• Tidak ada hasil yang ditemukan

[Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "[Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar]"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 2 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DI SMA NEGERI 1 TELAGA

Windi Cindiana Karim

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara media pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif deskriptif inferensial menggunakan analisis statistik regresi linier sederhana. Dengan sasaran penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Telaga yang berjumlah 354 orang, dengan jumlah sampel 155 orang menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas X SMA Negeri 1 Telaga dapat dipengaruhi oleh media pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penggunaan media pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas X SMA Negeri 1 Telaga.

Kata Kunci: Media Pembelajaran, Motivasi Belajar Siswa

PENDAHULUAN

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan pokok Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertuang dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka pemerintah mengusahakannya melalui program pendidikan. Hal itu telah diatur dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 3 bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam Undang-undang”. Menindaklanjuti amanat UUD 1945 tersebut maka pemerintah mengeluarkan peraturan baru dan menuangkannya dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa :

(3)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 3 “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Sangat jelas dikatakan bahwa siswa harus melalui proses belajar terlebih dahulu untuk dapat mengembangkan potensi dalam dirinya. Potensi dalam hal ini mencakup kemampuan intelektual, kemampuan spritual, dan kemampuan emosional. Dapat dilihat betapa pendidikan sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan sudah merupakan suatu kebutuhan dan wajib dimiliki, juga merupakan hak mendasar bagi setiap warga negara. Dilihat dari segi fungsi, pendidikan nasional memiliki fungsi seperti yang tertuang dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 pasal 3, bahwa :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Berdasarkan isi pasal 3 UUSPN No. 20/2003, pendidikan sangat berperan dalam pembentukan karakter agar menjadi bangsa yang beradab dan bermartabat serta cerdas baik itu cerdas intelektual, cerdas emosional, dan cerdas spritual. Untuk itu pemerintah mengusahakan berbagai jalur pendidikan baik itu pendidikan formal maupun nonformal sehingga dapat menyentuh seluruh elemen masyarakat. Agar menjadi bangsa yang cerdas sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan tersebut, kita harus melalui proses belajar terlebih dahulu.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar itu adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

(4)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 4 Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. (Arsyad, 2011:1)

Peneliti melihat bahwa salah satu mata pelajaran yang dapat mewujudkan fungsi pendidikan nasional adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Tidak heran sejak SD hingga di bangku kuliah siswa senantiasa mendapatkan pembelajaran PKn agar pembentukan karakter dapat terus diasah sejak dini hingga dewasa. Namun pada realita yang ada, mata pelajaran PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminati dan kurang menarik dikalangan siswa. Untuk dapat menarik perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang kurang diminati, seorang guru harus dapat membuat suatu terobosan agar dapat menggugah keinginan siswa atau dapat memotivasi siswa untuk belajar. Dinamakan belajar, jika terdapat interaksi antara guru dan siswa di kelas.

Agar proses belajar dapat berjalan sesuai dengan yang guru inginkan, maka siswa juga memerlukan motivasi. Motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri siswa, seperti kondisi kesehatan, minat belajar, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berpengaruh yang timbul dari luar siswa, seperti Guru, lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat), ketersediaan sarana dan prasarana, metode dan strategi mengajar.

Berdasarkan pendapat Uno (2011:23) “Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsiknya berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan lingkungan yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik”. Lingkungan yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Seorang siswa jika tidak memiliki motivasi dalam belajar maka akan berpengaruh pada menurunnya hasil belajar dan prestasi siswa. Motivasi memiliki peran penting dalam proses belajar setiap siswa. Siswa yang memiliki motivasi akan dapat meningkatkan prestasi dalam belajarnya, siswa yang memiliki motivasi

(5)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 5 tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. Ia dapat mengefektifkan waktu yang ada untuk dimanfaatkan sebaik mungkin, memiliki pandangan hidup yang jelas dan keinginan yang tinggi dalam menggapai cita. Siswa yang ingin mencapai cita-cita akan akan semangat dalam melakukan berbagai aktivitas pembelajaran dan belajar dengan sangat giat baik di kelas maupun di luar kelas.

