur pada malam hari dan siang hari namun tidak nyenyak karena merasa kurang nyaman dan merasa nyeri pada pergelangan tangannya.

Pola kognitif perseptual, sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan pernafasan maupun alat indra lainnya. Selama sakit pasien mengatakan nyeri post operasi pada pergelangan tangan sebelah kiri saat bergerak, rasanya seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 6 dan

(56)

dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10 menit, ekspresi wajah pasien meringis kesakitan.

Pola persepsi konsep diri, dari hasil pengkajian sebelum sakit konsep diri pasien didapatkan gambaran diri, pasien mengatakan dirinya adalah seorang perempuan yang tampak sehat, ideal diri keluarga psien mengatakan pasien selalu berusaha menjadi istri yang baik untuk keluarga, peran diri pasien mengatakan dirinya adalah seorang istri dan ibu bagi keluarganya, identitas diri pasien adalah seorang perempuan yang berumur 30 tahun yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Selama sakit gambaran diri pasien seorang perempuan yang tampak lemah berbaring didalam ranjang, ideal diri keluarga pasien mengatakan pasien ingin cepat sembuh, peran diri selama sakit pasien tidak bisa beraktivitas seperti biasa, identitas diri pasien mengatakan dirinya adalah seorang perempuan yang berumur 30 tahun yang bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Pola hubungan dan peran pada pengkajian didapatkan sebelum sakit pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan orang tua, keluarga, dan orang sekitar, selama sakit hubunganya dengan keluarga dan masyarakat masih tetap baik begitu juga dengan karyawan yang ada di rumah sakit.

Pola seksual reproduksi pada hasil pengkajian didapatkan sebelum sakit pasien mengatakan sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak laki-laki, selama sakit pasien mengatakan selma di rumah

(57)

sakit tidak pernah melakukan hubungan seksual dan pasien juga tidak mempunyai penyakit alat kelamin.

Pola mekanisme koping, sebelum sakit pasien mengatakan jika ada masalah selalu bercerita dengan orang tua dan keluarga, selama sakit pasien mengatakan pasien menerima sakitnya dengan ikhlas tapi kadang mengeluh dan jika ada masalah pasien selalu membicarakannya dengan orang tua dan keluarga.

Pola nilai dan keyakinan, sebelum sakit pasien mengatakan beragama islam dan rajin melaksanakan sholat 5 waktu, selama sakit pasien mengatakan walaupun sakit masih tetap melaksanakan sholat 5 waktu walaupun sedang sakit.

4. Hasil Pemeriksaan Fisik

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan, klien berada dalam kesadaran sadar penuh (composmentis), saat dilakukan pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan tanda-tanda vital adalah tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80x/menit dengan irama cepat, frekuensi pernafasan 20x/menit dengan irama normal, dan suhu 36,2oC. Hasil pemeriksaan kepala didapatkan bentuk kepala mesocepal, kulit kepala bersih tidak ada ketombe, rambut hitam kuat dan tidak kering. Pemeriksaan mata didapatkan fungsi penglihatan baik, mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil mengecil saat terkena cahaya, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Pemeriksaan hidung bentuk simetris, bersih tidak ada polip, tidak

(58)

terdapat sekret. Pemeriksaan mulut bersih, simetris kanan kiri, mukosa bibir tidak kering. Pemeriksaan gigi bersih, tidak ada karang gigi. Pemeriksaan telinga bentuk simetris kanan dan kiri, dan tidak ada sekret, pendengaran berfungsi normal. Pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar thiroid.

Pemeriksaan dada paru inspeksi bentuk dada simetris, tidak ada lesi atau bekas jahitan, palpasi getaran paru kanan dan kiri sama, perkusi peka diseluruh lapang paru, auskultasi tidak ada suara nafas tambahan. Jantung saat dilakukan pemeriksaan inspeksi simetris tidak terlihat ictus cordis, palpasi ictus cordis teraba di ICS ke 5 kiri, perkusi tidak ada pelebaran jantung, auskultasi suara lub dub tidak ada bunyi tambahan.

Abdomen saat dilakukan pemeriksaan inspeksi didapatkan, abdomen simetris tidak ada lesi, auskultasi bissing usus 16x/menit, perkusi peka di kuadran 1 dan 2,3,4 timpany, palpasi tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan di 4 kuadran. Genetalia bersih tidak ada luka. Rektum bersih tidak terdapat hemoroid.

Pemeriksaan ekstremitas atas kekuatan otot kanan 5, ROM aktif pergerakan terbatas karena terpasang infus, capilary refile<2 detik, perubahan bentuk tulang tidak ada, perubahan akral hangat, kekuatan otot kiri 3, ROM terbatas karena nyeri post operasi fraktur, capilary refile<2 detik, perubahan bentuk sudah terpasang pen, perubahan akral hangat. Ekstremitas bawah kekuatan otot kanan dan kiri 5, ROM kanan dan kiri

(59)

aktif, capilary refile<2 detik, perubahan bentuk tulang tidak ada, perubahan akral hangat.

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen ekstremitas atas kiri. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016. Meliputi Lekosit 9,03 10^3/UL (nilai normal 4,5-11 10^3/UL), Eritrosit 4,88 10^6/UL (nilai normal 4-5 10^6/UL), Hemoglobin 11,8 g/dL (nilai normal 12-16 g/dL), Hematokrit 35,5 % (nilai normal 38,00-47,00 %), MCV 72,8 fL (nilai normal 86-108 fL), MCH 24,2 pg (nilai normal 28-31 pg), MCHC 33,2 g/dL (nilai normal 30-35 g/dL), Trombosit 328 10^3/UL (nilai nornal 150-450 10^3/UL), Gaolongan darah AB, PTT 15,1 detik (nilai normal 11-18 detik), APTT 40,4 detik (nilai normal 27-41 detik), Glukosa darah sewaktu 109 mg/dl (nilai normal 80-144 mg/dl), HbsAg negative.

Hasil rontgen post operasi pada tanggal 14 Januari 2016 didapatkan hasil tampak soft tissue swelling Antebrachi Sn 1/3 distal, tampak Diskontinuitasmultiple pada Os Radius Sn 1/3 distal, tampak fissura dan spur tampak dislokasi Carpoulnaris Sn, tak tampak lesi litik porotik dan sklerotik, epifise tulang belum menutup dan menyatu sempurna.

(60)

C. Daftar Perumusan Masalah

Pada tanggal 12 Januari 2016 pukul 15:00 WIB didapatkan data subyektif sebagai berikut pasien mengatakan nyeri dengan Provocate, nyeri karena post operasi Radius Sinistra 1/3 Distal. Qualitynyeri seperti ditusuk-tusuk. Region nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri. Scale, skala nyeri men6. Time nyeri ± 5-10 menit hilanh timbul. Selain data subjektif juga didapatkan data objektif sebagai berikut pasien tampak kesakitan saat pergelangan tangan ditekuk, wajah pasien tampak meringis kesakitan, Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu 36,2oC, Pernafasan 20x/menit. Dari data subjektif dan objektif diatas dapat diambil diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi).

Pada pukul 15:15 WIB didapatkan data subjektif pasien mengatakan dapat menggerakkan tangannya tetapi pelan-pelan. Data objektif kekuatan otot tangan kiri 5/3, pergelangan tangan kiri ditutup dengan balutan elastic bandage. Dari data subjektif dan objektif diatas dapat diambil diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.

Pada pukul 15:30 WIB didapatkan data subjektif pasien mengatakan ada jahitan luka post operasi pada pergelangan tangan sebelah kiri. Data objektif di pergelangan tangan terlihat terdapat jahitan luka post operasi dan ditutup dengan balutan elastic. Dari data subjektif dan objektif diatas dapat diambil diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor.

(61)

D. Perencanaan

Berdasarkan masalah keperawatan pertama pada klien dengan nyeri akut, maka penulisan membuat rencana tindakan keperawatan dengan tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah keperawatan nyeri akut berkurang. Dengan kriteria hasil nyeri terkontrol pada skala 2-3, tidak ada nyeri saat mobilitas, pasien tidak terlihat kesakitan, TTV dalam batas normal TD : 110/70-120/80 mmHg, Nadi : 60-100x/menit, Pernafasan : 16-24x/menit.