Sesuai pengamatan peneliti di lapangan, saat kegiatan belajar mengajar berlangsung tidak sedikit dari siswa yang hanya menghabiskan waktu di luar. Ada yang hanya di kantin, di toilet, di taman, ada yang sering datang terlambat, keluar masuk saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, ada-ada saja yang dilakukan oleh siswa untuk menghindari kegiatan belajar mengajar PKn. Mereka hanya hadir saat pengambilan absen. Tidak segan-segan siswa mengatakan bosan belajar PKn. Hal ini mengindikasikan bahwa sama sekali tidak ada hal yang menarik dalam belajar PKn. Karena siswa selalu beranggapan bahwa belajar PKn tidak menarik dan membosankan, maka siswa-siswa akan kehilangan semangat dalam belajar. Siswa juga akan ketinggalan dalam materi pelajaran. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya motivasi dalam belajar.

Dengan memperhatikan perilaku para siswa yang tidak sehat dalam penerimaan materi pada mata pelajaran PKn, banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Peneliti menduga bahwa rendahnya motivasi belajar dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran. Peran media pembelajaran sangatlah penting dalam membantu guru dalam menyampaikan materi yang diajarkan. Tentunya guru dalam menyampaikan materi pelajaran harus dapat memotivasi siswa-siswa. Menurut Rohani (dalam Nurjanah, 2013:4) “Peran media pembelajaran adalah membangkitkan minat belajar yang baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar siswa”. Menurut pendapat Rowntree dan Mc Known (dalam Nurjanah, 2013:4) “Fungsi media pembelajaran adalah membangkitkan motivasi belajar siswa”. Tentu dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, kita perlu menambahkan media yang dapat membantu usaha guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Terutama dalam mata pelajaran PKn yang terkesan penuh dengan hal-hal yang membosankan dimata siswa-siswa masa kini.

(6)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 6 Pengertian Media Pembelajaran

Aktifitas belajar di kelas berawal dari adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, yang terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan/materi pelajaran, dan berbagai sumber belajar lainnya dan fasilitas. Dalam hal ini interaksi dalam proses pembelajaran tersebut juga dipengaruhi oleh media pembelajaran. (Arsyad, 2011:1)

Menurut Marshall Mcluhan (dalam Harjanto, 2008:246) “Media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Maksudnya adalah, media komunikasi mencakup surat-surat, televisi, film, dan telepon”. Menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2007:3) “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”.

Menurut Gagne’ dan Briggs (dalam Arsyad, 2007:4) bahwa :

Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi (dalam Sadiman, 2007:6) (Association of Education and Communication Technology/AECT) “Media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi”. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) (dalam Sadiman, 2007:7) “Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca”.

Menurut Rossi dan Breidle (dalam Sanjaya, 2009:163), “Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi jika digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran”. Menurut Uno

(7)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 7 (2011:114) “Media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran”.

Menurut Setyono (dalam Husaini, 2009:13)

Media merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar yang digunakan dalam rangka lebih mengaktifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa sehingga terwujud situasi belajar yang efektif, dimana siswa lebih semangat belajar jika media yang digunakan menarik hingga perlu diusahakan media yang digunakan itu menarik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu perantara yang menghubungkan Si penyampai pesan (Guru) dengan Si penerima pesan (siswa), dalam hal ini pesan berupa materi pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan dalam hal yang berhubungan dengan program pendidikan.

Ciri-Ciri Media Pendidikan

Media pembelajaran agar dapat memberikan motivasi pada siswa syaratnya harus menarik. Media pembelajaran yang menarik sudah barang tentu merupakan media yang baik. Secara ringkas, peneliti melihat bahwa berikut merupakan ciri-ciri media pembelajaran yang menarik.

a) Menggunakan gambar.

Menurut Levie & Lentz, Penggunaan gambar lebih menarik perhatian dan dapat mengurangi kebosanan dibanding dengan teks. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi/pesan yang terkandung dalam gambar. (Arsyad, 2011: 17).

b) Menggunakan efek suara.

Efek suara dapat menciptakan suasana yang menarik dan memotivasi siswa, selain itu dapat mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar, sehingga dalam pembelajaran guru dapat menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar. (Arsyad, 2011: 149).

(8)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 8 c) Menggunakan animasi

Animasi merupakan deretan gambar bergerak yang berurutan dan dapat dilihat oleh mata kasar manusia dalam bentuk pergerakan. Animasi dapat merangsang siswa dalam pembelajaran yang melibatkan gambar-gambar guna menginformasikan atau mendorong lahirnya respons emosional. (Arsyad, 2011: 155).

d) Ada permainan (game).

Program permainan yang dirancang dengan baik dapat memotivasi siswa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannnya (Arsyad, 2011: 162).

e) Menggunakan teknik drama atau hiburan

Menurut Kemp & Dayton, dengan menggunakan teknik drama atau hiburan dapat melahirkan minat dan merangsang peserta didik untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau memberikan sumbangan material). Sehingga akan mempengaruhi sikap, nilai dan emosi. (Arsyad, 2011:20)

f) Ada latihan soal.

Arsyad (2011: 74) mengemukakan bahwa sesuatu hal baru jarang sekali dapat dipelajari secara efektif hanya dengan sekali jalan. Agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan demikian ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang. Selain itu, Arsyad (2011: 160) mengemukakan bahwa latihan akan mempermahir keterampilan atau memperkuat penguasaan konsep.

Dengan adanya latihan soal dapat menimbulkan perhatian siswa, dan dapat mengukur sejauh mana pemahaman siswa, sehingga dapat memicu minat dan motivasi pada siswa dalam belajar.

g) Ada feed back (umpan balik).

Media pembelajaran yang menarik dapat dilihat melalui feed back/umpan balik. Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala kepada siswa diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar akan

(9)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 9 memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan (Arsyad, 2011:74).

h) Mudah dipahami

Sadiman., dkk (2009: 81) mengemukakan bahwa “Salah satu ciri media pembelajaran yang baik adalah isi penyajiannya mudah dipahami siswa”. penyajian isi materi yang mudah dipahami siswa akan dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar.

Manfaat Penggunaan Media

Hamalik (dalam Arsyad, 2011:15) bahwa “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.

Menurut Kemp & Dayton (dalam Arsyad, 2011:19)

Media pembelajaran dapat memenuhi 3 fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya (massal), yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, (3) memberi instruksi.

Sudjana & Rivai dalam Arsyad (2011:24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dll

(10)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 10 Dengan berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka peneliti berpendapat bahwa dengan adanya media pembelajaran ini dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi kelancaran proses pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran, proses belajar dapat dilakukan dimana saja, dengan waktu yang singkat. Selain itu, media pembelajaran juga dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar dari para siswa, mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan, memperluas wawasan dan pengalaman siswa, dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Pada intinya, dengan adanya media pembelajaran dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dan mempermudah penyampaian informasi atau pesan dari guru selaku pemberi pesan kepada siswa selaku penerima pesan.

Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Duncan (dalam Ngalim, 2007:72) “Motivasi adalah setiap usaha yang disadari untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuan organisasi”.

Menurut Vroom (dalam Ngalim, 2007:72), “Motivasi mengacu pada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam yang dikehendaki”. Selanjutnya John P. Campbell menambahkan, bahwa “Motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku”.

Menurut Don Hellriegel & John W. Slocum (dalam Uno, 2008:5) bahwa : Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku pada hakikatnya berorientasi pada suatu tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan yang memerlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti (1) keinginan yang hendak dipenuhinya, (2) tingkah laku, (3) tujuan, (4) umpan balik. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang kuat baik dari dalam diri maupun dari luar seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

(11)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 11 Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Menurut Hamalik (dalam Rauf, 2010:8) mengemukakan ada 3 fungsi motivasi:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan yakni kearah yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menetukan perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan oerbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat.

Motivasi selain sebagai pendorong, penentu arah, dan penyeleksi perbuatan, juga memiliki beberapa fungsi utama lainnya. Searah dengan pendapat sebelumnya, Ngalim (2007:93) menguraikan 3 fungsi utama motivasi sebagai berikut :

1. Memberikan kekuatan semangat (energeze) kepada seseorang dalam melakukan kegiatan belajar

2. Mengarahkan (direct) kegiatan yang perlu motivasi, misalnya perhatian, waktu dan daya diarahkan untuk menemukan cara yang dapat ditempuh guna mencapai tujuan

3. Memilih dan menekankan kepada tingkah laku yang tepat dilakukan dalam melaksanakan usaha mencapai tujuan dan menghindari tingkah laku yang tidak ada hubungannya dengan mencapai tujuan.

Jenis-jenis Motivasi Belajar

Herzberg mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor pemuas (motivation factor) yang disebut dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara (maintenancfactor) yang disebut dengan higiene, disatisfier atau extrinsic motivation (dalam Purnamasari, 2013:12).