Rencana keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik post operasi radius sinistra 1/3 distal adalah sebagai berikut, lakukan pengkajian nyeri sebelum tindakan dan sesudah tindakan (guided imagery) dengan rasional informasi akan memberikan data dasar untuk menentukan pilihan keefektifan intervensi. Ajarkan tentang guided imagery (sesuai jurnal) dengan rasional mengalihkan nyeri. Kolaborasi dengan dokter saat pemberian analgentik dengan rasional untuk mengurangi nyeri sedang sampai berat secara segera. Monitor vital sign dengan rasional perubahan TTV merupakan indikator nyeri. Memberikan posisi semi flower dengan rasional untuk memberikan kenyamanan untuk pasien.

Berdasarkan masalah keperawatan kedua pada klien hambatan mobilitas fisik, maka penulis membuat rencana keperawatan dengan tujuan, setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi. Dengan kriteria hasil

(62)

dapat memindahkan atau menggerakkan tanggannya dan pergelangan tangannya sedikit-sedikit, gerakan otot tangan kiri 4-5.

Rencana keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot adalah sebagai berikut. Kaji kemampuan pasien dalam mobilitas dengan rasional mengidentifikasi kekuatan otot atau kelemahan dan memberi informasi tentang pemulihan. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan dengan rasional untuk mengetahui terapi yang tepat untuk pasien untuk mempercepat pemulihan. Lakukan latihan ROM aktif dan pasif dengan rasional melenturkan otot agar tidak kaku dan merangsang kontraksi otot. Intruksikan pasien dan keluarga bagaiman acara melakukan ROM dengan rasional supaya keluarga dapat belajar mandiri untuk mempercepat peningkatan kakuatan otot.

Berdasarkan masalah keperawatan ketiga pada klien kerusakan integritas kulit, maka penulis membuat rencana keperawatan dengan tujuan, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah keperawatan kerusakan integritas kulit dapat teratasi. Dengan kriteria hasil mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan, luka tetap bersih, tidak ada infeksi.

Rencana keperawatan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor adalah sebagai berikut. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering dengan rasional untuk meminimalisir terjadinya infeksi. Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan luka yang

(63)

ditutup dengan jahitan dengan rasional untuk mempercepat penyembuhan luka insisi. Intruksikan kepada pasien untuk selalu membersihkan lukanya bila sudah dirumah dengan rasional agar luka tetap bersih. Kolaborasikan dengan dokter saat pemberian antiseptik dengan rasional agar tidak terjadi infeksi luka.

E. Implementasi

Pada hari selasa tanggal 12 Januari 2016 pukul 16:10 WIB, dilakukan implementasi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik post operasi radius sinistra 1/3 distal, yaitu mengkaji nyeri klien sebelum diberikan terapi guided imagery dan klien merespon dengan klien mengatakan nyeri post operasi radius sinistsra 1/3 distal, rasanya seperti ditutusk-tusuk, dengan skala nyeri 6 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10 menit. Ekspresi wajah pasien tampak meringis kesakitan, jam 16:15 WIB, mengajarkan teknikguided imagery (sesuai jurnal) dan klien merespon mengatakan mau diajarkan teknikguided imagery. Pasien tampak bisa melakukan tindakan yang diajarkan, jam 16:25 WIB, melakukan pengkajian nyeri setelah diberikan terapiguided imagery dan klien merespon klien mengatakan nyeri post operasi radius sinistsra 1/3 distal, rasanya seperti ditutusk-tusuk, dengan skala nyeri 4 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10 menit. Ekspresi wajah pasien tampak meringis kesakitan, jam 16:35 WIB, kolaborasi dengan dokter saat pemberian obat klien merespon mengatakan injeksi (kerorolac, ranitidin, cefitri). Injeksi masuk melalui

(64)

selang intra vena, jam 16:45 WIB, memonitor TD, nadi, suhu, RR klien merespon mengatakan mau diperiksa. Pasien terlihat rileks TD 120/80 mmHg, N 80x/menit, RR 20x/menit, S 36,2oC, jam 16:50 WIB, memberikan posisi semi flower dan klien merespon mengatakan mau diberikan posisi semi flower. Pasien tampak rileks.