(12)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 12 Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan (faktor intrinsik).

(supiani.staff.gunadarma.ac.id\Publications\TEORITEORIMOTIVASI.doc) Motivasi Intrinsik

Menurut Djamarah (2011:149) “Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”.

Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan untuk mendapatkan pujian, nilai tinggi, hadiah, dan sebagainya. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar, keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan dimasa mendatang. (Djamarah, 2011:149-150)

Motivasi Ekstrinsik

Menurut Sadiman (2007:90) “Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar”. Sedangkan Rosjidan, et al dalam Ngalim (2007:51) menganggap “Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak di luar pengetahuan, yakni tidak terkandung di dalam perbuatan itu sendiri”. Sobry Sutikno dalam Rauf (2010:12) berpendapat bahwa “Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu”. Menurut djamarah (2011:151) “Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors outside in the learning situation).”

(13)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 13 Dalam hal ini, siswa belajar karena hendak mencapai tujuan lain di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya untuk mencapai gelar sarjana, mendapatkan nilai tinggi, mendapat pujian, hadiah, dan sebagainya.

Paradigma Penelitian/Kerangka Berpikir

Dalam hal ini, peneliti dapat menggambarkan secara sederhana pola hubungan antara variabel yang akan diteliti.

PEMBAHASAN

Hal mendasar dilakukannya penelitian ini karena dengan melihat fenonema di lapangan siswa kurang bersemangat dalam belajar PKn sehingga mengakibatkan siswa kurang memiliki motivasi dalam belajar. Untuk meningkatkan motivasi dalam belajar maka perlu adanya penggunaan media pembelajaran. Karena dengan adanya media pembelajaran maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Sesuai dengan hasil olahan data, persentase skor capaian untuk variabel Media Pembelajaran adalah sebesar 81,2% dengan total skor sebanyak 10.071 ada pada kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa para siswa menginginkan media pembelajaran yang edukatif dan menarik. Jika dilihat secara per indikator masih ada aspek yang memiliki skor agak rendah, diantaranya aspek mengenai media pembelajaran dengan efek suara yakni skor indikator sebesar 69,3%. Secara keseluruhan Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa Media pembelajaran

X

Media Pembelajaran (Variabel Independen)

a. penggunaan gambar

b. penggunaan efek suara/musik c. penggunaan animasi

d. penggunaan permainan (game) e. teknik drama/hiburan

f. penggunaan latihan/soal g. feed back

h. mudah dipahami

Y

Motivasi Belajar Siswa (Variabel Dependen) a. motivasi intrinsik :

- penguasaan nilai - hasrat belajar

- pemikiran yang positif b. motivasi ekstrinsik : - nilai tinggi

- pujian - reward

(14)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 14 berdasarkan jawaban responden sangat diinginkan oleh para siswa namun demikian untuk efek suara kurang diminati.

Persentase skor capaian untuk variabel motivasi belajar siswa adalah sebesar 89,4% dengan skor total 11.089 berada pada kategori sangat baik. Namun jika dilihat secara per item masih ada beberapa aspek yang masih memiliki skor agak rendah diantaranya aspek yang berkenaan dengan penguasaan nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa Motivasi belajar siswa sudah sangat baik walaupun masih diperlukan pembenahan terutama pada penguasaan nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran.

Selanjutnya, analisis regresi linier sederhana digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh nilai variabel dependen (motivasi belajar) bila nilai variabel independen (media pembelajaran) dimanipulasi/dirubah-rubah atau dinaik-turunkan. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan model regresi linear dari variabel penelitian adalah Ŷ = 26,550 + 0,560X. Hal ini menunjukkan bahwa nilai motivasi belajar siswa jika tanpa adanya media pembelajaran yang menarik maka nilainya sebesar 26,550 satuan, sedangkan koefisien sebesar 0,560 berarti bahwa setiap peningkatan atau penambahan sentuhan media pembelajaran maka akan meningkatkan motivasi belajar siswa sebesar 0,560 satuan. Atau dengan kata lain, jika tidak terdapat pengaruh dari variabel Media pembelajaran, maka rata-rata nilai dari variabel Motivasi belajar siswa adalah sebesar 26,550 satuan. Namun jika media pembelajaran memiliki pengaruh, maka setiap perubahan variabel Media pembelajaran sebesar 1 satuan akan mempengaruhi Motivasi belajar siswa sebesar 0,560 kali satuan.