Setelah itu jam 17:00 WIB melakukan implementasi untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot yaitu dengan menkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi dan klien merespon mengatakan bersedia diajarkan teknik mobilisasi. Kekuatan otot tangan kiri 5/3, terdapat luka jahitan, post operasi fraktur, dibalut dengan balutan elastic, jam 17:10 WIB, melatih pasien ROM sesuai kemampuan dan klien merespon mengatakan mau diajarkan ROM. Pasien tampak bisa menggerakkan sedikit-sedikit pada tangan sebelah kiri, jam 17:20 WIB, intruksikan pasien dan keluarga bagaimana cara melakukan ROM dan klien merespon mengatakan sangat senang diajarkan ROM. Pasien dan keluarga pasien tampak senang dan paham apa yang telah diajarkan, jam 17:30 WIB, konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan dan keluarga klien merespon mensetujui untuk dilakukan terapi. Pasien mengatakan siap kapan saja dilakukan terapinya.

Setelah itu jam 17:40 WIB melakukan implementasi untuk diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor yaitu dengan jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering dan klien merespon mengatakan siap menjaga kebersihan di area luka. Pasien tampak menjaga

(65)

kebersihan di area luka, jam 17:50 WIB, membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan luka yang ditutup dengan jahitan dan klien merespon mengatakan mau dibersihkan luka. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada pus, jam 18:00 WIB, intruksikan kepada pasien untuk selalu membersihkan luka bila sudah di rumah dan klien merespon mengatakan siap mengerti. Pasien tampak paham, jam 18:10 WIB, kolaborasi dengan dokter saat permberian antiseptik dan klien merespon mengatakan mau direikan obat. Pasien tampak senang

Hari rabu tanggal 13 Januari 2016 jam 09:30 WIB dilakukan implementasi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik post operasi radius sinistra 1/3 distal, yaitu mengkaji nyeri klien sebelum diberikan terapi guided imagery dan klien merespon dengan klien mengatakan nyeri post operasi radius sinistsra 1/3 distal, rasanya seperti ditutusk-tusuk, dengan skala nyeri 3 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10 menit. Ekspresi wajah pasien tampak meringis kesakitan, jam 09:35 WIB, mengajarkan teknik guided imagery (sesuai jurnal) dan klien merespon mengatakan mau diajarkan teknikguided imagery. Pasien tampak bisa melakukan tindakan yang diajarkan, jam 09:45 WIB, melakukan pengkajian nyeri setelah diberikan terapi relaksasi nafas dalam dan klien merespon klien mengatakan nyeri post operasi radius sinistsra 1/3 distal, rasanya seperti ditutusk-tusuk, dengan skala nyeri 2 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10 menit. Ekspresi wajah pasien tampak meringis kesakitan, jam 09:50

Gambar

Gambar 2.1  Keterangan :
Gambar 2.2  3)  Pain Assesment Behavioral Scale (PABS)
Gambar 2.4 Kerangka Teori Kecelakaan Jatuh Cedera Tumor Tulang Infeksi Rakhitis Fraktur Nyeri  Tindakan Non Farmakologis seperti terapi GUIDED IMAGERY Penurunan Nyeri
Gambar 3.1 Numeric Rating Scale (NRS)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Iklim sosial akademik di kedua situs penelitian secara umum dipersepsikan positif atau baik oleh para penghuninya. Meskipun dengan demikian pada kasus.. kedua ditemukan catatan

Skripsi berjudul ”Peningkatan Kekuatan Tanah untuk Pondasi Bendungan: Studi Kasus Grouting di Bendungan Bajulmati, Banyuwangi” telah diuji dan disahkan oleh

Dari hasil rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lotion ekstrak bunga pukul empat mempunyai stabilitas zat aktif yang terkandung dalam sediaan

Berhubung penelitian ini melihat bagai peran yang sudah dilakukan oleh birokrasi pemerintah terkait proses pengajuan perceraian guru sebagai salah satu Pegawai

Hasil penelitian menunjukkan pemberian fraksi kloroform, fraksi eter dan fraksi air ekstrak batang tali putri mempunyai efek terhadap pertumbuhan rambut dan fraksi yang

Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual termasuk pemerkosaan,

Hasil simulasi model sediaan yang dilakukan menunjukkan bahwa pada tingkat upaya tangkap optimum sebesar 43587 trip kapal, sediaan maksimum lestari Xmsy sumberdaya ikan

Apakah anda bertanggung jawab melaksanakan kegiatan Promkes meliputi Penyuluhan Kesehatan, Pembinaan PSM / UKBM, Pembinaan PHBS dan koordinasi lintas program sesuai dengan