Mengacu pada hasil uji hipotesis statistik yang telah dilakukan, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan peneliti pada akhir Bab II yakni “Terdapat pengaruh yang positif antara media pembelajaran dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X SMA Negeri 1 Telaga” teruji serta memiliki pengaruh yang positif dan signifikan. Hipotesis penelitian yang telah teruji serta berpengaruh positif dan signifikan tersebut berdasarkan hasil perhitungan koefisiensi jalur regresi linier sederhana dengan nilai t-hitung diperoleh sebesar 7,317 lebih besar dibandingkan nilai t-tabel 1,975.

(15)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 15 Jika kedua nilai t ini dibandingkan maka nilai t-hitung masih lebih besar dibandingkan dengan nilai t-tabel (7,317>1,975) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima artinya signifikan. Nilai koefisien determinasi atau angka R Square adalah sebesar 0,259. Nilai ini menunjukan bahwa sebesar 25,9% variabilitas motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas X SMA Negeri 1 Telaga dapat dipengaruhi oleh media pembelajaran, sedangkan sisanya sebesar 74,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan olahan data, maka peneliti menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penggunaan media pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas X SMA Negeri 1 Telaga.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. , 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta. Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Husaini, Fauziah T. 2009. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Kabila. Skripsi. Perpustakaan Pusat UNG. Gorontalo.

Ngalim M, Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurjanah, Elis. 2013. Pengaruh Media Film Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Tesis. Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Pontoh, Vicky Febri. 2013. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran LCD Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Bolaangitang Barat. Skripsi. Perpustakaan Pusat UNG. Gorontalo.

Purnamasari, Fitriana. 2013. Analisis Teori Motivasi Dua Faktor Herzberg’s Motivation Hygiene Theory.

http://fitriana49e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2013/11/OSDM_E49_Fitri ana-Purnamasari_P056132762.49E-Penerapan-Teori-Motivasi-Dua-Faktor-Herzberg-di-Perumnas2.pdf. 23 Nopember 2014 (10:00AM)

Rauf, Elina A. 2010. Hubungan Antara Media Pembelajaran Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMA Mohammadiyah Batuda’a. Skripsi. Perpustakaan Pusat UNG. Gorontalo.

(16)

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, UNG - 2014 16 Sadiman, Arief S. (dkk). 2007. Media Pendidikan – Pengertian, Pengembangan,

dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

, 2008. Media Pendidikan – Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

, 2009. Media Pendidikan – Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

, 2012. Statistika Untuk Penelitian. B andung. Alfabeta.

Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi Dan Pengukurannya – Analisis Dibidang Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

, 2011. Profesi Kependidikan – Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

, 2012. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

UUD 1945 Hasil Amandemen & Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama 1999 – Keempat 2002). 2002. Jakarta : Sinar Grafika.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional.

(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0 CDEQFjAF&url=http%3A%2F%2Fsupiani.staff.gunadarma.ac.id%2FPub lications%2Ffiles%2F1178%2FTEORI%2BTEORI%2BMOTIVASI.doc& ei=P1l1VLbuHqPUmgWclYD4DA&usg=AFQjCNGxWs54tVsUqC_37ic nuONGsiBZ-g&sig2=fp0jMZUXyJTuAlFlBnbdwg&bvm=bv.80642063,d.dGY) diakses tanggal 26 Nopember 2014, 11:45AM

Referensi

Dokumen terkait

Mohon mengisi tabel dibawah ini yang sesuai menurut anda, setelah sampel

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat korelasi antara indeks massa tubuh (IMT) dengan risiko penyakit

Mothers experience dealing an adolescent with premenstrual dysphoric disorder symptoms.. Tri Kesuma Dewi , Purwanta Purwanta , Elsi Dwi Hapsari 1 2

Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap

Mawardi Effendi,

pandangan setempat. Proyeksi Amerika hanya digunakan pada bidang dari suatu benda tiga dimensi agar memberikan informasi lebih detail. Letak bidang yang diproyeksikan dengan

49 049/OLB/13 JONY CHOLISTRIYANTO Lulus OLB AAPL INDONESIA CREW Sudah Jadi.. 50 050/OLB/13 JULIAN ALIB RISKI Tidak Lulus

Faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan yaitu faktor internal atau faktor yang ada pada dalam diri siswa seperti kurangnya ketelitian dalam menyelesaikan